KERJASAMA KEDIKLATAN ANTAR PEMERINTAH DAERAH 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERJASAMA KEDIKLATAN ANTAR PEMERINTAH DAERAH 1"

Transkripsi

1 KERJASAMA KEDIKLATAN ANTAR PEMERINTAH DAERAH 1 Oleh Drs. Faris Ihsan, M.Si 2 Abstraksi Kerjasama antar pemerintahan daerah dalam kediklatan dapat membentuk anak bangsa yang berkualitas dan berdaya saing global melalui diklat yang berkualitas.otonomi daerah mendorong kemampuan daerah dalam memasuki era pemerintahan yang kompetitif dan berdaya saing global. Kemampuan daya saing tersebut diikuti dengan peningkatan dan penumbuhkembangan pendidikan dan pelatihan sebagai wahana pencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang dapat diteladani. Kerjasama kediklatan antar pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dimaksudkan agar semua kegiatan dalam organisasi bisa berjalan dengan harmonis dan efisien. Kata Kunci : Otonomi, Kerjasama Kediklatan, Efisiensi A. Pendahuluan Undang-Undang nomor 12 tahun 2008 tentang pemerintahan daerah, menempatkan provinsi sebagai wilayah administratif sekaligus sebagai daerah otonom, sedangkan kepada daerah kabupaten/kota hanya semata-mata sebagai daerah otonom. Dengan demikian, maka antara provinsi dengan kabupaten dan kota ada keterkaitan satu sama lain, baik dalam arti status kewilayahan maupun dalam sistim dan prosedur penyelenggaraan pemerintahan, karena kabupaten dan kota penyusunannya dilandasi oleh wilayah negara, yang diikat sebagai wilayah provinsi, sehingga pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya bertujuan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Sehubungan dengan itu, aparatur mempunyai peran yang strategis dalam mewujudkan tujuan otonomi 1. Telah dikoreksi oleh Tim Editor Website BKD dan Diklat Provinsi NTB 2. Widyaiswara Madya pada BKD dan Diklat Provinsi NTB 1

2 daerah, mengingat salah satu fungsinya sebagai regulator dan implementator kebijakan, untuk mendukung peran dimaksud, pembinaan aparatur perlu dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Terkait dengan hal tersebut di atas, maka tugas-tugas pembinaan wilayah yang dilakukan oleh Gubernur sangat relevan dengan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas Desentralisasi, asas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, ke tiga asas pemerintahan yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan harus sinergi. Untuk mewujudkan kondisi dimaksud, diperlukan suatu koordinasi yang baik oleh Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dan sekaligus sebagai kepala daerah. Pendidikan dan pelatihan merupakan wahana pencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang dapat diteladani hal ini baru akan berhasil bila diklat tersebut berkualitas. Sehubungan dengan itu maka diperlukan sistem pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang telah diatur dengan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, dalam hal ini diklat dilaksanakan berdasarkan beberapa asas, antara lain : 1. Asas Sinergistik, yang mengandung pengertian bahwa diklat aparatur dilaksanakan secara sinergis yang melibatkan dua pilar utama dalam pengembangan aparatur, yaitu kepegawaian dan diklat. Sinergi juga tercermin dalam hubungan koordinasi antara kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat. 2. Asas Sistem dan Jenjang Pemerintahan yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan Diklat harus mencerminkan adanya hubungan berjenjang antar susunan pemerintahan, yaitu kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah 2

3 pusat. Jenjang dan susunan pemerintahan yang demikian jelas memperlihatkan adanya hubungan antar sistem dan sub sistem dalam penyelenggaraan diklat. B. Peran Pendidikan Dan Pelatihan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jika ditinjau dari tujuannya, menurut Manpower Services Commissions dalam Suparman (2010), pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, pemahaman dan penyerapan, nilai-nilai yang diperlukan dalam semua aspek kehidupan, bukan hanya pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan atau pekerjaan tertentu. Dari dua konsep tersebut masing-masing menekankan kepada perubahan individu yang terkait dengan nilai-nilai, kemampuan kognitif dan psikomotor melalui pengembangan potensi diri secara terencana. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa pendidikan dilakukan untuk menyiapkan individu mengarungi kehidupan, yang tidak dibatasi oleh pekerjaan saat ini atau masa yang akan datang. Sedangkan pelatihan adalah pengalaman pembelajaran yang disiapkan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja pegawai (Nadler dalam Suparman, 2010). Secara operasional, pelatihan merupakan kegiatan yang didesain untuk membantu pegawai memperoleh pengetahuan keterampilan dan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pelatihan berorientasi pada pekerjaan saat ini atau masa datang. Pendidikan dan 3

4 pelatihan bagi aparatur dapat jadikan sebagai treatment bagi optimalisasi kinerja organisasi. Pendidikan dan pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, dijelaskan, bahwa diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. C. Kompetensi Aparatur Kompetensi aparatur adalah kemampuan baik pengetahuan, keterampilan dan sikap yang secara umum harus dimiliki oleh aparatur dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya sesuai dengan standar kompetensi jabatan yang dimilikinya. Agar aparatur dapat mempunyai kompetensi yang diharapkan maka diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis kompetensi sesuai yang berkelanjutan yakni dari pertama diangkat sebagai Calon PNS sampai menjelang pensiun. Salah satu bentuk pembinaan PNS maka pendidikan dan pelatihan PNS memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kompetensi yang meliputi integritas, tanggung jawab, kepemimpinan, kerja sama dan fleksibilitas dalam pelaksanaan tugas-tugas. Harapannya dalam rangka peningkatan efektifitas diklat sebagai instrumen pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Maka perlu diupayakan dilakukan pembenahan terhadap manajemen pembinaan aparatur penyelenggara pemerintahan daerah berdasarkan kompetensi dan kinerja sehingga diklat aparatur pemerintah daerah difokuskan pada upaya peningkatan kompetensi penyelenggara pemerintahan daerah. Dalam memperbaiki sistim dan prosedur antara lain dengan pemetaan dan perumusan standar kompetensi, memfokuskan 4

5 penyelenggaraan diklat untuk peningkatan kompetensi, merumuskan sistem dan prosedur penyelenggaraan diklat satu pintu serta pendayagunaan alumni diklat dengan penempatan sesuai kompetensinya. Dalam rangka pencapaian tujuan diklat di atas, penyelenggaraan diklat haruslah terus menerus ditingkatkan kualitasnya. Berbagai komponen penyelenggaraan diklat seperti penyusunan program dan kurikulum, widyaiswara, kelembagaan instansi diklat dan SDM penyelenggara Diklat harus dikelola dan dimonitor secara itensif agar betul-betul mengarah pada peningkatan kompetensi peserta diklat. Tentunya peningkatan kualitas penyelengaraaan ini harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya upaya kerjasama yang sinergis antar seluruh komponen kediklatan dengan tujuan utama terciptanya kualitas diklat yang tinggi. Adapun aspek-aspek kediklatan yang sering menjadi kendala dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat adalah sebagai berikut : kelembagaan diklat; program dan kurikulum diklat; widyaiswara; pengawasan dan evaluasi diklat. D. Strategi Penataan Kediklatan 1. Penataan Kelembagaan Dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat adalah penataan kelembagaan diklat daerah yang diarahkan pada pengembangan kapasitas kelembagaan (capacity building) lembaga diklat. Penataan kelembagaan merupakan rangkaian kegiatan untuk memperbaiki ToTalitas system organisasi diklat yang terdiri dari aspek-aspek kelembagaan diklat yang statis (struktur organisasi, uraian jabatan, syarat jabatan), dan aspek ketatalaksanaan dan proses yang dinamis seperti pedoman kerja, tata 5

6 hubungan kerja, dan koordinasi di dalam dan dengan organisasi luar. Penataan kelembagaan diklat ini perlu dilakukan mengingat fungsi penyelenggaraan diklat itu sangat terkait erat dengan berbagai stakeholders seperti bagian kepegawaian, instansi pengirim/dinas dan badan terkait. Disamping itu penataan kelembagaan juga diperlukan untuk mendorong lembaga diklat agar lebih berfokus pada upaya inovasi program dan metode pelaksnaan diklat yang efektif dalam peningkatan kompetensi aparatur. Dalam praktek kediklatan, kita masih menjumpai beberapa masalah yang sering muncul terkait dengan kelembagaan diklat diantaranya: a. Mekanisme koordinasi yang belum jelas antara lembaga diklat di Kabupaten/Kota dengan lembaga pembina diklat di Propinsi, terutama pada Kabupaten/Kota yang sudah memiliki badan/kantor diklat sendiri. b. Bagi lembaga diklat yang masih bergabung dengan instansi lain atau masih memakai nomenklatur bidang setingkat eselon III, apakah harus berdiri sendiri /terpisah dari Badan Kepegawaian Daerah. c. Belum ditaatinya kebijakan tentang akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat. Masih banyak SKPD di daerah yang bukan lembaga diklat, namun masih menyelenggarakan diklat atau yang diakali dengan bentuk bimbingan teknis, tanpa bekerjasama dengan lembaga diklat terakreditasi. Dari beberapa fenomena tersebut, maka diperlukan rumusan strategi penataan kelembagaan diklat daerah agar benar-benar mampu menjadi pendukung peningkatan kompetensi aparatur di daerah antara lain : a. Bagian lembaga diklat yang m a s i h bergabung dengan instansi lain sudah saatnya untuk berdiri sebagai lembaga diklat tersendiri. 6

7 Sehingga akan bisa membentuk diri menjadi pusat pembelajaran (Training Center) dengan model diklat satu pintu, yang memiliki keleluasaan dan lebih fokus dalam menjalankan tugas dan fungsi utamanya dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya aparatur. Terlebih dengan akan diberlakukannya ASN, dimana setiap PNS yang ada memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesempatan mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi. Dengan pemisahan ini nantinya memiliki implikasi yang sangat besar terhadap pengembangan kurikulum dan inovasi kediklatan yang bisa dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman. b. Penegakkan aturan akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat. Akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat dilakukan secara terintegrasi dengan akreditasi dan sertifikasi program diklat serta akreditasi dan sertifikasi widyaiswara. Lembaga diklat terakreditasi (Registered Training Organization/RTO) nantinya hanya akan memiliki kewenangan untuk melaksanakan diklat-diklat tertentu saja, dimana persyaratannya meliputi pemenuhan akreditasi program dan akreditasi widyaiswara. Ini berarti bahwa suatu lembaga diklat hanya boleh melaksanakan suatu program diklat tertentu apabila telah memilki program diklat terakreditasi, dengan widyaiswara terakreditasi untuk diklat tersebut. c. Akreditasi lembaga diklat harus lebih diarahkan pada pembentukan spesialisasi. Kekhususan, dan keahlian suatu lembaga diklat dalam menyelenggarakan diklat-diklat tertentu (RTO for specialized training program). Konsentrasi lembaga diklat yang 7

8 bertumpu pada diklat kepemimpinan harus sebisa mungkin dihindari. Oleh karena itu, lembaga diklat harus mengembangkan inovasi program diklat yang akan dijadikan kekhasan dan trade mark lembaga diklat tersebut dimata stakeholdernya. d. Koordinasi antar lembaga diklat harus lebih ditingkatkan melalui proses benchmarking penyelenggaraan diklat dan widyaiswara. Dalam menata kelembagaan ini, lembaga diklat tentunya tidak dapat dilaksanakan secara internal saja atau oleh orang-orang yang bekerja di dalamanya saja. Penataan kelembagaan ini perlu dan harus melibatkan pembuat kebijakan (policy maker) dan kebijakan-kebijakan yang dibuat akan lebih kuat mendukung dan mengembangkannya. 2. Penataan Program Kediklatan Program diklat adalah rencana kegiatan pembelajaran yang berisi seperangkat mata diklat, dan atau unit kompetensi yang harus diikuti peserta diklat agar mencapai tujuan diklat yang ingin dicapai. Jadi inti dari sutau program diklat adalah rincian dari kurikulum yang berisi mata diklat yang akan dipelajari oleh peserta diklat. Kurikulum dirancang secara tepat agar tujuan diklat tersebut dapat tercapai dan meliputi jenis mata diklat. Metode, waktu, dan sarana pembelajaran yang diperlukan. Dalam penyelenggaraan diklat aparatur selama ini seringkali terkesan sebagai penghamburan dana daerah atau hanya sekedar untuk mendapatkan sertifikat saja. Bahkan ada juga yang beranggapan diklat sebagai saat-saat refreshing yang menyenangkan bagi beberapa PNS, dimana mereka bisa terlepas sejenak dari kepenatan tugas keseharian yang monoton. Namun 8

9 demikian, ternyata program-program diklat yang dilakukan selama ini dinilai masih belum mampu mewujudkan tujuan yang diharapkan, yaitu peningkatan kompetensi aparatur. Ada berbagai faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah bahwa pengembangan kompetensi PNS melalui program kediklatan tidak didasarkan pada kebutuhan baik kebutuhan individual maupun organisasional (Zulpikar, 2008). Sehingga menyebabkan munculnya beberapa fenomena menarik yang berkaitan dengan dengan jenis-jenis program yang ditawarkan, antara lain: - Pengembangan program diklat selama ini dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan baik yang dibutuhkan oleh pegawai maupun organisasi itu sendiri. Bahkan sebagian besar kegiatan diklat yang dilaksanakan tidak berdasarkan analisis. Sehingga wajar saja ketika aparatur seringkali dianggap tidak kompeten, karena mereka mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang tidak mereka butuhkan atau tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Misalnya pejabat struktural dilibatkan dalam ToT substatif dsb. Kurang berkembangnya inovasi jenis-jenis diklat teknis, karena lembaga/bagian diklat hanya fokus menyelenggarakan jenis-jenis diklat yang sama dari tahun ke tahun. Padahal, inovasi jenis diklat teknis sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok aparatur pemerintah di lapangan. Dengan demikian maka diperlukan system pengaturan tentang jenis dan jenjang program diklat yang dapat diselenggarakan dan ditawarkan. Pengaturan ini dilakukan dengan tujuan agar diklat-diklat yang dilaksanakan benar-benar terkait dengan peningkatan kompetensi aparatur 9

10 pemerintah yang dibutuhkan di lapangan. Sistem pengaturan ini harus disusun secara bersama-sama antara instasi Pembina Diklat (Lembaga Administrasi Negara), instansi pengendali diklat (Badan Kepegawaian Negara) dengan berbagai lembaga diklat. Sistem pengaturan ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan akreditasi dan sertifikasi program diklat (accrediting & certifying training program) terhadap seluruh program diklat kepemimpinan, teknis dan fungsional. Menurut AQF (2005), akreditasi dan sertifikasi program adalah pengakuan tertulis dari instasi yang berwenang bahwa program tersebut layak diselengarakan dan terkait dengan syarat kompetensi jabatan tertentu. Dalam konteks PNS, program-program diklat yang diselenggarakan tentunya harus berkaitan dengan danberdampak pada syarat kompetensi jabatan sebagai PNS. Dengan kata lain, akreditasi dan sertifikasi program diklat ini bertujuan agar lembaga diklat menyelenggarakan jenis dan jenjang program diklat yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan baik dari kurikulum, materi, serta kompetensi yang ingin dicapai. Dalam rangka menertibkan dan mengelola jenis dan jenjang program diklat bagai aparatur, LAN sebagai instansi Pembina diklat perlu melaksanakan akreditasi dan sertifikasi program diklat. 3. Penataan Fasilitator Kapasitas yang harus dimiliki seorang fasititator atau yang lebih dikenal dengan nama widyaiswara menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor per/14/m.pan/2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, pasal 1 ayat 9, dikembangkan 10

11 menjadi 4 kemampuan dasar. Dimana dalam penjelasannya disebutkan bahwa Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang secara umum dimiliki oleh widyaiswara dalam menjalankan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS, yang terdiri atas : Kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi substantif. Berdasarkan masukan masukan dari penyelenggara diklat maupun para alumni diklat, kita masih mendengar keluhan tentang kurangnya widyaiswara baik dalam salah satu atau bahkan semua kemampuan dasar widyaiswara tersebut. Kapasitas dan kompetensi widyaiswara dinilai berdasarkan aspek-aspek pendidikan secara formal, aktivitasnya dalam kegiatan pengembangan dan pelaksanaan diklat, aktivitas dalam pengembangan profesi serta aktivitas penunjang lainnya. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kapasitas widyaiswara, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh lembaga diklat daerah bekerjasama dengan Lembaga Administrasi Negara sebagai instansi Pembina, anatara lain : a. Kompetensi Widyaiswara Analisis kompetensi berguna untuk mengidentifikasi widyaiswara sehingga mendapatkan gambaran tentang : a). jumlah widyaiswara yang ada di lembaga diklat; b). jenis dan jenjang diklat yang telah diikuti oleh widyaiswara; c). kelompok mata diklat yang telah diampu oleh widyaiswara. Analisis terhadap peta kompetensi ini nantinya akan menggambarkan arah kebijakan yang harus diambil dalam rangka 11

12 m engembangkan kemampuan para widyaiswara. Setidaknya, peta kompetensi ini akan meminimalisir hal-hal sebagai berikut: - Adanya fenomena jumlah widyaiswara yang banyak tetapi tetap saja tidak cukup (many but never enough). Hal ini diakibatkan oleh penumpukan jumlah widyaiswara dengan keahlian mengajar mata diklat yang sama, dan cenderung mengajar pada program diklat yang sama. Harus diakui bahwa sebagain besar widyaiswara sekarang ini cenderung mengajar pada diklat prajabatan dan Diklatpim saja, bukan mengembangkan diklat teknis yang sangat dibutuhkan oleh kebanyakan instansi pemerintah di daerah. - Kurangnya pemberdayaan terhadap widyaiswara terutama yang berada di lembaga diklat kabupaten dan kota karena keterbatasan anggaran untuk pendidikan dan latihan serta kurangnya peluang untuk mengembangkan diri sesuai dengan jabatannya. - Secara kelembagaan, fungsi konsultatif widyaiswara belum diberdayakan dengan optimal. Terutama keterlibatannya dalam proses menganalisis kebutuhan diklat, merancang program dan kurikulum diklat baik fungsional dan teknis samapi dengan monitoring dan evaluasi pelaksanaan diklat. Dimana widyaiswara akan bisa memberikan masukan bagi terciptanya keputusan terbaik pimpinan demi meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat dan prestasi kerja lembaga diklat secara keseluruhan. b. Akreditasi Sertifikasi Kompetensi Widyaiswara Akreditasi adalah pengakuan formal oleh instansi Pembina bahwa seorang widyaiswara itu telah memenuhi standar kompetensi sesuai 12

13 dengan jabatan dan pangkat yang didudukinya. Sedangkan sertifikasi adalah pemberian bukti berupa piagam atau sertifikat bahwa yang bersangkutan kompeten atau tidak. Kedua instrument ini umumnya dilakukan sebagai proses pengujian apakah seorang layak atau tidak mendapatkan suatu status tertentu yang dilaksanakan oleh lembaga yang berwenang dalam bidang itu. Dalam konteks widyaiswara, akreditasi dan sertifikasi akan dilakukan untuk menguji apakah seorang widyaiswara itu kompeten untuk mengajar suatu mata diklat tertentu dan dilakukan secara periodik. Proses akreditasi dan sertifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka yang telah diangkat sebagai widyaiswara akan terus menerus menjaga profesionalismenya sehingga kiprah dalam proses pembelajaran diklat tetap maksimal. c. Penyelenggaraaan Diklat Kewidyaiswaraan Secara umum, saat ini LAN telah mengembangkan tiga jenis ToT untuk para widyaiswara yaitu: - ToT berjenjang yang dilaksanakan agai para widyaiswara sesuai dengan jenjang yang saat ini didudukinya, misalnyawidyaiswara pertama wajib mengikuti ToT Berjenjang Tingkat Pertama, dan widyaiswara utama wajib mengikuti ToT berjenjang tingkat Utama. - ToT Substantif yang bertujuan untuk memberikan pemahaman materi yang lebih mendalam kepada para widyaiswara dalam suatu mata diklat atau topic tertentu, misalnya pendalaman untuk materi diklatpim 13

14 III maka seorang widyaiswara harus mengikuti ToT substantif Diklatpim Tingkat III. - ToT metode pembelajaran yang bertujuan untuk memperdalam bagaimana menyampaikan materi materi pelajaran kepada para peserta diklat secara efektif, misalnya ToT Metode pembelajaran efektif, ToT metode studi kasus dan lain-lain. 4. Monitoring Dan Evaluasi Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik oleh pihak luar maupun dalam untuk menjamin bahwa pelaksanaan suatu kegiatan itu sesui dengan apa yang telah ditetapkan, sesuai prosedur, aturan hukum, serta peran dan fungsi masing-masing. Dan fokus monitoring lebih ditekankan pada proses pelaksanaan tugas. Sedangkan evaluasi berasal dari kata dasar value (nilai) adalah suatu pemeriksaan (penyelidikan yang sistemis tentang manfaat atau kegunanaan sesuatu berdasarkan standar tertentu (A joint Commintee on Standard for Evaluation). Sehingga evaluasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar maupun dalam untuk mengetahui apakah tujuan dari suatu kegiatan atau program telah tercapai atau tidak. Fokus evaluasi adalah untuk menentukan apakah program itu harus dilanjutkan atau dihentikan, atau harus dilakukan perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Dengan diperkuat lagi oleh pendapat Chelimsy (199 7) berdasarkan hasil International Evaluation Conference di Vancouver Canada menyimpulkan ada tiga perspektif dalam evaluasi, yaitu: 1). Evaluation for accountability; 2). Evaluation for Development, dan 3). Evaluation for knowledge. 14

15 Unsur-unsur yang akan dimonitor dan evaluasi mencakup seluruh aspek-aspek pengeloaan kediklatan, yaitu: a. Analisis Kebutuhan Diklat b. Tujuan Diklat dan pencapaian standar kompetensi c. Materi diklat d. Metode dan teknik penyampaian e. Peserta Diklat f. Widyaiswara g. Proses pembelajaran h. Sarana dan prasarana Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi diklat, pimpinan lembaga diklat harus memiliki komitmen yang kuat untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat. Komitmen ini dapat ditunjukkan dengan melakukan dua proses monitoring dan evaluasi yaitu internal dan eksternal pengawasan dan evaluasi diklat. Pengawasan dan evaluasi internal dapat dilakukan dengan menunjuk pengawas (assessor) yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan diklat. Pengawasan secara eksternal dilakukan dengan mengijinkan pengawas dari instansi Pembina (LAN) untuk melakukan kunjungan pengawasan (monitoring visit) terhadap proses pembelajaran diklat. Kedua proses ini mengarah pada encapaian kualitas pembelajaran diklat yang tinggi. Dengan melakukan pengawasan dan evaluasi yang tepat, kita berharap bahwa kualitas penyelenggaraan diklat menuju peningkatan kompetensi aparatur akan terus meningkat. Yang terpenting adalah harus ada komitmen antara pengawas, evaluator, dan pejabat structural baik dari penyelenggara maupun instansi Pembina. 15

16 E. Koordinasi Pemerintah Daerah Koordinasi merupakan usaha penyatuan kegiatan satuan kerja atau unit-unit yang ada dalam organisasi, agar organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya (Handayaningrat, 2004). Koordinasi merupakan salah satu prinsip organisasi yang harus dilaksanakan, karena semua kegiatan organisasi perlu dikoordinasikan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran tugas dan tanggung jawab. Koordinasi merupakan syarat mutlak untuk menjamin agar semua kegiatan dalam organisasi dapat berjalan dengan harmonis dan efisien. Sehingga di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk provinsi dipimpin oleh Gubernur dan kabupaten/kota dipimpin oleh Bupati/Walikota untuk melaksanakan koordinasi dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tugas dan wewenang Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi sebagaimana dilansir pada Undang- Undang nomor 12 tahun 2008 adalah: 1. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 2. Koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintahan di Daerah provinsi dan Kabupaten/Kota; 3. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelegaraan tugas pembantuan di Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Disamping itu apabila terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar Kab/Kota dalam satu provinsi, Gubernur berkewajiban untuk menyelesaikan perselisihan dimaksud sebagaimana yang di amanatkan dalam 16

17 Undang-Undang nomor 12 tahun Koordinasi pemerintahan dilaksanakan pada tingkat nasional, regional, provinsi, kabupaten/kota dan desa secara berkala dan dilaksanakan antar susunan pemerintahan yang terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. Koordinasi tingkat nasional dan regional dilaksanakan oleh kementerian sesuai dengan fungsi dan kewenangannya dan dikoordinasikan dengan menteri ( UU nomor 12 tahun 2008). Sedangkan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dengan PP 45 tahun 2008 antara lain : 1. Pembinaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan pemerintahan daerah. 2. Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah 3. Pembinaan yang dilaksanakan Pemerintah meliputi : a. Koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; b. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; c. Pemberian bimbingan, supervisi,dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan d. Pendidikan dan Pelatihan; dan e. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan. F. Pembinaan Kediklatan Dengan adanya Peraturan Pemerintah 101/2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil, telah menempatkan diklat dalam posisi yang strategis. 17

18 Diklat bukan semata-mata sebagai bagian dari manajemen kepegawaian, diklat juga merupakan bagian integral dari sistem pembinaan penyelenggaraan pemerintah daerah. Pembinaan kediklatan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan atau Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan diklat, sejalan itu, maka terdapat 3 (tiga) aspek pembinaan diklat : 1. Substansi diklat; 2. Prosedur dan mekanisme diklat; 3. Tenaga kediklatan Koordinasi kediklatan merupakan pengaturan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang bertujuan untu menjamin keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan dalam satu tingkat pemerintahan dan antar tingkat pemerintahan dalam penyelenggaraan diklat di daerah. Kediklatan antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dikoordinasikan oleh provinsi. Kediklatan antar provinsi dengan kab/kota lebih dari satu provinsi dan antar provinsi dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2008, pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi : 1. Koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan 2. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan 3. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan; 4. Pendidikan dan pelatihan; 18

19 5. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan. Bentuk-Bentuk Koordinasi : 1. Asistensi yaitu koordinasi dalam bentuk bantuan kediklatan, seperti: penyelenggaraan, program, tenaga pengajar, modul dsb. 2. Supervisi, yaitu koordinasi dalam bentuk bantuan kajian, monitoring dan evaluasi. 3. Konsultasi, yaitu koordinasi dalam bentuk bantuan ide, gagasan dan konsep guna menyelesaikan suatu masalah. Koordinasi dilakukan sesuai dengan jenjang dan susunan antar pemerintahan, oleh karena itu terdapat 2 (dua) mekanisme koordinasi yaitu : 1. Koordinasi berjenjang (vertikal) yang dilakukan secara terstruktur dari kabupaten/kota ke Provisi dan kemudian diteruskan ke Pemerintah Pusat secara timbal balik. 2. Koordinasi fungsional (horisontal) merupakan koordinasi yang dilaksanakan dalam satu tingkatan pemerintahan sebagai berikut : a. Pada tingkatan pemerintahan kabupaten/kota (antar unit/lembaga dalam satu kabupaten/kota); b. Pada tingkatan pemerintahan provinsi (antar unit/lembaga provinsi); c. Pada tingkatan Pemerintah pusat (antar kementerian) G. Implementasi Kerjasama Kediklatan Implementasi pelaksanaan kediklatan memerlukan kualitas PNS yang memiliki kompetensi dan keprofesioanalan dalam bidangnya masing-masing. Melihat kenyataan ini PNS sebagai abdi negara sekaligus aparatur pemerintah dituntut 19

20 meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik secara terus menerus. Salah satu upaya peningkatan tersebut dilakukan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi PNS. Dalam pelaksanaan tugas-tugasnya Gubernur dibantu oleh Lembaga Teknis Daerah dan Dinas Daerah yang merupakan lembaga teknis daerah sebagai unsur pendukung tugas Kepala Daerah. 1. Kondisi Saat Ini Kondisi saat ini belum terlaksananya koordinasi dan kerjasama kediklatan yang optimal, baik dalam internal provinsi maupun antara provinsi dengan kab/kota. Berbicara masalah koordinasi tidak semudah membalik telapak tangan karena mudah di ucapkan namun dalam pelaksanaan sering tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terjadi apabila melaksanakan diklat prajabatan baik golongan I, II dan III maupun diklat pim IV dan III harus dikerjasamakan dengan badan diklat yang terakreditasi dalam bentuk pola kemitraan namun didalam pelaksanaannya sering terjadi setelah ada pola kemitraan tidak ada tindak lanjutnya. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama baik antara Diklat Provinsi, kabupaten dan kota. Hal koordinasi dan kerjasama perangkat daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat penting dan perlu kita perhatikan bersama mengantisipasi perubahan struktur organisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 84 tahun 2000 menjadi struktur yang berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 yang tentunya banyak terjadi perampingan misalnya saja jumlah jabatan struktural berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 84/2000 berjumlah ±1209 jabatan struktural akan menjadi 965 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 41/2007 jadi akan dikurangi 244 jabatan struktural dan akan terjadi biro yang dulunya 20

21 10 akan menjadi 9 biro dan dinas dulunya 17 akan menjadi 15 dinas dan seterusnya. Hal ini tentu personil yang kena perampingan tersebut diarahkan kejabatan fungsional. Berkaitan dengan jabatan fungsional tersebut yang dibutuhkan 3510 jabatan fungsional yang sudah ada 1237 jabatan fungsional, masih terjadi kekurangan untuk mengisi kekurangan ini terdapat kendala-kendala antara lain persyaratan jabatan fungsional terlalu ketat dan faktor usia disamping tidak mempunyai kompetensi. Hal ini apabila tidak sedini mungkin diantisipasi dengan melakukan koordinasi dan kerjasama yang baik khususnya dalam bidang kediklatan dengan instansi-instansi terkait akan menimbulkan masalah baru lagi. 2. Kondisi Yang Diharapkan Kondisi Kediklatan yang diharapkan adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan instansi terkait baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota, maka perlu adanya komitmen bersama dengan pelaksanaan tugas secara profesional dan bisa dilaksanakan melalui rapat-rapat koordinasi atau kerjasama baik ditingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota b. Meningkatkan koordinasi badan diklat provinsi dengan daerah pihak lain melalui pembinaan jejaring kerja dalam pengelolaan program kediklatan c. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung diklat sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya aparatur dengan dana yang memadai d. Meningkatkan kepercayaan lembaga diklat provinsi terhadap lembaga diklat kabupaten/kota melalui penyelenggaraan diklat mengikuti 21

22 prosedur, mekanisme penyelenggaraan diklat dengan meningkatkan koordinasi dan kerjasama. e. Melalui kewenangannya lembaga diklat hendaknya melakukan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah akan dapat mendukung kegiatan kediklatan f. Diklat diharapkan kedepannya dapat menghasilkan lulusan out put yang mampu bekerja secara profesional dibidang tugasnya masing-masing. H. Kesimpulan 1. Kualitas diklat akan sangat menentukan kompetensi aparatur yang ada yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja aparatur. 2. Koordinasi mutlak harus dilaksanakan, karena semua kegiatan organisasi harus dikoordinasikan untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran tugas dan tanggung jawab 3. Koordinasi kediklatan merupakan pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk menjamin keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan dalam satu tingkat pemerintahan dan antar tingkat pemerintahan dalam penyelenggaraan diklat di daerah. Daftar Pustaka Buku : AQF, 2005, Handbook of Qualification Framework. Chelimsky, E and Shadish, W.R., 1997, Evaluation for 21th Century: A handbook, Thousand Oaks Sage. Handayaningrat, Soewarno, Drs., 2004, Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta LAN RI, 2009, Bahan Diklat bagi Pengelola Diklat: Evaluasi Diklat, LAN, Jakarta Purwanto dan Atwi Suparman, 1999, Evaluasi Program Diklat, STIA LAN Press, Jakarta 22

23 Simpson John & Edmund Weiner, 1989, Oxford English Dictionary. United Kingdom: Oxford University Press. Sri Wahyuni, M.Pd, 2013, Website bkddiklat.ntbprov.go.id Suparman, R., 2010, Model Program Pengembangan Karir Pegawai Berbasis Diklat Pada Pusat Kajian dan pendidikan dan Pelatihan Aparatur I Lembaga Administrasi Negara. Jurnal Diklat Aparatur. Volume 6: Nomor 2 : 2010, PKP2A I LAN, Bandung. Syahroni, HR, Drs, 2002, Koordinasi Kepemerintahan, Pustaka Pelajar, Jakarta UNDP, 1997, Governance for Sustainable Development- A Policy Document, UNDP, New York. Zulfikar, 2008, Optimalisasi Penyelenggaraan Diklat Prajabatan dalam Upaya Membentuk Kompetensi Kerja Pegawai Negeri Sipil, dalam Jurnal Diklat Aparatur, Volume 4, Nomor 1, PKP2A I LAN, Bandung Dokumen : Undang Undang 43/1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian Badan Kepegawaian Republik Indonesia Undang Undang 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Undang-Undang 12/2008 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah 101/2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah 45/2008 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Peraturan M enpan 14/2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Akses Internet : Website BKD dan Diklat Provinsi NTB : ( diserahkan ke Tim Editor Website BKD dan Diklat Provinsi NTB tanggal 26 Maret 2014). 23

DIKLAT DAN MENTAL BIROKRASI 1

DIKLAT DAN MENTAL BIROKRASI 1 DIKLAT DAN MENTAL BIROKRASI 1 oleh Drs. Faris Ihsan, M.Si 2 Abstraksi Diklat Prajabatan merupakan diklat yang harus ditempuh oleh setiap Calon Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat menjadi Pegawai Negeri

Lebih terperinci

PERAN WIDYAISWARA DALAM PENYELENGGARAAN DIKLAT PNS 1

PERAN WIDYAISWARA DALAM PENYELENGGARAAN DIKLAT PNS 1 PERAN WIDYAISWARA DALAM PENYELENGGARAAN DIKLAT PNS 1 Oleh Drs. Faris Ihsan. M.Si 2 Abstraksi Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang

Lebih terperinci

PERANAN WIDYAISWARA PADA DIKLAT PNS

PERANAN WIDYAISWARA PADA DIKLAT PNS PERANAN WIDYAISWARA PADA DIKLAT PNS Oleh H. ABDUL AZIS,SH.MH Abstraksi Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBINAAN APARATUR PEMERINTAH

MANAJEMEN PEMBINAAN APARATUR PEMERINTAH MANAJEMEN PEMBINAAN APARATUR PEMERINTAH oleh H. ABDUL AZIS,SH.MH Abstraksi Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi aparatur dapat jadikan sebagai treatment bagi optimalisasi kinerja organisasi. Kebijakan

Lebih terperinci

DIKLAT DAN KOMPETENSI BIROKRASI 1

DIKLAT DAN KOMPETENSI BIROKRASI 1 DIKLAT DAN KOMPETENSI BIROKRASI 1 oleh Drs. Faris Ihsan, M.Si 2 Abstraksi Dalam era yang penuh tantangan aparatur dituntut menjadi profesional. Dalam pelaksanaan pengembangan SDM guna mencapai tujuan di

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI APARATUR PEMERINTAH. oleh H. Abdul Azis.SH.MH. Abstraksi

PENINGKATAN KOMPETENSI APARATUR PEMERINTAH. oleh H. Abdul Azis.SH.MH. Abstraksi PENINGKATAN KOMPETENSI APARATUR PEMERINTAH oleh H. Abdul Azis.SH.MH Abstraksi Dalam pelaksanaan peningkatan kompetensi aparatur pemerintah harus melibatkan lembaga diklat, tenaga widyaisara dan peserta

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DIKLAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI APARATUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DIKLAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI APARATUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DIKLAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI APARATUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 Oleh SRI WAHYUNI, M.Pd. 2 Abstract The effort to improve the training quality have recently

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui pembangunan manusia melalui berbagai sektor, yang dilaksanakan melalui upaya peningkatan sektor pendidikan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) Oleh: Suradi Widyaiswara Madya Balai DiklatPim Magelang Abstrak: Undang-undang ASN mendorong dan memotivasi setiap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 198, 2000 KEPEGAWAIAN.PENDIDIKAN DAN LATIHAN.JABATAN. Pegawai Negeri Sipil. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 09 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA JAKARTA 2011 PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 43/KEP/2001 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 43/KEP/2001 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 43/KEP/2001 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 20 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT 1 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2010 T E N T A N G PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR POLA SATU PINTU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 08 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 08 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI

Lebih terperinci

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Indonesia Nomor 3890);

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.448, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Penyelenggaraan. Pendidikan. Pelatihan. Teknis. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA JAKARTA 2008 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR SIPIL NEGARA POLA SATU PINTU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan No.1114, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Akreditasi. Lembaga Diklat Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI

Lebih terperinci

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU 31 IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU 4.1. Profil UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (UPT Diklat) adalah

Lebih terperinci

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta

Lebih terperinci

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pengembangan kapasitas pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan dan pemberdayaan publik pada UPT Provinsi Riau disusun bersasarkan hasil analisis terhadap

Lebih terperinci

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam PP ini yang dimaksud dengan : 1. Pendidikan dan pelatihan jabatan PNS yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN SERTIFIKASI AUDITOR APARAT PENGAWASAN INTERN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2017 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN/ATAU PELATIHAN DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA JAKARTA 2011 PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD

DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD bayuhtab@gmail.com 29 Januari 2016 Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat Lembaga Administrasi Negara INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI 3 (tiga) jenis kompetensi

Lebih terperinci

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II DESKRIPSI PUSDIKLAT KEMENTERIAN AGAMA 2.1. Sejarah Pusdiklat Kementerian Agama Sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan kepemeritahan yang baik diperlukan

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, email: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO 1 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 12 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat (1)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAl NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAl NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAl NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III Drs. M. Jani Ladi Drs. Emma Rahmawiati, M.Si Drs. Wahyu Hadi KSH, MM Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006 Hak Cipta Pada : Lembaga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri; GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Program merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan

Program merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Program merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Paragraf 1 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Paragraf 1 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian BAB XXIX BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 576 Susunan Organisasi Badan Pendidikan dan Pelatihan, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris, membawahkan: - 697 -

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA YANG DIBENTUK DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN POLA KEMITRAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1847, 2015 KEMENHAN. Pegawai. Diklat. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 2014 TENTANG PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEARSIPAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEARSIPAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEARSIPAN Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta 2009 DAFTAR ISI Halaman 1. Daftar

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pendekatan analisis SWOT yang telah dilakukan pada pembahasan terdahulu dalam upaya memperkuat kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1504, 2014 BPKP. Pendidikan dan Pelatihan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Proses pengembangan SDM Aparatur di dinas Provinsi Jawa Barat belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pengembangan profesionalisme dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan mutu pendidikan LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan tupoksinya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 2013, No.1242 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEDOMAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH 1 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH Oleh: Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin, M.Pd. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Padang. Abstrak: Pengawas sekolah salah satu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM

PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM Oleh : Darius Agung Prata Widyaiswara Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Dalam rangka mengembangkan kompetensi sumber

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Kp. Dadapan RT.06/RW.07, Desa Jatikuwung, Kec. Gondangrejo Kab. Karanganyar, Prov. Jawa Tengah Indonesia Telp. +62 0271 8502888; +62 0271 8502999;

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT BAB II TINJAUAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2.1 Gambaran Umum Instansi Sejalan dengan ditetapkannya PP 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan guna mendorong tercapainya

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA GUBERNUR KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN HUBUNGAN KEMITRAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN HUBUNGAN KEMITRAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN HUBUNGAN KEMITRAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi merupakan sebuah lembaga dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Keberhasilan suatu organisasi antara lain ditentukan oleh kemampuan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi selain menuntut adanya perubahan kelembagaan dan ketatalaksanaan, juga mengharuskan terwujudnya

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci