KATA PENGANTAR. Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma. Akhmad Wijaya, MP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma. Akhmad Wijaya, MP"

Transkripsi

1 Tipologi Biofisik

2

3 KATA PENGANTAR REDD+ (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan dan lahan gambut Plus) merupakan mekanisme insentif ekonomi yang diberikan kepada negara berkembang untuk mendorong pengelolaan hutan berkelanjutan dalam rangka pengurangan emisi karbon. Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan luas tutupan lahan berhutan lebih dari 1,7 juta ha dan lahan bergambut lebih dari 250 ribu hektar berpeluang besar untuk menerapkan REDD+. Di Tingkat Propinsi, Kukar juga tercatat sebagai emiter terbesar dibandingkan kabupaten/kota lain di Kalimantan Timur. Emisinya yang dominan berasal dari penggunaan dan pembukaan lahan mengindikasikan bahwa Kukar berkepentingan menjalankan program REDD+ untuk mengurangi emisi yang cukup besar dengan menurunkan tingkat deforestasi dan degradasi hutan secara signifikan Kukar juga berkepentingan untuk terlibat dalam kontribusi menekan laju pemanasan global karena termasuk kabupaten yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. REDD+ akan dikembangkan dalam kerangka pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau untuk memastikan bahwa upaya penanganan perubahan iklim dari sektor pemanfaatan dan penggunaan lahan dilakukan sejalan dengan kebijakan dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan di Kukar. Kawasan Mahakam yang terletak di sekitar danau-danau besar dan sekaligus merupakan kawasan terbesar dari hamparan lahan basah bergambut, oleh Pemerintah Kukar diajukan sebagai salah satu model konservasi untuk kegiatan REDD+. Komitmen tersebut diungkapkan oleh Bupati Kukar dalam pertemuan internasioanal parapihak (COP) ke 18 di Dubai pada Desember 2012 lalu. Untuk mewujudkan komitmen ini Pemkab Kukar telah melakukan beberapa langkah termasuk mengalokasikan lahan seluas lebih dari 70 ribu hektare di dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) di Mahakam dalam Surat Keputusan Bupati untuk dilindungi. Dokumen ini merupakan Tipologi Biofisk Wilayah Mahakam yang dilakukan Yayasan Bioma bekerjasama dengan Clinton Foundation dan Pemerintah Kabupaten Kukar dalam rangka inisiasi REDD+ di Kutai Kartanegara beserta capaiannya. Substansi dalam dokumen ini mencakup latar belakang kegiatan, pemilihan lokasi, metode pendekatan, hasil-hasil kegiatan serta tindak lanjut yang diperlukan berkaitan dengan implementasi REDD+ di wilayah Mahakam. Dokumen laporan akhir ini merupakan salah satu dari serangkaian dokumen lain yang tidak terpisah dari dokumentasi hasil kegiatan yang dilakukan semenjak Juni 2012 hingga April. Dokumen lain yang terkait, Dokumentasi dari proses fasilitasi, Tipologi Sosekbud di Mahakam, Photo-photo Dokumentasi, Peta-peta Tematik di Penggunaan Lahan di Mahakam, dan Kumpulan Makalah Kegiatan REDD+ Di Mahakam. Atas tersusunnya dokumen laporan akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusinya. Semoga dokumen ini bermanfaat. Samarinda, Direktur Eksekutif Yayasan Bioma Akhmad Wijaya, MP Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara i

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iii iv A. KONDISI FISIK Lokasi Sistem Lahan Jenis Tanah Kondisi Iklim Hidrologi Bentuk Permukaan Lahan... 5 B. KONDISI BIOLOGI/EKOLOGI Tutupan Lahan Keanekaragaman Hayati... 8 C. ASPEK DEMOGRAFI DAN SOSEKBUD Demografi Sosial Budaya Sosial Ekonomi Kelembagaan Masyarakat Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara ii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam... 1 Tabel 2. Landsystem di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam 2 Tabel 3. Jenis Tanah di Lokasi Rencana Model Konservasi gambut Mahakam. 3 Tabel 4. Distribusi Curah Hujan... 3 Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam 10 Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Fasilitas Keagamaan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Kondisi Kependudukan di 30 Desa Pada Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Berdasarkan Etnis Mayoritas Berbagai Manfaat yang Diperoleh Masyarakat Lokal Dari Sumberdaya Hutan Di Sekitarnya Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara iii

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Lokasi Rencana Konservasi Gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara... 2 Gambar 2. Trend Suhu Udara Rata-Rata di Sekitar Lokasi Pada Periode Tahun Gambar 3. Gambar 4. Pembagian Zona Lahan Rawa di Sepanjang Dasrah Aliran Sungai (DAS) Bagian Bawah dan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006)... 6 Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut di Mahakam... 7 Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara iv

7 A. KONDISI FISIK 1. Lokasi Lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara berada di Mahakam yang berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Barat, dengan luas ± Ha yang mencakup 30 Desa dan 5 Kecamatan, yaitu : Tabel 1. Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam No Desa/Kampung Kecamatan No Desa/Kampung Kecamatan 1 Tuana Tuha Kenohan 16 Bukit Jering Muara Kaman 2 Kahala Ilir Kenohan 17 Muara Kaman Ilir Muara Kaman 3 Tubuhan Kenohan 18 Kayu Batuq Muara Muntai 4 Teluk Muda Kenohan 19 Muara Muntai Ilir Muara Muntai 5 Semayang Kenohan 20 Muara Muntai Ulu Muara Muntai 6 Muhuran Kota Bangun 21 Rebaq Rinding Muara Muntai 7 Pela Kota Bangun 22 Batuq Muara Muntai 8 Liang Kota Bangun 23 Jantur Muara Muntai 9 Kota Bangun Ulu Kota Bangun 24 Muara Aloh Muara Muntai 10 Kota Bangun Ilir Kota Bangun 25 Sebemban Muara Wis 11 Sedulang Muara Kaman 26 Muara Wis Muara Wis 12 Tunjungan Muara Kaman 27 Ketibe (Emboyong) Muara Wis 13 Sabintulung Muara Kaman 28 Muara Enggelam Muara Wis 14 Kupang Baru Muara Kaman 29 Melintang Muara Wis 15 Muara Siran Muara Kaman 30 Tanjung Batuq Muara Wis Sumber : Hasil Olah Peta Lokasi ini berada di 3 (tiga) danau besar yaitu Danau Siran, Danau Semayang dan Danau Melintang. Selain itu terdapat pula aliran Danau Jempang yang berada di Desa Muara Aloh Kecamatan Muara Muntai. Selain itu, lokasi rencana model konservasi ini berada pada Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) atau yang dikenal pula dengan sebutan Areal Penggunaan Lain (APL). Lokasi rencana model konservasi tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1. Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 1

8 Gambar 1. Lokasi Rencana Konservasi Gambut di Kab. Kutai Kartanegara 2. Sistem Lahan Berdasarkan Peta landsystem dari RePPProT (1987) dapat diketahui bahwa di lokasi rencana model konservasi gambut terdiri dari 13 (tiga belas) kelas sistem lahan, yaitu ; Tabel 2. Landsystem di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam No Landsystem Simbol Luas (Ha) Persentase (%) 1 Barah BRH 62,55 0,08 2 Beliti BLI 1.041,45 1,36 3 Gambut GBT ,32 54,34 4 Klaru KLR 6.573,32 8,56 5 Lawanguwang LWW 229,56 0,30 6 Lohai LHI 2.587,13 3,37 7 Maput MPT 45,00 0,06 Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 2

9 No Landsystem Simbol Luas (Ha) Persentase (%) 8 Mendawai MDW 9.568,65 12,46 9 Pakau PKU 3.724,87 4,85 10 Sebangau SBG 563,54 0,73 11 Tanjung TNJ ,56 13,50 12 Teweh TWH 118,53 0,15 13 Laut/Danau Air 196,53 0,26 TOTAL ,00 100,00 Sumber : Hasil Analisis Bioma, 3. Jenis Tanah Berdasarkan data dari RePPProT (1987), konservasi gambut adalah sebagai berikut ; sebaran jenis tanah yang ada di lokasi rencana Tabel 3. Jenis Tanah di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Jenis Tanah Luas Ha % a. Organosol Glei Humus ,50 84,87 b. Podsolik, Merah Kuning ,29 14,36 c. Perairan 594,21 0,77 TOTAL ,00 100,00 Sumber : Hasil Analisis Bioma, 4. Kondisi Iklim Kondisi curah hujan di lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara diketahui dari data curah hujan Stasiun Badan Meteorologi dan Giofisika Bandara Temindung Samarinda. Berdasarkan data curah hujan periode , rata-rata curah hujan (CH) tahunan adalah mm/tahun, dengan jumlah hari hujan (HH) 103 hari/tahun. Penyebaran curah hujan sepanjang tahun cukup merata, yaitu berkisar antara mm/bulan dengan hari hujan 103 hari. Terdapat 1 bulan lembab (CH mm/tahun) yaitu bulan September. Bulan-bulan dengan CH tertinggi terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 232,4 mm, sedangkan bulan dengan CH terendah adalah bulan September yaitu sebesar 76,4 mm. Distribusi curah hujan di lokasi studi periode tahun disajikan dalam tabel berikut ini ; Tabel 4. Distribusi Curah Hujan Bulan Rata2 Januari Februari Maret April Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 3

10 Bulan Rata2 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Suhu udara rata-rata periode tahun diketahui dari data suhu wilayah Kecamatan Muara Muntai dari Stasiun Badan Meteorologi dan Giofisika Bandara Temindung Samarinda. Berdasarkan grafik trend suhu udara rata-rata pada periode tahun menunjukkan peningkatan dimana suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 1998 yang berkisar antara C. Trend suhu udara periode tahun di sekitar lokasi studi disajikan pada gambar di bawah ini; Gambar 2. Trend Suhu Udara Rata-Rata di Sekitar Lokasi Pada Periode tahun Hidrologi Lokasi rencana konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara secara umum berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam. Pada lokasi ini terdapat beberapa sungai yang mengalir ke Sungai Mahakam yaitu S. Enggelam, S. Berambai, S. Semayang, S. Belayan, S. Kedang Rantau, S. Kedang Kepala, S. Sebeliung dan beberap sungai lainnya. Selain itu pula ditemuibeberapa danau seperti D. Melintang, D. Semayang, D. Berambai dan D. Siran. Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 4

11 6. Bentuk Permukaan Lahan Didasarkan kondisi fisik permukaan bumi, maka diketahui bahwa lokasi rencana konservasi gambut Mahakam merupakan daratan yang menempati posisi peralihan antara sungai dengan sungai dan/atau sungai dengan danau yang menempati daerah cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai. Oleh karena itu ekosistem lokasi konservasi adalah ekosistem lahan basah. Kebakaran besar tahun 1982 dan 1998 merupakan salah satu penyebab berubahnya sistem ekologi di dalam hamparan gambut luas di dalam dan sekitar lokasi. Sejak tahun tersebut proses akumulasi serasah relatif tidak terjadi lagi akibat hilangnya biomasa di permukaan bumi. Faktor lainnya yang diduga sebagai penyebab berubahnya sistem ekologi di daerah ini adalah berubahnya/besarnya perubahan perbedaan musim kemarau dan musim penghujan akibat terganggunya sistem hidroorologi di daerah hulu sehingga proses subsidensi berjalan dengan cepat. Adanya penurunan permukaan lahan (subsidence) dan tidak terdrainasenya air dengan baik menyebabkan timbulnya genangan-hgenanga secara permanen di dalam kawasan yang secara langsung maupun tidak langsung juga berpengaruh terhadap proses suksesinya. Ekosistem lahan basah tersebut sebagian dan/atau sepanjang tahun selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged). Didasarkan kondisi air permukaan, aliran air, kemasaman air, kondisi tanahnya dan tumbuhan penutupnya diketahui bahwa lahan basah di dalam lokasi studi dapat dikategorikan sesuai dengan klasifikasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2006) sebagai : 1. Swamp adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut. 2. Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa reeds (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), sedges (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan rushes (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau mendong, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 5

12 Gambar 3. Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) bagian bawah dan tengah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006). Sungai-sungai yang mengalir di dalam kawasan dapat dibagi menjadi sungai dan anak sungai. Sungai-sungai tesebut sangat berperan terhadap fluktuasi genangan Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 6

13 B. KONDISI BIOLOGI/EKOLOGI 1. Tutupan Lahan Tutupan lahan di lokasi rencana model konservasi gambut di Kutai Kartanegara adalah bervariasi. Jenis tutupan lahan pada umumnya adalah ekosistem rawa, baik rawa air tawar yang umumnya dapat dijumpai di sekitar sungai-sungai besar maupun rawa gambut. Gambar 4. Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam. Gambar 4. Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut di Mahakam Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 7

14 Faktor utama menurunnya kualitas ekosistem adalah adanya kebakaran besar yang terjadi pada tahun 1982 yang kemudian diikuti dengan terjadinya kebakaran lainnya dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Di dalam kawasan gambut ini juga terlihat adanya kanal-kanal yang dibuat oleh masyarakat untuk kepentingan transportasi kayu, penangkapan ikan dan ladang/kebun masyarakat. Kemudian di beberapa areal dijumpai pula tanda-tanda bekas dibakar dan didasarkan hasil wawancara dengan masyarakat areal tersebut adalah : 1) areal yang dipersiapkan untuk ladang masyarakat; 2) areal terbuka untuk kepentingan penangkapan ikan; atau 3) areal terbakar akibat kelalaian masyarakat pada saat beraktivitas di dalam hutan. 2. Keanekaragaman Hayati 2.1. Keanekaragaman Jenis Flora Menurut Penta Sumberdaya Nusantara (2012), yang melakukan studi kenekaragaman hayati di Kecamatan Muara Kaman, dijumpai paling sedikit 75 jenis tumbuhan dengan sebaran terbesar jenis-jenis tersebut di Blok 9. Masih menurut Penta, pola distribusi tumbuhan umumnya tersebar tidak merata. Hal ini diduga karena : 1) tempat tumbuhnya yang tergenang air sehingga tidak seluruh jenis tumbuhan dapat tumbuh di dalam lokasi studi. 2) Adanya perbedaaan tinggi muka air yang sangat besar antara musim kemarau dan hujan yang diduga karena telah berubahnya sebagian besar tutupan lahan di daerah hulu sungai. 3) Hilangnya ekosistem alami rawa gambut dan/atau komunitas tumbuhan alami di dalam sekitar lokasi sehingga ketersediaan benih/bibit tumbuhan alami sudah tidak tersedia, 4) Menurunnya satwa yang berperan sebagai penyebar benih tumbuhan akibat rusaknya habitat satwaliar di dalam dan sekitar lokasi studi. 5) Adanya aktivitas manusia seperti penebangan tanpa izin, perburuan tanpa izin, penangkapan ikan, pembukaan lahan untuk ladang dan areal perkebunan, terutama kebun karet dan sengon, pembukaan lahan untuk kebun kelapa sawit, hutan tanaman industri. Ekosistem rawa di lokasi ini merupakan ekosistem yang telah terganggu. Gangguan terbesar terjadi pada Tahun 1982 yang ditandai dengan adanya kebakaran besar yang meliputi hampir seluruh areal bergambut di dalam dan sekitar lokasi studi. Keanekaragaman jenis tumbuhan umumnya sangat rendah dan sangat bervariasi di setiap tapak. Hal ini erat kaitannya dengan adanya aktivitas manusia, baik untuk permukiman, perladangan, perkebunan, baik kebun sengon maupun karet, dan aktiivtas lainnya seperti penebangan tanpa izin, penangkapan ikan dan perburuan satwaliar. Kemudian variasi ini juga sangat dipengaruhi oleh perbedaan fluktuasi muka air yang sangat tinggi yang dipengaruhi oleh adanya proses keterbukaan lahan di daerah hulu. Komunitas tumbuhan umumnya adalah komunitas perairan dan padang rumput rawa yang terdiri dari rumput purun (Fimbristylis acuminata), rumput hirang (Rapanea umbelulata), kumpang gajah (Polygonum barbatum) rumput PKI (tak teridentifikasi), selingsing (Scleria sp), kantung semar Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 8

15 (Nepenthes gracilis) dan di daerah tepi juga banyak dijumpai jenis pohon kahoi (Shorea balangeran). Selain itu ditemui pula tumbuhan jenis pelga (Nauclea lanceolata), perepat (Combretocarpus rotundatus), perupuk (Lophopetalum javanicum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), kayu peredang (Cyperus pilosus), putat (Barringtonia spicata), kahoi (Shorea balangeran), bunbun (Calophyllum sp.), kayu arang (Diospyros maingayi) dan pelaik (Alstonia angustiloba). Sedangkan disisi sebelah barat laut antara lain kahoi (Shorea balangeran), kayu bakau (Ixora brachyantha), kapuk hutan (Ardisia villosa), kayu arang (Diospyros maingayi), kayu miyang (Semecarpus heterophyllus), terentang (Camnosperma macrophylla) dan kantung semar (Nepenthes Ampullaria, Nepenthes reindwardtiana, Nepenthes gracilis, Nepenthes rafflesiana) 2.2. Keanekaragaman Jenis Fauna Ekosistem rawa gambut adalah salah satu habitat satwaliar yang masih tersisa di daerah Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara. Paling sedikit 33 jenis burung, 14 jenis mamalia, 13 jenis reptil, 4 jenis amphibi dan 15 jenis ikan yang terdapat di lokasi rencana model konservasi gambut. Berikut kelimpahan jenis fauna dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Penta Sumberdaya Nusantara (2012) adalah sebagai berikut; a. Jenis mamalia terdiri dari Kinabalu squirrel, Plantain squirrel, Rusa sambar, Meong Congkok, Beruang madu, Berang-berang, Monyet Ekor panjang, Bekantan kahau, Pesut mahakam, Orang utan, Mawas, Lutung Kelabu, Babi Hutan, Kancil dan Tupai Tanah. b. Jenis burung terdiri dari Pecuk-ular Asia, Cangak abu, Cangak merah, Blekok sawah, Kuntul Cina, Kuntul besar, Kuntul kecil, Bangau tongtong, Kerak jambul, Belibis batu, Elang bondol, Elang-ikan kepala-kelabu, Elang hitam, Mandar kelam, Punai lengguak, Punai kecil, Pergam hijau, Pergam kelabu, Tekukur biasa, Betet biasa, Kedasi hitam, Tuwur Asia, Bubut besar, Beluk ketupa, Walet sapi, Pekaka emas, Cekakak sungai, Kangkareng hitam, Pelatuk ayam, Merbah cerukcuk, Srigunting batu, Kucica hutan dan Meninting besar. c. Jenis Ampibi terdiri dari Katak asia, Katak buduk, Masked rough-sided frog dan Malayan giant frog. d. Jenis reptilia terdiri dari Ular Pucuk, Ular Besisik, Ular Sampan, Ular Belit Damar, Ular Cincin mas, Buaya Kalimantan, Kura-kura borneo, Kura-kura kepala kuning, Ular Kadut, Ular Kobra, Ular Sawa, Buaya Senyulong dan Biawak abu-abu. e. Jenis ikan terdsiri dari Berukung, Biawan, Gabus, Toman, Keli, Klebere, Lais, Seluang, Lempam, Pahat, Patin, Pepuyu, Sepat, Sepat siam dan Tempe. Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 9

16 C. ASPEK DEMOGRAFI DAN SOSEKBUD 1. Demografi Penduduk mempunyai kedudukan yang sentral dalam pembangunan daerah, yaitu kedudukannya sebagai subyek pembangunan dan juga sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan diharapkan dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomis diantaranya biaya tenaga kerja yang relatif murah dan terjaminnya persediaan tenaga kerja. Sedangkan kedudukan kedua sebagai obyek pembangunan mengandung arti bahwa segala upaya yang dilakukan oleh pembangunan sasarannya adalah guna meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penduduk. Pada lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri dari 30 Desa dengan 5 Kecamatan yang sebagian besar pemukimannya berada di sepanjang Sungai Mahakam dan anak sungainya serta pada pinggiran danau besar seperti Danau Semayang dan Danau Melintang. Tabel 5. Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Desa Luas (Km 2 ) Rumah Tangga Pddk Kepadatan RT/Km 2 Pddk/Km 2 1. Tuana Tuha 192, ,94 13,90 2. Kahala Ilir * * * * * 3. Tubuhan 140, ,04 7,63 4. Teluk Muda 153, ,44 5,26 5. Semayang 162, ,38 9,15 6. Muhuran 72, ,89 9,43 7. Pela 55, ,86 21,35 8. Liang 69, ,68 33,72 9. Kota Bangun Ulu 80, ,28 49, Kota Bangun Ilir 30, ,10 108, Sedulang 201, ,03 8, Tunjungan 311, ,47 4, Sabintulung 91, ,85 29, Kupang Baru 149, ,41 5, Muara Siran 229, ,58 7, Bukit Jering 121, ,12 8, Muara Kaman Ilir 179, ,53 13, Kayu Batuq 430, ,98 3, Muara Muntai Ilir 21, ,92 62, Muara Muntai Ulu 17, ,40 122, Rebaq Rinding 10, ,95 84,41 Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 10

17 Desa Luas (Km 2 ) Rumah Pddk Kepadatan 22. Batuq 63, ,63 10, Jantur 52, ,30 32, Muara Aloh 44, ,53 22, Sebemban 244, ,96 3, Muara Wis 95, ,52 19, Ketibe/Enggelam 74, ,37 12, Muara Enggelam ,70 34, Melintang 131, ,74 7, Tanjung Batuq * * * * * TOTAL 3.447, , ,00 3,45 12,68 Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012 Struktur penduduk desa di lokasi rencana model konservasi gambut berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini; Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1. Tuana Tuha ,4 2. Kahala Ilir * * * * 3. Tubuhan ,6 4. Teluk Muda ,5 5. Semayang ,4 6. Muhuran ,75 7. Pela ,45 8. Liang ,48 9. Kota Bangun Ulu , Kota Bangun Ilir , Sedulang , Tunjungan , Sabintulung , Kupang Baru , Muara Siran , Bukit Jering , Muara Kaman Ilir , Kayu Batuq , Muara Muntai Ilir , Muara Muntai Ulu , Rebaq Rinding , Batuq , Jantur ,86 Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 11

18 Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 24. Muara Aloh , Sebemban , Muara Wis , Ketibe/Enggelam , Muara Enggelam , Melintang , Tanjung Batuq * * * * TOTAL ,83 Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012 Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan banyaknya penduduk laki-laki dari 100 penduduk perempuan. Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa desa-desa lokasi rencana model konservasi gambut memiliki rasio jenis kelamin antara 0,99 1,24. Namun secara umum, rasio jenis kelamin di lokasi rencana model konservasi gambut adalah 1,09. Ini menunjukkan bahwa jumlah laki-laki masih dominan dibandingkan perempuan. 2. Sosial Budaya 2.1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses yang berjenjang dari tingkat dasar sampai Perguruan Tinggi. Untuk menunjang keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, pendidikan formal yang umumnya diselenggarakan di sekolah-sekolah tidak hanya di bawahi oleh Dinas Pendidikan Nasional saja tetapi ada juga yang di bawahi oleh Departemen di luar Depdiknas seperti Departemen Agama, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial dan lain-lain. Untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa umumnya dan daerah khususnya diperlukan penduduk dengan tingkat pendidikan yang memadai untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial yang cepat. Program pendidikan dasar sembilan tahun merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membekali anak didik dengan keterampilan dan pengetahuan dasar guna melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, untuk bekal menjalani kehidupan. Salah satu faktor penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan masih relatif rendah. Data pendidikan menunjukkan SLTP dan SLTA hanya berada di ibukota kecamatan dengan jumlah guru yang sangat terbatas Kesehatan Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur salah satunya dari keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 12

19 didukung oleh sumber daya yang memadai seperti prasarana kesehatan dan juga tenaga kesehatan yang memadai. Tabel 7. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Kecamatan Fasilitas Tenaga Kesehatan Puskesmas Pusban Dokter Bidan Paramedis 1. Kenohan Kota Bangun Muara Kaman Muara Muntai Muara Wis Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012 Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan sarana kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua fasilitas tersebut dapat menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil Agama Kehidupan beragama diharapkan dapat menciptakan kerukunan antar masyarakat dan antar umat beragama, sehingga berbagai persoalan sosial yang timbul oleh berbagai sebab dapat diatasi. Negara menjamin kebebasan bagi warganya untuk memeluk dan menjalankan keyakinan sesuai agama dan kepercayaannya. Tabel 8. Fasilitas Keagamaan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Kecamatan Rumah Ibadah Masjid Langgar Gereja Vihara 1. Kenohan Kota Bangun Muara Kaman Muara Muntai Muara Wis Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012 Sebagian besar penduduk desa yang berada pada Lokasi rencana model konservasi gambut di Mahakam menganut agama Islam yaitu sekitar 97,18%, kemudian Protestan sebanyak 2,75 %, Katolik 0,02 % dan agama lainnya 0,05%. Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 13

20 Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Desa Islam Protestan Katolik Hindu Budha Jumlah 1. Tuana Tuha Kahala Ilir * * * * * * 3. Tubuhan Teluk Muda Semayang Muhuran Pela Liang Kota Bangun Ulu Kota Bangun Ilir Sedulang Tunjungan Sabintulung Kupang Baru Muara Siran Bukit Jering Muara Kaman Ilir Kayu Batuq Muara Muntai Ilir Muara Muntai Ulu Rebaq Rinding Batuq Jantur Muara Aloh Sebemban Muara Wis Ketibe/Enggelam Muara Enggelam Melintang Tanjung Batuq * * * * * * TOTAL Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012 Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka Suku Bangsa/Ethnografi Latar belakang etnis ataupun suku sangat penting dalam membahas hubungan historis antara masyarakat dengan sumberdaya alam di lingkungannya, utamanya hutan. Pernyataan ini dapat Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 14

21 dijelaskan melalui berbagai aspek mulai sosio-kultural, motivasi ekonomi hingga faktor emosional (lihat a.l. Riwut, 1979; Alqadrie, 1994; Widjono, 1998; Clfer, dkk. 1999; Sardjono, 2004). Secara etnografis terdapat dua kelompok besar penduduk di kampung-kampung sasaran assesmen, yaitu yang dapat dikategorikan penduduk asli (traditional communities) dan pendatang (migrants). Kelompok pertama sebenarnya masih memungkinkan dikatergo-risasi, yaitu yang berasal dari wilayah setempat (local native; seperti Kutai dan Dayak Wehea) dan yang berasal dari wilayah Kalimantan lainnya (local non-native; dalam hal ini adalah Dayak Kayan). Adapun kelompok kedua, merupakan kumpulan dari berbagai etnis. Situasi penduduk berdasarkan etnis mayoritas dan lainnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 10. Kondisi Kependudukan di 30 Desa Pada Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam berdasarkan Etnis Mayoritas Desa Etnis Desa Etnis 1. Tuana Tuha Kutai 16. Bukit Jering Kutai 2. Kahala Ilir Kutai 17. Muara Kaman Ilir Kutai/Banjar 3. Tubuhan Kutai 18. Kayu Batuq Kutai 4. Teluk Muda Kutai 19. Muara Muntai Ilir Kutai/Banjar 5. Semayang Kutai/Banjar 20. Muara Muntai Ulu Kutai/Banjar 6. Muhuran Kutai 21. Rebaq Rinding Kutai/Banjar 7. Pela Kutai/Banjar 22. Batuq Kutai 8. Liang Kutai 23. Jantur Bugis/Banjar 9. Kota Bangun Ulu Kutai/Banjar 24. Muara Aloh Kutai 10. Kota Bangun Ilir Kutai/Banjar 25. Sebemban Kutai 11. Sedulang Kutai/Banjar 26. Muara Wis Kutai/Banjar 12. Tunjungan Banjar 27. Ketibe/Enggelam Dayak Tunjung 13. Sabintulung Kutai 28. Muara Enggelam Kutai/Banjar 14. Kupang Baru Kutai 29. Melintang Kutai/Banjar 15. Muara Siran Kutai/Banjar 30. Tanjung Batuq Banjar/Bugis Sumber: Hasil Pengamatan di Lapangan 2.5. Adat Istiadat Tidak terlihat adanya adat yang kuat di desa-desa di wilayah kajian, baik adat Kutai, Banjar apalagi adat yang berasal dari suku pendatang. Namun demikian kebiasaan-kebiasaan yang bersumber dari adat seperti pengobatan tradisional masih dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat. Demikian pula dengan beberapa upacara seperti pelas taun masih dilakukan hampir di semua desa. Namun demikian adat atau tradisi yang berbau keagamaan masih terus dilaksanakan Aturan yang mengatur mengenai pemanfaatan sumberdaya alam, dalam hal ini kayu dan ikan terdapat di beberapa desa. Namun hal ini lebih bersifat umum tidak berdasarkan hukum adat, dan ini bergantung kepada keaktifan dan kepedulian pengurus desa terhadap lingkungan dan keberlanjutannya. Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 15

22 3. Sosial Ekonomi Situasi sosial-ekonomi di desa-desa sekitar kawasan gambut memiliki karakter yang lain dibandingkan dengan karakter umumnya masyarakat pedalaman kalimantan. Hal ini dikarenakan kondisi alam yang berupa kawasan gambut dan rawa berair. Namun demikian terdapat kesamaan dalam kehidupan masyarakatnya yang masih akrab dengan lingkungannya atau budaya kebersamaan antar warga masyarakat terutama dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Walaupun di beberapa desa dimana industri perkebunan kelapa sawit telah masuk yang diikuti pula oleh terbukanya lapangan kerja serta masukya pekerja pendatang dalam wilayah desa telah membuat perubahan baik dalam aspek ekonomi maupun struktur budaya dan aktivitas keseharian. Pola pemenuhan kebutuhan hidup pada beberapa desa seperti yang terjadi dibeberapa desa telah berubah dari masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya alam dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, saat ini telah menjadi pekerja pada perusahaan-perusahaan sawit yang memang ditunjang pula oleh kewajiban untuk mengerjakan kebun plasma miliknya sendiri. Keterbukaan wilayah melalui aksesibilitas yang semakin baik juga mengakibatkan dinamika serta mobilitas kependudukan cukup tinggi. Oleh karenanya, seiring dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk, melonggarnya kohesifitas dan keterbatasan sumberdaya, setiap kelompok dan bahkan individu mencoba untuk memanfaatkan kesempatan yang tersedia dalam memperoleh manfaat maksimal dari sumberdaya di sekitarnya, tidak hanya dalam mempertahankan eksistensinya tetapi yang lebih penting dalam rangka perbaikan taraf hidup. Tabel 11. Berbagai Manfaat yang Diperoleh Masyarakat Lokal dari Sumberdaya Hutan di Sekitarnya Fungsi Hutan Langsung Manfaat bagi Masyarakat Lokal Tidak Langsung Produksi Hasil Hutan Kayu dan turunannya (konstruksi berat, atap/dinding, peralatan, kayu bakar/arang); Hasil Hutan Nir-Kayu (a.l. binatang buruan, bahan anyaman, getah-getahan, rotan, obat-obatan) Areal untuk bercocok tanam/ berladang; Penghasilan (semi komersial dan komersial); Pelestarian budaya lokal yang berbasiskan produk hutan (pengobatan tradisional); Pelestarian dan perkembangan industri rumah-tangga masyarakat Lindung Tanah (kesuburan tanah, kelembaban, erosi air dan angin, bentang alam); Tata Air (air bersih, proteksi banjir dan kekeringan) Keanekaragaman hayati (flora, Keterjaminan produktifitas perikanan tangkap; Kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat ( Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 16

23 Fungsi Hutan Manfaat bagi Masyarakat Lokal Langsung Tidak Langsung fauna, mikro organisme) Tata Klimat Iklim mikro (kesejukan, dan curah hujan lokal); Udara bersih (penghasil oksigen dan menyerap karbon dioksida); Sinar matahari (media albedo); Polusi udara (filter debu dan partikel padat lainnya, serta kebisingan) Kenyamanan dan kedamaian kehidupan pedesaan; Mendukung kehidupan yang sehat sejahtera); Mengurangi dampak bencana alam (misal kemarau panjang dan kebakaran hutan) Lain-lain Batas tanah dan/atau tanda pemilikan lahan; Perlindungan tempat-tempat keramat, termasuk tempattempat mencari kan dan tempat pemijahan ikan Mendukung pelestarian identitas kelembagaan lokal Melestarikan etika konservasi dan pergaulan hidup antar anggota masyarakat (termasuk komunalitas). Sumber: Sardjono (2004) dimodifikasi 4. Kelembagaan Masyarakat Dari seluruh kelembagaan yang ada di kawasan gambut, yang paling memegang peranan saat ini adalah kelembagaan pemerintah. Meskipun juga kelembagaan adat terdapat hampir di semua desa, namun perannya sangat kecil. Kelembagaan adat ini lebih mengatur kepada upacara dan ritual adat. Secara administratif dan formal, lembaga adat dibawah koordinasi tak langsung lembaga desa yang dipimpin kepala desa. Kepala desa merupakan badan tertinggi desa yang membawahi RT yang ada di setiap desa. RT membantu Kepala Desa untuk administratif kependudukan. Lembaga lain yang berperan di desa adala LKMD, PKK, Posyandu dan Karang Taruna yang mempunyai fungsi strategis dalam pembangunan desa dan meningkatkan kesehatan desa. Lembaga penting lainnya di Desa adalah terdapat beberapa lembaga/kelompok usaha baik yang khusus beranggotakan wanita maupun yang umum. Beberapa usaha yang sudah cukup baik berjallan adalah usaha simpan pinjam, usaha listrik desa dan usaha keramba ikan yang masingmasing memilki kelompok sendiri. Sebagian dari kelompok-kelompok usaha tersebut merupakan kelompok binaan dari Bank Pembangunan Daerah Kaltim. Di Kawasan gambut, terutama di desa-desa yang berdekatan dengan perusahaan perkebunan telah ada organisasi seperti forum yang biasanya merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan jika terjadi permasalahan yang menyangkut perusahaan. Yayasan Bioma Clinton Climate Initiative Pemda Kutai Kartanegara 17

24 William J. Clinton Foundation 383 Dorchester Avenue, Suite 400 Boston, MA Yayasan Biosfer Manusia (BIOMA) Jl. AW Syahrani Perum Ratindo Griya Permai Blok F.7-8, Samarinda Kalimantan Timur. Telp./Fax.: , Kabupaten Kutai Kartanegara Jl..Walter Monginsidi, Tenggarong Kalimantan Timur Telp.(0541) , Fax. (0541) Website :

Ilustrasi Wilayah Mahakam Tengah

Ilustrasi Wilayah Mahakam Tengah Ilustrasi Wilayah Mahakam Tengah Fasilitasi dan Advokasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal Dalam Kerangka Potensi Proyek REDD+ Di Mahakam Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur Foto-Foto:

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma. Akhmad Wijaya, MP

KATA PENGANTAR. Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma. Akhmad Wijaya, MP Album Peta KATA PENGANTAR REDD+ (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan dan lahan gambut Plus) merupakan mekanisme insentif ekonomi yang diberikan kepada negara berkembang untuk mendorong

Lebih terperinci

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat

Lebih terperinci

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Program Skala Kecil ICCTF Tahun 2016 Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan 18 IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo 4.1.1. Sejarah Kawasan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo mulanya dikenal sebagai kawasan hutan langgam yang difungsikan sebagai Hutan Produksi terbatas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 22 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Luas dan Lokasi Wilayah Merang Peat Dome Forest (MPDF) memiliki luas sekitar 150.000 ha yang terletak dalam kawasan Hutan Produksi (HP) Lalan di Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5460 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 180) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi t'r - PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2OO5 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

KECAMATAN KENOHAN DALAM ANGKA 2015

KECAMATAN KENOHAN DALAM ANGKA 2015 KECAMATAN KENOHAN DALAM ANGKA 2015 Nomor Publikasi : 6403.92860.15.17 Katalog BPS : 1102001.6403160 Ukuran Buku: 14,8 cm x 21,0 cm Jumlah Halaman: xiii + 106 Naskah: Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: PROJO ARIEF BUDIMAN L2D 003 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Disusun Oleh : Ridha Chairunissa 0606071733 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Daerah Aliran Sungai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Sri Wilarso Budi R Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TAHURA Bukit Soeharto merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara dengan luasan 61.850 ha. Undang-Undang

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KONDISI UMUM PERUSAHAAN KONDISI UMUM PERUSAHAAN Sejarah Kebun PT. National Sago Prima dahulu merupakan salah satu bagian dari kelompok usaha Siak Raya Group dengan nama PT. National Timber and Forest Product yang didirikan pada

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Riau dengan luas 94.560 km persegi merupakan Provinsi terluas di pulau Sumatra. Dari proporsi potensi lahan kering di provinsi ini dengan luas sebesar 9.260.421

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA RAWA

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA RAWA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA RAWA Sejarah Pengembangan Rawa Berdasarkan UU SDA, rawa merupakan salah satu sumber air yang perlu dilindungi dan dimanfaatkan dlm rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Aspek Geografi Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Umum Wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Siak Hulu Kabupaten Kampar mempunyai luas wilayah ± 1.000,33 KM 2. Yang terdiri dari 12 (Dua Belas ) Desa,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci