PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI"

Transkripsi

1 PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 Judul Nama NRP : Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor : Rakhmat Afandi : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP Tanggal Disetujui :

3 PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat ridho, dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Bapak, kakak, dan keluarga besar penulis atas semua dukungan baik material maupun spiritual; Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang memberi dukungan dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini; Teman-teman bimbingan skripsi (Arsyad, Indah, dan Dian) atas kerjasama dalam mengumpulkan inventarisasi data; Ibu Reza atas bantuan dan arahan tentang ilmu desain; Mba Wulan yang mengajari teknis metode SBE; Diar yang mengarahkan pengambilan gambar; Chandra atas pinjaman kameranya; Ferbi yang mengajarkan penulis software Piranesi ; Teman-teman angkatan 42 atas kehebatan persahabatan dan cerita yang telah tertulis; dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan yang menggunakannya. Bogor, Februari 2010 Penulis

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Surani dan Ibu Suparti. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1991, yaitu TK Al-Hikmah selama satu tahun. Pada tahun 1992 penulis menjalankan studi di MI Al-Hikmah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun Setelah itu, penulis melanjutkan studi di MTsN 1 Mampang prapatan, Jakarta Selatan dan menyelesaikannya pada tahun Selanjutnya penulis pernah menjalankan studi di STM 17 Agustus 1945 Tebet dalam, Jakarta Selatan jurusan Teknik Elektro pada tahun yang sama. Karena keinginan diri sendiri, penulis memutuskan tidak melanjutkan studi tersebut. Kemudian, penulis diterima di SMU SULUH, Jakarta Selatan tahun 2002 dan lulus pada tahun Selama menjalani studi tersebut, penulis pernah menjalani kegiatan-kegiatan dan non formal, seperti les bahasa inggris di IEC, dan bimbingan belajar Ganesha Operation. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan akademik, yaitu menjadi asisten MK Desain Lanskap. Selain itu kegiatan yang dilakukan di luar akademik adalah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Penulis pernah menjadi Koordinator desa MK Kuliah Kerja Profesi di Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng dan Koordinator kelas MK Dasar-Dasar Proteksi Tanaman. Penulis juga mengikuti berbagai pelatihan, Studium General, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

6 RINGKASAN RAKHMAT AFANDI (A ). Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Bogor sebagai kota wisata seharusnya memperhatikan estetika kota secara keseluruhan. Estetika kota dapat diinterpretasikan pada Landmark seperti Kebun Raya Bogor. Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB) mempunyai berbagai potensi dan kendala estetika tentang kenyamanan penggunanya. Salah satu potensi dan kendala tersebut adalah visual produk reklame yang meningkat secara kuantitas dan kualitas. Sementara itu, penataan media reklame kurang mempertimbangkan kondisi lingkungan yang berkonsep estetika sehingga perlu adanya kajian dan evaluasi keberadaan reklame sesuai kaidah keseimbangan dan keserasian. Hal tersebut disebabkan tidak adanya standar estetika lingkungan penataan reklame sebagai landasan suatu lanskap jalan dalam menganalisa keberadaan reklame. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh reklame terhadap kualitas estetik lanskap Jalan Lingkar KRB. Selain itu, penelitian ini juga mempelajari karakter visual reklame pada tapak, mempelajari tata letak reklame pada tapak, dan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi visual reklame secara umum. Penelitian ini memberikan manfaat bagi: (1) Perencana kota dalam merencanakan lanskap kota secara komprehensif dan terintegrasi, (2) bahan masukan pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame, (3) mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya selama studi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Scenic Beauty Estimation (SBE). Metode ini memberikan penilaian estetika secara kuantitatif pada lanskap. Uji SBE bertujuan untuk menentukan kualitas estetika lanskap Jalan Lingkar KRB dan faktor yang mempengaruhinya. Tahapannya adalah pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, sintesis, dan solusi. Pengumpulan data berupa foto-foto lanskap dan data pendukung lainnya. Foto tersebut dinilai oleh responden dan diolah sehingga mengghasilkan nilai estetika. Analisis merupakan tahapan dimana hasil olah data dipelajari dan dikaji dengan menurut prinsip desain, aspek sumberdaya visual, dan aspek legal. Hasil analisis uji SBE memperlihatkan banyak titik Jalan Lingkar KRB dikategorikan lanskap dengan estetika rendah. Kategori estetika rendah umumnya terdapat pada penggunaan lahan perdagangan dan jasa. Reklame adalah faktor yang menyebabkan kategori rendah tersebut. Kategori estetika tinggi umumnya terdapat pada penggunaan lahan RTH. Vegetasi yang harmonis adalah salah satu faktor yang menyebabkan kategori tinggi. Sedangkan, penggunaan lahan lain mempunyai nilai estetika yang bervariasi dan intensitas reklame yang berarvariasi. Berdasarkan uji SBE faktor-faktornya, nilai estetika reklame tinggi terdapat pada reklame billboard, reklame dengan pengurangan ukuran yang ideal, warna yang kontras dan tajam dengan latar belakang, pencahayaan yang memberi kesan interaksi reklame dengan ruang, reklame intensitas rendah, dan vegetasi atau perpaduan vegetasi dan bangunan yang harmonis. Faktor-faktor tersebut mempunyai korelasi linier terhadap nilai estetika reklame.

7 Rekomendasi penelitian ini adalah dalam bentuk zonasi Peletakan reklame. Zonasi jalan menurut prioritas peletakan reklame dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) Zona utama reklame adalah kawasan yang paling utama digunakan peletakan reklame. Pada zona ini dapat diletakkan reklame permanen dan non permanen. Jenis reklame yang dapat diletakkan adalah berbagai jenis reklame dan ukuran. Zona ini tercipta sebagai fasilitasi pemusatan media reklame pada daerah dengan penggunaan lahan perdagangan dan jasa, (2) Zona alternatif reklame adalah kawasan dengan peletakan hanya reklame non permanen saja. Jenis reklame yang dapat diletakkan adalah spanduk, banner, dan poster dengan ukuran kecil saja. Zona ini tercipta mengacu pada uji SBE kondisi umum yang memperlihatkan bahwa zona perkantoran dan pemerintahan mempunyai potensi untuk diletakkan reklame dengan intensitas rendah. Selain itu, zona ini juga mengarahkan peletakan reklame pada daerah yang tidak rawan kecelakaan, (3) Zona bebas reklame adalah kawasan tanpa peletakan reklame sama sekali. Zona ini tercipta mengacu pada Perda Bogor yang menjelaskan kawasan-kawasan yang tidak diperbolehkan adanya reklame, nilai estetika uji SBE, dan keselamatan pengendara bermotor. Pertimbangan kualitas Estetika Reklame juga merupakan rekomendasi penelitian ini. Billboard dapat digunakan sebagai media reklame utama. Untuk aspek pesan iklan, isi tersebut juga dapat terbaca apabila reklame menggunakan warna-warna yang dengan saturasi ideal tinggi. Selain dapat memperjelas pesan yang akan disampaikan, warna ideal tinggi juga dapat menambah nilai estetika. Akan tetapi, penggunaan warna reklame satu dengan yang lainnya harus mempertimbangkan prinsip desain tentang warna. Ukuran pada reklame dapat disesuaikan keperluan tetapi sebaiknya diminimalisir hingga ukuran ideal yang dapat menyampaikan isi pesan reklame dan tidak mengganggu pandangan. Pencahayaan malam untuk reklame sebaiknya memperhatikan aspek estetika reklame dan lingkungan sekitarnya. Untuk pengontrolan, pencahayaan mempunyai peran untuk tata letak relame. Pada zona yang tidak diperbolehkan dipasang reklame, lampu penerangan jalan umum dapat digunakan sebagai kontrol. Sifat lampu ini hanya sebagai penerangan jalan untuk umum dan tidak menerangi suatu objek saja sehingga reklame tidak berpotensi untuk diletakkan reklame. Uji SBE penelitian ini menunjukkan bahwa lanskap Jalan Lingkar KRB mempunyai nilai estetika rendah. Reklame pada Jalan Lingkar KRB memiliki intensitas tinggi dan dapat mengganggu lanskap. Kualitas estetika lanskap meningkat apabila intensitas peletakan reklame semakin rendah dan beberapa titik mempunyai nilai estetika sangat tinggi. Lanskap estetika tertinggi adalah lanskap yang mempunyai ciri tanpa reklame. Pengurangan nilai estetika sebagai akibat peletakan reklame dapat diminimalisir atau dihindari dengan memperhatikan sumberdaya visual tapak, yaitu karakter visual (form, line, color texture, dominance, scale, diversity, continuity) dan kualitas visual (vividness, intanctness, unity). Faktor yang mempengaruhi estetika reklame adalah desain, pencahayaan, intensitas, dan view sekitar reklame. Faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame adalah faktor desain, pencahayaan, intensitas, dan view sekitar reklame. Kondisi umum lanskap dengan faktor-faktor nilai estetika reklame berbeda-beda mempunyai nilai estetika yang berbeda-beda pula.

8 Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Reklame... 3 Visual... 9 Estetika Lanskap Jalan Scenic Beauty Estimation (SBE) Persepsi dan Preferensi Simulasi Komputer METODOLOGI Waktu dan Lokasi Batasan Penelitian Metode dan Tahapan Penelitian Persiapan Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Sintesis dan Solusi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakterisik jalan Penggunaan lahan... 29

10 Analisis Karakteristik Jalan Penggunaan Lahan Persebaran dan Jenis Reklame Estetika Jalan KRB Estetika kondisi umum Lanskap daerah permukiman Lanskap perdagangan dan Jasa Lanskap Ruang Terbuka Hijau Faktor-Faktor Estetika Reklame Jenis reklame Ukuran reklame Warna warna Pencahayaan Intensitas View Sekitar Rekomendasi Zonasi penempatan reklame Zona Utama Reklame Zona Alternatif Reklame Zona Bebas Reklame Pertimbangan kualitas estetika reklame KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

11 DAFTAR TABEL Halaman 1. Pertimbangan Prinsip Desain Penataan Media Aspek Sumberdaya Visual Data Fisik Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Jarak Pandang Pengendara Bermotor Menurut Fungsi Jalan Jumlah dan Jenis Reklame Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Perbandingan Jenis Reklame Menurut Skala Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa Perbandingan Prinsip Penataan Media Reklame Litbang (2004) dan Hasil Uji SBE Faktor Estetika ix

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Persepsi Visual Contoh Hasil SoftwareAdobe Photoshop dan Google Sketchup Lokasi Penelitian Tahapan Kegiatan Penelitian Bidang Penglihatan Mata Manusia Pembagian Fungsi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Penggunaan Lahan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Persebaran Titik Reklame Foto Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Grafik Nilai SBE Kondisi Umum Lanskap Permukiman Lanskap Perdagangan dan Jasa Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Lanskap RTH Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Zona Estetika Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Faktor Jenis Reklame Grafik Nilai SBE Faktor Jenis Reklame Simulasi Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi Faktor Ukuran Reklame Grafik Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame Nilai SBE Faktor Warna Reklame Tertinggi dan Terendah Grafik Nilai SBE Faktor Warna Reklame Contoh Lanskap Faktor Estetika Pencahayaan Reklame Grafik Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame Simulasi Foto Faktor Estetika Intensitas Reklame Tertinggi dan Terendah Grafik Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame Foto Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Faktor View Sekitar Reklame Grafik Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame Simulasi Zona Utama Reklame x

13 28. Simulasi Zona Alternatif Reklame Simulasi Zona Bebas Reklame Tampak Atas (atas) dan Tampak Samping (bawah) Peletakkan Reklame Besar dan Kecil Rekomendasi Zona Reklame Simulasi Pertimbangan Kualitas Estetika Reklame xi

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Gambar Uji SBE Kondisi Umum Gambar Uji SBE Faktor Estetika Reklame Kuesioner Uji SBE Daftar Hadir Responden Perhitungan Nilai SBE Kondisi Umum Perhitungan Nilai SBE Faktor Jenis Reklame Perhitungan Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame Perhitungan Nilai SBE Faktor Warna Reklame Perhitungan Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame Perhitungan Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame Perhitungan Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen Persebaran Reklame Segmen xii

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik dari elemen alami seperti bentuk topografi lahan berpanorama indah maupun elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan merupakan sarana penunjang aktifitas manusia dan lalu lintas kendaraan. Sarana ini meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya sehingga memungkinkan terjadinya akses yang mengutamakan aspek efisiensi, keselamatan dan kesenangan pemakai. Menurut Booth (1983), lanskap jalan memiliki fungsi untuk mendukung penggunaan secara terus menerus; membimbing; mengatur irama pergerakan; mengatur waktu istirahat; mendefinisikan penggunaan lahan; memberikan pengaruh; mempersatukan; membentuk karakter lingkungan, spasial, dan visual. Salah satu bangunan pelengkap jalan adalah reklame. Reklame berfungsi sebagai elemen penyampaian informasi yang peletakannya memerlukan kesesuaian pengaturan. Ketidaksesuaian reklame secara visual dapat mengurangi keindahan pada suatu area yang mempengaruhi perilaku manusia sehingga menyebabkan ketidakpuasan penggunanya. Bogor sebagai kota wisata yang dicirikan dengan banyaknay objek wisata seharusnya memperhatikan estetika kota secara keseluruhan. Estetika kota dapat diinterpretasikan pada landmark seperti daerah Istana Bogor, Tugu kujang, dan Kebun Raya Bogor. Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB) terdiri dari empat jalan yaitu Jalan Juanda, Otto Iskandar Dinata (Ottista), Pajajaran, dan Jalak Harupat. Jalan tersebut mempunyai berbagai potensi dan kendala tentang kenyamanan penggunanya. Salah satunya adalah visual produk reklame yang meningkat secara kuantitatif dan kualitatif. Sementara itu, penataan media reklame kurang mempertimbangkan kondisi estetika lingkungan sehingga perlu adanya kajian dan evaluasi keberadaan reklame sesuai kaidah keseimbangan dan keserasian. Hal tersebut disebabkan tidak adanya standar estetika lingkungan penataan reklame sebagai landasan suatu lanskap jalan dalam menganalisis keberadaan reklame dalam lanskap jalan.

16 2 Kualitas visual reklame dapat diukur melalui respon manusia dengan memberikan persepsi dalam menduga keindahan atau kualitas estetika. Evaluasi kualitas visual reklame mudah dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Perlu adanya kajian untuk mengetahui elemen lanskap apa saja yang mempengaruhi kualitas estetika dan visual reklame. Pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan studi literatur dan data instansional, survei lapangan, survei data instansi yang menangani perizinan reklame, wawancara, diskusi, kajian, dan analisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, elemen-elemen dasar lanskap yang menjadi variabel penduga kualitas visual reklame dapat diketahui. Penelitian estetika jalan di Kota Bogor masih jarang dilakukan terutama di Jalan Lingkar KRB. Oleh karena itu, penelitian mengenai estetika perlu dilakukan pada Jalan Lingkar KRB untuk menghasilkan rekomendasi yang dapat meningkatkan nilai estetika tapak. Tujuan Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari pengaruh reklame terhadap kualitas estetika lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB). Sedangkan untuk memenuhi tujuan umum tersebut, peneliti terlebih dahulu mempelajari karakter visual reklame yang ada pada tapak, mempelajari tata letak reklame yang ada pada tapak, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame, seperti: 1. Perencana kota dalam merencanakan lanskap kota secara komprehensif dan terintegrasi. 2. Bahan masukan pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame. 3. Mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya selama melakukan studi.

17 TINJAUAN PUSTAKA Reklame Komunikasi adalah penyampaian pesan seseorang atau lembaga kepada seseorang atau banyak orang, baik secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan dan akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Bentuk komunikasi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan media reklame. Reklame merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan ragamnya untuk tujuan komersil dan dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, dan memujikan suatu barang, jasa, atau orang, untuk menarik perhatian umum sehingga peletakannya harus dapat dilihat, dibaca, dan didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah (Perda Bogor No.4 Tahun 2005). Peraturan tentang reklame di Kota Bogor tertuang dalam Perda No. 4 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Reklame. Penyelenggaraan reklame adalah rangkaian kegiatan dan pengaturan yang meliputi perencanaan, jenis, perizinan, penyelenggara, pengawasan, pengendalian, dan penertiban reklame dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi. Peraturan tersebut dijelaskan jenis-jenis reklame, yaitu: 1. Reklame Bando, adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan besi, kayu, kertas, plastik, Fibre Glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain bersinar. Reklame ini dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan dan ditempelkan melintang (berseberangan) di atas jalan sarana dan prasarana kota. 2. Reklame rombong, adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, Fibre Glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain yang bersinar. Reklame ini dipasang pada kios dan penyelenggaraannya ditujukan di luar sarana dan prasarana kota milik orang pribadi atau badan. 3. Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

18 4 4. Reklame film atau slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, dan barang-barang lain sejenisnya sebagai alat untuk diproyeksikan pada layar atau benda lain. 5. Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh peralatan atau visualisasi apapun. 6. Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenisnya. 7. Reklame berjalan adalah reklame yang diselenggarakan dengan membawanya berkeliling dengan berjalan kaki, kendaraan bermotor atau tidak bermotor. 8. Reklame selebaran atau brosur adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas diselenggarakan dengan cara menyebarkan selebaran atau brosur atau pamflet. 9. Reklame Baliho adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, plastik, dan sejenisnya dengan jangka waktu paling lama 1 bulan. 10. Reklame Papan (Billboard) adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, fibre glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain yang bersinar yang dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan. 11. Megatron, Videotron, Large Electronic Display (LED), Video Wall dan Dynamic Wall adalah reklame menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik. 12. Reklame umbul-umbul atau banner atau Spanduk adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan kain, plastik, dan sejenisnya dalam jangka waktu paling lama 1 minggu. 13. Reklame poster atau tempelan stiker adalah reklame berbentuk lembaran lepas. Reklame ini diselenggarakan dengan cara disebarkan atau diminta untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, dan digantungkan pada tempat umum. Perda Bogor No. 4 Tahun 2005 mendefinisikan berbagai istilah penyelenggaraan reklame. Pola penyebaran reklame adalah peletakkan reklame yang tercermin dalam peta sebagai acuan dan arahan penyelenggaraan reklame. Titik reklame adalah tempat di mana bidang reklame didirikan atau ditempel.

19 5 Bidang reklame adalah bagian atau muka reklame yang dimanfaatkan guna tempat atau penyajian gambar, naskah, dan kata dari pesan-pesan penyelenggaraan reklame. Tinggi reklame adalah jarak antara ambang paling bawah bidang reklame ke permukaan tanah rata-rata atau bidang atap datar atau plat beton dan sejenisnya yang memenuhi kelayakan konstruksi tempat kedudukan peletakkan kaki konstruksi reklame. Panggung reklame adalah sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa bidang reklame yang diatur secara terpadu dengan baik dalam suatu komposisi yang estetik, baik dari segi kepentingan penyelenggaraan, masyarakat yang melihat maupun keserasiannya dengan pemanfaatan ruang kota beserta lingkungan sekitarnya. Definisi-definisi itu akan mempermudah untuk memahami kajian reklame dan dalam aplikasi penyelenggaraan reklame. Dasar pertimbangan penyelenggaraan media reklame ditentukan memperhatikan kepentingan masyarakat, pemerintah daerah dan pihak pengusaha (biro iklan) untuk menempatkan media reklame sesuai dengan fungsinya sebagai media informasi sekaligus sebagai komponen kota yang berpengaruh pada keindahan kota. Oleh karena itu, aspek estetika menjadi dasar pertimbangan dalam menata media reklame. Prinsip desain perlu diperhatikan dalam menyusun pedoman teknis penataan reklame. Selain itu, faktor estetika diperlukan untuk menyampaikan isi pesan. Kegiatan mengenalkan, menganjurkan, dan memujikan suatu barang dan jasa reklame tertuang dalam pesan. Pesan yang disampaikan oleh media reklame harus dapat tersampaikan oleh pembacanya. Menurut Kasali (1993) menyatakan bahwa keefektifan media luar ruang didasarkan pada: 1. Jangkauan, yakni kemampuan media menjangkau sasaran. 2. Frekuensi, yakni kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama kepada pengamat. 3. Kontinuitas, yakni kesinambungan media menyampaikan pesan sesuai strategi periklanan. 4. Ukuran, yakni kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut pesan. 5. Warna, yakni kemampuan media menyajikan tata warna. 6. Pengaruh, yakni kekuatan pesan iklan yang kreatif. Pesan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. Media harus dapat dibaca sekitar tujuh detik dan menggunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relatif jauh.

20 6 Untuk menciptakan estetika yang tinggi, lanskap jalan mempunyai kriteria-kriteria yang menjadi aspek pertimbangan dalam menyusun elemenelemennya. Banyak kriteria-kriteria dari berbagai macam sumber yang dapat dijadikan acuan estetika lanskap. Litbang PEMDA Bandung (2004) membuat kriteria-kriteria estetika lanskap dan aspek-aspek yang menciptakan estetika seperti bentuk, ukuran, penempatan, jumlah, orientasi, dan pencahayaan (Tabel 1). Tabel 1. Pertimbangan Prinsip Desain Penataan Media Aspek Konstruksi Bentuk dan ukuran Keindahan Indah sesuai dengan : 1. Bentuk lanskap 2. Karakteristik lingkungan Indah sesuai dengan : 1. Karakteristik kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap 3. Skala struktur/bangunan Penempatan Indah sesuai dengan : 1. Fungsi kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap Jumlah Indah sesuai dengan : 1. Karekteristik fungsi kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap Dengan memperhatikan: 1. Lebar kavling atau jarak antar bangunan 2. Orientasi pemasangan 3. Bentuk lanskap 4. Jenis Media Reklame 5. Keberadaan media reklame yang lain Orientasi Indah menurut : 1. Fungsi kawasan di kanan jalan 2. Bentuk lanskap Dengan memperhatikan: 1. Bentuk lanskap 2. Jenis media reklame 3. Keberadaan media reklame yang lain 4. Jumlah media reklame dan lebar kavling Pencahayaan Indah menurut : 1. Fungsi kawasan di kanan jalan Sumber: Kantor Litbang PEMDA Kota Bandung, 2004

21 7 Pola penyebaran dan peletakan reklame di suatu kawasan harus mempertimbangkan estetika, keserasian bangunan dan lingkungan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah (RTRW). Pola penyebaran tersebut diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu dan meliputi titik reklame di dalam sarana dan prasarana kota dan di luar sarana dan prasaran kota. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 15 tahun 1999 mengatakan bahwa nilai strategis titik reklame dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tata guna lahan atau potensi dari kawasan tersebut dalam mencapai sasaran pemasangan reklame, ukuran reklame, sudut pandang reklame, kelas jalan, harga lokasi pemasangan reklame. Nilai strategis tersebut menyebabkan perlu adanya kontrol dari pemerintah setempat terhadap peletakkan reklame. Menurut Perda Bogor No. 18 Tahun 2008, peletakan titik reklame di luar sarana dan prasarana kota dapat diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu. Peletakannya memperhatikan estetika, keserasian bangunan dan lingkungan dengan rencana tata ruang kota dapat ditempatkan: 1. Di atas bangunan 2. Menempel pada bangunan 3. Di halaman 4. Di areal terbuka. Peletakkan reklame di dalam sarana dan prasaran di kota Bogor diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu pada sarana dan prasarana kota, seperti: 1. Sisi luar trotoar atau bahu jalan; 2. Median jalan; 3. Shelter; 4. Jembatan 5. terowongan penyeberangan orang; 6. Ruang Terbuka Hijau; 7. Ornamen kota; 8. Terminal dan pangkalan angkutan; 9. Stasiun kereta api; 10. Gelanggang olahraga; 11. Pasar modern ataupun pasar tradisional.

22 8 Peletakkan reklame di dalam sarana dan prasarana kota Bogor terdapat larangan-larangan, meliputi: 1. Trotoar 2. saluran 3. Ruas-ruas jalan bagian dalam yang mengitari kawasan Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor. 4. Jl. Ir. H. Juanda mulai dari depan kejaksaan hingga simpang Jl. Pengadilan. 5. Sebelah barat Jl. Jend Sudirman mulai persimpangan Jl. Absesin s/d Simpang Jl. R.E Martadinata. 6. komersial pada area sarana pemerintah, tempat ibadah, dan sarana pendidikan formal. Menurut Simonds (1983), pengontrolan zona reklame diperlukan untuk melindungi vista dan pemandangan yang ada serta mempertahankan kualitas jalan dan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara untuk mengontrol adalah dengan pengelompokkan berbagai informasi dan penempatan pada titik lokasi yang ditentukan, misalnya area peristirahatan, taman lingkungan, pusat perdagangan dan jasa atau titik lain yang mudah dilihat oleh pengamat. Perda Bogor No. 4 tahun 2005 menyebutkan bahwa penyelenggaraan reklame dilaksanakan menurut jalur jalan. Jalur jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis untuk peletakkan titik reklame. Penyelenggaraan reklame diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu yang diatur oleh walikota meliputi: 1. Jalur jalan khusus adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai stategis khusus untuk peletakkan titik reklame. 2. Jalur jalan utama adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis utama untuk peletakkan titik reklame. 3. Jalur jalan I adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis jalur kelas 1 (satu) untuk peletakkan reklame. 4. Jalur jalan II adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapaun yang mempunyai nilai strategis jalur 2 (dua) untuk peletakkan titik reklame. 5. Jalur jalan III adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis jalur 3 (tiga) untuk peletakkan titik reklame.

23 9 Visual American Society of Landscape Architects (1979) mengemukakan dua aspek penting sumberdaya visual yang dilakukan dalam penilaian visual, yaitu karakter visual dan kualitas visual. Karakter visual dibedakan menjadi dua level, yaitu pola elemen dan pola karakter. Pola elemen terdiri dari form, line, color, serta texture. Pola karakter terdiri dari dominance, scale, diversity, dan continuity. Sedangkan kriteria menilai kualitas visual terdiri dari vividness, intactness, dan untiy (Tabel 2). Estetika pemandangan merupakan salah satu sumber daya visual yang penting. Estetika pemandangan dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan dapat memberikan efek visual yang menyenangkan. Pada suatu pemandangan lanskap yang estetik, banyak faktor yang membentuk dan mempengaruhinya. Menurut Harris dan Dines (1983) ada lima faktor visual dalam persepsi dan identifikasi, yaitu ketajaman visual, pandangan sekeliling, kedalaman persepsi, pandangan yang menyilaukan, dan kepulihan pandangan serta pandangan terhadap warna. Wujud visual yang berbeda-beda dimiliki untuk setiap benda yang memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan karakter masing-masing. Menurut Laurie (1975), visual dapat dimanipulasi menciptakan kesan ruang tertentu. Ciri visual suatu benda dipengaruhi jarak antara pengamat dengan benda yang diamati. Untuk Visualisasi di malam hari, dimana matahari sedang menerangi belahan bumi bagian lain maka pencahayaan diperlukan untuk menerangi kawasan tersebut sehingga lanskap tersebut dapat dinikmati di malam hari. Dimana keindahan suatu lanskap dapat dinikmati jika ada cahaya yang menerangi dan tidak menyilaukan. Elemen lanskap selain memiliki wujud visual berdasarkan karakteristik yang dimilikinya juga dapat membentuk visual lanskap. Visual lanskap dapat ditampilkan secara indah dengan penataan setiap elemen secara proporsional dan pencahayaan untuk visualisasi di malam hari, sesuai dan harmonis. Struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh terlihat tidaknya pemandangan dari satu titik pandang, jarak antara pengamat dan obyek yang diamati. Ashihara (1970) menyatakan seseorang dapat melihat sebuah objek sebagai suatu kesekuruhan pada sudut 27º apabila jarak ke objek sama dengan dua

24 10 kali tinggi objek. Struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh titik pandang, jarak pengamat dan objek, sudut tampak, sudut bidang yang tidak tampak, sudut depresi, sudut elevasi dan cahaya (Higuchi, 1988). Ruang lingkup pandang pengamat terhadap suatu objek dipengaruhi oleh pergerakan yang dilakukannya (Hoobs, 1995). Beberapa parameter digunakan untuk menentukan kualitas visual suatu lanskap yaitu kesatuan sumber daya visual lanskap dalam membentuk suatu unit visual yang harmonis dan koheren, kesan hidup dari penggabungan elemenelemen pembentuk lanskap serta keutuhan kondisi lanskap alami. Tabel 2. Aspek Sumberdaya Visual Sumberdaya Visual Karakter Visual Atribut visual Pola Elemen Pola Karakter Aspek Form Line Color Texture Dominance Scale Diversity Continuity Karakteristik aspek Kelompok visual, besarnya atau bentuk. Edges suatu objek atau bagian dari objek. Keseluruhan nilai suatu objek atau mencerminkan keterangan yaitu terang, gelap, dan hue yaitu merah, hijau. Kekasaran suatu permukaan. Posisi, luasan, atau kekontrasan dasar pola elemen. Hubungan ukuran antara komponen lanskap dan sekitarnya. Fungsi dalam jumlah, keragaman, dan penyatuan pola elemen visual. Aliran yang tidak mengganggu pola elemen dalam lanskap dan pengelolaan hubungan visual antara komponen lanskap. Kualitas Visual Vividness Kombinasi memoribility komponen lanskap dengan pola visual yang menarik perhatian dan berbeda dari yang lain. Sumber: ASLA, 1979 Intactness Unity Kesatuan antara lanskap buatan dan alami. Hubungan visual dan keharmonisan komposisi lanskap secara individu.

25 11 Estetika Estetika merupakan istilah yang erat hubungannya dengan keindahan. Menurut Prall dalam Porteous (1977), estetika adalah salah satu tindakan manusia untuk menghasilkan sesuatu yang indah dan berguna. Estetika menurut Simonds (1983) merupakan hubungan yang harmonis dari semua elemen atau komponen yang dirasakan. Estetika dalam suatu lanskap dapat berarti keindahan yang dapat mempengaruhi kualitas suatu lingkungan dan merupakan salah satu Sumberdaya alam sehingga perlu dilestarikan dan ditingkatkan kualitasnya. Estetika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang keindahan atau pembelajaran keselarasan terhadap alam atau seni. Estetika berkaitan erat dengan penilaian secara visual, karena penilaian suatu obyek melalui penampakan visual sangat mudah ditangkap oleh indera manusia. Estetika secara umum selalu berhubungan dengan bentuk dan kualitas suatu material. Bentuk material merupakan wujud fisik yang dapat ditangkap oleh mata dan berkaitan dengan warna serta tekstur dari material. Kualitas visual estetik merupakan hasil pertemuan antara unsur fisik lanskap dan proses psikologis dari pengamat (Daniel, 2001). Menurut Nasar (1988), kualitas estetik suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam penilaian estetik, penilaian formal dan simbolik. Estetik formal menilai suatu obyek berdasarkan bentuk, ukuran, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek. Sedangkan estetik simbolik menilai suatu obyek berdasarkan makna konotatif dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat. Lanskap Jalan Lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka bumi ini dengan segala sesuatu dan apa saja yang ada di dalamnya baik bersifat alami dan buatan, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya. Lanskap dapat diartikan sejauh mata memandang sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menangkap serta membayangkan objek yang menjadi bidang pengamatan (Rachman, 1984). Jadi, Lanskap adalah bentang alam tempat tinggal makhluk hidup dengan karakterisik masing-masing.

26 12 Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Dirjen Bina Marga (1980) menerangkan, jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Maka dari itu, perlu adanya peraturan-peraturan yang dapat melancarkan kegiatan di jalan. Peraturan Pemerintah nomor 34 Tahun 2006 menyebutkan bahwa jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 60 kilometer per jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal. Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter. Sedangkan Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter. Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter. Menurut Carpenter, Walker dan Lanphear (1975) perencanaan lanskap jalan memerlukan pemikiran seksama, tidak hanya memperhatikan fungsi seperti keamanan, kesenangan, dan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan nilai estetika. Estetika tersebut dapat dihadirkan melalui elemen lanskap. Berdasarkan sifatnya, elemen dalam lanskap jalan dibagi menjadi elemen keras (bangunan) dan elemen lunak (vegetasi). Vegetasi lanskap (soft material) merupakan elemen lunak dan bersifat alami yang pemilihan dan pengaturan tanaman bersifat melengkapi (Carpenter, 1975). Bangunan lanskap (hard material) yaitu semua elemen lanskap yang bersifat keras. Bangunan dalam lanskap termasuk ke dalam unsur buatan manusia yang keberadaannya memiliki fungsi dan estetika tertentu.

27 13 Ketinggian bangunan merupakan intensitas pemakaian ruang secara vertikal, yang diasumsikan bahwa satu lantai bangunan mempunyai ketinggian 3-5 meter. Ketinggian bangunan di Kota Bogor direncanakan sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1. Ketinggian bangunan sangat rendah dan rendah ditempatkan di jalan lokal atau lingkungan yaitu untuk kawasan permukiman, hutan kota, daerah konservasi dan jalur hijau. 2. Ketinggian bangunan tinggi ditempatkan pada jalan sekunder dikawasan pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran atau pemerintahan 3. Ketinggian bangunan sangat tinggi ditempatkan pada jalan primer yaitu untuk perdagangan dan jasa serta perkantoran atau pemerintahan dengan memperhatikan view di sekitarnya. (BAPPEDA, 1999). Untuk bangunan reklame, jarak pandang pengamat dari kendaraan ditentukan oleh tinggi bangunan (H), ukuran bangunan dan kecepatan kendaraan itu sendiri (V). Semakin besar ukuran dan tinggi bangunan, maka jarak pandang pengamat ke bangunan akan semakin jauh. Untuk aplikasinya, pengguna kendaraan bermotor dapat menggunakan zona aman 12 detik (Hough, 1989). Zona aman ini digunakan untuk melihat suatu pandangan pada kecepatan tertentu kendaraan bermotor. Contoh: Asep mengendarai motor dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Apabila Asep memakai pedoman Jarak Pandang 12 Detik, jarak (dalam meter) yang harus diawasi oleh Asep adalah jarak yang ditempuh motor setiap detik x 10. Jarak yang ditempuh motor Asep setiap detik adalah: Diketahui: Kecepatan rata-rata (V) = 60 km/jam = m / detik = 16,6 m / detik Apabila menggunakan pedoman jarak pandang 12 detik (t): Jarak terjauh pandangan (S) = Kecepatan (V) x Waktu (t) Jarak terjauh pandangan (S) = 16,6 m/detik x 12 detik = 199,2 meter = 199 meter Jadi, pada kecepatan 60 km/jam motor Asep berjalan sejauh 16,6 m setiap detik. Jika Asep memakai pedoman Jarak Pandang 12 Detik, Asep harus mengawasi lalu lintas di depannya sejauh 199 m.

28 14 Scenic Beauty Estimation (SBE) Kualitas lanskap atau pemandangan dapat dipengaruhi visual lanskap tersebut. Menurut Booth (1983), estetika digunakan sebagai dasar dalam visual lanskap. Pemandangan atau kualitas estetika lanskap dapat diukur berdasarkan penilaian manusia. Pemandangan lanskap tersebut merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan secara objektif sulit untuk dapat diukur karena bersifat kualitatif. Selain itu, estetika bersifat subjektif bagi setiap orang. Untuk itu, nilai pemandangan lanskap perlu ditransformasikan dari nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Menurut Daniel dan Boster (1976), penilaian nilai tersebut dapat ditransformasikan dari nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Menurut Daniel dan Boster (1976), kategori dalam metode penilaian kualitas pemandangan dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Invetarisasi deskriptif Inventaris yang menggambarkan keadaan suatu objek atau tapak. Pendekatan inventaris ini memerlukan komponen-komponen yang mempengaruhi keindahan lanskap sebagai referensi penilaian estetika lanskap. Setiap kehadiran maupun tidak kehadiran komponen maupun kombinasi komponen perlu diamati, dicatat dan dihitung. 2. Survei dan kuisioner Kuisioner dan survei telah secara luas digunakan untuk menentukan keinginan berbagai alternatif-alternatif manajemen. Suatu survei dapat menyediakan satu evaluasi atau penilaian atas mutu pemandangan dengan menandakan pilihanpilihan sampel. Pertanyaan-pertanyaan sangat luas dan umum bisa diajukan sebagai satu pembuka atau menstimulasi responden. Tanggapan-tanggapan dari hasil kuisioner biasanya dibandingkan dan dianalisis untuk menghasilkan indikasi-indikasi ringkasan pendapat dan pilihan dari golongan responden. Setelah itu, pilihan-pilihan dihubungakan dengan keindahan lanskap. 3. Evaluasi berdasarkan preferensi. Pendekatan ini menggunakan prosedur pertanyaan tentang estetika lanskap dengan menggunakan foto dan grafik. Foto-foto yang ingin ditampilkan harus memperhatikan sudut pandang atau poin yang menguntungkan untuk dinilai kualitas estetikanya.

29 15 Estetika lanskap ini dapat diduga melalui persepsi manusia terhadap suatu lanskap dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Menurut Daniel dan Boster (1976), Scenic Beauty Estimation (SBE) adalah suatu metode untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto berdasarkan suatu hal yang disukai keindahannya secara kuantitatif sebagai sebuah alternatif dalam sistem manajemen lanskap alam. Berbagai modifikasi dalam metodenya sangat potensial untuk dijadikan dasar dalam perencanaan, perancangan, pengelolaan suatu tapak. Persepsi dan Preferensi Porteous (1977) mendefiniskan persepsi sebagai respon langsung dari suatu tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor eksternal yaitu keadaan fisik dan sosial. Respon ini berupa pemahaman ataupun pemberian makna atas informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak (Gambar 1). Menurut Simonds (2006), persepsi merupakan proses yang terjadi karena rangsangan terhadap panca indera dan bagian dari kognisi manusia. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objekobjek serta kejadian di sekitarnya. Jadi, persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu objek. Masing-masing orang mempunyai persepsi tentang suatu objek tergantung dari preferensi masing-masing. Gambar 1. Kerangka Persepsi Visual (Sumber: Porteous, 1977).

30 16 Preferensi adalah tindakan untuk memilih, ditentukan oleh banyak faktor sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan. Faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap suatu kualitas visual objek atau lanskap ditentukan oleh kualitas objek atau lanskap tersebut maupun keadaan psikologis masyarakat yang mengamati. Menurut Laurie (1975), hal yang mempengaruhi persepsi dan preferensi manusia terhadap lingkungan adalah usia, tingkat sosial, latar belakang budaya, pengalaman masa lampau, dan kegiatan rutin seseorang. Pada aplikasinya, pengambilan keputusan dalam ilmu lanskap dapat ditemukan di setiap kegiatan seperti pengambilan keputusan dalam penilaian visual lanskap. Visual lanskap yang ada menimbulkan persepsi dari masingmasing individu yang timbul sebagai akibat dari adanya preferensi tiap-tiap individu pula. Pengambilan keputusan manusia terdiri dari berbagai tahap, yaitu: (1) persepsi, (2) Pengambilan sikap, (3) Penerimaan nilai-nilai, (4) Preferensi, (5) Kepuasan (Porteous, 1977). Laurie (1990) menyatakan terdapat banyak hal yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek dalam mengambil keputusan. Hal yang mempengaruhi persepsi dan preferensi manusia adalah usia, tingkat sosial, latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa lampau, dan kegiatan rutin seseorang. Simulasi Komputer Menurut McHaney (1991), kegiatan simulasi adalah suatu model untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat menyediakan pengetahuan dalam berbagai elemen dunia nyata, dengan konsep pemodelan yang diciptakan melalui program dengan menggunakan komputer. Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak. Pemakaian komputer dalam pekerjaan desain sudah semakin luas dan sekarang mempengaruhi semua aspek aplikasi ilmu arsitektur lanskap (Harris dan Dines, 1988). Lebih lanjut Harris dan Dines menjelaskan komputer digunakan untuk bookeeping dan surat menyurat, inventaris landuse dan sumberdaya, berbagai analisis, permasalahan alokasi landuse, tugas site engineering, dan

31 17 pekerjaan studio. Simulasi komputer berupa ramalan terhadap hal-hal yang belum direalisasikan dalam dunia nyata dengan menggunakan media komputer yang dimaksudkan untuk mempermudah melakukan ramalan-ramalan tersebut. Kegiatan simulasi komputer dapat dilakukan dengan berbagai software seperti Software Adobe Photoshop dan Google sketchup. Software Adobe Photoshop CS2 adalah program yang digunakan untuk editing foto, retouch foto, photo realistic image, ilustrasi kartun, desain web, layout halaman sederhana, hingga texturing 3D (Jeprie, 2008). Sedangkan menurut Agung (2005), Program software Photoshop CS2 merupakan software desain grafis dan editing foto digital yang lebih baik dibandingkan seri terdahulu. Menurut Karno (2005), Software Adobe Photoshop CS2 merupakan program aplikasi pengolah image atau gambar. Versi program ini banyak sekali dan telah mengalami perkembangan. Akan tetapi, photoshop CS2 adalah versi yang mempunyai ukuran ringan dengan kualitas gambar yang maksimal sehingga menjadi prioritas utama penggunaannya (Gambar 2). Sedangkan Software Google Sketchup adalah program modeling 3 dimensi yang diperuntukkan bagi para profesional di bidang arsitektur, teknik sipil, pembuat film, pengembang game, dan profesi terkait (Arifinez, 2009). Program Google Sketchup memiliki kelebihan pada kemudahan penggunaan dan kecepatan dalam melakukan desain yang berbeda dengan program 3 dimensi CAD lainnya. Program ini dapat menyajikan suatu desain dalam bentuk 3 dimensi dengan kualitas baik namun ukuran file yang cukup ringan (Gambar 2). Gambar 2. Contoh Hasil Software Adobe Photoshop (kiri) dan Google sketchup (kanan).

32 METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi jalan di luar area yang melingkari Kebun Raya Bogor (KRB). Waktu pengumpulan data di lapang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari sampai April Sedangkan pengolahan dan analisis data akan dilakukan di Kampus IPB Dramaga Bogor setelah pengumpulan data. Gambar 3. Lokasi Penelitian Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi membahas estetika tapak menurut pemanfaatannya dengan menganalisis beberapa contoh faktor estetika sampai pada tahap sintesis rencana pengembangan pereklamean yang mengacu pada visual dan estetika reklame di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Beberapa rekomendasi disajikan untuk memberi solusi bagi permasalahan yang ada.

33 19 Metode dan Tahap Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode ini berupaya untuk menghubungkan fakta dengan interpretasi yang tepat melalui survei lapang, studi literatur dan data instansional. Tahapan kerjanya meliputi tahap persiapan, pengumpulan data, analisis sintesis, dan rekomendasi (Gambar 4). Gambar 4. Tahapan Kegiatan Penelitian

34 20 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan terdiri dari: 1. Menetapkan tujuan dan arah penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil penelitian apakah telah mencapai tujuan dan arah penelitian. 2. Mendapatkan perizinan dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian. 3. Penyusunan rencana kerja dan biaya. 4. Pengkajian dan studi pustaka untuk memberikan batasan mengenai reklame, analisis visual, dan estetika lanskap jalan. 5. konsultasi, penulisan usulan penelitian dan perbaikan serta pengurusan izin penelitian. Pengumpulan Data Kegiatan ini meliputi pengumpulan data awal berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak. Data primer dapat diperoleh survei lapang, pemotretan, dan pembagian kuisioner SBE. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku acuan dan pustaka lainnya yang dapat mendukung penelitian ini. Untuk mendapatkan data kualitas estetika reklame digunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto. Metode ini mempunyai tiga tahapan utama, yaitu pengamatan lanskap dengan melakukan survei lapang, pemotretan objek, dan presentasi slide. Pertama, pengamatan tapak dengan melakukan survei lapang. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kondisi umum reklame di tapak dan menentukan contoh lanskap yang mewakili karakter-karakter yang diinginkan. Pada tahap ini peneliti mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame di Jalan Lingkar KRB. Pengamatan ini mengacu pada referensi studi pustaka mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi desain. Dari berbagai faktor estetika diambil beberapa yang cukup mempengaruhi estetika reklame di tapak. Selanjutnya, hasil survei tersebut menentukan titik-titik pengambilan gambar reklame (Vantage Point). Berdasarkan hasil survei itulah ditentukan titik-titik pengambilan gambar (vantage point) dengan menggunakan kaidah estetika dalam pemotretan di berbagai kondisi.

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Reklame

TINJAUAN PUSTAKA Reklame TINJAUAN PUSTAKA Reklame Komunikasi adalah penyampaian pesan seseorang atau lembaga kepada seseorang atau banyak orang, baik secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media. Iklan adalah bentuk

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakteristik Jalan Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan Menurut Abdulsyani (2007) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu perangkat atau

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menciptakan keindahan

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan benda atau alat yang akan dipasang pada tempat

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA NCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Menurut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya merupakan suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi kebun raya memiliki

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 33 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG NILAI SEWA REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK,

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK, WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2008 tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 17 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 02 Tahun 2002

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. b. bahwa salah

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa reklame

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG R E K L A M E DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG Menimbang : a bahwa dengan

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TITIK REKLAME DI WILAYAH KOTA SAMARINDA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang Mengingat : a. bahwa bangunan reklame di Kota Samarinda harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 );

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 ); BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PENYELENGGARAAN PEMASANGAN REKLAME DI KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Luaran Kegunaan

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Luaran Kegunaan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi ekologis dan sosial. Salah satu RTH yang dimiliki oleh Kota Bogor yaitu Kebun Raya Bogor (KRB). Selain sebagai RTH, KRB juga memiliki

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH I. UMUM Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, tiap tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk ketertiban penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arsitektur signage dikenal sebagai alat komunikasi dan telah digunakan sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage digunakan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NOMOR 1/B, 2008 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan kejelasan mengenai

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA MOJOKERTO,

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya meningkatkan pendapatan asli daerah dari pajak reklame,

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan salah satu alat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan keteraturan, ketertiban dan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian kawasan Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta (Gambar 4). Jalur pedestrian pada Jalan M.H. Thamrin

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH 1 BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 1 Tahun 2015 Seri E Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 1 Tahun 2015 Seri E Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 1 Tahun 2015 Seri E Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2015

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME 1 SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 3 TAHUN 2010 SERI E Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci