BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan kadar glukosa/gula darah (hyperglikemi) kronik akibat berkurangnya atau tidak adanya insulin (Iqbal, 1996). Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Maulana, 2008). Diabetes melitus adalah serangkaian gangguan atau sindroma di mana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan atau metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ini disebabkan oleh kekurangan baik sebagian maupun mutlak hormon insulin yang dihasilkan dan dilepas oleh sel-sel beta yang terletak di bagian pankreas (Mc.Wright, 2008). Pankreas merupakan sebuah kelenjar yang terletak di antara duodenum (usus dua belas jari) dengan limpa dan berada di belakang perut dengan panjang sekitar 15 cm. Pankreas mengandung 2 jenis sel utama di mana keduanya menghasilkan sekresi (penggetahan). Kelompok pertama mengeluarkan sekresi enzim-enzim pencernaan yang terlibat dalam mengurai makanan dan yang kedua terdiri dari himpunan sel-sel yang disebut islet of langerhans (kelompok sel-sel pankreas yang mengeluarkan getah insulin dan glukagon) yang menghasilkan hormonhormon. Sebagaimana yang dinyatakan di atas, sel-sel beta adalah sel-sel yang menghasilkan dan melepas insulin, sedangkan sel-sel alpha adalah sel-sel yang mengeluarkan getah hormon yang disebut glukagon yang juga terlibat dalam pengaturan kadar gula darah. Glukagon pada dasarnya bekerja pada proses-proses yang terjadi di hati dan berperan penting dalam 4

2 5 mencegah hipoglisemia. Hipoglisemia merupakan salah satu ciri-ciri utama kondisi diabetes yang memerlukan terapi insulin (Mc.Wright, 2008). 2. Penyebab Diabetes Melitus Penyebab penyakit diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun atau penyakit kekebalan tubuh yaitu tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebakan tubuh menghancurkan sel-sel beta pankreas akibat virus atau racun. Virus dan Bakteri penyebab diabetes mellitus adalah virus rubela, dan human coxsackievirus B4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus dapat menyebabkan diabetes melitus melalui mekanisme infeksi sitolitik pada sel yang mengakibatkan destruksi sel. Selain itu, melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun pada sel. Bahan toksik, yakni aloksan, pyrimuron (rodentisida), dan streptozocin (produk dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari cassava atau singkong. Singkong mengandung glikosida sianogenik yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksik terhadap jaringan tubuh. Penyebab diabetes tipe 2 yaitu berkurangnya produksi hormon insulin oleh sel beta pada pankreas dan ketidakmampuan insulin untuk bekerja secara maksimal atau penurunan kerja insulin, sehingga kadar gula dalam darah mengalami peningkatan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya diabetes melitus tipe 2 yaitu: a. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel). b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat. c. Kurang gerak badan (tingkat aktivitas jasmani). d. Faktor keturunan (herediter). e. Pola makan yang salah (Waspadji, 2004).

3 6 3. Patofisiologi Diabetes Melitus Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung di dalamnya terdapat kumpulan sel yang terbentuk seperti pulau dan disebut pulau langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam pengukuran kadar glukosa darah. Pada penderita DM tipe 2 jumlah insulin bisa normal bahkan lebih banyak tetapi reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Pada penderita DM tipe 2 jumlah reseptor insulin kurang, sehingga meskipun insulin banyak tetapi glukosa dalam darah meningkat. Pada penderita DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup namun memiliki kualitas yang kurang sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. DM tipe 2 juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi (Subekti, 1999). 4. Penggolongan Diabetes Melitus a) Diabetes Tipe 1 : Dikenal dengan Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin di mana tubuh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai saat ini, diabetes mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. b) Diabetes Tipe 2 : Dikenal dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). Diabetes tipe 2 adalah keadaan di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas

4 7 (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan. c) MRDM (Malnutrisi Related Diabetes Mellitus) atau DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi). d) Diabetes mellitus tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu antara lain disebabkan oleh penyakit pankreas, penyakit hormonal, faktor pemberian maupun pemakaian obat bahan kimia lainnya, kelainan reseptor pada insulin dan sindrom genetik tertentu, serta terjadinya sirosis hepatis. e) Diabetes Gestasional adalah keadaan sementara dari resistensi insulin yang biasanya terjadi pada pertengahan masa kehamilan karena produksi hormon yang berlebihan, atau karena ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi insulin tambahan yang diperlukan pada masa kehamilan. Diabetes gestasional biasanya hilang setelah masa kehamilan selesai, tetapi para wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terserang diabetes tipe 2 (McWright, 2008). 5. Gejala Diabetes Melitus Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala di bawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita: a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia) c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

5 8 d. Frekuensi urine meningkat/kencing terus menerus (Glycosuria) e. Berat badan menurun drastis. f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan & kaki g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba i. Apabila luka/tergores lambat penyembuhannya j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit ((McWright, 2008). 6. Faktor Resiko Terjadinya Diabetes Mellitus a. Obesitas Obesitas adalah tanda utama yang menunjukkan seseorang dalam keadaan pradiabetes. Obesitas selalu disertai dengan resistensi insulin yang mengarah pada diabetes. Obesitas merusak pengaturan energi metabolisme dengan dua cara, yaitu obesitas menimbulkan resistensi leptin dan meningkatkan resistensi insulin. Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan gen obesitas. Leptin berperan dalam hipotalamus untuk mengatur tingkat lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak menjadi energi, dan rasa kenyang. Orang yang mengalami kelebihan berat badan, kadar leptin dalam tubuh akan meningkat. Kadar leptin dalam plasma meningkat dengan meningkatnya berat badan. Leptin bekerja pada sistem saraf perifer dan pusat. Peran leptin terhadap terjadinya resistensi yaitu leptin menghambat fosforilasi insulin receptor substrate-1 (IRS) yang akibatnya dapat menghambat ambilan glukosa. Leptin juga berhubungan dengan hormon stres kortisol. Aturan yang umum apabila seseorang memiliki kelebihan berat badan maka akan meningkatkan kadar kortisol secara kronis. Jaringan lemak

6 9 memacu proses produksi hormon kortisol dan kadar kortisol yang tinggi akan menyebabkan peningkatan berat badan. Kortisol berbeda dibandingkan dengan hormon steroid lain seperti hormon seks dalam hal penggolongannya, hormon kortisol digolongkan sebagai glukokortikoid. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi utamanya berkaitan dengan peningkatan kadar gula darah dengan mengorbankan jaringan otot. Pada keadaan kronis akan menuju ke keadaan resistensi insulin dan perubahan susunan tubuh dari otot menjadi lemak (D Adamo, 2007). b. Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang berkepanjangan yaitu lebih dari 140/90 mmhg (Lovastatin, 2006). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita. Hipertensi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, ginjal, gangguan fungsi kognitif, stroke ataupun DM. Tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik, kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, trigliserid, dan HDL rendah serta terganggunya keseimbangan hormon merupakan faktor pengatur tekanan darah. Pada pasien dengan diabetes melitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmhg harus dianggap sebagai faktor risiko terjadi hipertensi (Saraswati, 2009). c. Faktor genetik Keturunan atau genetik merupakan penyebab utama diabetes. Jika kedua orang tua memiliki diabetes tipe 2, ada kemungkinan bahwa hampir semua anak-anak mereka akan menderita diabetes. Jika kedua orang tua memiliki diabetes tipe 1, kurang dari 20% dari anak-anak mereka akan terserang diabetes mellitus tipe 1. Pada kembar identik, jika salah satu kembar mengembangkan diabetes tipe 2, maka hampir

7 10 100% untuk kembar yang lain juga akan berpotensi untuk terserang diabetes melitus tipe 2 (Waspadji, 2004). d. Umur Umur adalah salah satu faktor yang yang paling umum yang mempengaruhi individu untuk diabetes. Faktor resiko meningkat secara signifikan setelah usia 45 tahun dan meningkat secara dramatis setelah usia 65 tahun. Hal ini terjadi karena orang-orang pada usia ini kurang aktif, berat badan akan bertambah dan massa otot akan berkurang sehingga menyebabkan disfungsi pankreas. Disfungsi pankreas dapat menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah karena tidak diproduksinya insulin. Diabetes tipe 2 sering diderita pria dan wanita yang kelebihan berat badan. Sampai saat ini, diabetes tipe 2 dikenal sebagai diabetes dewasa karena tidak pernah terjadi pada anak-anak. Tetapi, dalam dekade berselang sejumlah anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan dan obesitas juga mengidap penyakit ini. Perubahan seismik ini juga menjadi alasan diabetes tipe pertama tidak lagi disebut diabetes remaja (D Adamo, 2007). e. Faktor makanan Faktor makanan juga merupakan faktor utama yang bertanggung jawab sebagai penyebab diabetes melitus. Makan terlalu banyak karbohidrat, lemak dan protein semua berbahaya bagi tubuh. Tubuh kita secara umum membutuhkan diet seimbang untuk menghasilkan energi untuk melakukan fungsi-fungsi vital. Terlalu banyak makanan, akan menghambat pankreas untuk menjalankan fungsi sekresi insulin, jika sekresi insulin terhambat maka kadar gula dalam darah akan meningkat. Orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti biscuit, coklat, es cream dan lain sebagainya sangat berpotensi untuk terserang penyakit diabetes melitus (Waspadji,2004).

8 11 f. Kurang Aktivitas Kurang aktivitas merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes mellitus. Kurangnya aktivitas dapat memicu timbulnya obesitas pada seseorang dan kurang sensitifnya insulin dalam tubuh. Sehingga dapat menimbulkan penyakit diabetes melitus. Inaktivitas fisik banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki, orang kulit hitam daripada kulit putih, individu senior daripada dewasa muda, dan pada kelompok dengan status ekonomi yang rendah (D adamo, 2007). 7. Kategori Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Kategori kadar gula darah penderita diabetes melitus dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: TABEL 1 KATEGORI KADAR GULA DARAH Kadar gula darah Pre DM Bukan DM Diabetes Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl) < >200 Kadar Gula Darah Puasa (mg/dl) < >126 Kadar Gula Darah 2 jam PP < >200 Sumber: (D adamo, 2007). 8. Dasar-Dasar Pengelolaan Diabetes Mellitus a. Penyuluhan (edukasi): Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Penyuluhan bagi pasien DM tidak hanya dilakukan oleh dokter yang mengobati, tetapi juga oleh segenap jajaran terkait dengan pengelolaan DM seperti perawat

9 12 penyuluh, pekerja sosial, ahli gizi dan sebagainya sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas yang lebih baik. b. Perencanaan Makan: Salah satu pilar utama pengelolaan diabetes adalah perencanaan makan. Perencanaan makan yang tepat dapat mengontrol kadar gula darah pasien DM tipe 2. Diet DM merupakan terapi utama yang dapat menekan munculnya diabetes latent serta dapat menekan penyakit kronik akut pada penderita diabetes melitus. Diet sebagai bagian dari pengobatan diabetes melitus yang mempunyai arti penting, bahkan sebagian penderita diabetes melitus ringan sampai berat dapat dikendalikan dengan diet dan olahraga. c. Latihan Jasmani Latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes antara lain memperbaiki metabolisme, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani, rasa percaya diri, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. d. Obat Hipoglikemik Apabila penderita telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik oral. Macam obat hipoglikemik oral yaitu sulfonilurea, biguanida, acarbose, thiazolidinedion (Waspadji, 2004).

10 13 9. Komplikasi Diabetes Mellitus Komplikasi diabetes melitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes. a. Komplikasi Akut Diabetes Komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik. Reaksi hipoglikemia yaitu keadaan dengan kadar gula darah yang menurun sampai kurang dari 50mg/dl. Tanda-tanda hipoglikemia yaitu rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Koma diabetik timbul karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi dan biasanya lebih dari 600mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah nafsu makan menurun, banyak minum dan banyak kencing kemudian disusul rasa mual, muntah, nafas cepat, serta berbau aseton, sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus dibawa ke rumah sakit (Tjokroprawiro, 2006). b. Komplikasi Kronis Komplikasi kronis atau komplikasi yang bersifat menahun pada umumnya terjadi pada penderita yang telah mengidap penyakit diabetes melitus selama 5-10 tahun. 1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Asterosklerosis adalah menebalnya arteri dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman, atau lemas saat berjalan dan bisa menyebabkan kematian pada jaringan apabila suplai darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama.

11 14 2. Kerusakan pada Ginjal (Nefropati) Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil pada ginjal akibatnya efisiensi ginjal untuk menyaring darah terganggu. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2-7,1% pada penderita diabetes melitus. 3. Kerusakan Saraf (Neuropati) Gula darah yang tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan lemak di sekitar saraf. Saraf yang rusak bisa menyebabkan kehilangan indera perasa. Kerusakan biasanya dimulai dari jempol kaki dan telapak kaki yang menimbulkan mati rasa, kesemutan, seperti terbakar, rasa sakit, rasa tertusuk atau kram pada otot kaki. 4. Kerusakan pada mata (Retinopati) Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian seluruh penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan (Misnadiarly, 2006). B. Penilaian Status Gizi dengan Antropometri 1. Pengertian Antropometri Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Menurut jellife (1966) dalam buku Supariasa (2002) antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak bawah kulit. Cara pengukuran ini banyak dilakukan karena relatif murah, mudah digunakan untuk mengukur populasi yang banyak, objektif,

12 15 hasilnya cukup baik dan bisa menunjukkan adanya kelainan nutrisi maupun pertumbuhan, meskipun ada beberapa kekurangan yaitu pengukurannya tidak tepat dan adanya keterbatasan untuk mendiagnosa secara teliti. Beberapa cara pengukuran lemak tubuh antara lain triceps skinfold, subscapular skinfold, biceps skinfold, LLA, lingkar pinggang dan panggul. Pengukuran BB/TB sering disebut Body Mass Index atau BMI, di Indonesia dikenal dengan Indeks Massa Tubuh atau IMT. Keunggulan Antropometri Gizi antara lain : a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri. c. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan. d. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. e. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. f. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi. Kelemahan Antropometri Gizi antara lain: a. Tidak sensitif Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe. b. Faktor di luar Gizi ( penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri. c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi.

13 16 d. Kesalahan ini terjadi karena: 1. Pengukuran 2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan. 3. Analisis dan asumsi yang keliru. e. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan: 1. Latihan petugas yang tidak cukup. 2. Kesalahan alat atau alat tidak ditera. 3. Kesulitan pengukuran (Supariasa, 2002). Penggunaan pengukuran antropometri, khususnya pengukuran berat badan, merupakan prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Dengan hasil pengukuran berat badan, dokter dan ahli gizi dapat menghitung berapa besar kebutuhan energi dan nutrien, khususnya protein dari makanan. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran yang spesifik juga diperlukan dan pengukuran ini mencakup Indeks Massa Tubuh atau IMT serta lingkaran perut (Hartono, 2006). 2. Indeks Massa Tubuh (IMT) Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Mempertahankan berat badan yang ideal atau normal adalah salah satu cara yang dapat dilakukan (Supariasa, 2002). Berat badan yang di bawah batas minimum dinyatakan sebagai underweight atau kekurusan, dan berat badan yang berada di atas batas maksimum dinyatakan sebagai overweight atau kegemukan. Orangorang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai risiko

14 17 terhadap penyakit infeksi, sementara di atas ukuran normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif (Supariasa, 2002). Laporan FAO/WHO/UNU Tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Istilah body mass index di Indonesia diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh atau IMT. IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002). IMT dihitung dengan pembagian berat badan dalam kg oleh tinggi badan dalam meter pangkat 2. Kini IMT banyak digunakan di rumah sakit untuk mengukur status gizi pasien, karena IMT dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada pengukuran berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak dilakukan saat ini karena orang yang kelebihan berat atau yang gemuk lebih beresiko untuk menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi, osteoartritis, dan beberapa bentuk penyakit kanker (Hartono, 2006). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya oedema, asites dan hepatomegali (Supariasa, 2002). Rumus IMT: IMT = BB TB 2

15 18 Keterangan : IMT : Indeks Massa Tubuh (kg/m 2 ) BB : Berat Badan (kg) TB : Tinggi Badan (m) Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1 25,0 dan untuk perempuan 18,7 23,8. Untuk kepentingan pemantuan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang dan akhirnya diambil kesimpulan ambang batas IMT bagi orang asia adalah seperti tabel 2 berikut ini: TABEL 2 KATEGORI AMBANG BATAS IMT Kategori IMT ( kg/m 2 ) Berat badan kurang < 18.5 Berat badan normal Pre Obesitas >23 Obesitas ringan Obesitas sedang Obesitas berat 30 (Sumber: Hartono, 2006)

16 19 Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah, dan risiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit. Beberapa hal yang berhubungan dengan IMT adalah: a. Energi intake berlebih dan kurangnya aktivitas Gizi lebih disebabkan karena tidak seimbangnya makanan yang dikonsumsi terhadap kegiatan fisik yang dilakukan sehingga terdapat energi yang tersisa dan tertimbun sebagai lemak di dalam tubuh. Banyaknya energi intake seseorang tergantung dari kebutuhan untuk energy expenditure yang dipengaruhi oleh cuaca dingin, latihan, masa pertumbuhan, kehamilan, masa pemberian ASI dan lain-lain. Pada prinsipnya seseorang cenderung makan sesuai dengan kebutuhannya untuk hidup dan bekerja. Meskipun demikian kadang-kadang seseorang makan lebih banyak dan kadang lebih sedikit dari yang dibutuhkan. Kelebihan makan yang dilakukan berturut-turut dalam kurun waktu lama akan menyebabkan kenaikan berat badan dan apabila hal ini tidak segera dikontrol, maka akan mengakibatkan overweight dan obesitas. Adanya peningkatan energy expenditure, biasanya akan diikuti dengan kenaikan energi intake, tetapi apabila aktivitas menjadi sangat kurang dan keseimbangan menjadi terganggu karena energi intake menjadi lebih besar dari energy expenditure maka kelebihan energi ini akan ditimbun sebagai lemak dalam tubuh. Sebaiknya apabila seseorang menjadi sangat aktif, sedangkan penambahan energi intake tidak memenuhi, maka seseorang tersebut akan kehilangan berat badannya. Status gizi lebih mulai terlihat di Indonesia yang mana kejadiannya berhubungan dengan adanya kemajuan ekonomi,

17 20 kemakmuran, berlimpahnya makanan, adanya tingkatan sosial ekonomi dalam masyarakat dan adanya pola hidup sedentary (aktivitas sangat kurang) dari beberapa tingkatan masyarakat tertentu merupakan kunci dari kejadian obesitas, di mana pertambahan berat badan disebabkan karena rendahnya energy expenditure disertai dengan kelebihan makan. b. Faktor Keturunan Tingginya insiden obesitas pada orang tua dari anak yang obesitas dan kenyataan adanya anak-anak yang sudah menjadi obesitas sejak kecil menunjukkan bahwa masalah keturunan merupakan salah satu hal yang penting. Berat badan seseorang sangat tergantung dengan massa tubuh orang tuanya dan tidak ada hubungannya dengan massa tubuh orang tua angkatnya. c. Masalah Kejiwaan dan Kebiasaan Keluarga Beberapa masalah psikomatik dapat mendorong terjadinya makan secara berlebihan. Kecemasan dan perasaan tertekan seseorang yang mempunyai masalah atau tidak mempunyai hubungan baik dengan keluarganya membuat mereka apatis dan terisolir. Mereka hidup tanpa perhatian dari keluarga, sehingga mengalihkan permasalahannya dengan mengkonsumsi makanan secara tidak terkontrol. Dalam keadaan seperti ini dibutuhkan dukungan untuk mengatasi masalah kejiwaannya agar ia tidak jatuh ke dalam stadium depresi. Kebiasaan keluarga seperti tersedianya makanan yang berlebihan dan kebiasaan makan yang berlebihan atau kebiasaan untuk tidak melakukan banyak aktivitas yang banyak mengeluarkan tenaga dapat memicu terjadinya obesitas meski tanpa ada masalah kejiwaan. d. Sosial Ekonomi Individu dengan keadaan sosial ekonomi tinggi mempunyai kandungan jaringan adipose yang lebih besar dibandingkan dengan golongan sosial ekonomi rendah. Pada tingkat income yang sama,

18 21 wanita lebih gemuk dibandingkan dengan laki-laki pada semua golongan umur. Pada orang dewasa hubungan status gizi dengan income terlihat seirama pada laki-laki dan sebaliknya pada perempuan. Wanita gemuk akan lebih banyak ditemukan pada tingkat sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan tingkat sosial ekonomi tinggi. Studi epidemiologi menunjukkan adanya hubungan yang erat antara status sosial ekonomi dan prevalensi obesitas dan hubungan ini sangat nyata pada wanita (Misnadiarly, 2007). e. Umur dan Jenis Kelamin Dari survey IMT (1996/1997) yang dilakukan pada orang dewasa laki-laki dan perempuan, dikatakan bahwa IMT meningkat dengan meningkatnya umur. IMT tertinggi golongan umur tahun, yaitu overweight sebanyak 13.8% dan obesitas sebanyak 19.9%. Menurut jenis kelamin didapatkan overweight pada lakilaki sebesar 8.3%, pada perempuan sebesar 11.4%. Sedangkan obesitas pada laki-laki ditemukan sebesar 7.4% dan perempuan sebesar 14.7% (Depkes, 1997). C. Hubungan IMT dengan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 Diabetes melitus terjadi pada orang yang memiliki status gizi gemuk atau tidak gemuk. Namun sebagian besar DM tipe 2 terjadi pada orang gemuk/obesitas. Prevalensi DM pada orang dewasa sangat berhubungan dengan kejadian kegemukan, konsumsi yang berlebihan dari makanan yang tinggi energi, sehingga akan mengakibatkan obesitas, akan tetapi tidak langsung mengakibatkan DM. Kegemukan akan mengakibatkan berkurangnya reseptor insulin pada sel target dan juga perubahan tingkat pasif reseptor yaitu berkurangnya transportasi gula dan perubahan metabolisme glukosa tingkat intraseluler. Dengan demikian akan timbul resistensi insulin dan pada gilirannya akan

19 22 terjadi DM. Mekanisme timbulnya DM cara ini terutama terjadi pada DM tipe 2. Secara klinis, obesitas diartikan sebagai kelebihan lemak pada sel adipose. Konsep dari 2 bentuk utama obesitas didasarkan atas teori sel adipose yaitu sel lemak yang didistribusikan dalam jumlah normal (tetapi mengalami hipertrofi) atau pertambahan jumlah dan pembesaran sel lemak (hipertrofi dan hiperpalsi). Pada obesitas yang terjadi di masa dewasa, kelebihan lemak akan didistribusikan dalam jumlah sel yang normal, dengan bentuk pembesaran sel lemak (hipertrofi), dengan pembesaran jaringan adipose, hal ini akan berhubungan dengan metabolisme yang tidak normal seperti kacaunya metabolisme karbohidrat, terjadinya hiperglikemia, dan hiperinsulinemia. Insensitivitas insulin dan hiperinsulinemia pada pasien obesitas yang berakibat pada kurang lancarnya metabolisme glukosa. Ini terutama berhubungan dengan besarnya ukuran sel lemak daripada dengan jumlah sel lemak. Pada hipertrofi sel lemak akan terjadi pengurangan jumlah reseptor insulin sehingga akan mengakibatkan resistensi insulin. Fungsi utama adipocites (sel-sel lemak) adalah untuk menyimpan trigliserida sebagai cadangan energi bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Sel-sel lemak tersebut telah terbukti memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dibandingkan dengan sel-sel lemak lainnya yang menyebar di mana-mana, terutama dengan memperhatikan kepekaan mereka terhadap hormonhormon tertentu. Sel-sel dimaksud diketahui lebih resisten terhadap insulin, namun memperlihatkan kepekaan yang lebih besar terhadap hormon katekolamin (hormon-hormon pengatur keseimbangan) yang berfungsi untuk mengimbangi insulin. Karena itu dirasakan oleh sebagian pakar bahwa obesitas bisa meningkatkan jenis resistensi terhadap insulin yang merupakan ciri diabetes tipe 2 (Mc.Wright, 2008). Pada obesitas terdapat kenaikan jumlah atau ukuran sel adiposa (sel lemak), tetapi sel ini sedikit mengandung reseptor insulin. Akibatnya, sel kurang bereaksi terhadap pengaruh insulin yang berguna dalam pengaturan metabolisme hidrat arang dan lemak.

20 23 Kadar insulin pada orang obesitas meningkat mengiringi pertambahan berat badannya, tetapi insulin tidak berfungsi secara efektif. Di sisi lain, kenaikan aktivitas enzim lipase mengiringi kenaikan massa jaringan adiposa menyebabkan penguraian lemak sehingga banyak dilepaskan asam lemak dalam darah, asam lemak bebas ini selanjutnya diangkut ke hati dan bersama kolesterol dalam hati akan dibuat menjadi suatu bentuk lipoprotein, VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Akibat semuanya ini kolesterol dan trigliserida (lemak netral) dalam darah juga meningkat (Misnadiarly, 2007). Pada orang yang gemuk selalu ditemukan kadar asam lemak bebas yang tinggi. Meningkatnya asam lemak bebas pada orang yang gemuk disebabkan oleh meningkatnya pemecahan trigliserid (proses lipolisis) di jaringan lemak terutama di daerah visceral (perut). Asam lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa dalam otot (Mc. Wright, 2008).

21 24 D. Kerangka Teori Obesitas/ IMT Pola Makan Salah Aktivitas Fisik Kurang Keturunan (Herediter) Umur Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 Hipertensi Dislipidemia E. Kerangka Konsep Indeks Massa Tubuh (IMT) Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 F. Hipotesa Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita DM tipe 2.

22 25

Definisi Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM. DIABETES MELITUS Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hyperglikemia (kadar - gula darah tinggi) yang kronik disertai berbagai kelainan meta bolik akibat gangguan hormonal. Akibat gangguan hormonal tsb

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus dari kata Yunani, diabainein, tembus atau pancuran air, dan kata lain mellitus, rasa manis yang umumnya dikenal sebagai kencing manis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan kelainan heterogen yang di tandakan apabila kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus

Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus Oleh: Mia Roosmalisa Dewi ABSTRAK Diabetes Melitus adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang, salah satu diantaranya adalah penyakit Diabetes Mellitus. Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus dan komplikasinya telah menjadi masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012 DIABETES UNTUK AWAM Desember 2012 Apa itu Tubuh Manusia? Tubuh manusia seperti mesin yang komplex Glukosa adalah bahan bakar dari tubuh manusia Bagaimana tubuh kita menggunakan glukosa? Glukosa digunakan

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus DM merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar glukosa yang berlebih dalam darah) seperti pada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. Penyakit DM dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes adalah gangguan metabolisme kronis, ditandai dengan kadar gula darah tinggi, serta adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. Definisi Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang dapat terjadi akibat dari faktor keturunan. Penyakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Mellitus Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data mengenai jumlah serta tingkat penderita diabetes di Indonesia didapat dari beberapa website berita dan pengetahuan di media internet : - www.nationalgeographic.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Rumah Sakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Keluarga 1.1 Definisi keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB Diabetes Mellitus DEFINISI Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara memadai.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID Glukosa Ada dalam makanan, sbg energi dalam sel tubuh. Dicerna dalam usus, diserap sel usus ke pembuluh darah, diedarkan ke sel tubuh. Untuk masuk ke sel dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin dari sel beta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin, 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh tubuh tidak mampu memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan tidak efektif dari produksi insulin,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang telah merambah ke seluruh lapisan dunia. Prevalensi penyakit ini meningkat setiap tahunnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

Lebih terperinci