BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini mengenai model pembelajaran kooperatif, langkah-langkah model pembelajaran Berpikir Berpasangan Berbagi, hakikat hasil belajar, hakikat belajar mengajar, dan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini Model Pembelajaran Kooperatif Metode Think Pair Share Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifivitas pembelajaran (Suprijono, 2009: 45-46). Pendapat lain menyatakan model pembelajaran adalah pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu pengajaran (Muhibin, 2004 : 189). Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menganut falsafah homo homoni socius, falsafah ini menekankan saling ketergantungan antar mahkluk hidup atau lebih menekankan pada kerja sama antar kelompok sehingga menumbuhkan nilai gotong royong (Anita Lie, 2010 : 88). Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share 5

2 6 memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas (Anita lie, 2010: 57). Thinking, pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabanya. Selanjutnya Pairing, guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan pada pasanganpasangan itu untuk berdiskusi. Diskusi ini diharapkan memperdalam jawaban yang telah dipikirkannya melalui itersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas, tahap ini dikenal dengan Sharing, sehingga pada akhirya diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorog pengonstruksian pengetahuan secara integratif (Suprijono, 2009 : 91). Kesimpulannya, ketika guru menyampaikan pelajaran di kelas, para siswa duduk berpasangan duduk dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan, siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas Langkah Model Pembelajaran Berpikir Berpasangan Berbagi Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan struktur kelompok yang dibuat secara berpasangan atau terdiri dari 2 siswa. Siswa dibentuk dalam kelompok dengan cara berpasangan. Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think- Pair-Share (TPS) adalah sebagai berikut: a. Tahap 1 Think (Berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat.

3 7 b. Tahap 2 Pairing (Berpasangan) Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide dengan batas waktu yang diberikan untuk berpasangan adalah 4 5 menit. c. Tahap 3 Sharing (Berbagi) Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Langkah-langkah pembelajaran metode berpikir berpasangan berbagi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

4 8 Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Metode Berpikir Berpasangan Berbagi No Langkah Aktivitas pembelajaran 1 Langkah 1: Guru menyampaikan pertanyaan Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan 2 Langkah 2: Siswa berpikir secara individual Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing. 3 Langkah 3: Guru mengorganisasikan siswa untuk Setiap siswa berpasangan dan memberikan kesempatan mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan. kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurutnya paling benar atau meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. 4 Langkah 4: Siswa mempresentasikan jawaban atau siswa berbagi jawaban dengan pemecahan masalah secara individual/ kelompok di depan kelas. seluruh kelas 5 Langkah 5: menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.

5 Hakikat Hasil Belajar Proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Pengertian hasil belajar menurut Winkel dalam Sunarto (2009) yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Pengertian hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari

6 10 perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement test. Pengertian hasil belajar menurut Sadly (1977: 904), yang memberikan penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu. Pengertian hasil belajar menurut Nasution dalam Sunarto (2005) mendefinisikan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Pengertian hasil belajar menurut Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur. Pengertian hasil belajar menurut Nawawi (1981: 100): Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu. Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat. 2) Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan. 3) Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan

7 11 seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut. a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Menurut Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berupa: Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan mapun tertulis.

8 12 Kemampuan merespons secra spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual Hakikat Belajar Mengajar Belajar dilakukan manusia seumur hidupnya, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah, kelas, jalanan, dan dalam waktu yang tidak ditentukan sebelumnya. Sekalipun demikian belajar dilakukan manusia senantiasa oleh iktikad dan maksud tertentu. Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan

9 13 fisik adalah buku, alat peraga, dan alam sekitarnbya. Adapun lingkungan pembelajaran adalah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Respons belajar menjadi kuat ketika seseorang belajar, apabila ia tidak belajar, responsnnya menurun. Dalam belajar ditemukan: a. kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; b. respon pembelajaran; c. konsekuensi yang besifat menguatkan respon tersebut. Mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yaitu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar. Hakikat belajar adalah perubahan, hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru. Proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dibutuhkan metode atau strategi mengajar yang tepat, sesuai dengan kapasitas siswa. 1) Pengertian strategi Strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun ciri-ciri strategi menurut Stroner dan Sirait (1996:140) adalah sebagai berikut. a. Wawasan waktu, meliputi cakrawala yang jauh kedepan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan mengamati dampaknya. b. Dampak. Walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat berarti.

10 14 c. Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit. d. Pola keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentun harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang konsisten. e. Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampaai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatankegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi. Strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidahkaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara optimal. Proses belajar mengajar, strategi adalah cara yang dipilh untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, tetapi juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajaran (Dick dan Carey). Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi belajar mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan di capai (Gropper). Setiap tingkah laku yang dipelajari harus dipraktikan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, jenis kegiatan yang harus dipraktikan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula. 2) Strategi Pengajaran Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaran lebih luas dari pada metode

11 15 atau teknik pengajaran. Dengan kata lain, metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Peranan strategi pengajaran lebih penting apa bila guru mengajar siswa yang berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan, serta minat. Hal tersebut karena guru harus memikirkan strategi pengajaran yang mampu memenuhi keperluan semua siswa. Di sini, guru tidak saja harus menguasai berbagai kaidah mengajar, tetapi yang lebih penting adalah mengintegrasikan serta menyusun kaidah-kaidah itu untuk membentuk strategi pengajaran yang paling berkesan dalam pengajarannya. Kaidah-kaidah mengajar harus diatur untuk membentuk strategi pengajaran. Kaidah yang paling baik bergantung pada situasi dan kondisi tempat proses pengajaran itu berlaku. Jelasnya, suatu kaidah pengajaran tidak menjamin pencapaian tujuan pengajaran, tetapi yang lebih penting adalah interaksi kaidah itu dengan kaidah-kaidah lain. 3) Pengertian belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian secara psikologis, bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2010: 2).

12 16 Beberapa pendapat tentang definisi belajar adalah sebagai berikut : a. Menurut Gage dan Berliner dalam Hamdani (2010: 21), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. b. Menurut Sardiman (2005), definisi belajar adalah sebagai berikut: 1. Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman; 2. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan mengikuti petunjuk; 3. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik. c. Menurut Witherington (1952), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. d. Menurut Crow and Crow (1958), Belajar adalah upaya pemerolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. e. Menurut Hilgard (1962), belajar adalah proses muncul atau berubahnya suatu perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi. f. Menurut Di Vista dan Thompson (1970), belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. g. Menurut Fontana, bahwa belajar mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. h. Menurut Thursan Hakim (2000), bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikir. Hal ini berarti peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu. yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

13 Bahasa Indonesia Membaca suatu teks agar nyaring dan enak didengar berarti membacakan teks tersebut harus sesuai dengan lafal yang tepat, intonasi, dan ekspresi yang sesuai dengan isi teks. Bisa dikatakan lafal adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam mengucapkan bunyi bahasa. Dalam pelafalan suatu bunyi bahasa haruslah jelas. Bunyi-bunyi itu tidak boleh tertukar dengan bunyi-bunyi bahasa lain. Untuk melatih ketepatan dalam melafalkan bunyi bahasa, harus dilakukan oleh vokal, misalnya mengucapkan bunyi-bunyi vokal dan konsonan secara tepat. Lafal yang jelas berarti pengartikulasian harus tepat, artikulasi adalah ketepatan penggunaan alat-alat ucap sehingga menghasilkan suara atau lafal yang jelas. Pembicara harus dapat mengucapkan setiap kata dengan lafal tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahan pemahaman isi. Volume suara juga mempengaruhi palafalan, maka volume suara adalah suara keras-lemahnya suara pembicara saat berbicara sesuai dengan intonasi kalimat. Sehingga pendengar dapat mengikuti pembicara dengan baik. Pelafalan merupakan salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut. Dalam bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Dalam pelafan yang harus diperhatikan yaitu: Ucapan atau lafal sesuai dengan diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pelafalan yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Dalam melafalkan huruf e harus jelas dan tidak tersamarkan. fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ], [ ə ] atau e lemah, dan [ε] atau e lebar. Contoh pemakaian katanya; lafal [ e ] pada kata < sate >, lafal [ə ] pada kata < pəsan >, lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >. fonem / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [o] atau o bundar. Contoh pemakaian katanya: lafal [ o ] pada kata [ orang ], lafal [ o] pada kata [pohon], saat mengucapkannya bibir lebih maju dan bundar.

14 18 Variasi lafal fonerm / e / dan / o / ini memang tak begitu dirasakan, cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada katakata tertentu yang termasuk jenis homonim. Dalam melafalkan tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah. Pelafalan kata juga tidak dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Dalam melafalkan huruf tidak dipengaruhi oleh lafal bahasa asing. Ucapan atau lafal harus jelas. Maksudnya, huruf dan kata-kata yang diucapkan harus benar, tepat, dan jelas. Lafal juga dipengaruhi oleh tekanan, sehingga tekanan juga mempengaruhi makna yang dilafalkan, maka tekanan adalah ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapannya dibanding bagian yang lain. Dalam bahasa tulis tekanan tidak membedakan arti dan ditandai dengan garis bawah, sedangkan dalam bahasa lisan tekanan berpengaruh terhadap perubahan makna. Dalam melafalkan sebuah kalimat harus disesuaikan dengan intonasi, intonasi adalah naik turun atau tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat (lagu kalimat). Jadi intonasi final dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Kalimat Tanya (interogatif), intonasi naik dan agak panjang serta menggunakan lambang tanda tanya di akhir kalimat (?). Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit di bandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi kalimat berita. Pola intonasinya ialah : [2] 3 // [2] 3 2 #. Di sini pola intonasi kalimat tanya itu digambarkan dengan tanda tanya. Kalimat-kalimat itu berpola intonasi tanya, yaitu [2] 3 // [2] 3 2 #. 2) Kalimat berita (deklaratif), intonasi akhir turun dan menggunakan lambang tanda baca titik pada akhir kalimat (.). Kalimat berita memiliki pola intonasi yang disebut pola intonasi berita, yaitu [2] 3 // [2] 3 1 # dan [2] 3 // [2] 3 # apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal / ə /, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, bekerja.

15 19 3) Kalimat perintah (imperatif), intonasi tinggi dan menggunakan lambang tanda baca seru di akhir kalimat (!). Kalimat Suruh, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Berdasarkan ciri formalnya, pola intonasinya ialah 2 3 # atau #. Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek suara. Irama tercipta dengan melakukan intonasi. Ketika membahas tentang intonasi, itu berarti juga harus mengenal apa itu jeda. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokokpokok isi kalimat yang diungkapkan. Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Tanda tersebut adalah koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--]. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], artinya membacanya berhenti sejenak kemudian menarik napas sejenak. Akan tetapi, jika tanda baca garis miring ada dua (//) artinya berhenti lebih lama. Tanda tersebut berfungsi sebagai tanda baca titik (.). Jeda juga dapat mempengaruhi pengertian atau makna kalimat. Agar terdengar jelas suatu pengertian atau makna kalimat, maka pembaca harus membacakan dengan suara nyaring. Membaca suatu teks agar enak didengar, pembaca harus menyajikan bahan bacaannya dengan nyaring sesuai dengan lafal dan intonasi, membaca nyaring berarti kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis. Maka membaca nyaring adalah membaca

16 20 dengan suara keras dan jelas. Tujuan membaca nyaring adalah agar semua orang dapat mendengarkan apa yang dibaca dan memahami isinya. Membaca nyaring harus dapat pula mengelompokkan kata sesuai dengan kelompoknya agar jelas maknanya bagi pendengar. Pembaca nyaring juga dituntut keterampilan penafsiran lambang tulis, penyusunan kata-kata, serta penekanan sehingga sesuai dengan ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca nyaring juga dituntut memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang jauh karena di samping membaca juga harus menjaga hubungan harmonis dengan pendengar. Membaca nyaring merupakan aktifitas antara guru dan murid atau pembaca dengan pendengar untuk bersama-sama memahami makna suatu bacaan. Pembaca nyaring juga dituntut keterampilan memahami makna dan perasaan yang terkandung dalam bacaan. Pembaca nyaring juga dituntut keterampilan penafsiran lambang tulis, penyusunan kata-kata, serta penekanan sehingga sesuai dengan ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca nyaring juga dituntut memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang jauh karena di samping membaca juga harus menjaga hubungan harmonis dengan pendengar. Membaca nyaring merupakan proses komunikasi dua arah. Proses komunikasi tidak lengkap kalau pendengar belum memberikan tanggapan terhadap pikiran dan perasaan yang diekspresikan oleh pembaca. Membaca nyaring pertama menuntut pemahaman terhadap rentetan huruf dan kemudian menyuarakan dengan tepat dan bermakna. Membaca nyaring lebih tepat jika diarahkan pada ucapan. Kompetensi yang harus diperhatikan dalam pembelajaran membaca nyaring diambil dari Tarigan (1984). 1) Menyuarakan huruf dengan tepat dan lancar. 2) Menyuarakan kata dengan tepat dan lancar. 3) Mempergunakan intonasi yang wajar. 4) Membaca dengan terang dan jelas. 5) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi. 6) Membaca dengan tanpa tertegun-tegun, terbata-bata.

17 21 7) Menguasai tanda baca sederhana seperti. a. titik (.); b. koma (,); c. tanda tanya (?); d. tanda seru (!). 8) Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi. 9) Mengerti serta memahami bahan bacaan. 10) Memahami bacaan pada tingkat dasar. 11) Kecepatan mata dan suara: 3 kata dalam satu detik. 12) Membaca dengan pemahaman dan perasaan. 13) Aneka kecepatan membaca dalam jenis bacaan. 14) Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan. 15) Membaca nyaring dengan penuh ekspresi/perasaan. 16) Membaca nyaring dengan penuh percaya diri. 17) Mempergunakan frasa atau maka majemuk yang tepat. Kesimpulan kompetensi dalam membaca nyaring adalah membacakannya dengan suara yang cukup terdengar oleh pendengar. Berarti untuk kata pengumuman yang biasanya ditulis sentering diberikan aksen pada awal dan suku akhirnya. Kata atau frasa yang menjadi hal penting diberikan aksen (tekanan). Perincian dibaca dengan tempo yang lebih lembut. Kalimat yang panjang dibaca per frasa atau klausa. Dalam setiap frasa atau klausa yang biasanya dijeda karena terdapat tanda koma (,) diberi aksen menaik atau diucapkan lebih panjang. Membaca pengumuman merupakan proses, cara, perbuatan mengumumkan. Pengumuman adalah pesan atau informasi yang disampaikan kepada umum. Kalimat yang diucapkan harus jelas dan mudah dipahami. Apa yang disampaikan pada pengumuman tersebut tentulah sesuatu yang penting. Agar informasi dalam pengumuman itu dapat diterima dengan baik oleh pendengar, suara harus keras dan jelas terdengar. Intonasi dan pengucapan harus tepat agar tidak salah dalam memahami isi pengumuman. Pengumuman berkaitan dengan kejelasan suara, intonasi, jeda, dan volume suara, yaitu: pembaca harus tenang, lalu mengatur volume suara dan intonasi agar dapat mempengaruhi emosi penonton saat membacakan pengumuman. Pengumuman yang dikemas secara menarik dan dibacakan dengan penuh

18 22 penghayatan. Kejelasan merupakan unsur dalam membaca pengumuman. Kejelasan membaca kalimat demi kalimat dengan jelas atau lugas sehingga isinya mudah dipahami. Melafalkan huruf atau kata dengan benar, sehingga kalimat yang dibaca tidak menimbulkan makna yang berbeda. Intonasi Tinggi rendahnya suara, keras lembutnya, dan cepat lambatnya perlu diperhatikan. Dengan intonasi yang tepat, maksud pembicaraan akan mudah dipahami dan dimengerti. Jeda yaitu waktu berhenti sesaat ketika pembaca membacakan tek tersebut. Yang dimaksud berhenti sesaat adalah waktu menarik napas. Jeda juga menentukan isi pada saat membaca pengumuman. Volume suara suara atau ucapan harus jelas terdengar. Membaca kalimat pengumuman yang harus diperhatikan adalah dalam membaca harus jelas dan persuasif (membujuk). Tidak menimbulkan banyak penafsiran (ambigu). Sehingga Isi dan maksud pengumuman mudah dipahami. Artinya, pengumuman itu tidak bertele-tele agar jelas maksud dan tujuannya. Khalayak yang dituju dinyatakan secara eksplisit (terang-terangan). 2.2 Penelitian yang Relevan Nuraini, Dian Penerapan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X-E di MAN Malang I. Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa pembelajaran di kelas X-E MAN Malang I kurang menarik aktivitas dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas karena sebagian besar proses pembelajaran yang dilakukan masih di domonasi oleh guru atau teacher center. Hasil belajar siswa dalam kelas belum memenuhi Kriteria Kelulusan Minimum (KKM) yaitu 70 ke atas. Upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar ekonomi siswa dilakukan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share(TPS). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas kelas X-E di MAN Malang I. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

19 23 observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-E di MAN Malang I yang berjumlah 39 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Data-data yang dipergunakan untuk menilai proses selama PTK berlansung bersumber dari nilai siswa, data observasi aktvitas guru dan siswa, angket balikan siswa, catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh dari skor klasikal aktivitas belajar siswa tingkat keaktifan siswa, dilihat dari hasil analisa observasi aktivitas siswa yaitu pada siklus 1 mencapai 60% meningkat meningkat menjadi 80% pada siklus 2 sehingga peningkatan aktifitas sebanyak 20%. Hasil belajar siswa dari ranah kognitif mengalami peningkatan dari hasil tugas yang diperoleh siswa pada siklus 1 Kelulusan belajar siswa dari 39 siswa 9 siswa yang belum lulus. Pada siklus 2 siswa yang belum lulus belajarnya menjadi 3 siswa. Saputri, Dwi Lindasari Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-4 pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 5 Malang. Jumlah siswa 38 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Jenis penelitian yang digunakan adala penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah observasi untuk mengetahui motivasi belajar siswa, serta tes dalam bentuk tes tulis (post test) berupa tes subjektif (uraian terbatas) untk menilai hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) dapat diterapkan pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 5 Malang pokok bahasan perilaku konsumen dan produsen dalam kegiatan ekonomi. Motivasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II, yang diperoleh dengan observasi meningkat 11% (83% pada siklus I meningkat menjadi 94% pada siklus II). Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak 31 siswa (82%) dan yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 7 siswa (18%), serta pada siklus II siswa yang tuntas dalam belajar adalah seluruh siswa, yaitu 38 orang (100%).

20 24 Putra, Dani Surya Penerapan model pembelajaran kooperatif (Think Pair Share) TPS untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Batu semester gasal Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Data penelitian berupa Hasil belajar kognitif siswa diperoleh melalui skor yang berupa tes yang dilakukan setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar Kognitif siswa mengalami peningkatan sebesar 23,54% dari nilai rata-rata yang sebelumnya 50,78% menjadi 74,12% pada siklus 1 dan pada siklus II meningkat sebesar 16,56% dari rata-rata 67,81 % menjadi 84,37%. Hasil belajar afektif di peroleh dari pengamatan rubrik penilaian aspek afektif yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran, dalam pengamatan pada siklus 1 jumlah nilai rata-rata 58,8% pada siklus II meningkat sebesar 80,1% ada peningkatan 21,3%. Pada aspek afektif hasil belajar siklus I ke siklus II ada peningkatan 21,3% dan penilaian aspek afektif siklus II lebih tinggi dari pada siklus I. Adanya peningkatan tersebut dikarenakan siswa sudah memahami prosedur pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif model TPS pada saat proses belajar mengajar. Persamaan dengan hasil penelitian Saya, yaitu: Penerapan model pembelajaran kooperatif (Think Pair Share) TPS untuk meningkatkan hasil belajar, hasil belajar afektif di peroleh dari pengamatan rubrik penilaian aspek afektif yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian Saya, yaitu: Jenis penelitian dan setting penelitian serta rubrik penilaian aspek psikomotor, aspek kognitif. 2.3 Kerangka Pikir Bahasa Indonesia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti meliputi proses mendengarkan, menyimak, membaca, dan menulis. Indikasinya berupa hasil belajar Bahasa Indonesia yang kurang memuaskan. Untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif metode Berpikir Berpasangan Berbagi. Pada kondisi awal diduga guru kelas 4 masih menggunakan metode ceramah dan teknik teacher

21 25 center, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat. Hal ini menyebabkan siswa jenuh, bosan dan partisipasi siswa rendah. Model pembelajaran kooperatif metode Berpikir Berbagi Berpasangan merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa dengan variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi kemudian siswa di dalam pasangan berdiskusi bersama untuk menemukan jawaban, setelah beberapa menit masing-masing pasangan tersebut berbagi ke seluruh siswa terkait jawaban tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. 2.4 Hipotesis Tindakan Kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga melalui model pembelajaran kooperatif metode Berpikir Berpasangan Berbagi dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya tentang membaca teks pengumuman kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan.

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VII SMP Negeri I Paguat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Make a Match 2.1.1 Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan ini mengenai deskripsi pra siklus, deskripsi siklus 1, dan deskripsi siklus 2. Deskripsi siklus 1 tentang perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan siswa. Menyangkut soal mengapa siswa berbuat demikian dan apa tujuannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk

Lebih terperinci

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoretis Kajian teoretis ini terdiri dari tiga sub bab yaitu model pembelajaran Think Pair Share (TPS), media gambar dan sintaks pembelajaran Think Pair Share (TPS)berbantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang di sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai lembaga pendidikan tinggi berkompetisi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas yang baik, dalam bentuk memiliki keterampilan yang memadai,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Istilah belajar menurut beberapa ahli, di antaranya oleh Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi

Lebih terperinci

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH 1 2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH Hasnia Lundeto Fatma

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI 244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI Wisnu Sunarto, Woro Sumarni, Eli

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dipaparkan beberapa teori dari para ahli mengenai pengertian belajar dan hasil belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dipaparkan beberapa teori dari para ahli mengenai pengertian belajar dan hasil belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dipaparkan beberapa teori dari para ahli mengenai pengertian belajar dan hasil belajar beserta faktor-faktor penyebabnya. Adapun hal lain yang

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan)

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan) Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN METODE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS 7 D SMP

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil 46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU LKS TERSTRUKTUR

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU LKS TERSTRUKTUR MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU LKS TERSTRUKTUR Dian Artanti, Erni Puji Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGUNGKAPKAN INFORMASI SECARA LISAN TENTANG KELUARGA PELAJARAN BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Menurut Slameto dalam Hamdani (2010: 20), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd. 1 Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) terhadap Kemampuan Menanggapi Pembacaan Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu Tahun Pembelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN PELUANG SISWA KELAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS V SD NEGERI 106146 MULIOREJO MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri 106146 Muliorejo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Minat 1. Pengertian Minat Belajar Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi setiap kreatifitas manusia. Dalam hal belajar minat sangat besar pengaruhnya terhadap

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 SENTOLO Nurul Arum Sulistyowati FKIP, Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KORMIANA MS Guru SMP Negeri 3 Tapung kormiiana342@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENINGKATAN MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PENINGKATAN MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VII A SMP PGRI BAGELEN Nurma Gupita Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Teknik pembelajaran diartikan dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIIF SMP N 2 SRANDAKAN Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa Kelas IV SD Inpres Pandanwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai Melalui Media Gambar Denah

Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa Kelas IV SD Inpres Pandanwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai Melalui Media Gambar Denah Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa Kelas IV SD Inpres Pandanwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai Melalui Media Gambar Denah Sinapati, Syamsuddin, dan Sahrudin Barasandji Mahasiswa Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Pra Siklus Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Tleter Semester 2 Tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menari Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pembelajaran ada dua kegiatan yaitu kegiatan guru mengajar dan kegiatan siswa belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk

Lebih terperinci

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012. PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012 Oleh: Nana Sumarna 1 Abstrak. Metode pemecahan masalah merupakan suatu

Lebih terperinci

Lutfi Nur Zakyah 1, Herawati Susilo 2, Triastono Imam Prasetyo 3 Universitas Negeri Malang

Lutfi Nur Zakyah 1, Herawati Susilo 2, Triastono Imam Prasetyo 3 Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING (PP) DIPADU PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X IPA 5 SMAN 7 MALANG Lutfi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Bahasa Indonesia Bahasa memiliki peranan penting dalam perkembangan intelektual, penguasaan emosi, dan kemampuan berkomunikasi setiap orang. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIIF SMP NEGERI 2 GAMPING Oleh: Intan Mira Depita 11144100190 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteistik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteistik Subjek Penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteistik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata presentasi hasil belajar siswa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi dalam dunia pendidikan sangatlah penting karena dengan komunikasi dapat mengetahui kemampuan siswa dalam proses belajarnya. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang menyenangkan, duduk berjam-jam mendengarkan guru menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. kurang menyenangkan, duduk berjam-jam mendengarkan guru menyampaikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar yang menganggap belajar di kelas adalah hal yang kurang menyenangkan, duduk berjam-jam mendengarkan guru menyampaikan informasi materi berdasarkan

Lebih terperinci

mempengaruhi minat adalah sebagai berikut:

mempengaruhi minat adalah sebagai berikut: BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Minat Belajar a. Minat atau interest Minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan dan kegairahan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD *FAUZIAH FADLAH DAN **NURMAYANI *Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Matematika a. Belajar Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian proses pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). Menurut Kunandar (2008:41) Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari A. Metode Diskusi BAB II KAJIAN PUSTAKA Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari bahasa Yunani (metha), yang berarti melalui atau melewati. Secara umum metode atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Ayu Pipit Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD selalu mengacu kepada kurikulum SD yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bagian ini peneliti akan membahas beberapa kajian-kajian teori diantaranya ialah tentang hakikat matematika serta pembelajaran matematika dan tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada

Lebih terperinci

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga

Lebih terperinci