HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperaatan Oleh : PUSPITANINGRUM NIM ST13059 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i

2 2

3 3 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Puspitaningrum NIM : ST13059 Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun perguruan tinggi lain. 2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan dari tim penguji. 3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kumudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Surakarta, 15 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan, Puspitaningrum NIM ST13059 iv

4 4 KATA PENGANTAR Puji syukur dan sujud syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala keagungan dan kemahabesarannya. Hanya dengan petunjuk, rahmat dan karunianya hingga skripsi yang berjudul HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA ini dapat terselesaikan. Proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit halangan dan rintangan yang penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan penelitian ini. Atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan selama penyusunan penelitian ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, motivasi serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep, Ns, selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. v

5 5 5. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan karyawan STIKes Kusuma Husada yang telah banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan kepada penulis. 6. Segenap ibu-ibu UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Suami dan anakku tercinta, yang telah memberikan dorongan, motivasi dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Teman-teman S-1 Keperawatan yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Surakarta, 15 Agustus 2015 Penulis vi

6 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii iv v vii ix xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penelitian Manfaat penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teori Pengetahuan Kepatuhan Imunisasi Pentavalen Keaslian penelitian Kerangka teori vii

7 Kerangka konsep Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan rancangan penelitian Populasi, sampel dan teknik sampling Tempat dan waktu penelitian Variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran Alat penelitian dan cara pengumpulan data Teknik pengolahan data dan analisa data Etika penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Analisis Univariat Analisis Bivariat BAB V PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pentavalen Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

8 8 DAFTAR TABEL Nomor tabel Judul tabel Halaman 2.1 Keaslian Penelitian Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pentavalen 4.1. Umur Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta 4.2. Tingkat Pendidikan Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta 4.3 Pekerjaan Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta 4.4 Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen 4.5 Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen pada Balita Usia 2 6 bulan di Puskesmas Gilingan Surakarta 4.6 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pentavalen dengan Kepatuhan Ibu Memberikan Imuniasi Pentavalen ix

9 9 DAFTAR GAMBAR Nomor gambar Judul Gambar Halaman 2.1 Kerangka Teori Kerangka Konsep 28 x

10 10 DAFTAR LAMPIRAN Normor Lampiran Keterangan 1 F01 Usulan Topik Penelitian 2 F02 Pengajuan Judul Skripsi 3 F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan 4 F07 Pengajuan Ijin Penelitian 5 Jadwal Penelitian 6 Surat Studi Pendahuluan 7 Surat Ijin Penelitian 8 Surat Keterangan Balasan Penelitian 9 Lembar Permohonan Menjadi Responden 10 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 12 Kuesioner 13 Tabulasi Hasil Penelitian 14 Hasil Penelitian SPSS 15 Lembar Konsultasi 16 Dokumentasi xi

11 11 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Puspitaningrum Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta Abstrak Imunisasi pentavalen telah dilakukan serentak di Indonesia pada bulan Februari 2014, termasuk di wilayah Surakarta. Dari cakupan imunisasi di Kota Surakarta adalah 65,3% sehingga belum memenuhi UCI (Universal Coverage Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% sehingga peran ibu penting dalam mempengaruhi praktik imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan insidental sampling pada 86 ibu yang mempunyai balita usia 2 6 bulan yang melakukan imunisasi pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta. Penelitian dilakukan di UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan tentang imunisasi pentavalen pada kategori cukup yaitu sebanyak 47 orang (54,7%). Sebagian besar ibu patuh dalam memberikan imunisasi pentavalen yaitu sebanyak 50 orang (58,1%). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen dengan p value (0,020 < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen. Kata Kunci : pengetahuan, kepatuhan, imunisasi pentavalen Daftar Pusatka : 28 ( ) xii

12 12 BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Puspitaningrum Correlation between Stress and Gastritis Incidence at Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo ABSTRACT Gastritis or known as peptic ulcer is an inflammation of the gastric mucosa caused by irritation and infection factors. The symptoms of gastritis are heartburn, discomfort, pain in the gastrointestinal tract, nausea, vomiting, abdominal bloating, gastritis fullness feeling and headache. One of the causes of gastritis or the symptoms recurrence is psychological factor or stress. The result of preliminary research at Dhanang Husada Clinic located in the middle of densely populated settlement and surrounded by convection factories, which was done in July to August 2014 shows that there were 214 patients with gastritis. Moreover, the interview with the patients shows that patients with upper abdominal pain due to neglecting or forgetting the mealtime because of busy work and excessive work pressure were admitted to the aforementioned clinic. The objective of this research is to analyze the correlation between the stress and the gastritis incidence. This research used the descriptive analytic observational method with the cross-sectional design. The samples of research consisted of 70 productive age women gastritis who were admitted to Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo. The data of research were collected through questionnaire and analyzed with the Chisquare test. The result of the research shows that 28 respondents (40.0%) had the moderate level of stress, and 39 respondents (44.3%) had gastritis. Thus, there was a correlation between the stress and the gastritis incidence as indicated by the value of 2 = and the p-value = which was less than 0.05, meaning that the higher the stress level was, the more vulnerable to gastritis the respondent was. Therefore, the patients shall suppress the stress incidence since it can cause gastritis. Ways to reduce the stress are reducing working hours and adding more breaks. Keywords : stress, gastritis, productive age women References : 26 ( )

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan UNICEF menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin, sehingga menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya (Kadir, dkk, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang termasuk angka tinggi pada kasus anak tidak diimunisasi, yakni sekitar 1,3 juta anak (Ismet, 2013). Pemerintah berupaya menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di semua desa/kelurahan. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Hepatitis B, Campak dan melalui mulut seperti polio (Momomuat, dkk, 2013). Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B. 1

14 2 Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population immunity) (Probandari, dkk, 2013). Kajian dari Regional Review Meeting on Imunization (WHO/SEARO) di New Delhi dan Komite Ahli Penasehat Imunisasi Nasional Indonesia Technical Advisory Group on Imunization (ITAGI) pada tahun 2010, merekomendasikan agar vaksin Hib diintegrasikan ke dalam program imunisasi nasional untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi dan balita akibat pneumonia dan meningitis. Hal ini selaras dengan rencana introduksi vaksin baru yang terdapat dalam Comprehensive Multi Years Plan (CMYP) dalam rangka mempercepat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) (Dinkes Prov Jateng, 2013). Pneumonia menyebabkan kematian terbesar pada anak, dimana kurang lebih 23% pneumonia yang serius pada anak disebabkan oleh Haemophilus Influenzae tipe b (Hib). Penyebab lain dari pneuoonia pada anak adalah Pneumococcus, Staphilococcus, Strepthococcus, virus dan jamur. Hib dan Strepthococcus Pneumonia juga menyebabkan meningitis yang dapat menimbulkan kematian dan kecacatan pada anak. Meningitis adalah radang pada selaput otak dan korda spinalis (bagian dari sistem saraf pusat) dengan gejala : Demam, kaku kuduk, penurunan kesadaran dan kejang. Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur. Meningitis akibat bakteri umumnya sangat parah dan dapat menyebapkan kerusakan otak dan kematian. Laporan CDC tahun 2000 menyatakan bahwa Hib dapat menyebabkan antara lain meningitis (50%), epiglotitis (17%), pneumonia (15%), arthritis (8%), selulitis (6%), osteomyelitis (2%), bakteriemia (2%) (Dinkes Prov Jateng, 2013).

15 3 Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan telah memperkuat program imunisasi dengan penggunaan vaksin pentavalen (DPT-HB-Hib). Vaksin ini adalah pengembangan vaksin dari tetravalen yang dulu hanya 4 antigen yaitu DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus ) dan Hepatitis B, sekarang ditambah dengan antigen HiB (Haemophilus Influenzae Type B), dan dengan digunakan vaksin pentavalen (DPT-HB-Hib) bersama vaksin campak, polio dan BCG (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Imunisasi pentavalen telah dilakukan serentak di Indonesia pada bulan Februari 2014, termasuk di wilayah Surakarta. Jumlah penduduk kota Surakarta yang berjumlah jiwa dengan sasaran bayi usia 0-12 bulan sejumlah orang. UPTD Puskesmas Gilingan mempunyai wilayah kerja yang membawahi jumlah penduduk orang dengan jumlah sasaran bayi yang memperoleh imunisasi 613 orang. Data capaian imunisasi Pentavalen di Kota Surakarta tahun 2014 adalah DPT Hb1 sebanyak (25,1%), DPT Hb (27,7%), DPT Hb (29,8%) dan untuk cakupan imunisasi pentavalen1 tahun 2014 dari bulan Februari Desember 2014 sebanyak (75,8%), Pentavalen2 sebanyak (72,5%) dan Pentavalen3 sebanyak (99,9%) sedangkan angka kejadian difteri 0, Pertusis 0, Tetanus 0, Meningitis 0 dan Pneumonia 21, Hepatitis B 0. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Gilingan pada tanggal 2 Desember 2014 diketahui bahwa data kepatuhan ibu terhadap imunisasi pentavalen diketahui dari capaian imunisasi pentavalen di UPTD Puskesmas bulan Februari Desember 2014 antara lain adalah DPT-Hb-Hib1 : 72,3%, DPT-HB-Hib2 : 65,6% dan DPT-HB-Hib3 : 58,1%. Angka kejadian

16 4 pada tahun 2014 Difteri 0, Pertusis 0, Tetanus 0, Meningitis 0, Hepatitis 0 dan Pneumonia 0. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepatuhan ibu untuk melakukan imunisasi pentavalen belum memenuhi UCI (Universal Coverage Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Proverawati & Andhini, 2010), sehingga perlu upaya usaha yang harus dilakukan Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kepatuhan orang tua untuk mengimunisasikan bayinya (Azizah, dkk, 2011). Penyebab masih rendahnya cakupan imunisasi antara lain adalah lain orang tua yang sibuk bekerja, kurang memiliki waktu, bahkan kurang pengetahuan tentang imunisasi dan perhatian terhadap kesehatan anakpun berkurang, kurang informasi yang diperoleh oleh masyarakat baik melalui media massa, media elektronik maupun penyuluhan-penyuluhan serta budaya yang masih mengandalkan dukun sebagai penolong persalinan, sehingga tidak ada anjuran kepada ibu bersalin untuk mengimunisasikan bayinya. Hal ini menjadikan masyarakat tidak mengenal tentang imunisasi (Arifin, 2011). Pengetahuan ibu tentang imunisasi mempengaruhi praktik imunisasi (Lestari dan Masruroh, 2012). Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Gilingan Surakarta pada tanggal 5 Januari 2015 diketahui bahwa dari 10 orang responden yang melakukan imunisasi data bahwa 7 bayi (70,0%) diimunisasi tidak tepat sesuai jadwal sedangkan sebanyak 3 bayi (30,0%) sesuai jadwal imunisasi. Hasil wawancara dengan 10 ibu yang mempunyai balita tersebut mayoritas menyatakan bahwa sebanyak 8 Ibu (80,0%) kurang mengerti tentang

17 5 imunisasi pentavalen karena ibu mampu tidak menjawab dengan benar mengenai pengertian dan manfaat imunisasi pentavalen sedangkan 2 ibu (20,0%) sudah mengetahui tentang pengertian dan manfaat imunisasi pentavalen. Program imunisasi pentavalen merupakan program yang baru dilakukan pada bulan Februari 2014 (Dinkes Prov Jateng, 2014), sehingga banyak ibu bayi dan balita belum tahu tentang imunisasi pentavalen, berdasarkan hal tersebut peneliti berupaya mengangkat permasalahan tersebut tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kepatuhan imunisasi pentavalen pada bayi umur 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. 1.2 Rumusan Masalah Salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi adalah rendahnya pengetahuan tentang imunisasi yang disebabkan karena kurang informasi yang diperoleh baik melalui media massa, media elektronik maupun penyuluhan, hal ini menyebabkan ibu kurang mengetahui manfaat imunisasi dan menyebabkan tidak patuh dalam pemberian imunisasi bagi bayinya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta?

18 6 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta Tujuan khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui karakteristik ibu yang melakukan imunisasi pentavalen pada anaknya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta. b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen. c. Mengetahui kepatuhan ibu dalam melakukan imunisasi pentavalen pada anaknya. d. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen. 1.4 Manfaat Penelitian Bagi masyarakat Memberikan gambaran yang lebih konkrit dan dapat dijadikan sumber pijakan atau input dalam memberikan alternatif dalam memecahkan masalah pada kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen.

19 Bagi profesi keperawatan Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan dalam pemberian imunisasi pentavalen Bagi Puskesmas Sebagai sumbangan informasi bagi Puskesmas sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan tentang kepatuhan ibu dalam memberi imunisasi pentavalen Bagi peneliti selanjutnya Mengembangkan konsep dan kajian yang lebih mendalam tentang asuhan keperawatan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen sehingga diharapkan dapat menjadi dasar dan pendorong dilakukannya penelitian yang lebih mendalam tentang masalah tersebut Bagi peneliti Menambah wawasan, khasanah, ilmu pengetahuan, informasi dan wacana tentang hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen.

20 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Pengetahuan Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmodjo, 2011). Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran assosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab akibat) yang universal (Astinah, dkk, 2013) Tingkatan pengetahuan Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yakni : 1. Tahu (Know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam 8

21 9 pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, sehingga tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

22 10 masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintetis (Synthetis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut : 1. Faktor internal

23 11 a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya dalam hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. b. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan. Bekerja pada merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. c. Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun, semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 2. Faktor eksternal

24 12 a. Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2010). 3 Tingkat Pengukuran Pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu sebagai berikut : a. Baik : % b. Cukup : 56-75% c. Kurang : < 56 % (Lestari dan Masruroh, 2012) Kepatuhan Pengertian Kepatuhan mempunyai arti suatu perilaku seseorang untuk mengikuti saran medis ataupun kesehatan sesuai dengan ketentuan yang diberikan. Pemahaman yang baik dan mendalam tentang faktor tersebut sangat bermanfaat bagi para orang tua dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan dalam

25 13 melakukan imunisasi dasar sehingga efektifitas terapi dapat terpantau (Febriastuti, dkk, 2013). Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketepatan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Niven, 2012). Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan, yang sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan dapat dikontrol bila pelaksanaan program telah sesuai standar (Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan pasien adalah hal yang sangat penting dalam tercapainya keberhasilan pengelolan penyakit, namun sayangnya hampir seperempat pasien gagal untuk menaati rekomendasi dokter atau tim medis yang merawat (Di Matteo, et al, 2007) Faktor yang mempengaruhi kepatuhan Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Pendidikan baik formal maupun non formal dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan berperilaku, dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah baginya untuk

26 14 menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Mulyana, 2006). 2. Sikap Gibson mengatakan, bahwa sikap merupakan faktor penentu perilaku karena ikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. demikian sikap merupakan faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku (Mulyana, 2006). Health belief model mengenai imunisasi yang menyatakan bahwa sikap seseorang dalammengikuti program imunisasi percaya bahwa:kemungkinan terkena penyakit tinggi (ketidakkebalan), jika terjangkit penyakit tersebut membawa akibat serius, imunisasi adalah carayang paling efektif untuk pencegahan penyakit, dan tidak ada hambatan serius untuk imunisasi.ketidakcocokan perilaku seseorang dengan sikapnya akan menimbulkan berbagai masalah psikologis bagi individu yang bersangkutan sehingga individu akan berusaha mengubah sikapnya atau perilakunya (Astinah, dkk, 2013). 3. Tingkat pengetahuan Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan semakin baik tingkat pendidikan maka semakin baik pula tingkat pengetahuan, selain pendidikan faktor-

27 15 faktor yang mempengaruhi pada peningkatan pengetahuan seseorang adalah keikutsertaan dalam pelatihan atau penyuluhan, pengetahuan seseorang dapat bertambah pula dengan cara memperkaya khasanah pengetahuan melalui membaca baik melalui media massa dan media elektrik (internet), sehingga walaupun tanpa melalui pendidikan formal. Pengetahuan seseorang dapat meningkat dengan demikian harapan tentang keberhasilan program imunisasi dapat dicapai melalui kesadaran masyarakat akan dampak imunisasi dapat imunisasi bagi kesejahteraan masyarakat secara umum dan kesejahteraan anak secara khususnya. (Astinah, dkk, 2013). Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang imunisasi, memungkinkan orang tersebut untuk mengaplikasikan pengetahuannya yakni dalam hal ini mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Informasi adalah salah satu organ pembentuk pengetahuan. Semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya, semakin baik pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi (Ismet, 2013). 4. Tindakan ibu

28 16 Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non-perilaku (non behavioral factors). Green menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya, kemudian faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Interaksi yang baik dengan lingkungan, dan seringnya seorang ibu mendapatkan informasi tentang manfaat dari pemberian imunisasi yang lengkap pada bayi, akan menyebabkan seorang ibu memiliki sikap yang positif, yang dengan dukungan orang sekitarnya serta ketersediaan dan terjangkaunya fasilitas kesehatan untuk memperoleh imunisasi, akan mendorong ibu untuk bertindak yang positif juga dengan membawa bayi secara rutin sesuai jadwal untuk mendapatkan imunisasi (Astinah, dkk, 2013). 5. Pelayanan petugas kesehatan

29 17 Pelayanan petugas kesehatan yang baik terhadap pasien dipengaruhi oleh kesadaran petugas kesehatan akan profesionalisme kerja sangat mempengaruhi kepuasan pasien. Pelayanan petugas kesehatan dapat mempengaruhi imunisasi dasar lengkap pada balita, karena ibu balita merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Ismet, 2013). 6. Dukungan keluarga Respon positif keluarga responden terhadap pelaksanaan kegiatan imunisasi dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang baik yang dimiliki oleh keluarga responden tentang pentingnya imunisasi dasar pada balita yang tidak lain pengetahuan tersebut diperoleh dari informasi atau penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan menyadari bahwa dukungan keluarga sangat berperan penting terhadap keaktifan ibu dalam program imunisasi, sehingga sasaran penyuluhan tentang imunisasi pun selain ibu-ibu yang mempunyai balita juga keluarga bahkan ditujukan kepada seluruh masyarakat. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan sikap sangat besar karena keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan anggota keluarga yang lain. Apabila sikap

30 18 keluarga terhadap imunisasi kurang begitu merespon dan bersikap tidak menghiraukan pelaksanaan kegiatan imunisasi maka pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena tidak ada dukungan oleh keluarga (Ismet, 2013) Pengukuran Kepatuhan Pengukuran kepatuhan tentang pemberian imunisasi pentavalen disesuaikan dengan umur bayi, yaitu sebagai berikut : 1. Umur bayi < 7 hari, jenis imunisasi : Hepatitits B (HB) O 2. Umur bayi 1 bulan, jenis imunisasi : BCG, Polio 1 3. Umur bayi 2 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2 4. Umur bayi 3 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3 5. Umur bayi 4 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4 6. Umur bayi 9 bulan, jenis imunisasi : campak Kriteria kepatuhan imunisasi pentavalen adalah patuh apabila sudah melakukan imuniasi sesuai umur bayi dan tidak patuh apabila belum lengkap melakukan imunisasi pentavalen sesuai umur bayi) (Dinkes Prov Jateng, 2013).

31 Imunisasi Pentavalen Pengertian Imunisasi merupakan salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Fida dan Maya, 2012). Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif dan kekebalan aktif (Ranuh, dkk, 2011). Program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisai adalah penggunaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai Vaksin Pentavalen. Vaksin ini merupakan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai dengan kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah berberapa jenis penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b) (Kinanti, 2013). Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB) adalah vaksin DPT-HB ditambah HiB. Penyakit yang dapat dicegah pentavalen adalah

32 20 difteri, tetanus, hepatitis, radang otak (meningitis) dan batuk rejan/batuk 100 hari (Dinkes Prov Jateng, 2013) Jenis Imunisasi Pentavalen Imunisasi pentavalen merupakan kombinasi dari 3 jenis vaksin, yaitu vaksin DPT, HB, dan Hib. Vaksin pentavalen adalah kombinasi dari lima vaksin dalam satu: difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B dan Haemophilus influenza tipe b/hib (bakteri yang menyebabkan meningitis, pneumonia dan otitis). Lima antigen tersebut diberikan dalam satu suntikan, sehingga memberikan kenyamanan bagi bayi yang mendapat imunisasi beserta ibunya. Beberapa jenis imunisasi pentavalen yaitu sebagai berikut : 1. Vaksin DPT a. Pengertian Imunisasi DPT terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan bakteri pertusis yang telah dimatikan. Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh orynebacterium diphtheria. Dapat menyebar melalui kontak fisik dan pernafasan dengan gejala radang tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan, dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiruan pada tenggorokan dan tonsil. Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari) adalah penyakit yang disebabkan oleh bordetella pertussis. Penyebarannya dapat melalui batuk/bersin, dengan gejala

33 21 pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan sampai batuk parah. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani. Penyebarannya dapat melalui kotoran yang masuk ke luka yang dalam, dengan gejala kaku otot pada rahang, leher, perut, sulit menelan, berkeringat dan demam, bayi jadi berhenti menetek, kejang, tubuh kaku. Pemberian imunisasi DPT pada bayi umur 2 11 bulan, pemberian imunisasi 3 kali (DPT 1, 2, 3) selang waktu pemberiannya 4 minggu. b. Manfaat Imunisasi DPT bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit difteri yang dapat menyumbat saluran pernafasan, mencegah penularan penyakit batuk rejan (Batuk 100 hari) serta penyakit tetanus. Untuk pemberian kekebalan terhadap difteri, pertusis dan tetanus. c. Efek samping Gejala gejala yang bersifat sementara seperti : lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi iritasi dan mengigau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

34 22 2. Vaksin HB a. Pengertian Imunisasi hepatitis B adalah berasal dari virus yang telah dimatikan dan tidak menginfeksi. Hepatitis B sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati Penularan penyakit ini hepatitis B umumnya terjadi melalui alat-alat kedokteran, darah, ataupun jaringan, hubungan seksual, dari ibu kepada bayinya, pada umumnya terjadi sekitar proses persalinan, ataupun melalui ASI dan pernularan antar anak walaupun jarang terjadi dengan gejala, merasa lemah, gangguan perut, flu, mata/kulit/urine kuning, kotoran pucat. b. Jadwal pemberian 1) Imunisasi awal diberikan sebanyak 3 kali. Jarak antara suntikan 1 dan 2 adalah 1-2 bulan, sedangkan untuk suntikan 3 diberikan dengan jarak 6 bulan dari suntikan 1. 2) Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti- HbsAg pasca imunisasi setelah 3 bulan imunisasi terakhir 3) Pemberian pada usia 0 11 bulan dengan 2 kali pemberian (hepatitis B 1, 2, 3) selang waktu 4 minggu untuk bayi yang lahir di RS atau

35 23 puskesmas/rb diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran c. Manfaat Manfaat vaksin HB adalah untuk pemberian perlindungan terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. d. Efek samping Rasa sakit kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. 3. Vaksin Hib a. Pengertian Imunisasi Hib adalah berasal dari Haemophilus Influenza type B (Hib). Hib biasa menyerang anak di bawah 5 tahun.anak-anak dapat tertular bakteri Hib dari anak lain yang sakit atau orang dewasa yang membawa bakteri Hib, namun tidak sakit. Kuman tertular melalui kontak dengan penderita Hib. Jika bakteri Hib berada di rongga hidung atau tenggorokan, mungkin tidak menyebabkan sakit. Namun bakteri Hib dapat masuk ke paru-paru dan peredaran darah dan menyebabkan penyakit serius. Sebelum ditemukannya vaksin Hib, penyakit Hib merupakan penyebab utama radang selaput otak

36 24 (meningitis) pada anak di bawah 5 tahun. Meningitis menyebabkan kerusakan otak dan medullaspinalis. Hib juga menyebabkan pneumonia, infeksi berat di tenggorokan, infeksi pada persendian, tulang dan selaput jantung, bahkan kematian. Anak di atas 5 tahun tidak perlu mendapatkan vaksin Hib. Namun dalam kondisi tertentu, vaksinasi Hib perlu diberikan, seperti penderita sickle cell, HIV, pengangkatan limpa, transplantasi sumsum tulang atau penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi. b. Efek Samping Vaksin Hib beresiko menimbulkan efek samping ringan. Berikut efek samping vaksinasi Hib yang pernah dilaporkan: merah dan bengkak di tempat penyuntikan dan demam tinggi. Keluhan tersebut biasanya hilang sendiri dalam 2-3 hari (Marfiah, 2014) Jadwal pemberian imunisasi pentavalen Pemberian imunisasi pentavalen disesuaikan dengan umur bayi, yaitu sebagai berikut : 1. Umur bayi < 7 hari, jenis imunisasi : Hepatitits B (HB)O 2. Umur bayi 1 bulan, jenis imunisasi : BCG, Polio 1 3. Umur bayi 2 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2

37 25 4. Umur bayi 3 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3 5. Umur bayi 4 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4 6. Umur bayi 9 bulan, jenis imunisasi : campak (Dinkes Prov Jateng, 2013) Keunggulan vaksin pentavalen Ada beberapa keunggulan vaksin Pentavalen (DPT-HB- Hib) jika dibandingkan dengan program imunisasi yang lama, antara lain: 1. Mengurangi kesakitan pada anak Imunisasi yang diberikan dengan cara disuntik ini tidak dipungkiri memberikan rasa sakit dan trauma pada anak. DPT, HB, dan Hib masing-masing diberikan 3 kali tiap anak. Bisa dihitung berarti anak disuntik 9 kali. Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen, anak berarti hanya akan disuntik 3 kali. Karena setiap kali disuntik sudah kombinasi dari ketiga jenis vaksin tersebut. 2. Mengurangi kunjungan ke posyandu Kunjungan ke posyandu atau puskesmas membutuhkan biaya, khususnya jika keluarga tersebut berada di daerah yang memang puskesmasnya masih sedikit, Selain itu, jika memang ibu dari anak merupakan ibu yang bekerja maka

38 26 pemberian imunisasi pentavalen ini dinilai akan membantu ibu mengatur waktu lebih efisien, karena berarti kunjungan ibu ke posyandu juga akan berkurang frekuensinya. 3. Mengurangi risiko 6 penyakit sekaligus Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) diketahui merupakan kombinasi dari vaksin DPT, HB, dan Hib. DPT diketahui merupakan vaksin yang digunakan untuk mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari), dan tetanus. Sementara HB merupakan vaksin untuk mengurangi risiko penyakit hepatitis B. Hib sendiri diketahui bisa mengurangi risiko penyakit seperti meningitis dan arthritis Cara pemberian Cara pemberian vaksin pentavalen adalah sebagai berikut : 1. Disuntikkan secara intramuskuler di anterolateral paha atas pada bayi dan lengan kanan pada anak usia 1,5 tahun 2. Tidak dianjurkan pada : a. Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka saraf siatik. b. Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi lokal. 3. Satu dosis adalah 0,5 ml (Dinkes Prov Jateng, 2013).

39 Keaslian Penelitian Tabel 2.1. Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Hindriyawati, dkk (2012) Mulyani (2009) Isnaini, dkk, (2012) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Cawas Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Campak Bagi Anaknya di Desa Gumelar Kidul Kecamatan Tambak Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Mororejo Kaliwungu Kabupaten Kendal Metode : deskriptif korelatif Analisis data Chi square Metode : deskriptif analitik Analisis data Chi square Metode : deskriptif korelasi Analisis data : chi square ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Cawas. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi campak bagi anaknya Ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap Ibu terhadap kepatuhan pemberian imunisasi Dasar pada bayi

40 Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan Kepatuhan Imunisasi Pentavalen Faktor yang mempengaruhi pengetahuan - Pendidikan - Pekerjaan - Umur - Lingkungan - Sosial budaya Faktor yang mempengaruhi kepatuhan - Pendidikan - Sikap - Tindakan ibu - Pelayanan petugas kesehatan - Dukungan keluarga Keterangan : Diteliti Tidak diteliti Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber : Wawan dan Dewi (2010), Mulyana (2006), Astinah, dkk (2013), Ismet (2013) 2.4 Kerangka Konsep Variabel bebas Tingkat Pengetahuan Variabel terikat Kepatuhan imunisasi pentavalen Gambar 2.2. Kerangka Konsep

41 Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H 0 : tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen H 1 : ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen

42 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional, di mana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua obyek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja (Notoatmodjo, 2010). 3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melakukan imunisasi pentavalen yang menjadi sasaran di Puskesmas Gilingan Surakarta yaitu sebanyak 613 orang (UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta) Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 30

43 ). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 ibu yang mempunyai balita usia 4-6 bulan yang telah melakukan 3 kali imunisasi pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta Teknik sampling Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Kriteria inklusi yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Ibu yang melakukan imunisasi pada bayinya yang berumur 4 6 bulan di Puskesmas Gilingan Surakarta. 2. Ibu yang telah melakukan 3 kali imunisasi pentavalen pada bayinya yang berumur 4 6 bulan. 3. Ibu yang bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden 2. Ibu yang mempunyai bayi usia 4 6 bulan yang melakukan imunisasi pentavalen kurang dari 3 kali. 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gilingan Surakarta.

44 Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2011). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai Maret Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 1. Variabel independen (Variabel Bebas) Variabel independen atau bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2010). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu. 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen.

45 Definisi Operasional Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator penilaian Skala ukur Tingkat pengetahuan Kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen Hasil tahu ibu tentang pemberian imunisasi pentavalen pada bayi yang berumur 2 6 bulan Kepatuhan adalah sejauh mana ibu dalam memberikan imunisasi pentavalen sesuai dengan waktu dan jenis imunisasi yang telah ditetapkan. Kuesioner % (15-19 soal benar) dinyatakan (baik) % (11-14 soal benar) dinyatakan (cukup) 3. < 56% (< 11 soal b enar) dinyatakan (kurang) Cheklist 1. Patuh (jika sudah melakukan tiga kali imunisasi sesuai umur bayi 2. Tidak patuh (jika belum lengkap melakukan tiga kali imunisasi pentavalen sesuai umur bayi) Ordinal Nominal 3.6 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data Alat Penelitian Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk pengukuran tingkat pengetahuan tentang imunisasi pentavalen. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang diketahui dan sudah disediakan

46 34 jawabannya (Arikunto, 2010). Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti yaitu untuk pengetahuan benar dan salah. Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2007). Jenis pernyataan kuesioner berupa favourable yaitu pernyataan positif dimana jika benar nilai 1 (satu) jika salah nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan unfavourable yaitu pertanyaan negatif jika benar nilai 0 (nol) jika salah nilainya 1 (satu). Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 25 butir soal. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada teori yang digunakan. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang ( ) pada jawaban yang dianggap benar. Sebelumnya kuesioner tersebut diuji validitas dan reliabilitas. Uji coba instrumen dilakukan pada Puskesmas Nusukan Surakarta. Menurut Sugiyono (2010), bahwa beberapa ahli menggunakan 30 orang sebagai sampel dalam uji coba instrumen. Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen setelah dilakukan uji validitas adalah sebagai berikut :

47 35 Tabel 3.2. Kisi Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pentavalen Setelah Uji Validitas Sub Variabel No. item Favourable No. item unfavourable Jumlah Total Item 1. Pengertian 1, Jenis 4,5,6,7,8 9,10,11, Jadwal Keunggulan 15, Cara pemberian Jumlah Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product moment adalah: r xy { n x n.( xy) - ( x. y) x }{n y - y } Keterangan: r xy n x y xy (Σx) 2 : Koefisien korelasi product moment : Jumlah responden : Skor pertanyaan : Skor total : Skor pertanyaan dikalikan skor total = kuadrat jumlah skor item

48 36 Σx 2 (Σy) 2 Σy 2 = jumlah kuadrat skor item = kuadrat jumlah skor total = jumlah kuadrat skor total Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel dan bernilai positif pada taraf signifikan 5% (Arikunto, 2010). Nilai r tabel untuk sampel 30 adalah (0,361). Hasil uji validitas pada sampel uji coba di Puskesmas Nusukan diketahui bahwa dari 25 item kuesioner pengetahuan tentang imunisasi pentavalen diketahui bahwa sebanyak 19 item kuesioner dinyatakan valid karena nilai r hitung (> 0,361), sedangkan sebanyak 6 item kuesioner yaitu kuesioner nomor 4, 11, 14,16,18 dan 23 dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung (< 0,361), sehingga item yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas untuk variabel pengetahuan terlampir. Berikut disajikan kuesioner setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas yaitu sebagai berikut : 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar

49 37 sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: k b k 1 t 2 r Keterangan: r 11 k σb 2 σ 2 t = Reliabilitas Instrument = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir = Varians total Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach s > r kriteria (0,70) (Riwidikdo, 2013). Hasil uji reliabilitas pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen diperoleh nilai alpha cronbach s sebesar 0,820 > 0,70, sehingga dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas untuk variabel pengetahuan terlampir. Checklist digunakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen dimana tingkat kepatuhan diukur melalui ketepatan umur bayi dan jenis imunisasi yang diberikan. Patuh apabila sesuai umur dan jenis imunisasi yang diberikan sedangkan tidak patuh jika belum lengkap melakukan imunisasi pentavalen sesuai umur bayi (Dinkes Prov Jateng, 2013). Hal

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Puspitaningrum 1), S. Dwi Sulisetyawati 2), Rufaida Nur Fitriana

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI (Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura Timur Kabupaten Banjar Tahun 2017) Elsa Mahdalena

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka Konsep dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL Emmy Isnaini *) Vivi Yosafianti, P** ),, Shobirun ***) *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program imunisasi sangat penting bagi individu guna tercipta kekebalan agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat (population immunity),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu suatu metode pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Menurut Hidayat (2005) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi

Lebih terperinci

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan. memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan. memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN Meilani Yudi Arini ABSTRAK Pemberian imunisasi pada bayi dan anak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2015 telah dicanangkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mempunyai misi yang sangat ideal, yaitu masyarakat Indonesia penduduknya hidup dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA Afroh Fauziah 1,Sudarti 2 INTISARI Latar Belakang:Angka Kematian Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, yaitu tercapainya derajat kesehatan secara optimal bagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN Danik Dwiyanti, Roziana Nur Solihah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar belakang :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu indikator ketiga dari 17 indikator dalam Sustainable Development

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Dian Puspita

Lebih terperinci

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN TINDAKAN MENGIMUNISASI POLIO DI POSYANDU ANGGREK DESA LANGENHARJO KELURAHAN LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Sri Aminingsih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan benda asing, juga berfungsi menyembuhkan

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA Devi Rosita 1, dan Yayuk Norazizah 2 INTISARI Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti

Lebih terperinci

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

Romy Wahyuny*, Linda Fadila** Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG Di Desa Pendalian IV Koto Wilayah Kerja Romy Wahyuny*, Linda Fadila** Abstrak World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Nia¹, Lala²* ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan suami)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : Theresia

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan

Lebih terperinci

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012 MAKALAH IMUNISASI DASAR BAYI BARU LAHIR Dajukan sebagai peryaratan mengikuti ujian semester3 Pembimbing: Bpk.Ahmad Rifai Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. D-III ADMINISTRASIPEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap 16 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada Pasangan Suami Isteri (PASUTRI). Semua pasangan suami isteri mendambakan kehadiran anak ditengah-tengah

Lebih terperinci

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 3, Oktober 2015: 126-130 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG EFEK SAMPING IMUNISASI DPT COMBO DENGAN KEJADIAN DEMAM PADA BAYI USIA 2-12 BULAN DI BPS YULIANTI AMD KEB KELURAHAN TALANG

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I DAN II PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian non ekperimental yaitu merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif mengenai hubungan dukungan kader

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan OLEH : TUTI RAHMA

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI DESA BULUMARGI KECAMATAN BABAT LAMONGAN Dian Nurafifah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan email: diannurafifah66@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO Dominicus Husada ISI 1. Pendahuluan 2. Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentabio 3. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio 4. Penutup 5. Bonus PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DI PUSKESMAS KARANGAMPEL KOTA INDRAMAYU

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DI PUSKESMAS KARANGAMPEL KOTA INDRAMAYU ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DI PUSKESMAS KARANGAMPEL KOTA INDRAMAYU Nila Meilani, 2015; Pembimbing I : Sri Nadya, dr., M.Kes. Pembimbing II : Cindra

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan kesehatan periode 5 tahun ke depan (2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan terjangkau terutama pada kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI RS SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2010

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI RS SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2010 ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI RS SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2010 Devita Citra Dewi, 2010; Pembimbing Utama : Dr. Felix Kasim, dr.,m.kes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu. menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu. menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu bertujuan untuk menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan menentukan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih mengalami banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS VAKSIN DAN STATUS IMUN PENJAMU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG TAHUN 2016

HUBUNGAN KUALITAS VAKSIN DAN STATUS IMUN PENJAMU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG TAHUN 2016 HUBUNGAN KUALITAS VAKSIN DAN STATUS IMUN PENJAMU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG TAHUN 2016 Bina Aquari Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang Email : binaplb2201@gmail.com

Lebih terperinci

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Dedek Mikehartatik 1610104413 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan termasuk dalam penelitian korelasional, yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani** PERILAKU KELUARGA DALAM PELAKSANAAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI UMUR 0-7 HARI (Behavior of Family in Practice Hepatitis B Immunization at Baby 0-7 Days Old) Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.

Lebih terperinci

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat.

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat. 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independen dan dependen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian adalah keseluruhan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Difteri, Pertusis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular namun apabila

Lebih terperinci

SOFIA PARAMITA R

SOFIA PARAMITA R HUBUNGAN MOTIVASI PEMENUHAN TARGET KOMPETENSI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWI KEBIDANAN SEMESTER 4 DALAM MANAJEMEN AKTIF KALA III DI PONEK RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Annisa Nur

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Penyakit hepatitis tersebut terdiri dari hepatitis A, B,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015 Eskalila Suryati

Lebih terperinci

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN MOTIVASI IBU MELAKUKAN ANTENATAL CARE DI BPS SARWO INDAH BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN MOTIVASI IBU MELAKUKAN ANTENATAL CARE DI BPS SARWO INDAH BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN MOTIVASI IBU MELAKUKAN ANTENATAL CARE DI BPS SARWO INDAH BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci