FILOSOFI SENI PEDANG SAMURAI DAN ETIKA BUSHIDO DALAM PENDIDIKAN KARAKTER KENDOKA
|
|
- Farida Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FILOSOFI SENI PEDANG SAMURAI DAN ETIKA BUSHIDO DALAM PENDIDIKAN KARAKTER KENDOKA Riza Rahmawati 1, Irma 2, Oslan Amril 2 1 Mahasiswa Prodi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta mae.mun82@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Sastra Asia Timur, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract This thesis discussed about the philosophy of samurai sword arts and bushido in kendoka character education. Philosophy of samurai sword arts contained principles of samurai sword arts that were influenced by Zen Buddhism meditation which educated the kendoka spiritually and ethically. Meanwhile, the bushido was a samurai code of ethics which contained elements of Zen Buddhism and it was also combined with Shinto and Confucian that educated the kendoka spiritually, mentally and ethically. This study aimed to describe of the philosophy of samurai sword arts and bushido that was influenced by Zen Buddhism in character education of kendoka. In writing and formulating this thesis, the writer used descriptive methods and the data were collected by studying the literature that refered to various sources presenting information and discussion about the art of samurai sword, bushido, Zen Buddhist and kendo. This study found that in kendoka character education, philosophy of samurai sword arts and bushido educated the kendoka mentally, spiritually and ethically. Mentally, persistence was courage. In spiritual perspective, it brought composure. Ethically, what it taught were respect, eagerness and discipline. Keywords : sword, samurai, bushido, zen, kendo Pendahuluan Seni pedang samurai atau Kenjutsu adalah seni bela diri dengan menggunakan pedang berkembang dikalangan prajurit Jepang yang disebut bushi atau samurai. Tujuan bela diri ini adalah untuk membunuh. Sejak zaman Meiji seni pedang samurai berubah menjadi sebuah olahraga yang bernama kendo. Kendo secara harfiah berarti jalan pedang. Kendo adalah olahraga dengan teknik pedang samurai yang bertujuan membentuk pikiran dan tubuh melalui latihan yang benar dan disiplin serta menghargai orang lain. Orang yang berlatih kendo disebut dengan kendoka. Konsep dari kendo adalah untuk mendisiplinkan dan mendidik karakter kendoka (Quinlan, 2013: 4). Pendidikan karakter adalah usaha untuk membantu membentuk karakter seseorang (Kistanto, 2008:77). Dalam KBBI (2008:638) karakter adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak. Menurut Kertajaya (2010:3) karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu, asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan mesin yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu. Pendidikan karakter dalam olahraga kendo terdapat dua unsur utama yaitu filosofi
2 seni pedang dan etika bushido yang dipengaruhi oleh ajaran Budha Zen. Budha Zen adalah usaha manusia melalui usaha meditasi untuk mencapai daerah-daerah pikiran yang tak terjangkau oleh ungkapan kata-kata (Nitobe terjemahan Antonius, 2008:10). Meditasi adalah metode Budha Zen untuk menjernihkan pikiran untuk menemukan jati diri dengan pencapaian spiritual dan etika yang baik. Dalam filosofi seni pedang samurai, konsep meditasi Budha Zen yang berfokus pada spiritual dan etika menjadi prinsip seni pedang samurai, bertujuan memandu para samurai untuk melatih diri mereka dalam menggunakan pedang. Tiga konsep meditasi Budha Zen yaitu kebebasan pikiran, kekosongan dan spontanitas diaplikasi dalam seni pedang yaitu kebebasan pikiran adalah mengaktifkan pikiran tanpa menempatkannya pada apapun (konsentrasi atau fokus), kekosongan adalah melihat pikiran lawan (memahami dan peka), spontanitas bertindak dalam sekejap (keselarasan ilmu dan tindakan). Etika bushido adalah kode etik para samurai yang mengatur kehidupan para samurai. Dalam bushido, Zen menjadi salah satu unsur pembentuk nilai-nilai etika bushido yang dipadu dengan Shinto dan Konfusian. Zen mengajarkan kepasrahan akan nasib dan ketenangan. Shinto mengajarkan penghormatan kepada atasan, patriostisme dan kesetiaan. Konfusian mengajarkan etika dan moral. Dari tiga ajaran tersebut, terdapat tiga aspek dalam nilai-nilai etika bushido yaitu spiritual, mental dan etika. Nilai-nilai dalam etika bushido yaitu kejujuran dan keadilan, keberanian, kebajikan, kesopansantunan, kesungguhan, kehormatan, kesetiaan, pengendalian diri dan tangggung jawab (Nitobe terjemahan Antonius, 2008:19-118). Permasalahan yang diangkat dari penelitian ini adalah filosofi seni pedang samurai dan etika bushido dalam pendidikan karakter kendoka. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai dalam pendidikan karakter kendoka yang berasal dari filosofi seni pedang samurai dan etika bushido. Metodologi Didalam melakukan suatu penelitian dibutuhkan metode sebagai suatu penunjang untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat,1976:30). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,1988:63). Berkaitan dengan hal tersebut, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, studi kepustakaan yaitu menelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan membaca buku-buku referensi yang 2
3 berkaitan dengan masalah yang dipecahkan. Sumber acuan dari berbagai buku-buku tentang Budha Zen, seni pedang samurai, etika bushido dan kendo merupakan sumber data primer. Artikel, jurnal dan internet sebagai sumber data sekunder dengan tujuan memperoleh sebanyak mungkin informasi yang sesuai dengan topik penelitian. Kemudian, data-data yang diperoleh dari bacaan rujukan dideskripsikan dan dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, ditemukan dalam pendidikan karakter kendoka yang didalamnya terdapat perpaduan dua unsur yaitu filosofi seni pedang samurai dan etika bushido. Filosofi seni pedang samurai dengan konsep meditasi Budha Zen yang melatih samurai menggunakan pedang, dalam pendidikan karakter kendo melatih kendoka secara spiritual dan etika melalui latihan kendo. Etika bushido mengajarkan untuk melatih diri secara spiritual, mental dan etika. Filosofi seni pedang samurai dan etika bushido melalui kendo melatih seseorang untuk memiliki etika dan moral yang baik serta mental dan spiritual yang kuat dilatih dalam proses berlatih kendo seperti dalam duel, latihan dan pertandingan agar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku kendoka diantaranya: 1. Pendidikan Karakter Kendoka secara Mental Mental dalam KBBI (2008:942) adalah yang menyangkut batin; watak; yang bukan bersifat badan atau tenaga. Menurut Darajat (1990:22), Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Nilai Salah satu hasil dari berlatih kendo adalah memiliki mental yang kuat. Melalui pelatihan kendo yang keras dan disiplin yang ketat, dapat membentuk sikap mental seorang kendoka yang berani. Keberanian merupakan sikap mental untuk selalu siap dan mau menerima resiko. Dalam berlatih kendo, perlu keberanian untuk menghadapi resiko latihan yang keras dan disiplin yang ketat. Untuk menghadapi situasi seperti itu, dengan sikap berani seorang kendoka perlu untuk menjaga pikiran agar tetap berfikir jernih bahwa latihan kendo sangat berguna bagi diri sendiri. Sedangkan secara emosi, kendoka harus mampu mengendalikan diri dengan menekan emosi agar tetap memiliki semangat dan inisiatif untuk berlatih kendo meskipun ada resikonya sehingga terwujud dalam sikap kendoka yaitu tetap tahan dengan latihan dan disiplin kendo. Sikap berani yang ditanamkan dalam diri kendoka dan dilatih dalam kendo terdapat unsur etika bushido yaitu keberanian. Keberanian merupakan sikap para samurai untuk menanggung derita dalam melakukan hal yang benar. Dalam berlatih kendo, mau menanggung resiko dari menjalankan aturan dan melakukan latihan kendo yang keras 3
4 sehingga tetap berlatih kendo menunjukkan keberanian. Sikap mental yang dilatih dalam proses latihan kendo juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam melakukan pekerjaan, menuntut ilmu dll. 2. Pendidikan Karakter Kendoka secara Spiritual Spiritual dalam KBBI (2008:1373) adalah hal yang berhubungan atau besifat kejiwaan. Spiritual merupakan energi yang memiliki arah tujuan yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan kehendak dari seseorang serta dapat menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indra, perasaan dan pikiran (Hasan, 2008:288). Nilai spiritual yang didapat dalam berlatih kendo adalah ketenangan. Sikap tenang merupakan unsur yang penting dalam berlatih kendo. sikap ini dilatih dalam duel, mendapat serangan yang bertubi-tubi dari lawan harus disikapi dengan tenang agar tidak tersulut emosi. ketenangan dapat membuat mampu mengontrol emosi dan mental, sehingga disaat situasi tegang atau tertekan tetap dapat bersikap stabil dan tenang. Ketenangan dalam berlatih kendo terdapat unsur etika bushido berupa pengendalian diri dan filosofi seni pedang berupa kebebasan pikiran. Pengendalian diri merupakan sikap untuk menekan ego dan emosi dalam menghadapi sesuatu. Sedangkan kebebasan pikiran merupakan ajaran untuk tetap fokus dan berkonsentrasi agar pikiran tidak dipenuhi prasangka sehingga dapat bertindak bijak dan tepat sasaran. Kedua hal tersebut terlihat dalam pertandingan atau duel dalam kendo, dari situ seorang kendoka dapat melatih diri untuk tetap tenang dengan mengolah emosi dengan baik agar tetap fokus dan berpikir jernih. Terlepas dari duel dalam kendo, sikap tenang dari hasil berlatih kendo juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pendidikan Karakter Kendoka secara Etika Etika dalam KBBI (2008:399) adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak serta Kewajiban. Menurut Maryani dan Ludigdo (2001:50), etika merupakan seperangkat aturan, norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi. Dalam kendo, beretika adalah sebuah syarat menjadi seorang kendoka dan merupakan pelajaran hidup yang penting didasarkan rasa hormat terhadap sesama yang terus diajarkan dalam proses berlatih kendo. Etika yang diajarkan dalam kendo merupakan adaptasi dari tata krama para samurai yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari seperti kepada atasan, profesi, keluarga, masyarakat dll. Etika tersebut dalam kendo dapat dilihat dalam beberapa sikap yaitu: a) Rasa Hormat Rasa hormat ditujukan kepada sensei (pelatih), senpai (senior), junior, sesama 4
5 kendoka dan tempat latihan atau dojo menunjukan tradisi dari etika bushido yang sangat kental. Penghormatan kepada pelatih dan senior yang mengajar kendo dengan cara menelungkupkan kedua telapak tangan ke lantai seraya membungkukkan badan selama beberapa detik hingga sensei atau senpai tersebut menegakkan badannya kembali. Penghormatan kepada para senior juga dilakukan dalam membantu dan menyiapkan dojo untuk latihan. Adalah hal yang memalukan jika hanya berdiam diri melihat para sensei atau senpai melakukannya sendiri. Memberi hormat kepada dojo termasuk tata krama dalam kendo. Pada saat masuk dan keluar dojo kendoka harus selalu ingat untuk sedikit membungkukkan kepala. Mereka harus menjaga kebersihan dojo. Tidak boleh ada sepatu yang diperkenankan masuk dojo, tapi menempatkan sepatu di luar dojo secara rapi. Rasa hormat yang diterapkan dalam kendo terdapat unsur etika bushido yaitu kehormatan dan kesopansantunan. Kehormatan merupakan kesadaran untuk menjunjung tinggi hak dan kewajiban. Kesopansantunan adalah nilai luhur yang menunjukkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja. Hal ini terlihat dalam sikap bertata krama dan penghormatan kepada siapa dan apa saja seperti pelatih, senior, sesama kendoka, junior bahkan juga tempat latihan. Selain unsur etika bushido, juga terdapat unsur filosofi seni pedang yaitu kekosongan dan spontanitas. Kekosongan merupakan ajaran untuk dapat memahami orang lain dan situasi serta peka terhadap lingkungan. Spontanitas adalah keselarasan pengetahuan dan tindakkan. Hal ini terlihat dalam cepat tanggap dan peka terhadap situasi disekitar agar tetap dapat menjaga interaksi antar kendoka sehingga menciptakan keharmonisan dan saling menghormati seperti membantu senior menyiapkan tempat latihan. b) Bersungguh-sungguh Seorang atlet kendo tidak boleh membedakan antara latihan dan pertandingan. Setiap kesempatan bermitra dalam latihan atau pertandingan harus dilihat sebagai pertarungan hidup mati. Meskipun kendo olahraga yang keras, namun sejatinya adalah pelajaran mengasah budi. Dalam kendo, tidak hanya dalam pertandingan yang dibutuhkan keseriusan, berlatih pun harus dilakukan dengan sepenuh hati. Bersungguh-sungguh berlatih merupakan cara melatih para kendoka untuk setiap saat siap untuk menghadapi semua lawan. Saat pertandingan, bersungguh-sungguh adalah salah satu cara untuk menghormati lawan. Seorang kendoka yang tidak bersungguhsungguh bertarung dianggap meremehkan lawan. Dalam kendo, bahkan seorang lawan pun harus dihormati. Sikap bersungguh-sungguh dalam berlatih kendo terdapat unsur bushido yaitu kesungguhan. Kesungguhan adalah sikap hati untuk melakukan segala sesuatu dengan 5
6 sepenuh hati. Tidak membeda-bedakan antara berlatih dan pertandingan kendo, melakukan keduanya dengan serius menunjukkan sikap bersungguh-sungguh. c) Disiplin Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam kendo. Misalnya, Datang dengan tepat waktu adalah salah satu cara untuk tidak menyianyiakan waktu, tenaga dan ilmu yang telah pelatih mereka berikan. Siap mematuhi semua aturan yang diberlakukan oleh tempat latihan atau dojo. Kedisiplinan yang diajarkan dalam kendo terdapat unsur bushido yaitu Tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan perwujudan kesadaran dan kewajiban. Kedisiplinan untuk Mematuhi aturan merupakan bentuk dari melaksanakan kewajiban dan datang pada tepat waktu menunjukkan kesadaran seorang kendoka kepada diri sendiri dan pelatih. Etika yang diajarkan dalam kendo seperti penghormatan kepada siapa saja dan mematuhi aturan dojo, dalam kehidupan sehari-hari dengan membiasakan diri dengan hal-hal tersebut, para kendoka dapat melatih diri mereka untuk dapat bersikap sopan dan menumbuhkan rasa menghargai dan menghormati orang lain dalam keluarga, teman, dan masyarakat. Kesimpulan Dalam pendidikan karakter kendoka terdapat dua unsur yaitu filosofi seni pedang samurai dan etika bushido yang dipengaruhi oleh ajaran Budha Zen. Dua unsur tersebut dipadu dan dilatih dalam berlatih kendo agar tercermin dalam sikap dan perilaku para kendo secara mental yaitu keberanian, secara spiritual yaitu ketenangan dan secara etika dalam sikap rasa hormat, bersungguh-sungguh, dan disiplin. Daftar Pustaka Hasan, Aliah B. Purwakanta Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Grafindo Persada. Hermawan Kertajaya. (2010). Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kistanto. (2000). Pendidikan Karakter. Jakarta: Balai Pustaka. Koentjaraningrat Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Maryani, T. dan U. Ludigdo Survei Atas Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. TEMA. Volume II Nomor 1. Nazir, Mohammad Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia. Nitobe, Izano Bushido The Soul of Japan, An Exposition of Japanese Thought. Diterjemahkan oleh: Antonius R. Pujo Purnomo Surabaya: Era Media. Z a k i a h D a r a j a t. ( ). K e s e h a t a n Mental. Jakarta: CV Haji Masagung. Data Unduh Quinlan, Stephen D Nihon Kendo no Kata & Kihon Bokuto Waza. E-book. 6
BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka
BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi hendaknya semakin memacu kalangan bisnis dan pemerintah untuk responsif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan.dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. Untuk mengarahkan deskripsi kepada kesimpulan penelitian terhadap respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki untuk menghancurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang dipengaruhi oleh segi-segi sosial dan budaya. Istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian studi kasus yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, mengenai Pendidikan Kepribadian Dan Pembinaan Mental Spiritual Melalui Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan artikulasi aspirasi bangsa dalam menyikapi kegaulan seluruh komponen bangsa tentang kondisi bangsa yang dirasakan mengkhawatirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih sempit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kamus bahasa Inggris Webster mendefinisikan beladiri dalam batasan yang sangat luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih
Lebih terperincidengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.
Lebih terperinciMenurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang
BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan
Lebih terperinciPeraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011
Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011 DEFINSI 1 1. Universitas adalah Universitas Brawijaya Malang, disingkat UB, sebuah institusi yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian,
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.
Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju tetapi masyarakatnya tetap berpegang teguh pada tradisi budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya
Lebih terperinci36. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP
36. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN NILAI ETIKA
ETIKA PROFESI (di-copy-paste bulat-bulat dari: http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/ ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI.ppt Copyright 2011-2015 marnotanahfpub Theme by NeoEase, modified by DataQ.
Lebih terperinciPELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED
PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI Oleh : NOVIALDI ZED 0810112064 Program Kekhususan : Hukum Administrasi Negara (PK
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
IMPLEMENTASI SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (Widyaiswara Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) ABSTRAK Banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman yang penuh persaingan ini, pendidikan merupakan salah satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia dengan pendidikan dapat menggali
Lebih terperinciETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
PENGERTIAN ETIKA ETIKA Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi Etika Sebagai subjek : Untuk menilai apakah tindakan-tindakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk
Lebih terperinciBUKU KODE ETIK MAHASISWA
Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KEM-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Mahasiswa BUKU KODE ETIK MAHASISWA AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian Audit internal merupakan bagian dari organisasi yang integral dan menjalankan fungsinya berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior dan
Lebih terperinciKODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH
KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi
Lebih terperinciKOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU
Lebih terperinciETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO
ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING
ISBN: 978-602-70471-1-2 81 PENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING Dini Restiyanti Pratiwi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Univeritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan
Lebih terperinciETIK UMB KARAKTER SUKSES. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.
ETIK UMB Modul ke: 08 KARAKTER SUKSES Fakultas Ekonomi Program Studi Manajamen www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc PENGANTAR Karakter temperamen, tabiat, watak atau akhlak yang memberinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada terdapat berbagai macam definisi kebudayaan, ada yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah sesuatu yang semiotik, tidak kentara atau
Lebih terperinciKODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG
KODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN UMUM Kode Etik [Standar Prilaku] Peserta didik SMP Negeri 12 Kota Serang adalah pedoman tertulis yang merupakan standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan
Lebih terperinciKODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini lebih mengedepankan aspek keilmuan dan kecerdasan intelektual anak. Pembentukan karakter yang menyangkut aspek moral kurang diajarkan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat yang kedua bagi anak untuk memperoleh pendidikan setelah lingkungan keluarga. Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan kunci kepemimpinan. Istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
Lebih terperinciKode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.
Kode Etik PNS Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat Pegawai Negeri Sipil memiliki akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung
Lebih terperinciDisusun Oleh: SRITOMI YATUN A
PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum pendidikan di Indonesia seperti halnya di negara lain, selalu ditinjau ulang setiap 10 tahunan. Hasil peninjauan ulang terakhir menghasilkan Kurikulum 2013.
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian bentuk seni yang kehadirannya untuk diapresiasi. Artinya, kehadiran karya sastra untuk dimanfaatkan, dinikmati, dihargai, dan dikaji. Karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
Lebih terperinciMembangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA
21 SERI BACAAN ORANG TUA Membangun Karakter Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Etika kerja pada perusahaan sangat berperan penting dalam menjalankan arus kerja karyawan di dalam kantor. Etika kerja ini bermaksud agar para karyawan menjalankan pekerjaannya secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Moral dalam Sastra Moral dari segi etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Mores yang berasal dari suku kata Mos. Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik
Lebih terperinciKODE ETIK MAHASISWA IAIN MATARAM
KODE ETIK MAHASISWA IAIN MATARAM Kode Etik Mahasiswa IAIN Mataram 1 KODE ETIK MAHASISWA IAIN MATARAM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Rektor ini yang dimaksud dengan: 1) Kode Etik Mahasiswa
Lebih terperinciPENTINGNYA ETIKA PROFESI
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu PENTINGNYA ETIKA PROFESI Muhammad Sholeh Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai
Lebih terperinciDAMPAK TAYANGAN SINETRON TERHADAP KARAKTER ANAK USIA DINI DI PAUD BERLIAN BONDOYUDO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN AJARAN 2013/2014
1 DAMPAK TAYANGAN SINETRON TERHADAP KARAKTER ANAK USIA DINI DI PAUD BERLIAN BONDOYUDO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN AJARAN 2013/2014 THE IMPACT OF SERIAL TELEVISION TO EARLY CHILDHOOD CHARACTER IN PAUD BERLIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme
Lebih terperinciMUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian
MUKADIMAH Universitas Muhammadiyah Surabaya adalah lembaga pendidikan tinggi milik Muhammadiyah yang disebut Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) penyelenggara pendidikan formal yang meliputi program profesi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nilai-Nilai Kemanusiaan Menurut Clarry Sadadalam http://jhv.sagepub.com&http://www.globalresearch. ca/index.php?contex =view Article)nilai adalah ide atau gagasan, konsep seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan pesaing berat dalam bidang
Lebih terperinciPERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA OLEH: DR. SUKIMAN, M.PD. DIREKTUR PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DITJEN PAUD DAN DIKMAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negri Sipil yang kuat,
Lebih terperinciKODE ETIK PSIKOLOGI. Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi
Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI
PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI Pertemuan 1 Defri Kurniawan Pengertian Etika Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
Lebih terperinciTATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY) Pendidikan Tinggi sebagai Masyarakat Ilmiah
TATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY) Pendidikan Tinggi sebagai Masyarakat Ilmiah Sebelum mengkaji lebih jauh tentang tata krama akademik, kita kaji terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang menginginkan tubuh sehat dan bugar biasanya pasti melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, mulai dari jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rohani, dan proses ini merupakan usaha pendidik membimbing anak didik agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses secara sadar dalam membentuk karakter anak didik untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistematis menuju suatu kualitas hidup yang lebih tinggi (Noya, 1983 : 5).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga terdiri dari kata olah yang berarti laku, perbuatan, perikelakuan, sedangkan raga, yang berarti badan mengandung makna, berlatih diri dengan gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hangat-hangatnya isu dunia tentang global warming dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan hangat-hangatnya isu dunia tentang global warming dan kerusakan alam hebat yang terjadi di seluruh penjuru dunia, Jepang merupakan salah satu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Depdiknas, 2010). Adapun berkarakter
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara yang memiliki banyak budaya yang telah diterapkan oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak fenomena-fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara ), hlm. 35. Multidimensional, hlm 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan terjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.
7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
Lebih terperinciKODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN
KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciMahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia itu sendiri baik individu
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Peribahasa Jawa cukup banyak jumlahnya dan beraneka ragam isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ajaran moral yang cukup tinggi terkandung di dalamnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama. Pendidikan tidak mengenal batas-batas pendidikan informal, formal, maupun non
Lebih terperinciPEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA
PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA Diterbitkan oleh Yayasan LBH Indonesia Jakarta, 1986 KETETAPAN No. : TAP 01/V/1985/YLBHI T e n
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak pernah terlepas dari pemakaian bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan yang begitu cepat telah melahirkan manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan yang terus berkembang sesuai
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA
- 1090 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak agar anak yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan dan hasil pendidikan tergantung dari
Lebih terperinci