PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KREDIT BERMASALAH BANK UMUM KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BANK UMUM SYARIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KREDIT BERMASALAH BANK UMUM KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BANK UMUM SYARIAH"

Transkripsi

1 PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KREDIT BERMASALAH BANK UMUM KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BANK UMUM SYARIAH JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Elsa Pradika Putri JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

2

3 PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KREDIT BERMASALAH BANK UMUM KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BANK UMUM SYARIAH Elsa Pradika Putri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRACT Credit or financing become important part to affect stability of banking business, so it needs a good management of credit or financing to reduce credit or finance risk as much as can. The occurrence of credit or financing problems can be influenced by internal and external factors. Internal factors related to the policy or management from the bank, while external factors related to macroeconomic situation in Indonesia. This research attempts to find out impact of internal factors such as LDR or FDR and CAR and external factors such as GDP, inflation, and BI rate to non performing loan of conventional bank and non performing financing of sharia bank. The data analysis method used the multiple linear regression with Error Correction Model (ECM). The results showed that LDR or FDR, CAR, GDP, inflation, and the BI rate affects simultaneously on non performing loan of conventional bank and non performing financing of sharia bank in short term and long term. LDR or FDR has negative effect of non performing loan and non performing financing in long term, but has no effect in short term. CAR has positive effect on non performing loan of conventional bank in short term and long term, while for sharia bank CAR has no effect in short term but has negative effect in long term. GDP has positive effect on non performing loan of conventional bank in short term and long term, while in non performing financing of sharia bank, GDP does not affect in short term but has positive effect in long term. Inflation does not affect on non performing loan of conventional bank in short term and long term, while for sharia bank inflation has negative effect to non performing financing in short term but has no effect in long term. BI rate has no effect on non performing loan of conventional bank and non performing financing of sharia bank in short term, but has positive effect on non performing loan of conventional bank and negativel effect on non performing financing of sharia bank in long term. Keywords: NPL, NPF, LDR, CAR, macroeconomic, ECM. A. LATAR BELAKANG Bank merupakan lembaga intermediasi yang berfungsi untuk menghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana. Sampai saat ini, kredit masih menjadi sumber pendapatan utama bank untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, stabilitas usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pengelolaan kredit mereka. Pentingnya kredit bagi perbankan menjadikan bank selalu mengembangkan pengelolaan kreditnya untuk dapat memaksimalkan pendapatan yang diterima bank termasuk menekan risiko terjadinya kredit bermasalah. Indonesia sendiri menerapkan Dual Banking System, yang berarti menerapkan perbankan konvensional dan juga perbankan syariah. Pada bank umum konvensional tingkat kredit bermasalah dapat diukur dari rasio Non Performing Loans (NPL), sementara pada bank umum syariah dikenal dengan Non Performing Financing (NPF). Kredit atau pembiayaan bermasalah dapat dipengaruhi dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan kebijakan yang ada dalam bank itu, sedangkan faktor eksternal lebih mengarah kepada kegiatan usaha debitur ataupun kondisi makroekonomi secara keseluruhan. Faktor internal diantaranya bisa dilihat dari hasil laporan keuangan bank tersebut seperti

4 LDR dan CAR, sedangkan faktor eksternal diantaranya dilihat dari data makroekonomi seperti inflasi, pertumbuhan GDP, dan tingkat suku bunga. Faktor internal maupun eksternal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kredit atau pembiayaan bermasalah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel-variabel yang digunakan memiliki volatilitas yang beragam sehingga perilaku variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi kredit atau pembiayaan bermasalah akan berbeda pada jangka pendek dan jangka panjang. Dari uraian di atas, sekecil apapun selama masa hidupnya bank tidak terlepas dari risiko terjadinya kredit bermasalah. Oleh karena itu, bank tidak harus terpaku menghindari kredit bermasalah, melainkan menekan risiko munculnya kasus itu serendah mungkin. Selain itu beberapa hasil penelitian tentang pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap NPL bank umum konvensional dan NPF bank umum syariah menunjukkan hasil yang beragam. Sehingga pada kesempatana ini, peneliti tertarik untuk membuktikan kembali bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kredit bermasalah. Dari penjelasan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh faktor internal (LDR atau FDR, CAR) terhadap NPL pada bank konvensional dan NPF pada bank syariah? 2. Bagaimana pengaruh faktor eksternal (GDP, inflasi, BI rate) terhadap NPL pada bank konvensional dan NPF pada bank syariah? B. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Rollin G Thomas, kredit didasarkan pada kepercayaan atas kemampuan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang. Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Perbedaan mendasar antara kredit bank konvensional dan pembiayaan bank syariah terletak pada prinsip bunga dan bagi hasil yang diterapkan. Pada perbankan syariah, bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dibiayai, jika usaha tersebut merugi maka juga ditanggung bersama, tidak seperti di bank konvensional yang sepenuhnya menanggung kerugian usaha adalah debitur. Prinsip pembiayaan pada bank syariah pun juga lebih beragam karena disesuaikan dengan hukum Islam. Pada perbankan syariah, uang bukanlah suatu komoditas melainkan sebagai media pertukaran dimana uang tidak bisa berjalan sendiri tanpa kaitannya dengan barang, jasa atau usaha. Hal inilah yang menjadi alasan pembiayaan bank syariah lebih mengarah pada usaha di sektor riil, sedangkan kredit bank konvensional lebih mengarah pada pasar uang. Meskipun terdapat beberapa perbedaan, namun juga terdapat persamaan antara kredit dan pembiayaan yaitu pada prosedur pengajuan kredit atau pembiayaan, prinsip-prinsip dalam memberikan kredit atau pembiayaan, dan manajemen risiko yang diterapkan. Kredit bermasalah sendiri diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau faktor eksternal di luar kemampuan debitur. Sedangkan pembiayaan bermasalah diartikan sebagai penyediaan dana yang tidak terbayarkan karena adanya kesengajaan maupun gagal bayar akibat alasan-alasan yang diakui syariah (Rustam, 2013:55). Indikator kredit bermasalah pada perbankan konvensional adalah Non Performing Loans (NPL), sedangkan pada perbankan syariah menggunakan Non Performing Financing (NPF). Menurut Siamat (2005: 360) faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah berasal dari faktor internal yang berkaitan dengan pemberlakuan kebijakan dan regulasi yang berada dalam lingkup bank itu sendiri seperti kebijakan perkreditan yang ekspansif dan lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit, sementara faktor eksternal ini terkait dengan penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit, pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur, kegagalan usaha debitur, dan musibah seperti bencana. Manajemen Aktiva-Pasiva (Asset Liability Management) Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpunnya, akan tetapi hal ini juga menimbulkan risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana ingin

5 menarik dananya yang berada di bank. Namun jika bank tidak menyalurkan dananya, maka bank juga terkena risiko dari hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan (Rusyamsi 1999: 6). Disini lah diperlukan suatu pengelolaan yang tepat untuk menyeimbangkan antara aset dan kewajiban yang dimiliki suatu bank. Manajemen aktiva-pasiva adalah suatu aktivitas yang terus menerus untuk mengkombinasikan sumber dana dan penggunaan dana (asset dan liability) secara efektif dan efisien untuk mencapai laba atau keuntungan yang optimum (Rusyamsi, 1999:16). Terdapat dua pendekatan dalam pengelolaan aktiva-pasiva bank, yaitu: a. Pool of funds approach Metode pendekatan ini berasumsi bahwa seluruh kewajiban bank yang berasal dari berbagai sumber digabung secara bersama-sama dan diperlakukan sebagai sumber dana tunggal tanpa membedakan masing-masing sumber dana secara individual (Siamat 2005:329). Jadi seluruh dana digabungkan menjadi satu untuk kemudian dialokasikan berdasarkan prioritas penggunaan dana sesuai dengan kebijakan yang berlaku baik dari dalam perusahaan maupun dari pemerintah. b. Asset allocation approach Sering juga disebut dengan conversion of funds approach. Pendekatan ini menganggap bahwa dalam pengalokasian dana harus melihat karakteristik masing-masing sumber dana. Dana yang memiliki perputaran cukup tinggi hendaknya diprioritaskan dalam cadangan primer dan sekunder. Sedangkan dana yang perputarannya relatif rendah diprioritaskan pada pemberian kredit dan aktiva jangka panjang lainnya (Siamat, 2005:331). Teori Pertumbuhan Ekonomi Terdapat beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi suatu negara, diantaranya adalah: 1. Teori Pertumbuhan Merkantilisme Menurut aliran ini, pertumbuhan ekonomi ditandai dengan adanya peningkatan perdagangan internasional dan peningkatan hasil industri serta adanya surplus neraca perdagangan suatu negara. 2. Teori Pertumbuhan Klasik Aliran ini dibawa oleh Adam Smith dan David Ricardo. Dimana menurut kaum ini, pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output total. 3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Adapun tokoh aliran neo-klasik antara lain: a. Schumpeter Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika pengusaha terus menerus berinovasi dalam perekonomian sehingga produktivitasnya dapat meningkat. b. Harrod-Domar Menurut pandangan Harrod dan Domar, pembentukan modal merupakan hal utama dalam mencapai steady growth. Bila pembentukan modal telah dilakukan suatu masa, maka masa selanjutnya perekonomian akan sangup memproduksi barang-barang dalam jumlah besar. Keinginan masyarakat untuk berinvestasi ditentukan dari permintaan agregat dari masyarakat. c. Sollow-Swan Menurut Sollow-Swan, pertumbuhan ekonomi ditandai dengan pertumbuhan output didasarkan dari modal dan tenaga kerja, adanya kecenderungan menabung dari masyarakat, dan semua tabungan masyarakat akan diinvestasikan. Teori Suku Bunga Boediono (1985:75) menjelaskan tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan Sukirno (1994:377) mengatakan bahwa bunga merupakan pembayaran atas modal yang dipinjam dari pihak lain. Terdapat beberapa teori terkait dengan suku bunga, antara lain: 1. Teori Suku Bunga Klasik Menurut teori klasik, bunga merupakan harga dari loanable funds atau bisa dikatakan harga dari dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Tingkat bunga di sini dapat mempengaruhi tabungan dan investasi. Semakin tinggi suku bunga maka akan mendorong masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Sementara pada sisi investasi, kenaikan suku bunga akan menyebabkan

6 investasi berkurang dikarenakan investor akan bersedia menambah pengeluaran investasinya hanya jika keuntungan yang diperolehnya lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar untuk biaya penggunaan dana tersebut. 2. Teori Suku Bunga Keynes Menurut aliran Keynes, tingkat bunga merupakan fenomena moneter sebagai akibat permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dengan demikian akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pada lingkup ini uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi, sepanjang uang mempengaruhi tingkat bunga. Alasan seseorang memegang uang tunai ada tiga yaitu untuk motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi (lebih dikenal dengan istilah liquidity preference ). Tiga motif itulah yang menyebabkan terjadinya permintaan uang. Menurut liquidity preference, terdapat dua kemungkinan yang terjadi pada investor yaitu memegang uang dalam bentuk surat berharga atau kas. Jika memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik (harga turun) mereka akan menderita kerugian. Mereka akan menghindari kerugian tersebut dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya, yang berarti akan menambah uang kas yang dipegang. Sementara semakin tinggi tingkat bunga maka semakin besar biaya memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas menurun. 3. Teori Suku Bunga Hicks Menurut teori ini, tingkat bunga akan seimbang pada perekonomian bila tingkat bunga tersebut memenuhi keseimbangan sektor moneter dan riil. Jadi teori ini merupakan gabungan dari teori klasik dan Keynes. Dimana menurut aliran klasik, bunga timbul karena uang adalah produktif, artinya jika seseorang memiliki dana mereka akan menambah alat produksinya agar keuntungan meningkat. Jadi uang dapat meningkatkan produktivitas sehingga orang bersedia membayar bunga. Sementara menurut Keynes, uang bisa produktif dengan metode spekulasi di pasar uang dengan kemungkinan memperoleh keuntungan, sehingga orang bersedia membayar bunga. 4. Teori Loanable Funds oleh Knutt Wicksell Teori ini merupakan pengembangan dari teori klasik dimana tingkat bunga merupakan harga dari loanable fund. Tingkat bunga adalah harga yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran dana pinjaman. Disini besarnya kredit akan dipengaruhi oleh saving masyarakat. Pada keadaan tingkat bunga tinggi akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan saving mereka, yang pada gilirannya akan menaikkan penawaran dana yang tersedia untuk dipinjamkan (loanable funds). Hubungan antara LDR dan NPL atau NPF Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan dana pihak ketiga. LDR dalam perbankan syariah disebut dengan FDR atau Finance to Deposit Ratio. Rasio ini mengukur likuiditas suatu bank. Dimana semakin tinggi rasio LDR, maka semakin tidak likuid bank tersebut dikarenakan hampir seluruh dana yang dimiliki digunakan untuk kredit atau pembiayaan. Jadi semakin tinggi rasio LDR, maka kemungkinan terjadi kredit bermasalah juga akan semakin tinggi. Hubungan antara CAR dan NPL atau NPF Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan jumlah modal baik modal inti maupun modal pelengkap terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). CAR merupakan indikator yang digunakan Bank Indonesia dalam upaya menetapkan ketentuan penyediaan modal minimum bank. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula modal yang dimiliki. Dengan banyaknya modal, maka penyaluran kredit juga akan mengalami peningkatan, sehingga risiko terjadinya kredit bermasalah juga ikut meningkat. Jadi semakin tinggi CAR, maka semakin tinggi pula kredit bermasalah. Hubungan antara Inflasi dan NPL atau NPF

7 Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus-menerus, mempengaruhi individu, pengusaha, dan pemerintah (Mishkin 2010: 13). Saat terjadi cost push inflation, biaya bahan baku biasanya naik sehingga biaya produksi ikut naik dan diikuti dengan kenaikan harga barang yang dijual oleh produsen. Karena kenaikan harga jual inilah maka masyarakat membatasi konsumsi mereka sehingga penjualan produsen akan mengalami penurunan diikuti keuntungannya menurun, maka produsen sebagai debitur akan mengalami kesulitan dalam mengembalikan kredit, sehingga terjadinya risiko kredit bermasalah akan meningkat. Sementara dari sisi demand pull inflation, inflasi terjadi akibat permintaan tinggi sementara ketersediaan barang terbatas sehingga harganya akan naik. Kenaikan harga barang dan jasa akan mengakibatkan naiknya biaya hidup masyarakat. Dengan pendapatan yang tetap, kenaikan harga akan semakin membebani hidup masyarakat sehingga kemampuan dalam mengembalikan kredit atau pembiayaan akan menurun dan menyebabkan tingginya risiko kredit atau pembiayaan bermasalah. Hubungan antara PDB dan NPL atau NPF Produk Domestik Bruto (PDB) atau biasa disebut dengan Gross Domestic Product (GDP) adalah indikator yang mengukur nilai output barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara, tanpa mempertimbangkan asal (nationality) perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa tersebut, selama berada dalam batas-batas negara tersebut. GDP menjadi indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan terjadinya peningkatan output seperti yang dijelaskan pada teori pertumbuhan ekonomi. Dimana output yang dimaksud dapat berarti peningkatan produktivitas kegiatan usaha produsen. Ketika penjualan produsen meningkat maka akan menaikkan keuntungan yang diterimanya. Penjualan yang meningkat juga dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya. Sehingga baik produsen selaku debitur ataupun masyarakat yang menjadi pekerja selaku debitur sama-sama dapat mengembalikan atau melunasi kredit sesuai dengan perjanjiannya di bank sehingga risiko terjadinya kredit atau pembiayaan bermasalah menjadi rendah. Hubungan antara BI Rate dan NPL atau NPF BI rate didefinisikan sebagai suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia. Jadi dengan kata lain BI rate merupakan suku bunga acuan yang menjadi patokan suku bunga lainnya. Menurut teori suku bunga Loanable Funds, ketika tingkat bunga naik maka keinginan masyarakat untuk menabung juga akan ikut naik, ketika bank memiliki dana yang lebih banyak maka hal ini akan meningkatkan penawaran terhadap kredit ataupun pembiayaan. Jika kredit atau pembiayaan meningkat maka akan menyebabkan risiko terjadinya kredit atau pembiayaan bermasalah meningkat. Di sisi lain untuk debitur yang sudah meminjam dana, menurut Sutoyo (1998:18) dan Siamat (2005: 360) kenaikan suku bunga akan memberatkan mereka untuk melunasi kredit yang telah dipinjamnya (terutama yang menggunakan acuan floating rate), sehingga dapat menyebabkan kredit bermasalah meningkat. C. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Yang dimaksud penelitian kuantitatif ialah penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan analisis data statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan (Sugiyono, 2012: 7). Pemilihan pendekatan ini didasarkan dari data variabel yang digunakan. Variabel independen yang digunakan yaitu berupa faktor internal (LDR atau FDR, CAR) dan faktor eksternal (PDB, Inflasi, BI rate), sedangkan variabel dependennya adalah NPL bank konvensional dan NPF bank syariah. Variabelvariabel tersebut semuanya berupa angka-angka. Jenis dan Sumber Data Menurut sumbernya, data dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Pada penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang tidak

8 diperoleh peneliti secara langsung, melainkan diperoleh dari literatur buku, catatan, atau publikasi yang diperoleh dari internet (Sugiyono, 2005: 62). Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi situs resmi Bank Indonesia dalam laporan Statistik Perbankan Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM). Model ECM adalah model dinamis yang digunakan untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Model ECM dipilih karena dianggap mampu mengatasi adanya regresi lancung yang biasanya terjadi pada analisis regresi data time series pada umumnya. Selain itu, fenomena-fenomena ekonomi yang terjadi biasanya mengalami ketidakseimbangan dimana fenomena yang diinginkan oleh pelaku ekonomi belum tentu sama dengan kenyataannya. Namun dengan model ECM ini ketidakseimbangan tersebut dapat dikoreksi dengan memasukkan variabel penyesuaian sehingga dapat diketahui hubungan jangka panjang maupun jangka pendek yang valid. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Estimasi Model Non Performing Loan (NPL) Uji Stasioneritas Dalam pengujian ECM langkah awal yang harus dilakukan adalah melihat kestasioneran data. Data dikatakan stasioner apabila rerata dan variansnya konstan. Hasil uji stasioneritas dengan menggunakan uji Phillips-Perron dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1: Hasil uji stasioneritas Phillips-Perron Test model NPL Variabel Level (prob) Kesimpulan First Difference (prob) Kesimpulan NPL Tidak stasioner Stasioner LDR Tidak stasioner Stasioner CARK Tidak stasioner Stasioner PDB Tidak stasioner Stasioner INF Stasioner Stasioner BIR Tidak stasioner Stasioner Dari tabel 1, pada uji stasioner derajat level terdapat satu dari enam variabel yang stasioner yaitu variabel inflasi. Maka dilakukan pengujian kembali pada derajat 1 (first difference) dan diperoleh hasil bahwa semua variabel stasioner pada derajat satu (first difference) karena semua probabilitasnya lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Uji Kointegrasi Pada analisis regresi berganda model ECM sangat penting untuk diuji kointegrasi. Adanya hubungan jangka panjang antar variabel ini dapat digunakan untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek. Pada Engle Granger dua tahap, uji kointegrasi yang digunakan adalah dengan pendekatan residual, dimana residual jangka panjang tersebut harus lolos uji stasioner pada derajat level. Tabel 2: Hasil Uji Kointegrasi model NPL Null Hypothesis: ECT01 has a unit root Exogenous: Constant

9 Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-stat Prob.* Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level % level % level Dari output di atas, residual pada persamaan jangka panjang yaitu ECT01 memiliki probabilitas sebesar , ini berarti residual ECT01 terbebas dari masalah unit root pada derajat level. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada model NPL dengan variabel independen yaitu LDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate. Model ECM Setelah memenuhi syarat stasioner dan kointegrasi, selanjutnya dilakukan regresi linier berganda dengan model ECM untuk melihat bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek. Tabel 3: Hasil uji ECM NPL Variabel Koefisien Std. Error t-statistic Prob Kesimpulan C D(LDR) Tidak signifikan D(CARK) Signifikan D(PDB) 2.43E E Signifikan D(INF) Tidak signifikan D(BIR) Tidak signifikan ECT01(-1) Signifikan R-squared Adj. R-squared F- statistic Prob (F- statistic) Dari pengolahan data di atas, dapat ditulis persamaan jangka pendek sebagai berikut: D(NPL) = *D(LDR) *D(CARK) *D(PDB) *D(INF) *D(BIR) *ECT01 Berdasarkan tabel 3, residual ECT01 memiliki probabilitas sebesar lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% dan memiliki koefisien sebesar bertanda negatif sehingga dari hasil estimasi tersebut dapat disimpulkan bahwa model ECM sudah valid dalam mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Dari persamaan di atas, besaran koefisien ECT01 mengindikasikan bahwa sebesar 27.6% ketidaksesuaian jangka pendek dan jangka panjang akan dikoreksi setiap periodenya. Untuk mengetahui keabsahan dari analisis regresi yang digunakan maka sebelum menginterpretasikan hasilnya, lebih dahulu mengetahu hasil uji asumsi klasik sebegai berikut: 1. Normalitas

10 Model regresi yang baik diharuskan memiliki residual yang berdistribusi normal. Oleh karena itu diperlukan uji normalitas untuk mengetahui apakah residual yang digunakan pada model ini sudah terdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4: Hasil uji Jarque-Bera model NPL jangka pendek Mean 1.26e-17 Median Maximum Minimum Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Pada tabel 4 nilai probabilitas untuk Jarque-Bera statistik adalah sebesar yang berarti nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa residual pada model jangka pendek untuk NPL bank umum konvensional sudah terdistribusi dengan normal. 2. Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat hubungan linear antar variabel independen yang digunakan. Pada penelitian ini uji multikolinearits dilakukan dengan melihat nilai korelasi antar variabel independen, dimana jika korelasinya berada di bawah 0.9 maka dinyatakan terbebas dari masalah multikolinearitas. Hasil uji korelasi pada model ini dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5: Hasil uji korelasi model NPL jangka pendek D(LDR) D(CARK) D(PDB) D(INF) D(BIR) D(LDR) D(CARK) D(PDB) D(INF) D(BIR) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua variabel independen yaitu LDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate memiliki nilai korelasi di bawah 0.9 dengan variabel independen lain sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan sudah terbebas dari masalah multikolinearitas. 3. Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat korelasi antar residual pada model regresi. Hasil dari uji autokorelasi menggunakan Serial Correlation LM Test dapat dilihat pada tabel 6. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi karena nilai probabilitas chisquare sebesar lebih besar dari tingkat signifikansi 5%.

11 Tabel 6: Hasil Breusch Godfrey Serial Correlation LM test model NPL jangka pendek F-statistic Prob. F(2,35) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Heterokedastisitas Salah satu asumsi penting dalam regresi linier adalah residualnya harus memiliki varians yang sama (homokedastisitas). Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka terjadi masalah heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas pada penelitian ini menggunakan Breusch-Pagan-Godfrey Test dengan hasil sebagai berikut: Tabel 7: Hasil Uji Heterokedastisitas Breusch-Pagan-Godfrey model NPL jangka pendek F-statistic Prob. F(6,37) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(6) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(6) Pada tabel 7 nilai prob. Chi-square pada Obs*R-squared adalah , lebih besar dari tingkat signifikansi 5% sehingga asumsi homokedastisitas terpenuhi atau dengan kata lain terbebas dari masalah heterokedastisitas. Uji Hipotesis Jangka Pendek Nilai koefisien determinasi (R-squared) jangka pendek adalah sebesar yang berarti kemampuan variabel independen yaitu LDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate dalam menjelaskan variasi variabel NPL dalam jangka pendek adalah sebesar 41.07% dan sisanya ditentukan oleh variabel bebas lain di luar model. Nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang meliputi Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Produk Domestik Bruto, inflasi dan BI rate secara simultan mempengaruhi NPL bank umum konvensional dalam jangka pendek. Secara parsial, dapat diketahui bahwa variabel LDR memiliki koefisien sebesar dan t- statistik sebesar Jika dibandingkan dengan t-tabel, lebih kecil dari t-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas 37 yaitu sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh positif terhadap NPL dalam jangka pendek. Variabel CAR memiliki koefisien sebesar dan t-statistik sebesar yang lebih besar dari t-tabel pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial CAR berpengaruh signifikan positif terhadap NPL dalam jangka pendek. Untuk variabel PDB, t-statistik yang dimiliki adalah sebesar yang berarti lebih besar dari t-tabel dan nilai koefisien sebesar Ini berarti secara parsial, PDB bepengaruh positif terhadap NPL dalam jangka pendek. Variabel inflasi (INF) memiliki nilai koefisien sebesar dan t-statistik sebesar , ini artinya secara parsial inflasi tidak berpengaruh positif terhadap NPL dalam jangka pendek. Variabel BI Rate (BIR) memiliki koefisien sebesar dan t-statistik sebesar sehingga dapat disimpulkan bahwa BI rate tidak berpengaruh positif terhadap NPL dalam jangka pendek. Model Jangka Panjang Selain melihat pengaruh dalam jangka pendek, regresi linier berganda model ECM dengan metode Engle Granger dua tahap juga dapat melihat pengaruh jangka panjang dari hasil uji kointegrasi menggunakan OLS biasa.

12 Tabel 8: Hasil regresi berganda model NPL jangka panjang Variabel Koefisien Std. Error t-statistic Prob Kesimpulan C LDR Signifikan CARK Signifikan PDB 1.93E E Signifikan INF Tidak signifikan BIR Signifikan R-squared Adj. R-squared F- statistic Prob (F- statistic) Dari pengolahan data tersebut, dapat ditulis persamaan jangka panjang sebagai berikut: NPL = *LDR *CARK *PDB *INF *BIR Sama halnya pada model jangka pendek, sebelum menginterpretasikan hasilnya, lebih dahulu mengetahui hasil uji asumsi klasik sebegai berikut: 1. Normalitas Untuk model NPL jangka panjang, hasil pengujian normalitas menggunakan uji Jarque-Bera ditunjukkan pada tabel 9. Tabel 9: Hasil uji Jarque-Bera model NPL jangka panjang Mean 4.83e-16 Median Maximum Minimum Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Pada tabel 9 tersebut, nilai probabilitas Jarque-Bera adalah sebesar yang berarti nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa residual pada model jangka panjang NPL bank umum konvensional sudah terdistribusi dengan normal. 2. Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas dengan melihat nilai korelasi antar variabel independen dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

13 Tabel 10: Hasil uji korelasi model NPL jangka panjang LDR CARK PDB INF BIR LDR CARK PDB INF BIR Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa variabel LDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate masingmasing memiliki nilai korelasi di bawah 0.9 dengan variabel independen lain sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen untuk model NPL jangka panjang yang digunakan sudah terbebas dari masalah multikolinearitas. 3. Autokorelasi Hasil dari uji autokorelasi untuk model NPL jangka panjang menggunakan Serial Correlation LM Test dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 11: Hasil Breusch Godfrey Serial Correlation LM test model NPL jangka panjang F-statistic Prob. F(2,35) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model NPL jangka panjang karena nilai probabilitas chi-square sebesar lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. 4. Heterokedastisitas Hasil uji heterokedastisitas untuk model NPL jangka panjang dengan menggunakan Breusch- Pagan-Godfrey Test dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini. Tabel 12: Hasil Uji Heterokedastisitas Breusch-Pagan-Godfrey model NPL jangka panjang F-statistic Prob. F(6,37) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(6) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(6) Pada tabel 12 nilai prob. Chi-square pada Obs*R-squared adalah , lebih besar dari tingkat signifikansi 5% sehingga asumsi homokedastisitas terpenuhi atau dengan kata lain model NPL jangka panjang sudah terbebas dari masalah heterokedastisitas. Uji Hipotesis Jangka Panjang Nilai koefisien determinasi (R-squared) adalah sebesar yang berarti kemampuan variabel independen yaitu LDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate dalam menjelaskan variasi variabel NPL dalam jangka panjang adalah sebesar 80.2% dan sisanya sebesar 19.2% ditentukan oleh variabel bebas di luar model. Untuk nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang meliputi Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Produk Domestik Bruto, inflasi dan BI rate secara bersama-sama mempengaruhi NPL bank umum konvensional dalam jangka panjang. Secara parsial, variabel LDR memiliki koefisien sebesar dan t-statistik sebesar Nilai absolut t-statistik tersebut lebih besar daripada t-tabel dengan derajat bebas 38

14 dan tingkat signifikansi 5% sehingga disimpulkan secara parsial variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap NPL dalam jangka panjang. Variabel CAR memiliki koefisien sebesar dan t-statistik sebesar yang berarti lebih besar dari t-tabel sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial, CAR berpengaruh signifikan positif terhadap NPL dalam jangka panjang. Variabel PDB memiliki nilai koefisien sebesar dan t-statistik sebesar yang berarti lebih besar dari t-tabel sehingga pada jangka panjang PDB berpengaruh signifikan terhadap NPL dengan arah hubungan positif. Variabel inflasi memiliki nilai koefisien sebesar dan t-statistik sebesar yang secara absolut lebih kecil dari t-tabel sehingga disimpulkan bahwa secara parsial inflasi tidak berpengaruh positif terhadap NPL dalam jangka panjang. Variabel BI Rate (BIR) memiliki koefisien sebesar dengan t-statistik sebesar yang berarti lebih besar dari t-tabel sehingga dapat dinyatakan bahwa secara parsial BI rate berpengaruh positif terhadap NPL dalam jangka panjang. Estimasi Model Non Performing Financing (NPF) Uji Stasioneritas Sama halnya dengan pengujian pada model NPL, pada model NPF juga perlu dilakukan uji stasioneritas dengan hasil sebagai berikut: Tabel 13: Hasil uji stasioneritas Phillips-Perron Test model NPF Variabel Level (prob) Kesimpulan First Difference (prob) Kesimpulan NPF Tidak stasioner Stasioner FDR Tidak stasioner Stasioner CARS Stasioner Stasioner PDB Tidak stasioner Stasioner INF Stasioner Stasioner BIR Tidak stasioner Stasioner Dari hasil olah data tersebut, semua variabel tidak stasioner pada derajat level kecuali variabel CAR dan inflasi. Sehingga dilakukan pengujian lagi pada first difference dan hasilnya semua variabel yang digunakan untuk model NPF jangka pendek telah stasioner pada first difference Uji Kointegrasi Setelah semua variabel stasioner pada first difference, langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang antar variabel. Hasil uji kointegrasi pada tabel 14 tersebut menyatakan bahwa residual model NPF jangka panjang yang disebut ECT02 sudah stasioner pada derajat level dengan menggunakan uji Phillips-Perron sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kointegrasi antar variabel penelitian. Tabel 14: Hasil Uji Kointegrasi model NPF Null Hypothesis: ECT02 has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-stat Prob.*

15 Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level % level % level Model ECM Karena variabel yang digunakan sudah stasioner pada first difference dan berkointegrasi, maka analisis regresi berganda dengan model ECM dapat diterapkan pada model NPF. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 15: Hasil uji ECM NPF Variabel Koefisien Std. Error t-statistic Prob Kesimpulan C D(FDR) Tidak signifikan D(CARS) Tidak signifikan D(PDB) 1.58E E Tidak signifikan D(INF) Signifikan D(BIR) Tidak signifikan ECT02(-1) Signifikan R-squared Adj. R-squared F- statistic Prob (F- statistic) Dari hasil tersebut maka dapat ditulis persamaan jangka pendek sebagai berikut: D(NPF) = *D(FDR) *D(CARS) *D(PDB) *D(INF) *D(BIR) *ECT02 Variabel residual ECT02 memiliki koefisien sebesar dengan probabilitas sebesar yang berarti residual sudah dianggap signifikan sehingga model ECM dikatakan valid. Besaran koefisien ECT02 mengindikasikan bahwa sebesar 35.4% ketidaksesuaian jangka pendek dan jangka panjang akan dikoreksi setiap periodenya. Untuk mengetahui keabsahan dari analisis regresi yang digunakan maka sebelum menginterpretasikan hasilnya, lebih dahulu mengetahu hasil uji asumsi klasik sebegai berikut: 1. Normalitas Untuk melihat distribusinya sudah normal atau belum maka dilakukan pengujian normalitas dengan uji Jarque-Bera. Hasil pengujian untuk model NPF jangka pendek dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16: Hasil uji Jarque-Bera model NPF jangka pendek Mean -3.78e-18 Median Maximum Minimum

16 Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Pada tabel tersebut nilai probability Jarque-Bera adalah sebesar yang berarti nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa residual pada model NPF jangka pendek sudah terdistribusi dengan normal. 2. Multikolinearitas Korelasi antara variabel independen digunakan sebagai indikator uji multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17: Hasil uji korelasi model NPF jangka pendek D(FDR) D(CARS) D(PDB) D(INF) D(BIR) D(FDR) D(CARS) D(PDB) D(INF) D(BIR) Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa semua variabel independen yaitu FDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate memiliki nilai korelasi di bawah 0.9 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan pada model NPF jangka pendek sudah terbebas dari masalah multikolinearitas. 3. Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat korelasi antar residual pada model regresi. Hasil dari uji autokorelasi untuk model NPF jangka pendek dengan menggunakan Serial Correlation LM Test dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18: Hasil Breusch Godfrey Serial Correlation LM test model NPF jangka pendek F-statistic Prob. F(2,35) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model NPF jangka pendek karena nilai probabilitas chi-square sebesar lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. 4. Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas untuk model NPF jangka pendek pada penelitian ini menggunakan Breusch-Pagan-Godfrey Test dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel 19. Pada tabel tersebut, nilai prob. Chi-square pada Obs*R-squared adalah , yang berarti lebih besar dari tingkat

17 signifikansi 5% sehingga model NPF jangka pendek sudah terbebas dari masalah heterokedastisitas. Tabel 19: Hasil Uji Heterokedastisitas Breusch-Pagan-Godfrey model NPF jangka pendek F-statistic Prob. F(6,37) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(6) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(6) Uji Hipotesis Jangka Pendek Nilai koefisien determinasi (R-squared) adalah sebesar yang berarti kemampuan variabel independen yaitu FDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate dalam menjelaskan variasi variabel NPF dalam jangka pendek adalah sebesar 36.6% dan sisanya sebesar 63.4% ditentukan variabel bebas di luar model. Dari tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F-statistik adalah sebesar , yang berarti lebih kecil dari 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang meliputi Finance to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Produk Domestik Bruto, inflasi dan BI rate secara simultan mempengaruhi NPF bank umum syariah dalam jangka pendek. Secara parsial, dapat diketahui bahwa variabel FDR memiliki koefisien sebesar dan t- statistik sebesar yang berarti lebih kecil dari t-tabel sebesar sehingga kesimpulannya secara parsial variabel FDR tidak berpengaruh positif terhadap NPF dalam jangka pendek. Variabel CAR memiliki t-statistik sebesar dan koefisien sebesar sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial, CAR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap NPF jangka pendek. Variabel PDB nilai t-statistik adalah sebesar dan nilai koefisien sebesar sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial PDB tidak berpengaruh negatif terhadap NPF dalam jangka pendek. Variabel inflasi memiliki nilai t-statistik sebesar yang lebih besar dari t-tabel dan koefisien sebesar sehingga secara parsial inflasi berpengaruh negatif terhadap NPF jangka pendek. Variabel BI Rate (BIR) memiliki koefisien sebesar dan t-statistik sebesar sehingga dapat dikatakan bahwa BI rate tidak berpengaruh positif terhadap NPF dalam jangka pendek. Model Jangka Panjang Hasil estimasi model jangka panjang untuk NPF dapat dilihat pada tabel 20 sebagai berikut. Tabel 20: Hasil Regresi Berganda Model NPF Jangka Panjang Variabel Koefisien Std. Error t-statistic Prob Kesimpulan C

18 FDR Signifikan CARS Signifikan PDB 3.39E E Signifikan INF Tidak signifikan BIR Signifikan R-squared Adj. R-squared F- statistic Prob (F- statistic) Dari hasil estimasi di atas, maka dapat ditulis persamaan NPF jangka panjang sebagai berikut: NPF = *FDR *CARS *PDB *INF *BIR Sama halnya pada model jangka pendek, sebelum menginterpretasikan hasilnya, lebih dahulu mengetahui hasil uji asumsi klasik sebegai berikut: 1. Normalitas Penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera dengan hasil uji normalitas untuk model NPF jangka panjang dapat dilihat pada tabel 21 berikut: Tabel 21: Hasil uji Jarque-Bera model NPF jangka panjang Mean 6.90e-16 Median Maximum Minimum Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Pada tabel 21, nilai probabilitas Jarque-Bera adalah sebesar yang berarti nilainya lebih besar dari tingkat signifikansi 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa residual pada model NPF jangka panjang sudah terdistribusi dengan normal. 2. Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas dengan mengunakan korelasi antar variabel independen untuk model NPF jangka panjang dapat dlihat pada tabel 4.22 berikut: Tabel 4.22: Hasil uji korelasi model NPF jangka panjang FDR CARS PDB INF BIR FDR

19 CARS PDB INF BIR Dari tabel 22, dapat dilihat bahwa semua variabel independen yaitu FDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate memiliki nilai korelasi di bawah 0.9 dengan variabel independen lain sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan pada model NPF jangka panjang sudah terbebas dari masalah multikolinearitas. 3. Autokorelasi Hasil dari uji autokorelasi menggunakan Serial Correlation LM Test dapat dilihat pada tabel 23. Tabel 23: Hasil Breusch Godfrey Serial Correlation LM test model NPF jangka panjang F-statistic Prob. F(2,35) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model NPF jangka panjang karena nilai probabilitas chi-square sebesar lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. 4. Heterokedastisitas Salah satu asumsi penting dalam regresi linier adalah residualnya harus memiliki varians yang sama (homokedastisitas). Uji heterokedastisitas pada penelitian ini menggunakan Breusch-Pagan- Godfrey Test dengan hasil sebagai berikut: Tabel 24: Hasil Uji Heterokedastisitas Breusch-Pagan-Godfrey model NPF jangka panjang F-statistic Prob. F(6,37) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(6) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(6) Pada tabel 24 nilai prob. Chi-square pada Obs*R-squared adalah , lebih besar dari tingkat signifkansi 5% sehingga asumsi homokedastisitas terpenuhi atau dengan kata lain residual pada model NPF jangka panjang terbebas dari masalah heterokedastisitas. Uji Hipotesis Jangka Panjang Nilai koefisien determinasi sebesar mengindikasikan bahwa kemampuan variabel independen yaitu FDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate dalam menjelaskan variasi variabel NPF dalam jangka panjang adalah sebesar 87.2% dan sisanya ditentukan oleh variabel independen lain di luar model. Sementara secara simultan, FDR, CAR, PDB, inflasi dan BI rate secara mempengaruhi NPF dalam jangka panjang dilihat dari probabilitas F-statistik adalah lebih kecil dari 5%. Secara parsial, variabel FDR memiliki koefisien sebesar dengan t-statistik sebesar Nilai t-statistik tersebut lebih besar dari t-tabel pada derajat bebas 38 dan tingkat signifikansi 5% sehingga disimpulkan bahwa variabel FDR berpengaruh negatif terhadap NPF dalam jangka panjang. Variabel CAR memiliki t-statistik sebesar yang lebih besar dari t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan koefisien sebesar Sehingga secara parsial, CAR berpengaruh signifikan positif terhadap NPF dalam jangka panjang.

20 Untuk variabel PDB, nilai t-statistik sebesar dan nilai koefisien sebesar Jadi pada jangka panjang PDB berpengaruh signifikan terhadap NPF dengan arah hubungan positif. Variabel inflasi (INF) memiliki nilai koefisien sebesar dan nilai t-statistik sebesar sehingga secara parsial inflasi tidak berpengaruh positif terhadap NPF dalam jangka panjang. Variabel BI Rate (BIR) memiliki koefisien sebesar dengan t-statistik sehingga kesimpulannya secara parsial BI rate berpengaruh negatif terhadap NPF bank umum syariah pada jangka panjang. Pembahasan Pengaruh LDR atau FDR terhadap NPL atau NPF Menurut hasil penelitian, dalam jangka pendek variabel Loan to Deposit Ratio tidak mempengaruhi NPL yang mewakili kredit bermasalah bank umum konvensional. Hasil ini bertentangan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap NPL. Dapat dilihat pada tabel 25, pada saat Loan to Deposit Ratio naik tidak selalu diikuti dengan kenaikan NPL pada jangka pendek. Ada kalanya saat LDR naik justru NPL-nya turun, namun ada kalanya ketika LDR naik NPL juga ikut naik, karena ketidakpastian hubungan antara keduanya sehingga dalam penelitian ini hasil pengujian menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh terhadap NPL dalam jangka pendek. Fluktuasi dana pihak ketiga yang tidak menentu dibandingkan dengan penyaluran kredit yang meningkat secara terus-menerus juga dapat menyebabkan hubungan keduanya tidak signifikan. Tabel 25: Perbandingan NPL dan LDR Bank Umum Konvensional Tahun Bulan NPL LDR 2012 March June September December March June September December March June September December March June September Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2015), data diolah Selain itu, kemungkinan peningkatan kredit bermasalah disebabkan karena faktor debitur atau faktor makroekonomi lain selain dari rasio likuiditas ini. Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Vasiliki Makri (2014) yang menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah. Dalam jangka panjang, Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap tingkat kredit bermasalah bank umum konvensional sehingga bertentangan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap NPL. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan temuan yang dilakukan oleh Soebagio (2005), Faiz (2010), dan Poetry dan Sanrego (2011)

21 dimana hasilnya LDR memiliki pengaruh negatif terhadap kredit bermasalah. LDR yang tinggi dapat disebabkan oleh kebijakan bank yang cenderung bersifat agresif dimana ekspansi kredit dilakukan sebisa mungkin dengan tetap mempertahankan kualitas kredit. Sedangkan dana yang masuk berupa DPK tidak terlalu banyak, karena keduanya tidak seimbang maka dapat mengakibatkan LDR menjadi tinggi. Di sisi lain, kredit terus meningkat namun bukan berarti dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit memiliki kualitas yang rendah pula. Sehingga kenaikan pada LDR tidak membuat NPL ikut naik. Dapat dilihat pada tabel sebelumnya, bahwa saat Loan to Deposit ratio mengalami kecenderungan naik, tingkat kredit bermasalah malah cenderung turun. Sama halnya dengan LDR pada bank umum konvensional, Finance to Deposit Ratio juga tidak berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing bank umum syariah pada jangka pendek. Hal ini disebabkan karena kenaikan pada FDR dalam jangka pendek tidak selalu diikuti dengan kenaikan NPF bank syariah begitupun saat terjadi penurunan FDR bukan berarti NPF juga ikut turun. Inilah yang menyebabkan hasil penelitian menjadi tidak signifikan pada jangka pendek. Terjadinya pembiayaan bermasalah pada jangka pendek bisa saja disebabkan faktor lain seperti yang dijelaskan pada sebelumnya. Untuk lebih memudahkan memahami perbandingan antara rasio NPF dan FDR dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1: Perbandingan NPF dan FDR Bank Umum Syariah Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2015), data diolah Dalam jangka panjang, Finance to Deposit Ratio memiliki pengaruh negatif terhadap pembiayaan bermasalah sama seperti pada bank umum konvensional. Dapat dilihat pada grafik 1, ketika FDR tinggi justru rasio NPF-nya turun. Hal ini disebabkan karena jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun bank syariah masih sangat terbatas. Prinsip bagi hasil yang diterapkan pada bank umum syariah menyebabkan masyarakat masih merasa enggan untuk menyimpan dananya di bank syariah. Sementara pembiayaan masih tetap berkembang dikarenakan bank umum syariah memiliki ruang terbatas dalam penyaluran dana dibandingkan dengan bank umum konvensional. Untuk menjaga posisi likuiditasnya, bank syariah berupaya hingga dapat menekan rasio FDR pada dua tahun terakhir. Namun hal tersebut tidak menyebabkan pembiayaan bermasalah juga ikut turun. Pembiayaan bermasalah terus naik seiring dengan semakin banyaknya pembiayaan yang disalurkan bank umum syariah dari tahun ke tahun. Hasil temuan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Poetry dan Sanrego (2011). Pengaruh CAR terhadap NPL atau NPF Sesuai dengan hipotesis penelitian, variabel Capital Adequacy Ratio terbukti berpengaruh positif terhadap kredit bermasalah pada bank umum konvensional baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil yang diperoleh ini semakin mendukung teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi Capital Adequacy Ratio maka akan semakin tinggi pula terjadinya kredit bermasalah. Capital Adequacy Ratio menunjukkan besarnya kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan modal (Suhardjono, 2011). Semakin tinggi CAR yang dimiliki suatu bank, maka menunjukkan bahwa modal

22 yang dimiliki bank juga semakin besar. Dengan semakin banyaknya modal yang dimiliki maka akan membuat bank menyalurkan kredit dalam jumlah yang lebih besar pula sehingga risiko terjadinya kredit bermasalah juga akan meningkat. Selama periode penelitian, pergerakan CAR bank umum konvensional berada di kisaran 15%- 20%, jauh di atas ketentuan Bank Indonesia yang mengatur batas minimal sebesar 8%. Besarnya permodalan yang dimiliki oleh bank umum konvensional tentunya tidak akan disia-siakan begitu juga. Oleh karena itu, maka bank umum konvensional akan menambah jumlah kredit yang disalurkannya kepada masyarakat. Peningkatan jumlah kredit yang disalurkan akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya risiko kredit bermasalah juga semakin meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chang (2006) dan Adisaputra (2012) yang menyatakan bahwa kenaikan CAR akan mengakibatkan kenaikan pada NPL. Pada bank umum syariah, Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah yang diwakili oleh variabel Non Performing Financing (NPF) dalam jangka pendek. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menduga bahwa CAR akan berpengaruh positif terhadap NPF. Menurut hasil penelitian, dalam jangka pendek CAR tidak mampu menerangkan pembiayaan bermasalah pada bank umum syariah. Hal ini dapat disebabkan karena permodalan yang dimiliki bank umum syariah masih lemah pada jangka pendek, sementara pembiayaan terus berkembang dari waktu ke waktu. Grafik 2: Perbandingan antara CAR dan NPF Bank Umum Syariah Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2015), data diolah Seperti yang terlihat pada grafik 2, permodalan bank syariah masih sangat fluktuatif pada jangka pendek. CAR bank umum syariah cenderung turun dan hanya mengalami peningkatan beberapa kali saja dalam jangka pendek, sementara NPF bank syariah selalu meningkat. Peningkatan terjadinya pembiayaan bermasalah ini diduga disebabkan adanya faktor kegagalan usaha debitur yang dapat mengancam kredibilitas debitur dalam mengembalikan pembiayaannya. Inilah mengapa hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak mampu mempengaruhi NPF bank umum syariah dalam jangka pendek. Temuan ini sejalan dengan temuan Rahmadani (2015) yang menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Bertentangan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap NPF, pada jangka panjang CAR malah berpengaruh negatif terhadap pembiayaan bermasalah bank umum syariah. Hasil ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Makri (2013) yang menemukan bahwa rasio permodalan ini berpengaruh negatif terhadap kredit bermasalah. Peningkatan permodalan yang dimiliki bank umum syariah akan menurunkan risiko terjadinya pembiayaan bermasalah pada jangka panjang, sebaliknya jika permodalan terus menurun dari waktu ke waktu maka akan menyebabkan pembiayaan bermasalah semakin meningkat. Dapat dilihat pada grafik 2 bahwa permodalan yang dimiliki bank umum syariah masih lemah selama periode penelitian,

23 sementara pembiayaan bermasalah terus meningkat. Rasio CAR bank umum syariah yang rendah menggambarkan bahwa risiko atas aktiva yang dimiliki bank syariah masih tinggi sedangkan permodalan yang dimiliki masih belum mumpuni dalam menutupi risiko tersebut. Akibatnya pembiayaan bermasalah pun ikut meningkat seiring dengan ketidakmampuan modal yang dimiliki dalam menutupi setiap risiko yang mungkin terjadi. Pengaruh PDB terhadap NPL atau NPF Menurut hasil penelitian, variabel PDB berpengaruh positif terhadap NPL baik pada jangka pendek maupun pada jangka panjang. Hasil ini bertentangan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa PDB berpengaruh negatif terhadap kredit bermasalah. PDB merupakan variabel makroekonomi yang menggambarkan pertumbuhan suatu negara. Seperti yang kita tahu, jumlah PDB Indonesia dari tahun ke tahun memang selalu meningkat dalam segi nominal. Meskipun pada dua tahun belakangan ini pertumbuhannya agak melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Seiring dengan PDB yang meningkat, terjadinya kredit bermasalah yang melanda bank umum konvensional juga meningkat seperti yang terlihat pada grafik 3. Baik PDB dan NPL memiliki tren naik selama periode penelitian. Grafik 3: Pergerakan PDB dan NPL BUK Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2015), data diolah Kenaikan Produk Domestik Bruto Indonesia akan menyebabkan kenaikan adanya kredit bermasalah pada bank umum konvensional. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian maupun penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kenaikan PDB akan dapat menekan risiko kredit bermasalah. Terjadinya kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa semua bidang usaha sedang dalam kondisi baik yang ditandai dengan peningkatan produktivitas. Saat pertumbuhannya naik, biasanya kegiatan usaha juga akan menguntungkan sehingga pendapatan yang diterima masyarakat akan meningkat. Ketika pendapatan meningkat maka akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan saving. Seperti teori pertumbuhan neo klasik yang dibawa oleh Sollow-Swan, dimana pertumbuhan ekonomi ditandai dengan pertumbuhan output dan adanya kecenderungan menabung dari masyarakat. Semakin tingginya dana yang masuk pada perbankan sebagai akibat kenaikan saving masyarakat maka akan menyebabkan terjadinya penawaran kredit yang lebih tinggi. Pada akhirnya hal ini dapat meningkatnya risiko kredit bermasalah sehingga rasio NPL akan ikut naik. Grafik 4: Pergerakan PDB dan NPF BUS

24 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2015), data diolah Sementara pada bank umum syariah, PDB tidak mempengaruhi adanya pembiayaan bermasalah pada jangka pendek. Kenaikan PDB pada jangka pendek tidak selalu diikuti dengan kenaikan pembiayaan bermasalah. Dapat dilihat pada grafik 4 bahwa fluktuasi antara keduanya berbeda pada jangka pendek meskipun terdapat kecenderungan naik dalam jangka panjang. Peningkatan PDB yang terjadi tidak mempengaruhi adanya pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah. Meskipun kenaikan PDB dapat mengakibatkan kenaikan di sisi penghimpunan dana, namun bank syariah sepertinya masih belum terlalu diminati masyarakat sehingga kenaikan pada DPK tidak terlalu besar dan tidak begitu berpengaruh dalam penawaran pembiayaan bank umum syariah. Sedangkan pada jangka panjang, PDB berpengaruh positif terhadap pembiayaan bermasalah bank umum syariah. Sama halnya yang terjadi pada bank umum konvensional, dengan adanya kenaikan pada PDB menunjukkan bahwa iklim usaha memang sedang bagus. Peningkatan kegiatan usaha tersebut meningkatkan pendapatan yang diterima masyarakat sehingga mendorong kenaikan tabungan. Meskipun pada jangka pendek kenaikannya tidak berpengaruh, namun pada jangka panjang baru terlihat pengaruh yang sebenarnya. Dimana makin tinggi dana yang masuk pada bank syariah maka akan menyebabkan terjadinya penawaran pembiayaan yang lebih tinggi sehingga risiko pembiayaan bermasalah pun ikut meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Poetry dan Sanrego (2011) dengan hasil bahwa NPF merespon positif adanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pengaruh variabel inflasi terhadap NPL atau NPF Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, variabel inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit bermasalah bank umum konvensional baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini bertentangan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif terhadap kredit bermasalah. Indonesia sebagai negara berkembang memang sangat rentan terhadap masalah-masalah global, seperti kenaikan harga minyak dunia. Hal-hal seperti itu dapat mempengaruhi kestabilan harga barang dan jasa yang ada di dalam negeri. Akibatnya, inflasi di Indonesia sangat fluktuatif baik dalam periode bulanan maupun tahunan. Selama kurun waktu penelitian, inflasi di Indonesia pernah menyentuh hingga 3.29% pada Juli 2013, namun juga pernah menyentuh harga terendah hingga -0.36% pada Februari 2015 (m/m). Penurunan inflasi pada tahun ini didukung karena adanya penurunan harga minyak mentah dunia. Meskipun inflasi turun, hal ini tidak membuat kredit bermasalah juga ikut turun. Kredit bermasalah pada bank umum konvensional cenderung naik dari tahun ke tahun, sementara inflasi tidak dapat diprediksi secara pasti. Ketidakstabilan tingkat harga di Indonesia ini dianggap tidak dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap kredit bermasalah bank umum konvensional. Hasil ini sejalan dengan penelitian Haddad (2003), Khemraj dan Pasha (2009), Makri (2013), Tanaskovic dan Jandric (2014).

25 Begitu juga pada pembiayaan bermasalah bank umum syariah tidak dipengaruhi oleh inflasi di Indonesia dalam jangka panjang. Naik turunnya inflasi tidak mempengaruhi pergerakan kredit maupun pembiayaan bermasalah. Meskipun inflasinya naik, hal ini tidak mempengaruhi kewajiban debitur untuk mengembalikan kredit ataupun pembiayaan yang dipinjamnya. Masyarakat di Indonesa ternyata memiliki kecenderungan untuk tetap mengonsumsi barang dan jasa meskipun harganya naik, sehingga tidak terjadi penurunan daya beli masyarakat yang dapat menyebabkan penurunan penjualan produsen. Sehingga meskipun inflasinya naik, tidak akan menganggu pendapatan dan keuntungan produsen selaku debitur sehingga tidak berdampak pada kemampuannya dalam membayar kredit. Adanya peningkatan pada kredit maupun pembiayaan bermasalah bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti itikad baik tidaknya masing-masing debitur dalam mengembalikan pinjamannya tersebut. Sementara pada jangka pendek, inflasi berpengaruh negatif terhadap pembiayaan bermasalah bank umum syariah. Dapat dilihat pada grafik 5 pada jangka pendek ketika inflasi mengalami kenaikan, NPF justru mengalami hal sebaliknya. Hal ini disebabkan karena ekspektasi inflasi pada jangka pendek, dimana masyarakat percaya bahwa akan terjadi kenaikan inflasi di kemudian hari. Ketika inflasi naik, harga barang dan jasa menjadi lebih mahal. Akibatnya masyarakat akan membatasi konsumsi mereka, termasuk permintaan pembiayaan juga akan ikut turun. Karena masyarakat tidak ingin menambah beban biaya hidup mereka. Oleh karena itu, ketika inflasi naik, risiko pembiayaan bermasalah akan turun seiring dengan menurunnya permintaan pembiayaan pada bank umum syariah. Grafik 5: Pergerakan NPF dan inflasi Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2015), data diolah Pengaruh variabel BI rate terhadap NPL atau NPF Hasil penelitian pada jangka pendek menunjukkan bahwa variabel BI rate yang mewakili suku bunga di Indonesia tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah bank umum konvensional. Hasil ini bertentangan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa BI rate berpengaruh positif terhadap kredit bermasalah. Dalam jangka pendek, BI rate memang tidak banyak berubah-ubah dan tergolong stabil, sehingga bank pun tidak akan merespon dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga kreditnya. Hal inilah yang menyebabkan BI rate tidak bepengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Febrianti (2015). Sesuai dengan hipotesis penelitian, dalam jangka panjang variabel BI rate memiliki pengaruh positif terhadap NPL bank umum konvensional. Kenaikan yang terjadi pada BI rate akan menyebabkan suku bunga simpanan maupun kredit ikut meningkat. Seperti pada teori Loanable Funds, ketika suku bunga naik maka suku bunga simpanan juga akan ikut naik dan mendorong masyarakat untuk menyimpan dananya di bank sehingga dana yang masuk di bank meningkat. Peningkatan dana tersebut akan dimanfaatkan bank untuk melakukan penawaran kredit lebih tinggi lagi sehingga risiko terjadinya kredit bermasalah akan ikut meningkat. Selain itu, menurut Sutoyo (1998:18) dan Siamat (2005: 360) peningkatan suku bunga kredit tersebut juga akan menyebabkan menurunnya kemampuan debitur (yang sudah meminjam dana di bank) dalam membayar kredit yang telah dipinjamnya sehingga risiko terjadinya kredit bermasalah bank umum konvensional akan ikut meningkat. Apalagi pada bank

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV ini akan dilakukan pengujian terhadap pengaruh CAR, NPF, FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII. Sebagaimana telah dijelaskan

Lebih terperinci

panjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to

panjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Uji Stasioneritas Pengujian stasioneritas data yang digunakan terhadap seluruh variabel dalam model kajian didasarkan pada Augmented Dickey Fuller test (ADF test),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif mewakili seluruh contoh populasi dalam penelitian. Hal ini menjelaskan mengenai kecenderungan data tengah dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisis dari data-data penelitian yang telah diolah menggunakan Eviews, diikuti dengan pembahasan dari hasil pengolahan data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 12 BUS. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 12 BUS. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Objek dalam penelitian ini adalah BUS (Bank Umum Syariah) di Indonesia. Pengambilan sampel dengan metode

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner) BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil estimasi berdasarkan metode penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dan pembahasan analisis hasil estimasi tersebut. Pembahasan dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to deposit ratio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian beruntut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bulanan yang mencakup periode Tahun 2009.01-2014.08.Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa III. METODELOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2005:T1 2014:T3) variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Stasionaritas). Data deret waktu dikatakan stasioner jika menunjukkan pola yang konstan dari waktu kewaktu. Adapun uji akar unit

Lebih terperinci

FACTORS AFFECTING THE LOAN DISBURSEMENT IN COMMERCIAL BANKS IN INDONESIA IN

FACTORS AFFECTING THE LOAN DISBURSEMENT IN COMMERCIAL BANKS IN INDONESIA IN Faktor Kredit Bank... (Arif Darmawan) FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT BANK UMUM DI INDONESIA TAHUN 20102015 Arif Darmawan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heterokidastisitas Dalam uji white, model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini diregresikan untuk mendapatkan nilai residualnya. Kemudian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Bab 4 akan memaparkan proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Data akan diolah dalam bentuk persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor penggerak kegiatan perekonomian. Kegiatan kegiatan lembaga sebagai penyedia dan penyalur dana akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian dan pengambilan data dari laporan triwulan yang telah dipublikasikan Bank Umum

Lebih terperinci

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN BAB. III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dengan data rasio berdasarkan data time series. Data tersebut diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari elemen-elemen populasi yang terpilih. Sampel penelitian diambil secara sensus, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. dari elemen-elemen populasi yang terpilih. Sampel penelitian diambil secara sensus, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Populasi dan Pengambilan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Sanusi, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah Bank Umun Syariah Milik Negara di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dan tempat penelitian menguraikan tentang jadwal penelitian dilaksanakan dan lokasi dimana penelitian dilakukan, yang juga mencakup gambaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series 51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series yang didapat dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perolehan sampel dan data tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perolehan sampel dan data tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek dalam penelitian ini menjelaskan mengenai hasil perolehan sampel dan data tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis dan Hasil Regresi Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode Hal-hal

BAB III METODE PENELITIAN. Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode Hal-hal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia (BI). Penelitian ini meneliti Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode 2010-2012.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat digunakan. Keempat pengujian tersebut adalah uji kenormalan, uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat digunakan. Keempat pengujian tersebut adalah uji kenormalan, uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Asumsi Pengujian asumsi dilalukan untuk memastikan bahwa model yang dipilih telah memenuhi asumsi yang telah ditentukan. Ada empat tahapan pengujian asumsi yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data (N) yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF Dari data yang diperoleh sebanyak 45 sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2011 diperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK VARIABEL MAKROEKONOMI DALAM UPAYA MENSTABILKAN INFLASI DI INDONESIA

ANALISIS JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK VARIABEL MAKROEKONOMI DALAM UPAYA MENSTABILKAN INFLASI DI INDONESIA ANALISIS JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK VARIABEL MAKROEKONOMI DALAM UPAYA MENSTABILKAN INFLASI DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Husnun Aziza Dg Silasa 125241117 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (α) dari masing-masing variabel.

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (α) dari masing-masing variabel. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Industri perbankan merupakan salah satu industri yang berperan penting dalam perkembangan perekonomian. Berikut ini adalah profil 10 Bank terbesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada empat perbankan syariah, yaitu Bank Muamalat Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah. Penelitian ini mengambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskripsi Data 1. Analisis Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data 1. Data Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Variabel Sektor Moneter dan Riil Terhadap Inflasi di Indonesia (Periode 2006:1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL yang diukur dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi dapat dilihat. Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi dapat dilihat. Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian 1. Statistik Deskriptif Deskripsi data dari masing-masing variabel penelitian yang meliputi nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), EPS

III. METODE PENELITIAN. yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), EPS 44 III. METODE PENELITIAN A.Deskripsi Data Input Dalam penelitian ini variabel terikat (dependen variabel) yang digunakan adalah harga saham perbankan. Sedangkan variabel bebasnya (independent variabel)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam periode tahun Data tersebut merupakan data laporan keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam periode tahun Data tersebut merupakan data laporan keuangan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan berupa data sekunder. Data tersebut dalam kategori data time series yang diambil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. syariah yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan di website bank

BAB III METODE PENELITIAN. syariah yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan di website bank BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah bank umum syariah di inonesia. Sedangkan subyeknya berupa Laporan Keuangan tahunan seluruh Bank syariah yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh laba merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan yang lengkap (Annual Report) pada periode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data adalah keterangan (informasi) yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang atau sifat (Tampomas, 2003: 32).Jadi ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. telah di publikasikan melalui website Bank Panin Syariah

BAB IV HASIL PENELITIAN. telah di publikasikan melalui website Bank Panin Syariah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Penelitian ini menggunakan laporan keuangan Bank Panin Syariah yang telah di publikasikan melalui website Bank Panin Syariah (www.bankpaninsyariah.co.id), berupa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Bank Pembangunan Daerah didirikan dengan maksud khusus untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan obyek (satuan-satuan/individuindividu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto, 1994). Populasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, 391 III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia (Periode 2001:I 2012:IV)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia Dilihat dari segi kepemilikannya, Bank di Indonesia dibedakan menjadi enam kategori bank, diantaranya adalah Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Bank Umum Syariah di Indonesia pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2012-2015. Data laporan keuangan diperoleh melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana. Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana. Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang. 3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam katagori metode penelitian kuantitatif karena menggunakan data yang diukur dengan sekala numerik (angka) dan analisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang 45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan melalui pengolahan data yang dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan memberikan pinjaman. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan memberikan pinjaman. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi keuangan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

DETERMINAN PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA PERBANKAN DI INDONESIA: Pendekatan Error Correction Model (ECM)

DETERMINAN PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA PERBANKAN DI INDONESIA: Pendekatan Error Correction Model (ECM) Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.20, No.1 Januari 2016, hlm. 149 156 Terakreditasi SK. No. 040/P/2014 http://jurkubank.wordpress.com DETERMINAN PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA PERBANKAN DI INDONESIA:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (2010:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut

BAB III METODE PENELITIAN. (2010:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun 2010 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penulisan penelitian ini dilakukan pada 13 April 2013 sampai dengan selesai dengan memperoleh data dari internet dan buku-buku di perpustakaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian terhadap fakta yang tertulis. Dokumen atau arsip data yang diteliti berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Kestasioneran data merupakan hal yang sangat penting dalam analisis data time series. Hal ini karena penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan pada bab satu juga berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab empat dan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 2.1.1. Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto (2014) Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto melakukan penelitian ini dengan tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH RISIKO KREDIT, RISIKO LIKUIDITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN

PENGARUH RISIKO KREDIT, RISIKO LIKUIDITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN PENGARUH RISIKO KREDIT, RISIKO LIKUIDITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN (Studi Kasus pada Bank Umum Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015) Diajukan Untuk

Lebih terperinci

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT This study aimed to test the influence of Bank Indonesia Interest Rate and Inflation to Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), operating eficiency (BOPO), Return on Assets

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil analisis deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan BAB V PEMBAHASAN Pengujian penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Dalam penelitian ini data yang digunakan berupa data kuantitatif yang berasal dari data sekunder, yaitu berupa data berkala (data time series) data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 2013. Subyek dalam penelitian ini yaitu laporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada

BAB III METODE PENELITIAN. sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Gross Domestic Product

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Gross Domestic Product 99 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 5.1. Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, Financing Deposit Ratio (FDR), Sertifikat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengukur pengaruh hubungan antara

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengukur pengaruh hubungan antara BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengukur pengaruh hubungan antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kesehatan Bank terhadap Return Saham pada Industri Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. 4.1.1. Kondisi Risk/Non Performing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN

BAB III METODE PENILITIAN 44 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini penulis melakukan pengujian mengenai Luas panen, Jumlah Penduduk dan Harga terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul periode tahun 1982-2015.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan gambaran hasil penelitian beserta hipotesis dengan pembahasan pada bagian akhir. Penelitian ini menggunakan alat bantu yakni perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. meliputi nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi dapat

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. meliputi nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi dapat BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Statistik Deskriptif Deskripsi data dari masing-masing variabel penelitian yang meliputi nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat

III. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat 49 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia berupa Statistik Ekonomi Moneter, Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Edhi Satriyo Wibowo & Muhammad Syaichu (2013) Penelitian yang kedua dari Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu berjudul tentang Analisis Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyaluran kredit dilakukan sebagai salah satu akibat dari besarnya kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi produktivitas suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. BRI Syariah, dan Syariah Mandiri) di Indonesia periode

BAB III METODE PENELITIAN. BRI Syariah, dan Syariah Mandiri) di Indonesia periode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah BUMN (BNI Syariah, BRI Syariah, dan Syariah Mandiri) di Indonesia periode 2010-2013. 3.2 Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING LOAN PADA BANK UMUM DI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING LOAN PADA BANK UMUM DI INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING LOAN PADA BANK UMUM DI INDONESIA Andreani Caroline Barus 1) Erick 2) Program Studi Akuntansi STIE Mikroskil 1,2) Jl. Thamrin No.112, 124, 140 Medan

Lebih terperinci