PENEGAKAN HUKUM OLEH PENYIDIK KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING DALAM PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL DI KANTOR IMIGRASI KLAS I PADANG
|
|
- Benny Deddy Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENEGAKAN HUKUM OLEH PENYIDIK KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING DALAM PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL DI KANTOR IMIGRASI KLAS I PADANG Dian Dwi Ningsih 1, Fitriati 2, Yetisma Saini 1 1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta 2 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Taman Siswa diandwiningsih02@yahoo.co.id Abstract Globalization area allows foreign nationals into the territorry of Indonesia in various interests such as tourism, social visits, bussiness and human smuggling, it is necessary for law enforcement especially in the field of immigration law enforcement against abuse of a residence permit as set in the law No. 6 of 2011 about Immigration. Formulation of the problem 1. How the implementation of the rule of law by investigating the immigration of the foreigners in the abuse of a residence permit at immigration office Class I Padang? 2. What are the constraints that are found by investigators immigration office Class I Padang? This research method is a juridical sociological. Data sources are primary data and secondary data. Data were analyzed qualitatively. The results showed 1. Implementation of law enforcement against abuse of residence is less effective because the action has not been done pro justicia. 2. Constrainst faced by investigators immigration is : a) Constrainst in terms of law enforcement are very limited b) Means of transport infrastructure funding adequate c) Foreign citizens are not aware of legislation Indonesia. Key Words : Establishment, Law, Immigration, Residence Permit Pendahuluan Zaman globalisasi mendorong tertariknya warga negara asing masuk ke wilayah Indonesia dalam berbagai kepentingan untuk berkunjung, berwisata maupun untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik, dan kemajuan teknologi informasi, komunikasi, transportasi memudahkan pergerakan manusia sehingga memunculkan terjadinya arus migrasi antar negara yang sangat signifikan. Untuk menjamin tata pengawasan dan tata pelayanan masuk keluarnya orang di wilayah Indonesia di atur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Terjadinya peningkatan arus migrasi antar negara dapat memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dampak positif antara lain seperti modernisasi masyarakat, penanaman modal asing mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Sedangkan dampak negatif berupa timbulnya ancaman terhadap pembangunan itu sendiri,banyaknya terjadi arus imigran gelap, penyelundupan orang,perdagangan anak dan meningkatnya sindikat-sindikat 1
2 internasional di bidang terorisme, narkotika, pencucian uang dan lain-lain. Warga Negara Asing (WNA) yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian di laksanakan berdasarkan prinsip yang selektif yang artinya dalam rangka mewujudkan prinsip selektif di lakukan pengawasan terhadap orang asing di Indonesia meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamananan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadaprakyat,maupun negara kesatuan RI yang di izinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia. yang diberikan terhadap warga negara asing untuk berada di wilayah Indonesia disebut dengan Tinggal. Menurut Pasal 1 ayat (21) Undang-Undang Keimigrasian, tinggal adalah izin yang diberikan kepada orang asing oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di Wilayah Indonesia. Pada dewasa ini sering terjadi tindak pidana keimigrasian yang berkaitan dengan izin tinggal bagi warga negara asing. Tindak Pidana keimigrasian yang berkaitan dengan izin tinggal tersebut disebut juga penyalahgunaan izin tinggal di wilayah negara Indonesia. Meskipun dalam Undang-undang Keimigrasian telah memberikan sanksi pidana yang tegas tetapi tindakan ini tetap dilakukan oleh warga negara asing tersebut. Pelaku tindak pidana penyalahgunaan izin tinggal dapat dijatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan pidana dalam Pasal 122 huruf a Undangundang Keimigrasian yang berbunyi Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (lima ratus juta rupiah) Setiap orang asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian izin tinggal yang diberikan kepadanya. Penegakan Hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan izin tinggal di lingkungan keimigrasian dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Keimigrasian selanjutnya disebut sebagai PPNS Keimigrasian. PPNS Keimigrasian ini menurut Pasal 1 ayat (8) Undangundang Keimigrasian adalah pejabat imigrasi yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian. PPNS Keimigrasian diberi wewenang 2
3 sebagai penyidik tindak pidana keimigrasian yang dilaksanakan sesuai ketentuan undang-undang ini. Penegakan hukum terhadap pelaku penyalahgunaan izin tinggal PPNS Keimigrasian dapat berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum dalam negeri yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, Badan Koordinasi Intelejen Negara, Departemen Pertahanan Keamanan. Pada tingkat penyidikan koordinasi dilakukan dengan penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Koordinasi ini dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan penyidikan. Penyalahgunaan izin tinggal ini dapat di lihat pada kasus 7 orang warga Negara Republik Rakyat China di Kabupaten Solok Selatan yaitu Pai Wei Sheng, Hu Chong, Chen, Liu Jian, Che Xi Hong, Liu, Song Kui, 7 orang warga negara asing tersebut tidak memiliki izin kerja dan sudah bekerja ditambang illegal, Polres dan Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Solok Selatan menyerahkan kasus ini kepada kantor Imigrasi Klas I Padang untuk diperiksa, setelah dilakukan pemeriksaan mereka hanya memiliki Visa Kunjungan dan tidak memiliki Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), jadi dipastikan bahwa mereka illegal. Berdasarkan pemeriksaan, penyidikan warga negara asing tersebut telah melanggar Pasal 122 huruf a Undangundang Keimigrasian, setelah dilakukan penyidikan terhadap 7 warga negara asing tersebut akhirnya mereka di deportasi kenegara asalnya dan di lakukan penangkalan selama 6 bulan oleh kantor Imigrasi Padang. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan penegakan hukum oleh Penyidik Keimigrasian terhadap Warga Negara Asing dalam penyalahgunaan izin tinggal di Kantor Imigrasi Klas I Padang? 2. Apa sajakah kendala-kendala yang ditemukan oleh Penyidik Keimigrasian Kantor Imigrasi klas I Padang dalam penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal? Metodologi Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis sosiologis yaitu penelitian yang menitik beratkan pada penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer. Disamping itu juga dilakukan penelitian terhadap bahan 3
4 kepustakaan hukum untuk mendapatkan data sekunder. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data tersebut diperoleh di lapangan dengan melakukan wawancara dengan 3 orang PPNS Keimigrasian yaitu Bapak Isman Jayadi,Sos Selaku Kasi Pengawasan dan Penindakan dan Bapak Wihadi Sutrisno, A.Md.Im selaku Kepala Sub Seksi Penindakan dan Bapak Ahmad Jeffry, A.Md.Im.,S.H selaku Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian dikantor Imigrasi Klas I Padang. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor Imigrasi berupa data statistik kasus penyalahgunaan izin tinggal di Kota Padang Tahun Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dengan melakukan tanya jawab secara lisan dengan informan. Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara semi terstruktur. Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari bahan kepustakaan atau literatur-literatur yang ada, terdiri dari peraturan perundang-undangan, dokumen dokumen, buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti Analisis data dilakukan secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah suatu cara yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh informan baik secara tertulis maupun lisan, diteliti dan dipelajari secara utuh. kemudian di tarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan penegakan hukum oleh penyidik keimigrasian terhadap warga negara asing dalam penyalahgunaan izin tinggal di kantor imigrasi klas I Padang dapat dilakukan dengan 2 cara: 1. Penegakan hukum secara preventif dilakukan untuk mencegah agar tidak dilakukannya pelanggaran hukum oleh warga masyarakat. Penegakan hukum secara preventif terhadap penyalahgunaan izin tinggal di kantor Imigrasi klas I Padang dilakukan dengan cara pengawasan antara lain : a. Pengawasan Administratif Pengawasan administratif dilakukan melalui Pengawasan orang asing masuk ke wilayah Sumatera Barat dan ketika berada di wilayah Sumatera Barat dengan melakukan penelitian melalui surat-surat atau 4
5 dokumen berupa pencatatan, pengolahan data, penyajian maupun penyebaran informasi secara manual dan elektronik tentang lalu lintas keberadaan dan kegiatan orang asing. b. Pengawasan Lapangan Pengawasan ini dilakukan dengan cara pemantauan, patroli, proses mengumpulkan keterangan terhadap kegiatan WNA di Sumatera Barat. Pengawasan terhadap kegiatan WNA yang telah mendapatkan izin masuk di Sumatera Barat dilakukan dengan cara mengawasi orang asing tersebut melakukan kegiatan apakah sesuai dengan izin keimigrasian yang diberikan kepadanya atau tidak, serta apakah kegiatan yang dilakukannya melanggar aturan hukum dan mengganggu keamanan dan ketertiban umum atau tidak. 2. Penegakan hukum secara represif Penegakan hukum represif dilakukan apabila usaha penegakan hukum preventif telah dilakukan tetapi masih terjadi pelanggaran hukum. Penegakan hukum represif dilakukan dengan melakukan tindakan hukum kepada siapa yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penegakan hukum represif ini dijalankan setelah penyalahgunaan izin tinggal dilakukan dan terbukti telah dilakukannya penyalahgunaan izin tinggal tersebut. penegakan hukum represif yang dilakukan oleh Penyidik keimigrasian di kantor imigrasi kelas I Padang yaitu dengan cara : a. Non Pro justicia Yaitu berupa tindakan administratif keimigrasian. Tindakan administratif keimigrasian yang dilakukan oleh penyidik keimigrasian ini diatur di dalam pasal 75 ayat (2) Undangundang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.Tindakan keimigrasian ini dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut dididuga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau tidak mentaati peraturan perundangundangan. b. Tindakan Pro Justicia Tindakan Pro Justicia adalah tindakan dimana penyelesaian tindak pidana penyalahgunaan izin tinggal ini dilakukan melalui proses sidang pengadilan, namun Tindakan Pro Justicia ini belum pernah dilakukan di kantor Imigrasi kelas I Padang. Proses Pro Justicia belum pernah dilakukan dikarenakan Penyalahgunaan tinggal yang dilakukan oleh WNA tidak berat dan proses penyidikan sampai 5
6 dengan persidangan menghabiskan waktu yang lama sehingga diskresi penyidik keimigrasian lebih efektif dengan penyelesaian administratif keimigrasian. Kendala-kendala Yang ditemukan Penyidik Keimigrasian klas I Padang dalam penegakan hukum terhadap penyalahgunaan tinggal tidak terlepas dari pengaruh jumlah Warga Negara Asing yang berada di daerah wilayah hukum kantor Imigrasi klas I Padang. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut : Tabel I Tinggal Bagi WNA Di Wilayah Hukum Kantor Imigrasi Klas I Padang 2012 s/d 2014 No Tahun Yang Dimiliki Kunjun gan Tinggal Terbatas Tinggal Tetap Sumber: Kantor Imigrasi Klas I Padang, 2014 Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa jumlah Warga Negara Asing yang memiliki izin tinggal yang terdata Kantor Imigrasi Klas I Padang dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir cukup banyak, dengan banyaknya WNA yang berada di wilayah kantor Imigrasi klas I Padang tersebut membuka peluang akan terjadinya Penyalahgunaan izin tinggal dan dari sedemikian WNA yang telah mendapatkan izin tinggal maka yang melakukan penyalahgunaan tinggal dapat di lihat dari tabel berikut: Tabel II Data Penyalahgunaan Tinggal Yang dilakukan Penindakan Keimigrasian (Deportasi) Di Wilayah Hukum Kantor No Tahun Imigrasi Klas I Padang 2012 s/d 2014 Kunjung an Yang Dimiliki Tinggal Terbatas Tingg al Tetap Sumber: Kantor Imigrasi Klas I Padang, 2015 Dari tabel diatas dapat di lihat data WNA yang melakukan penyalahgunaan izin tinggal dari 3 tahun terakhir ini mengalami penurunan ini tidak terlepas dari tugas dan kerja keras Penyidik Keimigrasian dalam melakukan Penegakan 6
7 Hukum Keimigrasian namun dalam menjalankan tugasnya Penyidik Keimigrasian mengalami berbagai kendala dan masalah sehingga penegakan hukum tidak berjalan dengan maksimal. Penyidik Keimigrasian di Kantor Imigrasi Klas I Padang mengatakan ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap Penyalahgunaan tinggal antara lain : 1. Jumlah Personil Terbatas Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Keimigrasian di kantor wilayah Imigrasi klas I Padang sangat terbatas. Pada saat ini hanya 7 orang yang ditempatkan sebagai Penyidik Keimigrasian (PPNS) dengan sedikitnya jumlah PPNS keimigrasian tersebut berbanding terbalik dengan wilayah kerja dan tempat-tempat yang akan dilakukan Pengawasan dan Penindakan yang begitu luas meliputi 7 Kabupaten dan 4 Kota, sehingga dalam melakukan proses penegakan hukum apabila dilakukan pengawasan dan penindakan kepada WNA yang diduga melakukan penyalahgunaan tinggal sulit dilakukan. Selain itu biasanya daerah tempat tinggal dan kerja WNA sulit dijangkau hal ini disebabkan karena WNA tersebut bekerja sebagai penambang dalam hutan yang jauh dari Kota dan Akses darat dengan kendaraan bermotor menuju daerah tersebut tidak tersedia dengan baik. Kadang kala para PPNS Keimigrasian harus menempuh daerah tersebut dengan menyeberangi sungai maupun laut. 2. Kendala Dari Sarana dan Prasarana Penyalahgunaan tinggal yang terjadi kebanyakan ditempat-tempat yang jauh dari kota padang sehingga menyulitkan Penyidik Keimigrasian dalam sarana dan prasarana yang kurang memadaiuntuk digunakan sebagai pendukung tugas pelaksanaan akan mengakibatkan upaya pengawasan dan penindakan penyalahgunaan tinggal tidak berjalan dengan baik. Sarana dan prasarana yang dimaksud disini salah satunya dapat di lihat dari sarana dan prasarana serta transportasi yang digunakan. Dengan daerah/medan tempat beradanya WNA sulit ditempuh itu dibutuhkan alat transportasi yang mampu membantu Penyidik keimigrasian dan petugas imigrasi agar sampai menuju daerah tersebut. Alat transportasi itu seperti mobil yang mampu melewati jalan yang jelek serta dapat mengarungi sungai. Pada saat ini di lihat faktanya alat transportasi yang mendukung seperti itu belum terpenuhi dengan baik. 7
8 3. Kendala Dari Warga Negara Asing Warga Negara Asing yang berada di Indonesia tidak mengetahui peraturan perundang-undangan Indonesia Peraturan bertujuan untuk menertibkan masyarakat dan apabila peraturan itu tidak diketahui maka fungsi mengatur dan memaksa dari peraturan itu menjadi tidak terlaksana. Warga negara asing yang berada di Indonesia ini mereka tidak mengenal bagaimana peraturan perundangundangan yang ada di Indonesia. WNA itu menganggap dengan mereka bekerja tidak sesuai izin yang mereka peroleh itu bukanlah suatu masalah yang penting sehingga tetap mereka lakukan hal tersebut. Padahal kenyataannya adalah mereka bekerja dengan melanggar peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Penutup Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian yang telah penulis lakukan di Kantor Imigrasi Klas I Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh Penyidik Keimigrasian tehadap warga negara asing dalam penyalahgunaan izin tinggal di kantor Imigrasi klas I Padang kurang efektif karena selama ini penegakan hukum yang diterapkan adalah secara represif yaitu dengan cara non pro justicia berupa tindakan administratif keimigrasian yang salah satunya pendeportasian. Hal ini dikarenakan mengingat adanya upaya hukum banding, kasasi, atau grasi yang dijatuhkan kepada warga negara asing apabila di tempuh dengan cara pro justicia, tindakan ini tentu membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi, mengingat dana operasional dari negara sangat terbatas. 2. Kendala-kendala yang ditemukan oleh penyidik keimigrasian kantor Imigrasi klas I Padang dalam penegakan hukum terhadap penyalahgunaan izin tinggal ditemui beberapa a. Kendala dari segi petugas/pejabat imigrasi b. Kendala dalam segi sarana dan prasarana transportasi c. Kendala Dari Warga Negara Asing yang tidak mengetahui peraturanperundang-undangan Indonesia khususnya keimigrasian. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan, Penegakan hukum keimigrasian terhadap penyalahgunaan izin tinggal untuk kedepannya pihak imigrasi yaitu Penyidik Keimigrasian harus melakukan tindakan pro justicia, agar terciptanya tertib hukum sehingga memberikan efek jera bagi yang melakukan pelanggaran dalam ruang 8
9 lingkup keimigrasian. Seharusnya Pemerintah lebih meningkatkan lagi fasilitas, sarana dan prasarana serta kesejahteraan bagi para pegawai dan menambah jumlah Penyidik keimigrasian di Kantor Imigrasi klas I Padang. Daftar Pustaka A. Buku-buku Barda Nawawi arief, 2005, Beberapa Aspek Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana, Cipta Aditya Bakti, Bandung. Bambang Sunggono, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Heri Tahir, 2010, Proses Hukum Yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, LaksBang Pressindo, Yogyakarta. Imam Bahri, 2013, Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dalam Rangka Pendeportasian Di tinjau dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Vol 1 No 1 (2013). M.Imam Santoso, 2007, Perspektif Imigrasi dalam United Nation Convention, Against Transnasional and Organized Crimes, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta. Muhammad Robiyansah, 2013, Efektifitas Pengawasan Tinggal Tenaga Kerja Asing di Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas I Samarinda, Jurnal Beraja Niti, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Vol 2, No 1 (2013). Muladi (B), 2004, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana Cetakan Kedua, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Romli Atmasasmita, 2011, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta. Sihar Sihombing, 2013, Hukum Keimigrasian Dalam Hukum Indonesia, Nuansa Aulia, Bandung. Siswantoro Sunarso, 2004, Penegakan Hukum Psikotropika, Raja Grafindo Persada, Jakarta Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Persada, Jakarta., 2005, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo,1993, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Yogyakarta. B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-undang Nomor 6 Tahun Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PW Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Prosedur Teknis Pemberian, Perpanjangan, Penolakan, 9
10 Pembatalan dan Berakhirnya Tinggal Kunjungan, Tinggal Terbatas, dan Tinggal Tetap serta Pengecualian dari Kewajiban Memiliki Tinggal. 10
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA MASUK BAGI ORANG ASING DI KANTOR IMIGRASI DENPASAR
AKIBAT HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA MASUK BAGI ORANG ASING DI KANTOR IMIGRASI DENPASAR Oleh : Putu Oka Bayu Aditya Kuntala I Gede Artha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAC
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering terjadi di dalam tindak pidana keimigrasian. Izin tinggal yang diberikan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Republik Indonesia berdasarkan atas hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum keimigrasian di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Ketentuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara. Sebagai sebuah subsistem
Lebih terperinciOleh :Ria Elviana NPM : PembimbingI : I Putu Gede Seputra, SH. PembimbingII :Luh Putu Suryani, SH., MH.
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELANGGAR IZIN TINGGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2011 Oleh :Ria Elviana NPM : 1310121169 PembimbingI : I Putu Gede Seputra, SH. PembimbingII :Luh
Lebih terperinciTINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI TENAGA KERJA ASING DI WILAYAH BALI
TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI TENAGA KERJA ASING DI WILAYAH BALI Oleh : Ni Ketut Yuni Andayani Ni Nyoman Sukerti Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
Lebih terperinciPENDEPORTASIAN ORANG ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN
ISSN 2302-0180 7 Pages pp. 62-68 PENDEPORTASIAN ORANG ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN Gindo Ginting 1, Faisal A Rani 2, Dahlan Ali 3 1) Magister Ilmu Hukum Program Banda Aceh e-mail : gindo_g@yahoo.co.id
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan 17.499 pulau dan luas perairan laut mencapai 5,8 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan peraturan keimigrasian merupakan atribut yang sangat penting dalam menegakkan kedaulatan hukum suatu negara di dalam wilayah teritorial negara yang bersangkutan,
Lebih terperinciKeywords: Surveillance,Visa visit, Abuse, Overstayed ABSTRAK
BENTUK PENGAWASAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI PROVINSI BALI (STUDI KASUS DI KANTOR IMIGRASI KLAS I KHUSUS NGURAH RAI) Oleh Akbar Nugraha Putu Tuni CakabawaLandra Ida
Lebih terperinciEFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sri Sutarwati 1) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta Abstrak Era globalisasi
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA Oleh Ni Nyoman Ulan Yuktatma Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR
PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR oleh Pattun Nababan I Gusti Ngurah Wairocana Edward Thomas Lamury Hadjon Bagian Hukum
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA Oleh: Ni Made Dwita Setyana Warapsari I Wayan Parsa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu-lintas atau hubungan-hubungan
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011
PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN 1 (satu) tahun ~ pidana penjara paling lama Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dengan alat angkutnya yang
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Kewenangan Kantor Imigrasi Kelas II dalam Pengawasan Pelaksanaan Izin Tinggal Warga Negara Asing di Wilayah RI Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Lebih terperinciKEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN
PERAN DAN DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN TAHUN 2016 Undang Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Ketentuan Umum, angka 18 : Visa Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. permasalahan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: menggunakan telepon seluler pada saat berkendara adalah langsung
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan
Lebih terperinciLex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
PEMBERLAKUAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN 1 Oleh : Ridel Parengkuan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentukbentuk tindak pidana
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA
PENEGAKAN HUKUM KEIMIGRASIAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara Indonesia dan untuk mengantisipasinya diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan, baik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya
Lebih terperinciFUNGSIONALISASI HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL. (Jurnal) Oleh: RURI KEMALA DESRIANI
1 FUNGSIONALISASI HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL (Jurnal) Oleh: RURI KEMALA DESRIANI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 1 FUNGSIONALISASI HUKUM PIDANA TERHADAP
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN 1 Abstrak : Kendala-kendala yang dihadapi petugas imigrasi dalam melakukan pengawasan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN I. UMUM Dalam memasuki milenium ketiga, yang ditandai dengan bergulirnya globalisasi di seluruh sektor kehidupan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi telah dicabut dan diganti terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas mengenai apa yang menjadi latar belakang permasalahan dengan menyajikan data-data sekunder tentang jumlah penghuni dan jumlah pendeportasian pada Rumah Detensi Imigrasi
Lebih terperinciIMPLEMENTATION OF PROVISION OF LEGAL ASSISTANCE FREE OF CHARGE TO DEFENDANT IN COURT KLAS IA PADANG.
IMPLEMENTATION OF PROVISION OF LEGAL ASSISTANCE FREE OF CHARGE TO DEFENDANT IN COURT KLAS IA PADANG Mila Artika 1, Syafridatati 1, Yetisma Saini 1 1 Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung
Lebih terperinciOleh. Roberta Kristine. Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi. Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
KEWENANGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA PROVINSI BALI DALAM PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS BAGI WARGA NEGARA ASING SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL Oleh Roberta Kristine Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474]
UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 48 Setiap orang yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan oleh Pejabat
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas maka penulis mengambil kesimpulan: sering jadi pertimbangan khusus di mana penerapan sanksi pidana
55 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis di atas maka penulis mengambil kesimpulan: 1. Penerapan hukum yang berupa sanksi pidana terhadap WNA yang menjadi pengedar psikotropika yang tertangkap
Lebih terperinciBAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Tentang Deportasi Deportasi suatu istilah pinjaman berasal dari bahasa Inggris deportation
Lebih terperinciNOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG
PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA
Lebih terperinciNOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciIndeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
Copyright 2002 BPHN UU 9/1992, KEIMIGRASIAN *7973 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 9 TAHUN 1992 (9/1992) Tanggal: 31 MARET 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/33; TLN NO.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara
Lebih terperinciJURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014
JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Dalam kenyataannya tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup saling
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciJURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN
JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN Diajukan oleh : GERRY PUTRA GINTING NPM : 110510741 Program Studi : Ilmu Hukum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk atau ke luar wilayah
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam. Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU : Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008. Achmad Rivai, Penemuan Hukum oleh Hakim : dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJAPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciNOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN (Studi Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung)
1 ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN (Studi Wilayah Hukum Polresta Bandar ) Dani Aji Nugraha, Eko Raharjo, Rinaldy Amrullah. Program Studi
Lebih terperinciNo Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5346 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 187) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya
Lebih terperinciANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTISI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36
Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36 KEBIJAKAN KRIMINAL PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI Oleh : Aprillani Arsyad, SH,MH 1 Abstrak Penyalahgunaan Bahan Bakar
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN
UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN BAMBANG HARTONO Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung, Jl. ZA Pagar Alam No. 26 Bandar Lampug Abstract Relation Bilateral and also multilateral
Lebih terperinciKEWENANGAN MELAKUKAN DISKRESI OLEH PENDAHULUAN PENYIDIK MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2002 A.
KEWENANGAN MELAKUKAN DISKRESI OLEH PENYIDIK MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN 1 Oleh : Revico Patroli 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejahtera, dan merata secara materil dan spiritual berdasarkan pancasila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, dan merata secara materil dan spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Penegakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I Made Sugiarta Nugraha I Wayan Parsa I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciSKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG
SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk menjamin ketertiban dan kelancaran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)
POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING) A. Pendahuluan Wilayah perairan Indonesia yang mencapai 72,5% menjadi tantangan besar bagi TNI
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF
PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF Oleh I Komang Wijana I Nyoman Mudana Bagian Hukum Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana, tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN
1 PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2000 Oleh Desak Nyoman Oxsi Selina Ibrahim R I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,
Lebih terperinci1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor
Lampiran1: Catatan Kritis Terhadap RKUHP (edisi 2 Februari 2018) 1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Serupa dengan semangat penerapan pidana tambahan uang pengganti, pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. (Skripsi) Oleh BEKI ANTIKA
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA (Skripsi) Oleh BEKI ANTIKA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 ABSTRAK UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu masalah yang ada di dalam kehidupan masyarakat, baik dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang berbudaya modern
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI
20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan
41 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Cara Polda DIY Dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengawasan 2. 1. 1 Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian suatu tujuan manajemen. Pengawasan merupakan suatu kegiatan
Lebih terperinciPP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 31 TAHUN 1994 (31/1994) Tanggal: 14 OKTOBER 1994 (JAKARTA) Sumber: LN 1994/54; TLN NO. 3562 Tentang:
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYELENGGARA JALAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA Oleh : Suyatna
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYELENGGARA JALAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA Oleh : Suyatna Abstrak Pertanggungjawaban pidana penyelenggara jalan dalam kecelakaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana 1. Penegakan hukum Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma.
68 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan oleh penulis dalam BAB II, maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Lebih terperinciOleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana
KEDUDUKAN HUKUM ANGKUTAN PRIBADI YANG DIPERGUANKAN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UDNANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5409 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 68) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciUU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;
Lebih terperinciARTIKEL. EKSEKUSI PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA PADA PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Perkara Pada Kejaksaan Negeri Kota Padang)
ARTIKEL EKSEKUSI PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA PADA PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Perkara Pada Kejaksaan Negeri Kota Padang) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Lebih terperinci