HIBUA LAMO (Suatu Penelitian Sosial Budaya Di Kecamatan Tobelo) Irnawati Usman, Trisnowaty Tuahunse *, Resmiyati Yunus **

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HIBUA LAMO (Suatu Penelitian Sosial Budaya Di Kecamatan Tobelo) Irnawati Usman, Trisnowaty Tuahunse *, Resmiyati Yunus **"

Transkripsi

1 HIBUA LAMO (Suatu Penelitian Sosial Budaya Di Kecamatan Tobelo) Irnawati Usman, Trisnowaty Tuahunse *, Resmiyati Yunus ** Jurusan Pendidikan Sejarah FIS. Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Irnawati Usman. Nim HIBUA LAMO (suatu penelitian sosial budaya di kecamatan Tobelo) Jurusan Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Budaya Hibua lamo merupakan perekat dari semua etnis dan agama yang ada dalam masyarakat Tobelo, Keberagaman ini merupakan potensi yang sangat bernilai yang dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun disisi lain, keberagaman jika tidak di kelolah secara maksimal maka akan menjadi potensi konflik yang bersifat horisontal dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks Berdasarkan uraian diatas maka penuis mengajukan permasalahan pada penelitian ini bagimana peran Hibua Lamo dalam kekerabatan Tobelo. Penelitian ini. Pembahasan skripsi ini tidak didasarkan pada suatu penelitian ini bersifat deskriptif (gambaran). Terkait dalam penelitian ini sampelnya ditentukan oleh penulis, metode yang digunakan adalah metodologi kualitatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu sosial budaya sesuai dengan permasalahan dalam penelitian Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa budaya Hibua Lamo merupakan kearifan lokal seluruh masyarakat adat Halmahera Utara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya juga mempunyai peran penting dalam kehidupan masyaraat Tobelo. Peran yang dimainkan oleh lembaga adat Hibua lamo tidak hanya peran adat atau masalah-masalah adat saja, melainkan peran yang menyangkut bidang-bidang lain seperti bidang-bidang pemerintahan/politik ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Adapun budaya Hibua Lamo adalah merekonsiliasi kedua belah pihak yang bertikai serta terlibat dalam setiap pertemuan-pertemuan oleh pemerintah daerah. Kata Kunci : Hibua Lamo

2 PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia merupakan pluralistik, ini dilihat dari berbagai etnis, suku dan agama. Keberagaman ini merupakan potensi yang sangat bernilai yang dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun disisi lain, keberagaman jika tidak di kelolah secara maksimal maka akan menjadi potensi konflik yang bersifat horisontal dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pendapat, dan permainan elit politik. Interaksi sosial antara satu etnis dengan etnis yang lain merupakan wujud interaksi sosial didorong oleh adanya saling ketergantungan yang berorentasi pada usaha pemenuhan kebutuhan baik material maupun spiritual. Kehidupan masyarakat sebagai suatu bentuk sistem tata nilai yang berlaku untuk mengatur hubungan antara sesama.di dalam kehidupan masyarakat terjadi stagnisasi yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan. Budaya yang di hasilkan oleh manusia yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras, disiplin, sikap menghargai prestasi maupun kreatif yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Budaya menghormati dan menghargai orang yang lebih tua, budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa di kembangkan dalam upaya mendukung proses pementapan budaya bangsa. Nilai-nilai budaya yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada dasarnya tumbuh dan berkembang agar mampu mengangkat nilai-nilai budaya yang tersebar disetiap daerah dan menerima budaya dari luar yang positif, dan diharapkan agar dapat mendorong pembaharuan dalam pembangunan. Suatu hal yang perlu cermati, bahwa tinggi rendahnya suatu kebudayan akan pula melakukan tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa, sehingga dapat dipahami suatu kebudayaan adalah sebagai manifestasi dari tata nilai luhur yang meresap dalam jiwa masyarakat dan besarnya nilai-nilai ini diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

3 Bangsa Indonesia seperti bangsa-bangsa lain yang ada di dunia pasti selalu mengalami proses perubahan sosial, baik dalam skalanya kecil maupun besar, cepat atau lambat semuanya pasti akan mengalaminya, dari berbagai proses perubahan tersebut kita dapat melihat di berbagai daerah banyak terjadi pergeseran nilai-nilai budaya yang sering berujung pada ketimpangan sosial dan akhirnya dapat menimbulkan konflik, baik konflik vertikal maupun konflik horizontal. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori tentang Peran, dan teori kebudayaan. Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Pertama teori tentang Peran, Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosaial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21) Selanjutnya peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosialo atau politik. Peran adalah kombinasi, yaitu posisi dan pengaruh. Anda diposisi mana dalam strata sosial dan sejauh mana pengaruh anda. Itulah peran. Peran adalah kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu bekerja, baik secara organisasi dan organis. Peran memang benar-benar kekuasaan yang bekerja secara sadar dan hegemonis, meresap masuk, dalam nilai yang diserap tanpa melihat dengan mata terbuka lagi. Dari beberapa pengertian peran di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran merupakan simbiosis yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian, sebab dengan peran jelas ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Dan peran juga dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifatstabil Kedua tentang kebudayaan, Kata budaya berasal dari kata sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak dai budhi yang berarti budi atau akal. Budaya adalah daya dari budi yang berupa, cipta, rasa dan karsa: sedangkan kebudayaan

4 adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal, budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Menurut Dedi Mulyana (dalam warsito 2012:49 Defenisi lain Koenjaraningrat (dalam Warsito 2012:51) menjelaskan kebudayaan itu keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan Gillin (dalam Rafael Raga Maran 2007:26) mendefenisikan kebudayaan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang terpola dan secara fungsional saling bertautan dengan individu tertentu yang membentuk grup-grup atau kategori sosial tertentu. Lebih lanjut Kluchkhohn (dalam Warsito 2012:51) mendefinisikan kebudayaan adalah pola-pola kehidupan yang diciptakan dalam perjalanan sejarah, eksplisit dan implisit, rasional dan irasional yang terwujud dalam tiap waktu sebagai pedoman yang berpotensi bagi perilaku perbuatan manusia. Dari beberapa teori yang di kemukakan oleh para ahli diatas, maka penulis berpandangan bahwa kebudayaan adalah suatu hal yang sanggat penting, karena menempati posisi sentral dalam seluruh tatanan hidup manusia. Kebudayaan memberi nilai dan makna pada hidup manusia. Secara garis besar tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah : Pertama, untuk mengetahui Bagaimana peran Hibua Lamo dalam sistem kekerabatan Tobelo

5 METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu-ilmu sosial, yakni pendekatan ilmu sejarah, ilmu sosiologi, ilmu antropologi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, adalah jenis penelitian yang digunakan untuk mencari semua informasi dari objek yang ditujukan. Metode adalah cara yang dipergunakan dalam penelitian untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Hibua Dalam Lamo Sistem Kekerabatan Tobelo Berdasarkan Observasi yang dilakukan peneliti bahwa Masyarakat Tobelo adalah masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, tradisi, agama dan budaya yang beraneka ragam serta selalu mempunyai pandangan ataupun pemahaman yang berbeda. Perbedaan yang ada tidak menjadi suatu hambatan bagi masyarakat Tobelo untuk membudidayakan budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat tersebut. Mengenai Hibua Lamo, kita mulai menutur kisahnya dari Danau/Talaga Lina. Pada awalnya sekelompok orang yang jumlahnya sangat banyak tiba di danau Lina kurang lebih dalam Abad VIII mereka mendiami danau tersebut. Pada waktu tiba di danau tersebut mereka tidak mengurus diri masing-masing tetapi mereka mempunyai ketua sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka sudah membangun beberapa bangunan diantaranya sebuah bangunan untuk pertemuan khusus apabila membicarakan hal-hal yang sangat penting dan rahasia dan juga sebagai bangunan untuk tempat makan bersama dan tempat upacara perkawinan, juga upacara-upaara lainnya yang kemudian bangunan tersebut di beri nama Halu yang artinya Hibua Lamo, Hibua Lamo ada sejak adanya Tobelo.

6 Hibua Lamo merupakan budaya perekat suku, dan agama yang berbeda di Tobelo. Hibua Lamo sebagai jembatan perdamaian Tobelo, masyarakat Tobelo hidup berdasarkan dalam nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa manusia merupakan mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia selalu berusaha memenuhi kepentingan pribadinya. Sebagai mahluk sosial manusia pun berusaha untuk mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya demi pemenuhan hasrat hidupnya. Konsep tersebut menunjukan bahwa manusia tak dapat berkembang dengan sempurna tanpa adanya interaksi sosial dengan sesamanya. Kehidupan masyarakat sering terjadi kesenjangan sosial dalam berhubungan berinteraksi, karena diantara mereka mempunyai kebiasaan dan tabiat yang berbeda-beda serta kerja sama yang akrab akan terjadi apabila diantara mereka saling membutuhkan, tolong menolong, dan mampu menyatukan persepsi, sebaiknya akan terjadi kesalapahaman jika mereka tidak mampu dalam menyatukan persepsi. Kehidupan masyarakat majemuk terdiri dari kelompok-kelompok kelembagaan yang otonom dan secara terstruktur terpisah satu sama lain, baik dari segi sosial maupun agama. Sehingga harapan kita yakni keberagaman budaya yang seharusnya menjadi bagian kebangsaan kini menjadi batu sandungan yang amat riskan untuk kemajuan bangsa. Konflik yang terus terjadi di daerah dengan skala yang berbeda ini dan tidak kunjung selesai dikarenakan cara penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Pemerintah tidak efektif, dimana substansi permasalahnya tidak di sentuh. Selain itu, tragedi di Halmahera Utara 1999 juga seharusnya dijadikan sebagai catatan kritis untuk melihat masa depan negara ini karena jika konflik terus terjadi maka peluang untuk melahirkan disintegrasi bangsa semakin besar. Karena faktor yang mempengaruhi konflik sangat beragam yakni menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia seperti ideologi politik, agama, ekonomi, dan sosial budaya. Setiap konflik yang terjadi akibat dari hubungan antara kedua pihak atau lebih baik individu maupun kelompok yang memiliki sasaran dan tujuan yang

7 tidak sejalan. Perbedaan visi inilah kemudian melahirkan kekerasan fisik maupun non fisik diantara kedua pihak. Menurut (wawancara Jesayah Banari 16 April 2013) Hibua Lamo merupakan budaya perekat antara semua etnis dan agama yang ada dalam masyarakat di Tobelo, Hibua Lamo ini ada sejak lahirnya kaum Tobelo. Hibua Lamo atau rumah besar menjadi simbol atau idiologi dalam mitos masyarakat Tobelo pasca era Talaga Lina. Konsep Hibua Lamo secara sosial dan budaya mempunyai nilai-nilai penting yaitu : 1. Hibua Lamo sebagai nilai Spritual bagi masyarakat Tobelo bisa di lihat dari simbolisasi tempat asal muasal para leluhur dari Talaga Lina. Hibua Lamo atau rumah besar disini merupakan tempat pencipta kaum Tobelo yang harus disakralkan atau menjadi spirit yang harus dipegang dan dijaga oleh kaum Tobelo saat ini. 2. Hibua Lamo sebagai nilai Sosial merupakan simbolis dari tempat yang melakukan musyawarah atau higaro, termasuk juga sebagai tempat untuk melakukan syukuran. Dalam nilai sosial ini Hibua Lamo menjadi perangkat sosial yang berfungsi untuk merektkan dan menyatukan keberagaman yang ada dalam struktur sosial masyarakat Tobelo, misalnya dalam pelaksanaan adat babari (gotong royong). 3. Hibua Lmao sebagai nilai Material merupakan bangunan fisik yang menjadi identitas sosial dan budaya dari masyarakat Tobelo. Nilai-nilai tersebut sebagai patokan bagi setiap masyarakat yang bernaung dibawah payung adat Hibua Lamo. Menurut informan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan budaya Hibua Lamo yaitu dengan cara bergotong royong atau disebut juga dengan adat babari. Pelaksanaan budaya Hibua Lamo berupa acara perkawinan, upacara besar Hibua lamo yaitu memperingati perjanjian deklarasi damai antara komunitas Islam dan Kristen pada tanggal 19 april 2001, seluruh lapisan masyarakat Tobelo terlibat dalam acara tersebut dengan mengenakan pakaian adat dari setiap suku yang ada di Tobelo, tata cara pelaksanaannya yaitu

8 masing-masing suku menyiapkan tarian khas suku tersebut. (wawancara Yowan Pilendatu 16 April 2013) Erik Y. Leba (wawancara 17 April 2013 ) berbicara mengenai Kontribusi budaya Hibua Lamo dalam masyarakat maka kita berbicara mengena peran budaya Hibua Lamo. Lembaga adat Hibua Lamo merupakan kearifan lokal seluruh masyarakat adat Halmahera Utara yang sangat menjunjung tinggi juga mempunyai peran penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Peran yang dimainkan oleh lembaga adat Hibua Lamo tidak hanya peran adat atau masalahmasalah adat saja, melainkan peran yang menyangkut bidang-bidang lain seperti bidang-bidang pemerintahan/politik ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.budaya Hibua Lamo berperan penting dalam masyarakat, karena budaya Hibua Lamo merupakan kunci perdamaian masyarakat Tobelo. Sedangkan menurut Muhamad Boba (wawancara 17 April 2013 ) Masyarakat Halmahera utara umumnya dan komunitas Islam-Kristen di Kecamatan Tobelo khususnya diikat oleh berlakunya kekerabatan Hibua Lamo. Bagaimana pentingnya tradisi budaya tersebut dalam mempersatukan semua elemen masyarakat yang ada, serta mampu berperan dalam mengikat kesatuan etnis masyarakat Tobelo melintasi batas-batas agama mereka dalam kurun waktu yang panjang, sampai menjelang pecahnya konflik horisontal pada akir tahun 1999 dan awal tahun Tobelo merupakan tempat dimana peradaban suku-suku setempat bermula dan berada di bawah payung adat/lembaga adat HIBUA LAMO sebagai komunitas masyarakat adat yang sangat menjunjung nilai-nilai kekeluargaan dengan slogan ngone o ria dodoto yang berarti kita semua bersaudara. Hibualamo adalah tempat pertemuan dari berbagai suku-suku yang ada di Halmahera Utara, sehingga Hibua Lamo disebut sebagai payung adat/lembaga adat, kemudian inilah yang menjadi kearifan lokal masyarakat Tobelo. (wawancara Jarot 16 april 2013 ) Rumah adat Budaya Hibualamo ada 4 dengan makna filosofis yang berbeda. Warna hitam melambangkan solidaritas, merah melambangkan semangat juang komunitas Canga, sedangakan kuning melambangkan kecerdasan,

9 kemegahan dan kekayaan, dan warna putih melambangkan kesucian masyarakat 10 Hoana yang saat ini mendiami wilayah Tobelo. Menurut Jaina Arahman (wawancara 17 April 2013 ) Semangat Hibualamo pada saat ini mempunyai semangat kebersamaan, keanekaragaman dalam balutan kebinekaan. Karena semangat kenusantaraan yang ada di Tobelo sudah lama dilakukan di rumah adat Hibualamo. Konsep pemberdayaan budaya dengan pemerintah juga diwujudkan dalam bentuk lambang daerah Halmahera Utara yang selama ini dipakai, Lambang Hibualamo yang ada pada logo daerah merupakan bentuk perekat. Fungsi Hibualamo sebagai simbol rekonsiliasi damai di bumi Halmahera saat dilanda konflik horisontal 12 tahun silam. Dengan simbol itu, warga Tobelo mendeklarasi untuk tidak lagi melakukan kerusuhan dan hidup berdampingan. Rumah adat Hibulamo tidak asing untuk kegiatan adat tapi telah menjadi wadah rekonsiliasi di bumi Halmahera sehingga budaya ini perlu dipertahankan dan dilestarikan. Akar konflik horisontal di Kecamtan Tobelo adalah faktor ekonomi, dimana terjadi suatu kecemburuan sosial karena persaingan antara pelaku ekonomi dari komunitas Islam dan Kristen, permaianan elit politik menjelang suksesi pemilihan Umum Kepala Daerah. Konflik terjadi karena masalah Suku, Ras dan Agama (SARA). Menurut Dani Titian (wawancara 18 April 2013) dampak dari terjadinya konflik yaitu terjadi kesenjangan sosial antara komunitas Islam dan Kristen yang ada di Tobelo. Hal ini sangat nampak pada setiap hajatan-hajatan komunitas tertentu, ketika sebelum terjadinya konflik horisontal hubungan antara kedua komunitas saling mengunjungi dalam acara tersebut, terjadi pergeseran pola interaksi baik antar individu, kelompok ataupun masyarakat, ini nampak tidak terjadi lagi saling mengunjungi ketika pada hari-hari besar antar kedua komunitas (Islam-Kristen) kalupun ada hanya sebatas pada keluarga dekat saja. Pola Interaksi sosial yang terjadi hanya sebatas kerabat atau keluarga ini nampak pada hajatan-hajatan keluarga (perkawinan dan kematian), adanya konflik tersebut

10 maka terjadilah pergeseran nilai-nilai budaya Hibua Lamo, masyarakat Tobelo tidak lagi mengedepanan adat melainkan Agama mereka masing-masing. Menurut Rizky djafar (wawancara 18 April 2013) pada saat itu upayaupaya yang ditempuh dalam mengatasi pergeseran budaya Hibua Lamo, para pemuka agama dan para tokoh adat dua komunitas tersebut yang ada di Tobelo berusaha untuk melerai dengan mengampanyekan perdamaian, namun gagal dan kedua kelompok itu harus berpisah untuk sementara waktu dengan mengungsi, seakan-seakan saling bermusuhan dengan saling mencurigai. Tepatnya 19 April 2001 warga masyarakat Tobelo dan sekitarnya bersumpah untuk meninggalkan masa kelabu dan berjanji untuk menghentikan kerusuhan. Dan dengan keyakinan adat adalah perekat dari semua keyakinan mereka pun menggelar upacara deklarasi damai.pertemuan dalam deklarasi itu pun didengungkan dan mengangkat adat untuk dijadikan sarana perdamaian kemudian berjalan damai hingga sekarang. Lebih Lanjut menurut ajun (wawancara 18 April 2013)Peran pemerintah terhadap budaya Hibua Lamo adalah dari pihak lembaga adat sendiri dan pemerintah daerah tidak pernah terjadi lagi ketimpangan ataupun permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah karena posisi jabatanjabatan strategis di duduki oleh elit-elit politik di daerah, misalnya kepala adat Halmahera Utara di pegang oleh Bupati Halmahera Utara sebagai Jiko Makolano serta sekretaris lembaga adat Hibua Lamo di pegang oleh seorang anggota DPRD Kab. Halut. Terkait adat dan konflik, masyarakat Tobelo juga menganalogikan sederhana Kalau setiap rapat-rapat yang digelar kalau terjadi konflik maka solusinya selalu dikatakan biar nanti diselesaikan secara adat. Budaya Hibua Lamo merupakan jembatan perdamaian masyarakat Tobelo yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Dari berbagai informasi diatas maka bisa di tarik benang merah bahwa sumber utama konflik di Halmahera Utara 1999 adalah akibat perebutan wilayah agama. Namun isu agama seakan dibungkus secara rapi dengan berbagai macam isu, seperti kebijakan pembentukan Kecematan Malifut, isu perebutan kursi gubernur, isu perebutan sumber daya alam, isu penempatan ibu kota propinsi dan

11 masih banyak lagi isu yang berkembang sehingga menjadi diagnosa analisis untuk memahami akar penyebab konflik tersebut. Namun perebutan wilayah agama adalah isu sentral dan ini menjadi target akhir dari gerakan tersebut. Semangat untuk menjadikan Halmahera Utara sebagai basis gerakan sudah terbangun ribuan tahun silam dimana kedua agama (Islam-Kristen) ini saling berlomba membangun hegemoni di tanah daratan tersebut. Fenomena inilah yang menjadi warisan sejarah dimana tercipta masyarakat yang memiliki sikap tetap negatif, emosi tetap tinggi, membedakan antara satu dengan yang lain dengan latar belakan agama yang dikedepankan. Terkait dengain faktor ini, tidak tercipta keharmonisan diantara kedua agama tersebut. Ketidak harmonisan ini kemudian menjadi lahan subur munculnya konflik agama. Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka penulis berasumsi bahwa kebudayaan Hibua Lamo yang ada di Tobelo sangat berpengaruh pada masyarakat yang ada di Tobelo. Realitas soasial dalam masyarakat Tobelo adalah hidup berdampingan antara suku dan agama yang berbeda-beda khususnya agama Kristen dan agama Islam. Kedua agama tersebut membawa perubahan besar bagi kehidupan sosial masyarakat, terutama dalam meletakan basis kepercayaan agama yang diyakininya. Hal ini membawa perbedaan sikap dalam melihat realitas kehidupan di dunia ini, atas dasar ajaran teologis mereka. Meskipun demikian, kedua agama tersebut sama-sama mengajarkan menghargai sesama umat, dengan harapan dapat mensejahterahkan manusia. Upaya Mencapai tujuan tersebut mereka melakukan politik penyebaran wilayah pengaruh agama yang memunculkan konflik. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, tingkah laku sosial tidak selalu sejalan dengan ajaran teologis, bahkan dapat menolaknya karena agama hanya diletakkan secara simbolis belaka. Hal ini dapat terjadi karena nilai-nilai ajaran tersebut tidak dilihat secara holistik tetapi dilihat secara parsial. Pelanggaran berat hak asasi manusia di Tobelo tentunya bukan karena ajaran agama yang salah tetapi ulah sebagian kecil manusia yang mempunyai kekuatan untuk memanfaatkan agama demi legitimasi kekuasaan. Konflik tersebut menimbulkan kerenggangan antara kedua agama yang ada di Tobelo, adanya konflik tersebut

12 menimbulkan pergeseran nilai-nilai kebudayaan Hibua Lamo yang ada di Tobelo. Upaya-upaya yang tempuh dalam mengatasi pergeseran tersebut tokoh agama, tokoh masyarakat antara kedua komunitas tersebut melalukan perdamaian. Akhirnya pada Ramadhan 2001 berdamai. Deklarasi damai lakukan dengan adat. Semua senjata tombak, parang, bom diletakan di tengah lapangan. Lalu ada peristiwa sakral. Mereka saling bertukar pedang, lalu makan pinang sirih. Cara memberikan pinang sirih di ujung pedang. Setelah saling makan lalu minta maaf. Di atas senjata itu semua disiram dengan minyak kelapa (simbol ketenangan kejernihan dan gula sebagai simbol damai. Di atas siraman gula dan minyak itu mereka bersumpah. Jika setelah ini ada yang merencanakan peperangan akan jadi korban terlebih dahulu. Itulah pada tanggal 19 April 2001 hari perdamaian. Patut di akui bahwa adat mempunyai dimensi sakral yang mampu menyatukan masyarakat. Dari situlah dilakukan monumen yaitu rumah besar budaya Hibua Lamo. Hibua Lamo adalah tempat bermusyawarah, menyelesaikan semua pertikaian dalam satu meja bersama, makan bersama minum bersama. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Uraian hasil penelitian diatas menyangkut Hibua Lamao maka penulis mengambil kesimpulan sebagi berikut: Halmahera Utara terdapat suatu lembaga adat yang disebut dengan nama Hibua Lamo (rumah besar) yang sifatnya membawahi seluruh masyarakat adat yang ada di kecamatan dan desa di kabupaten Halmahera Utara, dimana lembaga adat tersebut menjalankan tugas, fungsi, hak dan wewenangnya dalam pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten Halmahera Utara pada umumnya dan kecamatan Tobelo pada khususnya. Budaya ini merupakan perekat dari semua etnis, dan agama yang ada di Tobelo. Lembaga adat Hibua Lamo merupakan kearifan lokal seluruh masyarakat adat Halmahera Utara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya juga

13 mempunyai peran penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Peran yang dimainkan oleh lembaga adat Hibua lamo tidak hanya peran adat atau masalahmasalah adat saja, melainkan peran yang menyangkut bidang-bidang lain seperti bidang-bidang pemerintahan/politik ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Adapun peran lembaga adat Hibua Lamo adalah merekonsiliasi kedua belah pihak yang bertikai serta terlibat dalam setiap pertemuan-pertemuan oleh pemerintah daerah Saran Dari uraian-uraian kesimpulan diatas,penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat indonesia, khususnya masyarakat Tobelo, jangan menjadikan kemajemukan merupakan kunci pemicu konflik yang berakibat terganggunya hubungan sosial masyarakat, namun jadikanlah keragaman merupakan potensi dalam usaha pembangunan bangsa indonesia, dalam segala bidang khususnya bidang sosial budaya 2. Generasi muda sebagai penerus estafet pembangunan bangsa perlu kiranya lebih mengetahui makna dari budaya Hibua Lamo serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang perlu terus dijaga dan dilestarikan. 3. Diharapkan kepada para tokoh adat, tokoh agama,dan tokoh masyarakat agar supaya turut memberikan pembinaan kepada generasi muda agar tetap bisa menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya agar dijadikan sebagai cermin untuk kehidupan mendatang khususnya nilai yang terkandung dalam budaya Hibua Lamo. 4. Kepada pihak pemerintah agar senantiasa memikirkan program yang mengarah pada pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa secara umum dan budaya lokal Tobelo pada khususnya. DAFTAR RUJUKAN

14 Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka cipta Rafael Raga Maran. 2007Manusia dan Kebudayaan, Dalam Prespektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Warsito Antropologi Budaya. Yogyakarta: Ombak Syani Abdul Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. PT Dunia Pustaka Jaya. Paskalina Kinugum Nilai-nillai Perkawinan Secara Suku Adat Asmat Desa SafanDstrik Agast Kabupataen Marauke Papua. Skrips Universitas Negeri Gorontalo. Amrul Djana, Maria E Pandu dan H. M. Darwis jurnal Interaksi Sosial Pasca Konflik Horisontal (Studi Kasus Pada Komunitas Islam-Kristen di Kecamtan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara) Pemda Halmahera Utara dan Dinas PariwisataHalmahera Utara html.dtdleadership. powered by vbuletin. Copyright 2000, Jelsoft Enterprise Ltd.co.id)

BAB II KAJIAN TEORI. keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah

BAB II KAJIAN TEORI. keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maluku Utara, dan letaknya di sebelah utara pulau Halmahera, yang diresmikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maluku Utara, dan letaknya di sebelah utara pulau Halmahera, yang diresmikan 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitaan 4.1.1 Gambaran Umum Masyarakat Tobelo Tobelo merupakan ibukota dari Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara, dan letaknya

Lebih terperinci

Peran Lembaga Adat Dalam Menunjang Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suatu Studi Di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara)

Peran Lembaga Adat Dalam Menunjang Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suatu Studi Di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara) Peran Lembaga Adat Dalam Menunjang Pelaksanaan Otonomi Daerah (Suatu Studi Di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara) Oleh Erik Y. Leba 090813154 ABSTRAK Di kecamatan Tobelo dan kabupaten Halmahera

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara BAB V PENYAJIAN DATA 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara Responden Persuasif Edukatif Adat Responden 1 1. Sesudah 1. PEMDA (Bupati Halut) Konflik,Hein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi etnis, bangsa yang kaya dengan keanekaragaman suku bangsa

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4

BAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Halmahera Utara adalah pulau terbesar yang terdapat di Maluku Utara. Penduduk Halmahera Utara terdiri dari beberapa suku: suku Kao, suku Pagu, suku Modole, Boeng, Towiloko,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, agama, ras, etnis, bahasa, adat istiadat, tradisi, serta budaya yang disatukan dalam konsep

Lebih terperinci

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN Syarif Firmansyah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil dan spiritual serta beradab merupakan adicita Bangsa Indonesia yang mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan BAB V PENUTUP I. Pengantar Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi memberikan dampak baik positif maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan yang terjadi di

Lebih terperinci

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS. Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI identitas nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA Nama : AGUNG NOLIANDHI PUTRA NIM : 11.11.5170 Kelompok : E Jurusan : 11 S1 TI 08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti 231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Lebih terperinci

DEKLARASI DAMAI MASYARAKAT ADAT TOBELO PADA HARI KAMIS. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorongkan oleh keinginan tulus dari

DEKLARASI DAMAI MASYARAKAT ADAT TOBELO PADA HARI KAMIS. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorongkan oleh keinginan tulus dari LAMPIRAN I LAMPIRAN II : DEKLARASI DAMAI MASYARAKAT ADAT TOBELO PADA HARI KAMIS TANGGAL 19 APRIL 2001 DI LAPANGAN HIBUALAMO NASKAH DEKLARASI DAMAI Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorongkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Undang-Undang,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc. Modul ke: 03 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Identitas Nasional Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Identitas Nasional 2. Parameter

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya peradaban suatu bangsa. Peradaban dan kebudayaan di bentuk dari tata

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya peradaban suatu bangsa. Peradaban dan kebudayaan di bentuk dari tata BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belekanng Tinggi rendahnya kebudayaan dan adat istiadat menunjukan tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa. Peradaban dan kebudayaan di bentuk dari tata nilai yang luhur dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia di kenal sebagai bangsa yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Didalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks wawasan kebangsaan yang merupakan pandangan seorang warga negera tentang negaranya, dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya budaya memiliki nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gelombang globalisasi kini menjadi fenomena dan realitas kehidupan keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap hari

Lebih terperinci

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan

Lebih terperinci

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA ADAT KAUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengakui, menghormati,

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN ADAT ISTIADAT SERTA LEMBAGA ADAT

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Indonesia yang memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang beragam dan kaya. Situasi ini telah memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi sebuah daya tarik tersendiri yang berbeda dengan bangsa lain. Budaya pada umumnya di wariskan secara

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci