Direito. Siang di awal musim kemarau. Kalau Sudah Pukul 1 Siang Masuk dan Seranglah. Daftar Isi. Yayasan HAK. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direito. Siang di awal musim kemarau. Kalau Sudah Pukul 1 Siang Masuk dan Seranglah. Daftar Isi. Yayasan HAK. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia"

Transkripsi

1 Yayasan HAK Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol Dili - Timor Lorosae Tel.: Fax.: direito@yayasanhak.minihub.org Daftar Isi Direito Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia Edisi Mei 2001 Kalau Sudah Pukul 1 Siang Masuk dan Seranglah Gereja tak lagi tempat berlindung yang aman bagi rakyat Timor Lorosae dari serangan milisi dan militer Indonesia. Mereka menyerang, melukai, dan membunuh siapa saja. Upacara sebelum membunuh sesama. Direito Utama... Kalau Sudah Pukul 1Siang Masuk dan Seranglah Sepak Terjang Besi Merah Putih 4-5 Info Hak Asasi... Keputusan Presiden Wahid Tidak Memiliki Yurisdiksi 6-7 Wawancara... Galuh Wandita: Pelindungan terhadap Saksi dan Korban 8-9 Kesaksian... Padre Rafael: Orang Berlindung di Dalam Gereja Jose Menezes: Saya Menyerah Opini... Impunitas dan Dampaknya Bagi Penegakan Hak Asasi Serba Serbi...Bekerja Bersama Petani dan Nelayan 14 Ami Lian...Kronologi Pembantaian Versi ABRI 15...Tawar-Menawar Jumlah Korban? 16 Mari Bersatu Menuntut Pengadilan Pelaku Kejahatan terhadap Kemanusiaan di Mana Saja! Korban Bersatu Tak Bisa Dikalahkan! Foto: Istimewa Siang di awal musim kemarau itu udara sangat panas di Liquiça. Pada hari itu di dalam kompleks Gereja João de Brito banyak orang sejak sehari sebelumnya, 5 April 1999 untuk mencari perlindungan. Orang-orang yang berasal dari Maubara dan kota Liquiça itu terancam oleh anggota-anggota Milisi BMP (Besi Merah Putih) yang kembali melakukan aksi pembunuhan dan pembakaran rumah. Di antara yang berlindung itu terdapat banyak anak kecil, juga ada perempuan hamil. Ketika hari bertambah siang, milisi semakin banyak. Mereka bersenjata parang, samurai, senapan rakitan, dan ada yang bersenjata senapan otomatis. Selain milisi, berdatangan pula anggota-anggota TNI dan Brimob. Seorang saksi mata, orang Timor Lorosae yang menjadi pegawai negeri sipil di Kodim Liquiça, melihat ada anggota-anggota TNI yang berpakaian Brimob yang dikenalnya karena sering bertemu muka. Seorang Timor Lorosae lainnya yang menjadi anggota TNI malah melihat adanya anggota-anggota Kopassus tidak berpakaian seragam. Mereka ini sebelumnya sering datang ke Kodim. Sejak pukul 6 pagi milisi BMP telah mengelilingi gereja sambil meneriakkan kata-kata ancaman dan makian, termasuk terhadap pastor. Kalian percaya dengan Rafael dos Santos itu! Kalau mau kami dapat cukur kumisnya! Padahal pastor paroki, Pe. Rafael dos Santos dan Pe. Yoseph Daslan ada di situ. Menurut milisi, polisi, dan TNI, di dalam gereja ada beberapa pucuk senjata dan peluru. Berkali-kali mereka mendatangi gereja menyuruh orang-orang keluar. Tetapi orang-orang tak menanggapi. Pagi itu, Bupati Liquiça Leonito Martins datang bersama sejumlah tentara. Atas pertanyaan

2 Editorial B eberapa waktu lalu Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan hukuman yang sangat rendah kepada enam orang terdakwa pembunuhan tiga orang staf UNHCR di Atambua, September Hukuman yang dijatuhkan antara 10 sampai 20 bulan. Kontan saja muncul reaksi keras, dari luar negeri maupun dari Indonesia sendiri. Kroasia dan Amerika Serikat yang warganegaranya menjadi korban pembunuhan menyatakan protes. Sekjen PBB Kofi Annan menyatakan keterkejutannya. Di Dili sejumlah pekerja kemanusiaan berdemonstasi ke Kantor Urusan Kepentingan Indonesia. Di Indonesia, Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan mengatakan pengadilan ini lemah sejak awal, karena tuduhan yang ringan, yakni penyerangan terhadap harta benda dan manusia, bukan pembunuhan berencana. Padahal sangat kuat indikasi bahwa pembunuhan tiga orang staf UNHCR tersebut merupakan rangkaian yang dimulai dari pembunuhan terhadap Olivio Mendonça Moruk, salah seorang tersangka pembantaian Suai September Vonis yang tidak adil ini adalah rangkaian ketidakadilan yang terus terjadi setelah kekerasan Sebelumnya, Eurico Guterres yang menghasut anak buahnya untuk membangkang perintah polisi yang melucuti senjata mereka hanya dijatuhi hukuman beberapa bulan saja. Kejadian-kejadian tersebut memperlihatkan salahnya sikap masyarakat internasional yang memberi kepercayaan kepada pengadilan nasional Indonesia untuk mengadili kasus-kasus kekerasan di Timor Lorosae Januari-Oktober Pemberian kepercayaan ini jelas berlebihan karena selama ini pengadilan Indonesia dikenal sangat tidak punya kredibilitas. Mereka juga tidak punya kapasitas untuk mengadili kasus kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hukum humaniter internasional. Apalagi TNI sekarang terus berupaya keras mempertahankan penguasaannya atas politik Indonesia. Karena itu masyarakat internasional harus mendukung organisasi-organisasi hak asasi manusia Indonesia yang pada Maret lalu mendesak dibentuknya Pengadilan Internasional untuk kekerasan di Timor Lorosae 1999.*** Pastor Rafael, Leonito Martins mengatakan bahwa dia datang untuk mengontrol. Selanjutnya dua orang perwira polisi menemui Pastor Rafael memintanya menyerahkan Jacinto da Costa Conceição, yang selanjutnya akan mereka serahkan kepada Milisi BMP. Tentu saja pastor menolak. Juga datang lima orang anggota Brimob yang meminta Pastor Rafael menyerahkan senjata api yang dibawa Jacinto. Pastor membantah bahwa Jacinto membawa senjata. Sekitar pukul Komandan Milisi Aitarak Eurico Guterres mendatangi Pastor Rafael. Eurico Guterres mengajak pastor berunding menyelesaikan masalah. Pastor bersedia dan meminta Eurico menghubungi Bupati Leonito Martins dan Komandan BMP Manuel de Sousa. Tetapi mereka berkeras menuntut agar para pemimpin CNRT seperti Kepala Desa Dato Jacinto da Costa Conceição diserahkan kepada mereka. Pastor tidak mau menyerahkan dengan alasan tidak ada yang membawa senjata ke dalam gereja, dan karena mengkhawatirkan keselamatan mereka jika dibawa oleh milisi. Julio da Conceição Correia, seorang pegawai negeri sipil di Kodim yang sedang piket, mendengar Leonito Martins berkata, Bila masyarakat di gereja tunduk pada BMP mereka bisa hidup, mereka diberi batas hingga pukul 12 siang... Kalau sudah pukul 1 siang masuk dan seranglah. Bunuh semuanya! Di gereja ada yang mendengar bahwa setelah kembali dari Kodim, Eurico memberi tahu pastor bahwa Leonito Martins dan Manuel de Sousa memang bertujuan menyerang gereja karena orang-orang Maubara yang mereka cari bersembunyi di gereja. Tidak lama kemudian, datang empat truk berisi pasukan Brimob. Mereka langsung mengelilingi kompleks gereja. Para pengungsi mengira mereka datang untuk memberi perlindungan. Pastor sebelumnya memang meminta kepada seorang perwira Brimob untuk mengamankan gereja. Sementara itu milisi tidak menghentikan intimidasinya. Mereka terusmenerus mengancam akan menyerang gereja. Tiba-tiba sekitar pukul terdengar dua kali suara tembakan dari arah belakang gereja. Terdengar teriakan, Kita serang! Kita serang! Mereka yang di dalam gereja yang menembak! Maka serentak semua yang bersenjata menembakkan senjatanya ke arah gereja. Orang-orang yang di dalam kompleks gereja berlarian dengan panik. Suara teriakan, tangisan bercampur suara tembakan senjata api dan sabetan-sabetan senjata tajam. Kepanikan menjadi-jadi karena ke arah gereja juga ditembakkan gas air mata. Pengungsi di luar rumah pastor berlarian ke segala a- rah, ada yang ke jalanan, ada yang ke rumah pastor. Di dalam rumah pastor suasananya kacau-balau. Serbuan dan tembakan gas air mata memaksa dua pastor, Pastor Rafael dos Santos dan Pastor Yoseph Daslan untuk keluar. Tentara segera membawa mereka ke Kodim. Di Kodim, Pastor Rafael melihat Bupati Leonito Martins, Komandan Kodim Letkol Asep Kuswandi, Kapolres Salopas, Ketua DPRD, Wakil Danrem 164 Kolonel Mudjiono. Seorang pengurus Mudika yang menyertai kedua pastor ke Kodim bahkan melihat Komandan Kodim menembakkan pistolnya. Begitu kedua pastor keluar, anggota milisi, TNI, dan Brimob menyerang habis-habisan. Mereka menembak membabi-buta ke arah gereja. Selanjutnya mereka bergerak maju memasuki gereja dan rumah tinggal pastor. Para pengungsi berteriak histeris. Sebagian penyerang bertopeng, ada juga yang memakai rambut palsu. Ada yang melihat milisi yang tidak bertopeng, tetapi mukanya hitam dan matanya merah. Orang-orang yang di dalam rumah pastor ditendang, dipukul, dibacok, dan ditembak. Dalam keadaan gelap Direito Mei

3 dan mata pedas karena gas air mata, orang-orang sulit mencari jalan untuk meloloskan diri. Apalagi jumlah mereka yang menyerang semakin banyak. Orang-orang yang bersembunyi di kamar mandi juga tidak selamat. Para penyerang juga ada yang masuk melalui atap rumah pastor. Penyerangan baru berhenti sekitar pukul empat sore, tetapi satu jam berikutnya penembakan baru berhenti. Darah berceceran di mana-mana. Para penyerang tidak pandang bulu. Siapa saja mereka hantam: laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak. Di antara korban terdapat seorang perempuan hamil. Ia dibunuh di dalam kamar mandi rumah pastor. Namun pastor yang kembali ke gereja setelah tembakan mereda tidak melihat adanya mayat. Yang terlihat hanya ceceran darah di kamar-kamar. Seisi rumah hancur. Sejumlah kesaksian menyatakan bahwa mayat-mayat dimasukkan ke truk Hino dan Vaskolante milik TNI untuk dikuburkan di tempat tersembunyi. Sebagian mayat dibuang ke laut di wilayah Kecamatan Maubara. Hasil investigasi Yayasan HAK sehari setelah insiden menunjukkan, korban yang mati lebih dari 40. Menurut Komandan Korem 164 Kolonel Tono Suratman, korban meninggal lima orang. António de Jesus, pegawai sipil Kodim, yang bersama dua orang lain disuruh mengangkut mayat ke atas dua truk yang telah disediakan tentara, mengatakan bahwa ia menghitung mayat yang diangkutnya. Seluruhnya 103. Di antaranya dua anak kecil sekitar 3-4 tahun, dan tiga orang perempuan dewasa. Penyerangan dan pembantaian di Gereja João de Brito Liquiça ini menimbulkan protes keras. Di Jakarta sejumlah organisasi non-pemerintah seperti FORTILOS, Tim Relawan untuk Kemanusiaan, ELSAM, dan FOR- MACI (Forum Mahasiswa Ciputat) menuntut diadakannya penyelidikan independen dan penarikan TNI dari Timor Lorosae. Dari luar negeri juga Foto: Istimewa Sekjen PBB Kofi Annan bersama korban pembantaian Liquiça. muncul reaksi keras. Tetapi Panglima TNI Jenderal Wiranto mengatakan bahwa kejadian tersebut karena kelompok pro-integrasi dan anti-integrasi bersikap emosional. Menurut penyelidikan KPP-HAM, pembantaian di Gereja Liquiça merupakan rangkaian peristiwa yang dimulai pada Hari Paskah 4 April Pada hari itu, Milisi BMP melakukan perusakan dan pembakaran rumahrumah milik orang-orang pro-kemerdekaan di Maubara. Setelah itu para pelaku melarikan diri ke Koramil 03 Maubara. Penduduk setempat yang marah lalu mengepung Koramil akan menyerbu dengan panah dan parang. Bentrokan berhasil dicegah oleh Pastor Rafael dos Santos. Tetapi 5 April, milisi bersama anggota Koramil dan polisi melakukan penyerangan dan penangkapan terhadap orang-orang pro-kemerdekaan. Dua orang meninggal akibat dibacok anggota milisi. Selanjutnya terdengar kabar bahwa Direito Utama milisi dari Maubara bersama tentara dan polisi akan menyerang Liquiça. Masyarakat Liquiça pun menuju perbatasan barat kota untuk mencegah penyerang masuk kota. Tetapi karena kekuatan yang tidak seimbang, milisi, TNI, dan polisi yang menyerang tidak bisa ditahan. Mereka masuk kota, membakar rumah-rumah tokoh pro-kemerdekaan. Di seluruh kota terdengar bunyi tembakan dari tentara dan polisi selama satu jam. Lebih dari seribu orang pergi meninggalkan rumah mencari perlindungan di Gereja João de Brito. Kejadian pembantaian di Gereja Liquiça ini adalah rangkaian dari kekerasan yang merajalela di Timor Lorosae setelah maraknya tuntutan referendum penentuan nasib sendiri. Menurut penyelidikan KPP-HAM (Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Timor Timur) yang dibentuk oleh Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) Indonesia, penyerangan ini adalah bagian dari serangan yang sistematis dan luas terhadap kelompok pro-kemerdekaan. Tujuannya adalah memenangkan opsi otonomi. KPP-HAM merekomendasikan a- gar para penanggungjawab operasioperasi kekerasan milisi-tni diadili, tidak hanya para pelaksana di lapangan. Untuk pembantaian Liquiça, laporan KPP-HAM secara khusus menyebutkan Komandan Kodim Liquiça Letnan Kolonel Asep Suwandi untuk diadili karena terlibat dalam rangkaian kekerasan di Liquiça sepanjang bulan April Komandan BMP Manuel de Sousa dan Bupati Liquiça Martins, serta beberapa staf Kodim juga disebut sebagai yang harus diadili. Tetapi, menurut Timbul Silaen kepada KPP-HAM, dari TNI tak ada tindakan apa pun terhadap anggotanya yang terlibat. *** 3 Direito Mei 2001

4 Direito Utama Sepak Terjang Milisi Besi Merah Putih Kelompok Besi Merah Putih diambil dari senjata rakitan dan senjata api pemberian militer Indonesia, yang ujungnya diikat dengan bendera merah putih. Direito Mei 2001 Kelompok Besi Merah Putih (BMP) dibentuk di Maubara, 27 Desember Pada awalnya hanya beranggotakan sekitar 100 orang, umumnya pemuda buta huruf yang berusia tahun. Pendirinya Manuel de Sousa, mantan anggota DPRD II Liquiça, periode dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang mendapat dukungan kuat dari Bupati Leonito Martins. Menurut laporan KPP- HAM, Manuel de Sousa adalah tokoh Gada Paksi (Garda Muda Penegak Integrasi), organisasi pemuda yang dibentuk, dilatih, dan didanai oleh Kopassus. Sebelum mendirikan BMP, Manuel de Sousa telah mendirikan kelompok Milisi Mahiti (Mati Hidup dengan Integrasi) dan Naga Merah. Pembentukan organisasi paramiliter ini diilhami oleh Cancio de Carvalho yang membentuk MAHIDI (Mati Hidup Integrasi Dengan Indonesia) di Desa Cassa, Distrik Ainaro. Suatu saat Manuel de Sousa pernah mengatakan bahwa pembentukan BMP dilakukan karena banyak penduduk yang diteror dan diintimidasi oleh kelompok pro-kemerdekaan. Seperti yang terungkap dalam pengakuan beberapa tokoh dan bekas tokoh prointegrasi seperti Tomás Gonçalves, jenderal-jenderal Indonesia adalah arsitek pembentukan milisi, yang tujuannya memenangkan opsi otonomi. Besi Merah Putih muncul sebagai salah satu milisi yang paling aktif melancarkan terornya dari Maubara. Nama Besi Merah Putih berasal dari senjata rakitan dan senjata api pemberian militer Indonesia, senjata tradisional (parang, tombak, dan panah) yang pada ujung-jungnya diikatkan bendera Indonesia Merah Putih. Anggota-anggota pertama BMP direkrut dari Gada Paksi yang telah lama melakukan kerjasama dengan BTT 143 dan Koramil 03 Maubara. Di Markas Koramil 03 Maubara pula BMP mendirikan markasnya. Beberapa anggota tentara yang berdinas di Koramil yang menjadi anggota BMP adalah Tome Diogo, Jacob, Domingos Kopas, Teovilho, Jose Ecali, Julio Gomes (asal Tibar), dan Tobias Maulaku. Dari anggota awal Gada Paksi itulah BMP melebarkan jaringannya dengan cara memaksa penduduk untuk bergabung. Banyak orang terpaksa mau menjadi anggota karena kalau menolak rumah mereka bisa dibakar dan dijarah. Untuk mengikat kesetiaan penduduk pada Indonesia, mereka melakukan upacara juramento, yaitu sumpah adat minum darah. Dalam upacara ini, biasanya hadir Muspida Kabupaten Liquiça dan aparat militer teritorial Batalyon 143. Maubara merupakan basis pertama BMP sebelum masuk Liquiça pada awal April Setelah kelompok ini dianggap mampu bergerak sendiri ditambah munculnya sorotan akibat terlalu menyoloknya peranan militer, Komandan Koramil Maubara Carlos Amaral mulai mengurangi peranannya. Hubungan BMP dengan TNI tampak pada penggunaan beberapa ruangan Koramil Maubara untuk markas BMP. Juga digunakannya pos-pos BTT. BMP juga mendapat dukungan pemerintah sipil. Camat Maubara ikut andil dalam mengembangkan kelompok ini dengan menyediakan alat transportasi. BMP memiliki pos hampir di setiap desa, bahkan di beberapa desa ada lebih dari satu pos. Misalnya di Desa Gugleur ada tiga pos, yaitu di aldeia Caicassa, Rainaba, dan Lebu Lau Tela. Dalam sepak terjangnya, BMP tidak segan-segan menyiksa atau membunuh orang-orang yang diketahui mendukung kemerdekaan. Kegiatan kelompok milisi ini mulai menonjol sejak Januari 1999, ketika mereka mendirikan pos-pos pemeriksaan sepanjang jalan Liquiça-Maubara. Setiap kendaraan yang melewati jalan Maubara mereka periksa. Tidak jarang mereka memotong paksa rambut laki-laki yang panjang. Laki-laki berambut panjang mereka anggap dari kelompok pro-kemerdekaan. Mereka juga dibekali daftar berisi nama-nama pendukung kemerdekaan yang menjadi target operasi militer. Pada 2 Februari, 15 orang anggota BMP menghadang sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang pegawai negeri dan melemparinya dengan batu. Pengemudi mobil berhasil melarikan diri, sedangkan mobil diambil oleh para penyerang. Pada 22 Februari, BMP menyerang Desa Lissa Dila, Desa Guicu, dan Desa Gugleur yang menyebabkan sekitar orang terpaksa mengungsi ke Desa Sare dan dataran Faularan. Serangan ini berawal dari sebuah undangan untuk menghadiri acara pengarahan dari Bupati Liquiça Leonito Martins. Acara tersebut dihadiri sekitar 200 orang penduduk Desa Guica Maubara. Ketika acara sedang berlangsung tiba-tiba datang serangan yang dilakukan oleh anggota BMP dengan dukungan dari pasukan Batalyon 143. Penduduk yang menghadiri acara berusaha mempertahankan diri sebisanya. Dalam serangan tersebut tiga orang anggota BMP meninggal sedangkan lima orang lainnya luka se- 4

5 biarawati bekerja untuk kelompok pro-kemerdekaan. Pada tanggal 4 April, kelompok ini mulai mengadakan perluasan ke wilayah Liquiça Kota dengan mengadakan penyerangan ke Desa Dato, tiga kilometer dari arah barat Liquiça Kota. Itu gara-gara penduduk Desa Dato dianggap sebagai pendukung kemerdekaan. Pada hari berikutnya serangan yang lebih besar datang dari arah Maubara ke Desa Dato dengan menggunakan parang dan tombak. Serangan yang meluas sampai ke Liquiça Kota itu setelah aparat Koramil 03 Maubara dan anggota TNI dari Kodim 1638 membantu pihak BMP. Pihak aparat secara terang-terangan menembak masyarakat yang berusaha bertahan sehingga menyebabkan lima orang meninggal dan puluh- Direito Utama ngan pembantaian di Kompleks Gereja Liquiça itu telah mengundang kecaman keras terhadap pemerintahan Indonesia, khususnya TNI yang tidak melindungi masyarakat, tetapi malah memberikan dukungan kepada kelompok milisi. Kecaman itu tidak mengubah dukungan militer Indonesia terhadap operas mereka. Dengan bebas mereka melakukan operasinya seperti menyerang rumah Manuel Carascallão di Dili pada 17 April dan menyerang Tim Kemanusiaan tanggal 4 Juli yang baru saja pulang dari memberikan bantuan kepada pengungsi di Sare dan Faularan. Setelah insiden di Gereja Liquiça, Leonito Martins mengeluarkan instruksi kepada kepala desa yang wilayahnya telah dikuasai BMP untuk mengirimkan warganya menjadi ang- rius. Empat penduduk setempat mengalami luka-luka. Tidak diketahui jelas berapa korban yang meninggal dari pihak pro-kemerdekaan. Setelah bentrok itu terjadi aksi pembakaran terhadap puluhan rumah yang diikuti dengan penjarahan terhadap bahan makanan dan binatang piaraan milik penduduk Desa Lissa Dilla, Gugleur, dan Guico yang ditinggalkan penghuninya. Manuel de Sousa dalam acara pengarahan yang dilakukan pada 10 Februari, menuntut kepada kelompok Milisi Besi Merah Putih ini agar: 1. Mencari tokoh-tokoh dari kelompok pro-kemerdekaan yang selama ini melakukan teror, intimidasi, dan memeras rakyat. 2. Mencari pimpinan Kelompok 11, 55, 77, dan Mencari dan mengutuk tokoh-tokoh kelompok pro-ke- Foto: Istimewa gota BMP. Martins menjanjikan kepada merdekaan dan anggotanya menuntut pihak CNRT gaji sebesar Rp 25 dan tokoh- tokohnya. ribu rupiah per hari. 4. Mencari dan menuntut pelaku pembunuh Kelompok BMP rakyat yang tidak bersalah. memiliki kekuatan satu batalyon. Se- 5. Menuntut mereka lain Manuel de Sousa yang membagikan beras selaku Koman- yang berasal dari Amerika dan Batalyon, Grangatakan Serikat dengan mesiano Filipe dan bahwa beras Elidio dos Santos itu hanya khusus bertindak sebagai dibagikan untuk pihak Wakil Komandan Anggota milisi dan jarahannya. kelompok pendukung Batalyon I dan II kemerdeka-an. an lainnya mengalami luka-luka. dengan kekuatan enam kompi. Masing-masing Pada 9 Maret BMP berhasil menguasai Dari data investigasi Yayasan kompi terdiri atas empat Maubara. Mereka melakukan HAK setelah kejadian, beberapa na- pleton. Ke-6 kompi itu adalah Kompi intimidasi dan teror terhadap mereka ma anggota TNI, seperti Koptu Abilio Ban di Liquiça, pimpinan Zacarias yang tidak sepaham, sehingga masyarakat Martins, Prada Domingos Kopas, Alves. ketakutan dan kemudian me- Serda Yakobus, Koptu Tobias, Koptu Kompi Mar di Maubara dipimpin ngungsi ke Liquiça. Penculikan dan Antonio Gomes Jacinto, Alberto dan Hermenegildo dos Santos; Kompi A pembunuhan terhadap pendukung kemerdekaan Teofilo yang bertugas di Kodim 1638 Vatuboro dipimpin oleh Marcelino A- pun terus dilakukan. Liquiça terlibat dalam penyerangan fonso; Kompi B Gugleur dipimpin o- Bahkan pada 16 Maret, mereka mengepung itu. leh Floriano da Silva; Marcelino Sobara. Biara Carmelita di Mau- Mereka juga mendukung serangan ares memimpin Kompi C Vaviquinia; Kelompok ini mengancam akan milisi terhadap kediaman rumah pastoral dan Kompi D Maubara Lissa di ba- membunuh setiap biarawati yang meninggalkan Paroki Liquiça pada keesokan wah pimpinan Faustino Filipe. Setiap biara karena menganggap harinya. Penyerangan yang diikuti de- kompi itu terdiri atas tiga regu yang 5 Direito 16 siap bertempur. *** 21 Mei 2001

6 Info Hak Asasi Keputusan Presiden Wahid Tidak Memiliki Yurisdiksi Berkaitan dengan desakan kepada pemerintah Indonesia agar mengadili para pelaku kejahatan terhadap kemanusian di Timor Lorosae sepanjang proses Konsultasi Popular lalu, Presiden Wahid pada 24 April lalu telah mengeluarkan Keputusan Presiden bernomor 53/ 2001 untuk membentuk pengadilan ad hoc. Tetapi yurisdiksi Keputusan Presiden itu hanya mencakup kasus-kasus pasca Konsultasi Popular. Sementara PBB menginginkan pengadilan harus mencakup seluruh kasus yang terjadi sejak Januari hingga Oktober Apakah itu bisa menjadi alasan untuk dibentuknya Pengadilan Internasional? Berikut komentar Patrick Anthony Burgess, Kepala Urusan Hak Asasi Manusia UNTAET kepada Direito. Apa pendapat Anda tentang pembentukan Pengadilan ad hoc yang hanya menjangkau kasus-kasus kejahatan terhadap kemanusiaan setelah Konsultasi Popular? Keputusan Presiden Nomor 53/ 2001 itu adalah untuk menyustifikasi pembentukan pengadilan hak asasi di Indonesia. Dan untuk kasus Timor Lorosae isi Keputusan itu hanya mencakup kasus-kasus pelanggaran hak asasi berat setelah Konsultasi Popular. Kasus pembantaian pengungsi di Gereja Liquiça dan kasus pembantaian di rumah Manuel Carasscallão yang terjadi pada April 1999 tidak terjangkau dalam Keputusan itu. Sebelumnya, Indonesia memang tidak memiliki yuridiksi untuk menangani kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia, baik yang terjadi di Indonesia maupun yang terjadi pada tahun 1999 di Timor Lorosae. Jadi Keputusan Presiden itu adalah upaya akomodatif dari pemeritahan Wahid terhadap berbagai tuntutan pengadilan hak asasi untuk mengadili pelaku pelanggaran kejahatan terhadap kemanusiaan di Indonesia, terutama yang terjadi di Timor Lorosae. Bagaimana mungkin keadilan akan ditegakkan jika kejahatan yang terjadi secara sistematis selama Konsultasi Popular, tetapi kemudian hanya akan diproses sebagian? Ada dua masalah berkaitan dengan Keputusan Presiden itu. Pertama, apa yang bisa dilakukan dengan kasus-kasus yang terjadi sebelum Konsultasi Polisi membiarkan milisi melancarkan Popular. Kedua, bagaimana kita memahami hubungan kasus-kasus yang terjadi setelah Konsultasi Popular dengan kasus-kasus yang terjadi sebelumnya. Kasus-kasus yang melibatkan staf PBB sebagai korban, seperti kasus pembunuhan atas beberapa staf lokal PBB dan penyerangan terhadap Polisi Sipil (CivPol) PBB di Liquiça? Menurut pendapat saya, kenyataannya, Direito Mei 2001 Keputusan Presiden itu jelas-jelas tidak memberi yuridiksi untuk menangani semua kasus tersebut. Itulah yang menjadi persoalan bagi kita sekarang. Dengan kenyataan itu apakah PBB bisa menuntut untuk segera dibentuknya Pengadilan Internasional mengingat... Keputusan Presiden itu baru saja dikeluarkan dan telah ada sedikit kebingungan di Indonesia sendiri mengenai apa arti keputusan itu. Pihak Kejaksaan Agung Indonesia awalnya mengatakan bahwa pengadilan ad hoc yang akan dibentuk akan menjangkau seluruh kasus pelanggaran hak asasi sebelum dan setelah Konsultasi Popular, 30 Agustus 1999 lalu sebagaimana yang diinginkan PBB. Tetapi belakangan Keputusan Presiden itu berisi sebaliknya. Menurut pendapat saya dua hal yang harus kita sikapi. Kita harus melihat dampaknya. Maksudnya, dampak dari Keputusan Presiden itu dan kemudian melihat kembali posisi PBB. Sampai saat ini posisi PBB ialah bahwa PBB masih menunggu pro- Foto: Charles Darapak 6

7 ses yang sedang diupayakan Indonesia. Saya mendengar, di Indonesia, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah membuat pernyataan bahwa harus ada perubahan pada Keputusan Presiden itu, untuk memastikan agar pengadilan hak asasi itu bisa juga mengadili kasus-kasus yang terjadi di Timor Lorosae sebelum 30 Agustus Jadi, kenyataan bahwa Keputusan Presiden itu tidak lengkap telah mendapat banyak kritikan. Saat ini kita sedang menhadapi suatu siatuasi yang kompleks dimana di Indonesia sendiri prosesnya lambat dan persoalan lain juga terjadi Timor Lorosae, yakni pengadilan di sini mengalami hambatan untuk mengadili para pelaku yang masih ada di Indonesia. Pengadilan kasus-kasus serious crime di Timor Lorosae tidak memiliki yuridiksi untuk memaksa pelaku-pelaku kejahatan yang sebagian besar ada di Indonesia untuk datang ke sini. Apa yang dilakukan untuk memecahkan persoalan seperti itu mengingat UNTAET dan pemerintah Indonesia pernah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU). Tetapi kenapa MoU itu tidak dimanfaatkan secara maksimal? MoU merupakan sebuah kesepakatan yang semata-mata hanya berkaitan dengan kerja sama di bidang proses penyelidikan. Artinya, hanya mengatur pertukaran saksi atau korban untuk proses penyelidikan, dan bukan proses untuk mengadili para pelaku itu. Pada saat ini kita mencoba melihat apa yang sedang terjadi di Jakarta. Jadi MoU itu tidak memilik yurisdiksi untuk membawa para pelaku di Indonesia untuk diadili di Pengadilan di Timor Lorosae. Berkaitan dengan Keputusan Presiden itu, saat ini kita terus memonitor perkembangan yang terjadi di Jakarta. Tetapi, saya pikir, jika Keputusan Presiden itu tidak diubah maka upaya untuk mengadili pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di Timor Lorosae yang berlangsung pada masa Indonesia tidak akan maksimal. Dan jika dilihat dari aspek hak asasi manusia jelas bahwa hal itu adalah sebuah persoalan besar. Serious Crime tidak mempunyai kekuatan untuk memaksa pelaku pelanggaran hak asasi manusia untuk datang ke Timor Lorosae. Korban kekersan TNI-milisi belum memperoleh keadilan. Lalu, bagaimana dengan hasil monitoring itu. Maksudnya, apakah Pemerintah Transisi hanya sebatas memonitor saja mengingat adanya alasan bahwa tanggungjawab dibentuk atau tidaknya sebuah Pengadilan Internasional hanya ada pada Dewan Kemanan PBB di New York? Keputusan untuk membentuk Pengadilan Internasional memang menjadi wewenang Dewan Keamanan PBB. Tadi saya telah menjelaskan bahwa posisi PBB sampai saat ini a- Foto: Istimewa Info Hak Asasi dalah masih memberi kesempatan kepada Indonesia, agar mereka bisa menangani kasus-kasus kejahatan terhadap kemanusiaan di Timor Lorosae. Tetapi saya pikir, jika proses di Indonesia itu berjalan tidak baik maka PBB pasti akan meninjau kembali keputusannya itu. Keputusan Presiden yang begitu terbatas itu tentu saja bisa menjelaskan, bahwa Indonesia memang tidak punya niat baik untuk menangani kasus kejahatan kemanusiaan di Timor Lorosae? Kita sedang mengamati perkembangan proses itu. Dan kita juga selalu melaporkan setiap perkembangan di sini maupun di sana kepada Kofi Annan, Sekjen PBB. Dengan cara itu kita mencoba memberi masukan kepada PBB agar reaksi PBB atas dikeluarkannya Keputusan Presiden tersebut tidak bertentangan dengan tuntutan atas keadilan. Menurut Anda bersediakah Indonesia mengubah Keputusan Presiden Wahid mengingat situasi politik di Indonesia cenderung memperkuat posisi kaum konservatif? Sangat penting yuridiksi yang luas bagi pengadilan hak asasi di Indonesia. Bukan untuk kepentingan pengadilan terhadap pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan di sini, tetapi penting bagi demokratisasi di Indonesia. Di Indonesia juga banyak kasus pelanggaran hak asasi. Pengadilan terhadap pelaku pelanggaran hak asasi di Indonesia akan berpengaruh pada perkembangan proses demokratisasi di Indonesia. Berjalannya demokrasi di Indonesia akan berdampak positif bagi Timor Lorosae. Keputusan itu harus diubah jika Indonesia tak menghendaki Pengadilan Internasional di Belanda. *** 7 Direito Mei 2001

8 Wawancara Galuh Wandita: Perlindungan Terhadap Saksi dan Korban Salah satu persoalan yang dihadapi peradilan kasus Serious Crime (kejahatan berat) di Timor Lorosae adalah sulitnya mendapatkan kesaksian dari para saksi atas insiden kekerasan sepanjang proses Konsultasi Popular, 1999 lalu. Sejumlah milisi pro-otonomi yang semula ditahan atas dakwaan terlibat kasus pembunuhan dibebaskan gara-gara kurangnya bukti dan saksi. Sementara dari Timor Barat tersebar berita, sebagian milisi yang kian dikecewakan para pimpinannya sesungguhnya ingin pulang. Mereka bersedia mengakui dosa-dosanya kepada pihak pengadilan tetapi hambatannya mereka belum mendapatkan jaminan atas keselamatan diri mereka dari aksi balas dendam masyarakat. Banyak saksi yang saat ini masih bertahan di Timor Barat, kata David Senior, investigator dari Unit Serious Crime UNTAET untuk kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan atau gender related crime (kejahatan yang berkaitan dengan masalah gender). Untuk kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan bukan hanya sulitnya mendapatkan saksi, tetapi korban pun sulit untuk memberikan kesaksian atas peristiwa yang menimpa mereka. Persoalan itu juga dialami oleh negara-negara wilayah pasca konflik. Hanya saja mereka telah mengambil langkah lebih maju dengan membentuk Sistem Perlindungan dan Dukungan Bagi Saksi dan Korban. Apakah sistem seperti itu bisa diterapkan di Timor Lorosae? Berikut wawancara Direito dengan Galuh Wandita, pegiat hak asasi asal Indonesia yang kini bekerja pada Unit Hak Asasi Manusia UNTAET untuk masalah gender dan kekerasan terhadap perempuan. Melihat fakta tidak adanya jaminan perlindungan terhadap saksi a- pakah di Timor Lorosae perlu regulasi tentang perlindungan terhadap saksi? Saya pikir itu sangat penting bagi Timor Lorosae. Ketika saya membaca beberapa regulasi UNTAET sesungguhnya untuk perlindungan terhadap saksi, terdapat satu pasal khusus dalam regulasi untuk mendirikan Pengadilan Serious Crime. Pasal yang sama juga ada dalam Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KU- HAP) versi UNTAET. Pasal itu mengatakan pengadilan harus menjamin keselamatan saksi, baik keselamatan fisik, kejiwaan dan sebagainya. Tetapi hanya satu pasal dan di situ disebutkan selanjutnya a- kan diatur dalam peraturan UNTAET, yang disebut sebagai directive. Di Indonesia mungkin sama dengan peraturan pemerintah yang sifatnya penjabaran dari pasal itu a- seseorang tidak mau bersaksi juga berhubungan dengan rasa frustasi... tau bersifat operasional. Jadi, peraturan jabaran itu tidak perlu melalui Dewan Nasional, tetapi cukup dikeluarkan oleh Sergio de Mello sebagai penguasa eksekutif. Kalau di Indonesia dikeluarkan oleh Presiden. Yang saya tahu sampai saat ini peraturan itu belum ada. Beberapa minggu yang lalu ada diskusi antar Unit Kejaksaan dengan Unit Hak Asasi Manusia UNTAET dan gender affair untuk mulai membahas tentang peraturan perlindungan terhadap saksi. Jadi, dari segi yuridis memang sangat kurang. Telah dicantumkan secara minimal dalam sebuah regulasi tetapi belum ada peraturan operasionalnya. Tentunya pekerjaan-pekerjaan perlindungan terhadap saksi seharusnya telah masuk dalam pekerjaan seharihari CivPol dan Polisi Timor Lorosae. Misalnya saya menjadi saksi atas sebuah kasus dan kemudian ada yang datang untuk mengancam saya sehubungan dengan kesaksian saya itu, seharusnya saya bisa juga melaporkan ke polisi. Pihak polisi seharusnya memberikan perlindungan. Itu teorinya. Tetapi yang terjadi di Timor Lorosae sekarang adalah masalah klasik. Masalah yang kita tahu bahwa sumber daya polisi tidak cukup, ada masalah komunikasi karena perbedaan bahasa dengan CivPol dan polisi-polisi yang baru direkrut masih belum berpengalaman. Jadi, semua itu merupakan masalah tambahan selain karena tidak adanya kepastian perlindungan terhadap saksi. Masalah orang tidak mau memberi kesaksian juga berhubungan dengan rasa frustasi masyarakat akibat mereka tidak melihat ada pemajuan dalam proses di pengadilan. Sebagian lagi masyarakat memang belum berpengalaman dengan proses investigasi. Khususnya untuk masalah kekerasan Direito Mei

9 terhadap perempuan. Perlindungan terhadap saksi sangat penting bukan hanya untuk tindak kejahatan berat, tetapi juga untuk kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang disebut sebagai tindak pidana biasa (ordinary crime). Sistem perlindungan terhadap saksi sangat penting untuk kasus-kasus incest, kekerasan dalam rumahtangga, dan perkosaan. Seseorang akan sangat takut untuk menceritakan apa yang terjadi pada dirinya jika kemudian ia bisa terancam oleh pelaku. Selain perlindungan terhadap saksi secara yuridis juga ada dukungan bagi saksi. Apakah itu juga diperlukan di sini? Di negara-negara maju biasanya ada departemen khusus yang mendukung korban. Di Australia, misalnya, saya tahu ada proses di mana saksi bisa meminta kompensasi darurat. Ini juga bagi korban. NGO biasanya memainkan peran yang sangat kuat dalam memberikan dukungan bagi saksi atau korban, baik untuk korban perkosaan atau kasuskasus kekerasan dalam rumah-tangga. NGO di banyak negara memainkan peran pendampingan bagi korban. Saya pikir sebagian NGO di Timor Lorosae telah memainkan peran itu meskipun jika dibandingkan dengan persoalannya dan kebutuhannya masih sangat kurang. Tetapi itu tidak berarti hanya dilakukan oleh NGO. Negara harus tetap bertanggungjawab. Konsep yang sama dengan disediakannya public defender di pengadilan. Negara memberi sumber daya, a- gar tersedia pengacara bagi pencari keadilan yang miskin. Meskipun dukungan terhadap korban dan saksi telah dijalankan oleh beberapa NGO di sini tetapi tetap perlu ada satu divisi khusus di sebuah pemerintahan, a- pakah itu di bawah kejaksaan atau polisi. Semua itu penting dalam usaha mendapatkan rasa keadilan di Timor Lorosae. Tadi Anda menjelaskan bahwa usaha untuk membahas peraturan operasioanal perlindungan terhadap saksi macet... Saya pikir tekanan dari teman-teman NGO dan teman-teman yang aktif memantau proses pengadilan penting Korban kekerasan milisi-tni berhak atas perlindungan dan pemulihan. sekali untuk mendorong proses pembentukan peraturan yang dimaksud. Karena jika peraturan itu terbentuk dalam Masa Transisi itu akan meringankan tugas pemerintah mendatang. Jangan lupa bahwa pemerintahan Timor Lorosae yang baru nanti akan punya banyak tekanan. Jadi kalau pada Masa Transisi kita berhasil membuat peraturan operasional yang terkait dengan perlindungan terhadap saksi dan korban maka itu akan meringankan beban bagi bangsa Timor Lorosae di masa yang akan datang. Itu artinya pemerintahan mendatang tinggal meneruskan apa yang telah dibentuk pada Masa Transisi sambil menambah atau mengurangi beberapa bagian yang dianggap tidak kontekstual. Apalagi peraturan yang dimaksud sifatnya peraturan pemerintah Wawancara yang tidak terlalu sulit karena prosesnya tidak seperti membuat undangundang. Itu jika UNTAET memang berpikir untuk membentuknya. Jadi saya setuju selama Masa Transisi teman-teman NGO harus mampu mendorong semaksimal mungkin proses pengambilan satu kebijakan dari UN- TAET agar mereka segera membuat peraturan operasional tentang perlindungan terhadap saksi dan korban. Selain peraturan itu Foto: Firdia/AP Saya pikir di Timor Lorosae juga sudah harus memikirkan tentang pembentukan sebuah lembaga pelayanan publik yang secara terus-menerus dan konsisten memberikan perlindungan dan dukungan terhadap saksi dan korban. Kita bisa belajar dari negara-negara lain yang telah melakukannya. Pengalaman di sana menunjukkan, lembaga-lembaga seperti itu sangat membantu proses penegakan keadilan. Dan lembaga seperti ini harus bekerjasama dengan NGO, Gereja dan masyarakat. Apa fungsi lembaga semacam itu? Antara lain, memberikan kompensasi. Hanya harus diciptakan kriteria atau syarat untuk menentukan kasus a- pa seorang korban atau saksi mendapatkan kompensasi. Tidak mungkin seseorang yang jatuh dari motor mendapat kompensasi gara-gara helmnya pecah. Saya yakin, setiap orang di sini pernah menjadi korban karena pembantaian masa lalu dan konflik internal. Nah, tidak mungkin semua korban itu mendapat kompensasi karena sumber keuangan dari pemerintah Timor Lorosae mendatang masih sangat minim. *** 9 Direito Mei 2001

10 Kesaksian Orang Berlindung di Gereja Berikut ini adalah kesaksian Padre Rafael dos Santos, Pastor Paroki Liquiça, yang disampaikan pada Rabu, 7 April 1999 di rumah Uskup Belo di Lecidere, Dili. Kesaksian ini pernah dimuat pada buletin Avante! No. 1/Minggu IV/April Pertama-tama kami dua, Padre Rafael dos Santos dan Pastor Jose Daslan, Pr. berada di tempat, mulai Senin sampai Selasa, 5-6 April. Orang dari Kecamatan Liquiça Kota pro-kemerdekaan tidak mau diganggu oleh orang pro-integrasi dari Kecamatan Maubara. Wilayah Maubara yang khusus untuk warga BMP jangan bergerak ke Liquiça. Karena warga BMP ke Liquiça Kota pada Senin, 5 April maka warga Kecamatan Liquiça berusaha untuk menghadangnya. Pagi-pagi (5 April) warga Liquiça telah berada di daerah perbatasan untuk menghadapi BMP dengan senjata tradisional, seperti panah, parang, dan tombak. Waktu itu memang tampak BMP yang berjalan di tengah jalan raya di daerah perbatasan antara Maubara-Liquiça Kota. Tetapi kenyataannya, tampak dari kiri kanan jalan raya adalah para anggota Koramil dari Maubara. Itu di bawah kepemimpinan Dandim 1638 Liquiça, Asep Kuswanto. Enam orang ditembak. Para pemuda dari Liquiça Kota mau melawan dengan panah dan tombak, tetapi dari kiri kanan mengeluarkan tembakan senjata sehingga mengenai tujuh orang pemuda. Sekarang mereka dirawat di Poliklinik di Dili. Pukul di seluruh Kota Liquiça terdengar bunyi tembakan. Tembakan itu dilakukan oleh anggota Kodim Liquiça dan anggota Polres Liquiça. Akibatnya, rakyat takut sehingga mereka lari ke gereja. Sesudah bunyi tembakan itu, baru BMP masuk ke Kota Liquiça dengan teriakan. Bahkan seluruh BMP masuk ke Kodim Liquiça. Itu bagaimana? Siapa di belakang itu? Di lain tempat saya tidak tahu, tetapi di Liquiça itu persis anggota Kodim Liquiça yang di belakang itu. Kemarin (Selasa, 6 April) yang menyelamatkan saya dari rumah adalah orang berpistol. Waktu itu, anggota Brimob datang dan mengelilingi pagar gereja. Katanya mau mengamankan pastor dan rakyat. Saya tidak tahu. Sekitar pukul 13.00, anggota BMP mau menyerang rakyat yang berada di dalam rumah pastoran dalam lingkungan gereja. A- walnya, aparat menembak gas air mata ke dalam gereja. Lalu disusul dengan tembakan sporadis ke atas. Para anggota Brimob menembak ke atas sedangkan BMP menembak ke arah rakyat di dalam lingkungan gereja. Tembakan Brimob ke atas itu justru memberikan kesempatan kepada BMP untuk masuk ke dalam lingkungan Gereja, lalu BMP mulai membantai rakyat dengan panah dan tombak. Rakyat yang terkena gas air mata itu lari keluar dari dalam rumah pastoran dengan mata tertutup, lantas anggota BMP langsung potong-potong rakyat yang sedang terkena gas air mata itu. Itu namanya pembunuhan. Tujuan mereka adalah membunuh semua rakyat yang berada di lingkungan Gereja. Mereka yang berada di atas loteng rumah dan bersembunyi di kamar mandi dan kamar saya dibunuh habis. Mereka adalah Kepala Desa Dato, Jacinto da Costa Conceicao Pereira, Agustinho, Victor, Leovirgildo (pelajar SMA III) dan Lucio. Sebelumnya, Laurindo, kepala Perikanan Tingkat II Liquiça dan Herminio dibunuh di rumahnya oleh anggota Koramil Maubara. Otak pembunuhan itu tidak berpakaian tentara dari Jawa, tetapi tentara putra daerah. Hanya tentara tertentu yang diberikan senjata dan bergabung Direito Mei 2001 dengan BMP untuk membunuh rakyat. Saya dengan Padre Jose juga mau ditembak, tetapi senjata api tradisional BMP tidak meledak. ABRI menuduh bahwa ada dua senjata di dalam rumah. Lalu saya jawab kepada dua orang anggota polisi bahwa Jacinto dan putranya ketika masuk ke lingkungan gereja hanya membawa parang. ABRI bilang bahwa ada dua senjata itu hanyalah alasan mereka (BMP dan tentara) untuk membunuh semua rakyat di lingkungan gereja. Maksud BMP ke Kota Liquiça itu untuk membunuh semua pemimpin prokemerdekaan di Liquiça. Rakyat yang berlindung di lingkungan gereja sebanyak orang lebih. Saya lihat secara langsung korban tewas tergeletak di rumah pastoran itu ada tujuh orang. Pasalnya, setelah kami berdua dibawa ke kantor Kodim baru terjadi pembunuhan lebih sadis dan brutal. Kalau Danrem Tono bilang hanya lima orang yang terbunuh lantas pemuda dan orang tua yang dibunuh di luar rumah pastoran itu bagaimana? Masalahnya, sekarang mayat-mayat itu tidak tahu ada di mana. Saya tidak tahu. Pada malam harinya, saya dengar bunyi kendaraan Hino di gereja. Bagaimanapun kita harus tahu di mana mayat-mayat yang dibunuh itu. Saya pulang dari Kodim sekitar pukul Saat saya tiba di rumah, mayat-mayat itu tidak ada. Yang tersisa hanya ceceran darah di kamar-kamar, termasuk kamar tidur saya juga penuh darah. Sementara uang Rp milik SMPK Katholik Liquiça yang disimpan oleh Padre Jose Daslan juga hilang. Uang derma di celengan juga hilang. Juga sepeda motor Padre Jose dan beberapa mobil pribadi milik rakyat juga diambil lalu dibawa ke Maubara. Semua dokumen yang disimpan dalam lemari juga dirusak. Pokoknya seisi rumah pastoran dihancurkan. Peristiwa pembantaian dan penjarahan itu harus ditanggung oleh ABRI dan Pemerintah. *** 10

11 Jose Menezes: Saya Menyerah...! Saya, Jose Menezes (40), pegawai Departemen Penerangan Liquiça. Dalam perjalanan dari kantor, 5 April 1999, saya melihat tentara di Kodim 1638 Liquiça bersenjata lengkap. Di rumah, saya mendapat informasi, milisi BMP dari Maubara menyerang yang mengakibatkan dua pemuda dirawat di rumah sakit. Situasi semakin memanas. Sekitar pukul saya dan keluarga mengungsi ke gereja, sekitar 100 meter dari rumah kami. Ternyata sudah banyak orang di sana, yang berlindung di lingkungan gereja. Ketika itu masyarakat masih terus berdatangan. Dari dalam gereja kami mendengar suara tembakan. Kami diam dan berdoa. Saya dan seorang teman sempat berkata, Kita harus melarikan diri. Tetapi Jacinto, Kepala Desa Dato, dan Agustinho melarang. Saya masih ingat mereka mengatakan, Dalam perang kita harus menderita dan mungkin harus mati. Pada 6 April setelah mendengar suara truk tak lama kemudian terdengar orang berteriak, Kalian tunggu di sini. Jam satu kami akan serang kalian, kalau tidak percaya tunggu saja nanti! Dari dalam kediaman Pastor kami melihat para milisi membawa senjata rakitan dan samurai. Mereka berjalan ke sana ke mari sambil minum bir dan merokok. Sekitar pukul Eurico Guterres dengan empat orang pengawalnya datang menemui Pastor Rafael. Tak lama kemudian Eurico pergi. Sekitar satu jam kemudian ia kembali datang. Eurico kelihatan berbicara dengan Pastor. Di teras rumah Pastor ia berkata, Kami dari Maubara datang untuk menyerang Gereja Liquiça, karena orang-orang kami bersembunyi di dalam. Kata-kata itu terus diulangi. Setelah Eurico pergi polisi memaksa kami untuk keluar dari gereja. Tetapi yang keluar hanya perempuan dan anak-anak. Penyerangan diawali dengan dua kali tembakan yang diikuti dengan tembakan gas air mata. Saya segera ke ruang makan untuk mencari anakanak saya. Tetapi hanya melihat anak bungsu saya, Caniziu, digendong kakak perempuan saya. Di tengah-tengah orang-orang yang saling berhimpitan saya masuk ke ruang tidur Pastor sambil menggendong Caniziu. Milisi mengikuti briefing. Foto: Istimewa Melihat orang mencoba masuk Pastor Rafael mengatakan, Jangan masuk. Tempat sudah penuh! Di dalam ruangan itu saya melihat ada orang yang naik ke atas plafon. Saat melompat ke luar lewat jendela untuk menyelamatkan diri, tiba-tiba seseorang yang tidak saya kenal membacok leher saya. Saya menyerah. Saya menyerah! Saya berusaha berjalan, tetapi baru beberapa langkah milisi yang bernama Maurego mendatangi saya, Berikan anak itu, berikan anak itu! Saya berusaha memeluk erat anak saya. Saya tidak mau bicara karena takut darah keluar semakin banyak. Melihat Maurego tidak bereaksi saya terus berjalan. Ketika itu saya melihat Cezar dos Santos, pemuda dari Maubara dibacok oleh BMP ketika akan lari. Beberapa langkah kemudian saya bertemu dengan Fernando Lakubau, yang saya tahu anggota BMP Maubara. Dia berkata, Biarkan dia. Dia sudah tidak bisa hidup lagi. Lihat lehernya hampir putus. Saya hanya bisa Kesaksian diam. Saya mulai berjalan kembali. Di depan Kantor Kecamatan Liquiça saya melihat Joao Luo Mesa dan dua orang milisi BMP menikam dua pelajar SMA. Samar-samar saya mendengar, Tikam mereka. Bacok mereka! Saya terus berjalan sampai a- khirnya terjatuh di dekat rumah keponakan saya, Agustinho. Ia mengangkat dan menyembunyikan saya di bawah tempat Oratori sedangkan anak saya diberikan pada istrinya. Saya mendengar dia bertanya, Jose, Jose kenapa kamu jadi begini? Agustinho segera memanggil O- na dan Ana Maria, bidan yang tinggal di dekat sana. Ketika sedang menjahit luka saya, salah seorang di antara mereka berkata, Kakak jarumnya patah. Ya, Tuhan! Apakah ada jarum cadangan, kata saya dalam hati. Darah terus mengalir. Lebih baik kita bawa ke Rumah Sakit Liquiça, kata Agustinho. Dia membawa saya ke rumah sakit dengan motor. Di sana luka saya diobati oleh mantri. Obat yang diberikan hanya Antalgin dan Kloroquin. Saya hanya bisa berdoa semoga selamat. Tome Diogu, anggota Koramil 03 Maubara datang ke rumah sakit, berseragam loreng militer dengan dengan senjata dan granat. Untung waktu itu saya tidak lihat kamu. Kalau saya lihat kamu pasti kamu tidak akan selamat, katanya pada saya. Dia memandangi saya lalu mengatakan, Sekarang saya pergi dulu. Kalau dia datang lagi, kata saya dalam hati, mungkin saya akan mati. Tengah malam saya mendengar suara anjing menggongong. Seorang mantri, Guilherme datang dan memanggil-manggil saya, Jose, Jose mereka datang lagi. Ia berbisik, Baru saja mereka datang membawa enam orang tanpa kepala dan hanya bercelana dalam. Guilherme tidak tahu ke mana korban itu dibawa dengan mobil Hino. Keesokan harinya saya dibawa ke Rumah Sakit Umum Bidau, Dili untuk mendapatkan perawatan. *** 11 Direito Mei 2001

12 O p i n i Impunitas dan Dampaknya Bagi Penegakan Hak Asasi (1/2) Penyebab Impunitas Pembicaraan tentang impunitas mengundang perhatian orang untuk mempertanyakan beberapa hal. Salah satu pertanyaan penting adalah mengapa impunitas itu terjadi, dan bahkan pada tingkat tertentu membentuk suatu lingkaran setan yang sulit diputus. Impunitas hampir terjadi dalam pola yang sama dari satu tempat ke tempat yang lain. Impunitas pada saat pertama dapat terjadi karena suatu faktor, tetapi kemudian berkembang menjadi suatu lingkaran tak terputus karena kombinasi berbagai faktor lain yang saling berhubungan. Jika hukum dilihat sebagai alat sekaligus mekanisme untuk meminta pertanggungjawaban bagi suatu tindakan pelanggaran, pertanyaan pertama yang harus diajukan dalam kaitannya dengan impunitas adalah seberapa baik alat dan mekanisme itu untuk memastikan pertanggungjawaban. Sistem hukum tertentu tidak mengakui tindakan tertentu sebagai kejahatan. Sebaliknya, terdapat hukum di negara tertentu yang menganggap tindakan tertentu, yang sebetulnya sah menurut pandangan internasional, sebagai tindak kejahatan. Contoh yang paling nyata adalah hukum Indonesia, yang hingga akhir-akhir ini mengganggap pengungkapan pandangan pooleh Tim Divisi Advokasi Kebijakan Impunitas merupakan sebuah topik yang luas dibicarakan dan terus menjadi persoalan yang hidup, bahkan di negara-negara yang mempunyai tradisi hukum yang kuat. Impunitas terjadi ketika negara atau penguasa hukum gagal menjalankan fungsinya untuk memproses secara hukum serta menjatuhkan hukuman bagi pelaku tindak kejahatan. Dalam banyak hal, impunitas umumnya dibicarakan dalam kaitannya dengan kegagalan meminta pertanggung-gugatan pelaku pelanggaran hak asasi. Penekanan memang banyak diberikan kepada kasus-kasus pelanggaran hak asasi, karena keseriusan dampaknya terhadap para korban, tetapi sebetulnya impunitas mencakup setiap kegagalan berfungsinya hukum dalam melindungi korban tindak kejahatan dengan membiarkan pelakunya bebas dari tanggungjawab apa pun. Dalam kaitannya dengan kasus-kasus pelanggaran HAM, impunitas merupakan persoalan bagi hampir semua negeri yang pernah menjalani masa kediktatoran atau penjajahan oleh kekuatan asing. Negara-negara Amerika Latin, seperti Chile, Argentina, Mexico, dan Guatemala merupakan contoh negara-negara yang pernah menderita kasus-kasus pelanggaran hak asasi berat di bawah pemerintah otoriter dan hingga sekarang masih berurusan dengan masalah impunitas. Bagi rakyat Timor Lorosae, impunitas merupakan suatu kenyataan yang telah dialami sejak masa penjajahan selama berabad-abad. Selama masa penjajahan, rakyat dijadikan korban dari hampir semua tindakan yang tidak menghormati hukum dan hak asasi manusia. Dan dalam banyak kasus, meskipun tindakan-tindakan tersebut, bahkan jelas-jelas bertentangan dengan hukum kolonial sendiri, para pelaku tetap bebas mengulangi tindakannya dan terbebas dari jangkauan hukum. Hukum dan aparat penegak hukum bukan melindungi rakyat dan menghantarkan keadilan, tetapi justru berfungsi menekan rakyat. Selama pendudukan Indonesia, hukum digunakan secara efektif untuk mengesahkan opresi dan menegakkan pendudukan itu sendiri. Pengungkapan secara damai dan demokratis pandangan-pandangan yang mengeritik opresi dan menuntut perubahan justru dipidana. Dengan pasal pamungkas anti subversi banyak pegiat kemerdekaan Timor Lorosae dipenjarakan. Rakyat menjadi korban dari penguasa kolonial dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Dalam keadaan itu, rakyat tidak dapat mengandalkan hukum dan aparat penegak hukum. Hukum justru merupakan sesuatu yang ditakuti dan dihindari. Hukum jelas memihak dan membenarkan tindakan apa pun yang mendukung pendudukan. Direito Mei

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT TUNTUTAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN UNTUK MANTAN MENTERI PERTAHANAN INDONESIA, KOMANDAN MILITER TERTINGGI INDONESIA DAN GUBERNUR TIMOR LESTE Resolusi

Lebih terperinci

PROGRESS REPORT IX. Pemantauan Pengadilan HAM Ad Hoc Perkara Pelanggaran HAM berat di Timor-timur. Jakarta, 20 Desember 2002.

PROGRESS REPORT IX. Pemantauan Pengadilan HAM Ad Hoc Perkara Pelanggaran HAM berat di Timor-timur. Jakarta, 20 Desember 2002. PROGRESS REPORT IX Pemantauan Pengadilan HAM Ad Hoc Perkara Pelanggaran HAM berat di Timor-timur Jakarta, 20 Desember 2002. KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN TANPA PENANGGUNG JAWAB Lembaga Studi dan Advokasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Pembantaian di Gereja Suai

Pembantaian di Gereja Suai Pembantaian di Gereja Suai 836. Salah satu pembantaian yang paling buruk terjadi di Gereja Nossa Senhora do Rosario pada tanggal 6 September di Suai. Pembantaian ini adalah aksi pembunuhan massal yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2001/11

REGULASI NO. 2001/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2001/11 13

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/14

REGULASI NO. 2000/14 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa- Bangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/14 10

Lebih terperinci

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration in East Timor NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2002/2 5 March 2002 REGULASI NO.

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/09

REGULASI NO. 2000/09 UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration in East Timor NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/9 25 February 2000 REGULASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS

AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS AMNESTY INTERNATIONAL SIARAN PERS Tanggal Embargo: 13 April 2004 20:01 GMT Indonesia/Timor-Leste: Keadilan untuk Timor-Leste: PBB Berlambat-lambat sementara para pelaku kejahatan bebas berkeliaran Pernyataan

Lebih terperinci

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet.

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet. LAMPIRAN a. Pra Pristiwa 1. Bahwa berdasarkan penuturan adik korban, korban memiliki hubungan pertemanan bersama salah satu pelaku, Abiatar. Mereka seringkali minum sagero 1 bersama. Abiatar kerap meminta

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG !"#$%&'#'(&)*!"# $%&#'''(&)((* RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/8 TENTANG PENDIRIAN REZIM UNTUK MENGATUR LALU LINTAS DI TIMOR LOROSAE

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/8 TENTANG PENDIRIAN REZIM UNTUK MENGATUR LALU LINTAS DI TIMOR LOROSAE UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration Unies in East Timor UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Nations au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/8 Juni 26 2001 REGULASI NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2009 POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN

Lebih terperinci

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR UNITED NATIONS NATIONS UNIES United Nations Transitional Administration Administration Transitoire des Nations Unies in East Timor au Timor Oriental UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/1 TENTANG PENDIRIAN TENTARA NASIONAL TIMOR LOROSAE

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/1 TENTANG PENDIRIAN TENTARA NASIONAL TIMOR LOROSAE UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration Unies in East Timor UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Nations au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/1 Januari 31 2001 REGULASI NOMOR

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya. Keberanian Pagi itu di pedesan Kaliurang udara tampak sejuk dan embun pagi mulai pupus. Pada hari pahlawan 10 November tahun dimana kita mengingat perjuangan para pahlawan Indonesia. Ibu Malino sedang

Lebih terperinci

Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim. Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim

Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim. Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim Pengantar Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim Tak ada yang meragukan bahwa rangkaian peristiwa yang terjadi menjelang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2014 POLHUKAM. Saksi. Korban. Perlindungan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bagian 2: Mandat Komisi

Bagian 2: Mandat Komisi Bagian 2: Mandat Komisi Bagian 2: Mandat Komisi...1 Bagian 2: Mandat Komisi...2 Pendahuluan...2 Batasan waktu...3 Persoalan-persoalan dengan relevansi khusus...3 Makna berkaitan dengan konflik politik...3

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini? Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus beraksi dalam beberapa bulan terakhir di Papua. Aparat keamanan dan kepolisian jadi sasaran, termasuk warga sipil. Sudah banyak korban yang tewas karenanya, termasuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja

Lebih terperinci

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS Di dunia ini Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan status sosial yang berbeda dalam masyarakat mereka, dan Komisi diharuskan untuk memahami bagaimana hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae PERSERIKATAN BANGSA-BANGS Administrasi Transisi Perserikatan Bang bangsa di Timor Lorosae UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Natio Unies in au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/3 16 March

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN INISIATIF DPR RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN INISIATIF DPR RI Seri Advokasi kebijakan # Perlindungan Saksi RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN INISIATIF DPR RI Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jalan siaga II No 31 Pejaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tanggal 1 Agustus Presiden Republik Indonesia,

PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tanggal 1 Agustus Presiden Republik Indonesia, PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tanggal 1 Agustus 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] BERADA DI TENGAH-TENGAH AKSI TERORISME i [Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] Bukanlah hal yang diduga bila suatu waktu anda tiba-tiba berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Lebih terperinci

K E P E N D U D U K A N

K E P E N D U D U K A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG K E P E N D U D U K A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk kelancaran, ketertiban

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 27 TAHUN 1983 (27/1983) Tanggal : 1 AGUSTUS 1983 (JAKARTA)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/11

REGULASI NO. 2000/11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/11 6 Maret

Lebih terperinci

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Rabu, 28 September 2016, Taryana Hassan, Direktur Riset Krisis dan Bencana di Lembaga Amnesty Internasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana militer yang paling banyak dilakukan oleh anggota TNI, padahal anggota TNI sudah mengetahui mengenai

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 (Staatsblad 1883-188) tentang

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR KEPRESIDENAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PRUSEDUR PENCEGAHAN KONFLIK, PENGHENTIAN KONFLIK DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka Lampiran Terjemahan resmi ini telah disetujui oleh delegasi RI dan GAM. Hanya terjemahan resmi ini yang Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto: Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana.

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana. Konstitusi adalah... hukum dasar suatu negara. Konstitusi adalah

Lebih terperinci

Kantor Wakil Jaksa Penuntut Umum untuk Kejahatan Berat Timor Leste. INFORMASI TERKINI BAGIAN KEJAHATAN BERAT X/03 22 December 2003

Kantor Wakil Jaksa Penuntut Umum untuk Kejahatan Berat Timor Leste. INFORMASI TERKINI BAGIAN KEJAHATAN BERAT X/03 22 December 2003 Kantor Wakil Jaksa Penuntut Umum untuk Kejahatan Berat Timor Leste INFORMASI TERKINI BAGIAN KEJAHATAN BERAT X/03 22 December 2003 SCU: PENYELIDIKAN DAN PENUNTUTAN Bagian Kejahatan Berat (SCU) didirikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan upaya

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999 KLP: RUU KKR-1999 KOMPAS - Senin, 28 Jun 1999 Halaman: 1 Penulis: FER/AS Ukuran: 5544 RUU HAM dan Komnas HAM: Jangan Hapuskan Pelanggaran HAM Orba Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci