PROGRAM KAMPUNG IKLIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM KAMPUNG IKLIM"

Transkripsi

1 PROGRAM KAMPUNG IKLIM BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SLEMAN 2015

2 KATA PENGANTAR Penyusunan Buku Program Kampung Iklim ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai pengertian, tujuan dan sasaranya. Agar dapat dipahami, kemudia yang terpenting adalah penerapannya di lapangan. Selain itu, juga ditampilkan profil beberapa Dusun/Padukuhan yang telah menerapkan Program Kampung Iklim, dengan harapan tentunya dapat sebagai contoh, referensi dan acuan untuk diterapkan di tempat lain. Dengan semangat cinta lingkungan, ke depan kita dapat menjadikan lingkungan yang kita tempati sejuk, nyaman, aman dan menyehatkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan buku ini. Akhirnya, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran juga sangat diharapkan untuk penyempurnaan buku ini. Sleman, Desember 2015 Kepala BLH Kabupaten Sleman Drs. PURWANTO, M.Si. Pembina Utama Muda, IV/c NIP

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PROGRAM KAMPUNG IKLIM... A. PENGERTIAN... B.. TUJUAN... C.. MANFAAT... D. RUANG LINGKUP... PROFIL KAMPUNG IKLIM... A. DUSUN SUKUNAN... B. PERUMAHAN MINOMARTANI C. PADUKUHAN JETHAK II D. PADUKUHAN PAKEM E. PADUKUHAN PENDULAN F. DUSUN KADIROJO G. PADUKUHAN WONOSARI H. HUNTAP BANJARSARI I. PADUKUHAN DAWANGSARI

4 A. PENGERTIAN PROGRAM KAMPUNG IKLIM 1. Kampung adalah wilayah administrasi yang terdiri atas rukun warga, dusun atau dukuh, kelurahan arau desa, dan wilayah administrasi lain yang dipersamakan dengan itu 2. Program Kampung Iklim (Proklim) adalah program berlingkup nasional yang dikelola oelh Kementrian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong masyarakat untuk melakukan peningkatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca serta memberikan penghargaan terhadap upayaupaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilaksanakan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah 3. Adaptasi perubahan iklim adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi. 4. Mitigasi perubahan iklim adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan iklim B. TUJUAN 1. Umum Program Kampung Iklim dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya sehingga seluruh pihak terdorong untuk melaksanakan aksi nyata yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim serta memberikan kontribusi terhadap upaya pengurangan emisi GRK. Hal lain yang diharapkan dapat tercapai melalui pelaksanaan ProKlim adalah: a. Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan adaptasi perubahan iklim, termasuk menjaga nilai-nilai kearifan tradisional atau lokal yang dapat mendukung upaya penanganan perubahan iklim dan pengendalian kerusakan lingkungan secara umum. b. Menjembatani kebutuhan masyarakat dan pihak-pihak yang dapat memberikan dukungan untuk pelaksanaan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

5 c. Meningkatkan kerjasama seluruh pihak di tingkat nasional dan daerah dalam memperkuat kapasitas masyarakat untuk melaksanakan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim d. Menumbuhkan gerakan nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan kegiatan berbasis masyarakat yang bersifat aplikatif, adaptif dan berkelanjutan e. Mengoptimalkan potensi pengembangan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang dapat memberikan manfaat terhadap aspek ekologi, ekonomi dan pengurangan bencana iklim. f. Mendukung program nasional yang dapat memperkuat upaya penanganan perubahan iklim secara global seperti gerakan ketahanan pangan, ketahanan energi, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pencapaian target penurunan emisi sebesar 26% pada tahun 2020 dibandingkan dengan jika tidak dilakukan upaya apapun. 2. Khusus Tujuan Khusus Program Kampung Iklim adalah: a. Mengidentifikasi kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta potensi pengembangannya di tingkat lokal. b. Memberikan pengakuan terhadap aksi lokal yang telah dilakukan masyarakat untuk mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. c. Mendorong penyebarluasan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah berhasil dilaksanakan pada lokasi tertentu untuk dapat diterapkan di daerah lain sesuai dengan kondisi wilayah dan kebutuhan masyarakat setempat. C. MANFAAT Manfaat Program Kampung Iklim meliputi: 1. meningkatnya ketahanan masyarakat dalam menghadapi variabilitas iklim dan dampak perubahan iklim; 2. terukurnya potensi dan kontribusi pengurangan emisi GRK suatu lokasi terhadap pencapaian target penurunan emisi GRK nasional 3. tersedianya data kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta potensi pengembangannya di tingkat lokal yang dapat menjadi bahan masukan dalam perumusan kebijakan, strategi dan program terkait perubahan iklim; 4. tersosialisasinya kesadaran dan gaya hidup rendah karbon; 5. meningkatnya kemampuan masyarakat di tingkat lokal untuk mengadopsi teknologi rendah karbon.

6 D. RUANG LINGKUP Program Kampung Iklim dapat dilaksanakan di pedesaan maupun perkotaan, dengan memperhatikan tipologi wilayah seperti dataran tinggi, dataran rendah, pesisir dan pulau kecil. Program Kampung Iklim mencakup tinjauan terhadap pelaksanaan kegiatan dan aspek: 1. Adaptasi Perubahan Iklim; 2. Mitigasi Perubahan Iklim; 3. Kelompok Masyarakat dan Dukungan Berkelanjutan Uraian kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat dalam kerangka Program Kampung Iklim adalah sebagai berikut: 1. Adaptasi Perubahan Iklim; a. Pengendalian kekeringan, banjir, dan longsor Pemanenan air hujan : embung, penampungan air hujan, lubang penampungan air Peresapan air : biopori, sumur resapan, Bangunan Terjunan Air (BTA), rorak, dan Saluran Pengelolaan Air (SPA) Perlindungan dan pengelolaan mata air : penanaman, membuat aturan, bangunan pelindung Penghematan penggunaan air : penggunaan kembali air, pembatasan penggunaan air Penyediaan sarana dan prasarana pengendalian banjir : pembangunan dan pengaturan bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai, pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder Sistem peringatan dini ( early warning system) : Sistem Peringatan Banjir, jalur evakuasi, pelaporan hasil pemantauan, penyampaian informasi secara cepat dengan alat komunikasi tradisional maupun modern. Rancang bangun yang adaptif : meninggikan struktur bangunan, rumah panggung atau rumah apung Terasering : yang dilengkapi saluran peresapan, saluran pembuangan air, serta tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi dan longsor Penanaman vegetasi b. Peningkatan ketahanan pangan Sistem pola tanam : monokultur dan pola polikultur (tumpang sari, tumpang gilir, tanaman bersisipan tanaman campuran, dan tanaman bergiliran Sistem irigasi/drainase meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia. membangun waduk, waduk lapangan, bendungan bendung, pompa, dan jaringan drainase

7 yang memadai, mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air drainase Pertanian terpadu (integrated farming/mix farming) : menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan sehingga dapat meningkatkan produktifitas lahan dan memperkuat ketahanan pangan. Pengelolaan potensi local : upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan tanaman dan hewan lokal yang dapat mendukung peningkatan ketahanan terutama yang memiliki potensi untuk beradaptasi terhadap kondisi iklim ekstrim Penganekaragaman tanaman pangan sehingga jika terjadi kegagalan panen pada jenis tertentu masih ada jenis tanaman lain yang dapat dipanen Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan : -padi hemat air (model irigasi berselang/bertahap ( intermittent irigation), dan tabela (tanam benih langsung/seeded rice) -Penggunaan pupuk unsur hara mikro misalnya Si -Pengelolaan lahan tanpa bakar (seresah dimanfaatkan untuk pupuk organik dan mulsa -Teknologi minapadi -Precision farming (mengutamakan presisi (ketepatan), seperti tepat waktu, tepat dosis pupuk, dan tepat komoditas -Padi apung -Pertanian organic Teknologi pemuliaan tanaman dan hewan ternak (untuk memperoleh bibit yang secara genetik baik menyeleksi/ hibridasi, mutasi genetic dan rekayasa genetic untuk menghasilkan varietas yang tahan terhadap cuaca ekstrim akibat perubahan iklim seperti panas yang terik, kekeringan, dan hujan angin) Pemanfaatan lahan pekarangan c. Penanganan atau antisipasi kenaikan muka laut, rob, intrusi air laut, abrasi, ablasi atau erosi akibat angin, gelombang tinggim Struktur pelindung alamiah : penanaman vegetasi pantai (seperti ketapang cemara laut, mangrove, dan pohon kelapa), melindungi gumuk pasir serta pengelolaan terumbu karang Struktur perlindungan buatan : memperkuat pantai, mengubah laju transpor sedimen, mengurangi energi gelombang, reklamasi Struktur konstruksi bangunan : rumah panggung Relokasi Penyediaan air bersih: sumur, hidran umum, kran umum dan terminal air

8 Sistem pengelolaan pesisir terpadu : keterpaduan meliputi dimensi sektor, ekologis, hirarki pemerintahan, dan disiplin ilmu Mata pencaharian alternatif : budidaya kepiting dan penggantian spesies ikan yang adaptif terhadap perubahan iklim d. Pengendalian penyakit terkait iklim (demam berdarah, malaria, diare dan penyakit akibat vektor lainnya) Pengendalian vektor : menurunkan populasi vektor serendah mungkin, menghindari kontak masyarakat dengan vector. 3M (menguras, menimbun,menutup) sarang nyamuk, pengendalian perindukan nyamuk dan tikus, memperbaiki lingkungan agar tidak ada genangan air), memasukkan ikan dalam kolam/pot tanaman membentuk Tim Jumantik Sistem kewaspadaan dini : mengantisipasi terjadinya penyakit terkait perubahan iklim seperti diare, malaria DBD. Sanitasi dan air bersih : pasokan air yang bersih dan aman, pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien, perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman, rumah yang bersih dan aman, Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) : mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat dan menggunakan air bersih 2. Mitigasi Perubahan Iklim; a. pengelolaan sampah dan limbah padat, berupa: pewadahan dan pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan, penerapan konsep zero-waste b. Pengolahan dan pemanfaatan limbah cair, meliputi : Domestik : tangki septik dilengkapi dengan instalasi penangkap metana, dan memanfaatkan gas metana sebagai sumber energi baru Industri rumah tangga : IPAL anaerob yang dilengkapi penangkap gas metana c. Penggunaan energi baru, terbarukan dan konservasi energi, berupa Teknologi rendah emisi gas rumah kaca (tungku hemat energi, kompor sekam padi, kompor berbahan bakar biji-bijian non-pangan, lampu biogas, dan briket sampah Energi baru terbarukan (panas bumi, bahan bakar nabati (biofuel), aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas Efisiensi energy: hemat listrik, menggunakan lampu hemat energi (non -pijar), dan memaksimalkan pencahayaan alami.

9 d. Pengelolaan budidaya pertanian : menggunakan pupuk organik, pengolahan biomasa menjadi pupuk, dan model irigasi berselang/bertahap ( intermittent irigation), tidak membakar jerami di sawah dan menghindari proses pembusukan jerami akibat penggenangan sawah e. Peningkatan tutupan vegetasi : Penghijauan, Praktik wanatani/ agroforestri f. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan 3. Kelompok Masyarakat dan Dukungan Berkelanjutan a. Kelompok Masyarakat diakui keberadaannya :Ada ppengurus, Struktur organisasi, Rencana/program kerja, Aturan (AD/ART, aturan adat, aturan kelompok, dll), Sistem kaderisasi b. Dukungan kebijakan : Kearifan lokal dan kebijakan kelompok, Kebijakan desa, Kebijakan kecamatan/ kabupaten/kota c. Dinamika kemasyarakatan : Tingkat keswadayaan masyarakat, Sistem pendanaan, Partisipasi gender d. Kapasitas masyarakat : Penyebarluasan kegiatan adaptasi dan mitigasi ke pihak lain, Tokoh atau pemimpin local, Keragaman teknologi, Tenaga local, Kemampuan masyarakat untuk membangun jejaring e. Keterlibatan pemerintah _ daerah, Propinsi, Pusat, f. Keterlibatan dunia usaha, LSM, dan perguruan tinggi g. Pengembangan kegiatan : Konsistensi pelaksanaan kegiatan dan Penambahan kegiatan h. Manfaat : ekonomi, lingkungann dan pengurangan dampak kejadian iklim ekstrim

10 P R O F I L KAMPUNG IKLIM

11 A. DUSUN SUKUNAN 1. Gambaran Umum Dusun Sukunan berada di Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DIY. Luas Dusun 42 ha, dengan penduduk sebanyak 296 KK atau 858 jiwa. Sebagian penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Tata guna lahan 19,9 ha untuk pemukiman, 14,15 ha berupa persawahan dan 8,95 ha kawasan perkebunan dan fasilitas umum. Dusun Sukunan menjadi Kampung Wisata Lingkungan karena beragam kegiatan yang berbasis lingkungan telah dilaksanakan oleh masyarakatnya antara lain pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Dusun Sukunan berupa dataran rendah hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir ataupun longsor. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah risiko kekeringan di musim kemarau, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Selain itu risiko terjadinya perubahan pola hujan yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang merupakan mata pencaharian penduduk. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. ADAPTASI Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan,banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan secara paripurna dengan rangkaian drum plastik bekas, kolam ikan, taman dan sumur resapan dan dilengkapi chlorine diffuser untuk membunuh bakteri pathogen dalam air seperti E. Coli. Air hujan digunakan untuk mencuci, mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah - Pembangunan embung untuk irigasi, penyimpanan air (konservasi) dan pemeliharaan ikan - Sumur resapan dan lubang resapan biopori di beberapa ruas jalan dusun yang sudah dilengkapi dengan tambahan bak kontrol sebagai penangkap tanah/pasir - Penanaman vegetasi di sebagian kecil areal persawahan dengan pohon kayu - Perlindungan dan pengelolaan mata air dengan penanaman pohon di sekitarnya Embung Biopori PAH SPAH Mata air Kolam

12 Peningkatan ketahanan pangan - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), sayuran dan pohon buahbuahan - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah - Sistem pola tanam dengan sistem legowo, serta sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos - Pengelolaan air untuk pertanian dilakukan dengan sistem pengelolaan berselang Toga Buah-buahan Sawah Pengendalian Vektor Penyakit Pengendalian vektor penyakit melalui pamasangan ovitrap, penerapan PHBS, gerakan kaporisasi dengan menggunakan alat chlorin diffuser buatan sendiri untuk membunuh bakteri pathogen dalam air seperti E.coli, Pemberian ikan di kolam Ovitrap Kolam 4. MITIGASI Perubahan Iklim Pengelolaan sampah dengan 3 R - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, kulit telur, pengolahan sampah styrofoam menjadi bataco, pengolahan pecahan kaca/beling menjadi pot, produksi pembalut wanita reusable ramah lingkungan (sukuno) - Gerakan 3R di masing-masing rumah dan dilokasi fasilitas umum Olah sampah Pilah sampah

13 Pengelolaan air limbah domestik dengan Ipal Komunal - Model urionoir yang dapat mengolah urine manusia menjadi pupuk cair - Limbah cair domestik dan limbah cair home industry tahu-tempe dialirkan ke dalam IPAL komunal dengan metode RBC dan Kontak Aerasi Urionoir Ipal Komunal Pemanfaatan energi terbarukan Operasionalisasi satu unit biogas yang dibangun tahun 2011 (bantuan PPE Regional Jawa) berkapasitas 5 m 3 yang digunakan untuk memasak para peternak Biogas kotoran sapi Hemat energi dan hemat air - Penghematan penggunaan air melalui gerakan showerisasi berbahan pipa PVC yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat sejak tahun Efisiensi energi berupa masyarakat mendesain: kulkas alam berbahan tanah liat, model water heater super hemat yang memanfaatkan panas dari penggunaan kompor, gerakan pemasangan genteng kaca untuk penerangan rumah, dan pembuatan briket bioarang dari sampah sebagai energi alternatif masyarakat Shower Water heater Kulkas alam Genteng kaca 5. Manfaat - Potensi pengurangan emisi GRK dari pengelolaan ternak sapi, kambing dan unggas setara dengan 1,68 ton CO2/tahun. - Potensi pengurangan emisi GRK dari pengurangan 25% pupuk urea yaitu sebesar 0, ton CO2/tahun. - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik desa melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri dan daur ulang serta pengolahan limbah cair dan faces dengan IPAL komunal. - Vegetasi di lingkungan desa terjaga dan - Ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

14 B. PERUMAHAN MINOMARTANI 1. Gambaran Umum Perumahan Minomartani berada di Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY. Luas 6,24 ha, dengan penduduk sebanyak 336 KK atau 1153 jiwa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai pegawai. Warga Perumahan Minomartani telah melakukan beragam kegiatan yang berbasis lingkungan antara lain pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan, pemanfaatan energi surya dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Perumahan Minomartani berupa dataran rendah hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir ataupun longsor. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah risiko kekeringan(penurunan muka air sumur) di musim kemarau, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Selain itu risiko terjadinya perubahan pola hujan dan angin ribut yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman bagi kegiatan warga. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. ADAPTASI Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan,banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan secara paripurna dengan drum plastik, kolam ikan, taman, lubang biopori dan sumur resapan. Air hujan digunakan untuk mencuci, mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah - Sumur resapan dan lubang resapan biopori di beberapa ruas jalan dusun yang sudah dilengkapi dengan tambahan bak kontrol sebagai penangkap tanah/pasir - Penanaman vegetasi di areal permukiman dengan pohon kayu, bambu SPAH Kolam Biopori PAH Vegetasi

15 Peningkatan ketahanan pangan - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), sayuran dan pohon buahbuahan - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah - Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos - Diversifikasi pangan Buah-buahan Sayur-sayuran Pengendalian Vektor Penyakit - Pengendalian vektor penyakit dengan penerapan PHBS, Pembentukan jumantik, pemberian ikan di kolam PHBS Kolam 4. MITIGASI Pengelolaan sampah dengan 3 R - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, - Gerakan 3R di masing-masing rumah dan dilokasi fasilitas umum Olah dan pilah sampah Pengelolaan air limbah domestik dengan Ipal Komunal - Limbah cair domestik dialirkan ke dalam IPAL komunal Ipal Komunal

16 Pemanfaatan energi terbarukan - Pembangkit tenaga listrik tenaga surya (PLTS) untuk penerangan di bank sampah PLTS Hemat energi dan hemat air - Penghematan penggunaan air melalui gerakan showerisasi Shower 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri dan daur ulang serta pengolahan limbah cair dan faces dengan IPAL komunal. - Vegetasi di lingkungan desa terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

17 C. PADUKUHAN JETHAK II 1. Gambaran Umum Padukuhan Jetak II berada di Desa Sidokarto, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, DIY. Menjadi Kampung Wisata Lingkungan karena beragam kegiatan yang berbasis lingkungan telah dilaksanakan oleh masyarakatnya antara lain pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Padukuhan Jethak II berupa dataran rendah hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir ataupun longsor. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah risiko kekeringan di musim kemarau khususnya penurunan muka air sumur, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Selain itu risiko terjadinya perubahan pola hujan yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang merupakan mata pencaharian penduduk. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. ADAPTASI Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan,banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan secara paripurna dengan, kolam ikan, taman, rorak, lubang biopori dan sumur resapan. Air hujan digunakan untuk mencuci, mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah - Penanaman vegetasi di lahan pekarangan dan sebagian kecil areal persawahan dengan pohon kayu Rorak Kolam Penanaman Peningkatan ketahanan pangan - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), sayuran dan pohon buahbuahan - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah, Toga Sayuran

18 - Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos - Diversifikasi pangan Sayuran Sawah Jamu instan Kebun Pengendalian Vektor Penyakit - Pengendalian vektor penyakit dengan penerapan PHBS, pembentukan jumantik, pemberian ikan di kolam Kolam PHBS 4. MITIGASI Pengelolaan sampah dengan 3 R - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, pemanfaatan bekas kelapa muda untuk pot, Olah & pilah sampah Pengelolaan air limbah domestik dengan Ipal Komunal (MCK Plus) - Limbah cair domestik dialirkan ke dalam IPAL komunal dengan sistem MCK Plus dan biogasnya dimanfaatkan untuk pemanas air - Pemanfaatan urin hewan untuk pupuk Ipal Komunal Urin hewan untuk pupuk Pemanfaatan energi terbarukan - Operasionalisasi satu unit biogas dari MCK Plus untuk pemanas air di kamar mandi - Pembuatan minyak dari plastik dan digunakan untuk kendaraan bermotor Biogas MCK Plus Minyak dari plastik

19 Hemat energi dan hemat air - Penghematan penggunaan air melalui gerakan showerisasi - gerakan pemasangan genteng kaca untuk penerangan rumah, 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri dan daur ulang serta pengolahan limbah cair dan faces dengan IPAL komunal. - Vegetasi di lingkungan desa terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

20 D. PADUKUHAN PAKEM 1. Gambaran UmumE. Padukuhan Pakem berada di Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY. Luas Dusun 36,0745 ha, dengan penduduk sebanyak 261 KK atau 800 jiwa. Sebagian penduduk bermata pencaharian sebagai petani.. Warga Padukuhan Pakem telah melaksanakan beragam kegiatan yang berbasis lingkungan antara lain pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga, pemanfaatan lahan pekarangan, pelestarian mata air, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Padukuhan Pakem berupa dataran rendah hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir ataupun longsor. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah angin ribut dan risiko kekeringan (penurunan muka air sumur) di musim kemarau, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Selain itu risiko terjadinya perubahan pola hujan yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang merupakan mata pencaharian penduduk. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. ADAPTASI Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan,banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan secara paripurna dengan kolam ikan, taman, lubang biopori dan sumur resapan. Air hujan digunakan untuk mencuci, mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah - Sumur resapan dan lubang resapan biopori di beberapa ruas jalan dusun yang sudah dilengkapi dengan tambahan bak kontrol sebagai penangkap tanah/pasir - Penanaman vegetasi untuk perindang jalan dan di sebagian areal persawahan dengan pohon kayu - Perlindungan dan pengelolaan mata air dengan penanaman pohon di sekitarnya SPAH Mata air Kolam Vegetasi

21 Peningkatan ketahanan pangan - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), sayuran dan pohon buahbuahan - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah - Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos - Pengelolaan air untuk pertanian dilakukan dengan sistem pengelolaan berselang - Diversifikasi pangan Markisa Sayur dan buah2-an Sirup markisa Toga Jamu Pengendalian Vektor Penyakit - Pengendalian vektor penyakit dengan penerapan PHBS, pembentukan jumantik, pemberian ikan di kolam PHBS Kolam 4. MITIGASI Perubahan Iklim Pengelolaan sampah dengan 3 R - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, pemilahan sampah - Pembentukan bank sampah Pilah sampah Bank sampah

22 Pemanfaatan energi terbarukan, hemat energi dan hemat air - Pembuatan briket arang dari sampah jerami - Penghematan penggunaan air melalui gerakan showerisasi - Gerakan pemasangan genteng kaca untuk penerangan rumah, dan pembuatan briket bioarang dari sampah sebagai energi alternatif masyarakat 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik desa melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri. - Vegetasi di lingkungan desa terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

23 E. PADUKUHAN PENDULAN 1. Gambaran Umum Padukuhan Pendulan terletak di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan dengan luas area 6 Ha. Jumlah penduduk 120 KK atau 545 jiwa, 90 % mempunyai mata pencaharian petani. Sumber air melimpah baik di musim hujan maupun kemarau dengan adanya saluran irigasi di kanan kiri jalan pemukiman Kegiatan yang berbasis lingkungan telah dilaksanakan oleh masyarakat Pendulan antara lain pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Padukuhan Pendulan dataran rendah, hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir, longsor ataupun kekeringan. Resiko terjadinya perubahan pola hujan merupakan salah satu dampak perubahan iklim dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang merupakan mata pencaharian penduduk. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. ADAPTASI Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan, banjir, dan longsor : rurak, saluran pengelolaan air - Model pemanenan air hujan secara paripurna dengan rangkaian kolam ikan, rorak dan taman/perindang. Air hujan digunakan untuk mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah - Penanaman vegetasi di sebagian besar pekarangan penduduk dan hutan di Padukuhan Pendulan sangat berfungsi sebagai penyerap gas rumah kaca Kolam Hutan Rorak Ketahanan Pangan - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), green house, sayuran dan pohon buah-buahan di setiap pekarangan penduduk - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah - Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan Toga, tanaman buah dan warung hidup

24 pupuk organik/ kompos - Saluran pengelolaan air di sepanjang jalan lingkungan membuat Padukuhan Pendulan tidak pernah mengalami kekurangan air Saluran pengelolaan air Pengendalian penyakit terkait iklim Pengendalian vektor penyakit dengan membuat kolam-kolam ikan hampir disetiap pekarangan, penerapan PHBS, dan pembentukan jumantik Kolam ikan 4. Mitigasi Pengelolaan sampah, - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, dan gerakan 3R - Dibentuk bank sampah Pendulan Berseri pada tahun 2014 Bank sampah Jugangan tempat sampah Hemat listrik dan air - Penggunaan tungku hemat kayu - Gerakan pemasangan genteng kaca untuk penerangan rumah - Pemakaian shower di kamar mandi Genteng kaca 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik desa melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri dan daur ulang serta pengolahan limbah cair dan faces dengan IPAL komunal. - Vegetasi di lingkungan desa terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buahbuahan dan sayuran.

25 F. DUSUN KADIROJO 1. Gambaran Umum Padukuhan Kadirojo berada di Desa Margorejo kecamatan Tempel mempunyai luas 20,4 Ha. Jumlah penduduknya 458 jiwa atau 150 KK. Mata pencaharian penduduk sekitar 50 % petani, pedagang 5 %, pegawai 15 %, dan lainnya 30 %. kegiatan yang berbasis lingkungan telah dilaksanakan oleh masyarakat padukuhan Kadirojo antara lain pengelolaan sampah, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Padukuhan Kadirojo dataran rendah, hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir ataupun longsor. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah risiko kekeringan (penurunan muka air sumur)di musim kemarau, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Curah hujan rata-rata 16,2 mm per tahun Resiko terjadinya perubahan pola hujan yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang merupakan mata pencaharian penduduk. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. Adaptasi Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan,banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan dengan, kolam ikan, taman, lubang biopori dan sumur resapan. Air hujan digunakan untuk mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah - Sumur resapan dan lubang resapan biopori di beberapa ruas jalan dusun yang sudah dilengkapi dengan tambahan bak kontrol sebagai penangkap tanah/pasir - Penanaman vegetasi di pekarangan penduduk dan sebagian areal persawahan dengan pohon kayu - Perlindungan dan pengelolaan mata air dengan penanaman pohon di sekitarnya Pengelolaan mata air Penampungan air hujan Biopori Peningkatan ketahanan pangan - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), sayuran dan pohon buah-buahan - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman Hutan Toga

26 tanaman asli daerah - Sistem pola tanam dengan sistem legowo, serta sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos - Pengelolaan air untuk pertanian dilakukan dengan sistem pengelolaan berselang Pemanfaatan pekarangan dan warung hidup Pengendalian penyakit terkait iklim - Pengendalian vektor penyakit dengan penerapan PHBS, pembentukan jumantik, penaburan ikan di kolam PHBS Kolam ikan 4. Mitigasi Perubahan Iklim Pengelolaan sampah - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, dan gerakan 3R Pengelolaan sampah Hemat energi dan hemat air - Penghematan penggunaan air melalui gerakan showerisasi - Efisiensi energi berupa gerakan pemasangan genteng kaca untuk penerangan rumah 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri dan daur ulang. - Vegetasi di lingkungan terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

27 G. PADUKUHAN WONOSARI 1. Gambaran Umum Padukuhan Wonosari mempunyai luas 20 Ha, berada di Desa Bangunkerto Kecamatan Turi. Jumlah penduduk 257 jiwa atau 82 KK dengan matapencaharian 70% petani, 5% di perkebunan, 5 % pedagang dan 205 lain-lain. Warga Wonosari telah melakukan beragam kegiatan yang berbasis lingkungan antara lain pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Padukuhan Wonosari berupa dataran sedang hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir ataupun longsor. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah risiko kekeringan di musim kemarau khususnya menurunnya muka air tanah, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Resiko terjadinya perubahan pola hujan yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang merupakan mata pencaharian penduduk. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. Adaptasi Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan, banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan dengan kolam ikan, taman dan sumur resapan. Air hujan digunakan untuk mencuci, mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah - Penanaman vegetasi di lahan pekarangan penduduk dan sebagian areal persawahan Kolam ikan Pemanfaatan lahan Peningkatan Ketahanan Pangan Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), sayuran dan pohon buah-buahan Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dg pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos Toga+warung hidup

28 Pengendalian Penyakit Terkait Iklim - Pengendalian vektor penyakit dengan penerapan PHBS, pembentukan jumantik, penebaran ikan di kolam Kolam 4. Mitigasi Perubahan Iklim; Pengelolaan sampah - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, dan gerakan 3R di Olah dan pilah sampah Tutupan vegetasi - Vegatasi dipemukiman berupa salak pondoh dan tanaman keras lainnya Vegetasi dipemukiman Hemat air dan energi - Memanfaatkan dan memaksimalkan pencahayaan alami dengan genteng kaca 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri - Vegetasi di lingkungan terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

29 H. HUNTAP BANJARSARI 1. Gambaran Umum Huntap (hunian tetap) Banjarsari berada di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Luas Huntap 7,85 ha.. Sebagian penduduk bermata pencaharian sebagai penambang dan peternak. Beragam kegiatan yang berbasis lingkungan telah dilaksanakan oleh masyarakat Huntap Banjarsari antara lain pengelolaan sampah mandiri di tingkat rumah tangga, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Huntap Banjarsari berupa dataran tinggi hampir tidak pernah mengalami kejadian longsor ataupun banjir. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah risiko kekeringan di musim kemarau, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Dari aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah yang awalnya tidak dikelola dengan baik merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca 3. ADAPTASI Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan,banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan secara paripurna dengan kolam ikan, taman, lubang biopori dan sumur resapan. Air hujan digunakan untuk mencuci, mengairi kolam ikan dan tanaman serta tabungan air tanah. - Penanaman vegetasi di area pekarangan dengan pohon kayu SPAH Kolam Biopori Peningkatan ketahanan pangan - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam TOGA (tanaman obat keluarga), sayuran dan pohon buah-buahan - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah Toga

30 - Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos - Diversifikasi pangan dari tanaman lokal Warung hidup Pengendalian Vektor Penyakit - Pengendalian vektor penyakit melalui, penerapan PHBS, pembentukan jumantik, pemberian ikan di kolam Kolam PHBS 4. MITIGASI Perubahan Iklim Pengelolaan sampah dengan 3 R - Pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis sampah: pengomposan, kerajinan sampah plastik, kain perca, pemilahan sampah Olah dan pilah sampah Pengelolaan air limbah domestik dengan Ipal Komunal - Limbah ternak dialirkan ke dalam IPAL komunal Hemat energi dan hemat air - Penghematan penggunaan air melalui gerakan showerisasi - Efisiensi energi berupa gerakan pemasangan genteng kaca untuk penerangan rumah, 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Berkurangnya limbah domestik melalui penerapan pengelolaan sampah mandiri dan daur ulang serta pengolahan ternak dengan IPAL komunal. - Vegetasi di lingkungan desa terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

31 I. PADUKUHAN DAWANGSARI 1. Gambaran Umum Padukuhan Dawangsari berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Luas Padukuhan Dawangsari 30 ha, dengan penduduk sebanyak 164 KK atau 403 jiwa. Sebagian penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Padukuhan Dawangsari telah melaksanakan beragam kegiatan yang berbasis lingkungan, pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan air hujan dan berbagai kegiatan lain yang mendukung pengelolaan lingkungan secara lestari. 2. Potensi Kerentanan Perubahan Iklim Topografi Padukuhan Dawangsari berupa dataran tinggi hampir tidak pernah mengalami kejadian banjir. Permasalahan yang menjadi potensi kerentanan dampak perubahan iklim adalah risiko longsor dan kekeringan di musim kemarau, sehingga dapat mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Selain itu risiko terjadinya perubahan pola hujan yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang merupakan mata pencaharian penduduk. 3. ADAPTASI Perubahan Iklim Pengendalian kekeringan,banjir dan longsor - Model pemanenan air hujan secara paripurna dengan, vegetasi dan embung. Air hujan digunakan untuk mengairi tanaman serta tabungan air tanah - Pembangunan embung untuk irigasi, penyimpanan air (konservasi) dan pemeliharaan ikan - Penanaman vegetasi di sebagian besar areal hutan dengan pohon kayu Embung Hutan Peningkatan ketahanan pangan

32 - Pemanfaatan lahan pekarangan: menanam sayuran dan pohon buah-buahan - Pengelolaan potensi lokal melalui penanaman tanaman asli daerah - Sistem dan teknologi pengelolaan lahan dan pemupukan dengan pembuatan dan peggunaan pupuk organik/ kompos Buah-buahan Pengendalian Vektor Penyakit - Pengendalian vektor penyakitdengan penerapan PHBS dan membentuk jumantik Pembersihan pekarangan 4. MITIGASI Perubahan Iklim Hemat energi dan hemat air - Menampung air hujan di bak penampungan untuk digunakan di musim kemarau/bagi yang membutuhkan Bak penampungan air hujan 5. Manfaat - Ketersediaan air di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian terjaga dengan baik. - Potensi penyerapan emisi gas rumah kaca oleh tumbuhan yang sebagian besar berupa hutan - Vegetasi di lingkungan desa terjaga dan ketahanan pangan terjaga melalui sistem pertanian yang baik dan tetap hijau intensifikasi lahan perkarangan untuk berbagai tanaman buah-buahan dan sayuran

PROGRAM KAMPUNG IKLIM (PROKLIM) URAIAN KEGIATAN

PROGRAM KAMPUNG IKLIM (PROKLIM) URAIAN KEGIATAN PROGRAM KAMPUNG IKLIM (PROKLIM) URAIAN KEGIATAN KOMPONEN 1. Kegiatan adaptasi perubahan iklim 1.1. Pengendalian kekeringan, banjir dan longsor a. Pemanenan air hujan Pemanenan air hujan adalah upaya penanganan/antisipasi

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PEDOMAN UMUM PROGRAM KAMPUNG IKLIM 2012, No.1068 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PEDOMAN UMUM PROGRAM KAMPUNG IKLIM A. PENDAHULUAN Peningkatan konsentrasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA : BOJONGSARI (RW 03 DAN RW 04) KECAMATAN : BOJONGSOANG KABUPATEN : BANDUNG PROVINSI : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM TERPADU KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM TERPADU KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM TERPADU KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 63 ayat (1) huruf j dan huruf

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : GEKBRONG : GEKBRONG : CIANJUR : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI KAMPUNG KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : KIARASANDING DESA PULOSARI : PANGALENGAN : BANDUNG : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 Krisdinar.wordpress.com Latar belakang Bencana di Indonesia

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Deputi Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat Kementrerian Lingkungan

Lebih terperinci

Definisi Perubahan Iklim. Adaptasi perubahan iklim. Knowledge Management Forum 2017 Surabaya, April

Definisi Perubahan Iklim. Adaptasi perubahan iklim. Knowledge Management Forum 2017 Surabaya, April Knowledge Management Forum 2017, 25-27 April 2017 Definisi Perubahan Iklim AKSI ADAPTASI DAN MITIGASI BERBASIS MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKETAHANAN IKLIM Knowledge Management

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG IKLIM DI KELURAHAN PLALANGAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2016

IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG IKLIM DI KELURAHAN PLALANGAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2016 IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG IKLIM DI KELURAHAN PLALANGAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi Oleh: AHMAD ILHAM PUSPITO 3201411178 JURUSAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim Manggala Wanabakti, 26 April

Lebih terperinci

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air SUBSTANSI I. PENDAHULUAN II. DAMPAK KENAIKAN PARAS MUKA AIR

Lebih terperinci

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DUSUN/RW DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : KP. CIMAREME RW.01 : CIMERANG : PADALARANG : BANDUNG BARAT : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua By. M. Abror, SP, MM Tema utama Pengolahan sampah Program kali bersih Biopori Lahan sempit dan lahan tidur Pengembangan desa wisata Lingkungan adalah???????????

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman 84 BAB V ANALISIS V.1 Fisik Lahan Permukiman V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman Lahan Permukiman Dusun Ngentak berada diatas lahan yang memiliki kemiringan

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Menanam dan merawat pohon Mengelola sampah dengan benar Mulai dari diri sendiri menjaga kebersihan untuk hidup sehat 1 Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016 KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016 SKEMA PROGRAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Intervensi Program: SIDIK Forum Nasional Pert. Koordinasi KRAPI MODEL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN DAN LAYAK HUNI Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 FARID BAKNUR, S.T. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E N D U K U N G P E N G E M B A N G A N S I S T E M P E N Y E D I

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3 1. Untuk menambah air tanah, usaha yang perlu dilakukan adalah... membuat sumur resapan penggalian sungai-sungai purba tidak

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan Rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM DUSUN/DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI LOKASI : SUKAWANGI/PASIRPANJANG : MANONJAYA : TASIKMALAYA : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor yang memiliki derajat pengaruh terbesar adalah faktor kerentanan fisik dan faktor

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim 263 11. KESIMPULAN UMUM Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Gejala perubahan iklim semakin nyata yang ditandai

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.168, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Pemanfaatan. Dana Alokasi Khusus. TA 2013. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI A. IDENTITAS PERSEPSIDEN LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian Nama : Umur : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : PNS Wiraswasta/Pengusaha TNI Pensiunan Jumlah Ternak dimiliki Lainnya

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH 1 BAB I PENGANTAR Aturan bersama ini dibuat bersama oleh masyarakat dan pihak kelurahan dan selanjutnya semua pihak meneruskan aturan bersama ini kepada semua elemen masyarakat sehingga bisa diketahui

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL JAKARTA A PERAN PEREMPUAN Perempuan sangat berperan dalam pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.2 1. Tempat pelestarian hewan langka orang hutan di Tanjung Puting bertujuan agar Tidak merusak pertanian dan mampu berkembangbiak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO 1 LEMBAR PENGESAHAN Aturan Bersama Penataan Lingkungan Permukiman Desa Kedungsarimulyo telah dirumuskan secara partisipatif melalui siklus Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kawasan perumahan pada hakekatnya tidak akan pernah dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Terlebih pada kenyataannya lingkungan yang baik akan dapat memberikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci