PERANCANGAN SEKOLAH LUAR BIASA KHUSUS ANAK TUNALARAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERILAKU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN SEKOLAH LUAR BIASA KHUSUS ANAK TUNALARAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERILAKU"

Transkripsi

1 PERANCANGAN SEKOLAH LUAR BIASA KHUSUS ANAK TUNALARAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERILAKU Puspita Tunggodewi 1), Sri Nastiti Ekasiwi 2), dan Purwanita Setijanti 3) 1) Program Studi Magister Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111, Indonesia 2) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Anak tunalaras seringkali disebut sebagai anak yang nakal, karena tingkah laku mereka yang seringkali tidak menuruti aturan yang berlaku. Anak tunalaras terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu anak aktif yang tidak dapat mengontrol emosi berlebih mereka, serta anak pasif yang tidak mampu bersosialisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan kriteria perancangan serta rancangan akhir Sekolah Luar Biasa yang dapat mendukung perkembangan emosi dan sosial anak tunalaras dengan mengedepankan aspek-aspek perilaku. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode program arsitektur melalui pengkerucutan beberapa masalah ke dalam misi, goal, performace requirement, dan konsep. Penelitian ini memfokuskan kepada bentuk massa bangunan yang mempengaruhi pengawasan terhadap perilaku anak aktif, desain koridor yang mempengaruhi ruang privasi anak pasif, serta desain ruang kelas yang mempengaruhi perilaku anak saat belajar. Perancangan ini menemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat menyelesaikan masalah keaktifan yang dimiliki anak aktif, serta rasa rendah diri dari anak pasif. Salah satu masalah tersebut diselesaikan melalui desain ruang kelas yang menghindari bidang menonjol dan ruang kosong untuk menekan emosi berlebih anak aktif, serta pemilihan pola meja agar dapat memaksimalkan interaksi guru dan murid agar dapat melatih anak pasif untuk berani dan mandiri. Kata kunci: Perancangan Sekolah, Sekolah Luar Biasa, Tunalaras, Pendekatan Perilaku PENDAHULUAN Anak tunalaras adalah anak dengan gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Anak tunalaras terbagi menjadi 2 jenis, yaitu anak tunalaras yang terlalu aktif dan anak tunalaras yang terlalu pasif, dimana masing-masing dari mereka memiliki potensi dan intelegensia yang sama dengan anak-anak normal. Anak tunalaras dengan gangguan emosi, atau tunalaras aktif, memiliki kecenderungan ingin menguasai dan mengontrol segala sesuatu di sekitarnya. Pergaulannya terbilang tidak ramah, karena sering kali melakukan kekerasan terhadap teman sebayanya, terutama pada anak tunalaras pasif. Sedangkan masalah pada anak tunalaras dengan gangguan sosial, atau tunalaras pasif, adalah sulitnya mereka untuk bersosialisasi. Mereka cenderung merasa tidak berguna, adanya perasaan rendah diri, dan tidak percaya diri. Hal ini mengakibatkan mereka lebih suka menyendiri. Tingkat konsentrasi mereka pun rendah karena mereka merasa rendah diri dan tidak mampu, sehingga mempengaruhi nilai akademis dan kehidupan sosial mereka. Sekolah Luar Biasa yang bertugas untuk mendidik anak tunalaras adalah Sekolah Luar Biasa tipe E. Sekolah ini ditugaskan untuk dapat mendidik anak-anak tunalaras agar dapat berkomunikasi dan belajar seperti anak-anak pada umumnya. Quinn (2000) mengemukakan B-20-1

2 bahwa desain sekolah biasa dengan desain khusus anak tunalaras akan berbeda, karena pada sekolah khusus anak tunalaras terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan pada lingkungan sekolah tersebut, yaitu kejelasan fungsi sebuah ruang, ruangan yang dapat mengontrol stimulasi berlebih, penataan ruang yang dapat mempermudah pengawasan, serta sebuah tempat sepi untuk mendukung kebutuhan dari anak tunalaras pasif. Lingkungan sekolah yang ada kurang mendukung kebutuhan anak tunalaras, sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku anak tunalaras di sekolah. Karena anak tunalaras termasuk ke dalam anak berkebutuhan khusus, sehingga masyarakat sering mengelompokkan anak tunalaras dengan anak berkebutuhan khusus lainnya. Namun lingkungan pada Sekolah Luar Biasa tipe E tidak akan sama dengan Sekolah Luar Biasa lainnya, karena kebutuhan dari murid-murid tersebut sangat berbeda. Masyarakat pada umumnya belum mengetahui perbedaan Sekolah Luar Biasa khusus anak tunalaras dengan yang lainnya, sehingga mayoritas perancangan Sekolah Luar Biasa tipe E di Indonesia mengadaptasi perancangan sekolah pada umumnya. Sekolah Luar Biasa di Indonesia belum memiliki solusi terkait dengan lingkungan sekolah dan ruang kelas untuk anak dengan gangguan emosional (aktif) dan gangguan sosial (pasif), selain itu Sekolah Luar Biasa di Indonesia belum memiliki solusi perancangan Sekolah Luar Biasa yang mewadahi kebutuhan anak tunalaras pasif dan aktif, serta menciptakan interaksi antara anak pasif dan anak aktif. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kriteria perancangan serta rancangan akhir Sekolah Luar Biasa yang dapat mendukung kebutuhan siswa-siswi perkembangan emosi dan sosial anak tunalaras dengan mengedepankan aspekaspek perilaku dari siswa-siswi berkebutuhan khusus yang diharapkan anak-anak tunalaras yang memiliki gangguan emosi, atau anak aktif, dan sosial, atau anak pasif, mendapatkan pelajaran secara akademis dan juga pelajaran untuk mengontrol emosi dan perilaku mereka, sehingga mereka menjadi anak yang lebih baik. METODE Penelitian perancangan ini menggunakan kerangka fundamental menurut Donna P. Duerk. Program ini menggunakan tata cara mengkerucutkan masalah dengan memfokuskan penelitian kepada misi-misi yang akan dicapai, kemudian membagi permasalahan ke dalam goal. Hasil akhirnya adalah berupa konsep yang didapat dari hasil pemecahan masalah terhadap misi. Pada langkah terakhir, konsep-konsep yang didapat akan dievaluasi. Untuk mengkaji perilaku yang ditimbulkan dari anak tunalaras serta mengidentifikasi kondisi lapangan, maka dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, serta studi dokumentasi kepada pihak guru dan murid SLB-E Prayuwana dan meninjau dari penelitian terdahulu yang relevan. Proses Desain Proses perancangan yang digunakan adalah cyclical design process yang memiliki karakteristik bahwa dalam perancangan tidak berlangsung secara searah, melainkan proses berputar yang mendapat penyempurnaan dari langkah sebelumnya. Dalam cyclical design process terdapat 3 tahapan (Duerk, 1993), yaitu: 1. Analisa, adalah penyusunan data berupa penelitian terkait dengan perancangan serta penyusunan data terkait dengan kondisi pra-rancang yang berupa kondisi eksisting lahan untuk menghasilkan kriteria rancang, 2. Sintesa, adalah pemilahan dan pengambilan keputusan konsep dan program terkait yang paling sesuai dengan kriteria dan parameter perancangan sehingga dapat menjawab masalah penelitian. 3. Evaluasi, adalah pemilahan dan pengambilan keputusan konsep. B-20-2

3 Program Perancangan Gambar 1. Kerangka Program Perancangan Program perancangan dimulai dengan mengkerucutkan masalah dan solusi dari sebuah tujuan menjadi beberapa misi utama. Setelah didapat sebuah misi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan goal. Goal adalah sebuah pernyataan yang mengandung niat dalam sebuah perancangan (Duerk, 1993). Untuk menemukan goal, diperlukan informasi terlebih dahulu yang didapat melalui wawancara, observasi atau pencarian dokumen yang sudah ada (Duerk, 1993), sehingga informasi tersebut yang akan membuat sebuah batasan terukur dari sebuah goal. Jika goal sudah ditemukan, maka dapat ditemukan sebuah performace requirement. Performance requirement adalah kriteria yang didapat dari hasil pengamatan. Dalam penelitian ini tahap goal dan performance requirement adalah tahapan metode penelitian yang berupa pengumpulan data dan analisa untuk menemukan kriteria perancangan. Penentuan performance requirement adalah hal yang terukur, artinya performance requirement dapat berupa peraturan, batasan, garis pedoman, dan kriteria. Dengan demikian, dalam desain tesis ini, performance requirement adalah sebuah kriteria yang akan dicari dalam desain tesis ini melalui pengkerucutan solusi dan misi dan goal. Saluran Krativitas Desain tesis ini menggunakan saluran kreativitas yang memfokuskan kepada penggunaan material. Penggunaan saluran kreativitas ini adalah dengan memainkan warna, bentuk, tekstur, dan ekspresi yang ditimbulkan dari berbagai material (Antoniades, 1990). Ekspresi yang ditimbulkan material dapat bermacam-macam, seperti perasaan bijaksana, alami, sabar, ataupun berteknologi tinggi. Saluran kreativitas ini diterapkan kepada bangunan melalui pemilihan warna dan tekstur material ke dalam bangunan. Hal ini bertujuan untuk membantu pemahaman anak tunalaras terhadap pemisahan fungsi dan guna dari sebuah ruangan, serta memberikan sebuah kesan dan perasaan kepada pengguna bangunan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada SLB-E Prayuwana terlah didapat beberapa fakta terkait perilaku dari anak tunalaras bahwa anak pasif membutuhkan sebuah tempat privasi yang dapat memberikan rasa aman. Perilaku ini ditunjukkan pada saat jam istirahat, bahwa anak pasif memilih sudut lapangan untuk menyendiri dibandingkan bermain di lapangan bersama teman-temannya. Hal ini berdampak negatif, sebab anak-anak pasif yang menyendiri di tempat terpisah tidak mampu bersosialisasi dan kontak visual dengan anak pasif lainnya. Perlu adanya sebuah tempat privasi khusus untuk anak pasif agar mereka mampu bersosialisasi, namun tetap memperhatikan privasi masing-masing anak pasif. Saat istirahat, anak pasif dan anak aktif tidak saling mengganggu. Anak aktif lebih memilih bermain dengan sesama anak aktif, seperti bermain sepak bola. Selain itu, perilaku yang diamati di ruang kelas menunjukkan bahwa anak aktif sering menganggu anak pasif. Hal ini dikarenakan oleh B-20-3

4 penataan meja pada ruang kelas yang membentuk efek gestalt yang memberikan persepsi perbedaan zona. Sehingga perlu adanya sebuah desain interior ruang kelas yang mampu menekan keaktifan anak aktif, serta pola penataan meja yang tidak menimbulkan batas antara anak aktif dan pasif. Mendapatkan misi adalah langkah pertama dari proses program perancangan. Misi adalah sebuah pernyataan yang mengekspresikan alasan khusus dalam perancangan sebuah bangunan (Duerk, 1993). Tujuan dari penelitian ini adalah menciptakan sebuah Sekolah Luar Biasa yang mendukung perkembangan emosi dan sosial bagi anak tunalaras. Dengan demikian, masalah dari penelitian ini dapat dikerucutkan menjadi 2 hal, yaitu bagaimana cara agar anak tunalaras tidak lagi memiliki gangguan emosi dan bagaimana agar anak tunalaras tidak lagi memiliki gangguan sosial. Setelah didapat sebuah misi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan goal. Misi pertama yang terfokus kepada permasalah anak pasif menghasilkan 3 buah solusi, yakni menyediakan tempat privasi yang berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan sosial anak pasif, menciptakan desain bangunan sekolah yang dapat mendukung kemandirian anak pasif, serta menyediakan ruang kelas yang dapat mendukung mereka agar dapat berani mengemukakan pendapat. Sedangkan misi kedua yang terfokus kepada permasalahan anak aktif menghasilkan 2 solusi, yakni menciptakan bangunan sekolah yang dapat membantu anak aktif untuk menekan emosi berlebih, serta menyediakan ruang kelas yang dapat membantu anak aktif untuk menekan emosi berlebihnya. Pengkerucutan masalah ke dalam misi, goal, isu, dan performance requirement menghasilkan 9 kriteria perancan Sekolah Luar Biasa khusus anak tunalaras. Kriteria tersebut dirangkum dalam tabel berikut. Tabel 1 Kriteria Perancangan dan Konsep Sekolah Luar Biasa kkhusus Anak Tunalaras N o Kriteria Terdapat tempat menyendiri yang memiliki privasi sejarak 1,5 3 meter antara orang yang satu dengan yang lain Koridor sebaiknya didesain untuk mencegah anak pasif menyendiri Elemen sekolah sebaiknya memiliki penanda sebagai pemisah fungsi Pada koridor sebaiknya terpisah antara anak aktif dan pasif, namun tetap menjaga interaksi visual Desain ruang guru dapat memungkinkan pengawasan yang maksimal Desain ruang kelas sebaiknya menghindari ruang kosong (void) Ruang kelas sebaiknya tidak ada bidang menonjol Desain ruang kelas sebaiknya tidak menimbulkan gap Desain ruang kelas sebaiknya memaksimalkan interaksi guru dan siswa Konsep privasi terbentuk dari perbedaan jarak pada kursi dalam suatu zona. terdapat pengulangan pada bidang tidak ada tempat bersandar, sehingga koridor berfungsi sebagai jalan pemisah fungsi ditandai oleh warna ruangan yang berbeda. tempat privasi terpisah namun masih terjalin interaksi visual dinding pemisah menggunakan kisi-kisi yang berlubang pemantauan melalui ruang guru yang memakai banyak material kaca zona guru berada terpisah kelas menggunakan meja yang lebar dan terbuka memasukkan furniture ke dalam dinding posisi meja berbentuk bulat B-20-4

5 Setelah mendapatkan kriteria perancangan Sekolah Luar Biasa yang dapat mendukung komunikasi anak tunalaras, maka didapat beberapa konsep perancangan. Ide rancang dimulai dari bentuk dan desain massa bangunan. Berdasarkan kriteria nomor 3 dan nomor 5, bahwa elemen sekolah sebaiknya memiliki penanda sebagai pemisah fungsi, serta desain ruang guru dapat memungkinkan pengawasan yang maksimal. Dengan mempertimbangan kedua hal tersebut, maka ruang guru diletakkan di tengah (pada gambar 2 ditandai oleh warna merah), sehingga dapat memungkinkan pengawasan pada setiap kelas dan koridor. Kemudian di antara kedua massa tersebut dihubungkan oleh sebuah koridor yang berfungsi sebagai area sirkulasi yang menghubungkan massa barat dan timur. Gambar 2. Ide Perancangan Denah dan Penataan Massa Selain mempertimbangkan bentuk dan penataan massa, perlu adanya pertimbangan terhadap perilaku anak tunalaras aktif. Untuk menekan perilaku berlebih dari anak tunalaras aktif, perlu adanya pengawasan yang lebih untuk anak tunalaras aktif agar dapat terus terpantau oleh para guru. Manusia memiliki jarak pandang sebesar 18 dejarat dari titik utama pandangan. Untuk memaksimalkan pengawasan dengan memanfaatkan jarak pandang dari manusia, maka ruang guru ditempatkan ditengah agar dapat memantau aktivitas murid-murid dengan menyediakan kaca yang dengan ketinggian 140 cm dari tanah dengan desain yang memanjang sepanjang ruangan. Gambar 3. Jarak Pandang Manusia serta Konsep Area Jangkau pada Ruang Guru Perancangan koridor merupakan perancangan yang perlu ditinjau lebih jauh karena koridor merupakan sebuah ruang dimana anak pasif dan aktif berkumpul menjadi satu, terutama pada saat jam istirahat. Koridor merupakan area yang sering dilalui, sehingga untuk memaksimalkan interaksi, maka tempat menyendiri sebaiknya tidak jauh dari area yang sering dilalui tersebut. Tempat menyendiri ditandai dengan warna merah muda, sedangkan koridor ditandai dengan warna kuning. Agar tetap dapat mempertahankan privasi dari anak pasif, maka jarak kursi sebaiknya berjarak sekitar 1,5 3,5 meter. Setelah memperhitungkan dengan berbagai jarak pada perancangan pada Sekolah Luar Biasa ini, maka didapat sebuah jarak 2,5 meter untuk jarak terdekat, serta 3 meter untuk jarak terjauh. B-20-5

6 Gambar 4. Jarak Privasi serta Ide Perancangan Koridor Selain koridor, ruangan yang sering digunakan oleh anak tunalaras adalah ruang kelas. Salah satu cara yang dapat memaksimal interaksi guru dan murid adalah memperdekat jarak komunikasi saat jam belajar antara guru dan murid. Perkins (2001) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa pola penataan meja pada desain interior ruang kelas. Diantara pola-pola tersebut, yang paling banyak menghasilkan interkasi guru dan murid terbanyak adalah sebuah ruang kelas yang memiliki ruang kosong di tengah kelas, yaitu pola berputar. Untuk warna dalam ruang kelas menggunakan gabungan warna jingga tua atau coklat dan kuning. Warna jingga merangsang sikap energik, ekstrovert, dan ceria dari seseorang. Sedangkan untuk warna jingga tua, atau yang lebih sering disebut dengan warna coklat, memiliki arti kenyamanan serta keamanan. Sedangkan warna kuning merupakan warna yang paling banyak efek positif, seperti kebahagiaan, keceriaan, kesenangan, harapan, masa depan cerah, serta kebijaksanaan. Warna ini sangat baik untuk menstimulasi anak tunalaras pasif dalam komunikasi di lingkungan sekolahnya. Gambar 5. Desain dan Pemilihan Warna pada Ruang Kelas Selain ruang kelas dan koridor, ada sebuah ruang yang sering digunakan oleh para murid, yaitu kantin. Pada pengamatan yang telah dilakukan di SLB-E Prayuwana, hanya anak-anak tunalaras aktif saja yang mengunjungi kantin untuk membeli makanan ringan. Sedangkan untuk anak tunalaras pasif mayoritas membawa bekal sendiri yang mereka bawa dari rumah dan memakannya di tempat menyendiri mereka masing-masing. Desain kantin menggunakan context effect untuk menimbulkan kesan tenang, agar anak aktif tidak melakukan hal-hal yang berlebihan. Warna yang menunjukkan perasaan tenang dan dingin ialah warna biru (Mahnke, 1996), sehingga perancangan interior menggunakan warna biru B-20-6

7 dan gradasinya sebagai warna utama. Untuk menetralkan perasaan dingin yang diciptkan warna biru, dibutuhkan sebuah warna jingga atau coklat yang memiliki kesan yang berlawanan. Dengan demikian, ada beberapa bagian dari interior yang akan menggunakan material bata ekspos sebagai pencerminan warna coklat yang memberikan perasaan aman dan nyaman. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 6. Desain dan Pemilihan Warna pada Kantin Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat 9 kriteria dalam perancangan Sekolah Luar Biasa khusus anak tunalaras dengan menggunakan pendekatan perilaku dan mengedepankan aspek sosial. 2. Ada 3 syarat perancangan bangunan Sekolah Luar Biasa, yakni pola penataan meja pada ruang kelas, desain tempat menyendiri, dan penggunaan warna atau material pada bangunan. 3. Disarankan bangunan ini memiliki tempat menyendiri bagi anak pasif yang memiliki privasi sejarak 1,5 3 meter antara orang yang satu dengan yang lain. 4. Perancangan ruang kelas sebaiknya didesain polos tanpa adanya bidang menonjol untuk mengantisipasi pecahnya konsentrasi anak aktif. 5. Penataan meja pada ruang kelas disarankan menggunakan pola terbuka atau pola diskusi untuk menghidari pengelompokkan jenis murid. 6. Penggunaan warna coklat dan kuning pada ruang kelas dapat meningkatkan keceriaan anak pasif, serta ketenangan dan kenyaman pada aktif. Untuk memperbaiki hasil penelitian ini, maka sarannya adalah: Penelitian ini menggunakan pendekatan perilaku dan interaksi sosial sebagai usaha yang mendukung kebutuhan anak tunalaras. Sehingga usaha dalam penelitian ini masih terbatas kepada kebutuhan sosial anak tunalaras, dan belum mencakup kepada kebutuhan psikologi dari anak-anak tersebut. DAFTAR PUSTAKA Antoniades, A. C Poetics of Architecture: Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold. Canter, David Psychology for Architects. London: Applied Science Publishers, Ltd. B-20-7

8 Duerk, Donna P Architectural Programming: Information Management for Design. New York: Van Nostrand Reinfold Company. Glantz, Karen Health Behavior and Health Education, theory, research, and practice. San Fransisco: Jossey Bass, A Wiley Imprint. Heimsath, Clovis Behavioral Architecture. New York: McGraw Hill Book Company. Jones, J. Christopher Design Methods: Seeds of Human Futures. London: Wiley- Interscience. Holahan, Charles J Environmental Psychology. New York: McGraw-Hill. Kohler, Wolfgang Gestalt Psychology: An Introduction to New Concepts in Modern Psychology. Liveright Publishing Corporation. Mahnke, Frank H Color, Environment, and Human Response: An Interdisciplinary Understanding of Color and Its Use as a Beneficial Element in the Design of the Architectural Environment. San Francisco: John Wiley & Sons. Quinn, Mary Magee; Osher, David; Warger, Cynthia L.; Hanley, Tom V.; Bader, Beth DeHaven; Hoffman, Catherine C Educational Strategies for Children with Emotional and Behavioral Problem. Washington, DC: Center for Effective Collaboration and Practice, American Institutes for Research. Quinn, Mary Magee; Osher, David; Warger, Cynthia L.; Hanley, Tom V.; Bader, Beth DeHaven; Hoffman, Catherine C Teaching and Working with Children Who Have Emotional and Behavioral Challenges. Washington, DC: Center for Effective Collaboration and Practice, American Institutes for Research. Ulfatin, Nurul Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing. B-20-8

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 70 Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur Laksmi Dewayani dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-66

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-66 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-66 Arsitektur Dan Teori Multiple Intelligences Sebagai Pemicu Kreativitas Bernadette Hesty Prameswari dan Defry Agatha Ardianta

Lebih terperinci

Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya

Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-278 Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya Putri Andiny Desmaniar dan Johanes Krisdianto Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-92 Alam sebagai Fasilitator Perilaku Anak Dita Pranditya Putri, dan Collinthia Erwindi Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-288 Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong Yulia Rosaena dan Angger Sukma Mahendra Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-174 Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera Yustisia Sekar Pratiwi dan Murni Rachmawati Jurusan

Lebih terperinci

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI Vijar Galax Putra Jagat P. 1), Murni Rachmawati 2), dan Bambang Soemardiono 3) 1) Architecture,

Lebih terperinci

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional Abu Hasan Asy ari dan Rullan Nirwansyah Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN MATERIAL BAMBU PADA PERANCANGAN BANGUNAN DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

EFISIENSI PEMANFAATAN MATERIAL BAMBU PADA PERANCANGAN BANGUNAN DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI EFISIENSI PEMANFAATAN MATERIAL BAMBU PADA PERANCANGAN BANGUNAN DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Reza Fernando 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. E. 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Katerina 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. Ekasiwi

Lebih terperinci

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-4 Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya Adinda Sukma Bidari dan Rullan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERMASALAHAN ARSITEKTUR TA SKS

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERMASALAHAN ARSITEKTUR TA SKS DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERMASALAHAN ARSITEKTUR TA 517 4 SKS PENYUSUN : Drs. R. IRAWAN SURASETJA, MT. NIP : 131694513 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini, terlebih lagi dengan adanya program pemerintah yang mewajibkan

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan G23 Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan A.A. Handria Yudha Permana dan Bambang Soemardiono Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung

Lebih terperinci

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis Fenty Ratna Indarti, dan Ir. Purwanita Setijanti, M.Sc, Ph.D. Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

Desain Interior SMP Negeri untuk membentuk Karakter Disiplin Siswa

Desain Interior SMP Negeri untuk membentuk Karakter Disiplin Siswa JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 412 Desain Interior SMP Negeri untuk membentuk Karakter Disiplin Siswa Rofi atul Ilmia, Aria Weny Anggraita Departemen Desain

Lebih terperinci

RPKPS TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR

RPKPS TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 2017 RPKPS TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Fakultas : TEKNIK Program Studi : ARSITEKTUR Mata Kuliah/Kode : Teori dan Metode Perancangan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-179 Penerapan Konsep Exchanging Experience untuk Menghapus Pelabelan terhadap Difabel Henni dan Nur Endah Nuffida Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar 5.1 Konsep Ide dasar BAB V Konsep Konsep ide dasar rancangan Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya meliputi poin-poin arsitektur perilaku, nilai-nilai keislaman, dan objek rancangan sendiri. Hal ini

Lebih terperinci

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA ABSTRACT - Keyword: - Bunga Imazizah Endrasari [1], Wiwik Widyo Widjajanti [2], Siti Azizah [3] Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) 293 Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah Fadhila.A. Hardiyanti dan Muhammad Faqih

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo (1), Kustiani (2), Herjuno Aditya (3) (1) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

JURNAL PERANCANGAN INTERIOR GEDUNG PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

JURNAL PERANCANGAN INTERIOR GEDUNG PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA JURNAL PERANCANGAN INTERIOR GEDUNG PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diajukan oleh: MUHAMMAD IKHSAN NIM. 1111783023 PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA Mahendra Wardhana Jurusan Desain Interior/Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan data instrumen yang dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian yang dapat menjawab tujuan penelitian yaitu: 1. Seperti apa sense of place

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Ruang auditorium pidato memiliki standar dan persyaratan khusus yang harus dipenuhi agar dapat mengakomodasi aktivitas di dalam ruangan tersebut dengan optimal.

Lebih terperinci

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 156 Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid Armeinda Nur Aini dan Arina Hayati Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna

Lebih terperinci

Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitektur

Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitektur JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-111 Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitektur Nilla A. Prihatanti, dan Muhammad Faqih Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN 5.1. Laporan Perancangan 5.1.1. Rancangan Tapak Lokasi perancangan bangunan Pusat Pelatihan dan Pendidikan Bulutangkis adalah Sentul City, Bogor. Sentul City sudah dilengkapi

Lebih terperinci

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-63 Merepresentasikan Kejutan sebagai Tema dalam Rancangan Galeri Kuliner di Kawasan Tunjungan Surabaya Yuli Indri Ani dan

Lebih terperinci

Elemen Arsitektur sebagai Perantara Komunikasi antar Manusia

Elemen Arsitektur sebagai Perantara Komunikasi antar Manusia JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-231 Elemen Arsitektur sebagai Perantara Komunikasi antar Manusia Fithrotul Mumtaz dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut: BAB IV PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut: Ruang studio di kampus Ruang studio di kampus Tabel 4.1 Perbandingan ruang studio desain

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Konsep Sebuah konsep desain tempat pendidikan yang ramah lingkungan dengan membawa suasana yang asri membawa kehangatan keluarga dalam sebuah wadah pendidikan. Anak anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki masyarakat yang aktif dalam hal bersosialisasi dan berkreasi. Aktif bersosialisasi dapat dilihat dari banyaknya jumlah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN 5.1. Gaya dan Tema dalam Perancangan Konsep pada Fitness Center, interior desain yang ditampilkan oleh Fitness Center ini bergaya Modern Retro. Tema perancangan

Lebih terperinci

Canopy: Journal of Architecture

Canopy: Journal of Architecture Canopy 2 (1) (2013) Canopy: Journal of Architecture http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/canopy PUSAT PERAGAAN IPTEK DI SEMARANG Lailum Mujib Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING John Victor Lewi S 1), Sri Nastiti N. Ekasiwi 2), dan Ima Defiana 3) 1)

Lebih terperinci

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik

Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) F-1 Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik Muhammad Hawwin Ardhiansyah, Thomas Ari Kristianto Jurusan

Lebih terperinci

INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY. HOLME scompany

INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY. HOLME scompany INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY HOLME scompany R U A N G STANDAR D P ERANCANGAN... Ruang yang baik untuk perkembangan anak-anak TK, yaitu ruangan yang menyediakan area-area aktivitas tersendiri yang

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

Rumah Impian Mahasiswa

Rumah Impian Mahasiswa TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Rumah Impian Mahasiswa R. Kartika Abdassah (1), Gustav Anandhita (2), Mega Sesotyaningtyas (3) (1) Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya

Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-87 Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya Aji Kurnia Sudarmawan, Sri

Lebih terperinci

Fasilitas Terapi Anak Down syndrome di Surabaya

Fasilitas Terapi Anak Down syndrome di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Fasilitas Terapi Anak Down syndrome di Surabaya Amanda Mulia dan Eunike Kristi, S.T., M.Sc. Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA V.1 Konsep Dasar Perencanaan merupakan fasilitas pendidikan pra-sekolah yang menangani anak-anak usia

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN ASPEK EMOSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN ASPEK EMOSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK MENINGKATKAN PENGEMBANGAN ASPEK EMOSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK Makalah Disusun Dalam Acara Seminar Nasional Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP UNY Pada hari Sabtu Tanggal 03 Maret 2007 di Aula Registrasi

Lebih terperinci

PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA

PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA Tri Suci H 1*, Tri Yuni 2, Leni Pramesti 3 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

Desain Apartemen Dengan Pendekatan Edible Landscape

Desain Apartemen Dengan Pendekatan Edible Landscape G14 Desain Apartemen Dengan Pendekatan Edible Landscape Andrew Syah Wicaksana dan Ima Defiana Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

PENERAPAN HEALING ENVIRONMENT PADA PERANCANGAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA BAGIAN TUNALARAS

PENERAPAN HEALING ENVIRONMENT PADA PERANCANGAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA BAGIAN TUNALARAS PENERAPAN HEALING ENVIRONMENT PADA PERANCANGAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA BAGIAN TUNALARAS Endhita Januar Bihastuti 1*, Ummul Mustaqimah 2, Maya Andria Nirawati 3 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman V.1. Konsep Gaya dan Tema BAB V KONSEP PERANCANGAN Kebutuhan : Natural Gaya yang dapat membuat nyaman pengunjung Gaya yang dapat menarik masyarakat umum Gaya yang dapat menampilkan kebudayaan Informatif

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Usia dini merupakan suatu masa keemasan (golden age) bagi setiap manusia. Hal ini dikarenakan, pada masa ini lah seseorang dapat membentuk perilaku dan kepribadiannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu hingga sekarang, musik menjadi sesuatu yang universal, sesuatu yang dikenal luas oleh masyarakat di seluruh dunia. Sepanjang sejarah peradaban manusia,

Lebih terperinci

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium Studi Kasus: Auditorium Prof. Mattulada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Yusaumi Ramadhanti Fitri Taufik, Riekje

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Pengaplikasian Tema Melodi pada Sarana Apresiasi Komunitas Musik di Surabaya Dyah Nawangsari dan Ir. Baskoro. W. Isworo,

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku G254 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Satriani Dian Pertiwi dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Metafora Kembang Api dalam Objek Rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia

Metafora Kembang Api dalam Objek Rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-1 Metafora Kembang Api dalam Objek Rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia Aryo Mahardika dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan ini merupakan sebuah pengantar untuk menjabarkan hal-hal yang menjadi landasan penelitian seperti latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua manusia itu membutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang yang dapat dijadikan sandaran hidup. Area public yang diharuskan dapat membuat seluruh manusia nyaman

Lebih terperinci

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G-11 Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit Asma, Arinal Haq, dan Erwin Sudarma Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kondisi pencahayaan yang terdapat di APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags tidak

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, N R P : Periode : Semester Gasal 2015

LEMBAR PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, N R P : Periode : Semester Gasal 2015 i LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini, N a m a : EDUARDO DARMA WIDJAJA N R P : 3211100041 Judul Tugas Akhir : CENTER OF "ATTENTION" Periode : Semester Gasal 2015 Dengan ini menyatakan

Lebih terperinci

Evaluasi Pasca Huni Studio Gambar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNLAM

Evaluasi Pasca Huni Studio Gambar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNLAM Volume 6 No. 1, Juli 2005 (13-20) Evaluasi Pasca Huni Studio Gambar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNLAM Anna Oktaviana, Dahliani dan Prima Widia Wastuty 1 Abstract Drawing studio at Program

Lebih terperinci

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol.1,No. 1, (2012) 1-8 1 Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya Merliana Tjondro dan Christine Wonoseputro, S.T.,MASD Jurusan Teknik Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya terbaik guna mempersiapakan masa depan sang anak adalah mengenalkan pendidikan kepada anak di usia dini, karena pada masa usia dini anak mulai peka/sensitif untuk

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI Dibimbing oleh: Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar, S.Psi., M.Sc. ABSTRAK Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN RUANG DALAM KELAS DI TAMAN KANAK KANAK ISLAM TUGASKU

KAJIAN PENATAAN RUANG DALAM KELAS DI TAMAN KANAK KANAK ISLAM TUGASKU KAJIAN PENATAAN RUANG DALAM KELAS DI TAMAN KANAK KANAK ISLAM TUGASKU STUDI KASUS : TK ISLAM TUGASKU JL. PULOMAS JAYA NO. 2 JAKARTA TIMUR Byantara Pradhana Indrabrata 4 TB 01 21310494 PENDAHULUAN Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah salah satu kebutuhan pelajar. Ketika orang mendengar kata belajar biasanya yang terlintas pada pikiranya adalah tempat yang bisa belajar dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan ini adalah bangunan yang menyatu dengan alamnya/ keadaan sitenya. Contour as a part of building atau kontur sebagai bagian dari bangunan.

Lebih terperinci

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU BAB IV KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU 4.1. Tema Desain Penderita TB maupun penderita penyakit paru lainnya akan memiliki perasaan dan pikiran negatif, bahkan setelah sembuh penderita penyakit

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

DESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG

DESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain DESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG Aryo Pangestu Dr. Deddy Wahjudi, M.Eng Program Studi Sarjana Desain

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 152 Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya Shinta Mayangsari dan M. Dwi Hariadi Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah : BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas

Lebih terperinci

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-18 Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang Gracia Etna Criestensia dan Hari Purnomo Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian judul : CENTER OF EARLY CHILDHOOD EDUCATION IN SOLO DENGAN PENEKANAN TEORI WARNA adalah sebagai berikut : Early - Awal - Dini - Muda - Sebelum waktunya

Lebih terperinci

Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke

Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 579-584 579 Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke Hendra Setiawan, dan Grace Mulyono Program Studi Desain Interior, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metodologi perancangan yang di gunakan selama kerja praktek di CV. Rombongku adalah : 3.1 Metodologi Dalam kerja praktek ini, penulis berusaha menemukan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Tema Interior Konsep desain pada perancangan fasilitas Pusat Pengembangan Kreativitas Anak ini menggunakan pendekatan terhadap konsep fungsi dan citra. Fasilitas ini mengambil

Lebih terperinci

PASAR TRADISIONAL MODERN SURABAYA

PASAR TRADISIONAL MODERN SURABAYA JURNAL edimensi ARISTEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 PASAR TRADISIONAL MODERN SURABAYA Penulis Manuel Chandra dan Dosen Pembimbing Bapak Ir. St. Kuntjoro Santoso, MT Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Kristen

Lebih terperinci