PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE ELLIPTICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE ELLIPTICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL"

Transkripsi

1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE ELLIPTICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: Yustisiaji Deworo I JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Surat Penugasan... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Motto... iv Halaman Abstrak... v Halaman Persembahan... vii Kata Pengantar... viii Daftar Isi... x Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xiv Daftar Notasi... xvi Daftar Lampiran... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Dasar Teori Sirip Sirip Pin Macam-Macam Bentuk Sirip Pin Kubus... 13

3 Silinde r Ellips Oblong Aplikasi Sirip Pin Perpindahan Panas Parameter Tanpa Dimensi Perhitungan Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan pada Pin Fin Array Perhitungan Perpindahan Panas (Heat Transfer) Perhitungan Faktor Gesekan (Friction Factor) Perhitungan Unjuk Kerja Termal Pin Fin Array BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Spesimen Penelitian Alat Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan Tahap Pengujian Metode Analisis Data Diagram Alir Penelitian BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Hasil Pengujian Perhitungan Data Analisis Data... 50

4 4.3.1 Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Karakteristik Penurunan Tekanan Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Unjuk Kerja Termal BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran... 66

5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Spesifikasi spesimen penelitian Tabel 4.1. Data hasil pengujian spesimen 1 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 2,38). 38 Tabel 4.2. Data hasil pengujian spesimen 2 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 2,86). 39 Tabel 4.3. Data hasil pengujian spesimen 3 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 3,57). 40 Tabel 4.4. Data hasil pengujian spesimen 4 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 4,76). 41 Tabel 4.5. Data hasil pengujian spesimen 5 (Plat Tanpa Sirip) Tabel 4.6. Perhitungan spesimen Tabel 4.7. Perhitungan spesimen 1 (Lanjutan) Tabel 4.8. Perhitungan spesimen Tabel 4.9. Perhitungan spesimen 2 (Lanjutan) Tabel Perhitungan spesimen Tabel Perhitungan spesimen 3 (Lanjutan) Tabel Perhitungan spesimen Tabel Perhitungan spesimen 4 (Lanjutan) Tabel Perhitungan spesimen Tabel Perhitungan spesimen 5 (Lanjutan)... 61

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Beberapa contoh jenis extended surface... 8 Gambar 2.2. Beberapa contoh jenis permukaan penukar kalor kompak... 9 Gambar 2.3. Perbedaan-perbedaan gradien temperatur dalam sirip Gambar 2.4. Sebuah susunan sirip pin ellips Gambar 2.5. Susunan sirip pin Gambar 2.6. Perbandingan antara konfigurasi susunan staggered sirip pin kubus dan sirip pin diamond Gambar 2.7. Perbandingan sirip pin silinder lurus dengan sirip pin silinder berfillet Gambar 2.8. Ukuran relatif dari circular fin, SEF dan N fin Gambar 2.9. Konfigurasi susunan staggered menggunakan sirip pin oblong Gambar Potongan melintang sudu turbin dengan pendinginan dalam (internal cooling) Gambar Pin fin assembly dalam suatu saluran udara segiempat dengan clearance nol Gambar 3.1. Spesimen penelitian Gambar 3.2. Skema alat penelitian Gambar 3.3. Alat penelitian inline elliptical pin fin assembly Gambar 3.4. Pelurus aliran udara (flow straightener) Gambar 3.5. Fan hisap Gambar 3.6. Pemanas listrik (electric heater) Gambar 3.7. Manometer U dan posisi titik pengukuran tekanan... 30

7 Gambar 3.8. Termokopel tipe T Gambar 3.9. Posisi 3 buah termokopel untuk mengukur temperatur udara masuk seksi uji Gambar Posisi 5 buah termokopel untuk mengukur temperatur udara keluar seksi uji Gambar Pemasangan termokopel pada base plate Gambar Anemometer Gambar Regulator pengatur tegangan listrik yang masuk heater Gambar Multitester digital Gambar Amperemeter Gambar 4.1. Posisi titik pengukuran temperatur udara Gambar 4.2. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata pada S x /D π = 3, Gambar 4.3. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap bilangan Nusselt pada S x /D π = 3, Gambar 4.4. Grafik pengaruh nilai S x /D π terhadap bilangan Nusselt pada S x /D π = 3, Gambar 4.5. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap penurunan tekanan pada S x /D π = 3, Gambar 4.6. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap faktor gesekan pada S x /D π = 3, Gambar 4.7. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap unjuk kerja termal pada S x /D π = 3,

8 DAFTAR NOTASI L t = Panjang seksi uji ( m ) H = Tinggi sirip ( m ) W b = Lebar specimen ( m ) L = Panjang specimen ( m ) 2 a = Panjang sumbu mayor sirip pin ellips ( m ) 2 b = Panjang sumbu minor sirip pin ellips (m) D π = Equal circumference diameter sirip pin ellips ( m) A front = Luas frontal dari sirip sirip ( m 2 ) A s = Luas total permukaan perpindahan panas ( m 2 ) A t = Luas penampang melintang saluran udara ( m 2 ) D h = Diameter hidrolik ( m ) T in = Temperatur rata rata udara masuk saluran udara ( o K ) T out = Temperatur rata rata udara keluar saluran udara ( o K ) T b = Temperatur udara rata rata base plate ( o K ) T f = Temperatur film ( o K ) V V maks = Kecepatan rata- rata dalam saluran udara (m/s) = Kecepatan uadara maksimum yang melalui sirip pin (m/s) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) ν = viskositas kinematik udara (m 2 /s) µ = viskositas dinamik udara (kg/m.s) C P = Panas jenis udara (kj/kg. o C) Q elect = Laju aliran panas dari heater (W) m = Laju aliran masa udara ( kg/s )

9 Q conv Q loss h a h s = Laju perpindahan panas konveksi (W) = Heat losses yang terjadi pada seksi uji = Koefisien perpindahan panas konveksi rata rata dengan sirip (W/m 2.K) = Koefisien perpindahan panas konveksi rata rata tanpa sirip (W/m 2.K) Nu = Bilangan Nusselt saluran udara ( Duct Nusselt number ) Nu D = Bilangan Nusselt pada pin ( Pin Nusselt number ) Re = Bilangan Reynold saluran udara ( Duct Reynold number ) Re D = Bilangan Reynold pada pin ( Pin Reynold number ) P = Penurunan tekanan f η = Faktor gesek = Unjuk kerja termal V h = Tegangan listrik heater ( V ) I h = Arus listrik heater ( A ) V f = Tegangan listrik fan ( V ) I f = Arus listrik fan ( A ) cos = Faktor daya listrik 2 phase P fan = Daya listrik fan ( pumping power ) ( W ) g = Kecepatan gravitasi ( kg m 2 /s )

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data spesimen 1 kecepatan 0,5 m/s dan 1 m/s Lampiran 2. Data spesimen 1 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Lampiran 3. Data spesimen 1 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Lampiran 4. Data spesimen 1 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Lampiran 5. Data spesimen 2 kecepatan 0,5 m/s dan 1 m/s Lampiran 6. Data spesimen 2 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Lampiran 7. Data spesimen 2 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Lampiran 8. Data spesimen 2 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Lampiran 9. Data spesimen 3 kecepatan 0,5 m/s dan 1 m/s Lampiran 10. Data spesimen 3 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Lampiran 11. Data spesimen 3 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Lampiran 12. Data spesimen 3 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Lampiran 13. Data spesimen 4 kecepatan 0,5 m/s dan 1 m/s Lampiran 14. Data spesimen 4 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Lampiran 15. Data spesimen 4 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Lampiran 16. Data spesimen 4 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Lampiran 17. Data spesimen 5 kecepatan 0,5 m/s dan 1 m/s Lampiran 18. Data spesimen 5 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Lampiran 19. Data spesimen 5 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Lampiran 20. Data spesimen 5 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Lampiran 21. Thermophysical Property untuk udara... 86

11

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirip sering digunakan pada alat penukar kalor untuk meningkatkan luasan perpindahan panas antara permukaan utama (prime surface) dengan fluida di sekitarnya. Idealnya, material sirip harus memiliki konduktivitas termal yang tinggi untuk meminimalkan perbedaan temperatur antara permukaan utama dengan permukaan yang diperluas (extended surface). Aplikasi sirip sering dijumpai pada sistem pendinginan ruangan, peralatan elektonik, sistem pembakaran dalam pada motor, trailing edge sudu turbin gas, alat penukar kalor kompak (compact heat exchanger) dengan udara sebagai media perpindahan panasnya. Ada berbagai tipe sirip pada alat penukar kalor yang telah digunakan diantaranya mulai dari bentuk yang relatif sederhana seperti sirip segiempat (rectangular), silindris, annular, tirus (tapered) atau pin sampai dengan kombinasi dari berbagai geometri yang berbeda dengan jarak yang teratur dalam susunan selang-seling (staggered) ataupun segaris (inline). Hal ini menjadi subjek dari suatu penelitian yang menarik dan luas karena perannya yang penting untuk berbagai aplikasi dalam dunia keteknikan. Salah satu tipe sirip dalam peralatan penukar kalor yang mempunyai banyak pemakaian dalam berbagai aplikasi industri adalah sirip pin. Sirip pin adalah elemen berbentuk silinder atau bentuk lainnya yang dipasang secara tegak lurus terhadap dinding alat penukar panas dengan fluida pendingin mengalir dalam arah aliran melintang (crossflow) terhadap dinding alat penukar panas tersebut (bagian permukaan yang terkena panas). Sirip-sirip pin yang menonjol dari sebuah permukaan yang mengalami pemanasan dapat meningkatkan luas permukaan disipasi atau pembuangan panas dan menyebabkan pencampuran aliran yang turbulen sehingga meningkatkan unjuk kerja disipasi panas yang berdampak pada meningkatnya ketahanan (reliability) dan umur peralatan. Terdapat berbagai parameter yang menggolongkan sirip pin, seperti bentuk pin, tinggi pin, diameter pin, perbandingan tinggi-diameter pin (H/D) dan sebagainya yang dapat disusun secara segaris (inline) ataupun secara selang-seling

13 (staggered) terhadap arah aliran fluida pendinginnya. Selain itu laju perpindahan panas dari suatu rakitan sirip pin (pin fin assembly) ke lingkungan juga tergantung pada distribusi temperatur pada sirip pin dan plat dasar (base plate), geometri sirip pin, shroud clearance (jarak antara ujung sirip pin dengan permukaan atas saluran udara), sifat-sifat fluida, laju aliran udara, jarak antara titik pusat sirip (inter-fit pitch), susunan sirip pin dan orientasi dari penukar panas (terutama untuk laju aliran udara yang rendah). Laju perpindahan panas pada plat dasar dengan temperatur tertentu dapat ditingkatkan dengan menaikkan koefisien perpindahan panas rata-rata, menaikkan luas permukaan perpindahan panas atau kedua-duanya. Kenaikan perpindahan panas dapat dicapai dengan cara konveksi paksa (forced convection) atau mengubah konfigurasi geometri dari alat penukar panas. Dalam praktiknya, caracara ini dibatasi oleh penurunan tekanan maksimum yang diijinkan melalui susunan sirip pin tersebut karena kenaikan perpindahan panas akan disertai penurunan tekanan. Energi yang hilang karena penurunan tekanan dapat melebihi energi yang didapatkan dari usaha peningkatan perpindahan panas tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari elliptical pin fin assembly yang disusun secara inline (segaris) dalam saluran segiempat (rectangular channel). 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut: 1. Material pin fin dan base plate yang digunakan adalah duralumin. 2. Dimensi base plate yang digunakan adalah ; panjang 200 mm, lebar 150 mm dan tebal 6,5 mm 3. Dimensi elliptical pin fins yang digunakan adalah ; tinggi 75 mm, panjang sumbu mayor (2a) 15 mm dan panjang sumbu minor (2b) 6 mm. 4. Jarak antara ujung sirip pin dengan permukaan atas saluran udara (shroud

14 clearence) adalah nol. 5. Penelitian menggunakan alat saluran udara segiempat yang terdiri dari: Saluran udara segiempat berdimensi penampang 150 mm x 75 mm Pemanas listrik (electric heater) Fan hisap Pelurus aliran udara (flow straightener) Manometer tipe U 6. Permukaan dalam saluran udara dilapisi dengan bahan melamin yang halus, sehingga faktor gesekan diabaikan. 7. Permukaan luar saluran udara dimana seksi uji diletakkan diisolasi dengan glasswool dan styrofoam sehingga perpindahan panas ke lingkungan diminimalisasi. 8. Parameter yang dibuat konstan yaitu temperatur permukaan base plate, temperatur udara masuk, jarak antar sirip dalam arah melintang (spanwise). 9. Parameter yang divariasi adalah kecepatan udara masuk yaitu sebesar 0,5 m/s, 1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s dan jarak antar sirip dalam arah aliran udara (streamwise) yaitu sebesar 25 mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm. 10. Pengujian karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari elliptical pin fin assembly dilakukan pada kondisi tunak (steady state). 11. Penelitian dilakukan dalam keadaan diam (static experiment) dan pada temperatur kamar. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh bilangan Reynolds terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan dari elliptical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel. 2. Mengetahui pengaruh jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) terhadap karakteristik perpindahan panas

15 dan penurunan tekanan dari elliptical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel. 3. Mengetahui pengaruh variasi bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara terhadap unjuk kerja termal dari elliptical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mampu memberikan pengetahuan baru yang berguna dalam ilmu perpindahan panas, khususnya mengenai karakteristik perpindahan panas dan unjuk kerja termal dari elliptical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel. 2. Dapat diterapkan dalam sistem pendinginan sudu-sudu turbin gas, sistem elektronik modern dan industri pesawat terbang. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan pengujian susunan sirip pin, dasar teori tentang sirip pin dan teori perhitungan perpindahan panas, penurunan tekanan dan unjuk kerja termal dari susunan sirip pin dalam saluran segiempat. BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan tempat dan pelaksanaan penelitian, peralatan yang digunakan, langkah-langkah penelitian dan pengambilan data. BAB IV : Data dan analisis, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan data hasil pengujian serta analisis hasil dari perhitungan. BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Li, Q. et al (1998) meneliti karakteristik perpindahan panas dan tahanan aliran dari susunan staggered sirip pin ellips pendek dalam saluran segiempat dengan aliran udara melintang. Seksi uji mempunyai ukuran lebar 240 mm, tinggi 12,75 mm dan dibuat dari plexiglass dengan tebal 10 mm. Dimensi sirip pin ellips yang digunakan mempunyai panjang sumbu mayor, 2a = 16 mm, panjang sumbu minor, 2b = 9 mm, sehingga equal circumference diameter dari sirip pin D = 12,75 mm, dan tinggi 12,75 mm (sama dengan tinggi saluran udara). Jarak antar titik pusat sirip dalam arah spanwise dan streamwise, S1/D = 1,10 3,00. Dalam penelitian ini hanya satu sirip yang dibuat dari naphthalene untuk setiap pengujian dan lainnya dibuat dari lilin (wax). Dengan menggunakan analogi perpindahan panas-massa dan teknik sublimasi napthalene, koefisien perpindahan panas ratarata pada sirip-sirip pin dan pada base plate dapat dinyatakan. Koefisien perpindahan panas rata-rata total dari sirip pin dihitung dan koefisien tahanan juga diteliti. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perpindahan panas dari sebuah saluran dengan sirip-sirip pin ellips lebih besar daripada dengan sirip-sirip pin bundar (circular), sedangkan tahanan aliran dari saluran dengan sirip-sirip pin ellips lebih rendah daripada sirip-sirip bundar pada range bilangan Reynolds dari Sara et al. (2000) melakukan penelitian mengenai analisa unjuk kerja pada solid bloks yang dipasang pada plat datar di dalam duct flow. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perpindahan panas dari solid blocks akan meningkat secara signifikan karena adanya penambahan luasan permukaan perpindahan panas. Disamping itu, peningkatan bilangan Reynolds akan menyebabkan penurunan unjuk kerja termal. Tahat, M. et al. (2000) meneliti tentang perpindahan panas kondisi tunak pada suatu sirip pin yang disusun secara inline maupun staggered yang orthogonal terhadap aliran udara rata-rata. Penelitian tersebut menggunakan saluran udara segiempat (rectangular channel) yang berdimensi 405 mm x

17 100 mm x 3000 mm dengan variasi kecepatan aliran udara 6 m/s, 7 m/s dan 7,8 m/s. Spesimen berupa plat datar berdimensi 250 mm x 300 mm yang diberi sirip pin berbentuk silinder pejal dengan diameter 8 mm dan panjang 90 mm dengan jarak antar titik pusat sirip, S x /D = 9,86 63,44 dan S y /D = 1,09 83,92. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa laju panas yang hilang meningkat seiring dengan meningkatnya bilangan Reynolds, namun menurun seiring dengan meningkatnya jarak antar titik pusat sirip pin untuk stream-wise direction dan span-wise direction Uzol, O., dan Camci, C., (2001) meneliti karakteristik peningkatan perpindahan panas dan kerugian tekanan total (total pressure loss) untuk dua altenatif susunan sirip pin ellips (sirip ellips dengan jenis SEF dan N fin) dan hasilnya dibandingkan terhadap susunan sirip pin bundar (circular). Dua geometri berbeda susunan sirip pin ellips dengan panjang sumbu mayor berbeda diuji, tetapi keduanya mempunyai panjang sumbu minor sama dengan diameter sirip bundar dan ditempatkan pada sudut serang (angle of attack) 0 o terhadap aliran bebas (free stream). Panjang sumbu mayor dari kedua tipe sirip pin ellips tersebut masing-masing adalah 1,67 kali dengan diameter sirip pin circular (SEF) dan 2,5 kali dengan diameter sirip pin circular (N fin). Susunan sirip pin dengan H/D = 1,5 diposisikan dalam konfigurasi staggered 2 baris, dengan 3 sirip di baris pertama dan 2 sirip di baris kedua dengan S/D = X/D = 2. Pengukuran perpindahan panas dan kerugian tekanan total dilakukan dalam saluran segiempat dengan aspect ratio 4,8 dan dengan variasi bilangan Reynolds antara berdasarkan kecepatan masuk dan diameter sirip. Liquid Crystal Thermography digunakan untuk mengukur distribusi koefisien perpindahan panas konveksi, Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan peningkatan perpindahan panas dari susunan sirip pin circular rata-rata sekitar 25-30% lebih tinggi dari susunan sirip pin ellips. Sedangkan dalam hal kerugian tekanan total, susunan sirip pin circular menghasilkan % lebih besar kerugian tekanan daripada susunan sirip pin ellips. Hal ini membuat susunan sirip pin ellips sangat menjanjikan sebagai alternatif alat pendinginan selain susunan sirip pin circular yang biasa digunakan dalam aplikasi pendinginan sudu turbin gas.

18 Bilen, K. et al. (2002) meneliti tentang karakteristik perpindahan panas, korelasi gesekan pada suatu sirip pin silinder yang dipasang pada permukaan elemen dengan susunan inline (segaris) maupun staggered (selang-seling) pada saluran segiempat dimana udara sebagai fluida kerja. Saluran terbuat dari kayu dengan dimensi 2000 mm x 180 mm x 100 mm, dengan ketebalan dinding 18 mm. Spesimen berupa plat dasar terbuat dari alumunium dengan dimensi 300 mm x 180 mm x 2 mm. Sirip yang digunakan memiliki diameter mm dan tinggi 100 mm dengan susunan S x /D = 2,2 dan S y /D = 1,72 3,45. Parameter dari penelitian ini adalah bilangan Reynolds dijaga antara tergantung pada diameter hidraulik, susunan sirip, dan jarak antar sirip. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dengan meningkatnya bilangan Reynolds akan meningkatkan bilangan Nusselt, yang berarti meningkatkan perpindahan panas. Tetapi dengan meningkatnya bilangan Reynolds, peningkatan perpindahan panas (heat transfer enhancement) dan unjuk kerja termal semakin menurun, dimana perpindahan panas maksimum terjadi pada variasi S y /D = 2,59. Penambahan sirip pin pada suatu permukaan meningkatkan perpindahan panas dari permukaan tersebut sebagai hasil dari kenaikan luasan permukaan perpindahan panas dan turbulensi tetapi mengorbankan penurunan tekanan yang lebih besar dalam saluran. 2.2 Dasar Teori Sirip Studi tentang komponen-komponen perpindahan panas berunjuk kerja tinggi yang berkenaan dengan berat, volume, dan biaya yang semakin kecil, dan perilakunya dalam berbagai kondisi lingkungan termal disebut permukaan perpindahan panas yang diperluas (extended surface heat transfer). Komponen-komponen ini telah diaplikasikan pada pesawat ruang angkasa (airland-space vehicles), dalam proses-proses kimia, refrigerasi, dan kriogenika, dalam peralatan listrik dan elektronika, dalam tungku konvensional dan turbin gas, dalam proses pembuangan panas pada boiler, dan dalam modul bahan bakar nuklir.

19 Permukaan-permukaan penyerap panas maupun pembuang panas masingmasing dikenal sebagai permukaan utama (prime surface). Apabila permukaan utama diperluas dengan permukaan tambahan seperti dalam gambar 2.1, maka gabungan antara kedua permukaan tersebut dinamakan permukaan yang diperluas (extended surface). Elemen yang digunakan untuk memperluas permukaan utama dikenal sebagai sirip (fin). Jika elemen sirip tersebut berbentuk kerucut atau silinder, sirip tersebut dinamakan spines atau pegs. Gambar 2.1. Beberapa contoh jenis extended surface: (a) sirip longitudinal (memanjang) dengan profil segiempat (b)pipa silindris dengan sirip berprofil segiempat (c) sirip longitudinal dengan profil trapezioda (d) sirip longitudinal dengan profil parabola (e) pipa silindris dengan sirip radial berprofil segiempat (f) pipa silindris dengan sirip radial berprofil trapezoida (g)cylindrical spine (h)truncated conical spine (i) truncated parabolic spine. Kebutuhan untuk perlengkapan pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, turbin gas, pengkondisian udara, dan kriogenika telah mendapatkan perhatian khusus dalam hal keringkasan permukaan alat penukar panas, terutama pada permukaan yang mengalami gradien tekanan yang kecil dalam fluida yang bersirkulasi melaluinya. Beberapa diantaranya ditunjukkan dalam gambar 2.2. Keringkasan (compactness) mengacu pada perbandingan luas permukaan perpindahan panas per satuan volume alat penukar panas. Definisi awal dari Kays dan London (1950) menetapkan bahwa elemen alat penukar panas kompak adalah alat penukar panas yang mempunyai kelebihan 245 m 2 per meter kubik alat penukar panas. Elemen alat penukar

20 panas kompak telah tersedia lebih dari 4100 m 2 per meter kubik dibandingkan dengan m 2 per meter kubik untuk alat penukar panas konvensional dengan pipa 5/8 1 in. Kebanyakan elemen alat penukar panas kompak terdiri dari plat-plat permukaan utama atau pipa-pipa yang dipisahkan oleh plat, batang atau spines, yang juga bertindak sebagai sirip. Seperti pada gambar 2.2(d), setiap sirip dapat diperlakukan sebagai sirip tunggal dengan tinggi sirip sama dengan setengah dari jarak plat pemisah dan dengan plat pemisah bertindak sebagai permukaan utama. Sehingga, alat penukar panas kompak dipandang sebagai bentuk lain dari permukaan yang diperluas (extended surface). Gambar 2.2. Beberapa contoh jenis permukaan penukar kalor kompak: (a) pipa silinder (b) pipa silinder dengan sirip-sirip radial (c) flat tube dengan sirip kontinyu (d) sirip plat (plate fin) (e)offset plate fin (f) crossed rod matrix. Apabila sirip dan permukaan utamanya ditempatkan pada lingkungan termal yang seragam, efektivitas permukaan sirip lebih kecil daripada permukaan utama. Hal ini dapat dilihat pada plat dengan sirip memanjang (longitudinal) pada penampang melintang segiempat pada gambar 2.3. Permukaan plat bagian dalam membuang panas dari sumber panas dengan koefisien perpindahan panas

21 seragam dan temperatur T 1, sedangkan permukaan plat bagian luar dan sirip membuang panas tersebut ke lingkungan sekelilingnya yang lebih dingin dengan koefisien perpindahan panas seragam dan temperatur T s. Permukaan plat yang lebih dingin berada pada temperatur intermediate T p, dan panas dari sumber panas meninggalkan plat karena adanya gradien temperatur, T p T s., Dengan cara yang sama, permukaan sirip dengan temperatur tertentu T, dan panas meninggalkan sirip karena adanya gradien temperatur T T s. Panas memasuki sirip melalui dasarnya (base), dimana itu berhubungan dengan plate dan bergerak berpindah secara kontinyu melalui sirip secara konduksi. Hampir dalam setiap kasus, temperatur dasar sirip akan sangat mendekati sama dengan T p. Panas yang diserap oleh sirip melalui dasarnya dapat mengalir menuju ujung sirip hanya jika ada gradien temperatur dalam sirip, yakni T p lebih besar dari T. Untuk kondisi ini, karena temperatur T bervariasi dari dasar hingga ujung sirip, gradien temperatur T T s akan lebih kecil daripada Tp Ts, sehingga satu satuan luas permukaan sirip akan kurang efektif dibandingkan dengan satu satuan luas permukaan plat atau permukaan utama. Gambar 2.3. Perbedaan-perbedaan gradien temperatur dalam sirip. Rugi mutlak dari unjuk kerja satu satuan permukaan sirip dibandingkan terhadap satu satuan permukaan utama dinamakan inefisiensi sirip. Efisiensi sirip didefinisikan sebagai perbandingan antara panas aktual yang hilang dari sirip terhadap panas ideal yang hilang jika temperatur seluruh permukaan sirip sama dengan temperatur dasarnya. Sirip dengan ukuran, bentuk, dan material tertentu memiliki efisiensi sirip yang berbeda-beda, dan efisiensi sirip akan

22 bervariasi terhadap konduktivitas termal dan cara perpindahan panasnya berkenaan dengan lingkungannya. Referensi telah dibuat untuk permukaan yang diperluas berisikan beberapa tipe permukaan utama dan beberapa tipe sirip. Banyak pengetahuan mengenai aliran panas, profil temperatur, efisiensi dan optimasi parameter-parameter sirip dapat diperoleh dari analisis tiga geometri dasar sirip yang ditunjukkan dalam gambar 2.1. yaitu sirip longitudinal, sirip radial dan spines. Sirip dengan berbagai geometri dan konduktivitas termal akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap sumber panas dan penyerap panas (source and sink) yang seragam dan identik. Sebaliknya, terdapat banyak hal mengapa temperatur dan koefisien perpindahan panas dari sumber panas dan penyerap panas bisa bervariasi. Hal penting dalam menganalisis geometri sirip adalah asumsi-asumsi yang diambil untuk menentukan dan membatasi masalah dan tentunya menyederhanakan penyelesaiannya. Analisis dari tiga geometri dasar sirip dapat dilakukan dengan mengacu pada asumsi Murray-Gardner, yaitu: a. Aliran panas dalam sirip dan temperaturnya tetap konstan terhadap waktu. b. Material sirip adalah homogen, konduktivitas termal sama di segala arah, dan tetap konstan. c. Koefisien perpindahan panas konveksi di permukaan sirip konstan dan seragam di keseluruhan permukaan sirip. d. Temperatur dari medium lingkungan sirip konstan. e. Ketebalan sirip adalah kecil, dibandingkan dengan tinggi dan panjangnya, sehingga gradien temperatur melewati ketebalan sirip dan perpindahan panas dari tepi sirip dapat diabaikan. f. Temperatur dasar sirip adalah seragam. g. Tidak ada tahanan kontak dimana dasar sirip digabung dengan permukaan utama. h. Tidak ada sumber panas di dalam sirip itu sendiri. i. Panas yang ditransfer melalui ujung sirip diabaikan dibandingkan dengan panas yang meninggalkan permukaan lateralnya. j. Perpindahan panas ke atau dari sirip sebanding terhadap kelebihan

23 temperatur antara sirip dan medium sekitar Sirip Pin Sirip pin adalah elemen berbentuk silinder atau bentuk lainnya yang dipasang secara tegak lurus terhadap dinding alat penukar panas, dengan fluida pendingin mengalir dalam arah aliran melintang (crossflow) terhadap elemen tersebut. Terdapat berbagai parameter yang menggolongkan sirip pin, seperti bentuk, tinggi, diameter, perbandingan tinggi-diameter (H/D) dan sebagainya. Sirip pin dengan perbandingan tinggi-diameter (H/D) antara 0,5 4 dikategorikan sebagai sirip pin pendek (short pin fin), sedangkan sirip pin panjang (long pin fin) memiliki perbandingan tinggi-diameter > 4. Perbandingan tinggi-diameter yang besar merupakan bagian yang menarik dalam aplikasi alat penukar panas dalam hal pencapaian koefisien perpindahan panas yang sangat tinggi. Gambar 2.4. Sebuah susunan sirip pin ellips. Sirip pin dapat disusun dalam dua arah utama. Pada gambar 2.5. sirip-sirip pin ditunjukkan dalam susunan segaris (inline) dan selang-seling

24 (staggered). S y adalah jarak antar titik pusat sirip sepanjang arah aliran (streamwise direction), sedangkan S x adalah jarak antar titik pusat sirip yang diukur normal/tegak lurus terhadap arah aliran (span-wise direction). Gambar 2.5. Susunan sirip pin (a) inline (b) staggered Macam-Macam Bentuk Sirip pin Kubus Sirip pin berbentuk kubus (cubic pin fin) dapat disusun secara segiempat maupun diamond berdasarkan arah aliran. Diamond merupakan susunan segiempat yang diputar 45 o. Gambar 2.6. menunjukkan sketsa kedua tipe susunan. Gambar 2.6. Perbandingan antara konfigurasi susunan staggered sirip pin kubus dan sirip pin diamond Silinder

25 Silinder lurus merupakan geometri sirip pin yang paling umum. Geometri sirip pin yang lain adalah silinder lurus dengan ujung difillet (filleted pin fin) dan silinder tirus (tapered cylindrical pin fin). Hubungan antara geometri sirip pin silinder lurus dengan geometri sirip pin silinder berfillet ditunjukkan dalam gambar 2.7. Gambar 2.7. Perbandingan sirip pin silinder lurus dengan sirip pin silinder berfillet Ellips Sirip pin ellips adalah bentuk silinder yang direntangkan dalam satu arah garis diameternya. Gambar 2.8. menunjukkan sketsa geometri circular fin dan dua bentuk sirip pin ellips. Dalam menguji sirip pin ellips, sumbu utama (major axis) segaris dengan arah aliran. Gambar 2.8. Ukuran relatif dari circular fin, SEF dan N fin. Bentuk-bentuk sirip pin ellips dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Standard Elliptical Fin (SEF). Sirip pin ini mempunyai standar penampang ellips dengan panjang sumbu

26 minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama adalah 1,67 kali panjang sumbu minor. Luas permukaan dari SEF dihitung 1,35 kali luas permukaan circular fin, tetapi luas frontal efektif sama dengan circular fin karena panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin. b. N fin Bentuk sirip ini diturunkan dari seri airfoil simetris 4 digit NACA. Panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama 2,5 kali panjang sumbu minor. Luas permukaan N fin dihitung 1,85 kali lebih besar daripada luas permukaan circular fin. Luas frontal efektif adalah sama dengan circular fin Oblong Sirip pin oblong merupakan perpaduan antara bentuk silinder dan bentuk kubus. Sirip pin oblong tersusun pada sudut orientasi yang berbeda, γ, berdasarkan arah aliran. Gambar 2.9. menunjukkan tata nama yang digunakan dalam sirip pin oblong. Gambar 2.9. Konfigurasi susunan staggered menggunakan sirip pin oblong. Kemampuan bentuk sirip pin dalam meningkatkan perpindahan panas dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebabkan pemisahan aliran (flow separation) dan menghasilkan turbulensi dalam medan aliran. Sehingga, sirip pin dengan bentuk yang kurang aerodinamis akan menghasilkan peningkatan perpindahan panas yang lebih baik. Misalnya pada sirip pin kubus. Karena kuatnya gaya inersia dari aliran fluida di sekitar sirip pin, aliran tidak dapat

27 melekat pada permukaan sirip bagian belakang (downstream) dari sudut yang tajam. Selain itu, perubahan lintasan aliran secara tiba-tiba di sekeliling sirip pin kubus menyebabkan pemisahan aliran dan daerah pusaran turbulen (turbulent vortex shedding), yang dapat menambah perpindahan panas dalam susunan sirip pin tersebut Aplikasi Sirip pin Perpindahan panas dari susunan sirip pin merupakan subjek yang sangat penting dengan banyak aplikasi keteknikan. Aplikasi tersebut mulai dari alat penukar panas kompak, boiler untuk turbin uap dan pendinginan internal secara konveksi dari air foils turbin gas. Seperti pada gambar 2.10, sirip pin biasanya dimasukkan dalam ruang pendinginan dalam (internal cooling) dekat trailing edge dari sudu turbin untuk meningkatkan perpindahan panas. Hal ini memungkinkan sudu beroperasi dalam temperatur tinggi tanpa mengalami kerusakan, sehingga meningkatkan efisiensi termal dan daya output. Gambar Potongan melintang sudu turbin dengan pendinginan dalam (internal cooling). Oleh karena pertimbangan aerodinamis, seperti pada gambar 2.10, trailing edge dari sudu menuntut profil yang semakin mengecil. Untuk itu, ruang pendinginan dalam daerah ini harus dengan bentuk penampang trapesium.

28 Pendingin dari pangkal sudu (blade base) bergerak memutar ke samping kemudian dikeluarkan dari slot ujung sudu, atau melalui saluran sirip pin kemudian keluar dari slot sepanjang trailing edge sudu. Namun, kebanyakan penelitian yang dilakukan adalah untuk sirip pin yang menggunakan saluran segiempat (rectangular channel) dengan aliran keluar yang lurus Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang cara untuk meramalkan perpindahan (distribusi) energi berupa panas yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur di antara benda atau material. Perpindahan panas dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi adalah distribusi energi berupa panas yang terjadi pada benda atau medium yang diam (padat) bertemperatur tinggi ke bagian benda yang bertemperatur rendah atau terdapat gradien temperatur pada benda tersebut. Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar. Bila molekul molekul di satu daerah memperoleh energi kinetik rata rata yang lebih besar daripada energi kinetik yang dimiliki oleh molekul molekul disekitarnya, sebagaimana yang diwujudkan pada benda yang berbeda suhu, maka molekul molekul yang memiliki energi lebih besar tersebut akan memindahkan sebagian energinya ke molekul molekul didaerah yang bersuhu rendah. Rumus dasar perpindahan panas secara konduksi adalah : k A T Q x (2.1) dimana: Q = laju perpindahan panas (Watt) k = konduktivitas panas (W/m. o C) A = luasan perpindahan panas arah normal Q (m 2 ) T = beda temperatur ( o C) x = ketebalan bahan (m) Perpindahan panas secara konveksi adalah distribusi energi berupa panas

29 yang terjadi karena terdapat aliran fluida. Persamaan dasar perpindahan panas konveksi adalah : Q w h A( T T ) (2.2) dimana: h = koefisien perpindahan panas (W/m 2 o C) Perpindahan panas konveksi ada dua macam, yaitu: 1. Konveksi alami (natural convection) Adalah perpindahan panas konveksi yang terjadi karena berubahnya densitas fluida tersebut yang disebabkan adanya pemanasan. 2. Konveksi paksa (forced convection) Adalah perpindahan panas konveksi konveksi yang berlangsung dengan bantuan peralatan mekanis, misalnya udara yang dihembuskan di atas plat oleh kipas. Sedangkan perpindahan panas radiasi ialah distribusi energi berupa panas yang terjadi melalui pancaran gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang lain tanpa zat perantara. Persamaan dasar perpindahan panas radiasi adalah : 4 Q AT (2.3) dimana: Q = panas yang dipancarkan (Watt) ε = emisivitas (0 s.d. 1) A = luas perpindahan panas (m 2 ) T = temperatur ( o C) σ = konstanta Steven Boltzman = 5, W/m 2 o C Untuk benda hitam sempurna nilai emisivitasnya adalah Parameter Tanpa Dimensi Persamaan perpindahan panas konveksi berkaitan dengan variabel penting yang dinamakan parameter tanpa dimensi (dimensionless). Parameter tanpa dimensi dalam kaitannya dengan perpindahan panas konveksi adalah: a) Bilangan Reynolds ( Reynolds Number ) Bilangan Reynolds dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya inersia dengan gaya kekentalan, didalam kecepatan lapis batas. Untuk kontrol

30 volume yang berbeda pada lapis batas ini, gaya inersia diasosiasikan dengan sebuah kenaikan momentum dari fluida yang bergerak melewati kontrol volume. Gaya inersia dalam bentuk u) u/ x V L 2 F I yx y ( didekati dengan persamaan :. Gaya kekentalan diwakili dengan gaya geser dalam bentuk u / y y / / dan dapat didekati dengan persamaan : Perbandingan gaya tersebut dapat ditulis : FI F s 2 V / L VL Re 2 L V / L 2 F s V / L. (2.4) Untuk harga Re yang tinggi, gaya inersia akan lebih berpengaruh daripada gaya kekentalan. Untuk harga Re yang rendah, gaya kekentalan akan lebih berpengaruh dari gaya inersia. b) Bilangan Nusselt ( Nusselt Number ) Bilangan Nusselt adalah bilangan tanpa dimensi yang menyatakan perbandingan antara koefisien perpindahan panas konveksi terhadap konduktivitas termal fluida. Bilangan ini menyediakan sebuah perhitungan tentang perpindahan panas konveksi yang terjadi pada permukaan. Bilangan Nusselt dirumuskan : dimana : hd Nu (2.5) k f Nu = bilangan Nusselt h = koefisien perpindahan panas konveksi ( W/m 2. o C) D = diameter ( m ) k f = konduktivitas termal fluida ( W/m. o C) Bilangan Nu merupakan fungsi universal dari bilangan Re. Apabila fungsi bilangan Re diketahui, maka dapat digunakan untuk menghitung nilai Nu untuk fluida, nilai kecepatan, dan skala panjang yang berbeda Perhitungan Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan pada Pin-Fin Assembly Perhitungan Perpindahan Panas (Heat Transfer)

31 Kesetimbangan energi kondisi tunak (steady state) untuk permukaan uji yang dipanaskan secara elektrik adalah sebagai berikut : Q elect = Q conv + Q loss (2.6) dimana : Q elect Q conv Q loss = laju aliran panas dari listrik (W) = laju perpindahan panas konveksi (W) = laju aliran panas yang hilang dari sistem (heat loss) (W) Input panas listrik dapat dihitung dari tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke permukaan. Kehilangan panas (heat loss) dari sistem bisa karena : (i) radiasi dari permukaan (ii) konduksi melalui dinding-dinding saluran ke atmosfer. Sehingga persamaan (2.6) dapat ditulis menjadi : Q elect = Q conv + Q rad + Q cond (2.7) dimana : Q rad = laju perpindahan panas radiasi (W) Q cond = laju perpindahan panas konduksi (W) Pada penelitian yang serupa, Naik et al (1987) dan Hwang dan Liou (1995) melaporkan bahwa total heat loss radiasi dari permukaan uji yang serupa sekitar 0,5% dari total input panas listrik, sehingga radiative heat loss diabaikan. Heat loss karena konduksi dari sisi dinding-dinding dapat diabaikan dibandingkan dari permukaan bawah dari seksi uji, karena luas total sisi plat yang dipanaskan jauh lebih kecil dari luas permukaan bawah. Pada penelitian ini, permukaan bawah dari plat uji tidak dipapar ke aliran, dan disolasi dengan kombinasi lapisan isolator dan lapisan kayu, sehingga heat loss konduksi dapat diabaikan. Analisis data akan memuaskan jika persentase total heat loss, Q Q elect Q conv conv kurang dari 10% (Naphon, P., 2007). Maka persamaan (2.7) menjadi : Q elect = Q conv (2.8) Panas yang dipindahkan dari permukaan bersirip dengan cara konveksi adalah : Tin Tout Q conv h As Tb (2.9) 2

32 dimana : Q conv = laju perpindahan panas konveksi (W) h = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (W/m 2.K) A s T b T in T out = luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari pin fin assembly (m 2 ) = temperatur permukaan base plate (K) = temperatur inlet dari aliran udara (K) = temperatur outlet dari aliran udara (K) Dari persamaan (2.9), Q conv dapat juga dinyatakan dengan : Q conv p in out m C T T (2.10) dimana : = laju aliran massa udara (kg/s) C p T in T out = panas jenis udara (J/kg.K) = temperatur inlet aliran udara (K) = temperatur outlet aliran udara (K) Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) dapat dihitung dengan menggunakan kombinasi persamaan (2.9) dan (2.10), sehingga didapatkan bahwa: h m C As Tb p T T in in T T 2 out out Dari persamaan (2.11), laju aliran massa udara, menggunakan persamaan : m =. A t. V (2.12) dimana : = massa jenis (densitas) udara (kg/m 3 ) A t = luas penampang saluran udara (m 2 ) V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s) (2.11), dapat dihitung dengan

33 Gambar Pin fin assembly dalam suatu saluran udara segiempat dengan clearence nol. Untuk kasus dengan clearence nol seperti pada gambar 2.11, maka A t dihitung dengan rumus : A t = H. W b (2.13) A s adalah luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari pin fin assembly atau luas permukaan total dari permukaan plat dasar (base plate) dan fin, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : 2a 2b A s = W b.l + f 2 dimana : W b 2a 2b f (2.14) 2 = lebar base plate untuk pin fin assembly (m) L = panjang base plate untuk pin fin assembly (m) H = tinggi saluran udara atau pin fin (m) 2a = panjang sumbu mayor sirip pin ellips (m) 2b = panjang sumbu minor sirip pin ellips (m) N f = jumlah total pin fin dalam pin fin assembly Dari persamaan (2.11), nilai-nilai T b, T in dan T out diukur dari percobaan yang dilakukan menggunakan termokopel. Sedangkan sifat termofisik dari udara C p dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, T f = (T in + T out )/2 menggunakan persamaan sebagai berikut :

34 C p = 9, ,7 x 10-4 (T in + T out )/2 x 10 2 J/kg.K (2.15) Persamaan (2.15) berlaku untuk udara pada tekanan atmosfer dan 250 K Tin T out K Parameter tanpa dimensi yang digunakan dalam perhitungan perpindahan panas untuk permukaan bersirip dihitung sebagai berikut : a. Bilangan Reynolds (Re) Dua jenis bilangan Reynolds digunakan untuk menggolongkan kondisi aliran. Pertama adalah bilangan Reynolds berdasarkan kecepatan rata-rata (V) dalam saluran halus (smooth duct) dan diameter hidrolik dari saluran (D h ) dan dinyatakan dengan : dimana : Re = Re = V V D Dh v h (2.17) (2.16) Re = duct Reynolds number V = kecepatan aliran udara rata-rata dalam saluran udara (m/s) D h = diameter hidrolik dari saluran udara (m) ν = viskositas kinematik udara (m 2 /s) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) µ = viskositas dinamik udara (kg/m.s) Kedua adalah berdasarkan kecepatan maksimum melalui pin fins dan ketebalan dari pin fins, yaitu : Re D = V maks D (2.18) dimana V maks adalah kecepatan maksimum melalui pin fins dan dihitung dengan menggunakan persamaan : A V maks = V A A front (2.19) dimana:

35 Re D = pin Reynolds number V maks = kecepatan udara maksimum yang melalui sirip pin (m/s) V = kecepatan udara rata-rata dalam saluran udara (m/s) D = equal circumference diameter sirip pin ellips (m) D = P, P = keliling penampang sirip pin ellips (m) A = luas penampang saluran (m 2 ) A front = luas frontal dari sirip-sirip (m 2 ) Re D telah digunakan secara luas dalam banyak studi perpindahan panas pada pin fin, dan Re D tergantung pada jumlah pin dalam arah spanwise dan tinggi dari pin fins. b. Bilangan Nusselt (Nu) Seperti pada definisi bilangan Reynolds, bilangan Nusselt rata-rata dinyatakan juga dengan duct Nusselt number dan pin Nusselt number, dimana berturutturut dinyatakan dengan persamaan : Nu = dimana : h D k h h D Nu D = k (2.20) (2.21) Nu = duct Nusselt number Nu D = pin Nusselt number h = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (W/m 2.K) D h = diameter hidrolik dari saluran udara (m) D = equal circumference diameter sirip pin ellips (m) k = konduktifitas termal udara (W/m.K) Untuk saluran udara segiempat, diameter hidrolik, D h, dihitung dengan persamaan : D h 4A 4 H Wb P 2 H W b (2.22) Properties udara, µ dan k dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, T f = (T in + T out )/2 menggunakan persamaan sebagai berikut :

36 µ = 4, ,483 x 10-2 (T in + T out /2) x 10 6 kg/m.s (2.23) k = 3, ,495 x 10-2 (T in + T out /2) x 10 3 W/m.K (2.24) Persamaan (2.23) dan (2.24) berlaku untuk udara pada tekanan atmosfer dan 250 Tin T K out K Perhitungan Faktor Gesekan (Friction Factor) Penelitian penurunan tekanan (pressure drop) sepanjang seksi uji dalam saluran bersirip diukur di bawah kondisi aliran panas. Pengukuran ini dikonversi ke faktor gesekan (friction factor), f. Faktor gesekan ditentukan dari nilai pengukuran penurunan tekanan, P, sepanjang seksi uji menggunakan persamaan P f L t V Dh 2 dimana : f = faktor gesekan P = perbedaan tekanan statik (N/m 2 ) L t D h 2 (2.25) = panjang jarak titik-titik pengukuran tekanan di seksi uji (m) = diameter hidrolik (m) = massa jenis udara (kg/m 3 ) V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s) Perhitungan Unjuk Kerja Termal Pin Fin Assembly Peningkatan perpindahan panas dicapai dengan mengorbankan penurunan tekanan. Banyak aplikasi praktis hal tersebut dibolehkan, sehingga perlu untuk menentukan keuntungan ekonomis karena peningkatan perpindahan panas dan pengaruh pin fins dan susunannya terhadap unjuk kerja energi overall dari sistem perpindahan panas sekarang melalui sebuah analisis unjuk kerja termal. Daya pemompaan (pumping power) adalah daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida pendingin ke susunan sirip pin, dalam hal ini adalah daya blower. Daya pemompaan blower dapat diukur dari besaran arus dan tegangan listriknya. Untuk sebuah daya pemompaan yang konstan, adalah berguna untuk

37 menentukan effektiveness peningkatan perpindahan kalor dari promotor perpindahan panas dibandingkan dengan permukaan halus, sedemikian sehingga : Dimana V s dan V P V P (2.26) s s a a V a berturut-turut adalah laju aliran volumetrik diatas plat tanpa halangan (blocks) dan dengan halangan, sedangkan dan Pa berturut-turut adalah penurunan tekanan tanpa dan dengan halangan. Mengunakan persamaan Darcy untuk penurunan tekanan dan bilangan Reynolds untuk masing-masing geometri, dari hubungan antara permukaan dengan sirip dan permukaan halus untuk daya pemompaan yang sama, persamaan (2.26) dapat ditulis ulang menjadi: f s Re f Re (2.27) 3 a a 3 a Efisiensi peningkatan perpindahan panas untuk suatu daya pemompaan yang konstan dapat dinyatakan sebagai berikut : dimana : h h a (2.28) h a h s s P = koefisien perpindahan panas konveksi dengan sirip (W/m 2.K) = koefisien perpindahan panas konveksi tanpa sirip (W/m 2.K) Jika nilai 1, teknik yang dipakai untuk menaikkan laju perpindahan panas adalah menguntungkan dari sudut pandang energi. Jika 1, energi yang telah digunakan untuk menaikkan laju perpindahan panas lebih besar daripada yang diperoleh. Ps

38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Termodinamika, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2 Spesimen Penelitian Spesimen terdiri atas plat dasar (base plate) dengan panjang 200 mm, lebar 150 mm, tebal 6,5 mm yang diberi sejumlah sirip pin ellips jenis N fin dengan panjang sumbu mayor (2a) 15 mm dan panjang sumbu minor (2b) 6 mm. Plat dasar dan sirip-sirip pin ellips terbuat dari bahan duralumin.

39 Gambar 3.1. Spesimen Penelitian. Spesifikasi spesimen: Tabel 3.1 Spesifikasi spesimen penelitian Specimen Sx Sy Jumlah sirip pin (Nf) 1 37,5 mm 25 mm ,5 mm 30 mm ,5 mm 37,5 mm ,5 mm 50 mm 16 5 Tanpa Sirip 3.3 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Saluran udara segiempat Saluran udara segiempat dibuat menggunakan triplek berlapiskan melamin dengan dengan rangka dari kayu, dengan spesifikasi dimensinya adalah 150 mm x 75 mm x 2000 mm. Saluran udara segiempat ini dilengkapi dengan :

40 flow straightner seksi uji heater isolator panas fan hisap Gambar 3.2. Skema alat penelitian. Gambar 3.3. Alat penelitian inline elliptical pin fin assembly. Pelurus aliran udara (flow straightener). Terbuat dari sedotan plastik berdiameter 5 mm, panjang 200 mm yang disusun sedemikian sehingga membentuk segi empat dengan dimensi 150 mm x 75 mm x 200 mm, dipasang pada bagian udara masuk ke saluran udara segiempat. Gambar 3.4. Pelurus aliran udara (flow straightener). Fan Hisap Fan hisap merupakan modifikasi sedemikian rupa dari blower, prinsipnya adalah memanfaatkan sisi suction blower sehingga udara yang mengalir dalam saluran segi empat adalah udara yang dihisap oleh blower.

41 Gambar 3.5. Fan hisap. Pemanas listrik (electric heater). Terbuat dari lilitan pita nikelin dengan panjang 4 m, lebar 3 mm,dan tebal 1,3 mm yang dililikan pada kertas mika tahan panas dengan dimensi panjang 200 mm, lebar 150 mm, dan tebal 1 mm. Gambar 3.6 Pemanas listrik (electric heater). Manometer tipe U Manometer digunakan untuk mengukur penurunan tekanan udara yang terjadi antara sisi masuk dan sisi keluar seksi uji. Manometer pipa U terbuat dari selang plastik berdiameter 5 mm yang kedua ujungnya ditempatkan pada awal dan akhir dari seksi uji sejarak 200 mm, sehingga dapat mengukur besarnya beda tekanan yang terjadi antara keduanya. Fluida yang digunakan dalam manometer ini adalah solar. Gambar 3.7. Manometer U dan posisi titik pengukuran tekanan.

42 Termokopel. Terdiri dari 17 termokopel tipe T yang dipasang di tiap titik pengukuran berbeda, yaitu : 3 termokopel untuk mengukur temperatur udara masuk sebelum melewati seksi uji, 5 termokopel setelah melewati seksi uji untuk mengukur temperatur udara keluar seksi uji, dan 9 termokopel dipasang pada permukaan atas pada base plate untuk mengukur temperatur permukaan base plat. Gambar 3.8. Termokopel tipe T. Gambar 3.9. Posisi 3 buah termokopel untuk mengukur temperatur inlet. Gambar Posisi 5 buah termokopel untuk mengukur temperatur outlet. 2. Thermocouple reader Alat ini digunakan untuk menunjukkan temperatur yang diukur oleh sensor termokopel. Gambar Thermocouple reader.

43 3. Anemometer Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara yang masuk ke dalam saluran udara segiempat (seksi uji). Gambar Anemometer. 4. Slide Regulator Alat ini digunakan untuk mengatur besarnya voltase listrik yang mengalir pada heater sehingga temperature base plate dapat dijaga konstan pada setiap variasi kecepatan aliran udara dan variasi jarak antar titik pusat sirip pin dalam arah streamwise. Gambar Regulator pengatur tegangan listrik yang masuk heater. 5. Rheostat Rheostat digunakan untuk mengatur putaran fan hisap agar didapatkan kecepatan aliran udara yang diinginkan. 6. Multitester digital digunakan untuk mengukur besarnya tegangan listrik yang dibutuhkan heater untuk mencapai temperature base plate yang diinginkan.

44 Gambar Multitester digital. 7. Amperemeter Amperemeter digunakan untuk mengukur besarnya arus listrik yang dibutuhkan heater untuk mencapai temperature base plate yang diinginkan. Gambar Amperemeter. 3.4 Pelaksanaan Penelitian Pengujian dilakukan pada keadaan diam (statis). Sistem beroperasi pada temperatur udara masuk yang konstan sebesar 26 o C dan temperatur base plate yang konstan sebesar 60 o C. Alat penelitian harus dinetralkan terlebih dahulu seperti pada kondisi pengujian sebelumnya (kondisi awal) untuk periode pengujian selanjutnya. Pengambilan data penelitian berupa temperatur dilakukan hingga semua temperatur udara keluar seksi uji mencapai kondisi steady state. Data-data temperatur dan beda tekanan pada keadaan steady state inilah yang akan digunakan untuk analisis data penelitian. Dalam setiap pencatatan data akan diperoleh 17 data temperatur (3 data temperatur udara masuk seksi uji, 5 data temperatur udara keluar seksi uji dan 9 data temperatur base plate) Tahap Persiapan Memastikan bahwa seluruh alat yang digunakan dalam pengujian, seperti fan hisap, saluran udara, seksi uji, heater, regulator, rheostat, manometer dan alat

45 pendukung lainnya telah terpasang dengan benar dan berfungsi dengan baik. Memastikan termokopel pengukur temperatur udara masuk dan keluar telah terhubung ke thermocouple reader serta termokopel pengukur temperatur permukaan base plate spesimen telah terpasang dengan benar Tahap Pengujian 1. Memasang spesimen ke dalam saluran udara. 2. Menghubungkan semua termokopel dengan thermocouple reader. 3. Menghidupkan heater sebagai pemanasan awal (preheating) 4. Menghidupkan fan hisap 5. Mengatur kecepatan udara sebesar 0,5 m/s dengan mengatur putaran fan hisap menggunakan rheostat. 6. Mengatur temperatur base plate pada temperatur 60 o C. 7. Mencatat seluruh data temperatur dan tekanan setiap 15 menit sampai didapatkan temperatur steady. 8. Mencatat tegangan listrik dan arus listrik yang mengalir pada heater dan fan hisap. 9. Mencatat beda tekanan yang terjadi, yang terukur pada manometer U. 10. Mematikan heater setelah selesai mengambil data. 11. Mematikan fan. 12. Mengulangi percobaan untuk variasi kecepatan udara yang lain (1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s). 13. Mengulangi langkah (3) (11). 14. Mengulangi pengujian untuk variasi jarak antar titik pusat sirip pin arah streamwise yang lain (30 mm, 37,5 mm dan 50 mm). 15. Mengulangi langkah (1) (14). 16. Mengulangi pengujian untuk spesimen tanpa sirip. 17. Mengulangi langkah (1) (4). 18. Mengatur daya pemompaan. 19. Mengulangi langkah (6) (11).

46 3.5 Metode Analisis Data Dari data yang telah diperoleh, selanjutnya dapat dilakukan analisis data yaitu dengan melakukan perhitungan terhadap: a. Laju aliran panas dari heater listrik (Q elect ) b. Laju perpindahan panas konveksi (Q conv ) c. Koefisien perpindahan panas konveksi rata rata (h) d. Bilangan Nusselt (Nu) e. Bilangan Reynolds (Re) f. Faktor gesekan (f) g. Unjuk kerja termal dari inline elliptical pin fin assembly (η) Setelah melakukan perhitungan besaran diatas untuk setiap variasi berdasar data yang didapat maka selanjutnya dapat disusun grafik-grafik hubungan antara : a. Koefisien perpindahan panas konveksi rata rata (h) dengan bilangan Reynolds (Re) b. Bilangan Nusselt (Nu) dengan bilangan Reynolds (Re) c. Koefisien perpindahan panas konveksi rata rata (h) dengan S y /D d. Bilangan Reynolds (Re) dengan S y /D e. Unjuk kerja termal (η) dengan bilangan Reynolds (Re). Berdasar data yang diambil dan dilakukan perhitungan serta penyusunan grafik-grafik hubungan tiap tiap besaran tersebut maka dapat dilakukan analisa karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal untuk setiap variasi kecepatan udara dan jarak antar titik pusat sirip pin dari elliptical pin fin assembly yang disusun secara segaris (in line) dalam saluran segiempat (rectangular channel).

47 3.6 Diagram Alir Penelitian Mulai Persiapan: Alat penelitian saluran udara segiempat In line elliptical pin fin assembly Variasi: Kecepatan udara : 0,5 m/s, 1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s, 6 m/s. Jarak antar titik pusat sirip pin dalam arah aliran udara (streamwise); 25 mm, 30 mm, 37,5 mm, dan 50 mm. Pengambilan data: Temperatur udara masuk seksi uji (T in ), temperatur udara keluar seksi uji (T out ), dan temperatur permukaan base plat (T b ) Beda tekanan udara masuk dan keluar seksi uji (P) Tegangan listrik dan kuat arus listrik yang digunakan pada heater dan fan. Analisis data : Laju aliran panas dari heater listrik (Q elect ) Laju perpindahan panas konveksi (Q conv ) Koefisien perpindahan panas konveksi rata rata (h) Bilangan Nusselt (Nu) Bilangan Reynolds (Re) Faktor Gesekan (f) Unjuk kerja termal dari inline elliptical pin fin assembly (η) Hasil analisis data : Karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari in line elliptical pin fin assembly Kesimpulan Selesai

48 BAB IV DATA DAN ANALISA Pada bab ini akan dianalisis mengenai pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari elliptical pin fin array yang disusun secara segaris (inline) dalam saluran segiempat (rectangular channel). Pengujian dilakukan dengan variasi kecepatan aliran udara masuk antara 0,5 m/s 6 m/s, dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) yaitu sebesar 25 mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm. Data yang diperoleh dalam pengujian ini, yaitu kecepatan aliran udara masuk, temperatur udara masuk seksi uji, temperatur udara keluar seksi uji, temperatur base plate, penurunan tekanan serta tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan hisap. Sistem dijalankan sampai didapatkan temperatur pada kondisi steady pada tiap variasi pengujian. Proses pengambilan data adalah setiap 15 menit hingga tercapai kondisi steady. 4.1 Data Hasil Pengujian Pengujian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Termodinamika Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Gambar 4.1 Posisi titik pengukuran temperatur udara Dari hasil pengamatan temperatur udara masuk seksi uji, temperatur udara keluar seksi uji, temperatur base plate, penurunan tekanan, kecepatan aliran udara masuk serta tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan hisap saat pengujian pada kondisi steady, diperoleh data seperti pada tabel di bawah ini :

49 1. Spesimen 1 Tabel 4.1. Data hasil pengujian spesimen 1 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 2,38) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 2 2,8 3,5 4 4,3 4,6 4,7 4,8 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,2 1,34 1,64 1,74 1,85 1,94 2,05 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,4 0,7 1,4 2 2,8 3,4 3,8 4,3 T in,1 ( o C) 26, ,1 26,1 26,2 T in,2 ( o C) 26,2 26,1 26, ,1 26,1 26,2 T in,3 ( o C) 26,2 26, , ,1 T in,rata-rata ( o C) 26,2 26, ,2 T base,1 ( o C) 56 56,6 56,2 58,1 57,2 57,2 57,7 57,8 T base,2 ( o C) 60, ,5 61,7 59,8 60, ,8 T base,3 ( o C) 55,5 56,5 56,2 57,1 55,2 55, ,8 T base,4 ( o C) 59, ,1 62, ,9 59,7 59,2 T base,5 ( o C) 60,6 61,4 61,6 62, ,3 60,7 T base,6 ( o C) 59 58,8 58,2 58,7 56,8 56,6 56,4 56,6 T base,7 ( o C) 62 62,4 62,4 65,8 64,6 65,8 65,6 66,4 T base,8 ( o C) 61,6 62,2 61,3 52,3 61,8 61,5 61,5 61 T base,9 ( o C) 63,8 64,4 63,9 63,7 63,6 63,2 62,9 62,4 T base, rata-rata ( o C) 59,8 60, , ,1 60,1 60 T out,1 ( o C) 35,2 34, ,1 31,2 30,8 30,6 30,4 T out,2 ( o C) 34,4 33, ,2 29,9 29,7 29,5 T out,3 ( o C) 34,5 33,4 32,2 31, ,5 30,2 30,1 T out,4 ( o C) 36,6 35,5 33,8 32,9 32,2 31,6 31,4 31,2 T out,5 ( o C) 35 34,4 33,2 32,1 31,4 30,8 30,5 30,4

50 T out, rata-rata ( o C) 35,1 34,2 32, ,2 30,7 30,5 30,3 2. Spesimen 2 Tabel 4.2. Data hasil pengujian spesimen 2 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 2,86) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 1,9 2,6 3,2 3,6 4,1 4,2 4,3 4,4 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,2 1,34 1,64 1,72 1,85 1,94 2,05 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,3 0,6 1,2 1,8 2,3 3 3,3 3,6 T in,1 ( o C) 26, ,1 26,2 26,2 T in,2 ( o C) ,2 26,2 26,2 26,2 T in,3 ( o C) ,2 26,2 26,2 26,2 26,2 T in,rata-rata ( o C) ,1 26,1 26,2 26,2 26,2 T base,1 ( o C) 57,6 58,3 57,6 58,4 58,1 58,2 58,4 58,6 T base,2 ( o C) 58,2 58,2 58, ,2 57,8 57,5 57,4 T base,3 ( o C) 58,6 58,5 58,8 58,8 58, ,8 58,7 T base,4 ( o C) 58,5 59,5 58,7 58,5 58,2 58,4 59,4 59,6 T base,5 ( o C) 59,3 59, ,2 58, ,7 57,8 T base,6 ( o C) 60,6 60,3 59,8 60,1 59,4 59, ,4 T base,7 ( o C) 62,5 62,4 62,8 63,4 63,6 64,2 64,2 64,6 T base,8 ( o C) 62,4 61,9 62, ,8 62, ,4 T base,9 ( o C) 62,2 61, ,8 62,2 62, T base, rata-rata ( o C) ,2 T out,1 ( o C) 34 33,4 32,4 31,5 30,8 30,5 30,4 30 T out,2 ( o C) 32,6 31, , ,4 28,2 28 T out,3 ( o C) 33,2 32,4 31,3 30,7 30,1 29,8 29,7 29,6

51 T out,4 ( o C) 35,4 34,5 33,4 32,6 31,8 31, ,8 T out,5 ( o C) 34,1 33, ,2 30,6 30,1 29,8 29,7 T out, rata-rata ( o C) 33, , , ,8 29,6 3. Spesimen 3 Tabel 4.3. Data hasil pengujian spesimen 3 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 3,57) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 1,5 2,1 2,5 3 3,3 3,5 3,5 3,5 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,2 1,34 1,64 1,72 1,85 1,94 2,05 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,25 0,5 1 1,5 2,3 2,8 3 3,2 T in,1 ( o C) 26,1 26, ,1 26,1 26,1 26 T in,2 ( o C) 26,2 26, ,9 25,8 25, T in,3 ( o C) 26,3 26,3 26,1 26,1 26,2 26,2 26,2 26,3 T in,rata-rata ( o C) 26,2 26, ,1 26,1 26,1 T base,1 ( o C) 57,8 57,6 57,5 57,5 58,2 57,8 55,6 55,5 T base,2 ( o C) 58,8 58,6 57,8 57,4 58,3 58,2 55,8 55,7 T base,3 ( o C) 59,5 59,5 57,4 58,2 58,1 58,5 57,5 57,1 T base,4 ( o C) 59 59,1 59,2 58,5 58,3 58,2 59,7 58,2 T base,5 ( o C) 59,1 59,4 59,2 58,8 58,5 58,6 59,8 58,7 T base,6 ( o C) 60, ,9 60,6 59,7 60,2 60,2 60,6 T base,7 ( o C) 62,2 62,4 63,8 63,5 63,4 63,7 65,5 64,8 T base,8 ( o C) 61,2 61,3 62,4 62,6 63,1 62,8 63,5 64,6 T base,9 ( o C) 62 62,2 62,7 63,2 62,6 62,4 62,6 64,9 T base, rata-rata ( o C) 60 60, T out,1 ( o C) 30,6 30,1 29,2 28,6 28,2 28, ,9

52 T out,2 ( o C) 31 30,4 29,5 29,2 28,8 28,5 28,4 28,3 T out,3 ( o C) 31,2 30, ,2 28,9 28,5 28,4 28,3 T out,4 ( o C) 31,8 31,4 30,2 29,8 29, ,9 28,6 T out,5 ( o C) 31,2 30,6 29,5 28,7 28, ,9 27,8 T out, rata-rata ( o C) 31,2 30,7 29,7 29,1 28,7 28,4 28,3 28,2 4. Spesimen 4 Tabel 4.4. Data hasil pengujian spesimen 4 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 4,76) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 1,4 1,8 2,4 2,9 3,1 3,2 3,2 3,2 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,2 1,32 1,64 1,7 1,85 1,92 2,04 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,2 0,4 0,8 1,2 2 2,5 2,7 3 T in,1 ( o C) 26 26,2 26,3 26,3 26,2 26,2 26,2 26,3 T in,2 ( o C) 26,2 26,4 26,3 26,3 26,4 26,4 26,4 26,3 T in,3 ( o C) 26,2 26,4 26,4 26,4 26,4 26,4 26,4 26,4 T in,rata-rata ( o C) 26,1 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3 T base,1 ( o C) ,5 61,3 59,4 59,3 59,2 59,2 T base,2 ( o C) 61, ,8 59,4 60,4 60,6 60,4 60 T base,3 ( o C) 59,2 58,5 56,9 58,6 57,4 57,8 57,8 57,9 T base,4 ( o C) 59 61,3 61, ,8 61,6 61,3 61,1 T base,5 ( o C) 60, , ,7 58,6 58,4 58,3 T base,6 ( o C) 59, ,2 62,8 64,3 63,4 63,4 T base,7 ( o C) 61,5 61, ,8 61,4 61,2 60,8 60,6 T base,8 ( o C) 61,8 61, ,2 62,2 62,3 62,2 62 T base,9 ( o C) 60,5 57,2 57,2 57,1 58,5 58,1 58,2 58 T base, rata-rata ( o C) 60, ,8 60,3 60,4 60,2 60,1

53 T out,1 ( o C) 30,2 29,7 29,2 28,5 28, ,9 27,8 T out,2 ( o C) 30 29, ,6 28,2 27,8 27,7 27,6 T out,3 ( o C) 30,2 29,8 29, ,6 28,4 28,2 28,1 T out,4 ( o C) 31, ,2 29,8 29,5 29, ,8 T out,5 ( o C) 31 30,8 30,1 29,4 29,1 28,8 28,7 28,6 T out, rata-rata ( o C) 30,6 30,2 29,6 29,1 28,7 28,4 28,3 28,2 5. Spesimen 5 Tabel 4.5. Data hasil pengujian spesimen 5 (plat tanpa sirip) Kecepatan aliran udara (m/s) 0,6 1,1 2,2 3,2 4,4 5,3 5,9 6,5 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 1,1 1,4 1,9 2,1 2,3 2,6 2,7 2,8 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,2 1,34 1,64 1,74 1,85 1,94 2,05 Beda tingi fluida manometer (mm) 0,1 0,2 0,3 0,5 0,8 1 1,2 1,3 T in,1 ( o C) 26,2 26,1 26,1 26,2 26,2 26, T in,2 ( o C) 26,3 26,2 26,2 26,2 26,2 26,1 26,1 26,1 T in,3 ( o C) 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3 26,2 26,2 26,2 T in,rata-rata ( o C) 26,3 26,2 26,2 26,2 26,2 26,1 26,1 26,1 T base,1 ( o C) 57, ,8 57,7 56,8 56,7 56,7 56,6 T base,2 ( o C) 57,6 57,8 57,6 57,9 57,6 57,8 57,7 57,8 T base,3 ( o C) 58,9 59,1 59,3 59, , T base,4 ( o C) 58,5 58,6 58,5 58,6 58,6 58,7 58,5 58,6 T base,5 ( o C) 58, ,4 58,5 58,2 58,9 59,1 59 T base,6 ( o C) 59,2 59,6 59,4 59, , ,2 T base,7 ( o C) 63,8 63,4 63,4 63,2 63,8 63,4 63,5 63,6 T base,8 ( o C) 62,6 62,3 62,6 62,6 62,8 62,6 62,6 62,6

54 T base,9 ( o C) 62,8 62,6 62,9 62,7 63, ,4 T base, rata-rata ( o C) ,1 T out,1 ( o C) 27,6 27,5 27,4 27,3 27,2 27, T out,2 ( o C) 27, ,9 26,8 26,8 26,7 26,6 26,6 T out,3 ( o C) 27,6 27,5 27,3 27,2 27, ,9 T out,4 ( o C) 30,7 30,6 30, ,8 29,7 29,6 29,5 T out,5 ( o C) 27,8 27,6 27,4 27, ,9 26,8 26,8 T out, rata-rata ( o C) 28, ,8 27,7 27,6 27,5 27,4 27,4

55 4.2. Perhitungan Data Berikut akan ditampilkan perhitungan untuk variasi spesimen 1 dan Spesimen 5 Panjang seksi uji (L t ) Data spesimen dan seksi uji: = 250 mm = 0,25 m Tinggi sirip (H) = 75 mm = 0,075 m Panjang sumbu mayor (2a) sirip pin = 15 mm = 0,015 m Panjang sumbu minor (2b) sirip pin = 6 mm = 0,006 m Equal circumference diameter sirip pin ellips (D π ) = 10,5 mm = 0,0105 m Panjang spesimen (L) Lebar spesimen (W b ) Contoh perhitungan = 200 mm = 0,2 m = 150 mm = 0,15 m 1. Spesimen 1 (S x /D π = 3,57; S y /D π = 2,38) pada kecepatan aliran udara 0,5 m/s Data hasil pengujian: Tegangan heater = V h = 39 V T in, rata-rata = T in = 26,2 o C = 299,2 K Arus heater = I h = 2 A T out,, rata-rata = T out= 35,1 o C = 308,1 K Tegangan fan = V f = 55 V T base, rata-rata = T b = 59,8 o C = 332,8 K Arus fan = I f = 1,1 A Pumping power Beda ketinggian fluida manometer = h = 0,4 mm Pfan V f. I f. cos 55 V x 1,1 A x 0,8 48,4 W Temperatur film T f T in T 2 out 299,2 308,1 K 2 303,65K Properti udara 299,2 K 1, kg m (tabel Incropera)

56 C p 2 T T 2] 10 4 [ 9,8185 7,7 x10 x in out x 4 [ 9,8185 7,7 x10 x 303,65] x ,231 J kg.k k [3,7415 7,495 x10 2 x 3 T T 2] x10 in out [3,7415 7,495 x 10 2 x 303,65] x10 3 0, W m.k [4,9934 4,483 x10 2 x 6 T T 2] x10 in out [4,9934 4,483 x 10 2 x 303,65] x10 6 0, kg m.s Luas penampang melintang saluran udara A H. W b 0,075m x 0,15m 2 0,01125 m Luas total permukaan perpindahan panas 2a 2b 2a.2b As Wb. L. H. Nf. Nf 2 2 0,015 0,006 0,015.0,006 0,15m x 0,2m 3,14.0, , Diameter hidrolik saluran udara 2 0,095 m 4 A D h P 4. H. Wb 2 H W 4 x 0,075m x 0,15m 2 x 0,075 m 0,15m 0,1 m b

57 Laju aliran panas dari heater Q elect V h.i h. cos 39V x 2A x 0,8 62,4 W Laju aliran massa udara m. A. V 1, kg m 3 x 0,01125 m 2 x 0,5m s 0,00655 kg s Laju perpindahan panas konveksi Q conv p m. C. T out T 0,00655 kg s x 1005,231J kg.k x 308,1 299,2K Heat losses yang terjadi pada seksi uji 59,1W in Q loss Q elect Q Q conv conv x100% 62,4W 59,1W 59,1W x100 % 5,5 % Koefisien perpindahan panas konveksi rata - rata h a m. C p A. T s b. T T out out T T in in 2 0,00655 kg s x 1005,231 J kg.k x 308,1 299,2 K 2 0,095 m x 332,8 K 308,1 299,2 K W m 2.K Bilangan Nusselt Duct Nusselt number h. D Nu k h

58 2 21,35 W m.k x 0,1m 0, W m.k 80,6 Bilangan Reynolds Duct Reynolds number. V. D Re h 3 1, kg m x 0,5 m s 0, kg m.s x 0,1m Penurunan tekanan 3131 P. g. h 800 kg m 3 x 9,81 m s 2 x 0,0004 m 3,14Pa Faktor gesekan f L D t h ΔP V ρ 2 2 3,14Pa 0,25 m 1, kg 0,1 m m 3 x 0,5 m 2 s 2 8,62 2. Spesimen tanpa sirip pada pumping power = 48,4 W Data hasil pengujian: Tegangan heater = V h = 18 V T in, rata-rata = T in = 26,27 o C = 299,3 K Arus heater = I h = 1,1 A T out,, rata-rata = T out= 28,18 o C = 301,2 K Tegangan fan = V f = 55 V T base, rata-rata = T b = 60 o C = 333 K Arus fan = I f = 1,1 A Beda tekanan ketinggian fluida manometer = h = 0,1 mm

59 Temperatur film T f T in T 2 2 out 299,3 301,2 300,22 K K Properti udara 299,2 K 1, kg m (tabel Incropera) C p 2 T T 2] 10 4 [ 9,8185 7,7 x10 x in out x 4 [ 9,8185 7,7 x10 x 300,22] x ,967 J kg.k k [3,7415 7,495 x10 2 x 3 T T 2] x10 in out [3,7415 7,495 x 10 2 x 300,22] x10 3 0, W m.k [4,9934 4,483 x10 2 x 6 T T 2] x10 in out [4,9934 4,483 x , x kg 300,22] x10 m.s 6 Luas penampang melintang saluran udara A H. W b 0,075m.0,15m 2 0,01125 m Luas total permukaan perpindahan panas A L. s W b 0,2m x 0,15m 0,03 2 m Diameter hidrolik saluran udara 4 A D h P

60 Laju aliran panas dari heater 4. H. Wb 2 H W 4 x 0,075m x 0,15m 2 x 0,075m 0,15m Q elect 0,1 m V h.i 18V x 1,1A x h b.cos 0,8 15,84 W Laju aliran massa udara m. A. V 1, kg m 3 x 0,01125m 2 x 0,6m s 0,00786 kg s Laju perpindahan panas konveksi 0,00786 kg Heat loss yang terjadi Q conv p m. C. T out s x 1004,967 J kg.k 15,1W T x in 301,2-299,3K Q loss Q elect Q Q conv conv x100% 15,84W 15,1W 15,1W x100% 4,8 % Koefisien perpindahan panas konveksi rata - rata h s m. C p A. T s b. T T out out T T 0,00786 kg s x 1004,967 J kg.k 301,2 299,3 K 2 0,03 m x 333 K 301,2 299,3 K 2 15,4W m 2.K in in 2

61 Bilangan Nusselt Duct Nusselt number h. D Nu k 2 15,4W m.k x 0,1m 0, W m.k h 58,6 Bilangan Reynolds Duct Reynolds number. V. D Re h 3 1, kg m x 0,6 m s 0, kg m.s x 0,1m Penurunan tekanan 3788 P. g. h 800kg m 3 x 9,81 m s 2 x 0,0001m 0,78Pa Faktor gesekan f L D t h ΔP V ρ 2 2 0,78Pa 0,25 m 1, kg 0,1 m m 3 x 0,6 m 2 s 2 1,5 Unjuk kerja termal pada pin-fin array h a h s p 2 21,35 W m.k 2 15,4 W m.k

62 1, 39 Untuk nilai-nilai hasil perhitungan variasi spesimen yang lainnya dapat dilihat pada lampiran. 4.3 Analisis Data Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Sirip-sirip dipasang secara vertikal pada permukaan base plate uji sehingga memberikan nilai-nilai S y /D π sebesar 2,38, 2,86, 3,57, dan 4,76, sedangkan nilai S x /D π konstan sebesar 3,57. Pengaruh bilangan Reynolds terhadap karakteristik perpindahan panas pada fin pin assembly susunan segaris (inline) dapat dilihat pada gambar 4.2. Karakteristik perpindahan panas pada pin fin assembly dapat dilihat pada hubungan antara koefisien perpindahan panas konveksi (h) dan duct Reynolds number. Gambar 4.2 menunjukkan kelakuan koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata terhadap bilangan Reynolds pada jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise yang berbeda-beda. Gambar 4.2 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata pada S x /D π = 3,57.

63 Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa dengan kenaikan bilangan Reynolds, maka nilai koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) semakin besar. Hal ini terjadi pada keseluruhan nilai S y /D, dimana nilai koefisien perpindahan panas konveksi semakin tinggi untuk nilai S y /D yang semakin kecil, atau untuk jumlah sirip pin ellips yang semakin banyak. Semakin besar nilai koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata, maka semakin besar laju perpindahan panas konveksi yang terjadi. Karakteristik perpindahan panas pada pin fin assembly juga dapat dilihat pada hubungan antara duct Nusselt number dan duct Reynolds number. Gambar 4.3 menunjukkan kelakuan bilangan Nusselt rata-rata terhadap bilangan Reynolds pada jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise yang berbeda-beda untuk susunan sirip segaris (inline). Gambar 4.3 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap bilangan Nusselt pada S x /D π = 3,57. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa bilangan Nusselt meningkat dengan kenaikan bilangan Reynolds. Hal ini terjadi pada keseluruhan nilai S y /D π, dimana nilai bilangan Nusselt semakin tinggi untuk nilai Sy/D yang semakin kecil. Ini berarti bahwa dengan semakin kecil jarak antar titik pusat sirip dalam arah

64 streamwise (Sy), maka semakin besar nilai bilangan Nusselt yang terjadi. Fenomena ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Tanda (2001). Dengan semakin kecil nilai Sy/D maka jumlah sirip pin ellips semakin banyak untuk luasan base plate yang sama. Faktor penambahan luasan permukaan perpindahan panas yang berasal dari luasan permukaan perpindahan panas sirip pin ellips memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan laju perpindahan panas konveksi pada pin fin assembly susunan segaris tersebut. Dari gambar 4.2 dan 4.3 terlihat bahwa bilangan Reynolds berpengaruh kuat pada laju perpindahan panas. Hal ini disebabkan dengan kenaikan laju aliran udara (kenaikan bilangan Reynolds), maka akan menurunkan ketebalan lapis batas (boundary layer) (Bilen, 2002). Gambar 4.4 Grafik pengaruh nilai S y /D π terhadap bilangan Nusselt pada S x /D π = 3,57. Gambar 4.4 menunjukkan kelakuan bilangan Nusselt rata-rata terhadap S y /D pada bilangan Reynolds yang berbeda-beda untuk elliptical pin fin array susunan segaris. Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa bahwa nilai S y /D mempunyai pengaruh yang sedang (moderate effect) terhadap perpindahan panas (Nu). Dari data-data penelitian ini dapat diperoleh korelasi matematis untuk karakteristik perpindahan panas dari elliptical pin fin array susunan segaris.

65 Korelasi antara bilangan Nusselt (Nu) dengan bilangan Reynolds (Re), jarak antar titik pusat sirip (S y ) dan panjang spesimen uji (L) adalah sebagai sebagai berikut : Nu = 0,482Re 0,568 (S y /L) -0,377 ( 4.1 ) Korelasi perpindahan panas pada persamaan (4.1) berlaku valid untuk range bilangan Reynolds Re , L/D h = 2 dan 2,38 S y /D π 4, Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Karakteristik Penurunan Tekanan Pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise terhadap penurunan tekanan (pressure drop) dan faktor gesekan dari elliptical pin fin array susunan inline berturut-turut dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6. Kelakuan penurunan tekanan (P) terhadap bilangan Reynolds (Re) serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yang et al (2007). Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa penambahan sirip-sirip pin ellips susunan segaris, menyebabkan penurunan tekanan (pressure drop) yang signifikan dibandingkan dengan permukaan tanpa sirip-sirip pin (smooth surface). Gambar 4.5 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap penurunan tekanan pada S x /D π = 3,57.

66 Kelakuan faktor gesekan terhadap bilangan Reynolds pada gambar 4.6 serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kakac et al (1987). Nilai penurunan tekanan (P) dan faktor gesekan (f), semakin menurun dengan kenaikan nilai S y /D π. Hal ini disebabkan dengan semakin besar nilai S y /D π, maka jumlah sirip-sirip pin ellips akan semakin berkurang, sehingga tahanan terhadap aliran udara (resistance to flow) akan semakin berkurang (Bilen, 2002).Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa nilai S y /D π lebih berpengaruh dibandingkan bilangan Reynolds terhadap nilai faktor gesekan (f). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan faktor gesekan (f) seiring dengan berkurangnya nilai S y /D π pada dasarnya disebabkan karena meningkatnya luas permukaan halangan dan efek halangan (blockage effect) akibat kenaikan jumlah sirip-sirip pin ellips. Gambar 4.6 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap faktor gesekan pada S x /D π = 3,57. Dari data-data penelitian dapat dibuat korelasi matematis antara faktor gesekan (f) yang dihasilkan oleh sirip-sirip pin ellips susunan segaris dengan bilangan Reynolds (Re), jarak antar titik pusat sirip (S y ) dan panjang spesimen uji (L) sebagai berikut : f = 4415Re -1,029 (S y /L) -0,957 (4.2)

67 Korelasi faktor gesekan pada persamaan (4.2) berlaku valid untuk range bilangan Reynolds Re , L/D h = 2 dan 2,38 S y /D π 4, Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Unjuk Kerja Termal Dari data penelitian dapat diambil kesimpulan mengenai pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise terhadap unjuk kerja umum dari sistem dan dapat dievaluasi perolehan energi netto karena penambahan sirip-sirip. Peningkatan perpindahan panas disertai oleh kenaikan penurunan tekanan yang signifikan, dimana dapat mengeliminasi perolehan energi karena peningkatan laju perpindahan panas. Untuk tujuan aplikasi praktis, analisis unjuk kerja termal menjadi sebuah pemikiran yang berguna untuk menentukan perolehan energi netto karena adanya penambahan sirip-sirip. Gambar 4.7 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap unjuk kerja termal pada S x /D π = 3,57. Gambar 4.7 menunjukkan hubungan antara unjuk kerja termal () dengan dengan bilangan Reynolds (Re) pada jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise yang berbeda-beda untuk susunan sirip segaris (inline). Perlu ditekankan lagi disini bahwa untuk perolehan energi netto yaitu untuk

68 perpindahan panas yang efektif, nilai harus lebih besar dari 1 (batas ambang perolehan energi). Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa nilai menurun dengan kenaikan bilangan Reynolds (Re), dan nilai bervariasi antara 0,76 dan 1,39 untuk seluruh S y /D π yang diteliti. Untuk S y /D = 2,86 pada Re > serta S y /D π > 3,57 pada Re > , nilai lebih kecil dari 1 dan bervariasi antara 0,76 dan 0,97. Ini berarti bahwa pemakaian sirip-sirip ellips susunan segaris dengan S y /D = 2,86 pada Re > serta S y /D π > 3,57 pada Re > akan menyebabkan kehilangan energi daripada perolehan energi. Nilai lebih besar dari 1 hanya untuk S y /D π = 2,86 pada Re < serta S y /D π > 3,57 pada Re < Sehingga direkomendasikan untuk memperbaiki efisiensi dari suatu sistem dengan menggunakan pin fin assembly susunan segaris dibatasi pada spesifikasi S y /D π = 2,86 pada Re < serta S y /D π > 3,57 pada Re < Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa pada S y /D π = 2,38 menghasilkan unjuk kerja termal yang paling tinggi untuk keseluruhan Re, sehingga direkomendasikan penggunaan elliptical pin fin array susunan segaris (inline) dengan nilai S y /D π = 2,38 untuk memperbaiki efisiensi suatu sistem. Perolehan energi netto dapat dicapai hingga 39 % untuk nilai S y /D π = 2,38 pada Re = 3131.

69 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan mengenai pengujian karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari inline elliptical pin fin array dalam saluran segiempat sebagai berikut : 1. Sirip-sirip pin ellips susunan segaris (inline) meningkatkan perpindahan panas dari permukaan base plate sebagai hasil dari kenaikan luasan permukaan perpindahan panas, tetapi disertai dengan adanya penurunan tekanan (pressure drop) yang lebih besar dalam saluran segiempat. 2. Kenaikan bilangan Reynolds (Re) meningkatkan laju perpindahan panas, tetapi menurunkan unjuk kerja termal () untuk keseluruhan nilai S y /D π. 3. Faktor gesekan (f) meningkat seiring dengan berkurangnya nilai S y /D π. 4. Unjuk kerja termal meningkat dengan penurunan S y /D π. 5. Sirip-sirip pin ellips susunan segaris (inline) dapat mencapai perolehan energi netto hingga 39 % untuk nilai S y /D π = 2,38 pada Re = Saran Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari penelitian tentang pengujian karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan pada inline elliptical pin fin array dalam saluran segiempat ini, direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Temperatur udara lingkungan perlu dijaga dengan lebih baik agar temperatur udara masuk saluran dapat lebih stabil, karena perbedaan temperatur udara lingkungan yang terlalu tinggi sangat berpengaruh terhadap hasil perhitungan. 2. Peningkatan kualitas pendingin ruangan dan pengadaan pemanas ruangan agar temperatur ruangan yang dikehendaki untuk pengambilan data dapat tercapai dalam semua kondisi cuaca.

70 3. Perlu adanya pengembangan penelitian mengenai pengaruh variasi geometri, jarak antar titik pusat pin terhadap perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari pin fin assembly.

71 DAFTAR PUSTAKA Bilen K., Akyol, U., and Yapici, S., 2002, Thermal Performance Analysis of A Tube Finned Surface, International Journal of Energy Research, Vol. 26, pp Holman, J.P., 1992, Perpindahan Kalor, Edisi 6, Erlangga, Jakarta. Hwang, J.J., Lui, C.C., 1999, Detailed heat transfer characteristic comparison in straight and 90-deg turned trapezoidal ducts with pin-fin arrays, Journal of Heat and Mass Transfer, Vol. 42, pp Incropera, F.P., and DeWitt, D.P., 2007, Fundamentals of Heat and Mass Transfer, 6 th Ed, John Willey and Sons, New York. Kakac, S., Shah, R.K., and Aung, W., 1987, Handbook of Single Phase Convective Heat Transfer, John Wiley and Sons, New York. Krauss, A.D., Aziz, A., and Welty, J., 2006, Extended Surface Heat Transfer, 5 th Ed, John Wiley and Sons, Inc., England. Li Q., Chen Z., Flechtner U., Warnecke H.J., 1998, Heat transfer and pressure drop characteristics in rectangular channels with elliptic pin fins, International Journal of Heat and Fluid Flow, Vol. 19, pp Lyall, M.E., 2006, Heat Transfer from Low Aspect Ratio Pin Fins, M.S. Thesis, Departement of Mechanical Engineering, Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, Virginia. Naik.S., Propert, SD, Shilston, MJ, 1987, Forced convective steady state heat transfer from shrouded vertically fin arrays, aligned paralel to an undisturbed air stream, Applied Energy, Vol. 26, pp Naphon P., and Sookkasem A., 2007, Investigation on Heat Transfer Characteristics of Tapered Cylinder Pin fin Heat Sinks, Energy Conversion and Management, Vol. 48 pp Sara O., Pekdemir T.,, Yapici S., Ersahan H., 2000, Thermal performance analysis for solid and perforated blocks attached on a flat surface in duct flow, Energy Conversion & Management, Vol. 41, pp Tahat, M., Kodah Z.H., Jarrah, B.A., and Probert, S.D., 2000, Heat Transfers from Pin-Fin Arrays Experiencing Forced Convection, Applied Energy, Vol. 67, pp

72 Tanda, G., 2001, Heat Transfer and Pressure Drop in A Rectangular Channel with Diamond-Shaped Elements, International Jurnal of Heat and Mass Transfer, Vol. 44, pp Uzol O., and Camci C., 2001, Endwall Heat Transfer, Total Pressure Loss And Wake Flow Field Characteristics Of Circular And Elliptical Pin Fin Arrays, Pennsylvania State University, USA. Yang, K.S., Chu, W.H., Chen, I.Y., and Wang, C.C., 2007, A Comparative Study of the Airside Performance of Heat Sinks having Pin Fin Configurations, International Journal of Heat and Mass Transfer, Vol. 50, pp

73 Lampiran 1. Data spesimen 1 kecepatan 0.5 m/s dan 1 m/s Spesimen = 1 Volt. fan = 55 V Spesimen = S y /D π = 2,38 Arus fan = 1,1 A S y /D π = Volt. heater = 39 V Kec. Udara = 0,5 m/s Volt. heater = Arus heater = 2 A h = 0,4 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Menit Suhu Suhu Ti, ,1 26,1 26,3 26,2 26,2 26,2 26,1 26,1 26,1 Ti,1 26,2 26,2 Ti,2 26,1 26,1 26,1 26,2 26,1 26,3 26,2 26,3 26,2 26,2 Ti,2 26,2 26,1 Ti, ,1 26,2 26,1 26,2 26,2 26,2 26,2 26,2 26,2 Ti,3 26,3 26,3 Tb,1 56,6 56,4 56,4 56,3 56,1 56,1 56,1 56, Tb,1 56,8 56,8 Tb,2 60,5 60,4 60,3 60,3 60,3 60,3 60,2 60,2 60,2 60,2 Tb,2 60,7 60,8 Tb,3 55,8 55,8 55,8 55,7 55,6 55,6 55,6 55,6 55,5 55,5 Tb,3 56,8 56,8 Tb,4 59,7 59, ,6 59,6 59,5 59,5 59,5 59,5 59,5 Tb,4 59,6 59,6 Tb,5 60,5 60,5 60,5 60,5 60,5 60,5 60,6 60,6 60,6 60,6 Tb,5 61,2 61,2 Tb,6 59,2 59,2 59,1 59,1 59,1 59,1 59,1 59, Tb,6 58,6 58,6 Tb, ,1 62,1 62,1 62,1 62,1 62, Tb, ,2 Tb,8 61,7 61,7 61,7 61,7 61,7 61,7 61,7 61,6 61,6 61,6 Tb, Tb,9 63,9 63,9 63,9 63,9 63,9 63,9 63,8 63,8 63,8 63,8 Tb,9 64,8 64,8 To,1 35,4 35,4 35,4 35,3 35,3 35,3 35,3 35,3 35,2 35,2 To, To,2 34,7 34,6 34,5 34,5 34,5 34,4 34,4 34,4 34,4 34,4 To,2 33,2 33,2 To,3 34,6 34,6 34,6 34,6 34,6 34,6 34,6 34,6 34,5 34,5 To,3 33,2 33,2 To,4 36,8 36,8 36,8 36,8 36,7 36,7 36,7 36,6 36,6 36,6 To,4 35,2 35,3 To,5 35,5 35,4 35,3 35,3 35,2 35,2 35, To, ,1 Lampiran 2. Data spesimen 1 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Spesimen = 1 Volt. fan = 85 V Spesimen = S y /D π = 2,38 Arus fan = 1,34 A S y /D π = Volt. heater = 70 V Kec. Udara = 2 m/s Volt. heater = Arus heater = 3,5 A h = 1,4 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Menit Suhu Suhu Ti,1 26,3 26,4 26,4 26,3 26,2 26,1 26, Ti,1 26,3 26,4

74 Ti,2 26,2 26,2 26,3 26,3 26,3 26, ,1 26,1 Ti,2 26,3 26,2 Ti,3 26,4 26,3 26,2 26,2 26,3 26,2 26, Ti,3 26,2 26,3 Tb,1 56,3 56,3 56,3 56,3 56,2 56,2 56,2 56,2 56,2 56,2 Tb,1 58,2 58,2 Tb,2 61,2 61,3 61,4 61,4 61,4 61,4 61,4 61,4 61,5 61,5 Tb,2 61,9 61,9 Tb,3 56,6 56,4 56,4 56,3 56,3 56,2 56,2 56,2 56,2 56,2 Tb,3 57,3 57,3 Tb,4 59,4 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,1 59,1 Tb,4 62,4 62,3 Tb,5 61,4 61,4 61,5 61,5 61,5 61,5 61,6 61,6 61,6 61,6 Tb, Tb,6 58,5 58,5 58,5 58,5 58,3 58,3 58,3 58,2 58,2 58,2 Tb, Tb,7 62,6 62,6 62,5 62,5 62,5 62,5 62,4 62,4 62,4 62,4 Tb, Tb, ,1 61,1 61,2 61,2 61,3 61,3 61,3 61,3 61,3 Tb, ,1 Tb,9 63,5 63,6 63,6 63,8 63,8 63,9 63,9 63,9 63,9 63,9 Tb, ,6 To,1 33,4 33,3 33,4 33,3 33,2 33,2 33,2 33, To,1 32,2 32,2 To,2 32,3 32,2 32,3 32,2 32,1 32, To,2 31,3 31,2 To,3 32,4 32,4 32,4 32,4 32,4 32,3 32,3 32,3 32,2 32,2 To,3 31,5 31,5 To,4 33,7 33,7 33,7 33,7 33,7 33,8 33,8 33,8 33,8 33,8 To,4 33,2 33,2 To,5 33,5 33,5 33,4 33,4 33,4 33,3 33,3 33,2 33,2 33,2 To,5 32,5 32,5 Lampiran 3. Data spesimen 1 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Spesimen = 1 Volt. fan = 110 V Spesimen = S y /D π = 2,38 Arus fan = 1,74 A S y /D π = Volt. heater = 85 V Kec. Udara = 4 m/s Volt. heater = Arus heater = 4,3 A h = 2,8 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Meni Suhu Suhu Ti,1 26,1 26,1 26,2 26,2 26, Ti,1 26,2 26,3 Ti,2 26,2 26,3 26,2 26,1 26, Ti,2 26,2 26,2 Ti,3 26,1 26,1 26,2 26, , Ti,3 26,3 26,4 Tb,1 57,4 57,3 57,3 57,2 57,2 57,2 57,2 57,2 Tb,1 57,3 57,3 Tb, ,9 59,9 59,9 59,9 59,8 59,8 Tb,2 60,4 60,3 Tb,3 55,6 55,4 55,3 55,3 55,2 55,2 55,2 55,2 Tb,3 55,3 55,3 Tb, , Tb, Tb,5 61,3 61,3 61,1 61,1 61, Tb,5 61,2 61,2 Tb,6 56,9 56,9 56,9 56,9 56,9 56,9 56,8 56,8 Tb,6 56,8 56,7 Tb,7 64,8 64,8 64,8 64,8 64,8 64,6 64,6 64,6 Tb,

75 Tb,8 61,7 61,6 61,6 61,7 61,8 61,8 61,8 61,8 Tb,8 61,6 61,6 Tb,9 63,8 63,8 63,8 63,7 63,7 63,7 63,6 63,6 Tb,9 63,3 63,3 To,1 31,4 31,4 31,3 31,3 31,3 31,2 31,2 31,2 To, ,8 To,2 30,6 30,5 30,4 30,4 30,3 30,3 30,2 30,2 To, To,3 31,3 31,3 31,3 31,3 31,1 31, To,3 30,8 30,7 To,4 32,7 32,6 32,4 32,3 32,3 32,2 32,2 32,2 To,4 31,9 31,9 To,5 31,6 31,6 31,6 31,5 31,5 31,4 31,4 31,4 To, Lampiran 4. Data spesimen 1 kecepatan 5.5 m/s dan 6 m/s Spesimen = 1 Volt. fan = 152 V Spesimen = S y /D π = 2,38 Arus fan = 1,94 A S y /D π = Volt. heater = 91 V Kec. Udara = 5,5 m/s Volt. heater = Arus heater = 4,7 A h = 3,8 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Men Suhu Suhu Ti,1 25,9 25, ,1 26,1 26,1 Ti,1 25,8 25, Ti,2 25,8 25,9 25, ,1 26,1 Ti,2 25,8 25, Ti, ,9 25, Ti,3 25,9 25, Tb,1 57,5 57,6 57,6 57,6 57,6 57,7 57,7 Tb,1 57,6 57, Tb,2 60,9 60,9 60,9 60, Tb,2 60,6 60, Tb,3 54,8 54, Tb,3 54,6 54, Tb,4 59,8 59,8 59,8 59,8 59,8 59,7 59,7 Tb, , Tb,5 61,4 61,4 61,3 61,3 61,3 61,3 61,3 Tb,5 60,6 60, Tb,6 56,1 56,1 56,3 56,3 56,4 56,4 56,4 Tb,6 56,5 56, Tb,7 65,3 65,3 65,4 65,5 65,5 65,6 65,6 Tb,7 66,2 66, Tb,8 61,2 61,3 61,3 61,4 61,4 61,5 61,5 Tb,8 60,9 60, Tb, ,9 62,9 62,9 62,9 Tb,9 62,2 62, To,1 30,5 30,5 30,5 30,5 30,6 30,6 30,6 To,1 30,2 30, To,2 29,5 29,6 29,6 29,7 29,7 29,7 29,7 To,2 29,2 29, To, ,1 30,1 30,1 30,2 30,2 To, To,4 31,2 31,3 31,4 31,4 31,4 31,4 31,4 To, To,5 30,4 30,4 30,4 30,4 30,5 30,5 30,5 To,5 30,1 30, Lampiran 5. Data spesimen 2 kecepatan 0.5 m/s dan 1 m/s

76 Spesimen = 2 Volt. fan = 55 V Spesimen = 2 S y /D π = 2,86 Arus fan = 1,1 A S y /D π = 2,86 Volt. heater = 36 V Kec. Udara = 0,5 m/s Volt. heater = 47 Arus heater = 1,9 A h = 0,3 mm Arus heater = 2,6 Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Menit Men Suhu Suhu Ti, ,9 25, ,1 26,1 Ti,1 25,9 25,9 26 Ti, ,1 25, , Ti,2 25,9 25,9 25,9 Ti,3 25,9 25,9 25,9 25, Ti,3 25,8 25,9 25,9 Tb,1 57,4 57,5 57,5 57,5 57,6 57,6 57,6 57,6 Tb, ,1 58,3 Tb, ,1 58,1 58,1 58,1 58,2 58,2 58,2 Tb,2 57, Tb,3 58,7 58,7 58,7 58,6 58,6 58,6 58,6 58,6 Tb,3 58,2 58,3 58,3 Tb,4 58,4 58,4 58,4 58,4 58,4 58,4 58,5 58,5 Tb,4 59,4 59,4 59,4 Tb,5 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,2 59,3 59,3 Tb,5 59,4 59,4 59,4 Tb, ,5 60,6 60,7 60,7 60,6 60,6 60,6 Tb, ,1 60,3 Tb,7 62,4 62,4 62,4 62,4 62,4 62,4 62,5 62,5 Tb,7 62,1 62,1 62,1 Tb,8 62,2 62,2 62,3 62,3 62,4 62,4 62,4 62,4 Tb,8 61,7 61,7 61,8 Tb,9 62,1 62,1 62,1 62,3 62,2 62,2 62,2 62,2 Tb, ,1 61,1 To,1 34,1 34,2 34,1 34,2 34, To, ,2 33,3 To,2 32,3 32,3 32,3 32,3 32,3 32,5 32,6 32,6 To,2 31,2 31,3 31,4 To, ,1 33,1 33, ,1 33,2 33,2 To,3 32,2 32,2 32,3 To,4 35,3 35,3 35,3 35,3 35,5 35,5 35,4 35,4 To,4 34,3 34,3 34,4 To,5 34,3 34,3 34,2 34,3 34,2 34,1 34,1 34,1 To, ,1 33,1 Lampiran 6. Data spesimen 2 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Spesimen = 2 Volt. fan = 84 V Spesimen = S y /D π = 2,86 Arus fan = 1,34 A S y /D π = Volt. heater = 64 V Kec. Udara = 2 m/s Volt. heater = Arus heater = 3,2 A h = 1,2 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Menit Suhu Suhu Ti,1 26,3 26, Ti,1 25,8 25,8 Ti,2 26,1 26,2 26,1 26,2 26, Ti,2 25,9 25,9

77 Ti,3 26,1 26,1 26,1 26, Ti,3 25,8 25,9 Tb,1 57,8 57,7 57,7 57,5 57,6 57,6 57,6 Tb, ,2 Tb, ,9 58,8 58,7 58,7 58,6 58,6 Tb,2 57,6 57,7 Tb,3 59, ,7 58,9 58,9 58,8 58,8 Tb,3 58,6 58,7 Tb,4 58,9 58,8 58,6 58,6 58,6 58,7 58,7 Tb,4 58,8 58,7 Tb,5 58,7 58,8 58, , Tb,5 58,4 58,6 Tb, ,9 59,9 59,9 59,9 59,8 59,8 Tb, ,3 Tb, ,9 62,9 62,9 62,9 62,8 62,8 Tb,7 63,6 63,5 Tb,8 62,8 62,7 62,7 62,6 62,7 62,6 62,6 Tb,8 61,7 61,9 Tb,9 62,5 62,3 62,1 62,2 62, Tb,9 62,4 62,5 To,1 32,8 32,6 32,5 32,5 32,5 32,4 32,4 To,1 31,1 31,2 To,2 30,4 30,3 30, , To,2 28,8 28,9 To,3 31,6 31,5 31,5 31,4 31,3 31,3 31,3 To,3 30,5 30,6 To,4 33,6 33,5 33,4 33,4 33,5 33,4 33,4 To,4 32,2 32,3 To,5 32,5 32,3 32,2 32,1 32, To, ,2 Lampiran 7. Data spesimen 2 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Spesimen = 2 Volt. fan = 108 V Spesimen = S y /D π = 2,86 Arus fan = 1,72 A S y /D π = Volt. heater = 75 V Kec. Udara = 4 m/s Volt. heater = Arus heater = 4,1 A h = 2,3 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Meni Suhu Suhu Ti,1 25,8 25,8 25,9 25, Ti,1 26,4 26,3 Ti,2 25,9 25,9 25, ,1 26,2 26,2 Ti,2 26,3 26,3 Ti,3 25,8 25, ,1 26,2 26,2 26,2 26,2 Ti,3 26,4 26,3 Tb,1 57,8 57, ,1 58,3 58,2 58,1 58,1 Tb,1 58,5 58,6 Tb,2 57, ,1 58,2 58,3 58,2 58,2 58,2 Tb,2 57,5 57,5 Tb,3 58,2 58,3 58,4 58,5 58,6 58,7 58,6 58,6 Tb,3 59,4 59,5 Tb,4 57,8 57, ,2 58,3 58,2 58,2 58,2 Tb,4 58,6 58,7 Tb,5 57,6 57,7 57, ,6 58,8 58,9 58,9 Tb,5 58,4 58,3 Tb,6 59,2 59,3 59,4 59,6 59,5 59,5 59,4 59,4 Tb,6 59,2 59,3 Tb,7 63,4 63,4 63,5 63,6 63,7 63,7 63,6 63,6 Tb, ,2 Tb,8 62,6 62,7 62, ,9 62,9 62,8 62,8 Tb, ,1

78 Tb, ,1 62,2 62,4 62,3 62,3 62,2 62,2 Tb,9 62,4 62,5 To,1 30,4 30,5 30,6 30,7 30,8 30,9 30,8 30,8 To,1 30,7 30,8 To,2 28,7 28,8 28, , To,2 28,5 28,6 To,3 29,8 29, ,1 30,2 30,2 30,1 30,1 To,3 29,6 29,7 To,4 31,5 31,6 31,7 31, ,9 31,8 31,8 To,4 31,5 31,4 To,5 30,4 30,5 30,6 30,8 30,7 30,7 30,6 30,6 To,5 30,3 30,4 Lampiran 8. Data spesimen 2 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Spesimen = 2 Volt. fan = 150 V Spesimen = S y /D π = 2,86 Arus fan = 1,94 A S y /D π = Volt. heater = 82 V Kec. Udara = 5,5 m/s Volt. heater = Arus heater = 4,3 A h = 3,3 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Men Suhu Suhu Ti,1 25,9 25, ,1 26,1 26,1 26,2 26,2 Ti,1 25,9 26 Ti,2 25,8 25, ,1 26,2 26,2 26,2 Ti,2 25,9 26 Ti,3 25,9 25,9 26,1 26,1 26,2 26,2 26,2 26,2 Ti,3 25,9 26, Tb,1 58,8 58,7 58,5 58,7 58,6 58,5 58,4 58,4 Tb,1 58,8 58, Tb,2 57,7 57,6 57,5 57,8 57,7 57,6 57,5 57,5 Tb,2 57,7 57, Tb, ,8 58, ,9 58,9 58,8 58,8 Tb,3 58,9 59 Tb,4 59,8 59,7 59,9 59,8 59,6 59,5 59,4 59,4 Tb,4 59,5 59, Tb,5 57,4 57,3 57,5 57,6 57,8 57,6 57,7 57,7 Tb,5 57,6 57, Tb,6 59,3 59,2 59,4 59,3 59,2 59, Tb,6 59,3 59, Tb,7 64,4 64,3 64,5 64,4 64,4 64,3 64,2 64,2 Tb,7 64,4 64, Tb,8 63,2 63, ,4 63,2 63, Tb,8 63,2 63, Tb,9 61,8 61,7 61,9 62,3 62,2 62, Tb,9 61,8 61, To,1 30,6 30,5 30,4 30,3 30,6 30,5 30,4 30,4 To,1 29,8 29, To,2 28,3 28,2 28,4 28,3 28,5 28,3 28,2 28,2 To,2 27,7 27, To,3 29,7 29,6 29,8 29,7 29,9 29,8 29,7 29,7 To,3 29,7 29, To,4 31,2 31,1 31,3 31,2 31,3 31, To,4 30,6 30, To,5 29, ,9 29, ,9 29,8 29,8 To,5 29,4 29, Lampiran 9. Data spesimen 3 kecepatan 0,5 m/s dan 1 m/s Spesimen = 3 Volt. fan = 55 V Spesimen =

79 S y /D π = 3,57 Arus fan = 1,1 A S y /D π = Volt. heater = 29 V Kec. Udara = 0,5 m/s Volt. heater = Arus heater = 1,5 A h = 0,25 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Men Suhu Suhu Ti, ,1 26,1 26,2 26,2 26,2 26,1 26,1 Ti,1 26,1 26,2 Ti, ,1 26,1 26,2 26,2 26,2 26,2 Ti,2 26,1 26,1 Ti,3 26,1 26,1 26,2 26,2 26,2 26,3 26,3 26,3 Ti,3 26,2 26,2 Tb,1 57,2 57,4 57,5 57, ,9 57,8 57,8 Tb,1 57,9 57,8 Tb, ,1 59, ,9 58,8 58,8 Tb, ,9 Tb,3 59, ,2 59,3 59,6 59,5 59,5 59,5 Tb,3 59,4 59,5 Tb,4 59,4 59,5 59,7 59,4 59,2 59, Tb,4 59,8 59,9 Tb,5 59,5 59,7 59,4 59,2 59,3 59,2 59,1 59,1 Tb,5 59,1 59 Tb,6 60,4 60, ,1 60,4 60,3 60,2 60,2 Tb,6 62,3 62,2 Tb, , ,1 62,3 62,1 62,2 62,2 Tb, ,9 Tb, ,1 61,2 61,4 61,5 61,4 61,2 61,2 Tb,8 61,7 61,5 Tb,9 62, ,1 62,3 62,2 62, Tb,9 62,8 62,5 To,1 30,4 30,2 30,5 30,8 30,9 30,7 30,6 30,6 To,1 30,2 30,3 To,2 31,2 31,4 31,3 31,1 31,4 31, To,2 30,6 30,7 To,3 31,4 31,2 31,4 31,2 31,5 31,3 31,2 31,2 To,3 30,4 30,5 To, ,2 32,3 32, ,9 31,8 31,8 To,4 31,6 31,5 To,5 31,8 31,5 31,6 31,5 31,4 31,3 31,2 31,2 To,5 30,8 30,9 Lampiran 10. Data spesimen 3 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Spesimen = 3 Volt. fan = 83 V Spesimen = S y /D π = 3,57 Arus fan = 1,34 A S y /D π = Volt. heater = 51 V Kec. Udara = 2 m/s Volt. heater = Arus heater = 2,5 A h = 1 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Meni Suhu Suhu Ti,1 25,8 25,8 25,9 25,9 25,9 26, Ti,1 25,8 25,8 Ti,2 25,8 25,8 25,9 25, Ti,2 25,8 25,7 Ti,3 25,8 25,9 25, ,1 26,1 26,1 Ti,3 25,9 25,9 Tb, ,9 57,1 57,3 57,5 57,6 57,5 57,5 Tb, ,1

80 Tb,2 57,8 57,7 57,8 57, ,9 57,8 57,8 Tb,2 57,1 57,2 Tb,3 57,4 57,6 57,5 57,6 57,7 57,5 57,4 57,4 Tb, ,2 Tb,4 59,4 59,5 59,4 59,7 59,5 59,3 59,2 59,2 Tb,4 58,6 58,5 Tb,5 59, , ,3 59,1 59,2 59,2 Tb, ,1 Tb, , , ,9 59,9 59,9 Tb,6 60,1 60 Tb,7 63,3 63,5 63,2 63,5 63,6 63,7 63,8 63,8 Tb,7 63,4 63,3 Tb,8 62,1 62, ,3 62,5 62,4 62,4 62,4 Tb,8 62,2 62 Tb,9 62,2 62,3 62,1 62,4 62,6 62,8 62,7 62,7 Tb, ,4 To,1 29,4 29,5 29,6 29,7 29,5 29,3 29,2 29,2 To,1 28,2 28,3 To,2 29,6 29,7 29,4 29,5 29,6 29,5 29,5 29,5 To, ,1 To, , ,1 30,2 30, To,3 29,2 29,3 To,4 30, ,1 30,3 30,4 30,3 30,2 30,2 To,4 29,6 29,7 To,5 29, ,1 29,3 29,4 29,5 29,5 29,5 To,5 28,4 28,5 Lampiran 11. Data spesimen 3 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Spesimen = 3 Volt. fan = 107 V Spesimen = S y /D π = 3,57 Arus fan = 1,72 A S y /D π = Volt. heater = 57 V Kec. Udara = 4 m/s Volt. heater = Arus heater = 3,3 A h = 2,3 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Meni Suhu Suhu Ti,1 26,4 26,3 26,2 26,2 26,2 26,1 26,1 26,1 Ti,1 26,4 26,2 Ti,2 26,2 26,2 26, ,9 25,8 25,8 Ti,2 26,3 26,3 Ti,3 26,4 26,3 26,3 26,3 26,2 26,2 26,2 26,2 Ti,3 26,4 26,4 Tb,1 58,6 58,7 58,5 58,4 58,5 58,3 58,2 58,2 Tb, ,1 Tb,2 58,5 58,4 58,3 58,5 58,6 58,5 58,3 58,3 Tb,2 58,4 58,5 Tb, , ,2 58,1 58,2 58,1 58,1 Tb,3 58,6 58,7 Tb,4 58,6 58,5 58,4 58,5 58,6 58,4 58,3 58,3 Tb, ,3 Tb,5 58,7 58,8 58,6 58,7 58,5 58,6 58,5 58,5 Tb,5 58,9 58,8 Tb,6 59,4 59,5 59,6 59,7 59,9 59,8 59,7 59,7 Tb, ,4 Tb,7 63,6 63,7 63,6 63,4 63,6 63,5 63,4 63,4 Tb, ,8 Tb,8 63,5 63,6 63,5 63,3 63,1 63,2 63,1 63,1 Tb, ,9 Tb, ,9 62,8 62,9 62,8 62,7 62,6 62,6 Tb,9 62,6 62,5 To,1 28,5 28,4 28,3 28,2 28,5 28,3 28,2 28,2 To,1 28,5 28,6

81 To, ,9 28, , ,8 28,8 To,2 28,7 28,7 To,3 29,4 29,3 29,2 29, ,9 28,9 28,9 To,3 28,2 28,1 To,4 29,5 29,4 29,6 29,5 29,6 29,5 29,4 29,4 To,4 29,4 29,5 To,5 28,5 28,4 28,6 28,5 28,6 28,4 28,3 28,3 To,5 28,3 28,5 Lampiran 12. Data spesimen 3 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Spesimen = 3 Volt. fan = 149 V Spesimen = S y /D π = 3,57 Arus fan = 1,94 A S y /D π = Volt. heater = 61 V Kec. Udara = 5,5 m/s Volt. heater = Arus heater = 3,5 A h = 3 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Meni Suhu Suhu Ti,1 25,8 25,9 25, ,1 26,1 26,1 Ti,1 25,8 25,9 Ti,2 25,8 25,8 25, Ti,2 25,8 25,8 Ti,3 25,9 25, ,1 26,2 26,2 Ti,3 25,9 26 Tb,1 55,3 55,4 55,2 55,4 55,5 55,6 55,6 Tb,1 55,2 55,3 Tb,2 55,5 55,6 55, ,9 55,8 55,8 Tb,2 55,4 55,5 Tb,3 57,3 57,4 57,6 57,7 57,6 57,5 57,5 Tb, ,1 Tb,4 59,8 59, ,9 59,8 59,7 59,7 Tb, ,1 Tb,5 59,7 59,8 59, ,9 59,8 59,8 Tb,5 58,8 58,7 Tb, ,9 60,1 60,2 60,1 60,2 60,2 Tb,6 60,7 60,6 Tb,7 65,3 65,1 65,3 65,5 65,4 65,5 65,5 Tb, ,9 Tb,8 63,6 63,7 63,5 63,7 63,6 63,5 63,5 Tb,8 64,4 64,5 Tb,9 62,7 62,8 62,9 62,8 62,7 62,6 62,6 Tb,9 64,6 64,7 To,1 27,8 27, ,3 28, To,1 27,6 27,5 To,2 28,4 28,5 28,6 28,7 28,5 28,4 28,4 To,2 28,2 28,1 To,3 28,3 28,4 28,5 28,7 28,6 28,4 28,4 To,3 28,4 28,5 To,4 28,7 28,6 28,7 28, ,9 28,9 To,4 28,7 28,8 To, ,9 28,1 28, ,9 27,9 To,5 27,6 27,7 Lampiran 13. Data spesimen 4 kecepatan 0.5 m/s dan 1 m/s Spesimen = 4 Volt. fan = 55 V Spesimen = S y /D π = 4,76 Arus fan = 1,1 A S y /D π =

82 Volt. heater = 28 V Kec. Udara = 0,5 m/s Volt. heater = Arus heater = 1,4 A h = 0,2 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Men Suhu Suhu Ti,1 25,8 25,9 25,9 25, Ti,1 26,2 26,2 Ti,2 25,9 25, ,1 26,2 26,2 26,2 Ti,2 26,1 26 Ti, ,1 26,2 26,1 26,1 26,2 26,2 Ti,3 26,3 26,3 Tb,1 57, ,2 58,3 58, Tb,1 57,8 57,9 Tb, ,2 61,4 61,3 61,2 61,1 61,1 Tb,2 60,9 60,7 Tb, ,2 59,4 59,2 59,3 59,2 59,2 Tb,3 58,3 58,5 Tb,4 58, ,2 59,3 59, Tb,4 61,5 61,6 Tb,5 60,6 60,8 60,9 60,8 60,6 60,5 60,5 Tb,5 59,1 59,2 Tb,6 59,4 59,6 59,8 59,5 59,3 59,2 59,2 Tb,6 62,1 62,3 Tb,7 61,3 61,4 61,5 61,8 61,7 61,5 61,5 Tb,7 61,6 61,7 Tb,8 61,7 61, ,1 60,9 61,8 61,8 Tb,8 61,4 61,5 Tb,9 60,4 60, ,2 60,4 60,5 60,5 Tb,9 57,3 57,2 To,1 30,1 30,2 30,4 30,5 30,3 30,2 30,2 To,1 29,5 29,6 To,2 29, ,3 30,2 30, To,2 29,2 29,4 To, ,2 30,4 30,5 30,3 30,2 30,2 To, ,1 To,4 31,3 31,5 31,7 31,6 31,5 31,4 31,4 To,4 31,3 31,1 To,5 31,1 31,3 31,4 31,5 31, To, ,9 Lampiran 14. Data spesimen 4 kecepatan 2 m/s dan 3 m/s Spesimen = 4 Volt. fan = 80 V Spesimen = S y /D π = 4,76 Arus fan = 1,32 A S y /D π = Volt. heater = 47 V Kec. Udara = 2 m/s Volt. heater = Arus heater = 2,4 A h = 0,8 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Menit Suhu Suhu Ti,1 26,2 26,1 26,1 26,2 26,3 26,3 26,3 Ti,1 25,9 25,9 Ti, ,1 26,2 26,3 26,2 26,3 26,3 Ti,2 25,9 26 Ti,3 26,2 26,2 26,3 26,4 26,4 26,4 26,4 Ti, ,1 Tb,1 59,2 59,4 59,6 59,7 59,6 59,5 59,5 Tb,1 61,2 61,4

83 Tb,2 60,5 60,7 60, ,9 60,8 60,8 Tb,2 59,5 59,6 Tb,3 56,6 56,7 56,9 57,1 56,9 56,9 56,9 Tb,3 58,8 59 Tb,4 61,7 61, ,2 62,1 61,9 61,9 Tb,4 61,2 61,4 Tb, ,2 59,4 59,2 58,9 58,8 58,8 Tb,5 58,1 58 Tb,6 60, ,1 61,3 61, Tb,6 61,1 61,3 Tb,7 61, ,2 62,3 62, Tb,7 60,6 60,7 Tb,8 61,7 61, ,3 62, Tb,8 61,4 61,6 Tb,9 57,4 57,5 57,6 57,5 57,3 57,2 57,2 Tb, ,4 To, ,2 29,4 29,5 29,3 29,2 29,2 To,1 28,4 28,6 To,2 28,9 29,1 29,3 29,4 29, To,2 28,5 28,3 To,3 29,1 29,3 29,5 29,6 29,4 29,3 29,3 To,3 29,1 29,3 To,4 30,3 30,5 30,7 30,6 30,4 30,2 30,2 To,4 29,6 29,8 To, ,2 30,4 30,5 30,3 30,1 30,1 To,5 29,3 29,2 Lampiran 15. Data spesimen 4 kecepatan 4 m/s dan 5 m/s Spesimen = 4 Volt. fan = 105 V Spesimen = S y /D π = 4,76 Arus fan = 1,7 A S y /D π = Volt. heater = 55 V Kec. Udara = 4 m/s Volt. heater = Arus heater = 3,1 A h = 2 mm Arus heater = Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Men Suhu Suhu Ti, ,1 26, ,1 26,2 26,2 26,2 Ti, Ti,2 26,1 26,2 26,2 26,3 26,3 26,3 26,4 26,4 Ti, , Ti,3 26,2 26,3 26,3 26,4 26,4 26,4 26,4 26,4 Ti,3 26,1 26, Tb,1 59,2 59,3 59,5 59,4 59,6 59,5 59,4 59,4 Tb, , Tb,2 60,3 60,5 60,6 60,7 60,6 60,5 60,4 60,4 Tb,2 60,2 60, Tb,3 57,2 57,3 57,5 57,6 57,7 57,5 57,4 57,4 Tb,3 57,1 57, Tb,4 61,6 61,7 61, ,9 61,8 61,8 61,8 Tb,4 61,3 61, Tb,5 58,6 58,7 58, ,8 58,7 58,7 58,7 Tb,5 58,4 58, Tb,6 62,7 62, ,9 62,8 62,9 62,8 62,8 Tb,6 64,5 64, Tb,7 61,5 61,7 61,6 61,5 61,6 61,5 61,4 61,4 Tb,7 61,4 61, Tb, ,2 62,4 62,3 62,4 62,3 62,2 62,2 Tb, , Tb,9 58,4 58,6 58,7 58,9 58,8 58,7 58,5 58,5 Tb, , To, ,1 28,3 28,6 28,5 28,4 28,3 28,3 To,1 27,8 27,

84 To,2 28,1 28,3 28,5 28,6 28,4 28,3 28,2 28,2 To,2 27,6 27, To,3 28,4 28,5 28,6 28,7 28,9 28,7 28,6 28,6 To,3 28,2 28, To,4 29,6 29,8 29,9 29,8 29,9 29,7 29,5 29,5 To,4 29,1 29, To, ,2 29,4 29,5 29,4 29,2 29,1 29,1 To,5 28,8 28, Lampiran 16. Data spesimen 4 kecepatan 5,5 m/s dan 6 m/s Spesimen = 4 Volt. fan = 145 V Spesimen S y /D π = 4,76 Arus fan = 1,92 A S y /D π Volt. heater = 60 V Kec. Udara = 5,5 m/s Volt. heater Arus heater = 3,2 A h = 2,7 mm Arus heater Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit M Suhu Suhu Ti,1 25, ,1 26,1 26,2 26,2 26,2 Ti,1 26 Ti, ,1 26,2 26,3 26,3 26,4 26,4 26,4 Ti, Ti, ,1 26,2 26,2 26,3 26,3 26,4 26,4 Ti,3 26,1 2 Tb, ,1 59,3 59, ,1 59,2 59,2 Tb, Tb,2 60, ,5 60,4 60,2 60,3 60,4 60,4 Tb,2 59,6 5 Tb,3 57,4 57,6 57,8 57, ,9 57,8 57,8 Tb,3 57,7 5 Tb, ,2 61,5 61,4 61,5 61,4 61,3 61,3 Tb,4 60,8 Tb,5 58,2 58,4 58,6 58,6 58,7 58,5 58,4 58,4 Tb, Tb,6 63,1 63,3 63,5 63,6 63,5 63,5 63,4 63,4 Tb, Tb,7 60,5 60,7 60,8 60,7 60,9 60,7 60,8 60,8 Tb,7 60,5 6 Tb,8 61,8 61,9 62,3 62,2 62,5 62,3 62,2 62,2 Tb,8 62,2 6 Tb, ,1 58,4 58,2 58,3 58,4 58,2 58,2 Tb,9 58,1 To,1 27,6 27,4 27,6 27,8 27,7 27,8 27,9 27,9 To,1 27,4 2 To,2 27,5 27,6 27, ,9 27,8 27,7 27,7 To,2 27,2 2 To, ,3 28,5 28,7 28,5 28,4 28,2 28,2 To, To,4 28, ,1 29,4 29,3 29, To,4 28,7 2 To,5 28,5 28,4 28,3 28,4 28,5 28,6 28,7 28,7 To,5 28,4 2 Lampiran 17. Data spesimen 5 (plat tanpa sirip) Spesimen = 5 Volt. fan = 55 V Spesimen Volt. heater = 18 V Arus fan = 1,1 A Volt. heater

85 Arus heater = 1,1 A Kec. Udara = 0,6 m/s Arus heater h = 0,1 mm Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Men Suhu Suhu Ti,1 25, ,1 26,2 26,2 26,2 Ti,1 25,9 25, Ti,2 25, ,1 26,1 26,2 26,3 26,3 Ti,2 25,9 25, Ti, ,1 26,2 26,3 26,3 26,3 Ti,3 25,9 26 Tb,1 57,5 57,6 57, ,9 57,8 57,8 Tb,1 57,7 57, Tb,2 57,4 57,5 57,7 57,8 57,7 57,6 57,6 Tb,2 57,3 57, Tb,3 58,6 58,8 58, ,8 58,9 58,9 Tb,3 58,8 58, Tb,4 58, ,3 58,5 58,6 58,5 58,5 Tb,4 58,5 58, Tb,5 58,5 58,4 58,6 58,9 58,7 58,8 58,8 Tb,5 59,1 59, Tb, ,2 59,4 59,5 59,3 59,2 59,2 Tb,6 59,7 59, Tb,7 63,4 63,5 63,7 63,9 63,7 63,8 63,8 Tb, , Tb,8 62,2 62,4 62,6 63,8 63,7 62,6 62,6 Tb, , Tb,9 62,3 62,4 62,7 62,9 62,7 62,8 62,8 Tb,9 62,2 62, To,1 27,4 27,5 27,6 27,8 27,7 27,6 27,6 To,1 27,2 27, To, ,2 27,4 27,5 27,3 27,2 27,2 To,2 26,9 27 To,3 27,5 27,7 27,5 27,6 27,7 27,6 27,6 To,3 27,3 27, To,4 30,2 30,3 30,5 30,7 30,6 30,7 30,7 To,4 30,4 30, To,5 27,4 27,5 27,7 27,9 27,7 27,8 27,8 To,5 27,5 27, Lampiran 18. Data spesimen 5 (plat tanpa sirip) Spesimen = 5 Volt. fan = 85 V Spesimen = Volt. heater = 33 V Arus fan = 1,34 A Volt. heater = Arus heater = 1,9 A Kec. Udara = 2,2 m/s Arus heater = h = 0,3 mm Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Men Suhu Suhu Ti,1 25,8 25,8 25,9 25, ,1 26,1 26,1 Ti,1 25,9 25,9 Ti,2 25,9 25, ,1 26,1 26,2 26,2 Ti,2 25,9 26 Ti,3 25, ,1 26,1 26,2 26,3 26,3 Ti,3 25,9 26 Tb,1 57,3 57,4 57,6 57,7 57,6 57,7 57,8 57,8 Tb,1 57,5 57,6

86 Tb,2 57,2 57,4 57,5 57,8 57,9 57,7 57,6 57,6 Tb,2 57,8 57,9 Tb,3 59,1 59,3 59,6 59,7 59,6 59,4 59,3 59,3 Tb,3 59,1 59,3 Tb,4 58,7 58,8 58, ,8 58,6 58,5 58,5 Tb,4 58,4 58,5 Tb,5 58,1 58,2 58,5 58,7 58,8 58,5 58,4 58,4 Tb,5 58,2 58,3 Tb,6 59,2 59,4 59,3 59,5 59,7 59,5 59,4 59,4 Tb,6 59,1 59,2 Tb,7 63,1 63,3 63,2 63,1 63,2 63,3 63,4 63,4 Tb,7 63,3 63,5 Tb,8 62,7 62,8 62, ,8 62,7 62,6 62,6 Tb,8 62,7 62,8 Tb,9 62,4 62,5 62,7 62,9 62,7 62,8 62,9 62,9 Tb,9 62,4 62,5 To,1 27,2 27,3 27,5 27,6 27,6 27,5 27,4 27,4 To, ,1 To,2 26,8 26,9 27,2 27,4 27,2 27,1 26,9 26,9 To,2 26,6 26,7 To, ,1 27,3 27,5 27,4 27,5 27,3 27,3 To, ,9 To, ,2 30,4 30,5 30,4 30,3 30,2 30,2 To,4 29,9 30,1 To,5 27,1 27,2 27,4 27,5 27,8 27,6 27,4 27,4 To, ,1 Lampiran 19. Data spesimen 5 (plat tanpa sirip) Spesimen = 5 Volt. fan = 110 V Spesimen = Volt. heater = 45 V Arus fan = 1,74 A Volt. heater = Arus heater = 2,3 A Kec. Udara = 4,4 m/s Arus heater = h = 0,8 mm Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit Menit Suhu Suhu Ti,1 25, ,1 26,1 26,1 26,2 26,2 26,2 Ti,1 25,8 25,9 Ti, ,1 26,2 26,2 36,2 26,2 26,2 Ti,2 25,9 25,9 Ti, ,1 26,2 26,1 26,2 26,3 26,3 26,3 Ti,3 25,9 26 Tb,1 56,4 56,5 56,7 56,8 56,9 56,7 56,8 56,8 Tb,1 56,2 56,4 Tb,2 57,8 57,9 58,2 58,3 58,4 58,5 57,6 57,6 Tb,2 57,5 57,7 Tb,3 59,1 59,2 59,4 59,5 59,4 59, Tb, Tb,4 58,8 58,9 58,7 58,9 58,8 58,7 58,6 58,6 Tb,4 58,4 58,5 Tb,5 58,5 58,6 58,7 58,6 58,5 58,3 58,2 58,2 Tb,5 58,6 58,7 Tb,6 60,2 60,4 60,3 60,5 60,4 60, Tb,6 59,6 59,7 Tb,7 63,2 63,4 63,5 63,7 63,9 63,7 63,8 63,8 Tb, ,2 Tb,8 62,4 62,5 62,7 62,9 62,7 62,9 62,8 62,8 Tb,8 62,5 62,6 Tb, ,1 63,3 63,5 63,3 63,4 63,2 63,2 Tb,9 62,9 62,8 To, ,1 27,3 27,6 27,5 27,4 27,2 27,2 To, ,2

87 To,2 26,6 26, ,3 27,1 26,9 26,8 26,8 To,2 26,4 26,5 To, ,1 27,3 27,5 27,6 27,3 27,1 27,1 To,3 26,7 26,8 To, , ,4 30, ,8 29,8 To,4 29,3 29,4 To,5 26,7 26,9 26, ,3 27, To,5 26,6 26,7 Lampiran 20. Data spesimen 5 (plat tanpa sirip) Spesimen = 5 Volt. fan = 152 V Spesimen Volt. heater = 49 V Arus fan = 1,94 A Volt. heater Arus heater = 2,7 A Kec. Udara = 5,9 m/s Arus heater h = 1,2 mm Titik Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Titik Menit M Suhu Suhu Ti,1 25,8 25,8 25,9 25, Ti,1 25,8 2 Ti,2 25,8 25,9 25, ,1 26,1 Ti,2 25,9 2 Ti,3 25, ,1 26,2 26,2 26,2 Ti,3 26 Tb,1 56,3 56,4 56,6 56,8 56,6 56,7 56,7 Tb,1 56,4 5 Tb,2 57,5 57,6 57, ,8 57,7 57,7 Tb,2 57,5 5 Tb,3 58,6 58, ,2 59, Tb,3 58,7 5 Tb,4 58,2 58,4 58,6 58,7 58,6 58,5 58,5 Tb,4 58,4 5 Tb,5 58, ,3 59,4 59,3 59,1 59,1 Tb,5 58,6 5 Tb,6 59,6 59,7 59,8 59,7 59, Tb, Tb, ,3 63,5 63,7 63,6 63,5 63,5 Tb,7 63,5 6 Tb,8 62,2 62,4 62,5 62,7 62,5 62,6 62,6 Tb,8 62,4 6 Tb,9 62,7 62,9 63,2 63,4 63, Tb, To,1 26,7 26, ,2 26, To,1 26,7 2 To,2 26,4 26,6 26,9 26,8 26,7 26,6 26,6 To,2 26,3 2 To,3 26, ,2 27,3 27, To,3 26,5 2 To,4 29,4 29,5 29,6 29,8 29,7 29,6 29,6 To,4 29,2 2 To,5 26,7 26,9 27, ,9 26,8 26,8 To,5 26,3 2

88 Lampiran 21. Tabel Thermophysical Property untuk udara

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN DIAMOND SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN DIAMOND SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN DIAMOND SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN SEGIEMPAT SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN SEGIEMPAT SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN SEGIEMPAT SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI STAGGERED CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI STAGGERED CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI STAGGERED CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Siripsirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan Selang-seling dalam Saluran Segi Empat

Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Siripsirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan Selang-seling dalam Saluran Segi Empat Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Siripsirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan Selang-seling dalam Saluran Segi Empat Tri Istanto dan Wibawa Edra Juwana Lab. Perpindahan Panas

Lebih terperinci

Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Sirip-Sirip Pin Diamond Susunan Segaris dalam Saluran Segiempat

Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Sirip-Sirip Pin Diamond Susunan Segaris dalam Saluran Segiempat Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Sirip-Sirip Pin Diamond Susunan Segaris dalam Saluran Segiempat Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1, Efendi Dwi Hariyanto 1 Lab. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP- SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DENGAN PENDEKATAN CFD

STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP- SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DENGAN PENDEKATAN CFD STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP- SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DENGAN PENDEKATAN CFD TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR Jotho *) ABSTRAK Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu dari tiga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENGARUHCOOLANT BERBAHAN DASAR AIR DENGAN ETILEN GLIKOL TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN BACKWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK JENIS EXTRUDED Bambang Yunianto 1) Abstrak Komponen elektronik ataupun mikroprosessor yang menghasilkan panas umumnya dipasang pada heat sink sebagai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika Termodinamika Energi dan Hukum 1 Termodinamika Energi Energi dapat disimpan dalam sistem dengan berbagai macam bentuk. Energi dapat dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, contoh thermal, mekanik,

Lebih terperinci

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR SIDANG HASIL TUGAS AKHIR DESAIN COMPACT HEAT EXCHANGER TIPE FIN AND TUBE SEBAGAI ALAT PENDINGIN MOTOR PADA BOILER FEED PUMP STUDI KASUS PLTU PAITON, PJB Disusun Oleh : LUKI APRILIASARI NRP. 2109100073

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Nama : Ria Mahmudah NRP : 2109100703 Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Djatmiko Ichsani, M.Eng 1 Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR...xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN ALIRAN FLUIDA DI SEKITAR PIN FIN COOLING DIAMOND PADA TRAILING EDGE SUDU TURBIN GAS

KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN ALIRAN FLUIDA DI SEKITAR PIN FIN COOLING DIAMOND PADA TRAILING EDGE SUDU TURBIN GAS NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN ALIRAN FLUIDA DI SEKITAR PIN FIN COOLING DIAMOND PADA TRAILING EDGE SUDU TURBIN GAS Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT Dosen Pembimbing I : Agung Tri Wjayanta, ST, M.Eng, Ph.D Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Kompresor Aksial Kompresor aksial merupakan salah satu tipe kompresor yang tergolong dalam rotodynamic compressor, dimana proses kompresi di dalamnya dihasilkan dari efek dinamik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-388 Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI Aliran Viscous Berdasarkan gambar 1 dan, aitu aliran fluida pada pelat rata, gaa viscous dijelaskan dengan tegangan geser τ diantara lapisan fluida dengan rumus: du τ µ

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA WIJAYA NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA WIJAYA NIM. I PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN ANNULAR DENGAN TWISTED TAPE INSERT WITH CENTRE WINGS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SLANT ANGLE TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN FORWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai

TUGAS AKHIR. Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai TUGAS AKHIR Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai Dipresentasikan Oleh: Devi Ratna Sari 21 111 05 012 Dosen Pembimbing Ary Bachtiar K.P, ST,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN PENGARUH KECEPATAN UDARA. PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN A. Walujodjati * Abstrak Penelitian menggunakan Unit Aliran Udara (duct yang

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. Santika Department of Mechanical Engineering, Bali State Polytechnic,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE Ir.Bambang Setiawan,MT 1. Chandra Abdi 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number Siti Duratun Nasiqiati Rosady 1), Bambang Arip Dwiyantoro 2) 1) Program Studi Pascasarjana Teknik

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci