PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGUATAN ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL TAMAN WISATA PERAIRAN GILI MATRA

Transkripsi

1 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGUATAN ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL TAMAN WISATA PERAIRAN GILI MATRA Andie Wibianto/MPAG

2 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGUATAN ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TWP GILI MATRA Kementerian Kelautan dan Perikanan - Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan 2014 Bekerjasama dengan : Wildlife Conservation Society-Indonesia Program Didukung oleh : Komposisi dan Layout : Photo : Penyusun : iii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan perkenan-nya, Penyusunan Prosedur Operasional Standar Penguatan Sosial Ekonomi dan Budaya di Kawasan Konservasi Perairan Nasional Taman Wisata Perairan Gili Matra dapat diselesaikan dengan baik. TWP Gili Matra merupakan satu dari delapan kawasan konservasi yang kewenangan pengelolaannya dilimpahkan dari Kementerian Kahutanan kepada Kementrian Kelautan dan Perikanan. Setelah serah terima kawasan, Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu segera menindaklanjuti pengelolaan kawasan ini dengan pembuatab prosedur standar operasional. Prosedur operasional standar monitoring dan evaluasi sosial eknomi dan budaya merupakan salah satu bentuk acuan pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk penguatan sosial ekonomi masyarakat yang terdapat di dalam kawasan konservasi. Besar harapan kami, dokumen prosedur operasional standar Penguatan Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya ini dapat dijadikan acuan bersama dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat dalam kawasan TWP Gili Matra. Kritik dan saran membangun atas dokumen prosedur operasional standar ini sangat kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang., Juni 2014 iv

4

5 Daftar Isi Halaman KATA PENGANTAR... iv Daftar Isi... vi Daftar Gambar... viii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan sasaran Umum: Khusus: Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan KETENTUAN UMUM Landasan Hukum Definisi Operasional dan Batasan Prinsip-prinsip Penguatan Sosial Ekonomi dan Budaya Monitoring Kampanye, sosialisasi dan penyadartahuan masyarakat Perlindungan terhadap situs-situs yang memiliki nilai budaya Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan KKPN Gili Matra Alur Kegiatan Penguatan Sosial Ekonomi dan Budaya METODE MONITORING DAN EVALUASI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA Perencanaan Pelaksanaan Protokol Monitoring Tujuan Target Lokasi Survei Waktu Peralatan Metodologi PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR Monitoring Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya di dalam KKPN TWP Gili Matra Penyuluhan... 27

6 5 PENDANAAN Sumber Dana Prosedur Pendanaan Standar Biaya Monitoring dan Evaluasi SOSEKBUD PELAPORAN DAN EVALUASI Jenis Laporan Isi Laporan Evaluasi PENUTUP Daftar Pustaka LAMPIRAN vii

7 Daftar Gambar Halaman Gambar 1. Bagan Alur Cakupan Kegiatan Monev Sosial Ekonomi Budaya di Kawasan KKP TWP Gili Matra Gambar 2. Bagan Alur Cakupan Kegiatan Monev Sosial Ekonomi Budaya Institusi Pengelola KKP TWP Gili Matra Gambar 3. Bagan Alur Prosedur Operasional Standar Kegiatan Penyuluhan Gambar 4. Bagan Alur Prosedur Operasional Standar Kegiatan Penyuluhan viii

8 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma konservasi telah mengalami perubahan. Berdasarkan PP 60/2007, konservasi adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dari keanekaragaman sumber daya ikan. Pengertian tersebut menyatakan bahwa konservasi bukan hanya upaya perlindungan saja namun juga secara seimbang melestarikan dan memanfaatkan keberlanjutan sumberdaya ikan untuk kesejahteraan masyarakat. Upaya konservasi perikanan yang selama ini menjadi hal yang ditakuti oleh masyarakat,terutama masyarakat nelayan sudah seharusnya bergeser menjadi sesuatu hal yang sangat dibutuhkan, baik itu dari masyarakat nelayan sebagai pemanfaat, juga bagi pemerintah daerah untuk dapat bersama sama melakukan pengelolaan kawasan pesisir di wilayahnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Penetapan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan konservasi ekosistem dengan memperhatikan aspek aspek ekologis, sosial ekonomi dan budaya. Proses penetapan KKP telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. Secara lebih terperinci, proses pembentukan KKP telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Per.02/Men /2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Per.17/Men/2008 yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang kini telah diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 21 Tahun KKPN Gili Matra merupakan salah satu kawasan konservasi perairan di wilayah Kabupaten Lombok Utara yang pengelolaannya di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) di Kupang. Secara geografis, wilayah KKPN Gili Matra mencakup wilayah satu desa yaitu Desa Gili

9 Indah. Desa Gili Indah merupakan bagian dari wilayah administratif Pemerintahan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Desa Gili Indah berbentuk kepulauan yang terdiri dari tiga pulau kecil yang disebut dengan gili berupa Gili Air, Meno dan Trawangan. BKKPN Kupang menugaskan wilker (wilayah Kerja) TWP Gili Matra sebagai badan pengelola. Dalam proses peningkatkan efektifitas pengelolaan, TWP Gili Matra memerlukan arahan strategis maupun taktis dalam rangka penguatan institusi unit pengelola. Upaya strategis penguatan institusi pengelola tidak hanya berada di pundak Wilker TWP Gili Matra, tetapi juga lebih kepada tanggung jawab dan wewenang perintah pusat serta BKKPN Kupang sebagai tempat bernaung. Penguatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di desa-desa yang terdapat dalam KKP merupakan upaya yang penting dilakukan untuk mecapai kesejahteraan masyarakat yang merupakan tujuan dari pembentukan Kawasan Konservasi Perairan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa khususnya yang tinggal di KKP perlu dilakukan sebagai salah satu indikator dari keberhasilan pengelolaan KKP tersebut. Strategi penguatan kesejahteraan masyarakat desa mengusung desentralisasi dan demokratisasi sampai ke level desa. Desentralisasi merupakan kekuatan untuk membela desa dihadapan pemerintah supra desa sedangkan demokratisasi adalah kekuatan alternatif untuk melawan desa terutama untuk memperkuat partisipasi masyarakat dalam urusan pengelolaan kawasan konservasi. Pengaturan zonasi serta perkembangan desentralisasi dalam pengelolaan kawasan konservasi merupakan implementasi dari pemenuhan hak-hak masyarakat khususnya nelayan. Melalui proses ini, kehawatiran akan pengurangan akses nelayan dalam pengelolaan KKP dapat dinetralisir dan pengakuan hak-hak tradisional masyarakat sangat diakui dalam proses pengelolaan KKP. Pada proses pembentukan (KKP), aspek SOSEKBUD menjadi aspek penting yang tercantum dalam dokumen pengelolaan dimulai dari saat KKP diinisiasi, didirikan, dikelola minimal, dikelola optimal dan saat KKP sudah mecapai level mandiri. Keberhasilan suatu KKP diukur dari peningkatan sumber daya alam dan berdampak terhadap peningkatan sosial ekonomi dan budaya. Kebutuhan akan data sosial ekonomi dan budaya dalam pengelolaan KKP yang bersifat adaptif sangat diperlukan untuk dapat

10 mengukur keberhasilan efektifitas pengelolaan, sehingga kemampuan unit pengelola dalam melakukan monitoring aspek SOSEKBUD secara profesional dikawasan konservasi perairan sangat dibutuhkan Sebagai usaha memenuhi kebutuhan tersebut, perlu dilakukan penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS) monitoring SOSEKBUD dikawasan konservasi perairan. Penyusunan POS ini, secara legal mengacu kepada KEPMEN KP No.47/MEN/2009 tentang Pedoman Penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS) di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan, sedangkan secara substansi mengacu kepada kondisi spesifik Wilker TWP Gili Matra. 1.2 Tujuan dan sasaran Umum: Memberikan arahan internal bagi seluruh jajaran dalam unit pengelola (Wilker) dalam melakukan penguatan aspek sosial ekonomi dan budaya di kawasan konservasi perairan Khusus: -Menuju pengelolaan KKP yang lebih efektif. -Alat monitoring dan evaluasi untuk penentuan arah kebijakan pengelolaan KKP

11 1.3 Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan Prosedur Operasional Standar (POS) Penguatan SOSEKBUD disusun dengan mengedepankan 7 (tujuh) asas yang dimuat dalam KepMen KP No.47/MEN/2009 yaitu : Pembakuan, Pertanggung Jawaban, Kepastian, Keterkaitan, Kecepatan dan Kelancaran, Keamanan serta Keterbukaan. Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi SOSEKBUD terdapat 4 (empat) prinsip yang dikedepankan : Kemudahan, Kejelasan, Keterukuran dan Fleksibilitas. Prosedur operasional standar penguatan SOSEKBUD mencakup proses persiapan monitoring, pelaksanaan monitoring pelaporan hasil monitoring dan upaya-upaya kebijakan yang dulakukan dalam usaha penguatan aspek SOSEKBUD di kawasan konservasi. Prosedur operasional standar monitoring SOSEKBUD secara dokumen adalah sebagai pemenuhan salah satu persyaratan dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan. Namun POS ini jika dilaksanakan secara konsisten akan mengarahkan unit pengelola pada pencapaian SK3 (Standar Kompetensi Kerja Khusus) secara terstruktur, terarah dan terukur.

12 2 KETENTUAN UMUM 2.1 Landasan Hukum Dasar hukum yang menjadi landasan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Taman Wisata Perairan Gili Matra adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1125, Tambaha Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4779); 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008;

13 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2008; 8. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008 ; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan sebagaimana diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2009; 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan; 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. 13. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Nomor KEP.44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (E-KKP3K). 2.2 Definisi Operasional dan Batasan Definisi operasional dan batasan yang digunakan pada petunjuk teknis pengamanan kawasan konservasi yaitu: 1. Kawasan Konservasi Perairan Nasional Taman Wisata Perarian Gili Matra adalah kawasan konservasi perairan yang memiliki luas Ha dikelola dengan sistem zonasi serta dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan menunjang kegiatan pariwisata dan perikanan berkelanjutan. 2. Zonasi TWP Gili Matra adalah wilayah didalam kawasan konservasi perairan yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan,

14 zona perikanan berkelanjutan, zona rehabilitasi, zona perlindungan, zona pelabuhan. 3. Monitoring dan Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, untuk mengikuti perkembangan suatu program yang dilakukan secara mantap dan teratur serta terus menerus. 4. Kampanye/sosialisasi adalah salah satu kegitan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap suatu kebijakan sehingga diharapkan dapat meningkatka partisipasi serta kepatuhannya. 5. Aspek ekonomi adalah kemampuan suatu individu ataupun kelompok masyarakat dalam memenuhi kebuthannya sehari hari serta usaha untuk meningkatkan pendapatan. 6. Aspek sosial adalah pergaulan hdup manusia dalam masyarakat yang mengandung nilai nilai kebersamaan, senasib sepenanggungan serta solidaritas yang menjadi unsur pemersatu.. 7. Aspek budaya merupakan sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan. 8. Survei garis dasar SOSEKBUD adalah survei awal yang dilakukan disuatu kawasan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang detail untuk dapat dijadikan pembanding dalam mengukur efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan. 2.3 Prinsip-prinsip Penguatan Sosial Ekonomi dan Budaya Kegiatan penguatan SOSEKBUD di KKPN TWP Gili Matra merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang dan Satuan Kerja lingkup Balai Konservasi Perairan Nasional Kupang sebagai unit pengelola di KKPN TWP Gili Matra. Kegiatan-kegiatan penguatan aspek sosial ekonomi dan budaya yang dilakukan antara lain: 1. Monitoring kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang tinggal dalam kawasan.

15 2. Kampanye, Sosialisasi serta penyadartahuan masyarakat terhadap zonasi kawasan, serta kebijakan lainnya untuk dapat meningkatkan pengetahuan, partisipasi serta kepatuhan masyarakat terhadap zonasi dan kebijakan yang telah ditetapkan. 3. Perlindungan terhadap situs-situs yang memiliki nilai budaya yang terdapat di KKPN TWP Gili Matra 4. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pengelolaan KKPN TWP Gili Matra Monitoring Kegiatan monitoring berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan analisa kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pengelolaan. Monitoring aspek Sosial ekonomi dan budaya dilakukan dengan mengutamakan tiga aspek penting yaitu tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat serta tingkat kepatuhan masyarakat. Prinsip-prinsip yang perlu dikedepankan sebagai berikut: 1. Objektif; 2. Rutin dan berkala; 3. Penglibatan stakeholder; 4. Adaptif; 5. Menggunakan metode survey yang standar dan konstan; 6. Pengecekan data garis dasar (T0) dilakukan setiap 5 tahun sekali Kampanye, sosialisasi dan penyadartahuan masyarakat. Kegiatan kampanye, sosialisasi serta penyadartahuan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, partisipasi serta kepatuhan masyarakat terhadap peraturan serta kebijakan pengelolaan sehingga diharapkan pengelolaan terhadap sumber daya perikanan meningkat dan akhirnya dapat memberikan kesejahteraan terhadap masyarakat yang berada dalam KKPN TWP Gili Matra Perlindungan terhadap situs-situs yang memiliki nilai budaya. Perlindungan terhadap situs yang memiliki nilai budaya penting dilakukan dalam pengelolaan KKP dengan menggunakan pendekatan pola keruangan dan zonasi. selain melakukan perlindungan terhadap sumberdaya perikanan, BKKPN juga melakukan

16 perlindungan teradap situs-situs yang memiliki nilai budaya serta menjaga kelestarian budaya serta kearifan lokal di KKPN TWP Gili Matra. Sosialisasi dan penegakan hukum dapat dilakukan oleh unit pengelola dalam melakukan perlindungan terhadap situs yang memiliki nilai penting budaya. Untuk Prosedur Operasional Standar (POS) Patroli dan penegakan hukum diatur dalam POS tersendiri Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan KKPN Gili Matra Pemberdayaan adalah memberikan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depan sendiri dan berpartisipasi didalamnya serta dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat lainnya. Melalui konsep pemberdayaan, partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan maupun pelaksanaan pengelolaan KKP dapat ditingkatkan, sehingga kebijakan pengelolaan KKP dapat menyentuh kebutuhan publik dan mampu membawa masyarakat masuk kedalam ruang-ruang kebijakan atau dikenal dengan model partisipatif. Prosedur Operasional Standar (POS) pemberdayaan masyarakat diatur dalam POS tersendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut maka BKKPN Wilker TWP Gili Matra perlu melakukan : 1. Pemantapan kelembagaan dan sosial budaya masyarakat. Memperkuat dan meningkatkan fungsi Lembaga pemerintahan Desa dan Kelembagaan Sosial Masyarakat yang ada di Desa melalui pelatihan dan pendampingan, baik itu lembaga adat, organisasi kepemudaan dan organisasi lainnya yang ada didesa yang dapat mendukung pelaksanaan pengelolaan TWP Gili matra. 2. Mengembangkan usaha ekonomi nelayan Upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan melalui kegiatan pelatihan paket usaha ekonomi produktif bagi masyarakat nelayan miskin terutama kepala keluarga perempuan, pemberian paket bantuan usaha dan pendampingan. 3. Mengembangkan kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan KKPN TWP Gili matra.

17 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan mengoptimalkan pengembangan lembaga adat dan keagamaan. 4. Peningkatan pemanfaatan sumber daya dan pendayagunaan teknologi tepat guna. Pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan di kawasan TWP Gili Matra dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam hal pemanfaatan kawasan dan proses pengolahan sehingga dapat meningkatkan mutu dan nilai guna dari pemanfaatan potensi yang terdapat di kawasan TWP Gili matra baik itu potensi, perikanan, pariwisata maupun potensi lainnya. 5. Memberi ruang dalam pengelolaan kwasan TWP Gili matra dalam bentuk pengelolaan bersama Co-management Pengelolaan kawasan TWP Gili Matra memlukan partisipasi dan kerjasama dari semua pemangku kepentingan, baik itu dari BKKPN sendiri sebagai unit pengelola, pemerintah daerah dan pemerintah desa, sektor swasta dan masyarakat. Untuk memberikan wadah dalam pengelolaan bersama ini maka unit pengelola kawasan perlu untuk memberikan ruang forum kolaborasi dalam hal sinkronisasi dan pembahasan isu penting serta pemecahan masalah bersama untuk tercapainya pengelolaan kawasan yang optimal sehingga dapat meningkatkan tingkat ekonomi sosial dan budaya masyarakat di kawasan konservasi perairan nasional TWP Gili Matra 2.4 Alur Kegiatan Penguatan Sosial Ekonomi dan Budaya Aspek Tata kelola, aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya merupakan empat aspek utama dalam pegelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Tata kelola kawasan yang baik akan berdampak pada peningkatan mutu sumberdaya alam dalam KKP tersebut. Peningkatan mutu sumberdaya akan memberikan dampak secara langsung ataupun tidak langsung terhadap peningkatan hubungan sosial, ekonomi serta terpeliharanya kearifan lokal dan budaya masyarakat. Aspek sosial ekonomi dan budaya terdapat dalam setiap tahapan proses pembentukan KKP dimulai dari awal proses inisiasi kawasan konservasi dengan pengambilan data garis dasar (T0) untuk penyusunan dokumen Inventarisasi yang menjadi dasar pencadangan kawasan konservasi peraian. Setelah proses pencadangan,

18 analisa SOSEKBUD menjadi salah satu aspek penting dalam penyusunan rencana pengelolan dan rencana zonasi yang merupakan pedoman dari unit pengelola dalam melakukan program pengelolaan kawasan Gambar 1 Bagan Alur Cakupan Kegiatan Monev Sosial Ekonomi Budaya di Kawasan KKP TWP Gili Matra

19 3 METODE MONITORING DAN EVALUASI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA Metode Survei SOSEKBUD di kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra dapat dilakukan melalui beberapa tahapan pengamanan yaitu : 3.1 Perencanaan Perencanaan kegiatan monitoring dan evaluasi SOSEKBUD kawasan konservasi merupakan hal yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan monitoring. Beberapa tahapan dalam persiapan pengamanan antara lain mencakup: 1. Tim Monitoring Pembentukan tim monitoring yang disusun oleh kepala unit pengelola KKPN TWP Gili Matra (Enumerator, tim analisa data dan penyusunan laporan) 2. Desain Survei Kepala unit pengelola menyusun desain survey berdasarkan anggaran dan waktu pelaksanaan. 3. Logistik Kebutuhan logistik selama kegiatan pengamanan harus terjamin, oleh karena itu perlu dihitung secara detil kebutuhan logistik kegiatan monitoring sesuai degan perencanaan dalam desain survey/monitoring 4. Kelengkapan Administrasi Berbagai kelengkapan administrasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan sebagai penunjang kegiatan, antara lain: Surat pemberitahuan/pengantar kepada desa tempat pelaksanaan sampling. Surat perintah tugas pelaksanaan montoring.

20 3.2 Pelaksanaan Pelaksanaan survei berpedoman kepada desain yang sudah ditetapkan oleh ketua tim survei. 1. Pngambilan data primer oleh enumerator. 2. Entri data kedalam format exel 3. Analisa data 4. Penyusunan laporan 5. Laporan diserahkan ke BKKPN Kupang dan di simpan di data base. 6. Kebijakan 3.3 Protokol Monitoring Conservation Target: Increase Compliance on Fishing Tujuan 1. Untuk mengukur pemahaman masyarakat TWP Gili Matra mengenai zonasi baru yang telah ditetapkan. 2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap zonasi baru. 3. Untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan yang ditetapkan di dalam kawasan taman nasional Target 1. Adanya peningkatan pemahaman/pengetahuan masyarakat mengenai zonasi baru yang signifikan (10%) pada tahun Persepsi positif masyarakat mengenai managemen pengelolaan taman nasional 3. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan zonasi 10% pada tahun Lokasi Survei Lokasi survei di Desa Gili Indah dengan satu lokasi pembanding yang terletak di desa yang terdapat diluar kawasan TWP Gili Matra

21 3.3.4 Waktu 1. Survei sosek dilakukan 2 kali dalam 5 tahun. Monitoring pertama dilakukan pada tahun pertama di tetapkannya zonasi baru (2005), sedangkan monitoring kedua dilakukan pada tahun ke 4 untuk mengetahui peningkatan target capaian dari upaya yang dilakukan. 2. Waktu yang diperlukan untuk melakukan monitoring adalah 30 hari kerja efektif dengan 2 orang pewawancara Peralatan 1. Formulir kuisioner 2. Alat tulis Metodologi Wawancara 1. Pemilihan responden berdasarkan survei acak terpilih bagi rumah tangga perikanan. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan pemetaan rumah tangga perikanan. Jumlah rumah tangga perikanan dihitung kemudian dibagi jumlah terget responden untuk mengetahui responden terpilih. Jumlah responden terpilih adalah sebagai berikut: 2. Pewawancara melakukan wawancara terstruktur kepada responden. Struktur pertanyaan dibawa dalam bentuk formulir kuisioner. Jawaban responden dicatatkan di setiap poin pertanyaan yang diajukan. Dalam melakukan wawancara, pewawancara dilarang melakukan pengarahan ke suatu jawaban tertentu. 3. Wawancara dilakukan kepada rumah tangga perikanan, tokoh kunci dan diskusi kelompok kecil dengan mendatangi responden Pengamatan visual 1. Pencatatan hasil pengamatan aktifitas perikanan di zona inti dan perlindungan. 2. Pengamatan dilakukan setiap musim di zona inti dan perlindungan dilakukan pengamatan dengan periode waktu yang sama. Misal musim barat 1 bulan maka pada musim yang lain juga 1 bulan.

22 Analisis 1. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai zonasi baru (binomial) 2. Tingkat penerimaan masyarakat terhadap zonasi baru (binomial) 3. Persepsi masyarakat mengenai pola pengelolaan yang sedang diterapkan di Karimunjawa (anova) 4. Tingkat kepatuhan dalam aspek perikanan (binomial)

23 4 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR 4.1 Monitoring Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya di dalam KKPN TWP Gili Matra. Prosedur operasional standar kegiatan monitoring sosial ekonomi budaya (Gambar2) meliputi: Kegiatan survei garis dasar/ base line data (T0) Kegiatan survei monitoring sosial ekonomi budaya Kegiatan survei persepsi (tingkat pengetahuan, partisipasi dan kepatuhan masyarakat) Unit Pengelola RencanaPengelolaan PenguatanKelembagaandanSo sek Peningkatan SOSEKBUD Monitoring SOSEKBUD Laporan Data base Kebijakan Gambar 2. Bagan Alur Cakupan Kegiatan Monev Sosial Ekonomi Budaya Institusi Pengelola KKP TWP Gili Matra

24 Kegiatan utama institusi pengelola KKPN TWP Gili Matra dari segi aspek sosial ekonomi dalam rangka efektivitas kawasan konservasi adalah melakukan kegiatan monitoring berkala terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya pada kawasan KKP TWP Gili Matra. Hasil monitoring selanjutnya dibandingkan dengan data garis dasar (base line data) sehingga didapatkan hasil perkembangan aspek sosial ekonomi dan budaya pada kawasan konservasi perairan. Perkembangan aspek SOSEKBUD yang didapatkan dari hasil monitoring dan evaluasi kemudian dijadikan dasar dalam mengeluarkan rekomendasi yang menjadi dasar dalam penyusunan strategi penguatan aspek SOSEKBUD di kawasan KKP TWP Gili Matra untuk mencapai kawasan konservasi perairan dengan pengelolaan yang efektif. Cakupan pelaksanaan montoring sosial ekonomi dan budaya unit pengelola TWP Gili matra sebagai berikut: 1. Penentuan tim monitoring dengan dikeluarkannya surat perintah kerja/sk 2. Ketua tim menentukan desain survei/ monitoring (data sekunder seperti hasil penelitian survey terdahulu, data sekunder dari BPS) 3. Persiapan logistik survei/monitoring serta kelengkapan administrasi 4. Pelaksanaan survei/ monitoring melingkupi, pengumpulan data, entri data dan analisa data 5. Laporan di kirim ke BKKPN kupang 6. Kebijakan pengelolaan sosekbud dikeluarkan.

25 WILKER TWP GILI MATRA Penentuan Tim monitoring Penentuan desain monitoring Penyiapan logistik dan administrasi Pelaksanaan survey/ monitoring entri data dan analisa data dan penyusunan Laporan Data base Kebijakan BKKPN KUPANG Gambar 3 Bagan Alur Prosedur Operasional Standar Kegiatan Penyuluhan

26 4.2 Penyuluhan Prosedur operasional standar kegiatan penyuluhan atau sosialisasi (Gambar 4) meliputi: 1. Kegiatan penyuluhan/sosialisasi secara berkala diwilayah kerja masing- masing. 2. Penyuluhan dapat dilakukan di kelompok dampingan penguatan perekonomian nelayan maupun kelompok sosial masyarakat lainnya. 3. Judul topic penyuluhan ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat (kelompok sasaran). 4. Waktu, lokasi, anggota pelaksana kegiatan, konsumsi dan pemateri/narasumber sudah dapat diselesaikan minimal 7 hari sebelum tanggal pelaksanaan. 5. Tata cara, sarana bantu, alat peraga, dan penggandaan bahan/materi telah disiapkan. 6. Undangan disampaikan kepada masyarakat,tokoh desa/instansi, dan diketahui oleh Kepala Balai/Kepala Seksi/Koordinator Satuan Kerja minimal 3 hari sebelum pelaksanaan. 7. Semua yang terkait kegiatan penyuluhan/sosialisasi sudah disiapkan pada saat 30 menit sebelum acara dimulai. 8. Tata acara dimulai dari pembukaan, sambutan-sambutan, penyampaian materi, diskusi, perumusan hasil penyuluhan/sosialisasi, dan diakhiri dengan penutupan. 9. Pelaksanaan dibawah kendali ketua pelaksana kegiatan dengan pengawasan oleh Koordinator Satuan Kerja dan Petinggi desa. 10. Perbandingan materi yang disampaikan dengan metode (ceramah:diskusi=30:70 bagian)pada akhir kegiatan dibacakan hasil rumusan kegiatan yang telah disepakati seluruh peserta. 11. pelaksanaan penyuluhan/sosialisasi ditulis dalam buku agenda kegiatan oleh sekretaris dan diketahui koordinator satuan kerja TWP Gili Matra

27 . Penentuan Waktu, Tempat, Perlengkpan, Peserta Konsumsi, Narasumber Penentuan Tata Cara, Alat Peraga, dan Pengadaan Materi Penyampaian Undangan Pelaksanaan Penyuluhan/sosialisasi dengan pembacaan Kesimpulan Laporan data base Gambar 4 Bagan Alur Prosedur Operasional Standar Kegiatan Penyuluhan

28 5 PENDANAAN 5.1 Sumber Dana Sumber dana penguatan sosial ekonomi dan budaya kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra antara lain dana APBN, dana APBD, dan dana hibah dari perseorangan, kelompok, badah hukum ditingkat lokal, nasional dan internasional yang tidak mengikat 5.2 Prosedur Pendanaan Prosedur pendanaan kegiatan penguatan sosial ekonomi dan budaya kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra dilaksanakan berdasarkan mekanisme penganggaran pemerintah apabila menggunakan dana pemerintah, atau melalui perjanjian kerjasama apabila menggunakan dana hibah 5.3 Standar Biaya Monitoring dan Evaluasi SOSEKBUD Standar biaya penguatan sosial ekonomi dan budaya kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra mencakup biaya terhadap komponen logistik pelaksanaan monitoring dan penyuluhan.

29 6 PELAPORAN DAN EVALUASI 6.1 Jenis Laporan Jenis laporan pengamanan kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra dibedakan menjadi dua jenis yaitu pelaporan hasil monitoring dan pelaporan hasil kegiatan penyuluhan. 6.2 Isi Laporan Isi laporan penguatan sosial ekonomi dan budayadi kawasan kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra antara lain mencakup : 1. Pendahuluan a. Latar belakang, b. Maksud, tujuan dan sasaran. 2. Dasar hukum pelaksanaan tugas pengamanan 3. Metode pelaksanaan a. Waktu b. Pelaksanaan c. Alat dan bahan 4 Hasil 5. Pembahasan 6. Kesimpulan rekomendasi dan saran 7. Lampiran 6.3 Evaluasi Evaluasi hasil monitoring sosial ekonomi dan budaya di kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra dilakukan terhadap kondisi aspek sosial ekonomi dan budaya termasuk tingkat pengetahuan, persepsi, partisipasi dan kepatuhan. Hasil pengamanan dikaitkan dengan data garis dasar kondisi sosial ekonomi danbuaya yang telah dibuat sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar penyusunan

30 perencanaan program penguatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi terhadap kegiatan monitoring selanjutnya.

31 7 PENUTUP Prosedur operasional standar penguatan aspek sosial ekonomi dan budaya di kawasan konservasi perairan nasional Taman Wisata Perairan Gili Matra, Kabupaten Lombok Utara, Propinsi Nusa Tenggara Barat ini disusun untuk menjadi pedoman teknis pelaksanaan kegiatan penguatan aspek sosial ekonomi dan budaya kawasan konservasi perairan di wilayah TWP Gili Matra. Proses penyusunan prosedur operasional standar ini merupakan kontribusi semua pihak yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan oleh unit pengelola khususnya dalam aspek penngkatan sosial ekonmi dan budaya masyarakat di kawasan konservasi perairan TWP Gili Matra, sekaligus sebagai panduan bagi para pihak Akhir kata kami berharap bahwa dokumen ini dapat berguna dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam mendukung kegiatan penguatan aspek sosial ekonomi dan budaya di kawasan konservasi perairan di TWP Gili Matra khususnya, di Nusa Tenggara Barat pada umumnya.

32 Daftar Pustaka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No.3 Tahun Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.16/ MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.17/MEN/ 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.02/MEN/2009 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Lombok Tengah Pemerintah daerah Kabupaten Lombok tengah. Download file dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pemerintah daerah Kabupaten Lombok Tengah. Download file dari Peraturan Bupati Lombok Tengah dalam Lembaran Berita Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Lombok Tengah. Rodney V. Salm Marine and Coastal Protected Area : A Guide For Planners and Managers. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. Gland, Switzerland. Suharsono, Jenis-jenis Karang di Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta. Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil.

33 LAMPIRAN Form POS 1.a Penguatan Monev Sosekbud (Entri data) Nama Petugas : Tanggal : No Indikator Ya Tidak 1. Jumlah target responden terpenuhi 2. Quisioner telah diisi dengan benar Tanggal Pelaksaaan Kegiatan: Tanggal Penyusunan: Tanggal Pemeriksaan : Pelaksana Kegiatan Petugas Pemeriksa Pimpinan Wilker

34 Form POS 1.b Penguatan Monev Sosekbud (Hasil) Nama Petugas : Tanggal : No Indikator Tinggi Sedang Kurang 1. Tingkat Pengetahuan masyarakat 2. Tingkat Persepsi masyarakat 3. Tingkat Partisipasi masyarakat 4. Tingkat Kepatuhanmasyarakat Tanggal Pelaksaaan Kegiatan: Tanggal Penyusunan: Tanggal Pemeriksaan : Pelaksana Kegiatan PetugasPemeriksa Pimpinan Wilker

35 Form POS 1.c Penguatan Monev Sosekbud (Rekomendasi) Nama Petugas : Tanggal : No Indikator Dibandingkan Base line data (to) Meningkat Menurun 1. Tingkat Pengetahuan masyarakat 2. Tingkat Persepsi masyarakat 3. Tingkat Partisipasi masyarakat 4. Tingkat Kepatuhan masyarakat Rekomendasi Tanggal Pelaksaaan Kegiatan: Tanggal Penyusunan: Tanggal Pemeriksaan : PelaksanaKegiatan PetugasPemeriksa PimpinanWilker

36

37 38