PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL"

Transkripsi

1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: MAHMUDIN HUDA NIM: I JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 009

2

3 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL Disusun oleh: Mahmudin Huda NIM. I Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Tri Istanto, S.T., M.T. Wibawa Endra J., S.T., M.T. NIP NIP Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari Selasa tanggal 8 Juli Ir. Santoso, M.Eng.Sc.... NIP Syamsul Hadi, S.T., M.T.... NIP Eko Prasetya Budiana, S.T., M.T.... NIP Mengetahui: Ketua Jurusan Teknik Mesin Koordinator Tugas Akhir Dody Ariawan, S.T., M.T. Syamsul Hadi, S.T., M.T. NIP NIP

4 PERSEMBAHAN Kepada mereka yang telah berjasa, kepada mereka pula aku persembahkan hasil jerih payahku selama menempuh jenjang S1 ini yaitu sebuah skripsi yang akan menjadi karya terbesarku selama ini sehingga aku lulus dari Universitas Sebelas Maret ini dengan gelar Sarjana Teknik. Mereka adalah: 1. Dengan nama-nya yang telah menciptakan alam semesta dan seisinya. Segala puji bagi Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan-nya. Allahlah pemilik segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan keperkasaan.. Bapak Sumadi, Ibu Siti Maryam, karena beliaulah penulis terlahir di dunia dengan kelebihan dan kekurangannya. 3. Adikku Khoirun Nisa dan kakakku Nur Qomarudin (kalian adalah harta yang tak ternilai). 4. Mr. 3G and Prof. Bawa, yang telah mensupport material (makan-makan), spiritual, dan membimbing tanpa rasa letih dan selalu ceria. 5. Semua orang yang dekat dan kenal dengan penulis (mereka yang pernah bersama memberi pengalaman yang berarti, memberikan nasehat serta dukungan dalam kehidupan penulis).

5 MOTTO Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al- Ashr: 1-3) Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan, maka bersama kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S. Al-Insyirah: 5-6) Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110) Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; pada keduanya ada kebajikan. (HR. Muslim) Cogito, ergo sum. (I think, therefore I am). (Renè Descartes) If i die tomorrow I'd be allright Because i believe That after we're gone The spirit carries on (Dream Theater) Kalau bisa dikerjakan sekarang, kenapa harus besok? Aku hidup di masa sekarang untuk menuju masa depan, bukan masa lalu. Jika dengan mengenang kegagalan bisa membuat hari esok lebih baik, kenanglah. Namun jika tidak, buanglah. Selalu berpikir ke depan dan optimis. Doa, usaha, dan tawakal. (From the deepest of my heart)

6 Investigation on Heat Transfer and Friction Factor Characteristics of Inline Cylindrical Pin Fin Array in Rectangular Channel Mahmudin Huda Mechanical Engineering Departement Sebelas Maret University Surakarta, Indonesia Abstract Surface heat transfer extension using fins often used in heat exchanger equipment to enhance heat transfer. This research was conducted to investigate the characteristics of heat transfer and pressure drop as well as thermal performance of inline cylindrical pin fin assembly in rectangular channel. It was used cylindrical pin fins with 1.7 mm of diameter and 75 mm of height. The parameters of this research were Reynolds number (3,000 37,500), depending on the averaged inlet air velocity and hydraulic diameter, the interfin pitch distance in the spanwise direction (S x /D) which was kept constant at.95 and the interfin pitch distance in the streamwise direction (S y /D = ). The experimental result shown that increasing Reynolds number (Re) and decreasing the interfin pitch distance in the streamwise direction (S y /D) increased the average convection heat transfer coefficient (h) and Nusselt number (Nu). The pressure drop ( P) and friction factor (f) decreased while the interfin pitch distance in the streamwise direction (S y /D) increased. Increasing Reynolds number would decrease thermal performance (η). At S y /D = 1.97 for Re > 4,900, and S y /D > 1.97 for Re > 1,400, the values of η were less than 1, i.e. the used of pin fin assembly would cause an energy loss rather than gain. The net energy gain (η was greater than 1) was only at S y /D = 1.97 for Re < 4,900, and at S y /D > 1.97 for Re < 1,400. A net energy gain up to 8 % was achieved at S y /D = 1.97 for Re = 3,076. Key words: pin fin, rectangular channel, Reynolds number, friction factor, thermal performance. vi

7 Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Inline Cylindrical Pin Fin Array dalam Rectangular Channel Mahmudin Huda Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia Abstrak Perluasan permukaan perpindahan panas menggunakan sirip-sirip sering digunakan dalam peralatan penukar panas untuk meningkatkan perpindahan panas. Penelitian ini dilakukan untuk menguji karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari cylindrical pin fin assembly yang disusun secara segaris dalam saluran segiempat. Digunakan sirip-sirip pin silinder dengan diameter 1,7 mm dan tinggi 75 mm. Parameter-parameter dalam penelitian ini adalah bilangan Reynolds ( ) berdasarkan kecepatan udara masuk rata-rata dan diameter hidrolik, jarak antar titik pusat sirip dalam arah melintang aliran udara (S x /D) yang dibuat konstan sebesar,95 dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (S y /D = 1,97 3,94). Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan bilangan Reynolds (Re) dan semakin kecilnya jarak antar titik pusat sirip arah aliran udara (S y /D) akan meningkatkan koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) dan bilangan Nusselt (Nu). Nilai penurunan tekanan ( P) dan faktor gesekan (f) semakin menurun dengan meningkatnya nilai S y /D. Meningkatnya bilangan Reynolds akan menurunkan unjuk kerja termal (η).untuk S y /D = 1,97 pada Re > 4.900, dan S y /D > 1,97 pada Re > 1.400, nilai-nilai η lebih kecil dari 1, yang berarti bahwa pemakaian pin fin assembly akan menyebabkan kehilangan energi daripada perolehan energi. Perolehan energi netto (nilai η lebih besar dari 1) hanya untuk S y /D = 1,97 pada Re < 4.900, dan S y /D > 1,97 pada Re < Perolehan energi netto dapat dicapai hingga 8 % untuk nilai Sy/D = 1,97 pada Re = Kata kunci: sirip pin, saluran segiempat, bilangan Reynolds, faktor gesekan, unjuk kerja termal. vii

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Inline Cylindrical Pin Fin Array dalam Rectangular Channel ini dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Dody Ariawan, S.T., M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin UNS Surakarta.. Bapak Tri Istanto, S.T., M.T. selaku Pembimbing I atas bimbingannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Wibawa Endra J, S.T., M.T. selaku Pembimbing II yang telah turut serta memberikan bimbingan yang berharga bagi penulis. 4. Bapak Teguh Triyono, S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademis yang telah berperan sebagai orang tua penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret ini. 5. Bapak Syamsul Hadi, S.T,. M.T. selaku koordinator Tugas Akhir. 6. Bapak Budi Kristiawan, S.T., M.T. dan Ibu Eliza yang telah banyak membantu meminjami alat-alat pendukung penelitian. 7. Seluruh dosen serta staf di Jurusan Teknik Mesin UNS, yang telah turut mendidik penulis hingga menyelesaikan studi S1. 8. Ayah, Ibu, kakak, dan adikku, atas doa restu, motivasi, dan dukungan material maupun spiritual selama penyelesaian Tugas Akhir. 9. Rekan Skripsi: Apras, Adit, Doddy, Aji, Teddy, Wisnu, mas Fendy, dan mas Giyono yang telah bersama-sama mengerjakan penelitian ini, terima kasih atas bantuan kalian semua. viii

9 10. Rekan Asisten Lab. Konversi Energi: Ridho, Syafiq-jembe, Rian, paijo Bisyri, Ervan, Jihad-jae gepok, Tendy; dan juga rekan asisten lab 005: Zaki, Yusno, duet Indri-Topan, Ahmad yang telah menemani, merepotkan dan direpotkan dalam pembuatan alat penelitian ini. Terima kasih yang tak terkira atas bantuan kalian semua. 11. Rekan-rekan Teknik Mesin semua, khususnya angkatan 004 terima kasih atas kerja samanya selama ini. 1. Facebook dan Jamaah Facebookiyah yang selalu menemaniku dan menyemangatiku selama mengambil data dan menyelesaikan laporan ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin. Surakarta, Juli 009 Penulis ix

10 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... iii PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR NOTASI... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan dan Manfaat Sistematika Penulisan... 4 BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka Dasar Teori Sirip Sirip Pin Macam-Macam Bentuk Sirip pin Silinder Kubus Oblong Ellips Aplikasi Sirip pin Perpindahan Panas Parameter Tanpa Dimensi Perhitungan Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan pada Pin-Fin Assembly x

11 ..7.1 Perhitungan Perpindahan Panas (Heat Transfer) Perhitungan Faktor Gesekan (Friction Factor) Perhitungan Unjuk Kerja Termal pada Pin-Fin Assembly... BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat penelitian Alat penelitian Spesimen Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan Tahap Pengujian Teknik Analisis Data Diagram Alir Penelitian... 3 BAB IV DATA DAN ANALISIS Data Hasil Pengujian Perhitungan Data Analisis Data Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip dalam Arah Streamwise terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip dalam Arah Streamwise terhadap Karakteristik Penurunan Tekanan Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip dalam Arah Streamwise terhadap Unjuk Kerja Termal BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Spesifikasi spesimen penelitian... 9 Tabel 4.1 Data hasil pengujian spesimen 1 (S x /D =,95; S y /D = 1,97) Tabel 4. Data hasil pengujian spesimen (S x /D =,95; S y /D =,36) Tabel 4.3 Data hasil pengujian spesimen 3 (S x /D =,95; S y /D =,95) Tabel 4.4 Data hasil pengujian spesimen 4 (S x /D =,95; S y /D = 3,94) Tabel 4.5 Data hasil pengujian spesimen 5 (pelat tanpa sirip) xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar.1 Beberapa contoh jenis extended surface: (a) sirip longitudinal dengan profil segiempat (b) pipa silindris dengan sirip berprofil segiempat (c) sirip longitudinal dengan profil trapesium (d) sirip longitudinal dengan profil parabola (e) pipa silindris dengan sirip radial berprofil segiempat (f) pipa silindris dengan sirip radial berprofil trapesium (g) cylindrical spine (h) truncated conical spine (i) truncated parabolic spine... 7 Gambar. Beberapa contoh jenis permukaan penukar panas kompak: (a) pipa silinder (b) pipa silinder dengan sirip-sirip radial (c) flat tube dengan sirip-sirip kontinyu (d) sirip plat (plate fin) (e) offset plate fin (f) crossed rod matrix... 8 Gambar.3 Perbedaan-perbedaan gradien temperatur dalam sirip... 9 Gambar.4 Sebuah susunan sirip pin Gambar.5 Susunan sirip pin (a) inline (b) staggered... 1 Gambar.6 Perbandingan sirip pin silinder lurus dengan sirip pin silinder berfillet... 1 Gambar.7 Perbandingan antara konfigurasi susunan staggered sirip pin kubus dan sirip pin diamond Gambar.8 Konfigurasi susunan staggered menggunakan sirip pin oblong. 13 Gambar.9 Ukuran relatif dari circular fin, SEF dan N fin Gambar.10 Potongan melintang sudu turbin dengan pendinginan dalam (internal cooling) Gambar.11 Susunan sirip pin dalam suatu saluran udara segiempat dengan clearance nol Gambar 3.1 Skema alat penelitian... 4 Gambar 3. Satu set alat uji inline cylindrical pin fin assembly... 4 Gambar 3.3 Pelurus aliran udara (flow straightener)... 5 Gambar 3.4 Fan hisap... 5 Gambar 3.5 Rheostat... 5 Gambar 3.6 Anemometer... 6 xiii

14 Gambar 3.7 Pemanas listrik (electric heater)... 6 Gambar 3.8 Regulator pengatur tegangan listrik yang masuk heater... 6 Gambar 3.9 Multitester digital... 7 Gambar 3.10 Amperemeter... 7 Gambar 3.11 Manometer U dan posisi titik pengukuran tekanan... 7 Gambar 3.1 Termokopel tipe T... 8 Gambar 3.13 Thermocouple reader... 8 Gambar 3.14 Dimensi dan tata nama spesimen... 8 Gambar 3.15 Model spesimen... 9 Gambar 3.16 Spesimen Gambar 3.18 Spesimen... 9 Gambar 3.18 Spesimen Gambar 3.19 Spesimen Gambar 4.1 Posisi titik pengukuran (a) temperatur udara masuk saluran (b) temperatur base plate dan (c) temperatur udara keluar saluran Gambar 4. Pengaruh bilangan Reynolds terhadap koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata pada S x /D =, Gambar 4.3 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap bilangan Nusselt pada S x /D =, Gambar 4.4 Pengaruh nilai S y /D terhadap bilangan Nusselt pada S x /D =, Gambar 4.5 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap penurunan tekanan pada S x /D =, Gambar 4.6 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap faktor gesekan pada S x /D =, Gambar 4.7 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap unjuk kerja termal pada S x /D =, xiv

15 DAFTAR NOTASI A = luas penampang saluran udara (m ) A front = luas frontal dari sirip-sirip (m ) A s = luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari susunan sirip pin (m ) C p = panas jenis udara (J/kg.K) D, d = diameter sirip pin (m) D h = diameter hidrolik dari saluran udara (m) f = faktor gesekan f s f a h h a h s H k L L t m& Nu Nu D N f = faktor gesekan untuk spesimen tanpa sirip = faktor gesekan untuk spesimen dengan sirip = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (W/m.K) = koefisien perpindahan panas konveksi spesimen dengan sirip (W/m.K) = koefisien perpindahan panas konveksi spesimen tanpa sirip (W/m.K) = tinggi saluran udara atau sirip pin (m) = konduktivitas termal udara (W/m.K) = panjang plat dasar untuk susunan sirip pin (m) = panjang seksi uji (m) = laju aliran massa udara (kg/s) = duct Nusselt number = pin Nusselt number = jumlah total sirip pin dalam susunan sirip pin P = perbedaan tekanan statik (N/m ) P s = penurunan tekanan tanpa halangan (N/m ) P a = penurunan tekanan dengan halangan (N/m ) Q Q elect Q conv Q loss Q rad Q cond Re D = laju perpindahan panas (Watt) = laju aliran panas dari listrik (W) = laju perpindahan panas konveksi (W) = laju aliran panas yang hilang dari sistem (heat loss) (W) = laju perpindahan panas radiasi (W) = laju perpindahan panas konduksi (W) = pin Reynolds number xv

16 Re Re s Re a S y S x T in = duct Reynolds number = bilangan Reynolds untuk spesimen tanpa sirip = bilangan Reynolds untuk spesimen dengan sirip = jarak antar titik pusat sirip sepanjang arah aliran (streamwise direction) (mm) = jarak antar titik pusat sirip yang diukur tegak lurus terhadap arah aliran (spanwise direction) (mm) = temperatur inlet dari aliran udara (K) T out = temperatur outlet dari aliran udara (K) T b = temperatur base plate (K) T T p T s T f V V max V & a V & s W b x = temperatur (K) = temperatur intermediate (K) = temperatur lingkungan (K) = temperatur udara rata-rata (K) = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s) = kecepatan udara maksimum yang melalui sirip pin (m/s) = laju aliran volumetrik di atas plat dengan halangan (blocks) (m 3 /s) = laju aliran volumetrik di atas plat tanpa halangan (blocks) (m 3 /s) = lebar plat dasar untuk susunan sirip pin (m) = ketebalan bahan (m) γ = sudut orientasi pada susunan sirip pin oblong ( o ) ε = emisivitas η = unjuk kerja termal (%) µ = viskositas dinamik udara (kg/m.s) ν = viskositas kinematik udara (m /s) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) σ = konstanta Stefan-Boltzmann = 5,669 x 10-8 (W/m.K 4 ) xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Data hasil pengujian Lampiran B. Properti berbagai jenis material Lampiran C. Hasil perhitungan data pengujian xvii

18 BAB I 1 PENDAHULUAN I 1.1 Latar Belakang Perluasan permukaan perpindahan panas menggunakan sirip-sirip (fins) sering digunakan dalam peralatan penukar panas yang bertujuan untuk meningkatkan perpindahan panas antara permukaan utama dan fluida di sekitarnya. Sirip-sirip tersebut menonjol keluar dari sebuah permukaan dasar segiempat atau silindris. Berbagai tipe sirip alat penukar panas, mulai dari bentuk yang sederhana, seperti sirip segiempat (rectangular), silindris, annular, tirus (tapered) atau pin, sampai kombinasi dari berbagai geometri yang berbeda telah digunakan. Tipe sirip yang digunakan tergantung dari proses permesinan dan ruang yang tersedia dalam peralatan pembangkit panas yang terlibat dalam proses pendinginan. Salah satu tipe sirip alat penukar panas yang biasa digunakan adalah sirip pin. Sirip pin adalah elemen berbentuk silinder atau bentuk lainnya yang dipasang secara tegak lurus terhadap dinding alat penukar panas, dengan fluida pendingin mengalir dalam arah aliran melintang (crossflow) terhadap elemen tersebut. Siripsirip pin yang menonjol dari sebuah permukaan yang dipanaskan dapat meningkatkan luasan permukaan disipasi panas, sehingga meningkatkan unjuk kerja disipasi panas yang berdampak pada meningkatnya ketahanan (reliability) dan umur peralatan. Terdapat berbagai parameter yang menggolongkan sirip pin, seperti bentuk, tinggi, diameter, perbandingan tinggi-diameter (H/D) dan sebagainya. Sirip-sirip pin dapat disusun secara segaris (inline) maupun selangseling (staggered) terhadap arah aliran. Karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan dalam sistem sirip pin telah menjadi bahan penelitian secara luas karena perannya yang penting dalam berbagai aplikasi keteknikan. Sirip pin dengan perbandingan tinggidiameter (H/D) antara 0,5 4 dikategorikan sebagai sirip pin pendek (short pin fin), sedangkan sirip pin panjang (long pin fin) memiliki perbandingan tinggi diameter > 4. Perbandingan tinggi-diameter yang besar merupakan bagian yang menarik dalam aplikasi alat penukar panas dalam hal pencapaian koefisien perpindahan panas yang sangat tinggi. Sirip pin banyak digunakan dalam berbagai 1

19 aplikasi industri, khususnya dalam alat penukar panas kompak (compact heat exchanger), trailing edge sudu turbin gas, dan beberapa sistem elektronik modern. Laju perpindahan panas dari suatu rakitan sirip pin (pin fin assembly) ke lingkungan tergantung pada distribusi temperatur pada sirip pin dan plat dasar (base plate), geometri sirip pin, shroud clearance (jarak antara ujung sirip pin dengan permukaan atas saluran udara), sifat-sifat fluida dan sirip pin, laju aliran udara, jarak antar titik pusat sirip (interfin pitch), susunan sirip pin, dan orientasi dari penukar panas (terutama untuk laju aliran udara yang rendah). Untuk plat dasar dengan temperatur tertentu, laju perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan menaikkan koefisien perpindahan panas rata-rata, menaikkan luas permukaan perpindahan panas atau kedua-duanya. Kenaikan perpindahan panas dapat dicapai dengan cara konveksi paksa (forced convection) atau mengubah konfigurasi geometri dari alat penukar panas. Dalam praktiknya, cara-cara ini dibatasi oleh penurunan tekanan maksimum yang diijinkan melalui susunan sirip pin tersebut karena kenaikan perpindahan panas akan disertai penurunan tekanan. Energi yang hilang karena penurunan tekanan dapat melebihi energi yang didapatkan dari usaha peningkatan perpindahan panas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari cylindrical pin fin assembly yang disusun secara segaris (inline) dalam saluran segiempat (rectangular channel). 1. Perumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari cylindrical pin fin assembly yang disusun secara segaris (inline) dalam saluran segiempat (rectangular channel). 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut: 1. Material sirip pin dan base plate yang digunakan adalah duralumin.. Dimensi base plate yang digunakan adalah; panjang 00 mm, lebar 150 mm dan tebal 6,5 mm.

20 3 3. Dimensi pin fin yang digunakan adalah; tinggi 75 mm dan diameter 1,7 mm, atau H/D = 5,9. 4. Jarak antara ujung sirip pin dengan permukaan atas saluran udara (shroud clearance) adalah nol. 5. Penelitian menggunakan alat saluran udara segiempat yang terdiri dari: Saluran udara segiempat berdimensi penampang 150 mm x 75 mm. Fan hisap. Pemanas (heater). Pelurus aliran udara (flow straightener). Manometer U. 6. Permukaan dalam saluran udara dilapisi dengan bahan melamin yang halus, sehingga faktor gesekan diabaikan. 7. Permukaan luar saluran udara dimana seksi uji diletakkan diisolasi dengan glasswool dan styrofoam sehingga perpindahan panas ke lingkungan diabaikan. 8. Parameter yang dibuat konstan yaitu temperatur permukaan base plate sebesar 60 o C, temperatur udara masuk, jarak antar titik pusat sirip dalam arah melintang (spanwise direction) sebesar 37,5 mm. 9. Parameter yang divariasi adalah kecepatan aliran udara masuk yaitu sebesar 0,5 m/s, 1 m/s, m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s serta jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) yaitu sebesar 5 mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm. 10. Pengujian karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari cylindrical pin fin assembly dilakukan pada kondisi tunak (steady state). 11. Penelitian dilakukan dalam keadaan diam (static experiment) dan pada temperatur kamar. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh bilangan Reynolds terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan dari cylindrical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel.

21 4. Mengetahui pengaruh jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan dari cylindrical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel. 3. Mengetahui pengaruh variasi bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara terhadap unjuk kerja termal dari cylindrical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mampu memberikan pengetahuan baru yang berguna dalam ilmu perpindahan panas, khususnya mengenai karakteristik perpindahan panas dan unjuk kerja termal dari cylindrical pin fin assembly dengan susunan sirip inline dalam rectangular channel.. Dapat diterapkan dalam sistem pendinginan sudu-sudu turbin gas dan sistem elektronik modern. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan pengujian susunan sirip pin, dasar teori tentang sirip pin dan teori perhitungan perpindahan panas, penurunan tekanan dan unjuk kerja termal dari susunan sirip pin dalam saluran segiempat. BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan tempat dan pelaksanaan penelitian, peralatan yang digunakan, langkah-langkah penelitian dan pengambilan data. BAB IV : Data dan analisis, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan data hasil pengujian serta analisis hasil dari perhitungan. BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

22 BAB II DASAR TEORI I.1 Tinjauan Pustaka Solid block dapat meningkatkan perpindahan panas dari sebuah plat secara signifikan karena meningkatnya luasan permukaan perpindahan panas, tetapi menimbulkan energi yang terbuang karena adanya penurunan tekanan (pressure drop) yang lebih besar dalam aliran dan lebih sedikitnya aliran udara yang kontak dengan plat. Selain itu, meningkatnya bilangan Reynolds menyebabkan menurunnya unjuk kerja termal (Sara,1999). Tahat, M. et al. (000) melakukan penelitian tentang perpindahan panas kondisi tunak pada alat penukar panas tipe plat bersirip pin yang tersusun secara inline dan staggered untuk menentukan desain optimum alat penukar panas tersebut. Dalam penelitian tersebut menggunakan spesimen berupa plat datar berdimensi 50 mm x 300 mm yang diberi sirip pin berbentuk silinder pejal dengan diameter 8 mm dan panjang 90 mm dengan jarak antar titik pusat sirip, S x /D = 9,86 63,44 dan S y /D = 1,09 83,9. Spesimen diletakkan pada saluran udara segiempat (rectangular channel) yang berdimensi 405 mm x 100 mm x mm dengan variasi kecepatan aliran udara 6 m/s, 7 m/s dan 7,8 m/s. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa laju panas yang hilang meningkat seiring dengan meningkatnya bilangan Reynolds, namun menurun seiring dengan meningkatnya jarak antar titik pusat sirip pin untuk arah streamwise dan spanwise. Bilen, K. et al. (001) melakukan penelitian tentang karakteristik perpindahan panas, faktor gesekan (friction factor) dan unjuk kerja termal pada suatu permukaan bersirip di dalam saluran udara segiempat. Pada penelitian tersebut menggunakan spesimen berupa plat datar berdimensi 180 mm x 300 mm x mm yang diberi sirip pin berbentuk silinder pejal dengan diameter 17 mm dan panjang 100 mm yang disusun secara inline dan staggered dengan jarak antar titik pusat sirip, S x /D =, dan S y /D = 1,96 4,41. Spesimen diletakkan dalam saluran udara segiempat (rectangular channel) yang berdimensi 180 mm x 100 mm x.000 mm. Pengujian dilakukan dengan variasi bilangan Reynolds sebesar Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dengan meningkatnya bilangan Reynolds akan meningkatkan bilangan Nusselt, yang berarti 5

23 6 meningkatkan perpindahan panas. Tetapi dengan meningkatnya bilangan Reynolds, peningkatan perpindahan panas (heat transfer enhancement) dan unjuk kerja termal semakin menurun, dimana perpindahan panas maksimum terjadi pada variasi S y /D =,94. Penambahan sirip pin pada suatu permukaan meningkatkan perpindahan panas dari permukaan tersebut sebagai hasil dari kenaikan luasan permukaan perpindahan panas, tetapi disertai dengan adanya penurunan tekanan yang lebih besar dalam saluran. Sahin, B. dan Demir, A. (008) melakukan penelitian tentang peningkatan perpindahan panas dan penurunan tekanan pada plat bersirip pin di dalam suatu saluran udara segiempat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan spesimen berupa plat datar berdimensi 50 mm x 50 mm x 6 mm yang diberi sirip pin berbentuk silinder pejal dengan diameter 15 mm dan panjang 100 mm yang disusun secara inline dan staggered dengan jarak antar titik pusat sirip, S x /D =, dan S y /D = 1,08 3,417. Spesimen diletakkan pada saluran udara segiempat yang berdimensi 50 mm x 100 mm x mm dengan clearance ratio sebesar 0, 0,33 dan 1. Pengujian dilakukan dengan variasi bilangan Reynolds sebesar Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa penggunaan sirip pin berpenampang lingkaran dapat meningkatkan perpindahan panas. Efisiensi meningkat seiring dengan menurunnya bilangan Reynolds. Faktor gesekan dan bilangan Nusselt meningkat seiring dengan meningkatnya jarak antar titik pusat sirip pin dan clearance ratio. Parameter terpenting yang mempengaruhi perpindahan panas adalah bilangan Reynolds, tinggi sirip pin dan jarak antar titik pusat sirip pin, dimana perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan mengontrol parameter-parameter tersebut.. Dasar Teori..1 Sirip Permukaan perpindahan panas yang diperluas (extended surface heat transfer) adalah studi tentang komponen-komponen perpindahan panas berunjuk kerja tinggi yang berkenaan dengan berat, volume, dan biaya yang semakin kecil, dan perilakunya dalam berbagai kondisi lingkungan termal. Komponen-komponen tertentu telah diterapkan dalam berbagai macam aplikasi seperti dalam prosesproses kimia, refrigerasi, dan kriogenika, dalam peralatan listrik dan elektronika,

24 7 dalam tungku konvensional dan turbin gas, dalam proses pembuangan panas pada boiler, dan dalam modul bahan bakar nuklir. Dalam desain dan konstruksi dari berbagai macam peralatan perpindahan panas, bentuk-bentuk sederhana seperti silinder, batang dan plat biasa diterapkan pada aliran panas antara sumber panas dan penyerap panas (heat source and heat sink). Permukaan-permukaan penyerap panas maupun pembuang panas masingmasing dikenal sebagai permukaan utama (prime surface). Apabila permukaan utama diperluas dengan permukaan tambahan seperti dalam gambar.1, maka gabungan antara kedua permukaan tersebut dinamakan permukaan yang diperluas (extended surface). Elemen yang digunakan untuk memperluas permukaan utama dikenal sebagai sirip (fin). Jika elemen sirip tersebut berbentuk kerucut atau silinder, sirip tersebut dinamakan spines atau pegs. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) Gambar.1 Beberapa contoh jenis extended surface: (a) sirip longitudinal dengan profil segiempat (b) pipa silindris dengan sirip berprofil segiempat (c) sirip longitudinal dengan profil trapesium (d) sirip longitudinal dengan profil parabola (e) pipa silindris dengan sirip radial berprofil segiempat (f) pipa silindris dengan sirip radial berprofil trapesium (g) cylindrical spine (h) truncated conical spine (i) truncated parabolic spine Kebutuhan untuk perlengkapan turbin gas, pengkondisian udara, dan kriogenika telah mendapatkan perhatian khusus dalam hal keringkasan permukaan alat penukar panas, terutama pada permukaan yang mengalami gradien tekanan yang kecil dalam fluida yang bersirkulasi melaluinya. Beberapa diantaranya ditunjukkan dalam gambar.. Keringkasan (compactness) mengacu pada perbandingan luas permukaan perpindahan panas per satuan volume alat penukar panas.

25 8 (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar. Beberapa contoh jenis permukaan penukar panas kompak: (a) pipa silinder (b) pipa silinder dengan sirip-sirip radial (c) flat tube dengan sirip-sirip kontinyu (d) sirip plat (plate fin) (e) offset plate fin (f) crossed rod matrix Definisi awal dari Kays dan London (1950) menetapkan bahwa elemen alat penukar panas kompak adalah alat penukar panas yang mempunyai kelebihan 45 m per meter kubik alat penukar panas. Elemen alat penukar panas kompak telah tersedia lebih dari m per meter kubik dibandingkan dengan m per meter kubik untuk alat penukar panas konvensional dengan pipa 5/8 1 in. Kebanyakan elemen alat penukar panas kompak terdiri dari plat-plat permukaan utama atau pipa-pipa yang dipisahkan oleh plat, batang atau spines, yang juga bertindak sebagai sirip. Seperti pada gambar.(d), setiap sirip dapat diperlakukan sebagai sirip tunggal dengan tinggi sirip sama dengan setengah dari jarak plat pemisah dan dengan plat pemisah bertindak sebagai permukaan utama. Sehingga, alat penukar panas kompak dipandang sebagai bentuk lain dari permukaan yang diperluas (extended surface). Apabila sirip dan permukaan utamanya ditempatkan pada lingkungan termal yang seragam, efektivitas permukaan sirip lebih kecil daripada permukaan utama. Hal ini dapat dilihat pada plat dengan sirip memanjang (longitudinal) pada penampang melintang segiempat pada gambar.3.

26 9 Hot face of plate Source (T 1 ) Fin T P T P T T T s (Surroundings) Gambar.3 Perbedaan-perbedaan gradien temperatur dalam sirip Permukaan plat bagian dalam membuang panas dari sumber panas dengan koefisien perpindahan panas seragam dan temperatur T 1, sedangkan permukaan plat bagian luar dan sirip membuang panas tersebut ke lingkungan sekelilingnya yang lebih dingin dengan koefisien perpindahan panas seragam dan temperatur T s. Permukaan plat yang lebih dingin berada pada temperatur intermediate T p, dan panas dari sumber panas meninggalkan plat karena adanya gradien temperatur, T p T s. Dengan cara yang sama, permukaan sirip dengan temperatur tertentu T, dan panas meninggalkan sirip karena adanya gradien temperatur T T s. Panas memasuki sirip melalui dasarnya (base), dan bergerak berpindah secara kontinyu melalui sirip secara konduksi. Hampir dalam setiap kasus, temperatur dasar sirip akan sangat mendekati sama dengan T p. Panas yang diserap oleh sirip melalui dasarnya dapat mengalir menuju ujung sirip hanya jika ada gradien temperatur dalam sirip, yakni T p lebih besar dari T. Untuk kondisi ini, karena temperatur T bervariasi dari dasar hingga ujung sirip, gradien temperatur T T s akan lebih kecil daripada T p T s, sehingga satu satuan luas permukaan sirip akan kurang efektif dibandingkan dengan satu satuan luas permukaan plat atau permukaan utama. Efisiensi sirip didefinisikan sebagai perbandingan antara panas aktual yang hilang dari sirip terhadap panas ideal yang hilang jika temperatur seluruh permukaan sirip sama dengan temperatur dasarnya. Sirip dengan ukuran, bentuk, dan material tertentu memiliki efisiensi sirip yang berbeda-beda, dan efisiensi sirip akan bervariasi terhadap konduktivitas termal dan cara perpindahan panasnya berkenaan dengan lingkungannya. Saat ini telah terdapat beberapa referensi yang dibuat mengenai permukaan yang diperluas yang berisikan beberapa tipe

27 10 permukaan utama dan beberapa tipe sirip. Banyak pengetahuan mengenai aliran panas, profil temperatur, efisiensi dan optimasi parameter-parameter sirip dapat diperoleh dari analisis tiga geometri dasar sirip yang ditunjukkan dalam gambar.1 yaitu sirip longitudinal, sirip radial dan spines. Sirip dengan berbagai macam geometri dan konduktivitas termal akan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap sumber panas dan penyerap panas (source and sink) yang seragam dan identik. Sebaliknya, terdapat banyak hal mengapa temperatur dan koefisien perpindahan panas dari sumber panas dan penyerap panas bisa bervariasi. Hal penting dalam menganalisis geometri sirip adalah asumsi-asumsi yang diambil untuk menentukan dan membatasi masalah dan tentunya menyederhanakan penyelesaiannya. Analisis dari tiga geometri dasar sirip dapat dilakukan dengan mengacu pada asumsi Murray-Gardner, yaitu: 1. Aliran panas dalam sirip dan temperaturnya tetap konstan terhadap waktu.. Material sirip adalah homogen, konduktivitas termal sama di segala arah, dan tetap konstan. 3. Koefisien perpindahan panas konveksi di permukaan sirip konstan dan seragam di keseluruhan permukaan sirip. 4. Temperatur dari medium lingkungan sirip konstan. 5. Ketebalan sirip adalah kecil, dibandingkan dengan tinggi dan panjangnya, sehingga gradien temperatur melewati ketebalan sirip dan perpindahan panas dari tepi sirip dapat diabaikan. 6. Temperatur dasar sirip adalah seragam. 7. Tidak ada tahanan kontak dimana dasar sirip digabung dengan permukaan utama. 8. Tidak ada sumber panas di dalam sirip itu sendiri. 9. Panas yang ditransfer melalui ujung sirip diabaikan dibandingkan dengan panas yang meninggalkan permukaan lateralnya. 10. Perpindahan panas ke atau dari sirip sebanding terhadap kelebihan temperatur antara sirip dan medium sekitar.

28 11.. Sirip Pin Sirip pin adalah elemen berbentuk silinder atau bentuk lainnya yang dipasang secara tegak lurus terhadap dinding alat penukar panas, dengan fluida pendingin mengalir dalam arah aliran melintang (crossflow) terhadap elemen tersebut. Terdapat berbagai parameter yang menggolongkan sirip pin, seperti bentuk, tinggi, diameter, perbandingan tinggi-diameter (H/D) dan sebagainya. Sirip pin dengan perbandingan tinggi-diameter (H/D) antara 0,5 4 dikategorikan sebagai sirip pin pendek (short pin fin), sedangkan sirip pin panjang (long pin fin) memiliki perbandingan tinggi-diameter > 4. Perbandingan tinggi-diameter yang besar merupakan bagian yang menarik dalam aplikasi alat penukar panas dalam hal pencapaian koefisien perpindahan panas yang sangat tinggi. Gambar.4 Sebuah susunan sirip pin Sirip pin dapat disusun dalam dua arah utama. Pada gambar.5 sirip-sirip pin ditunjukkan dalam susunan segaris (inline) dan selang-seling (staggered). S x adalah jarak antar titik pusat sirip yang diukur normal/tegak lurus terhadap arah aliran (spanwise direction), sedangkan S y adalah jarak antar titik pusat sirip sepanjang arah aliran (streamwise direction).

29 1 S y S y S x S x (a) (b) Gambar.5 Susunan sirip pin (a) inline (b) staggered..3 Macam-Macam Bentuk Sirip Pin..3.1 Silinder Silinder lurus merupakan geometri sirip pin yang paling umum. Geometri sirip pin yang lain adalah silinder lurus dengan ujung difillet (filleted pin fin) dan silinder tirus (tapered cylindrical pin fin). Hubungan antara geometri sirip pin silinder lurus dengan geometri sirip pin silinder berfillet ditunjukkan dalam gambar.6. Gambar.6 Perbandingan sirip pin silinder lurus dengan sirip pin silinder berfillet..3. Kubus Sirip pin berbentuk kubus (cubic pin fin) dapat disusun secara segiempat maupun diamond berdasarkan arah aliran. Diamond merupakan susunan segiempat yang diputar 45 o. Gambar.7 menunjukkan sketsa kedua tipe susunan.

30 13 Gambar.7 Perbandingan antara konfigurasi susunan staggered sirip pin kubus dan sirip pin diamond..3.3 Oblong Sirip pin oblong merupakan perpaduan antara bentuk silinder dan bentuk kubus. Sirip pin oblong tersusun pada sudut orientasi yang berbeda, γ, berdasarkan arah aliran. Gambar.8 menunjukkan tata nama yang digunakan dalam sirip pin oblong. Gambar.8 Konfigurasi susunan staggered menggunakan sirip pin oblong..3.4 Ellips Sirip pin ellips adalah bentuk silinder yang direntangkan dalam satu arah garis diameternya. Gambar.9 menunjukkan sketsa geometri circular fin dan dua bentuk sirip pin ellips. Dalam menguji sirip pin ellips, sumbu utama (major axis) segaris dengan arah aliran. Gambar.9 Ukuran relatif dari circular fin, SEF dan N fin.

31 14 Bentuk-bentuk sirip pin ellips dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Standard Elliptical Fin (SEF) Sirip pin ini mempunyai standar penampang ellips dengan panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama adalah 1,67 kali panjang sumbu minor. Luas permukaan dari SEF dihitung 1,35 kali luas permukaan circular fin, tetapi luas frontal efektif sama dengan circular fin karena panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin. b. N fin Bentuk sirip ini diturunkan dari seri airfoil simetris 4 digit NACA. Panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama,5 kali panjang sumbu minor. Luas permukaan N fin dihitung 1,85 kali lebih besar daripada luas permukaan circular fin. Luas frontal efektif adalah sama dengan circular fin...4 Aplikasi Sirip Pin Perpindahan panas dari susunan sirip pin merupakan subjek yang sangat penting dengan banyak aplikasi keteknikan. Aplikasi tersebut mulai dari alat penukar panas kompak, boiler untuk turbin uap dan pendinginan internal secara konveksi dari turbin gas. Seperti pada gambar.10, sirip pin biasanya dimasukkan dalam ruang pendinginan dalam (internal cooling) dekat trailing edge dari sudu turbin untuk meningkatkan perpindahan panas. Hal ini memungkinkan sudu beroperasi dalam temperatur tinggi tanpa mengalami kerusakan, sehingga meningkatkan efisiensi termal dan daya output. Gambar.10 Potongan melintang sudu turbin dengan pendinginan dalam (internal cooling)

32 15 Oleh karena pertimbangan aerodinamis, seperti pada gambar.10, trailing edge dari sudu menuntut profil yang semakin mengecil. Untuk itu, ruang pendinginan dalam daerah ini harus dengan bentuk penampang trapesium. Pendingin dari pangkal sudu (blade base) bergerak memutar ke samping kemudian dikeluarkan dari slot ujung sudu, atau melalui saluran sirip pin kemudian keluar dari slot sepanjang trailing edge sudu. Namun, kebanyakan penelitian yang dilakukan adalah untuk sirip pin yang menggunakan saluran segiempat (rectangular channel) dengan aliran keluar yang lurus...5 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang cara untuk meramalkan perpindahan (distribusi) energi berupa panas yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur di antara benda atau material. Perpindahan panas dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi adalah distribusi energi berupa panas yang terjadi pada benda atau medium yang diam (padat) bertemperatur tinggi ke bagian benda yang bertemperatur rendah atau terdapat gradien temperatur pada benda tersebut. Untuk menghitung perpindahan panas konduksi dapat dipergunakan rumus: k A T Q = (.1) x dimana: Q = laju perpindahan panas (Watt) k = konduktivitas termal (W/m. o C) A = luasan perpindahan panas arah normal Q (m ) T = beda temperatur ( o C) x = ketebalan bahan (m) Perpindahan panas konveksi adalah distribusi energi berupa panas yang terjadi karena terdapat aliran fluida. Perpindahan panas konveksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Q = h A T (.) dimana: h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m o C)

33 16 Perpindahan panas konveksi ada dua macam, yaitu: 1. Konveksi alami (natural convection) Adalah perpindahan panas konveksi yang terjadi karena berubahnya densitas fluida tersebut yang disebabkan adanya pemanasan.. Konveksi paksa (forced convection) Adalah perpindahan panas konveksi konveksi yang berlangsung dengan bantuan peralatan mekanis, misalnya udara yang dihembuskan di atas plat oleh kipas. Perpindahan panas radiasi adalah distribusi energi berupa panas yang terjadi melalui pancaran gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang lain tanpa zat perantara. Untuk menghitung besarnya panas yang dipancarkan digunakan rumus: Q 4 = ε σ A T (.3) dimana: Q = panas yang dipancarkan (Watt) ε = emisivitas (0 s.d. 1) A = luas perpindahan panas (m ) T = temperatur (K) σ = konstanta Stefan-Boltzmann = 5,669 x 10-8 W/m.K 4 Khusus untuk benda hitam sempurna menurut hukum Stefan-Boltzmann: Q 4 = σ A T (.4)..6 Parameter tanpa Dimensi Persamaan perpindahan panas konveksi berkaitan dengan variabel penting yang dinamakan parameter tanpa dimensi (dimensionless). Parameter tanpa dimensi dalam kaitannya dengan perpindahan panas konveksi adalah: a. Bilangan Reynolds (Reynolds Number) Bilangan Reynolds didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya inersia dengan gaya kekentalan, di dalam lapis batas kecepatan. Untuk kontrol volume yang berbeda pada lapis batas ini, gaya inersia diasosiasikan dengan sebuah kenaikan momentum dari fluida yang bergerak melewati kontrol volume.

34 17 Gaya inersia dalam bentuk [ ρ u) u] / x ( dapat didekati dengan persamaan: F ρv I = L. Gaya kekentalan diwakili dengan gaya geser dalam bentuk τ yx y = [ µ ( u y) ] y, dapat didekati dengan persamaan: Perbandingan kedua gaya tersebut dapat ditulis: F s = µv L. FI ρv L ρvl = = = ReL (.5) F s µv L µ b. Bilangan Nusselt (Nusselt Number) Bilangan Nusselt adalah bilangan tanpa dimensi yang menyatakan perbandingan antara koefisien perpindahan panas konveksi terhadap konduktivitas termal fluida. Bilangan ini menyediakan sebuah perhitungan tentang perpindahan panas konveksi yang terjadi pada permukaan. Bilangan Nusselt dirumuskan: hd Nu = (.6) k..7 Perhitungan Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan pada Pin Fin Assembly..7.1 Perhitungan Perpindahan Panas (Heat Transfer) Kesetimbangan energi kondisi tunak (steady state) untuk permukaan uji yang dipanaskan secara elektrik adalah sebagai berikut: Q = Q + Q (.7) elect conv dimana: Q elect Q conv Q loss loss = laju aliran panas dari listrik (W) = laju perpindahan panas konveksi (W) = laju aliran panas yang hilang dari sistem (W) Input panas listrik dapat dihitung dari tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke permukaan. Kehilangan panas (heat loss) dari sistem dapat disebabkan karena radiasi dari permukaan maupun konduksi melalui dinding-dinding saluran ke atmosfer. Sehingga persamaan (.7) dapat ditulis menjadi: Q = Q + Q + Q (.8) elect conv rad cond dimana: Q rad = laju perpindahan panas radiasi (W) Q cond = laju perpindahan panas konduksi (W)

35 18 Pada penelitian yang serupa, Naik et al (1987) dan Hwang dan Liou (1995) melaporkan bahwa total heat loss radiasi dari permukaan uji yang serupa adalah sekitar 0,5% dari total input panas listrik, sehingga radiative heat loss diabaikan. Heat loss karena konduksi dari sisi dinding-dinding dapat diabaikan dibandingkan dari permukaan bawah dari seksi uji, karena luas total sisi plat yang dipanaskan jauh lebih kecil dari luas permukaan bawah. Pada penelitian ini, permukaan bawah dari plat uji tidak dipapar ke aliran, dan disolasi dengan kombinasi lapisan isolator dan lapisan kayu, sehingga heat loss konduksi dapat diabaikan. Analisis data akan memuaskan jika persentase total heat loss, Q Q elect Q conv conv kurang dari 10% (Naphon, P., 007). Maka persamaan (.8) menjadi: Q elect = Q conv (.9) Panas yang dipindahkan dari permukaan bersirip dengan cara konveksi adalah: T in + Tout Q = conv h. As. Tb (.10) dimana: Q conv = laju perpindahan panas konveksi (W) h = koefisien perpindahan panas konveksi rata - rata (W/m.K) A s = luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari susunan sirip pin (m ) T b = temperatur base plate (K) T in = temperatur inlet dari aliran udara (K) T out = temperatur outlet dari aliran udara (K) Dari persamaan (.10), Q conv dapat juga dinyatakan dengan: Q conv p ( T T ) = m&. C. (.11) dimana: m& C p T in out in = laju aliran massa udara (kg/s) = panas jenis udara (J/kg.K) = temperatur inlet dari aliran udara (K) T out = temperatur outlet dari aliran udara (K)

36 Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) dapat dihitung menggunakan kombinasi persamaan (.10) dan (.11), sehingga didapatkan bahwa: h = A s m&. C p.( Tout Tin ).[ T (( T + T ) ) ] b out in 19 (.1) Dari persamaan (.1), laju aliran massa udara, m&, dapat dihitung dengan persamaan: m & = ρ. A. V (.13) dimana: ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) A = luas penampang saluran udara (m ) V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s) Gambar.11 Susunan sirip pin dalam suatu saluran udara segiempat dengan clearance nol Untuk clearance nol seperti pada gambar.11, maka A dihitung dengan rumus: A = H. (.14) W b A s adalah luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari susunan sirip pin atau luas permukaan total dari permukaan plat dasar dan sirip, dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: A s π. d. N f = Wb. L + π. d. H. N f (.15) 4 d As = Wb. L + π. d. N f. H (.16) 4

37 0 dimana: W b L d N f H = lebar plat dasar untuk susunan sirip pin (m) = panjang plat dasar untuk susunan sirip pin (m) = diameter sirip pin (m) = jumlah total sirip pin dalam susunan sirip pin = tinggi saluran udara atau sirip pin (m) Dari persamaan (.1), nilai-nilai T b, T in dan T out diukur dari penelitian yang dilakukan menggunakan termokopel. Sedangkan sifat termofisik dari udara C p dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, T ( T + T ) persamaan sebagai berikut: f = menggunakan in out ( T + T ) ] 10 J kg. K 4 C p = [9, ,7 x10 in out x (.17) T + Persamaan (.17) berlaku untuk udara pada 50 K in T out 400 K dan pada tekanan atmosfer. Parameter tanpa dimensi yang digunakan dalam perhitungan perpindahan panas untuk permukaan bersirip dihitung sebagai berikut: a. Bilangan Reynolds (Re) Dua jenis bilangan Reynolds digunakan untuk menggolongkan kondisi aliran. Pertama adalah bilangan Reynolds berdasarkan kecepatan rata-rata (V) dalam saluran halus (smooth duct) dan diameter hidrolik dari saluran (D h ) dan dinyatakan dengan: V. Dh Re = (.18) ν ρ. V. Dh Re = µ (.19) dimana: Re = duct Reynolds number V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s) D h ν = diameter hidrolik dari saluran udara (m) = viskositas kinematik udara (m /s) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) µ = viskositas dinamik udara (kg/m.s)

38 1 Kedua adalah bilangan Reynolds berdasarkan kecepatan maksimum melalui sirip pin dan ketebalan dari sirip pin, yaitu: Re D ρ. Vmaks. d = (.0) µ V maks dihitung dengan menggunakan persamaan: V A = V (.1) A A front maks. dimana: Re D = pin Reynolds number V maks d = kecepatan udara maksimum yang melalui sirip pin (m/s) = diameter sirip pin (m) A = luas penampang saluran udara (m ) A front = luas frontal dari sirip-sirip (m ) Re D telah digunakan secara luas dalam banyak studi perpindahan panas pada sirip pin, dan Re D tergantung pada jumlah pin dalam arah spanwise dan tinggi dari sirip pin. Re di atas biasa disebut sebagai duct Reynolds number dan Re D disebut sebagai pin Reynolds number. b. Bilangan Nusselt (Nu) Seperti pada definisi bilangan Reynolds, bilangan Nusselt rata-rata juga dinyatakan dengan duct Nusselt number dan pin Nusselt number, dimana berturut-turut dinyatakan dengan persamaan: h. Dh Nu = (.) k h. d Nu D = (.3) k dimana: Nu = duct Nusselt number Nu D = pin Nusselt number D h k d h = diameter hidrolik dari saluran udara (m) = konduktivitas termal udara (W/m.K) = diameter sirip pin (m) = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (W/m.K)

39 Untuk saluran udara segiempat, diameter hidrolik dihitung dengan persamaan: D h 4. A 4. H. W = = P b ( H + W ) b (.4) Sifat fisik udara, µ dan k dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, f ( T T ) T = + menggunakan persamaan sebagai berikut: in out 6 ( T + T ) ] 10 µ kg/m.s (.5) = [4, ,483x10 in out x k 3 ( T + T ) ] 10 = [3, ,495x10 in out x W/m.K (.6) Persamaan.5 dan.6 berlaku untuk udara pada pada tekanan atmosfer. T + 50K in T out 400K dan..7. Perhitungan Faktor Gesekan (Friction Factor) Penelitian penurunan tekanan (pressure drop) sepanjang seksi uji dalam saluran bersirip diukur di bawah kondisi aliran panas. Pengukuran ini dikonversi ke faktor gesekan (friction factor), f. Faktor gesekan ditentukan dari nilai pengukuran penurunan tekanan, P, sepanjang seksi uji menggunakan persamaan: f = L t D h P V ρ (.7) dimana: f = faktor gesekan P = perbedaan tekanan statik (N/m ) L t D h = panjang seksi uji (m) = diameter hidrolik (m) ρ = massa jenis udara (kg/m 3 ) V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s)..7.3 Perhitungan Unjuk Kerja Termal pada Pin-Fin Assembly Peningkatan perpindahan panas dicapai dengan disertai penurunan tekanan. Dalam banyak aplikasi praktis hal tersebut diperbolehkan, sehingga perlu untuk menentukan keuntungan ekonomis karena peningkatan perpindahan panas dan pengaruh sirip pin dan susunannya terhadap unjuk kerja energi menyeluruh dari sistem perpindahan panas sekarang melalui sebuah analisis unjuk kerja termal.

40 Daya pemompaan (pumping power) adalah daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida pendingin ke susunan sirip pin, dalam hal ini adalah daya blower. Untuk sebuah daya pemompaan yang konstan, efektivitas peningkatan perpindahan panas dari permukaan bersirip dibandingkan dengan permukaan halus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: dimana V &. P = V&. P (.8) s s a a V & s dan V & a berturut-turut adalah laju aliran volumetrik di atas plat tanpa halangan (blocks) dan laju aliran volumetrik di atas plat dengan halangan, sedangkan Ps dan Pa berturut-turut adalah penurunan tekanan tanpa halangan dan penurunan tekanan dengan halangan. Menggunakan persamaan Darcy untuk penurunan tekanan dan bilangan Reynolds untuk masing-masing geometri, dari hubungan antara permukaan dengan sirip dan permukaan halus untuk daya pemompaan yang sama, persamaan (.31) dapat ditulis ulang menjadi: f. Re = f. Re (.9) s 3 s a 3 a Unjuk kerja termal peningkatan perpindahan panas untuk suatu daya pemompaan yang konstan dapat dinyatakan sebagai berikut: ( h a h s ) p η = (.30) dimana: h a h s 3 = koefisien perpindahan panas konveksi dengan sirip (W/m.K) = koefisien perpindahan panas konveksi tanpa sirip (W/m.K) Jika nilai η 1, teknik yang dipakai untuk menaikkan laju perpindahan panas adalah menguntungkan dari sudut pandang energi. Jika η 1, energi yang digunakan untuk menaikkan laju perpindahan panas lebih besar daripada yang diperoleh.

41 BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN I 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Termodinamika, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Alat Penelitian Gambar 3.1 Skema alat penelitian Gambar 3. Satu set alat uji inline cylindrical pin fin assembly Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Saluran udara segiempat (rectangular channel) Saluran udara segiempat terbuat dari kayu yang permukaan bagian dalam dan luarnya dilapisi melamin. Dimensi penampang bagian dalam dari saluran udara segiempat adalah 150 mm x 75 mm x.000 mm. 4

42 5 b. Pelurus aliran udara (flow straightener) Pelurus aliran udara tersusun dari sedotan plastik berdiameter 5 mm, panjang 00 mm sehingga dimensi keseluruhan dari pelurus aliran udara adalah 150 mm x 75 mm x 00 mm. Gambar 3.3 Pelurus aliran udara (flow straightener) c. Fan hisap Fan hisap merupakan modifikasi dari blower, sedemikian rupa sehingga blower dapat menghisap udara. Gambar 3.4 Fan hisap d. Rheostat Rheostat digunakan untuk mengatur putaran fan hisap agar didapatkan kecepatan udara yang diinginkan. Gambar 3.5 Rheostat

43 6 e. Anemometer Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara yang masuk ke dalam saluran udara segiempat. Gambar 3.6 Anemometer f. Pemanas listrik (electric heater) Pemanas terbuat dari pita nikelin dengan panjang mm, lebar 3 mm dan tebal 1,3 mm yang dililitkan pada kertas mika tahan panas dengan dimensi panjang 00 mm, lebar 150 mm dan tebal 1 mm. Gambar 3.7 Pemanas listrik (electric heater) g. Regulator Regulator digunakan untuk mengatur tegangan listrik yang dialirkan ke heater sehingga temperatur base plate dapat dijaga konstan pada setiap variasi kecepatan dan variasi jarak antar titik pusat sirip pin arah streamwise. Gambar 3.8 Regulator pengatur tegangan listrik yang masuk heater

44 7 h. Multitester digital Multitester digital digunakan untuk mengukur besarnya tegangan listrik yang dibutuhkan pemanas listrik untuk mencapai temperatur base plate yang diinginkan. Gambar 3.9 Multitester digital i. Amperemeter Amperemeter digunakan untuk mengukur besarnya arus listrik yang dibutuhkan pemanas listrik untuk mencapai temperatur base plate yang diinginkan. Gambar 3.10 Amperemeter j. Manometer U Manometer terbuat dari selang plastik berdiameter 5 mm yang kedua ujungnya ditempatkan pada awal dan akhir dari seksi uji, sehingga dapat mengukur besarnya beda tekanan yang terjadi antara keduanya. Fluida yang digunakan dalam manometer ini adalah solar. Gambar 3.11 Manometer U dan posisi titik pengukuran tekanan

45 8 k. Termokopel Menggunakan termokopel tipe T sebanyak 17 buah, dimana 3 buah termokopel digunakan untuk mengukur temperatur udara inlet, 5 buah termokopel untuk mengukur temperatur udara outlet dan 9 buah termokopel untuk mengukur temperatur base plate yang direkatkan dengan lem Araldite. Gambar 3.1 Termokopel tipe T l. Thermocouple reader Alat ini digunakan untuk menunjukkan temperatur yang terukur oleh sensor termokopel. Gambar 3.13 Thermocouple reader 3.3 Spesimen Spesimen berupa pin fin assembly dengan dimensi base plate panjang 00 mm, lebar 150 mm dan tebal 6,5 mm, sedangkan profil sirip adalah silinder pejal dengan diameter sirip 1,7 mm dan tinggi sirip 75 mm. Bahan base plate dan sirip adalah duralumin. Gambar 3.14 Dimensi dan tata nama spesimen

46 9 Gambar 3.15 Model spesimen Spesifikasi spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Spesifikasi spesimen penelitian Spesimen S x S y H W b L 1 37,5 mm 5 mm 75 mm 150 mm 00 mm 37,5 mm 30 mm 75 mm 150 mm 00 mm 3 37,5 mm 37,5 mm 75 mm 150 mm 00 mm 4 37,5 mm 50 mm 75 mm 150 mm 00 mm 5 Plat tanpa sirip Gambar 3.16 Spesimen 1 Gambar 3.17 Spesimen Gambar 3.18 Spesimen 3 Gambar 3.19 Spesimen 4

47 Pelaksanaan Penelitian Pengujian dilakukan pada keadaan diam (statis). Sistem beroperasi pada temperatur udara masuk yang konstan sebesar 6 o C dan temperatur base plate yang konstan sebesar 60 o C. Alat penelitian harus dinetralkan terlebih dahulu seperti pada kondisi pengujian sebelumnya (kondisi awal) untuk periode pengujian selanjutnya. Pengambilan data penelitian berupa temperatur dilakukan hingga semua temperatur udara keluar seksi uji mencapai kondisi steady state. Data-data temperatur dan beda tekanan pada keadaan steady state inilah yang akan digunakan untuk analisis data penelitian. Dalam setiap pencatatan data akan diperoleh 17 data temperatur (3 data temperatur udara masuk seksi uji, 5 data temperatur udara keluar seksi uji dan 9 data temperatur base plate) Tahap Persiapan Memastikan bahwa seluruh alat yang digunakan dalam pengujian, seperti fan hisap, saluran udara, seksi uji, heater, regulator, rheostat, manometer dan alat pendukung lainnya telah terpasang dengan benar dan berfungsi dengan baik. Memastikan termokopel pengukur temperatur udara masuk dan keluar telah terhubung ke thermocouple reader serta termokopel pengukur temperatur permukaan base plate spesimen telah terpasang dengan benar Tahap Pengujian 1. Memasang spesimen ke dalam saluran udara.. Menghubungkan semua termokopel pengukur temperatur base plate dengan thermocouple reader. 3. Menyalakan heater sebagai pemanasan awal (preheating) sebesar 70 o C. 4. Menghidupkan fan hisap. 5. Mengatur kecepatan udara sebesar 0,5 m/s dengan mengatur putaran fan menggunakan rheostat. 6. Mengatur temperatur base plate pada temperatur 60 o C. 7. Mencatat seluruh data temperatur dan tekanan setiap 10 menit sampai didapatkan temperatur steady. 8. Mencatat tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan hisap. 9. Mencatat beda tekanan yang terjadi yang terukur pada manometer U.

48 Mematikan heater setelah selesai mengambil data. 11. Mematikan fan. 1. Mengulangi pengujian untuk variasi kecepatan udara yang lain (1 m/s, m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s). 13. Mengulangi langkah (3) (11). 14. Mengulangi pengujian untuk variasi jarak antar titik pusat sirip pin arah streamwise, S y yang lain (30 mm, 37,5 mm dan 50 mm). 15. Mengulangi langkah (1) (11). 16. Mengulangi pengujian untuk spesimen tanpa sirip. 17. Mengulangi langkah (1) (4). 18. Mengatur daya pemompaan. 19. Mengulangi langkah (6) (11). 3.5 Proses Analisis Data Berdasarkan data hasil pengujian, yaitu berupa kecepatan aliran udara, temperatur rata-rata udara masuk seksi uji, temperatur rata-rata udara keluar seksi uji, temperatur rata-rata base plate, beda tekanan serta tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke heater, maka dapat dilakukan perhitungan dan analisis mengenai karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari inline cylindrical pin fin assembly. Dari hasil perhitungan tersebut akan dibuat grafik-grafik yang menunjukkan pengaruh jarak antar titik pusat sirip pin dalam arah aliran (streamwise direction, S y /D) terhadap koefisien perpindahan panas rata-rata (h) dengan bilangan Reynolds (Re), bilangan Nusselt (Nu) dengan bilangan Reynolds, faktor gesekan (f) dengan bilangan Reynolds, dan efisiensi (η) dengan bilangan Reynolds, serta grafik bilangan Nusselt dengan S y /D. Kemudian dari grafik-grafik tersebut akan dilakukan analisis.

49 3 3.6 Diagram Alir Penelitian Mulai Persiapan: Inline cylindrical pin fin assembly Variasi: Kecepatan aliran udara; 0,5 m/s, 1 m/s, m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s. Jarak antar titik pusat sirip pin dalam arah aliran udara (streamwise); 5 mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm. Pengumpulan data: Temperatur udara masuk seksi uji (T in ), temperatur udara keluar seksi uji (T out ) dan temperatur permukaan plat Beda tekanan udara masuk dan udara keluar seksi uji ( P) Analisis data: Laju aliran panas dari listrik (Q elect ) Laju perpindahan panas konveksi (Q conv ) Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) Bilangan Reynolds (Re) Bilangan Nusselt (Nu) Faktor Gesekan (f) Unjuk kerja termal dari Inline cylindrical pin fin assembly (η) Hasil analisis data: Karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal Kesimpulan Selesai

50 BAB IV 4 DATA DAN ANALISIS I Pada bab ini akan dianalisis mengenai pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antartitik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction) terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari cylindrical pin fin assembly yang disusun secara segaris (inline) dalam saluran segiempat (rectangular channel). Pengujian dilakukan dengan variasi kecepatan aliran udara masuk antara 0,5 6 m/s, dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction, S y /D) yaitu sebesar 5 mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm. Data yang diperoleh dalam pengujian ini, yaitu kecepatan udara masuk, temperatur udara masuk, temperatur udara keluar, temperatur base plate, penurunan tekanan serta tegangan dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan hisap. Sistem dijalankan sampai didapatkan temperatur pada kondisi steady pada tiap variasi pengujian. Proses pengambilan data adalah setiap 10 menit hingga tercapai kondisi steady. 4.1 Data Hasil Pengujian Pengujian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Termodinamika Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari hasil pengamatan temperatur udara masuk seksi uji, temperatur udara keluar seksi uji, temperatur base plate, penurunan tekanan, kecepatan aliran udara masuk serta tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan hisap saat pengujian pada kondisi steady, diperoleh data seperti pada tabel di bawah ini. (a) (b) (c) Gambar 4.1 Posisi titik pengukuran (a) temperatur udara masuk saluran (b) temperatur base plate dan (c) temperatur udara keluar saluran. 33

51 34 1. Spesimen 1 Tabel 4.1Data hasil pengujian spesimen 1 (S x /D =,95; S y /D = 1,97) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A),,8 3,6 4,1 4,5 4,9 5 5, Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,3 1,35 1,65 1,75 1,85 1,95,05 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,5 0,75 1,5 3,5 4, T in,1 ( o C) 6, 6,3 6,3 6,4 6,3 6, 6,3 6, T in, ( o C) 6, 6, 6,3 6,4 6,3 6, 6, 6, T in,3 ( o C) 6, 6, 6, 6,3 6, 6, 6, 6,1 T in,rata-rata ( o C) 6, 6,3 6,7 6,37 6,7 6, 6,3 6,13 T base,1 ( o C) 60,8 58,9 58, ,6 53,5 53,3 5,8 T base, ( o C) 61, ,3 57,4 57,5 58,8 58, 57,5 T base,3 ( o C) 58,8 56,9 56,8 56, , 54,6 55, T base,4 ( o C) 60,4 57,1 58,5 59,8 58,7 58,4 58,7 58, T base,5 ( o C) 56,7 57,4 57,7 61,4 61,8 6, 6,5 6 T base,6 ( o C) 57,7 61,5 58,7 60,6 59, 60,6 59,8 59,3 T base,7 ( o C) 63,3 64,6 63,6 63,4 63,6 63,4 63,8 65, T base,8 ( o C) 6,3 64,7 61,7 63, 64,4 66, ,5 T base,9 ( o C) 60,1 60,3 60,8 6,8 63, 64,8 64,9 64,4 T base, rata-rata ( o C) 60,1 60,16 59,54 60, ,41 60,31 60,3 T out,1 ( o C) 36, ,7 3, 3, 31, ,8 T out, ( o C) 36 34, 33,8 3 31,3 30,8 30,7 30,6 T out,3 ( o C) 36,3 34,3 33,9 3,3 31, ,8 30,7 T out,4 ( o C) 37 35, 35 33,8 33, , 33 T out,5 ( o C) 36,6 34,9 33,5 3,1 3,1 31,4 30,9 30,6 T out, rata-rata ( o C) 36,54 34,8 33,6 3,48 3,0 31,54 31,3 31,14

52 35. Spesimen Tabel 4. Data hasil pengujian spesimen (S x /D =,95; S y /D =,36) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A),6 3, 3,6 4 4, 4,5 4,6 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,3 1,35 1,65 1,75 1,85 1,9,05 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,3 0,6 1,5 1,75,5 3,5 4,5 5,5 T in,1 ( o C) 6,3 6, 6,3 6,3 6,3 6,3 6 6,3 T in, ( o C) 6,3 6, 6, 6, 6, 6,3 5,8 6,3 T in,3 ( o C) 6,3 6,1 6, 6, 6, 6, 5,8 6, T in,rata-rata ( o C) 6,3 6,17 6,3 6,3 6,3 6,7 5,87 6,7 T base,1 ( o C) 59,7 60, ,6 59, 58,9 59 T base, ( o C) 59, 59,5 59,6 59,3 58,6 58, T base,3 ( o C) 60,1 60, 60,7 60,1 59,5 59, ,5 T base,4 ( o C) 59,8 59,1 58,8 58,8 59,3 59,5 59,6 60 T base,5 ( o C) 60,5 60,3 60,6 60,9 60,6 60,6 60,6 60,9 T base,6 ( o C) 61,8 61,1 61,8 6,9 63,5 64, ,6 T base,7 ( o C) 60,4 60,3 60, 60, 59 58,8 58,9 60 T base,8 ( o C) 60,7 60,5 59, ,3 59,1 59, 59,6 T base,9 ( o C) 60, 59,8 59,8 61,1 60,8 61,1 61,7 61,4 T base, rata-rata ( o C) 60,43 60, 59,93 60,43 59,7 59,67 59,93 60,33 T out,1 ( o C) 34,8 33,8 31,9 31,3 30,7 30,3 9,8 30, T out, ( o C) 34,4 3,8 31,5 30,4 30 9,6 9,5 9,7 T out,3 ( o C) 34, ,8 30,6 30,1 9,8 9,7 9,8 T out,4 ( o C) ,9 31,7 31, 30,9 30,3 30,6 T out,5 ( o C) 34,9 33,6 31,8 31, 30,8 30, ,3 T out, rata-rata ( o C) 34,8 33,53 3,17 31,17 30,7 30, ,3

53 36 3. Spesimen 3 Tabel 4.3 Data hasil pengujian spesimen 3 (S x /D =,95; S y /D =,95) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 1,8,4 3 3,4 3,7 3,8 4,1 4,3 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,3 1,35 1,65 1,75 1,85 1,95,05 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,5 0,5 1 1,5,5 3,5 4,5 5,5 T in,1 ( o C) 6,3 6 6,3 6,3 6, 6,3 6,3 6,3 T in, ( o C) 6, 6 6, 6,3 6 6,3 6, 6, T in,3 ( o C) 6, 6 6, 6, 6 6, 6, 6,1 T in,rata-rata ( o C) 6,3 6 6,3 6,7 6,07 6,7 6,3 6, T base,1 ( o C) 58 59, ,1 57,1 57, 58 57,8 T base, ( o C) 61,4 6,6 6, 6,4 61,4 6 63,3 60, T base,3 ( o C) 57,3 54,3 58,1 58, 56,6 56,7 58,3 58,5 T base,4 ( o C) 61, , ,5 59, 60 T base,5 ( o C) 59, ,5 57, 58,7 T base,6 ( o C) 60,3 61, 60,6 59, ,3 6,7 63,6 T base,7 ( o C) 59,5 60,3 59,6 63,7 64, 60,6 60,9 60, T base,8 ( o C) 59,8 59,6 58,1 58,8 60, ,9 57,6 T base,9 ( o C) 61,8 6 60, , ,9 66,4 T base, rata-rata ( o C) 60,37 60,63 59,7 61,83 63,07 60,53 61,9 61,4 T out,1 ( o C) 33, 3 31, 30, 9,6 9,3 9, 9,3 T out, ( o C) 33 31,4 30,5 9,8 9,4 9,1 9,3 9, T out,3 ( o C) 33,3 31,7 30,7 30, 9,4 9,1 9,4 9,4 T out,4 ( o C) 33,6 3,6 31, 31,5 30,8 30,5 30,7 30,5 T out,5 ( o C) 33,4 3,3 31,4 30,5 9,7 9,4 9,4 9,4 T out, rata-rata ( o C) 33,43 3, 31,1 30,73 9,97 9,67 9,83 9,77

54 37 4. Spesimen 4 Tabel 4.4 Data hasil pengujian spesimen 4 (S x /D =,95; S y /D = 3,94) Kecepatan aliran udara (m/s) 0, ,5 6 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 1,7,3,8 3,1 3,6 3,7 3,8 3,9 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,3 1,35 1,65 1,75 1,85 1,9,04 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0, 0,3 3,5 3,5 4 5 T in,1 ( o C) 6,5 6,6 6, 6,1 6, ,8 T in, ( o C) 6,5 6,6 6, 6,1 6, ,8 T in,3 ( o C) 6,5 6,6 6, 6,1 6, ,8 T in,rata-rata ( o C) 6,5 6,6 6, 6,1 6, ,8 T base,1 ( o C) ,5 61,3 59,4 59,3 59, 59, T base, ( o C) 61, ,8 59,4 60,4 60,6 60,4 60 T base,3 ( o C) 59, 58,5 56,9 58,6 57,4 57,8 57,8 57,9 T base,4 ( o C) 59 61,3 61, ,8 61,6 61,3 61,1 T base,5 ( o C) 60, , ,7 58,6 58,4 58,3 T base,6 ( o C) 59, 6, , 6,8 64,3 63,4 63,4 T base,7 ( o C) 61,5 61,3 6 60,8 61,4 61, 60,8 60,6 T base,8 ( o C) 61,8 61, 6 61, 6, 6,3 6, 6 T base,9 ( o C) 60,5 57, 57, 57,1 58,5 58,1 58, 58 T base, rata-rata ( o C) 61,7 59,9 60,4 59,7 60,7 60,53 60,4 60, T out,1 ( o C) 33 3,5 30,4 9,4 9,4 8,6 8,5 8, T out, ( o C) 3, 31 9,6 9 9, 8,4 8,4 8 T out,3 ( o C) 3,4 31, 9,8 9, 9,4 8,7 8,6 8, T out,4 ( o C) 33, 3,7 3 31, 31,4 30,4 30,3 30 T out,5 ( o C) 3,9 3,4 30, 9,5 9,6 8,9 8,7 8,4 T out, rata-rata ( o C) 3,83 3,1 30,67 9,97 30,13 9,33 9, 8,87

55 38 5. Spesimen 5 Tabel 4.5 Data hasil pengujian spesimen 5 (pelat tanpa sirip) Kecepatan aliran udara (m/s) 0,6 1,1, 3,3 4,4 5,6 6,3 7 Tegangan heater (V) Arus heater (A) 1,1 1,5 1,9,1,5,8 3 3,1 Tegangan fan (V) Arus fan (A) 1,1 1,3 1,35 1,65 1,75 1,85 1,95,05 Beda tinggi fluida manometer (mm) 0,1 0,15 0,3 0,5 0,75 1 1, 1,3 T in,1 ( o C) 6, 6,3 5,9 6,1 5,9 6,3 6 6 T in, ( o C) 6, 6, 5,9 6,1 6 6,3 6 5,9 T in,3 ( o C) 6,1 6, 5,8 6 5,8 6, 5,8 5,8 T in,rata-rata ( o C) 6,17 6,3 5,87 6,07 5,9 6,7 5,93 5,9 T base,1 ( o C) 59 58,8 59, 57, 57,3 57,4 57,8 58,3 T base, ( o C) 56,5 56,5 56,4 56,9 56,5 55,7 55,9 55,6 T base,3 ( o C) 63,3 64,1 64,7 64,4 64,6 64, , T base,4 ( o C) 60,5 59,8 58,3 58,8 59,1 59,7 59,8 60 T base,5 ( o C) 54,8 54,4 53,4 5,6 5,3 51,8 51,9 51,3 T base,6 ( o C) 64,7 66,9 67,1 68,1 68,5 69,1 69,4 70, T base,7 ( o C) 64, ,6 63,8 63,6 64, ,4 T base,8 ( o C) 6 61,9 61,8 61,6 61, , T base,9 ( o C) 63,67 64,6 64,17 64,5 64,6 65,07 65,13 65,6 T base, rata-rata ( o C) 6, 6,3 5,9 6,1 5,9 6,3 6 6,4 T out,1 ( o C) 7,3 7,3 7,1 7, T out, ( o C) 6,5 6,4 6,4 6,3 6,3 6,3 6,3 6, T out,3 ( o C) 7,4 7, ,8 6,8 6,8 6,7 T out,4 ( o C) 3,6 3,3 31, ,8 30,6 T out,5 ( o C) 7,4 7,5 7,3 7, 7, 7,1 7,1 7,1 T out, rata-rata ( o C) 8,4 8,16 7,78 7,7 7,66 7,64 7,6 7,5

56 39 4. Perhitungan Data Data spesimen dan seksi uji: Panjang seksi uji (L t ) = 50 mm = 0,5 m Tinggi sirip (H) = 75 mm = 0,075 m Diameter sirip (d) = 1,7 mm = 0,017 m Panjang spesimen (L) = 00 mm = 0, m Lebar spesimen (W b ) = 150 mm = 0,15 m Contoh perhitungan: 1. Spesimen 1 (S x /D =,95; S y /D = 1,97; N f = 8) pada kecepatan udara 0,5 m/s Data hasil pengujian: Tegangan heater = V h = 41 V T in, rata-rata = T in = 6, o C = 99, K Arus heater = I h =, A T out,, rata-rata = T out = 36,5 o C = 309,5 K Tegangan fan = V f = 56 V T base, rata-rata = T b = 60, o C = 333, K Arus fan = I f = 1,1 A Beda ketinggian fluida manometer = h = 0,5 mm Pumping power Pfan = V f. I f. cosϕ = 56 V x 1,1 A x 0,8 = 49,3W Temperatur film T f = ( T + T ) in out ( 99, + 309,5) = = 304,4 K Properti udara pada temperatur film 3 ρ = 1,1469 kg m (tabel Incropera) C K ( T T ) ] 10 4 p = [ 9, ,7 x10 x in + out x = 4 [ 9, ,7 x10 x 304,4] x 10 = 1005,9 J kg.k

57 40 k µ 3 ( T + T ) ] 10 = [3, ,495x10 x in out x = [3, ,495x 10 x 304,4] x = 0,066 W m.k ( T + T ) ] 10 = [4, ,483x10 x in out x = [4, ,483x 10 x 304,4] x 10 6 = 0, kg m.s Luas penampang melintang saluran udara A = H. W b = 0,075m x = 0,0115 m 0,15m Luas total permukaan perpindahan panas A s = W b. L + π. d. N f d. H 4 0,017 m = 0,15m x 0, m + 3,14 x 0,017 m x 8 x 0,075 m 4 = 0,11 m Diameter hidrolik saluran udara 4 A D h = P 4. H. W = b ( H + W ) b 4 x 0,075 m x 0,15m = x = 0,1 m ( 0,075 m + 0,15m) Laju aliran panas dari heater Q elect = V h.i h. cosϕ = 41V x,a x 0,8 = 7, W

58 41 Laju aliran massa udara m & = ρ. A. V = 1,1469 kg m 3 x 0,0115 m x 0,5m s = 0,0065 kg s Laju perpindahan panas konveksi Q conv = m&. C. p ( T T ) out in = 0,0065kg s x 1005,9 J kg.k x ( 309,5 99,)K = 67,1 W Heat losses yang terjadi pada seksi uji Q loss = Q Q Q elect conv conv x100% = 7,W 67,1W 67,1W x100% = 7,6 % Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata h a m&. C p.( Tout Tin ).[ T (( T + T ) ) ] = As b out in 0,0065 kg s x 1005,9 J kg.k x 309,5 99, K = 0,11 m x 333, K 309,5 + 99, K = 1,1 W m Bilangan Reynolds Re = ρ. V. D µ h.k ( ) [ (( ) )] 3 1,1469 kg m x 0,5m s x 0,1m = 0, kg m.s = 3076,6

59 4 Bilangan Nusselt h. D Nu = k h 1,1W m.k x 0,1m = 0,066 W m.k = 79,4 Penurunan tekanan P = ρ. g. h = 800kg m = 3,9 Pa 3 x 9,81 m s x 0,0005 m Faktor gesekan f = L t D h P V ρ 3,9Pa = 0,5 m 1,1469 kg m 0,1 m = 10,9 3 x ( 0,5 m s)

60 . Spesimen tanpa sirip pada pumping power = 49,3 W Data hasil pengujian: Tegangan heater = V h = 19 V T in, rata-rata = T in = 6, o C = 99, K Arus heater = I h = 1,1 A T out,, rata-rata = T out = 8, o C = 301, K Tegangan fan = V f = 56 V T base, rata-rata = T b = 60, o C = 333, K Arus fan = I f = 1,1 A Beda ketinggian fluida manometer = h = 0,1 mm Temperatur film T f = = ( T + T ) in out ( 99, + 301, ) = 300, K Properti udara pada temperatur film 3 ρ = 1,1607 kg m (tabel Incropera) C K ( T T ) ] 10 4 p = [ 9, ,7 x10 x in + out x = + 4 [ 9,8185 7,7 x10 x 300,] x = 1004,97 J kg.k k µ 3 ( T + T ) ] 10 = [3, ,495x10 x in out x = [3, ,495x 10 x 300,] x = 0,06 W m.k ( T + T ) ] 10 = [4, ,483x10 x in out x = [4, ,483x 10 x 300,] x 10 6 = 0, kg m.s Luas penampang melintang saluran udara A = H. W b = 0,075m x = 0,0115 m 0,15m

61 44 Luas total permukaan perpindahan panas A = L. s W b = 0,m x = 0,03m 0,15m Diameter hidrolik saluran udara 4 A D h = P 4. H. W = b ( H + W ) b 4 x 0,075 m x 0,15m = x = 0,1 m ( 0,075 m + 0,15m) Laju aliran panas dari heater Q elect = V h.i h.cosϕ = 19V x 1,1A x 0,8 = 16,7 W Laju aliran massa udara m & = ρ. A. V = 1,1607 kg m 3 x 0,0115 m x 0,6m s = 0,008 kg s Perpindahan panas konveksi Qconv = m&. C p.( Tout Tin ) = 0,008kg s x 1004,97 J kg.k x ( 301, 99,)K = 16,3 W

62 45 Heat loss yang terjadi Q loss = Q Q Q elect conv conv x100% = 16,7 W 16,3W 16,3W x100% =,4% Koefisien perpindahan panas h s m&. C p.( Tout Tin ).[ T (( T + T ) ) ] = As b out in 0,008 kg s x 1004,97 J kg.k x 301, 99, K = 0,03 m x 333, K 301, + 99, K = 16,5 W m Bilangan Reynolds.K ( ) [ (( ) )] ρ. V. Dh Re = µ 3 1,1607 kg m x 0,5m s x 0,1m = 0, kg m.s = 3774,4 Bilangan Nusselt h. D Nu = k h 16,5W m.k x 0,1m = 0,064 W m.k = 6,8 Penurunan tekanan P = ρ. g. h = 800kg m = 0,78 Pa 3 x 9,81 m s x 0,0001m

63 46 Faktor gesekan f = L t D h P V ρ 0,78 Pa = 0,5 m kg 1,1607 0,1 m m = 1,50 3 x ( 0,6 m s) Unjuk kerja termal pada pin-fin assembly η = ( h a h s ) p 1,1 W m.k = 16,5 W m.k = 1,8 Selanjutnya data perhitungan untuk seluruh variasi pengujian dapat dilihat pada lampiran C.

64 Analisis Data Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip dalam Arah Streamwise terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Sirip-sirip dipasang secara vertikal pada permukaan uji sehingga memberikan nilai-nilai S y /D sebesar 1,97,,36,,95, dan 3,94, sedangkan nilai S x /D konstan sebesar,95. Pengaruh bilangan Reynolds terhadap karakteristik perpindahan panas pada fin pin assembly susunan segaris (inline) dapat dilihat pada gambar 4.. Karakteristik perpindahan panas pada pin fin assembly dapat dilihat pada hubungan antara koefisien perpindahan panas konveksi (h) dan duct Reynolds number. Gambar 4. menunjukkan kelakuan koefisien perpindahan panas konveksi terhadap bilangan Reynolds pada jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise yang berbeda-beda h (W/m.K) Re x 10 3 Gambar 4. Pengaruh bilangan Reynolds terhadap koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata pada S x /D =,95 Dari gambar 4. dapat dilihat bahwa dengan kenaikan bilangan Reynolds, maka nilai koefisien perpindahan panas konveksi semakin besar. Hal ini terjadi pada keseluruhan nilai S y /D, dimana nilai koefisien perpindahan panas konveksi semakin tinggi untuk nilai S y /D yang semakin kecil. Semakin besar nilai koefisien perpindahan panas konveksi, maka semakin besar laju perpindahan panas konveksi yang terjadi. Karakteristik perpindahan panas pada pin fin assembly juga dapat dilihat pada hubungan antara duct Nusselt number dan duct Reynolds number. Gambar 4.3 menunjukkan kelakuan bilangan Nusselt rata-rata terhadap bilangan Reynolds

65 48 pada jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise yang berbeda-beda untuk susunan sirip segaris (inline). Gambar 4.4 menunjukkan kelakuan bilangan Nusselt rata-rata terhadap jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise pada bilangan Reynolds yang berbeda-beda untuk susunan segaris. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa bilangan Nusselt meningkat dengan kenaikan bilangan Reynolds. Hal ini terjadi pada keseluruhan nilai S y /D, dimana nilai bilangan Nusselt semakin tinggi untuk nilai S y /D yang semakin kecil. Ini berarti bahwa dengan semakin kecil jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise, (S y ), maka semakin besar nilai bilangan Nusselt yang terjadi. Fenomena ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Tanda (001). Dengan semakin kecil nilai S y /D maka jumlah sirip semakin banyak untuk luasan base plate yang sama. Faktor penambahan luasan permukaan perpindahan panas yang berasal dari luasan permukaan perpindahan panas sirip memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan laju perpindahan panas konveksi pada pin fin assembly susunan segaris tersebut Nu Re x 10 3 Gambar 4.3 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap bilangan Nusselt pada S x /D =,95 Dari gambar dapat dilihat bahwa bilangan Reynolds mempunyai pengaruh yang kuat terhadap laju perpindahan panas. Hal ini disebabkan dengan kenaikan laju aliran udara (kenaikan bilangan Reynolds), maka akan menurunkan ketebalan lapis batas (boundary layer) (Bilen, 00).

66 Nu ,75,5,75 3,5 3,75 4,5 4,75 S y /D Gambar 4.4 Pengaruh nilai S y /D terhadap bilangan Nusselt pada S x /D =,95 Dari data-data penelitian ini dapat diperoleh korelasi matematis untuk karakteristik perpindahan panas dari pin fin assembly susunan segaris (inline) dengan program SPSS 16. Dari hasil penelitian untuk plat dengan sirip-sirip pin, korelasi antara bilangan Nusselt (Nu) dengan bilangan Reynolds (Re), jarak antar titik pusat sirip (S y ) dan panjang spesimen uji (L) adalah sebagai sebagai berikut: 0, 47 ( S ) 0,633 Nu = 0,14 Re y L (4.1) Korelasi perpindahan panas pada persamaan (4.1) berlaku valid untuk range bilangan Reynolds < Re < , L/D h = dan 1,97 < S y /D < 3, Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip dalam Arah Streamwise terhadap Karakteristik Penurunan Tekanan Pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise terhadap penurunan tekanan (pressure drop) dan faktor gesekan pin fin assembly susunan segaris berturut-turut dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6. Kelakuan penurunan tekanan ( P) terhadap bilangan Reynolds (Re) serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yang et al (007). Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa penambahan sirip-sirip dengan susunan segaris, menyebabkan penurunan tekanan (pressure drop) yang signifikan dibandingkan dengan permukaan tanpa sirip-sirip (smooth surface). Kelakuan faktor gesekan terhadap bilangan Reynolds pada gambar 4.6 serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kakac et al (1987). Nilai penurunan tekanan ( P) dan faktor gesekan (f),

67 50 semakin menurun dengan kenaikan nilai S y /D. Hal ini disebabkan dengan semakin besar nilai S y /D, maka jumlah sirip-sirip pin akan semakin berkurang, sehingga tahanan terhadap aliran udara (resistance to flow) akan semakin berkurang (Bilen, 00) P (Pa) Re x 10 3 Gambar 4.5 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap penurunan tekanan pada S x /D =,95 Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa nilai S y /D lebih berpengaruh dibandingkan bilangan Reynolds terhadap nilai faktor gesekan (f). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan faktor gesekan (f) seiring dengan berkurangnya nilai S y /D pada dasarnya karena meningkatnya luas permukaan halangan dan efek halangan (blockage effect) akibat kenaikan jumlah sirip-sirip pin f Re x 10 3 Gambar 4.6 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap faktor gesekan pada S x /D =,95

68 51 Dari data-data penelitian dapat dibuat korelasi matematis antara faktor gesekan (f) yang dihasilkan dengan bilangan Reynolds (Re), jarak antar titik pusat sirip (S y ) dan panjang spesimen uji (L) dengan program SPSS 16 sebagai berikut: 1, 366 ( S ) 1,048 f = 597,04 Re y L (4.) Korelasi faktor gesekan pada persamaan (4.) berlaku valid untuk range bilangan Reynolds < Re < , L/D h = dan 1,97 < S y /D < 3, Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat Sirip dalam Arah Streamwise terhadap Unjuk Kerja Termal Dari data penelitian dapat dianalisis mengenai pengaruh jarak antar titik pusat sirip dan susunan sirip terhadap unjuk kerja umum dari sistem dan dapat dievaluasi perolehan energi netto karena penambahan sirip-sirip. Peningkatan perpindahan panas disertai oleh kenaikan penurunan tekanan yang signifikan, dimana dapat mengeliminasi perolehan energi karena peningkatan laju perpindahan panas. Untuk tujuan aplikasi praktis, analisis unjuk kerja termal menjadi sebuah pemikiran yang berguna untuk menentukan perolehan energi netto karena adanya penambahan sirip-sirip η Re x 10 3 Gambar 4.7 Pengaruh bilangan Reynolds terhadap unjuk kerja termal pada S x /D =,95 Gambar 4.7 menunjukkan hubungan antara unjuk kerja termal (η) dengan dengan bilangan Reynolds (Re) pada jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise yang berbeda-beda untuk susunan sirip segaris (inline). Perlu ditekankan lagi disini bahwa untuk perolehan energi netto yaitu untuk perpindahan panas yang efektif, nilai η harus lebih besar dari 1 (batas ambang

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE ELLIPTICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE ELLIPTICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI INLINE ELLIPTICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN SEGIEMPAT SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN SEGIEMPAT SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN SEGIEMPAT SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SELANG - SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN DIAMOND SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN DIAMOND SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN DIAMOND SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI STAGGERED CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI STAGGERED CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI STAGGERED CYLINDRICAL PIN FIN ARRAY DALAM RECTANGULAR CHANNEL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DALAM SALURAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Siripsirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan Selang-seling dalam Saluran Segi Empat

Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Siripsirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan Selang-seling dalam Saluran Segi Empat Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Siripsirip Pin Silinder Tirus Susunan Segaris dan Selang-seling dalam Saluran Segi Empat Tri Istanto dan Wibawa Edra Juwana Lab. Perpindahan Panas

Lebih terperinci

Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Sirip-Sirip Pin Diamond Susunan Segaris dalam Saluran Segiempat

Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Sirip-Sirip Pin Diamond Susunan Segaris dalam Saluran Segiempat Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan dari Sirip-Sirip Pin Diamond Susunan Segaris dalam Saluran Segiempat Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana 1, Efendi Dwi Hariyanto 1 Lab. Perpindahan

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP- SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DENGAN PENDEKATAN CFD

STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP- SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DENGAN PENDEKATAN CFD STUDI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS SIRIP- SIRIP PIN ELLIPS SUSUNAN SELANG-SELING DENGAN PENDEKATAN CFD TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh:

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,

Lebih terperinci

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT Gian Karlos Rhamadiafran Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN BACKWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENGARUHCOOLANT BERBAHAN DASAR AIR DENGAN ETILEN GLIKOL TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Tugas Akhir Perancangan Hydraulic Oil Cooler bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh:

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : YASIR DENHAS NIM.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA WIJAYA NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA WIJAYA NIM. I PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK SALURAN ANNULAR DENGAN TWISTED TAPE INSERT WITH CENTRE WINGS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT Dosen Pembimbing I : Agung Tri Wjayanta, ST, M.Eng, Ph.D Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Progam Studi Strara 1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI

PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: GINANJAR SYAMSUL PAMUNGKAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT

SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT SIMULASI NUMERIK PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR DENGAN RECTANGULAR- CUT TWISTED TAPE INSERT SKRIPSI Diajukan sebagai slah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : FIRGO

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN ALIRAN FLUIDA DI SEKITAR PIN FIN COOLING DIAMOND PADA TRAILING EDGE SUDU TURBIN GAS

KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN ALIRAN FLUIDA DI SEKITAR PIN FIN COOLING DIAMOND PADA TRAILING EDGE SUDU TURBIN GAS NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN ALIRAN FLUIDA DI SEKITAR PIN FIN COOLING DIAMOND PADA TRAILING EDGE SUDU TURBIN GAS Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SLANT ANGLE TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN FORWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi. Nama : Ria Mahmudah NRP : 2109100703 Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Djatmiko Ichsani, M.Eng 1 Latar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-388 Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak,

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number Siti Duratun Nasiqiati Rosady 1), Bambang Arip Dwiyantoro 2) 1) Program Studi Pascasarjana Teknik

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR SIDANG HASIL TUGAS AKHIR DESAIN COMPACT HEAT EXCHANGER TIPE FIN AND TUBE SEBAGAI ALAT PENDINGIN MOTOR PADA BOILER FEED PUMP STUDI KASUS PLTU PAITON, PJB Disusun Oleh : LUKI APRILIASARI NRP. 2109100073

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA 0012-34 SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR ZEVO PRIORY SIBERO L2E 006 096 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA

ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh:

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh: UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR MULTI FLAT PLATE HEAT EXCHANGER ALUMINIUM DENGAN ALIRAN CROSS FLOW TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu tugas dan syarat Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR Jotho *) ABSTRAK Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu dari tiga

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: TAUFAN APHA

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE PADA ALAT PENUKAR KALOR TABUNG CANGKANG DENGAN SUSUNAN TABUNG SEGITIGA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR COOLANT TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF

PENGARUH TEMPERATUR COOLANT TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF PENGARUH TEMPERATUR COOLANT TERHADAP UNJUK KERJA PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN RADIATOR OTOMOTIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana teknik Oleh : DIDIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR...xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED Author Guidance : Agus Junianto : Ketut Astawa, ST., MT Ir. Nengah Suarnadwipa,

Lebih terperinci

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika Termodinamika Energi dan Hukum 1 Termodinamika Energi Energi dapat disimpan dalam sistem dengan berbagai macam bentuk. Energi dapat dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, contoh thermal, mekanik,

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK JENIS EXTRUDED Bambang Yunianto 1) Abstrak Komponen elektronik ataupun mikroprosessor yang menghasilkan panas umumnya dipasang pada heat sink sebagai

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Progam Studi Strara 1 Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh Nama : Daniel Sidabutar NIM : 41313110087

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SIMULASI PENGARUH KEMIRINGAN BAFFLES TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS DAN EFEKTIVITAS PADA ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE MENGGUNAKAN SOLIDWORKS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANG BANGUN GENERATOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI MEMANFAATKAN PANAS BUANG MOTOR BAKAR DENGAN PASANGAN REFRIJERAN - ABSORBEN AMONIA-AIR Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit TUGAS AKHIR Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENGARUH PENGGUNAANMEDIABAHANPENGISI( FILLER) PVC DENGANTINGGI45CM DAN DIAMETER 70CM TERHADAPKINERJAMENARAPENDINGINJENIS INDUCED- DRAFT COUNTERFLOW SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SIMULASI PENGARUH DESAIN GEOMETRI COUPLE MODULE THERMOELECTRIC GENERATOR TERHADAP DAYA KELUARAN DAN TEGANGAN LISTRIK YANG DIHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS APDL SKRIPSI Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi

Lebih terperinci

PERENCANAAN IMPELLER DAN VOLUTE PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN DUST COLLECTOR

PERENCANAAN IMPELLER DAN VOLUTE PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN DUST COLLECTOR TUGAS AKHIR PERENCANAAN IMPELLER DAN VOLUTE PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN DUST COLLECTOR Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

INTISARI. iii. Kata kunci : Panas, Perpindahan Panas, Heat Exchanger

INTISARI. iii. Kata kunci : Panas, Perpindahan Panas, Heat Exchanger INTISARI Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI PERKEMBANGAN KECEPATAN TRANSIENT UNTUK MEMBEDAKAN KUALITAS TURBIN DARIEUS NACA DENGAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN AIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI PERKEMBANGAN KECEPATAN TRANSIENT UNTUK MEMBEDAKAN KUALITAS TURBIN DARIEUS NACA DENGAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN AIR UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI PERKEMBANGAN KECEPATAN TRANSIENT UNTUK MEMBEDAKAN KUALITAS TURBIN DARIEUS NACA 63-015 DENGAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN AIR TUGAS AKHIR ADIL PRANOTO L2E 606 003 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough

Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough LAPORAN TUGAS AKHIR Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama :

Lebih terperinci