POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010"

Transkripsi

1 POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi TAHUN PELAJARAN 2009/201 OLEH : VERONICA SUMININGSIH NIM : Oleh : Agnes Asri Ria M DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

2 perpustakaan.uns.ac.id ii

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut. Surakarta, 23 Desember 2011 Agnes Asri Ria M iii

4 POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 INTISARI Penyakit infeksi merupakan penyakit utama yang melanda masyarakat negara-negara berkembang. Dewasa ini penyakit infeksi masih menduduki peringkat teratas diantara penyakit-penyakit yang menyerang penduduk Indonesia. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik. Antibiotik termasuk kelompok obat yang paling sering digunakan untuk mengurangi penyakit infeksi. Banyaknya jenis antibiotik menjadikan hal tersebut perlu dikaji untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik yang digunakan untuk infeksi saluran kemih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Januari sampai Desember Data diperoleh dari rekam medis pasien infeksi saluran kemih periode Januari sampai Desember 2010 di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif non analitik. Data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi diambil secara retrospektif. Hasil pengumpulan data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dengan Microsoft Office Excel 2007 untuk mengetahui gambaran pasien yang meliputi usia, jenis kelamin, terapi antibiotik yang diberikan, lama pemberian antibiotik dan lama perawatan. Data yang diperoleh dibandingkan dengan standar Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun Kata Kunci : antibiotik, Infeksi Saluran Kemih (ISK), RSUD Dr. Moewardi Surakarta. iv

5 THE PATTERN OF THE ANTIBIOTICS USED IN HOSPITALIZED PATIENS WITH URINARY TRACT INFECTION IN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIOD JANUARY - DECEMBER 2010 ABSTRACT Infectious diseases was the major diseases that plagued the people of developing countries. Today, infectious diseases still ranked among the top diseases affecting the population of Indonesia. Urinary tract infections was one of the types of infections were most often found in clinical practice. Antibiotics, including a group of drugs most often used to reduce infectious diseases. Study about the pattern of antibiotic used in urinary tract infections was important because there are many kind of antibiotics was used. This research aims to determine pattern of antibiotics use in patient with urinary tract infection in RSUD Dr. Moewardi Surakarta from January to December Data obtained from the patient's medical record urinary tract infection period January to December 2010 at the RSUD Dr. Moewardi. It was non experimental and descriptive non analytic research. Medical record data that matchs the inclusion criteria was taken by retrospective. The results of the compilation of data obtained were analyzed in a way descriptive with Microsoft Office Excel 2007 to see the description of the patients are age, gender, antibiotic treatment was given, and the long duration of antibiotic treatment. Data were compared with the standard Guidelines for the Clinical Care of Urinary Tract Infection in 2005 and the Clinical Practice Guidelines Urinary Tract Infection in Key Words : Antibiotics, Urinary Tract Infection, RSUD Dr. Moewardi Surakarta v

6 MOTTO Masalah-masalah serius dalam hidup tidak pernah terpecahkan dengan tuntas, Arti dan bentuk sebuah masalah tidak terletak pada pemecahannya, tetapi pada cara kita menghadapinya terus-menerus. - Saya tidak tahu bagaimanan hidup anda nantinya, namun yang saya tahu betul adalah: diantara anda semua, yang akan bahagia hanyalah mereka yang mencari dan menemukan bagaimana melayani. -Pidato pengukuhan Dr. Albert Schweitzer- Saya yakin bahwa hidup ini terdiri dari 10% apa yang terjadi pada kita, dan 90% cara kita bereaksi terhadapnya. -Charles Swindoll- vi

7 PERSEMBAHAN Tugas akhir ini saya persembahkan untuk keluarga besar saya terutama kedua orang tua yang sudah mendukung dengan material maupun spiritual serta sahabat-sahabatku tercinta yang senantiasa memberi semangat dan dukungan yang luar biasa. vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah atas segala limpahan berkat yang senantiasa tercurah bagi penulis dan kita semua sehingga atas ijin-nya penulis dapat menyelesaikan tugas akh Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Rawat Inap Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari-Desember 2010 Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Diploma III Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Ir. Ari Handono Ramelan, M. Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ahmad Ainurrofiq, M. Si., Apt. selaku Ketua Program D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Nestri Handayani, M. Si., Apt. selaku pembimbing tugas akhir yang telah memberikan masukan dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. 4. Rita Rakhmawati, M. Si., Apt. dan Wisnu Kundarto S. Farm., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi masukan dan bimbingan akademik selama menjadi mahasiswa D3 Farmasi. 5. Yeni Farida, S. Farm., Apt. dan Anif Nur Artanti, S. Farm., Apt. selaku penguji yang banyak membantu dan memberi masukan. viii

9 6. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi D3 Farmasi UNS yang telah banyak membantu dan memberikan masukan. 7. Ayahanda Yohanes Ari Purwadi dan Ibunda Katarina Sri Sunarsih tercinta yang telah melimpahkan cinta, kasih sayang, semangat dan dukungan dalam hidupku. 8. Kakakku tercinta Agustinus Angga dan Adikku Veronika Dinda yang selalu memberikan dukungan dan semangat, serta selalu ada dalam suka dan duka. 9. Sahabat sahabat tercinta (octavina, devinta, desy, fathimah, ayu, isnaini) yang telah memberikan semangat, dukungan serta selalu ada dalam suka dan duka. 10. Sahabat sahabat Orang Muda Katolik gereja St. Yohanes Maria Vianney yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan semangat dalam hidupku. 11. Semua mahasiswa Diploma 3 Farmasi 2008 yang telah berbagi suka dan duka serta pengalaman selama kuliah dan pembuatan tugas akhir. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam pembuatan tugas akhir. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Desember 2011 Penulis ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii INTISARI...iv ABSTRACT...v HALAMAN MOTTO...vi HALAMAN PERSEMBAHAN...vii KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI...x DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR GAMBAR...xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi DAFTAR SINGKATAN...xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan Masalah...3 C. Tujuan Penelitian...4 D. Manfaat Penelitian...4 BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Definisi ISK...5 x

11 2. Etiologi ISK Patofisiologi ISK Diagnosis ISK Prinsip Terapi Antibiotik Terapi Antibiotik Pada ISK Deskripsi Agen Mikroba...13 B. Kerangka Pemikiran...19 C. Keterangan Empiris...20 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat Dan Bahan Alat / Instrumen Penelitian Bahan Penelitian...21 B. Waktu Dan Tempat Penelitian...21 C. Rancangan Penelitian Metode Pengumpulan Data Jalannya Penelitian...22 D. Definisi Variabel Oprasional...23 E. Analisa Data...25 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subjek Penelitian Pasien yang Mengalami ISK Distribusi Pasien Berdasar Jenis Kelamin dan Usia Distribusi Pasien Berdasar Domisili...29 xi

12 4. Distribusi Pasien Berdasar Status Keluar Rumah Sakit Ditribusi Pasien Berdasar Lama Perawatan...31 B. Penggunaan Antibiotik pada ISK Gambaran Pasien Yang Mendapat Terapi Antibiotik Antibiotik yang Digunakan untuk terapi ISK Distribusi Penggunaan Antibiotik pada ISK...35 C. Terapi Penunjang ISK...49 D. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Tepat Obat Tepat Dosis, Frekuensi dan Durasi Waspada Efek Samping...52 E. Keterbatasan Penelitian...54 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan...55 B. Saran...55 DAFTAR PUSTAKA...57 LAMPIRAN...59 xii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Terapi antibiotik untuk infeksi saluran kemih menurut Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun Tabel II. Terapi antibiotik untuk infeksi saluran kemih menurut Guidelines Clinical care Urinary Tract Infection tahun Tabel III. Gambaran pasien dengan status keluar rumah sakit Atas Permintaan Sendiri (APS)...31 Tabel IV. Distribusi penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK)...34 Tabel V. Distribusi penggunaan amoksisillin pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel VI. Distribusi penggunaan ampisillin pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel VII. Distribusi penggunaan siprofloksasin pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel VIII. Distribusi penggunaan levofloksasin pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel IX. Distribusi penggunaansefadroksil pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel X. Distribusi penggunaan seftriaxon pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun xiii

14 Tabel XI. Distribusi penggunaan sefotaxim pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel XII. Distribusi penggunaan ceftazidim pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel XIII. Distribusi penggunaan kotrimoksasol pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun Tabel XIV. Distribusi penggunaan gentamisin pada pasien penderita ISK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Distribusi pasien berdasar umur dan jenis kelamin...28 Gambar 2. Distribusi pasien berdasar domisili...29 Gambar 3. Distribusi pasien berdasar status keluar rumah sakit...30 Gambar 4. Distribusi pasien berdasar lama perawatan...32 Gambar 5. Distribusi hasil laboratorium...33 Gambar 6. Distribusi pasien berdasar rentang usia pemberian dosis...36 Gambar 7. Gambaran jumlah pengguna amoksisillin...36 Gambar 8. Distribusi obat penunjang ISK...49 xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data inklusi pasien rawat inap Infeksi Saluran Kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta...60 xvi

17 DAFTAR SINGKATAN APS -laktam CCS DM Dr. E.coli ESBL Hr IONI Ket. Mg Ml RSUD Tes ABC Thn. = Atas Permintaan Sendiri = Beta laktam = Cairan Cerebrospinal = Diabetes Melitus = Dokter = Escherichia coli = Extended-Spectrum Beta-Lactamase = Hari = Informatorium Obat Nasional Indonesia = Keterangan = Mili gram = Mili liter = Rumah Sakit Umum Daerah = tes Antibody Coated Bacteria = Tahun xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit infeksi merupakan penyakit utama yang melanda masyarakat negara-negara berkembang. Dewasa ini penyakit infeksi masih menduduki peringkat teratas diantara penyakit-penyakit yang menyerang penduduk Indonesia (Wattimena, 1991). Data tahun 2004 di salah satu rumah sakit di Yogyakarta, ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit dengan angka kejadian yang tinggi (Saepudin, 2004). Kenyataan menunjukkan bahwa di negara-negara yang sedang berkembang urutan penyakit-penyakit utama nasional masih ditempati oleh berbagai penyakit infeksi yang memerlukan terapi antibiotik (Nelwan, 2006). Infeksi saluran kemih merupakan infeksi dengan angka kesakitan yang tinggi. Banyak infeksi saluran kemih merupakan infeksi sederhana yang mudah diobati, namun tidak jarang terjadi infeksi berulang yang sifatnya lebih kompleks. Pada umumnya penyebab infeksi adalah bakteri, sehingga diperlukan pengobatan dengan antibiotik (Sudarmono & Hutabarat, 1999). Berhasilnya pengobatan sangat berhubungan dengan kepekaan obat anti mikroba terhadap kuman yang ada, tingginya kadar obat anti mikroba dalam urin, lokalisasi infeksi, ada tidaknya komplikasi saluran kemih seperti kandung kemih urogenik, batu, kelainan anatomi, kateterisasi saluran kemih dan diabetes melitus (Oesman dkk, 1987). 1

19 2 Penyakit infeksi lazimnya dapat diatasi oleh sistem pertahanan tubuh, namun ada kalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik termasuk kelompok obat yang paling sering digunakan untuk mengurangi penyakit infeksi (Wattimena, 1991). Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap antibiotika. Faktor yang penting adalah faktor penggunaan antibiotik dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik secara bijaksana dan tepat merupakan hal yang sangat penting disamping penerapan pengendalian infeksi secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman resisten tersebut ke masyarakat (Hadi, 2006). Idealnya antibiotik yang dipilih untuk pengobatan infeksi saluran kemih harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih juga sangat penting untuk mempertimbangkan peningkatan resistensi Escherichia coli dan patogen lain terhadap beberapa antibiotik. Resistensi Escherichia coli terhadap amoksisilin dan antibiotik sefalosporin diperkirakan mencapai 30%. Secara keseluruhan, patogen penyebab infeksi saluran kemih masih sensitif terhadap kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol walaupun kejadian resistensi di berbagai tempat telah mencapai 22%. Pemilihan antibiotik harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, di samping juga memperhatikan riwayat antibiotik yang digunakan pasien (Coyle dan Prince, 2005).

20 3 Banyaknya jenis dan golongan antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih membuat peneliti tertarik untuk meneliti pola penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun periode Januari-Desember Hasil pengumpulan data yang diperoleh dibandingkan dengan standar Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun B. Perumusan Masalah Berdasar uraian yang telah diberikan dalam latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah; Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah : 1. Bagaimanakah pola penggunaan antibiotik meliputi jenis antibiotik, ketepatan dosis, ketepatan obat, frekuensi serta lamanya pemakaian antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2010? 2. Apakah penggunaan antibiotik pada penyakit infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan parameter jenis antibiotik yang digunakan, meliputi ketepatan dosis, ketepatan obat, frekuensi serta lamanya pemakaian obat sudah sesuai dengan standar pengobatan Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun 2010?

21 4 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui gambaran penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta meliputi parameter jenis antibiotik yang digunakan, ketepatan dosis, frekuensi, serta lamanya pemakaian antibiotik. 2. Mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik pada penanganan penyakit infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan parameter jenis antibiotik yang digunakan, meliputi ketepatan dosis, frekuensi serta lamanya pemakaian antibiotik dengan standar Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 danclinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi mafaat antara lain : 1. Menambah informasi bagi pihak terkait mengenai penggunaan antibiotik dalam pengobatan infeksi saluran kemih. 2. Sebagai masukan bagi RSUD Dr. Moewardi Surakarta dalam penggunaan antibiotik pada pasien penderita infeksi saluran kemih.

22 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan klinis akibat adanya mikroorganisme dalam urin dan berpotensi untuk invasi ke saluran kemih bagian atas, menginvasi mukosa pelvis ginjal, meluas ke dalam jaringan interstisial ginjal. Dalam keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 10² hingga 10 4 bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 10 5 bakteri/ml (Coyle dan Prince, 2005). Prevalensi infeksi saluran kemih antara usia 15 sampai 60 tahun jauh lebih banyak wanita dari pada pria menderita infeksi saluran kemih bagian bawah. Hal ini dapat dijelaskan dengan faktor bahwa sumber infeksi kebanyakan adalah flora usus. Pada wanita, uretranya hanya pendek (2-3cm), sehingga kandung kemih mudah dicapai oleh kuman-kuman dari dubur melalui perineum, khususnya basil-basil Escherichia coli. Pada pria, di samping uretranya yang lebih panjang (15-18 cm), cairan prostatnya juga memiliki sifatsifat bakterisid sehingga menjadi pelindung terhadap infeksi oleh kumankuman uropatogen (Tjay dan Rahardja, 2007). 2. Etiologi Infeksi Saluran Kemih Lebih dari 80% kasus penyebab Infeksi Saluran Kemih tanpa komplikasi adalah bakteri phatogen Escherichia coli. Ditemukan 15% kasus 5

23 6 disebabkan oleh Staphylococcus saprophyticus. Anggota lain dari keluarga Enterobacteriaceae seperti Klebsiella sp, Proteus sp, atau Enterobacter sp (Anonim, 2005). Faktor lain yang menyebabkan yaitu ketahanan tubuh terhadap aktifitas bakteri (Anonim, 2010). 3. Patogenesis Infeksi Saluran Kemih Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu: 1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu : a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli c. Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009). 2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran darah.

24 7 3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2005). 4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009). 4. Diagnosis Infeksi aluran Kemih Penderita infeksi saluran kemih dapat tidak bergejala, namun umumnya mempunyai gejala yang terkait dengan tempat dan keparahan infeksi. Gejalagejala dapat meliputi berikut ini sendirian atau bersama-sama: 1) Menggigil, demam, nyeri pinggang dan sering mual serta muntah. 2) Disuria (nyeri saat kencing), atau desakan untuk kencing (Sommers dkk, 1994). Guna menentukan adanya bakteriuria, artinya infeksi saluran kemih dengan bakteri, sekarang tersedia beberapa cara diagnosa, yaitu: 1) Tes sedimentasi mendeteksi secara mikroskopis adanya kuman dan lekosit di endapan dalam urin. 2) Tes nitrit (Nephur R) menggunakan strip mengandung nitrat yang dicelupkan ke urin. Praktis semua gram negatif dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, yang tampil sebagai perubahan warna tertentu pada strip. Kuman-kuman gram positif tidak terdeteksi. 3) Dip-slide test (Uricult) menggunakan persemaian kuman di kaca obyek, yang seusai inkubasi ditentukan jumlah koloninya secara mikroskopis. Tes

25 8 ini dapat dipercaya dan lebih cepat daripada pembiakan lengkap dan jauh lebih murah. 4) Pembiakan lengkap terutama dilakukan sesudah terjadinya residif 1-2 kali, terlebih-lebih pada infeksi saluran kemih anak -anak dan pria. 5) Tes ABC (Antibody Coated Bacteria) adalah cara imunologi guna menentukan infeksi saluran kemih yang letaknya lebih tinggi. Dalam hal ini tubuli secara lokal membentuk antibodi terhadap kuman, yang bereaksi dengan antigen yang berada di dinding kuman. Kompleks yang terbentuk dapat diperlihatkan dengan cara imunofluoresensi (Tjay dan Rahardja, 2007). 5. Prinsip terapi antibiotik Pengobatan dengan antibiotik yang tepat biasanya sangat efektif dan aman. Walaupun semua antibiotik berpotensi menimbulkan efek yang tidak diinginkan, efek yang serius jarang terjadi. Sebagian besar antibiotik memiliki indeks terapeutik yang lebar, dosis yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan jauh lebih besar dibandingkan dosis untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Bamford & Gillespie, 2007). Menurut standar pengobatan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun 2010 menyebutkan bahwa rute pemberian antibiotik secara oral adalah yang paling umum digunakan, baik di rumah sakit maupun dalam praktek komunitas. Terapi intravena biasanya diperlukan pada infeksi berat dan untuk memastikan kosentrasi antibiotik yang adekuat. Rute intravena juga dapat dipilih untuk pasien yang tidak dapat menerima terapi oral, seperti pada

26 9 pasien yang mengalami muntah terus menerus. Cita rasa pada formulasi pediatrik dan kemungkinan kepatuhan pasien terhadap regimen yang berulangkali atau rumit juga harus dipastikan (Anonim, 2010). 6. Terapi Antibiotik pada Infeksi Saluran Kemih Menurut Europan Association of Urology, tujuan pengobatan dengan antibiotik pada infeksi saluran kemih ada dua yaitu: a. Respon cepat dan efektif untuk terapi dan pencegahan kekambuhan pada pasien yang menerima terapi antibiotik b. Pencegahan munculnya perlawanan mikroba terhadap lingkungan atau setidaknya peningkatan pencegahan lebih lanjut dari ketahanan pasien dan memastikan pasien mendapat pertolongan (Wagenlehner,2006). Pemilihan antibiotik harus ditentukan oleh uji kerentanan, terapi empiris harus mengikuti kerentanan yang diketahui dari pathogen saluran kemih yang terdapat di komunitas memberi respon terhadap antibiotik oral, seperti sefaleksim, amoksisillin, atau trimetoprim. Jika ditemukan septikemia, maka siprofloksasin, sefotaksim atau gentamisin dapat diberikan (Bamford & Gillespie, 2007). Menurut Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada dalam Clinical Practice Guidelinene Urinary Tract Infection tahun 2010 yang dijadikan sebagai standar, melaporkan bahwa ampisillin dan sulfonamida umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi. Lebih dari 15% - 20% dari strain Escherichia coli menyebabkan sistitis rumit, agen ini sekarang resisten di beberapa daerah di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Prevalensi

27 10 resisten terhadap nitrofuration antara Escherichia coli adalah <5% dan resisten terhadap fluorokuinolon tetap <5%. Durasi terapi tiga hari pemberian antibiotik dianjurkan karena berhubungan dengan kepatuhan yang lebih baik, biaya lebih rendah dan frekuensi yang lebih rendah dari reaksi merugikan pemberian selama 7-10 hari. Beberapa penelitian dan pengalaman klinis telah melaporkan perbandingan antara kotrimoksasol atau fluorokuinolon dengan beta-laktam. Hasilnya, apabila digunakan selama 3 hari terapi kotrimoksasol atau fluorokuinolon lebih efektif, sedangkan beta-laktam efektif digunakan selama 5 hari terapi. Nitrofuration umumnya aman dan efektif, tetapi harus diberikan minimal 7 hari. Pengobatan lini pertama yang direkomendasikan yaitu kotrimoksasol 3 kali sehari. Fluorokuinolon contohnya norfloxasin, siprofloksasin, ofloxasin dan fleroxasin umumnya tidak direkomendasikan sebagai lini pertama karena telah banyak kasus resistensi terhadap kuinolon. Fluorokuinolon mungkin merupakan pengobatan lini pertama bagi perempuan yang diduga telah resisten atau alergi atau tidak dapat mentolerasi terapi konvesional, dan bagi perempuan di daerah yang resisten terhadap kotrimoksasol. Pilihan empiris lainnya yaitu nitrofuration dengan durasi 7 hari. Infeksi saluran kemih berulang terjadi jika dalam minggu pertama setelah pengobatan menunjukkan kekambuhan maka harus dilakukan uji kerentanan antimikroba, pengujian urin dan pengobatan dengan fluorokuinolon selama 7 hari (Anonim, 2010).

28 11 Terapi antibiotik menurut Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada dalam Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun 2010 yang dijadikan sebagai standar dapat dilihat pada tabel 1. Tabel I. Terapi antibiotik untuk infeksi saluran kemih Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun Obat Dosis trimetoprim-sulfamethoksasol (kotrimoksasol) Anak: ½-2 tahun 240 mg 2 x sehari 7-12 tahun mg 2 x sehari Dewasa: 2 x sehari mg selama 3 hari Trimetoprim Oral: 100 mg sehari durasi 7 hari Nitrofuration Oral: mg sehari durasi 7 hari Seftriakson Anak: ½ - 2 tahun 250 mg per hari dosis tunggal 3-5 tahun mg per hari dosis tunggal 6-12 tahun 1-1,5 gram per hari dosis tunggal Dewasa: 2 gram/hari dosis tunggal durasi 7 10 hari tidak boleh lebih dari durasi. Norfloksasin 2 x 200 mg selama 3 hari Siprofloksasin Oral: 2 x 250 mg selama 3 hari Injeksi: mg 2 x sehari Amoksisillin Anak: ½-2 tahun mg 3 x sehari 3 6 tahun 250 mg 3 x sehari 7 12 tahun mg 3 x sehari Durasi 7 hari Dewasa: Oral dan injeksi: 500 mg 1gram 3 x sehari Gentamisin Dosis tunggal injeksi: ½ - 1 tahun 40 mg 2-3 tahun 60 mg 4-6 tahun 100 mg 7-10 thn 120 mg >10 tahun 80 mg tiap 8 jam Durasi 7-10 hr tidak boleh lebih. Terapi antibiotik menurut Guideline Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 menyimpulkan bahwa tidak ada manfaat dicapai dengan meningkatkan panjang terapi melampaui 5 hari. Keuntungan terapi yang singkat adalah penurunan biaya antibiotik, kepatuhan pasien membaik dan

29 12 penurunan efek samping dari pengobatan antibiotik. Strategi pengobatan yang berbeda, dosis kurang efisien dalam memberantas bakteri uria dengan durasi pengobatan 3-5 hari mempunyai tingkat kesembuhan 23-81%. Antibiotik betalaktam lebih efektif dengan tingkat kesembuhan 77-92% jika diberikan lebih dari 5 hari. Sama halnya dengan peningkatan durasi terapi untuk kotrimoksasol yang lebih dari 3 hari, angka kesembuhan dari 82 untuk 85% telah dicapai dengan 3 hari terapi. Terapi kotrimoksasol 3 hari lebih efektif dari nitrofuration, sefadroksil atau amoksisillin. Antibiotik golongan kuinolon juga telah terbukti efektif dalam 3 hari terapi. Oleh karena itu pengobatan yang optimal dari infeksi saluran kemih tanpa komplikasi pada pasien yang tidak alergi atau sensitif adalah 3 hari terapi kotrimoksasol. Durasi terapi antibiotik menurut standar Guidelines Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. Terapi antibiotik untuk infeksi saluran kemih Guidelines Clinical Care Urinary Tract Infection (Anonim, 2005) Pilihan lini pertama Antibiotik Durasi pemberian Trimetroprim+Sulfamethoxasol 3 hari Pilihan lini ke-2 Ciprofloxasin 3 hari Levofloxasin 3 hari Amoxisillin 7 hari Nitrofurantoin 7 hari Macrobid 7 hari Dalam terapi antibiotik kadang terjadi tidak berhasil, ketidakberhasilan terapi antibiotik disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: 1) Mikroorganisme resisten terhadap antibiotik 2) Diagnosa salah

30 13 3) Pilihan antibiotik benar, tetapi dosis atau dan rute pemberian salah 4) Antibiotik tidak bisa mencapai tempat infeksi 5) Ada timbunan nanah yang harus dikeluarkan dengan pembedahan atau benda asing atau jaringan nefrotik yang harus disingkirkan 6) Ada infeksi sekunder 7) Demam antibiotik 8) Pasien tidak patuh pengobatan (Aslam dkk, 2003). 7. Deskripsi Agen Mikroba 7.1 Golongan penisillin Antibiotik golongan penisillin merupakan antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri gram positif maupun gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir dinding sel, yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisillin (Pratiwi, 2008). Contoh antibiotik golongan penisillin yang sering digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih antara lain: a. Amoksillin Kadar bentuk aktif amoksisillin lebih tinggi daripada ampisillin (kurang lebih 70%) maka lebih layak digunakan pada infeksi saluran kemih (Tjay dan Rahardja, 2007). Mekanisme kerja amoksisillin yang merupakan antibiotik golongan penisillin ini dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri, mekanisme kerja ini konsisten dengan kenyataan bahwa penisillin hanya bekerja pada bakteri yang sedang

31 14 tumbuh dengan aktif (Pelczar dan Chan, 2005). Efek samping yang agak sering terjadi gangguan lambung usus (diare, mual, muntah) dan radang kulit yang lebih jarang terjadi (Tjay dkk, 2007). b. Ampisillin Ampisilin aktif terhadap organisme gram negatif dan positif tertentu, tetapi diinaktivasi oleh penisilinase, termasuk yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dan basilus gram negatif yang umum seperti Escherichia coli. Hampir semua Staphylococcus, 50% stain Escherichia coli dan 15% strain Hepophilus influenza resisten terhadap ampisillin (Anonim, 2008). Dibandingkan dengan derivat penisillin lain, ampisillin lebih sering menimbulkan gangguan lambung usus yang mungkin ada kaitannya dengan penyerapannya yang kurang baik. Reaksi alergi kulit juga dapat terjadi (Tjay dkk, 2007). 7.2 Golongan Fluorokuinolon Antibiotik kuinolon yang dibuat tahun 1980 misalnya siprofloksasin yang bersifat bakterisidal yang berspektrum luas dan mampu mempenetrasi jaringan ini, bekerja dengan menghambat enzim DNA girase pada replikasi DNA, sehingga akan menghambat proses replikasi DNA dan transkripsi mrna. Antibiotik ini hanya digunakan untuk infeksi saluran kencing (Pratiwi, 2007). Salah satu contoh obat golongan fluorokuinolon yaitu siprofloksasin. Obat ini adalah fluorokuinolon yang paling poten terutama berguna pada infeksi-infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam

32 15 Enterobacteraceae dan basil gram negatif lainnya serta dapat bekerja sinergistik bersama obat-obat -laktam (Mycek et all, 2001). Siprofloksasin mempunyai potensi antibakteri yang sangat kuat untuk melawan organisme gram positif dan terutama gram negatif, termasuk Escherechia coli, Pseudomonas aeruginasa, Salmonella, dan Camphylobacter. Sejauh ini resisten tidak sering terjadi. Siprofloksasin diabsorbsi dengan baik secara oral dan dapat diberikan secara intravena (Neal, 2005). Efek samping yang sampai sekarang diamati dari siprofloksasin antara lain: mual, muntah, tidak ada nafsu makan, sakit perut, diare, pusing, sakit kepala, demam, gatal-gatal, kulit memerah dan kadang terjadi tekanan darah turun ( Lotterer dkk, 1993). 7.3 Golongan Sefalosporin Sefalosporin berhubungan erat dengan penisillin, terdapat lima golongan sefalosporin: Golongan pertama yaitu sefalosporin oral dengan spektrum utama gram positif. Golongan kedua yaitu obat yang dapat diinjeksi (sefuroksim) yang aktif melawan organisme gram positif seperti Escherichia coli. Golongan ketiga obat sefalosporin injeksi yang lebih baru (sefotaksim atau seftriakson), aktif melawan sebagian besar organisme gram negatif dan Streptococcus. Golongan keempat memiliki luas spektrum yang sama seperti golongna ketiga, tetapi dapat diberi melalui rute oral. Golongan kelima yaitu anti Pseudomonas misalnya spektrum luas yang juga

33 16 memasuki Pseudomonas (misalnya seftazidim) (Bamford & Gillespie, 2007). Sekalipun sefalosporin golongan pertama (misalnya sefadroksil) memiliki spektrum aktivitas yang luas dan secara relatif tidak toksik, namun agen-agen ini jarang menjadi obat pilihan bagi infeksi apapun. Obat-obat oral mungkin digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Akan tetapi sefalosporin oral tidak diandalkan untuk infeksi-infeksi siskemik yang parah (Katzung, 2004). Zat-zat generasi ketiga contohnya seftriakson, sefotaksim, sefiksim dan seftazidim aktivitasnya terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan lebih luas. Zat-zat generasi ketiga ini digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap amoksisillin dan sefalosporin generasi pertama, juga terkombinasi dengan aminoglikosid (gentamisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya (Tjay dkk, 2007). Efek yang tidak diinginkan dari golongan sefalosporin antara lain reaksi hipersensitivitas yang identik dengan reaksi-reaksi pada pada golongan penisillin termasuk anafilaksis, demam, ruam kulit, nefritis, granulositopenia, dan anemia hemolitik (Katzung, 2004). 7.4 Kotrimoksasol Kotrimoksasol merupakan suatu kombinasi dari sufametoksasol + trimetoprim dalam perbandingan 5:1 (400:80 mg). Trimetoprim memiliki daya kerja anti bakterisid, efektif terhadap sebagian besar kuman gram

34 17 positif dan gram negatif dan banyak digunakan terhadap infeksi saluran kemih (Tjay dkk, 2007). Efek yang tidak diharapkan dari penggunaan kotrimoksasol antara lain mual, muntah, sakit perut, diare, jarang trjadi sakit kepala, pusing, tidak bisa tidur dan pendengaran bising (Lotterer, 1993). 7.5 Aminoglikosid Aminoglikosida merupakan antibiotik yang memiliki spektrum luas dan bersifat bakterisidal dengan mekanisme penghambatan pada sintesis protein (Pratiwi, 2009). Obat ini diberikan secara parenteral dan terbatas pada cairan ekstraseluler (Bamford & Gillespie, 2007). Gentamisin merupakan aminoglikosid yang aktif terhadap gram positif dan gram negatif. Secara tersendiri zai ini aktif, namun juga sebagai pendamping sinergik dengan beta laktam (Katzung, 2004). Gentamisin yang merupakan salah satu antibiotik golongan aminoglikosid mempunyai efek samping nefrotoksisitas, ototoksisitas, hipersensitivitas, alergi berupa rash dan demam dapat terjadi namun jarang pada penderita yang belum pernah menggunakan gentamisin sebelumnya. Nefrotoksisitas menimbulkan kerusakan pada ginjal biasanya ringan. Gangguan elektrolit seperti hipomagnesia, hipokalsemia dan hipokalemia pernah terjadi (Dalimunthe, 2008). 7.6 Karbapenem Meropenem adalah karbapenem (suatu struktur yang sama dengan penisilin), tetapi sangat resisten terhadap beta laktamase. Meropenem

35 18 mempunyai spektrum aktivitas yang lebar, tetapi tidak melawan beberapa strain Pseudomonas. Meropenem diberikan melalui suntikan intravena (Neal, 2005). Efek samping dari penggunaan meropenem antara lain mual, muntah, nyeri perut, gangguan uji fungsi hati, trombositopenia, sakit kepala dan reaksi lokal (Anonim, 2008).

36 19 B. KERANGKA PEMIKIRAN Infeksi Saluran Kemih atau ISK merupakan infeksi dengan angka kesakitan yang tinggi. Banyak infeksi saluran kemih merupakan infeksi sederhana (simple cyctitis) yang mudah diobati, namun tidak jarang terjadi infeksi berulang yang lebih kompleks sifatnya. Penyakit infeksi lazimnya dapat diatasi oleh sistem pertahanan tubuh namun ada kalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Banyaknya jenis dan golongan antibiotik sebagai terapi untuk infeksi saluran kemih dengan durasi waktu minimal 3 hari. Pengobatan dengan antibiotik yang tepat biasanya sangat efektif dan aman. Walaupun semua antibiotik berpotensi menimbulkan efek yang tidak diinginkan, efek yang serius jarang terjadi. Banyaknya jenis dan golongan antibiotik menjadikan pola penggunaan antibiotik harus dipilih dengan tepat supaya tidak terjadi efek yang tidak diinginkan jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaat penggunaan antibiotik, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pola penggunaan antibiotik. Pola penggunaan antibiotik meliputi pemilihan jenis antibiotik yang digunakan, ketepatan dosis, ketepatan obat, frekuensi serta lamanya pemakaian obat pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada periode Januari- Desember 2010.

37 20 C. KETERANGAN EMPIRIS Terapi kotrimoksasol, nitrofuration, sefaleksin, trimetoprim atau kuinolon biasanya menjadi pilihan antibiotik sebagai terapi pada infeksi saluran kemih. Dengan analisa deskriptif dapat digambarkan pola penggunaan antibiotik yang meliputi jenis antibiotik, dosis, frekuensi serta lamanya pemakaian antibiotik pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Januari-Desember 2010 dibandingkan dengan standar pengobatan Guideline For Clinical CareUrinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun 2010.

38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat atau Instrumen Penelitian Alat yang diperlukan adalah standar pengobatan Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun 2010, buku-buku pustaka yang terkait dengan penelitian, jurnal-jurnal tentang pengobatan antibiotik untuk infeksi saluran kemih dan lembar pengumpul data. 2. Bahan Penelitian Bahan yang diperlukan berupa berkas rekam medis yang terdiagnosa infeksi saluran kemih dan menjalani rawat inap yang menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian adalah pasien infeksi saluran kemih dengan kriteria inklusi yaitu pasien infeksi saluran kemih yang diambil data rekam medisnya mencakup identitas, domisili, data laboratorium, menggunakan terapi antibiotik meliputi pemilihan jenis antibiotik, dosis, frekuensi serta lamanya pemakaian antibiotik yang menjalani perawatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama rentang waktu 1 Januari sampai 31 Desember B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Pelaksanaan dimulai bulan Mei 2011 sampai bulan Juni 2011 dan pengambilan data dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 21

39 22 C. RANCANGAN PENELITIAN 1. Metode Pengumpulan Data Data diperoleh dari berkas rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama periode Januari-Desember 2010 yang dikumpulkan secara retrospektif dengan menggunakan rancangan penelitian non eksperimental kemudian dianalisis secara deskriptif yang diolah menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabel serta dihitung persentasenya. 2. Jalannya Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut a. Perijinan Tahap pertama adalah perijinan untuk melakukan penelitian yaitu pertamatama membuat surat izin penelitian yang diajukan kepada pihak fakultas dan ditandatangani oleh Ketua Prodi D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret. Selanjutnya surat tersebut disampaikan kepada Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk mendapatkan izin penelitian dengan tembusan kepada Kepala Diklat sebagaimana prosedur resmi untuk melakukan penelitian di rumah sakit. b. Penelusuran Data Tahap kedua adalah penelusuran data penelitian dari bagian rekam medis RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang kemudian mengambil data dari berkas rekam medis meliputi dua hal, yaitu data pasien dan tatalaksana terapinya. Data pasien yang dicatat meliputi nomor pasien, nama pasien, umur, jenis kelamin,

40 23 tanggal masuk, tanggal keluar, keadaan keluar dari rumah sakit, serta domisilinya. Sedangkan yang dicatat sebagai tatalaksana terapi meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, serta jenis antibiotik yang digunakan (nama obat, dosis, frekuensi dan lama pemberian). c. Pengolahan Data Tahap ketiga adalah pengolahan data tentang pasien dan penggunaan antibiotik. Data pasien dan antibiotik yang diberikan kemudian diolah dan akan disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan data pasien yang terdiagnosis infeksi saluran kemih beserta namanya dan mendapatkan persentase pasien dari jenis kelamin, umur, domisili dan jenis antibiotik yang digunakan. Selain itu juga dilihat ketepatan jenis, dosis obat, frekuensi dan durasi pemberian. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar pengobatan Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun D. Definisi Variabel Operasional Definisi operasional dibuat untuk menyamakan presepsi dalam penelitian ini. 1. Pola penggunaan antibiotik adalah gambaran antibiotik yang dipakai untuk terapi pada pasien meliputi pemilihan jenis antibiotik, bentuk sediaan, dosis obat, frekuensi, dan durasi pemberian antibiotik. 2. Pasien adalah penderita infeksi saluran kemih positif ditemukan bakteri pada urin serta menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada periode Januari- Desember 2010.

41 24 3. Antibiotik adalah terapi antimikroba yang diberikan pada pasien sebagai terapi pada infeksi saluran kemih. 4. Data laboratorium adalah data dari pemeriksaan laboratorium. 5. Status pulang adalah keadaan pasien meninggalkan rumah sakit. 6. Domisili adalah tempat tinggal pasien berdasarkan kabupaten maupun daerah. 7. Jenis antibiotik adalah nama zat aktif dari berbagai golongan antibiotik yang diresepkan oleh dokter kepada pasien. 8. Dosis obat adalah takaran zat aktif dari obat yang diresepkan oleh dokter kepada pasien. 9. Bentuk sediaan adalah wujud dari antibiotik oral ataupun injeksi. 10. Rute penggunaan adalah waktu dan jalur masuknya obat ke dalam tubuh pasien. 11. Evaluasi penggunaan obat adalah membandingkan penggunaan antibiotik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan standar pengobatan Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun 2010 berdasarkan kriteria tepat jenis obat, tepat dosis, frekuensi dan durasi. 12. Tepat obat adalah kesesuaian jenis antibiotik yang digunakan dengan standar pengobatan Guideline For Clinical Care Urinary Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun Tepat dosis adalah kesesuaian takaran, frekuensi, dan durasi pemberian obat antibiotik dengan standar pengobatan Guideline For Clinical Care Urinary

42 25 Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun E. Analisis Data Data penggunaan antibiotik untuk penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada periode 1 Januari -31 Desember tahun 2010 yang telah diperoleh, selanjutnya diolah dan dilakukan analisis secara deskriptif sebagai berikut: 1. Presentase jumlah pasien infeksi saluran kemih. Jumlah pasien diambil 100 pasien sebagai sampel dari seluruh pasien yang berasal dari rekam medis pasien rawat inap di RSUD Dr.Moewardi yang didiagnosis oleh dokter menderita infeksi saluran kemih serta memenuhi kriteria inklusi selama periode bulan Januari sampai Desember tahun 2010, maka datanya digunakan sebagai bahan penelitian. 2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin, usia, domisili dan lamanya perawatan dirumah sakit. Kriteria pasien berdasarkan dari jenis kelamin, usia, domisili, dan tanggal atau lamanya perawatan dirumah sakit dihitung dari sampel pasien infeksi saluran kemih yang dirawat inap. Hasilnya ditampilkan dalam tabel. 3. Persentase jenis antibiotik yang digunakan. Persentase jenis antibiotik yang digunakan pasien dihitung kemudian dicari persentasenya dari jumlah total penggunaan.

43 26 4. Kesesuaian penggunaan obat. Analisis kesesuaian penggunaan obat dilakukan dengan membandingkan pemilihan jenis antibiotik, dosis obat, frekuensi serta lama pemberian antibiotik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Januari-Desember tahun 2010 dengan standar pengobatan Guideline For Clinical Care Urinari Tract Infection tahun 2005 dan Clinical Practice Guideline Urinary Tract Infection tahun 2010 dan dibantu dengan buku-buku pustaka serta jurnal-jurnal yang terkait tentang penggunaan antibiotic pada infeksi saluran kemih. Analisis kesesuaian penggunaan obat dilakukan pada tiap jenis antibiotik yang digunakan pasien.

44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Pesien yang mengalami infeksi saluran kemih tanpa komplikasi infeksi lain Sejumlah 100 pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi dijadikan sampel telah terdiagnosis infeksi saluran kemih tanpa komplikasi infeksi lain yang mendapat terapi antibiotik selama periode Januari-Desember Pasien infeksi saluran kemih selama tahun 2010 yang dijadikan subjek penelitian memenuhi kriteria inklusi lengkap mencakup indentitas, terapi antibiotik yang digunakan dan mendapatkan perawatan di RSUD Dr. Moewardi. Subjek penelitian berjumlah 100 pasien yang menjalani rawat inap dan diberikan terapi antibiotik. 2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia Sejumlah 100 pasien yang dijadikan sampel penelitian didapatkan usia pasien yang beragam. Ditemukan usia < 1 tahun sampai >80 tahun dengan jumlah yang beragam pula. Jumlah total pasien yang menderita infeksi saluran kemih dari berbagai golongan usia untuk perempuan (56%) dan laki-laki (44%). Hal tersebut menunjukkan kecenderungan wanita lebih mudah terkena infeksi saluran kemih. Jumlah pasien paling banyak ditemukan pada usia 1-10 tahun yaitu 19% dengan 14% untuk wanita dan 5% untuk laki-laki. Infeksi saluran kemih pada anak-anak terutama anak laki-laki sering berhubungan dengan kongenital, seperti refluks ureter atau katup uretra (Bamford & Gillespie, 2007). Urutan terbanyak kedua yaitu 17% pada usia tahun dengan jumlah perempuan 12% dan laki-laki 5% dan 27

45 28 terbanyak ketiga (14%) pada usia tahun. Keadaan tersebut hampir sama dengan pedoman praktek klinis dan protokol dari Birghtwater Care Group yang melaporkan bahwa infeksi saluran kemih adalah penyebab paling umum dari semua infeksi pada wanita dewasa khususnya pada wanita usia muda yang aktif secara seksual. Hampir setengah dari semua wanita akan mengalami satu kali infeksi saluran kemih seumur hidup mereka. Prevalensi infeksi saluran kemih pada wanita kelompok usia tahun cenderung karena hubungan seksual, sedangkan tahun berkaitan dengan kadar estrogen yang menurun (Anonim, 2007). Beberapa laporan tentang prevalensi infeksi saluran kemih dan hasil yang ditemukan dapat dikatakan bahwa usia menjadi salah satu faktor resiko penyebab penyakit infeksi saluran kemih. Distribusi pasien berdasarkan umur dan jenis kelamin disajikan dalam gambar 1. Gambar 1. Distribusi pasien rawat inap penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2010 berdasar umur dan jenis kelamin.

46 29 3. Distribusi pasien berasarkan domisili RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah yang terletak di kota Surakarta dan menjadi rumah sakit pusat rujukan daerah Jawa Tengah bagian tenggara dan Jawa Timur bagian barat. Oleh karena itu, pasien ISK yang dirawat tidak hanya berasal dari daerah Surakarta saja tetapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Distribusi pasien berdasar domisilinya secara lengkap dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Distribusi pasien rawat inap penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2010 berdasar domosili. 4. Distribusi pesien berdasarkan status keluar rumah sakit Banyak faktor pasien berhenti mendapatkan perawatan intensif berupa rawat inap di rumah sakit, dari kondisi pasien yang sudah sembuh, bahkan menginginkan keluar atas permintaan sendiri. Distribusi pasien berdasarkan status keluar disajikan dalam bentuk diagram lingkaran pada gambar 3.

47 30 Gambar 3. Distribusi pasien rawat inap penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2010 berdasar status keluar rumah sakit. Berdasar catatan keadaan pasien saat keluar rumah sakit yang tertulis pada kartu rekam medis, sebagian besar pasien sembuh sebanyak 56 pasien atau (56%), mulai sembuh 31 pasien atau (31%), dan menghendaki keluar rumah sakit atas permintaan sendiri (APS) 13 pasien atau (13%). Tidak diketahui dengan pasti kriteria pasien dikatakan sembuh dan mulai sembuh, dari hasil kondisi pasien yang terdapat pada rekam medis disimpulkan untuk pasien sembuh dengan ciriciri: secara klinis suhu badan turun, rasa nyeri berkurang atau hilang. Sedangkan untuk data labortorium secara mikroskopis tidak tampak atau jumlah kuman berkurang. Pasien dikatakan mulai sembuh dengan ciri-ciri suhu badan turun, rasa nyeri berkurang dan didukung data laboratorium secara mikroskopis masih terdapat kuman. Dilihat dari catatan untuk pasien dengan status keluar atas permintaan sendiri (APS) yang berjumlah 13 pasien terdistribusi dalam lama perawatan yang beragam. Keterangan pasien dengan status keluar rumah sakit atas permintaan sendiri dapat dilihat pada tabel III.

48 31 Tabel III. Distribusi pasien dengan status keluar rumah sakit atas permintaan sendiri (APS) Lama perawatan Jumlah pasien Keterangan 1 hari 1 Belum sembuh 2 hari 1 Belum sembuh 3 hari 1 Belum sembuh 4 hari 3 Mulai sembuh semua 6 hari 3 Mulai sembuh semua 10 hari 1 Belum sembuh 11 hari 1 Mulai sembuh 13 hari 1 Mulai sembuh 16 hari 1 Belum sembuh Berdasar keterangan dari rekam medis pasien dikatakan belum sembuh karena gejala yang dikeluhkan pada saat masuk rumah sakit masih sama dengan saat keluar rumah sakit. Tidak terjadi perubahan yang berarti, data laboratoriun yang masih ditemukannya bakteri juga menunjukkan hasil yang tidak lebih baik. 5. Distribusi pasien berdasar lama perawatan Seratus pasien yang dijadikan sampel menjalani lama perawatan yang beragam. Dilihat dari status keluar rumah sakit yang sudah dibahas, maka lama perawatan tidak menjamin tingkat kesembuhan pasien. Semakin lama dirawat belum tentu pasien semakin sembuh. Jumlah pasien yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi yang dijadikan sempel sebanyak 100 pasien atau 100%. Berdasarkan catatan rekam medis dari sampel pasien yang diambil, perawatan selama 1-4 hari (44%) menjadi lama perawatan tertinggi, dimana dari ke-44 pasien tersebut 22 pasien mendapatkan perawatan selama 4 hari. Lama perawatan 5-8 hari (39%), 9-12 hari (13%) dan hari (4%). Dilihat dari obat yang diterima pasien pada kartu rekam medis, sebanyak 4% atau 4 pasien yang mendapat perawatan sampai hari dikarenakan ada penyakit penyerta selain infeksi saluran kemih. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di RSU Puri Asih Salatiga pada tanggal 23-25 Januari 2017. Data penelitian diperoleh dari 67 rekam medis pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi bakteri yang paling umum. Wanita lebih sering mengalami ISK dibanding pria. Hampir 1 dari 3 wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih atau yang sering kita sebut dengan ISK adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pengobatan Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Nur Aini Puspitasari M

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Nur Aini Puspitasari M EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009)

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009) STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009) SKRIPSI Oleh : Raden Yudho Pramono NIM. 042210101033 BAGIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia banyak dijumpai penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, maka untuk menanggulanginya diperlukan antibiotik. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.

Lebih terperinci

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Mega Lestari 1 ; Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 2 ; Noor Hafizah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan inflamasi di bagian sel urotelium yang melapisi saluran kemih. Infeksi saluran kemih di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2013 - JUNI 2014 Fahijratin N.K.Mantu 1), Lily Ranti Goenawi 1),

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014 ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: RENI NOFRIATY K 100 060 211 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih merupakan salah satu infeksi dalam praktik klinik yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK paling tidak

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Diajukan oleh : Bekti Handayani M3513013 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,

Lebih terperinci

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN Penelitian Tugas Akhir

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN Penelitian Tugas Akhir POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 Penelitian Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak terjadi. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013

Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013 Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. kemih yang disertai adanya kolonisasi bakteri di dalam urine (bakteriuria).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. kemih yang disertai adanya kolonisasi bakteri di dalam urine (bakteriuria). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Infeksi Saluran Kemik (ISK) a. Definisi Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi mikroorganisme pada saluran kemih yang disertai adanya kolonisasi bakteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan diagnosa penyakit diare di bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan diagnosa penyakit diare di bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakter Subyek Penelitian 1. Distribusi pasien yang terdiagnosa diare anak Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik pasien anak dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome) yang disertai dengan adanya infeksi pada organ tertentu berdasarkan hasil biakan positif di tempat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014-2015 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang

Lebih terperinci

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014 RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berada di saluran kemih manusia. Organ-organ pada saluran kemih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan untuk melihat profil dan evaluasi penggunaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan untuk melihat profil dan evaluasi penggunaan 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk melihat profil dan evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta tahun 2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah Systemc Inflammation

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri

Lebih terperinci

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009. POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009 Oleh: NG MEE SAN NIM: 070100275 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi klinis yang kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa

Lebih terperinci

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika (Rationality Use Antibiotics In Patients Diabetes Mellitus Type 2 with Diabetic Ulcer Complications)

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA .. UNIVERSITAS INDONESIA POLA KEPEKAAN BAKTERI GRAM NEGATIF DARI PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH TERHADAP ANTIBIOTIK GENTAMISIN DAN KOTRIMOKSAZOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK FKUI TAHUN 2001-2005 SKRIPSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes. ABSTRAK SKRINING INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA KARYAWAN TAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DENGAN URINALISIS RUTIN, DIPSTIK, DAN PEWARNAAN Sternheimer Malbin PERIODE 2008-2009 Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rasionalitas obat (ketepatan pengobatan) adalah pemakaian obat yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis (Saraswati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre-eklamsia adalah hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan yang biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Pada pre-eklamsia, ditandai dengan hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran

Lebih terperinci

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006 ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006 Dessy, 2007 Pembimbing Utama I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK. Pembimbing

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN Penelitian Tugas Akhir

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN Penelitian Tugas Akhir EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 Penelitian Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS. ABSTRAK POLA DAN KEPEKAAN MIKROORGANISME HASIL KULTUR URINE PASIEN RAWAT INAP DI RUANG ICU RS IMMANUEL BANDUNG TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PERIODE 2006 2008 Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT 0 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : ASTRI KURNIASIH K 100060214 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Penularan infeksi dapat terjadi dari satu orang ke orang lain atau dari hewan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal pembesaran prostat jinak sering ditemukan pada pria dengan usia lanjut. BPH adalah kondisi dimana terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Oleh : NIM : M SURAKARTAA commit to user

Oleh : NIM : M SURAKARTAA commit to user EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN BRONKITISAKUT TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Namaa : Umi Hartini NIM : M3513055 DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Tessy et al., 2001). Infeksi

Lebih terperinci

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kategori Presentasi Klinis Laboratorium ISK non-komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Pielonefritis non komplikata akut ISK komplikata

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine Tahun 201 ISBN: 978-602-196-2-8 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID

Lebih terperinci

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Riska Ramdaniyah 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Erwin Fakhrani 3 Ketepatan

Lebih terperinci

EVALUASI PERESEPAN ANTIBIOTIK PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

EVALUASI PERESEPAN ANTIBIOTIK PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine Tahun 2015 ISBN: 978-602-19556-2-8 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim EVALUASI PERESEPAN ANTIBIOTIK PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI 1 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh: NOFIAH MAR ATUS SULIKHAH K 100 100 180 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) DI RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI JUNI 2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ASMAH USENG K 100 100 116

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI Oleh : CANTIKA NUKITASARI K100130065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Nugrahaningtyas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejadian bedah caesar semakin meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang. Di Inggris disampaikan bahwa terjadi kenaikan yakni 12% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Saluran kemih merupakan salah satu organ yang paling sering terjadi infeksi bakteri. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN KEMIH

INFEKSI SALURAN KEMIH TUTORIAL KLINIK INFEKSI SALURAN KEMIH Pembimbing m : dr. Albert Tri Rustamaji, Sp.PD Definisi i i Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme dl dalam urin. ISK tergantungt

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan

Lebih terperinci

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3 INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN ANALGETIK PADA PASIEN PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT ORTOPEDI (RSO) PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN ANALGETIK PADA PASIEN PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT ORTOPEDI (RSO) PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN ANALGETIK PADA PASIEN PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT ORTOPEDI (RSO) PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA PERIODE OKTOBER DESEMBER 2012 TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan teknik-teknik operasi, penggunaan antibiotik dan anestesia yang semakin baik serta penemuan alat elektronik yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN PASIEN DEWASA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 TUGAS AKHIR

ANALISIS RESIKO INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN PASIEN DEWASA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 TUGAS AKHIR ANALISIS RESIKO INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN PASIEN DEWASA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu (Sukandar, 2008). Penyakit

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,

Lebih terperinci

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung

Lebih terperinci