BAB I PENDAHULUAN. penambahan luas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. penambahan luas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil devisa bagi negara. Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah umur 3-4 tahun setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao dilakukan secara tepat, maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun, selain itu untuk keberhasilan budidaya kakao perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan faktor bahan tanam. Penggunaan bahan tanam kakao yang tidak unggul mengakibatkan pencapaian produktivitas dan mutu biji kakao yang rendah, oleh karena itu sebaiknya digunakan bahan tanam yang unggul dan bermutu tinggi (Raharjo, 1999). Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia yang diperkirakan mencapai 20% bersama Negara Asia lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Papua New Guinea (UNCTAD, 2007; WCF, 2007 dalam Supartha, 2008). Peningkatan luas areal pertanaman kakao belum diikuti oleh produktivitas dan mutu yang tinggi. Data Biro Pusat Statistik 1

2 2 menunjukkan bahwa pada tahun 1983 luas areal tanaman kakao ha, dengan produksi sekitar ton, dan pada tahun 1993 luas areal tanaman kakao menjadi ha dengan produksi mencapai ton (Direktur Jenderal Perkebunan, 1994). Produksi kakao saat ini ton dengan produksi dari perkebunan rakyat sekitar 87%. Produksi tertinggi yakni 67% diperoleh dari wilayah sentra produksi kakao yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah ( Suhendi, 2007). Provinsi Bali merupakan salah satu di antara daerah lain penghasil kakao nasional yang juga memberi sumbangan rata-rata sekitar 5.968,11 ton setiap tahun mulai tahun 2003 (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2009). Sumbangan tersebut terus meningkat pada tahun tahun berikutnya karena meningkatnya pertanaman kakao di Provinsi Bali. Luas areal tanaman kakao di Provinsi Bali antara tahun 2007 sampai 2009 mengalami peningkatan seperti tahun 2007 seluas ha, tahun 2008 seluas ha, dan pada tahun 2009 mencapai luas ha (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2009). Meningkatnya luas areal tanaman kakao tidak diikuti oleh peningkatan produksi kakao yaitu tahun 2007 yaitu 7.425,94 ton, tahun 2008 yaitu 6.745,51 ton, dan tahun 2009 yaitu 6.800,54 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2009). Produksi kakao di Provinsi Bali pada tahun 2009 mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah tanaman produktif, sementara laju produktivitas tanaman per hektar per tahun cenderung menurun.

3 3 Menurut Suhendi (2007) beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas kakao selain serangan hama dan penyakit, anomali iklim, tajuk tanaman rusak, populasi tanaman berkurang, teknologi budidaya oleh petani yang masih sederhana, penggunaan bahan tanam yang mutunya kurang baik juga karena umur tanaman yang sudah cukup tua sehingga kurang produktif lagi. Ratarata usia tanaman kakao di Bali di atas 20 tahun (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kakao produktivitasnya mulai menurun setelah umur tahun. Tanaman tersebut umumnya memiliki produktivitas yang hanya tinggal setengah dari potensi produktivitasnya. Kondisi ini berarti bahwa tanaman kakao yang sudah tua potensi produktivitasnya rendah, sehingga perlu dilakukan rehabilitasi ( Zaenudin dan Baon, 2004). Upaya rehabilitasi tanaman kakao dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi produktivitas dan salah satunya dilakukan dengan teknologi sambung samping (side grafting). Menurut Prastowo dkk. (2006) sambung samping merupakan teknik perbaikan tanaman yang dilakukan dengan cara menyisipkan batang atas (entres) dengan klon-klon yang dikehendaki sifat unggulnya pada sisi batang bawah. Secara garis besar, tujuan perbaikan tanaman adalah untuk meningkatkan produktivitas dan mutu biji yang dihasilkan. Sambung samping dapat juga digunakan untuk memperbaiki tanaman yang rusak secara fisik, menambah jumlah klon dalam populasi tanaman, mengganti klon, dan pemendekan tajuk tanaman. Jika dibandingkan dengan sambung pucuk, maka sambung samping memiliki tingkat keberhasilan yang

4 4 lebih tinggi karena batang bawah masih memiliki tajuk yang lengkap, sehingga proses fotosintesis untuk menghasilkan zat-zat makanan dapat berlangsung dengan baik (Agro Media, 2007). Upaya yang telah dilakukan oleh petani selama ini untuk mengatasi penurunan produksi tanaman kakao yang dipengaruhi umur tanaman yang sudah tua adalah dengan melakukan peremajaan. Peremajaan dilakukan dengan cara mengganti tanaman kakao yang tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman baru secara keseluruhan atau bertahap dengan menggunakan bahan tanaman unggul. Kegiatan ini dinilai kurang efektif karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh hasil, dilain pihak kebutuhan hidup sehari-hari petani terus meningkat. Apabila permasalahan tersebut tidak segera ditangani, maka dapat mengganggu kelangsungan produksi kakao sebab akan terjadi penurunan produksi dari waktu kewaktu. Prinsip dasar rehabilitasi dengan metode sambung samping adalah penyatuan kambium dari entres dengan kambium batang bawah, di samping itu pula penggunaan entres dari klon klon unggul sangat dianjurkan karena diyakini mempunyai dampak positif terhadap peningkatan produksi dan mutu hasil, sehingga ketersediaan klon unggul mutlak diperlukan. Alternatif rehabilitasi dengan menggunakan metode sambung samping dianggap cukup efektif karena petani dengan mudah dapat melakukan sendiri serta waktu yang dibutuhkan relatif singkat. Suhendi ( 2007) mengatakan bahwa dibanding dengan okulasi tanaman dewasa dan tanam ulang, metode sambung samping mempunyai keunggulan

5 5 antara lain: (a) areal tanaman kakao dapat direhabilitasi dalam waktu relatif singkat, (b) lebih murah dan tanaman kakao lebih cepat berproduksi dibanding cara tanam ulang (replanting), (c) batang atas hasil sambungan belum berproduksi, hasil buah dari batang bawah dapat dipertahankan, (d) batang bawah dapat berfungsi sebagai penaung yang bersifat sementara bagi batang atas yang sedang tumbuh Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menentukan kakao yang akan direhabilitasi adalah mencari tanaman yang kurang produktif (umur diatas 20 tahun) dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping, produktivitas rendah namun masih mungkin untuk ditingkatkan, tidak terserang organisme pengganggu tanaman (OPT) utama seperti hama penggerek buah kakao (PBK), Helopeltis sp, busuk buah (Phythopthora palmivora), dan penyakit Vascular streak dieback (VSD), serta batang bawah harus dalam kondisi sehat dan tumbuh aktif (Deptan, 2009). Upaya untuk pengaktifan pertumbuhan batang bawah ini dapat dilakukan lewat pengolahan tanah, pemupukan, pemangkasan, dan kalau perlu dengan pengairan. Kendala yang sering dihadapi ketika melakukan rehabilitasi tanaman kakao dengan metode sambung samping adalah jauhnya jarak antara pohon induk atau sumber entres dengan tempat atau kebun yang akan direhabilitasi, sehingga dibutuhkan waktu yang agak lama mulai dari pengambilan entres sampai dengan proses penyambungan. Selain itu pula jumlah tanaman kakao yang akan disambung sering dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga tidak bisa dilakukan penyambungan dalam waktu sehari dan entres yang belum

6 6 tersambung harus disimpan untuk keesokan harinya baru dilakukan penyambungan. Keberhasilan usaha penyambungan tanaman kakao dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, kondisi tanaman dan lingkungan, tingkat kesehatan batang bawah, kelembaban udara dan intensitas penyinaran serta penggunaan klon-klon unggul yang dapat beradaptasi dengan iklim mikro (Sunanto, 1994). Lama penyimpanan dan media penyimpanan batang atas sebelum dilakukan penyambungan juga berpengaruh terhadap keberhasilan penyambungan (Djazuli, dkk. 1999). Waktu yang baik untuk melakukan penyambungan adalah pada saat cuaca cerah, namun ada pula yang menyebutkan bahwa penyambungan pada awal musim kemarau memberikan hasil yang lebih baik dari pada musim hujan, tetapi hal tersebut perlu dikaji lebih lanjut (Zaubin dan Suryadi, 1999). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah : 1. Apakah interaksi antara jenis klon dan lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap pertumbuhan sambung samping kakao? 2. Apakah jenis klon entres berpengaruh terhadap pertumbuhan sambung samping kakao? 3. Apakah lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap pertumbuhan sambung samping kakao?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan interaksi antar jenis klon dan lama penyimpanan entres terhadap pertumbuhan sambung samping kakao. 2. Mendapatkan pengaruh jenis klon entres terhadap pertumbuhan sambung samping kakao. 3. Mendapatkan pengaruh lama penyimpanan entres terhadap pertumbuhan sambung samping kakao. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan membantu petani menemukan cara atau metode yang praktis, murah serta jenis klon dan lama penyimpanan entres sebelum melakukan penyambungan sehingga tidak merugikan patani dalam merehabilitasi tanaman kakao. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pemanfaatan teknologi sambung samping dalam melakukan rehabilitasi tanaman kakao.

8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kakao Kakao termasuk tanaman perkebunan berumur tahunan. Tanaman tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun. Tanaman kakao menghasilkan biji yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat. Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Ordo : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di usahakan secara baik dapat berproduksi tinggi serta menguntungkan secara ekonomis. Sebagai salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka biji kakao dapat dipergunakan untuk bahan pembuat minuman, campuran gula-gula dan beberapa jenis makanan lainnya bahkan karena kandungan lemaknya tinggi biji kakao dapat dibuat cacao butter/mentega kakao, sabun, parfum dan obat-obatan. Sunanto (1994) mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi cokelat secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu: 8

9 9 1) Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk blending dan banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan pembuatan produkproduk cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase generatif. 2) Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat dan menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal juga sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut sebagai kakao lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik, relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia. Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk bulat sampai gepeng, proses fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit dari pada kakao mulia. 3) Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada yang termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain hybride Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak). Kakao ini memiliki keunggulan pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular streak dieback) serta aspek agronominya mudah.

10 Karakteristik tanaman kakao Akar Kakao adalah tanaman dengan surface root freeder, artinya sebagian akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman (jeluk) 0 30 cm. Menurut Himme (Smyth, 1960 dalam Puslit Kopi dan Kakao 2004) 56% akar lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk cm, 14% pada jeluk cm, dan hanya 4% tumbuh pada jeluk diatas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan akar lateral jauh dari luar proyeksi tajuk tanaman, selain itu pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara tertentu terutama unsur P. Tanaman kakao yang dikembangkan secara vegetatif tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang (Susanto, 1994) Batang dan cabang Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohonpohon yang tinggi, curah hujan tingi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi dan relatif tetap. Kondisi habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50 7,0 meter (Hall, 1932 dalam Puslit Kopi dan Kakao 2004). Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan).

11 Daun Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimosfirme artinya bersifat tumbuh ke dua arah. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm, sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya 2,5 cm (Hall, 1932, dalam Puslit Kopi dan Kakao, 2004). Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acatus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun. Permukaan daun licin dan mengkilap Bunga Tanaman kakao berbunga sepanjang tahun dan tumbuh secara berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada bunga tua, cabangcabang dan ranting-ranting (Sunanto, 1994). Tanaman kakao bersifat kauliflori, artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga ( cushion) (Puslit Kopi dan Kakao, 2004) Buah dan biji Warna buah tanaman kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (orange). Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal silih berganti. Untuk jenis Criollo dan

12 12 Trinitario alur buah nampak jelas, kulit tebal tetapi lunak dan permukaan kasar. Sedangkan jenis Forastero umumnya permukaan halus atau rata dan kulit buah tipis ( Susanto, 1994; Puslit Kopi dan Kakao, 2004) Syarat tumbuh Di daerah tempat asalnya (Amerika Selatan), tanaman kakao tumbuh subur di hutan-hutan dataran rendah dan hidup dibawah naungan pohon-pohon yang tinggi. Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah hujan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Susanto (1994) mengatakan bahwa kakao mempunyai persyaratan tumbuh sebagai berikut : curah hujan mm tahun -1 atau rata-rata optimalnya mm tahun -1 yang terbagi merata sepanjang tahun (tidak ada bulan kering), garis lintang 20 LS samapai 20 LU, tinggi tempat 0 s/d 600 m dpl, suhu yang terbaik 24 C s/d 28 C dan angin yang kuat (lebih dari 10 m detik -1 ) berpengruh jelek terhadap tanaman kakao. Kecepatan angin yang baik bagi tanaman kakao adalah 2-5 m detik -1 karena dapat membantu penyerbukan, kemiringan tanah kurang dari 45% dan tekstur tanah terdiri dari 50% pasir, 10% - 20% debu dan 30% - 40% lempung. Tekstur tanah yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir. 2.2 Perbanyakan Tanaman Kakao Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu perbanyakan secara generatif maupun vegetatif. Cara perbanyakan generatif dewasa ini sangat jarang digunakan lagi dalam penyediaan bahan tanam untuk usaha perkebunan, karena dengan cara ini akan menghasilkan tanaman dengan tipe pertumbuhan

13 13 yang tidak seragam dan terjadi segregasi genetis (Prawoto dan Bambang, 1996). Tujuan dari perbanyakan tanaman adalah untuk menghasilkan tanaman baru sejenis yang sama unggul atau bahkan lebih. Caranya adalah dengan menumbuhkan bagian-bagian tertentu dari tanaman induk yang memiliki sifat unggul (Agro Media, 2007) Teknik perbanyakan kakao secara generatif Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Benih kakao termasuk golongan benih rekalsitran sehingga memerlukan penanganan khusus (Puslit Kopi dan Kakao, 2004). Dikatakan benih rekalsitran karena ketika masak fisiologi kadar airnya tinggi yakni lebih dari 40%, viabilitas benih akan hilang dibawah ambang kadar air yang relatif tinggi yaitu lebih dari 25%, untuk tahan dalam penyimpanan memerlukan kadar air yang tinggi. Benih kakao yang dikeluarkan dari buahnya tanpa disimpan dengan baik akan berkecambah dalam waktu 3 4 hari dan dalam keadaan normal benih akan kehilangan daya tumbuhnya hari (Soedarsono, 1976 ). Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun, oleh karena itu sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga digunakan untuk program penghijauan dilahanlahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Sementara itu ada beberapa kelemahan perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon

14 14 induknya. Jika ditanam ratusan atau ribuan biji yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada sifat yang sama atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya, namun ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat dipengaruhi oleh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina (Agro Media, 2007) Teknik perbanyakan kakao secara vegetatif Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok, rundukan, setek dan kultur jaringan (AgroMedia, 2007 ). Perbanyakan vegetatif pada tanaman kakao dikenal tiga macam cara yang lazim digunakan, yaitu okulasi (budding), sambung pucuk (top grafting) dan sambung samping (side grafting), namun akhir-akhir ini dikembangkan juga perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan (tissue culture) atau yang lebih dikenal dengan istilah Somatik Embryogenesis (SE) Okulasi (budding) Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan

15 15 yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas (Prastowo dan Roshetko, 2006). Rukmana (1997) mengemukakan bahwa hal yang penting untuk diperhatikan dalam perbanyakan tanaman dengan okulasi adalah persyaratan batang bawah dan batang atas. Batang bawah harus memenuhi persyaratan antara lain: pertumbuhan dan perakarannya baik (kuat), tahan kekurangan dan kelebihan air, memiliki pertumbuhan yang seimbang dengan batang atas dan tahan terhadap hama dan penyakit. Persyaratan batang atas adalah berproduksi tinggi, berpenampilan menarik, tahan terhadap hama dan penyakit dan digemari oleh masyarakat luas. Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk. Peningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK. Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit. Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat dipisahkan dari kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu (kambium) akan tampak berair menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan akan mempercepat pertautan dengan batang bawah.

16 16 Menurut Prawoto (1991) pada okulasi tanaman kakao telah dibuktikan bahwa batang bawah juga mempengaruhi kadar unsur hara daun batang atas dan kualitas hasilnya, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap mutu hasil biji. Syamsul (2010) mengatakan bahwa penyambungan tanaman dari satu varietas atau dari satu spesies memang dapat dilakukan tanpa mengalami kesukaran. Lain halnya dengan okulasi yang dilakukan antar spesies biasanya sedikit mengalami kesukaran karena antar batang atas dan batang bawah kadang-kadang terdapat perbedaan fisiologis. Okulasi dilakukan dengan metode okulasi fokert. Kulit batang bawah disayat secara melintang dengan lebar 6-12 mm, kemudian dikupas ke arah bawah dengan panjang 2-3 cm sehingga terbentuk lidah. Lidah kemudian dipotong dengan menggunakan pisau okulasi dan disisakan seperempat bagian. Mata tunas dari cabang entres disayat dengan kayunya sepanjang ± 2 cm. Selanjutnya mata tunas disisipkan pada sayatan batang bawah, lalu diikat dengan tali plastik yang telah disiapkan (Gambar 2.1). Pengikatan dimulai dari bagian bawah ke atas (sistem genting bertingkat) agar pada waktu hujan atau penyiraman air tidak masuk ke dalam okulasian. Setelah okulasi berumur dua minggu, tali plastik dibuka. Mata tunas yang berwarna hijau menandakan bahwa okulasi berhasil (hidup). Batang bawah kemudian dipotong dengan menyisakan dua helai daun. Mata tunas yang berwarna coklat menandakan okulasi mengalami kegagalan. Keberhasilan okulasi sangat tergantung pada kondisi batang bawah dan jenis tali okulasi. Prastowo dan Roshetko (2006) mengatakan bahwa waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara jam ,

17 17 karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum, diatas jam daun mulai layu, tetapi ini bisa diatasi dengan menempel di tempat yang teduh sehingga terhindar dari sinar matahari langsung (Puslit Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Mata tempel Mata tunas disisipkan pada sayatan batang bawah Batang bawah disayat hingga membentuk lidah Arah ikatan mulai dari bawah keatas Ikatan dibuka setelah 2 minggu Gambar 2.1 Teknik Okulasi (gambar diambil dari penelitan Abdulrahman dkk, 2005) Sambung pucuk (top grafting) Menyambung (grafting) merupakan suatu usaha perbanyakan tanaman dengan cara melukai atau menyayat kedua individu tanaman yang masih satu species atau varietas dengan berbagai keunggulannya. Keduanya digabungkan sehingga kambium mata tunas (entres) dan kambium batang bawah (understump)

18 18 saling melekat satu sama lain dan semakin banyak bagian yang melekat sesama kambium tersebut semakin besar kemungkinannya untuk tumbuh (Wudianto dan Rini, 1987). Keberhasilan penyambungan sangat tergantung pada kualitas batang bawah dan entres (Ditjenbun, 2006). Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada sambung pucuk (Ditjenbun, 2006; Usman 2008) adalah: a) batang bawah merupakan tanaman yang sehat, mempunyai perakaran yang dalam dan berasal dari jenis unggul. Bila berasal biji, tanaman telah berumur 3-4 bulan; b) batang atas diambil dari cabang atau tunas yang tumbuh ke atas (orthotrop); c) entres diusahakan tidak terinfeksi penyakit, sebagai antisipasi bisa disemprot dengan Dhitane M-45 (0.2%). Entres diusahakan dalam keadaan lembab, sebaiknya setelah dipotong dibungkus dengan kertas koran basah dan dimasukkan dalam kotak (box) yang bersih; d) pemeliharan tanaman dan kondisi sambungan sangat diperlukan seperti membungkus sambungan dan menjaga kelembabannya agar tanaman tidak kekeringan. Tunas akan tumbuh setelah 7-10 hari dan penyambungan dinilai berhasil apabila setelah 2 bulan hasil sambungan masih hidup dan tumbuh dengan baik. Proses sambung pucuk dapat dilakukan sebagai berikut: batang bawah dipotong setinggi cm di atas permukaan tanah. Gunakan silet, pisau okulasi atau gunting setek yang tajam agar bentuk irisan menjadi rapi. Batang bawah kemudian dibelah membujur sedalam 2-2,5 cm. Batang atas yang sudah disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara 7,5-10 cm. Bagian pangkal disayat pada

19 19 kedua sisinya sepanjang 2-2,5 cm, sehingg bentuk irisannya seperti mata kampak. Selanjutnya batang atas dimasukkan ke dalam belahan batang bawah. Pengikatan dengan tali plastik yang terbuat dari kantong plastik ½ kg selebar 1 cm. Kantong plastik ini ditarik pelan-pelan, sehingga panjangnya menjadi 2-3 kali panjang semula.terbentuklah pita plastik yang tipis dan lemas. Pada waktu memasukkan entres ke belahan batang bawah perlu diperhatikan agar kambium entres bisa bersentuhan dengan kambium batang bawah. Sambungan kemudian disungkup dengan kantong plastik bening dan agar sungkup plastik tidak lepas bagian bawahnya perlu diikat. Tujuan penyungkupan ini untuk mengurangi penguapan dan menjaga kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi. Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari panasnya sinar matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian sambungan yang berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan berwarna hitam dan kering. Pada saat ini sungkup plastiknya sudah bisa dibuka, tetapi pita pengikat sambungan baru boleh dibuka 3-4 minggu kemudian. Selanjutnya tinggal merawat sampai bibit siap dipindah ke kebun (Gambar 2.2).

20 20 Gambar 2.2 Teknik Sambung Pucuk pada Tanaman Perkebunan (Gambar diambil dari Hamid, 1999) Sambungan samping (side grafting) Penyambungan tanaman merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam proses perbanyakan tanaman secara vegetatif. Salah satu keunggulan dilakukan sambung samping adalah bibit yang dihasilkan sifatnya akan sama dengan sifat induknya (Suryadi dan Zaubin, 2000). Sambung samping pada tanaman kakao dewasa adalah salah satu kegiatan penyambungan yang dilakukan dengan menempel satu potong cabang (entres) sepanjang sekitar 15 cm, pada batang utama (batang penanti) tanaman dewasa. Pertumbuhan tunas selanjutnya dipengaruhi oleh cahaya matahari yang masuk kebawah tajuk. Tajuk yang lebih rapat menyebabkan pertumbuhan tunasnya lebih lambat dibangdingkan dengan tajuk yang sudah dijarangkan (Napitupulu dan Pamin, 1995). Semula teknik okulasi tanaman dewasa menjadi anjuran utama dalam upaya klonalisasi tanaman kakao di Malaysia (Bahaudin dkk, 1984), tetapi kini sambung samping lebih dipilih oleh petani karena lebih mudah pelaksanaannya

21 21 dan tanaman baru lebih cepat menghasilkan dibandingkan dengan teknik okulasi (Prawoto, 1995). Menutut Suhendi (2007) dibandingkan dengan okulasi tanaman dewasa dan tanam ulang, metode sambung samping mempunyai keunggulan sebagai berikut: (a) areal pertanaan kakao dapat direhabilitasi dalam waktu relatif singkat, lebih murah, dan tanaman kakao lebih cepat berproduksi dibandingkan cara tanam ulang (replanting), (b) sementara batang atas belum berproduksi, hasil buah dari batang bawah dapat dipertahankan, (c) batang bawah dapat berfungsi sebagai penaung sementara bagi batang atas yang sedang tumbuh. Syamsul (2010) mengatakan bahwa manfaat sambung samping pada tanaman adalah memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah, menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya, peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi. Faktor-faktor penentu keberhasilan sambung samping (Anonim, 2009) yaitu: (a) kemampuan batang bawah (under stock) dan atas (entres) menyatu (uniting); (b) penyambungan entris harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pembuluh kambium dapat menyatu dengan batang bawah dengan baik, sehingga batang bawah dapat menyuplai air dan bahan makanan sampai tunas baru keluar;

22 22 (c) penyambungan dilakukan pada saat yang tepat, dalam arti batang atas pada tahap fisiologi yang baik (sebaiknya pada saat dormansi), sedangkan batang bawah pada masa pertumbuhan aktif; (d) setelah proses penyambungan selesai, usahakan bekas luka tidak mengalami insfeksi oleh penyakit dan jamur; (e) tanaman dirawat dengan baik sehingga memungkinkan tunas hasil penyambungan berkembang dengan sempurna. Ditjenbun (2006) menyebutkan bahwa syarat-syarat keberhasilan penyambungan perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: entres harus diambil dari pohon yang telah diseleksi dan secara genetis harus serasi (compatible); entres harus berada dalam kondisi fisiologis yang baik; sambungan dari masing-masing bahan tanaman harus terpaut sempurna; tanaman hasil penyambungan harus dipelihara dengan baik dalam jangka waktu tertentu. 2.3 Proses Fisiologi pada Penyatuan Penyambungan Proses pembentukan pertautan sambungan dapat disamakan dengan penyembuhan luka. Bila pangkal tanaman dibelah, maka jaringan yang luka tersebut akan sembuh jika luka tersebut diikat dengan kuat. Keberhasilan penyambungan suatu tanaman tergantung pada terbentuknya pertautan sambungan itu, dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya hubungan kambium yang rapat dari kedua batang yang disambungkan (Ashari, 1995). Adnance dan Brison (1976, dalam Hamid, 2010) menjelaskan adanya pengikat yang erat akan menahan bagian sambungan untuk tidak bergerak, sehingga kalus yang terbentuk akan semakin jalin-menjalin dan terpadu dengan kuat. Jalinan kalus yang kuat

23 23 semakin menguatkan pertautan sambungan yang terbentuk. Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian tanaman menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut sangat berpengaruh pada proses pertautan sambungan. Proses pembentukan kalus ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut merupakan sumber energi dalam membentuk kalus. Batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus (Harmann, 1997, dalam Anonim, 2010). Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang bawah yang lebih muda akan menghasilkan persentase sambungan yang tumbuh lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua (Samekto dkk, 1995). Mekanisme terjadinya proses pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah sebagai berikut: (1) lapisan kambium masing-masing sel tanaman baik batang atas maupun batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, (2) sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu dan selanjutnya membaur, (3) sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama, (4) dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali (Hartmann dkk,1997, dalam Barus, 2003). Menurut Hartmann dan Kester (1978, dalam Ashari, 1994) proses pertautan somatis batang bawah dan batang atas disajikan (Gambar 2.3, 2.4, 2.5, dan 2.6) dibawah ini :

24 24 Batang atas Batang bawah kambium kambium Gambar 2.3 Lapisan Kambium, Masing-masing Sel Baik Batang Atas dan Batang Bawah Membentuk Jaringan Kalus yang Berupa Sel Parensima Gambar 2.4 Sel-sel Parensima dari Batang Atas dan Batang Bawah Masing-masing Mengadakan Kontak Langsung Saling Menyatu dan Membaur

25 25 Gambar 2.5 Sel Parensima Tertentu Mengadakan Diferensiasi Membentuk Kambium Sebagai Kelanjutan dari Lapisan Kambium Batang Atas dan Batang Bawah yang Sama Xilem baru Floem baru Gambar 2.6 Pembentukan Jaringan/Pembuluh Tanaman dari Kambium yang Baru Sehingga Proses Translokasi Hara dari Batang Bawah ke Batang Atas dan Sebaliknya Dapat Berlangsung Kembali.

26 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyambungan Faktor yang berpengaruh terhadap penyambungan (Anonim, 2010) dibagi menjadi tiga faktor: 1. Faktor tanaman Kesehatan batang bawah yang akan digunakan sebagai bahan perbanyakan perlu diperhatikan. Batang bawah yang kurang sehat, proses pembentukan kambium pada bagian yang dilukai sering terhambat. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi keberhasilan penyambungan (Sugiyanto, 1995, dalam Hamid, 2009). Pendapat ini didukung oleh Garner dan Chaudri (1976, dalam Hamid, 2009) yang mengemukakan bahwa batang bawah berpengaruh kuat dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga pemilihan tanaman yang digunakan sebagai batang bawah sama pentingnya dengan pemilihan varietas yang akan digunakan sebagai batang atas. Berhasilnya pertemuan entris dan batang bawah bukanlah jaminan adanya kompatibilitas pada tanaman hasil sambungan, sering terjadi perubahan pada entris maupun pada tanaman hasil sambungan, misalnya pembengkakan pada sambungan, pertumbuhan entris yang abnormal atau penyimpangan pertumbuhan lainnya, dimana keadaan ini disebut inkompatibel. Kondisi ini dapat disebabkan oleh perbedaan struktur antara batang atas dan batang bawah atau ketidakserasian bentuk potongan pada sambungan (Rochiman dan Harjadi, 1973). Batang bawah dan batang atas yang mampu menyokong pertautan dengan baik dan serasi disebut kompatibel (Winarno, 1990).

27 27 2. Faktor pelaksanaan Faktor pelaksanaan memegang peranan penting dalam penyambungan. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) kecepatan penyambungan merupakan pencegahan terbaik terhadap infeksi penyakit. Pemotongan yang bergelombang dan tidak sama pada permukaan masing-masing batang yang disambungkan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan (Hartman dan Kester, 1976). Kehalusan bentuk sayatan dari suatu bagian dengan bagian lain sangat penting untuk mendapatkan kesesuaian posisi persentuhan cambium, disamping itu ketrampilan dan keahlian dalam pelaksanaan penyambungan maupun penempelan serta ketajaman alat-alat yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan tersebut (Winarno, 1990). 3. Faktor lingkungan Cahaya matahari sangat kuat akan berpengaruh terutama pada saat pelaksanaan penyambungan, oleh karena itu penyambungan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari. Penyambungan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Selain untuk menghindari kebusukan, pada musim kemarau batang sedang aktif mengalami pertumbuhan serta entris yang tersedia cukup masak (Sugiyanto, 1995, dalam Hamid, 2010). 2.4 Klon klon Unggul pada Tanaman Kakao Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kakao Indonesia adalah masih belum digunakannya bahan tanam unggul yang sesuai kondisi lingkungan setempat. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kakao adalah

28 28 dengan perbaikan bahan tanam (Anonim, 2010). Pemuliaan tanaman melalui pengujian klon, persilangan antar klon, pengujian keturunan serta pemilihan individu pohon terpilih untuk menghasilkan klon baru merupakan cara untuk mendapatkan bahan tanam unggul. Kegiatan tersebut dilakukan secara berkesinambungan agar diperoleh bahan tanam unggul yang memiliki sifat produksi tinggi dan cepat menghasilkan buah, kualitas atau mutu hasilnya sesuai dengan keinginan konsumen dan toleran terhadap hama dan penyakit (Puslit Kopi dan Kakao, 2004). Langsa (2007) mengatakan bahwa penggunaan klon unggul harus diyakini mempunyai dampak positif terhadap peningkatan produksi dan mutu hasil, sehingga ketersediaan klon unggul mutlak diperlukan. Produk bahan tanam unggul kakao yang berdaya hasil tinggi serta memiliki kualitas mutu hasil yang sesuai dengan tuntutan produsen dan konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang pembangunan bisnis perkebunan kakao. Ketersediaan dan penggunaan bahan tanam unggul tersebut akan mampu meningkatkan daya saing produk kakao Indonesia di pasar internasional. Bahan tanam unggul baru diharapkan dapat meningkatkan produksi dan mutu hasil kakao. Upaya untuk mendapatkan klon kakao yang mempunyai sifat produksi yang tinggi, stabil dan beradaptasi baik, serta mempunyai beberapa sifat sekunder yang menguntungkan mutlak diperlukan. Terdapat beberapa klon kakao yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian sejak tahun 2006 yang lalu karena mempunyai produksi yang lebih tinggi, mutu hasilnya baik, tahan terhadap hama dan penyakit utama seperti

29 29 penggerek buah kakao (PBK), Helopeltis sp, Vasculas steak diabeck (VSD) adalah ICCRI 03, ICCRI 04, Sulawesi 1, Sulawesi 2. (Deptan, 2009). Rata-rata potensi daya hasil dari masing-masing jenis kakao tersebut diatas adalah 1,5 2,9 ton ha -1 (Lampiran 1,2,3 dan 4).

30 30 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perkembangan perekonomian nasional. Peningkatan luas areal pertanaman kakao di Indonesia belum diikuti dengan peningkatan produktivitas dan mutu yang tinggi, hal ini terbukti dari produksi rata rata kakao nasional masih rendah yaitu 0,7 ton, ha -1, thn -1 (Prawoto, 2006). Mawardi (2004) mengatakan bahwa tanaman kakao dapat diperbanyak dengan benih atau secara klon yaitu okulasi (tempel) dan sambungan. Pertanaman kakao yang diusahakan oleh petani pada umumnya berasal dari benih hibrida. Pemakaian benih hibrida pada awal penanaman di kebun petani merupakan pilihan yang tepat karena relatif muda dalam pelaksanaan pembibitan, lebih mudah penyediaan benih dalam jumlah banyak, serta lebih mudah pengiriman bahan tanam kakao dalam bentuk benih. Pertanaman kakao asal benih hibrida yang telah diusahakan petani sejak tahun 1970 mulai menunjukan keragaman yang kurang produktif karena umur tanaman yang sudah tua (Zaenudin dan Baon, 2004). Lebih lanjut dikatakan bahwa rendahnya produktivitas tanaman kakao pada umumnya karena teknologi pembudidayaan oleh kebanyakan petani masih sederhana, penggunaan bahan tanam yang mutunya kurang baik, serangan hama dan penyakit, tajuk tanaman rusak, populasi tanaman berkurang juga karena umur tanaman kakao yang sudah tua sehingga kurang produktif dan perlu diremajakan atau direhabilitasi. 30

31 31 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kakao sudah tidak produktif lagi bila umurnya sudah diatas tahun. Tanaman tersebut umumnya memiliki produktivitas yang hanya tinggal setengah dari potensi produktivitasnya (Suhendi, 2007). Iswanto (2001) mengatakan bahwa keadaan pertanaman yang kurang produktif tersebut mendorong petani melakukan rehabilitasi dan penanaman ulang. Petani lebih tertarik melakukan sambung samping untuk merehabilitasi tanaman kakao yang kurang produktif atau sudah tua dibandingkan dengan cara membongkar dan tanam ulang, karena dengan sambung samping petani masih dapat memungut hasil buah kakao dan dapat menikmati pembuahan kakao yang lebih cepat dari keberhasilan sambung samping. Rehabilitasi secara vegetatif menggunakan varietas (klon) unggul dengan teknik sambung samping merupakan salah satu alternatif yang dianjurkan sebagai upaya untuk meningkatkan produksi kakao di Indonesia (Langsa, 2007). Meningkatnya permintaan klon unggul oleh petani kakao karena mempunyai produksi yang tinggi, biji lebih besar, tahan terhadap hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit Vascular steak dieback (VSD), serta potensi daya hasil dari klon klon unggul bisa mencapai 2,9 ton -1 (Deptan, 2009). Penggunaan klon unggul harus diyakini mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman, produksi dan mutu hasil, sehingga ketersediaan klon unggul mutlak diperlukan (Langsa, 2007). Penggunaan beberapa klon unggul seperti ICCRI 03, ICCRI 04, Sulawesi 1, dan Sulawesi 2 diharapkan mempunyai kemampuan yang berbeda

32 32 beda dalam pertumbuhan, hal ini karena kakao mempunyai keragaman genetik serta kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang berbeda-beda pula. Teknik sambung samping pertama kali diterapkan oleh BAL estate pada tahun 1991 dan 1992 untuk rehabilitasi pada kebun benih (Yow dan Lim, 1994, dalam Prawoto, 2006) dan telah dipraktekkan secara luas di Sabah (Departemen of Agriculture Sabah, 1993 dalam Prawoto, 2006). Di Malaysia, sambung samping dilakukan untuk menanggulangi hama pengerek buah kakao (PBK) dengan cara mengganti klon-klon yang ada dengan klon-klon yang potensi produksinya tinggi, baik pada tanaman muda maupun tua. Hasil menunjukkan produktivitas kakao meningkat 2-4 kali dibandingkan dengan produktivitas sebelumnya ( Sastrosoedarjo dkk, 1995). Kendala yang sering dihadapi dalam perbanyakan tanaman secara sambung samping adalah jauhnya jarak antara pohon induk dengan kebun yang akan direhabilitasi, sehingga dibutuhkan waktu beberapa hari mulai dari pengambilan entres sampai penyambungan. Selain itu jumlah tanaman yang akan disambung sering dalam jumlah yang banyak, sehingga tidak bisa disambung dalam waktu sehari dan entres yang belum tersambung harus disimpan untuk keesokan harinya. Menurut Jawal dan Alwarudin ( 2006) lamanya penyimpanan entres mempengaruhi keberhasilan sambung pucuk dan panjang tunas, yaitu semakin lama entres disimpan semakin rendah tingkat keberhasilan sambung pucuk dan semakin pendek tunas yang terbentuk. Interaksi antara lama penyimpanan entres

33 33 dengan varietas berpengaruh terhadap persentase pecah tunas dan pembentukan daun bibit sambung avokad. Diagram kerangka berpikir (Gambar 3.1) Produktivitas kakao menurun Petani belum melakukan rehabilitasi kakao secara optimal Rehabilitasi kakao menggunakan teknik sambung samping Penggunaan klon unggul Waktu penyimpanan entris - Produksi tinggi - Tahan terhadap hama dan penyakit - Mudah beradaptasi dengan lingkungan dalam proses penyatuhan entris dan batang bawah - - Kemampuan daya tumbuh - Kesegaran - Warna kulit - Kadar air Penelitian sambung samping dengan menggunakan klon unggul dan waktu penyimpanan entris Pertumbuhan entris yang optimum Gambar 3.1 Diagram Kerangka Berpikir

34 Kerangka Konsep Sambung samping (side grafting) merupakan teknik perbaikan tanaman kakao yang dilakukan dengan cara menyisipkan batang atas dengan klon-klon unggul yang dikehendaki sifat baiknya pada sisi batang bawah. Penggunaan klonklon unggul serta entres yang telah dipotong harus disimpan beberapa hari sebelum dilakukan penyambungan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan entres yang akan disambung. Perlakuan pengunaan beberapa jenis klon dan lama penyimpanan entres diduga saling berpengaruh, sehingga terdapat interaksi pada kedua perlakuan tersebut. Penggunaan klon unggul pada sambung samping kakao sangat dianjurkan karena diharapkan mampu berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan serta kemampuan untuk menyesuaikan diri antar entris dengan batang bawah. Penggunaan klon unggul diduga dapat mempercepat penyatuan batang atas dan batang bawah yaitu ditandai dengan menutupnya luka pada sayatan sambungan dan berkembangnya entres menjadi bagian utuh dari tanaman. Penutupan bekas sayatan akan membantu meningkatkan kelembaban di daerah luka dan juga mencegah terjadinya dehidrasi pada jaringan-jaringan disekitar sambungan. Penutupan juga bisa mencegah terjadinya infeksi luka sayatan dan infeksi dari jamur dan pathogen lainnya. Perbedaan lama penyimpanan entres juga dapat mempengaruhi keberhasilan sambungan, pertumbuhan dan kesegaran entris yang akan disambung. Entres yang baru diambil dari pohon induk tampak segar serta warnanya hijau kecoklotan, namun jika waktu penyambungan dilakukan beberapa

35 35 hari kemudian, maka warna entres tersebut menjadi coklat kehitaman serta kulitnya mengkerut. Terjadinya perubahan warna dan mengkerutnya kulit entres dipengaruhi oleh berkurangnya kadar air pada entres akibat transpirasi. Entres yang disambung beberapa hari setelah diambil dari pohon induknya harus diperlakukan secara khusus sehingga kesegaran, warna serta kadar air tetap terpelihara Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Interaksi antar jenis klon dan lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap pertumbuhan sambung samping kakao. 2. Jenis klon entres berpengaruh terhadap pertumbuhan sambung samping (side grafting) kakao. 3. Lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap pertumbuhan sambung samping kakao.

36 36 Produksi kakao di Bali saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan luas areal pertanaman kakao. Pada tahun 2007 produksi kakao di Bali 7.425,94 ton, tahun 2008 yaitu 6.745,51 ton dan tahun 2009 yaitu 6.800,54 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2010).

37 37 Kebutuhan kakao nasional dari tahun ke tahun terus meningkat seiring meningkatnya permintaan pasar dunia. Meningkatnya permintaan kakao tersebut tidak diimbangi oleh peningkatan produksi. Umur tanaman kakao yang sudah tua merupakan salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap rendahnya produksi. Kondisi tersebut diatas juga dijumpai di lokasi penelitian Desa Angkah Kecamatan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Penggunaan klon klon unggul dan waktu penyambungan juga mampu meningkatkan penyatuhan batang atas dan batang bawah, sehingga mempengaruhi keberhasilan sambung samping.

38 38 Tambanahan Kerangka konsep Sejak dulu sampai sekarang petani di Desa Tonggolobibi masih tetap menggunakan bahan tanam yang bersumber dari sesama petani atau dari kebunnya sendiri, sehingga belum ditemukan petani yang menggunakan bahan tanam bermutu (klon unggul) dengan cara membeli dari penangkar bibit atau lembaga penelitian. Hal ini disebabkan karena di satu sisi bahan tanam berkualitas harganya relatif mahal dan agak sulit diperoleh, sementara di sisi lain petani dapat dengan mudah menggunakan bahan tanam yang bersumber dari kebunnya sendiri. Rehabilitasi tanaman kakao dengan metode sambung samping menggunakan bahan tanam unggul merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Saat ini momennya cukup tepat karena ada kecenderungan peningkatan minat petani kakao di Desa Tonggolobibi terhadap penggunaan bahan tanam klonal dalam upaya memperbaiki performa tanaman yang sudah tua untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil. Teknologi sambung samping memerlukan entres yang cukup banyak. Oleh karena itu selain menggunakan entres dari kebun-kebun entres dengan klon-klon unggul yang telah diketahui, juga dapat memanfaatkan klon unggul lokal yang telah diketahui petani dengan terlebih dahulu melalui tindakan seleksi dan pemurnian. Dibandingkan dengan okulasi tanaman dewasa dan tanam ulang, metode sambung samping menunjukkan keunggulan berikut: Areal pertanaan kakao dapat direhabilitasi dalam waktu relatif singkat. Lebih murah, dan tanaman kakao lebih cepat berproduksi dibandingkan cara tanam ulang (replanting) Sementara batang atas belum berproduksi, hasil buah dari batang bawah dapat dipertahankan Batang bawah dapat berfungsi sebagai penaung sementara bagi batang atas yang sedang tumbuh. PENGENDALIAN Teknik ini dipilih dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang sukar/tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan, atau dengan cangkok. Menurut Ashari (1995), banyak jenis tanaman buah-buahan yangsukar/tidak dapat diperbanyak dengan cara-cara tersebut, tetapi mudah dilakukan

39 penyambungan, misalnya pada manggis, mangga, belimbing, jeruk dan durian. Alasan lain untuk melakukan grafting adalah: Ashari, S Holtikultura. Aspek Budidaya. UI-Press. 485 hal. 39

40 40 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan yang disusun secara faktorial. Perlakuan yang dicoba terdiri dari dua faktor yaitu : Faktor Pertama adalah klon unggul sebagai batang atas (entres) yang terdiri dari: KS 1 : Klon Sulawesi 1 KS 2 : Klon Sulawesi 2 KI 1 : Klon ICCRI 03 KI 2 : Klon ICCRI 04 K 0 : Klon Lokal Bali Faktor Kedua adalah lama penyimpanan entres: H 0 : Penyambungan dilakukan dengan lama penyimpanan entres maksimal 16 jam sejak pemotongan H 3 : Penyambungan dilakukan dengan lama penyimpanan entres maksimal 72 jam sejak pemotongan (3 hari) H 6 : Penyambungan dilakukan dengan lama penyimpanan entres maksimal 144 jam sejak pemotongan (6 hari) Dalam percobaan ini terdapat 15 kombinasi perlakuan (KS 1 H 0, KS 1 H 3, KS 1 H 6, KS 2 H 0, KS 2 H 3, KS 2 H 6, KI 1 H 0, KI 1 H 3, KI 1 H 6, KI 2 H 0, KI 2 H 3, KI 2 H 6, K 0 H 0,K 0 H 3, dan K 0 H 6), dan masing-masing diulang tiga kali. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari tiga pohon, sehingga diperlukan 135 pohon batang bawah untuk disambung. Denah tata letak tanaman dilapangan disajikan (Gambar 4.1). 36

41 41 U KI1H3 KS1H3 KS1H6 KI2H0 KS1H0 KS1H3 K0H6 KS2H3 K0H3 KI2H3 KI1H0 K0H3 KS1H6 KS2H0 K0H0 KS1H3 KI2H3 KI1H0 K0H0 KI2H6 KI1H6 K0H6 KS2H6 KI1H0 KI1H6 KS1H0 K0H0 KS2H0 KI1H0 K0H6 KI1H6 KS2H3 K0H3 KS2H6 KS2H0 KS1H6 KS2H6 KS1H3 KS1H0 KI1H3 KI2H3 KI2H6 KI2H6 KI1H3 II I III KI2H0 Keterangan : I,II,III = Ulangan KS1 = Klon Sulawesi 1 KS2 = Klon Sulawesi 2 KI1 = Klon ICCRI 03 KI2 = Klon ICCRI 04 K0 = Klon Lokal Bali H0 = Penyambungan dilakukan dengan lama penyimpanan entres maksimal 16 jam sejak pemotongan H3 = Penyambungan dilakukan dengan lama penyimpanan entres maksimal 72 jam sejak pemotongan (3 hari) H6 = Penyambungan dilakukan dengan lama penyimpanan entres maksimal 144 jam sejak pemotongan (6 hari) = Tanaman kakao yang akan disambung. Tiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman. Gambar 4.1 Denah Tata Letak Percobaan Dilapangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat

Lebih terperinci

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING)

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING) ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiakan dengan cara vegetatif adalah pembiakan yang menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Ketersediaan klon kakao tahan VSD Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING) PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING) SUWANDI Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta I. PENDAHULUAN Perbanyakan tanaman banyak dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO PENGENALAN DAN PENCANDERAAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO Hendro Winarno PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB. Sudirman 90 Jember, Telp: (0331) 757130,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN :

Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Pengaruh Tingkat Keberhasilan Pemindahan Bantalan Bunga Kakao (Theobroma cacao L) melalui Pemilihan Bantalan Bunga Kakao Aktif dan Non Aktif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae;

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae; II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Tinjauan Umum Tanaman Kakao Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Malvales; Family: Sterculiaceae;

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...2 A. Latar belakang...2

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kakao (Theobroma cacao) Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012 dapat diuraikan sebagai berikut: Divisi Sub divisi Class Sub class Ordo Family

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan (William dkk., 1987 in Anzah,2010), sistematika tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan (William dkk., 1987 in Anzah,2010), sistematika tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet Berdasarkan (William dkk., 1987 in Anzah,2010), sistematika tanaman karet, adalah sebagai berikut; Divisio : Spermatophyta ; Subdivisio : Angiospermae ; Class : Dicotyledoneae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot Makalah Tanaman Buah dalam Pot Tabulampot Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia tiap tahunnya menunjukan angka peningkatan. Lahan di Indonesia yang dulunya luas pun kini menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA PERBANYAKAN TANAMAN Oleh: Rommy A Laksono Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA Metode perbanyakan tanaman ada 3 : 1. Generatif (seksual) : menggunakan organ generatif (biji/benih) 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kakao Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), tanaman kakao diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Biocelebes, Juni 2011, hlm. 22-30 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 1 Tingkat Keberhasilan Okulasi Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Abdul Hamid Noer 1) dan Yusran 2) 1,2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG USAHA Durian merupakan salah satu jenis buah yang sangat di idolakan di Indonesia. Sesuai dengan sebutan durian yang di duga berasal dari istilah melayu, buah ini sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative)

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative) KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative) A. PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN STEK Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetative buatan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas. (Studi Kasus di Berau, Kaltim)

Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas. (Studi Kasus di Berau, Kaltim) Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas (Studi Kasus di Berau, Kaltim) A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember

Lebih terperinci

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Cara Perkembangbiakan Tumbuhan Kompetensi Dasar :2.1 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Tumbuhan Dapat Berkembang Biak Secara Generatif Maupun Vegetatif 1. Tumbuhan Berkembang Biak

Lebih terperinci

KARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I.

KARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. KARYA TULIS Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. PENDAHULUAN Durian (Durio zibethinus Murray) adalah buah yang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kakao (Theobroma cacao) Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988)

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI

KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI Yuldanto Larekeng 1, Sakka Samudin dan Hendry Barus ² yuldantolarekeng@gmail.com Mahasiswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman karet Pohon karet pertama kali tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana

Lebih terperinci