Laporan Antropologi KU4184 Kelas 02. Kebudayaan Mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Antropologi KU4184 Kelas 02. Kebudayaan Mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB"

Transkripsi

1 Laporan Antropologi KU4184 Kelas 02 Kebudayaan Mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB Disusun Oleh: Kelompok 7A Ulin Nuha Maghfuri Astried Sunaryani Selvis Nyusjantik Hadrian I.S Yulia Tempatih Putri Rilsen R Ibnu Febritirtana Ramon Rusli Program Studi Sosioteknologi Fakultas Seni Rupa dan Desain INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2009

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaysia memiliki beragam kebudayaan, namun beberapa kebudayaan dipengaruhi oleh kebudayaan dari Negara lain. Kebudayaan yang berada di Malaysia diantaranya adalah kebudayan kuno Melayu dan dua kebudayaan lain yaitu budaya Cina dan India. Ketiga grup ini dipersatukan dengan suku-suku asli yang beragam, yang sebagian besar tinggal di hutan dan wilayah perairan Kalimantan. Walau setiap kebudayaan bersusah payah mempertahankan kebiasaan tersendiri dalam bentuk komunitas, mereka juga berpadu mewujudkan peninggalan kebudayaan Malaysia jaman modern yang unik. Pada masa sekarang ini perkembangan atau evolusi kebudayaan telah terjadi di manamana. Adanya infiltrasi kebudayaan biasanya disebabkan karena interaksi sosial yang terjadi antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Hal ini juga terjadi apalagi jika suatu golongan atau individu telah lama menetap di daerah lain di luar daerah asalnya dengan kombinasi kebudayaan berbeda. Mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia cukup banyak jumlahnya. Proses belajar mereka menyebabkan mereka mau tidak mau harus tinggal dan menetap di Indonesia yang notabene memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli mereka. Oleh karena itu bukan tidak mungkin jika terjadi infiltrasi kebudayaan yang terjadi. Infiltrasi yang terjadi bisa berupa infiltrasi kabudayaan Malaysia terhadap masyarakat pribumi atau infiltrasi kebudayaan Indonesia di kalangan mahasiswa Malaysia. Setiap tahun, jumlah mahasiswa Malaysia di ITB terutama di jurusan Farmasi semakin meningkat. Mahasiswa Malaysia di jurusan Farmasi mulai ada sejak tahun 2005 dan berlanjut hingga sekarang. Oleh karena itu pada penelitian ini diamati ada atau tidaknya pengaruh budaya Indonesia (lokal) terhadap aktivitas sehari-hari mahasiswa Malaysia yang belajar di Institut Teknologi Bandung, khususnya di Sekolah Farmasi.

3 1.2 Tujuan 1. Mengetahui kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB dilihat dari 7 unsur kebudayaan: agama, bahasa, ekonomi, sosialisasi, kesenian, teknologi, dan pendidikan. 2. Mengetahui ada atau tidaknya pergeseran kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB selama tinggal di Indonesia. 1.3 Rumusan Masalah 1. Pengaruh budaya Indonesia terhadap gaya hidup mahasiswa Malaysia 2. Motivasi mahasiswa Malaysia kuliah di ITB terutama di jurusan farmasi 3. Kesulitan yang dialami mahasiswa Malaysia ketika kuliah di ITB 4. Hubungan sosial antara mahasiswa Malaysia dengan mahasiswa Indonesia 5. Pandangan mahasiswa Malaysia terhadap perselisihan antara negara Indonesia dengan negara Malaysia 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup pengerjaan laporan ini adalah penelitian kebudayaan mahasiswa Malaysia yang berada di Indonesia. Secara khusus, subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Malaysia yang sedang melakukan kegiatan perkuliahan di jurusan Teknik Farmasi ITB. 1.5 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan pada pengerjaan laporan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif didapatkan melalui kuesioner yang dilakukan kepada mahasiswa Teknik Farmasi ITB yang berasal dari negeri Malaysia. Analisis kuantitatif dilaksanakan pada tanggal 5 November Kuesioner dibagikan kepada 20 responden. Analisis kualitatif didapatkan melalui wawancara kepada beberapa mahasiswa Malaysia yang dilaksanakan pada tanggal 4 November Namun selain kedua bagian di atas, dalam pembuatan makalah ini digunakan pula studi literatur melalui media internet untuk pencarian teori yang digunakan dalam penelitian ini

4 BAB II TEORI DASAR Dalam menganalisis infiltrasi budaya yang terjadi di kalangan mahasiswa Malaysia yang kuliah di ITB, tentu harus didukung dan dikuatkan oleh teori-teori yang sudah ada. Dibawah ini tercantum teori-teori utama dan pendukung yang digunakan untuk menganalisis infiltrasi budaya mahasiswa Malaysia di ITB : 1. Teori Evolusi Budaya (Julian H.Stewart) Budaya manusia itu berkembang menurut beberapa arah yang berbeda. Evolusi budaya tidak bersifat unilinter, bahkan multilinter. Evolusi manusia bukanlah sematamata biologik belaka, malahan merupakan interaksi antara ciri-ciri fisik dan budaya, setiap ciri itu saling mempengaruhi satu sama lainnya. Manusia itu mempunyai upaya untuk menciptakan penyelesaian-penyelesaian yang rasional dalam kehidupan mereka, terutama dalam alam dan masalah-masalah teknis, dan juga mereka berupaya untuk mentransformasi penyelesaian tersebut kepada generasi berikut dan anggota lain dalam masyarakatnya. (teori neo-evolusionis) 2. Teori Kohesivitas dalam kelompok Kelompok yang lebih kecil rata-rata Lebih kohesiv dari pada kelompok yang lebih besar begitu pula jangkauannya (range) kohesivitas kelompok yang lebih kccil lebih besar dari pada kelompok yang lebih besar. Manusia cenderung untuk merasa lebih hahagia dalam kelompok yang sedikit. Kohesivitas kelompok mengacu pada sejauh mana anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dalam kelompok yang kohesivitasnya tinggi, setiap anggota kelompok itu mempunyai komitmen yang tinggi untuk mempertahankan kelompok tersebut. Kelompok kelompok yang berbeda dalam hal kohesivitasnya, dan banyak yang tidak pernah mencapai tingkat kelompok yang mempunyai daya tarik tertentu dan komitmen bersama yang merupakan ciri kohesivitas yang kuat. Kohesivitas yang lebih besar terutama berkembang dalam kelompok yang relatif kecil dan mempunyai organisasi yang lebih bersifat kerjasama daripada persaingan (Jewel & Reitz, 1981). Kesempatan saling berinteraksi antara para anggotanya secara lebih sering membantu berkembangnya kohesivitas kelompok tersebut.

5 Kohesivitas yang lebih besar terdapat dalam kelompok yang mempunyai lebih banyak kemiripan sikap, pendapat, nilai dan perilaku diantara para anggotanya ( Cartwright, 1968 ). Pada tahap awal perkembangan kelompok tingkat kemiringan tadi mengurangi kemungkinan terjadinya pertentangan yang mungkin memecah kelompok tadi menjadi fraksi fraksi yang lebih kecil atau menghancurkannya sama sekali. Perbedaan persepsi mengenai kelompok sendiri dan kelompok lain digambarkan dalam studi mengenai hubungan antar kelompok dalam perusahaan yang besar ( Alderfer and Smith, 1982 ). Pendapat mengenai tujuan dan nilai dua kelompok organisasi dilihat dari anggota sendiri dan dari anggota kelompok lain diperlihatkan dalam Skema 1. Adanya kesamaan persepsi anggota dalam masing masing kelompok dan perbedaan persepsi dengan persepsi dari anggota dalam kelompok lain. Meskipun perbedaan komposisi ras antara kedua kelompok dalam studi Alderfer dan Smith mungkin meningkatkan perbedaan persepsi, namun harus diperhatikan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai banyak persamaan. Semua anggota dari kedua kelompok tersebut adalah karyawan dari organisasi yang sama, dan semua mempunyai tingkat yang mirip dalam hirarki manajemen organisasi. Norma norma adalah standar tidak tertulis mengenai perilaku, nilai dan sikap yang tumbuh dari interaksi antar kelompok. Semakin tinggi rasa kebersamaan suatu kelompok, semakin kuat norma normanya, dan semakin besar kemungkinannya memaksakan individu mengikuti norma kelompok ( Kiesler & Kiesler, 1969, dalam, Jewell, LN; Siegall M, 1990 ). Teori Pendukung Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead) Teori interaksi simbolik memfokuskan kepada asal interaksi, yaitu aktivitas sosial yang bersifat dinamik dalam kehidupan para individu. Dalam melakukan interaksi sosial, seseorang akan melibatkan dirinya dengan orang lain, persepektif simbol-simbol, pengalaman hidup, pikiran dan kemampuan seseorang dalam menentukan perannya. Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung SI merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional (Ardianto. 2007: 40).

6 Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat humanis (Ardianto. 2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keangungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna buah pikiran yang disepakati secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik. Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 96), interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: (1) Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan,

7 dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. Mind, Self and Society merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal (Mead dalam West-Turner. 2008: 96), dimana dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia, 2. Pentingnya konsep mengenai diri, 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat. Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer (1969) dalam West-Turner (2008: 99) dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut: 1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya Konsep diri atau Self- Concept. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West- Turner (2008: 101), antara lain: 1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, 2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.

8 Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah: 1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, 2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Rangkuman dari hal-hal yang telah dibahas sebelumnya mengenai tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang berkaitan dengan interaksi simbolik, dan tujuh asumsiasumsi karya Herbert Blumer (1969) adalah sebagai berikut: Tiga tema konsep pemikiran Mead Pentingnya makna bagi perilaku manusia, Pentingnya konsep diri, Hubungan antara individu dengan masyarakat. Tujuh asumsi karya Herbert Blumer Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif, Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku, Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

9 BAB III DATA PENGAMATAN ] Dalam melakukan penelitian terhadap kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB, didapatkan data berupa kuesioner dan video wawancara langsung dengan beberapa mahasiswa Malaysia. Dibawah ini merupakan contoh kuesioner yang dibagikan, sedangkan video sudah ditunjukan pada saat presentasi kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB.

10

11

12

13

14 BAB 4 PEMBAHASAN Untuk meninjau lebih jauh tentang kebudayaan mahasiswa Malaysia yang kuliah di ITB bisa dilihat dari tujuh unsur: agama, bahasa, ekonomi, sosialisasi, kesenian, teknologi, dan pendidikan. Dibawah ini tercantum masing-masing unsur dengan penjelasannya 1. Agama Penduduk Malaysia sekitar 54% merupakan suku Melayu. Semua orang melayu di Malaysia dipandang sebagai Muslim, sehingga Islam merupakan agama resminya. Selain suku Melayu, dua suku terbesar lainnya adalah India dan Cina (Tionghoa). Suku India-Malaysia sebagian besar memeluk agama Hindu, sisanya memeluk agama Kristen dan Islam. Sedangkan suku Tionghoa- Malaysia sebagian besar memeluk agama Buddha, sisanya memeluk agama Kristen dan ajaran Tao. Mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB yang kami temui dan dijadikan responden sebagian besar merupakan suku Melayu dan India-Malaysia. Dari hasil kuisioner dan wawancara yang dilakukan ternyata sebagian besar memeluk agama Islam dan Hindu dengan persentase sebesar 39%, sisanya memeluk agama Buddha yaitu sebesar 11% dan agama Katolik dengan persentase sebesar 4%. Mahasiswa yang memeluk agama selain Islam dan Hindu, diperkirakan merupakan mahasiswa yang tergolong dalam suku Tionghoa-Malaysia dan beberapa dari suku India- Malaysia. Menurut beberapa komentar dari beberapa mahasiswa Indonesia di Farmasi ITB yang kami temui, awalnya pergaulan mahasiswa Malaysia seperti berkelompok berdasarkan suku-sukunya. Sering terlihat mahasiswa Malaysia suku India-Malaysia jalan bergerombol atau membentuk forum diskusi dengan sesamanya. Begitu pula dengan suku Melayu, mereka seolah-olah lebih sering bergaul dengan suku yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang agama, suku serta kebudayaan yang berbeda antara keduanya. Namun hal tersebut hanya ditemui di awal tahun pertama mereka, tahun-tahun berikutnya mahasiswa Malaysia Melayu dan India dapat membaur satu sama lain, bergaul, mengerjakan tugas kuliah dan belajar bersama. Mereka

15 menghormati perbedaan suku dan agama dengan tetap saling menghargai dan toleransi sebagai sahabat satu bangsa. Beberapa mahasiswa muslim Malaysia seringkali diikutsertakan dalam acara ta lim yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB seperti yang pernah diadakan pada September 2008 yang lalu. Tema yang dibahas saat itu adalah Ukhuwah Islamiyah. Pada acara tersebut mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Indonesia saling sharing pengalaman, berbagi ilmu agama dan dapat lebih menjalin kekerabatan sebagai sesama umat muslim. Sama halnya dengan mahasiswa Malaysia yang beragama Hindu serta agama yang lain, mereka biasanya melakukan peribadatan bersama, merayakan hari besar keagamaan dan lain sebagainya yang sifatnya agama. 2. Bahasa Bahasa resmi yang digunakan di Malaysia merupakan Bahasa Melayu. Bahasa Melayu digunakan dalam pemerintahan, pergaulan, acara adat, acara formal dan non-formal. Seringkali Bahasa Melayu ini dipakai bersamaan dengan bahasa Inggris, dimana bahasa ini merupakan bahasa yang banyak digunakan setelah Bahasa Melayu. Beberapa orang menyebut bahasa campuran Melayu dan Inggris ini sebagai Bahasa Malaysia. Sehingga sering ditemui penduduk Malaysia yang berkomunikasi dengan Bahasa Melayu dengan disertai beberapa kata dan istilah dalam bahasa Inggris. Sebagian besar mahasiswa Malaysia di Farmasi ITB menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam kuliah dan pergaulan, yaitu sebanyak 49%. Sisanya menggunakan bahasa campuran antara bahasa Inggris, Melayu dan Indonesia. Bahasa Inggris biasanya digunakan dalam kuliah dan berkomunikasi dengan dosen. Menurut beberapa mahasiswa Malaysia, ada sebagian dosen yang seringkali menggunakan beberapa kata dan istilah dalam Bahasa Indonesia, namun hal tersebut bukanlah merupakan kesulitan karena Bahasa Indonesia yang dipakai merupakan bahasa yang umum dan dimengerti oleh mahasiswa Malaysia. Selain itu terdapat beberapa persamaan kata antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu yang memiliki arti yang sama. Mahasiswa Malaysia berkomunikasi dengan sesama mahasiswa Malaysia menggunakan Bahasa Malaysia, yang merupakan campuran antara Bahasa Melayu dan Inggris. Beberapa mahasiswa Malaysia yang bersuku India seringkali menggunakan Bahasa Hindi dalam pergaulan dengan mahasiswa dari suku yang sama. Sedangkan untuk berkomunikasi dengan mahasiswa

16 Indonesia, mahasiswa Malaysia biasanya menggunakan bahasa campuran antara Inggris, Melayu dan Indonesia. Beberapa mahasiswa Malaysia mengaku sedikit kesulitan apabila berkomunikasi dengan mahasiswa Indonesia yang menggunakan bahasa dan beberapa istilah gaul, atau bukan Bahasa Indonesia yang baku. Hal ini seringkali menjadi masalah di tahun pertama perkuliahan. Namun hal ini menjadi daya tarik tersendiri karena mahasiswa Malaysia dapat menambah kosakata Bahasa Indonesianya. 3. Ekonomi Biaya hidup dan perkuliahan mahasiswa Malaysia Farmasi ITB selama di Bandung sebagian besar dibiayai oleh orang tua mereka masing-masing dan beberapa mahasiswa dibiayai oleh beasiswa dari pemerintah Malaysia. Tidak ada mahasiswa Malaysia yang berkeja paruh waktu (part time). Hal ini mungkin dikarenakan karena tujuan mereka hanya untuk belajar dan setelah lulus akan kembali lagi ke Malaysia, selain itu mungkin akan sulit untuk mencari pekerjaan paruh waktu mengingat status mereka sebagai mahasiswa dan berkewarganegaraan asing. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang melatarbelakangi mahasiswa Malaysia memilih untuk kuliah di jurusan Farmasi ITB adalah biaya perkuliahan yang murah. Beberapa calon mahasiswa Malaysia yang tertarik dalam jurusan medis seperti Kedokteran dan Farmasi, namun tidak kuliah di Malaysia dikarenakan daya tampung yang tidak mencukupi biasanya mencari universitas berkualitas di luar negeri yang membuka jurusan medis tersebut. Negara-negara yang menjadi incaran adalah Singapura, Jepang, UK, Australia dan Indonesia. Faktor yang selanjutnya dilihat setelah kualitas adalah biaya perkuliahan di universitas tersebut. Beberapa mahasiswa Malaysia yang kami wawancara menyatakan bahwa biaya perkuliahan di ITB tergolong murah jika dibandingkan dengan universitas di negara lain, selain itu lokasinya yang tidak terlalu jauh dari negara mereka dan kebudayaan yang masih serumpun sehingga dapat lebih mudah beradaptasi. Sebanyak 54% mahasiswa Malaysia tinggal di kosan, beberapa ada yang menyewa rumah untuk ditinggali bersama dan hanya sebagian kecil yang tinggal di asrama mahasiswa dan memiliki rumah sendiri. Daerah yang paling banyak ditempati adalah Tubagus Ismail, serta beberapa daerah lainnya yang terdapat di sekitar kampus ITB seperti Cisitu, Dago dan Sekeloa. Apabila dilihat dari biaya untuk membayar kos dan menyewa rumah, dapat dikatakan mereka menghabiskan uang yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya kos mahasiswa Indonesia.

17 Hal ini dikarenakan biaya hidup mereka yang lebih tinggi dan menginginkan fasilitas yang terbaik selama tinggal di Bandung. 4. Sosialisasi Masalah kesulitan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa Indonesia diakui oleh mahasiswa Malaysia hanya terjadi pada tahun-tahun pertama perkuliahan. Hal ini dikarenakan oleh latarbelakang kebudayaan yang berbeda sehingga mahasiswa Malaysia harus bisa beradaptasi dengan kebudayaan mahasiswa Indonesia di ITB. Mereka mengatakan bahwa masalah tersebut seringkali terjadi karena salah paham bahasa. Namun hal tersebut bukanlah masalah yang besar karena pada tahun-tahun berikutnya mahasiswa Malaysia sudah dapat berbaur dengan mahasiswa Indonesia. Menurut salah satu mahasiswa Farmasi ITB yang kami wawancarai, mahasiswa Malaysia angkatan 2005 berada dalam satu kelas yang sama dengan mahasiswa Indonesia, sehingga mereka dapat lebih cepat akrab dan bersosialisasi dengan mahasiswa Indonesia. Sedangkan untuk mahasiswa Malaysia mulai dari angkatan 2006 hingga saat ini berada dalam kelas internasional, dipisahkan dari kelas mahasiswa Indonesia sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk bersosialisasi dengan mahasiswa Indonesia. Walaupun dipisahkan atas kelas perkuliahan yang berbeda, mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Indonesia seringkali ditemukan dalam beberapa acara himpunan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) seperti acara olahraga, kebudayaan, rapat himpunan, belajar bersama, atau hanya sekedar kumpul-kumpul di himpunan. Menurut mahasiswa Indonesia, mahasiswa Malaysia ramah, bersahabat, aktif, dan mudah bergaul. Mahasiswa Malaysia sendiri tergabung dalam suatu unit kemahasiswaan yang disebut ISF atau International Student Forum. Forum Mahasiswa Internasional ITB ini berdiri sejak Maret 2007, bertujuan untuk membangun komunikasi antara mahasiswa lokal dan mancanegara, serta sebagai ajang mahasiswa asing untuk berkumpul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan ITB maupun Bandung secara umum. Sebagian besar anggota unit ini merupakan mahasiswa Sekolah Farmasi ITB yang kenyataannya memang Sekolah Farmasi ITB memiliki jumlah mahasiswa asing paling banyak. Anggotanya terdiri dari beberapa mahasiswa asing yang berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, Malawi, Uganda, Sudan and Republik Czech. Namun anggota terbanyak berasal dari Malaysia.

18 5. Kesenian Melalui unit ISF yang telah dijelaskan sebelumnya, sering diadakan acara-acara kebudayaan dan kesenian. Hal ini dapat dilihat pada acara International Day 2009 yang dilaksanakan di Aula Timur pada 18 April 2009 lalu. Acara tersebut bertemakan Colours of The World in One Night. Acara ini diisi oleh mahasiswa-mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di ITB, selain dari Malaysia, ada juga mahasiswa dari India, Kamboja, Madagaskar, Belanda, Vietnam, Laos, Jepang, dan Republik Czech. Pada malam kebudayaan tersebut, mahasiswa Malaysia mempresentasikan keberagaman ras yang tinggal di Malaysia, yang terdiri atas Malay, Kadazan, Bidayah, India, dan Cina. Presentasi ini disajikan dalam bentuk slide yang sangat menarik. Selain itu, mahasiswa Malaysia juga memberikan pertunjukan drama yang berjudul We Are One. Drama ini menceritakan kisah pasangan dari dua ras berbeda, yaitu ras Malay dan ras India yang dihukum ditenggelamkan di sungai lantaran melanggar adat setempat yang tidak memperbolehkan perkawinan antar etnik. Diceritakan pada jaman dahulu, perkawinan antara dua ras berbeda di Malaysia hukumnya taboo, namun hal ini kini sudah tidak berlaku lagi, sehingga perkawinan antar etnik pun diperbolehkan. Setelah itu disajikan beberapa penampilan dari mahasiswa negara lain, dan malam kebudayaan ini pun ditutup dengan penampilan kombinasi tarian tiga etnik Malaysia. Acara tersebut merupakan suatu acara terbesar yang diadakan ISF. Sedangkan untuk sehariharinya tidak dilakukan latihan kesenian dan kebudayaan seperti yang sering dilakukan Unit Kesenian Minang atau Lingkung Seni Sunda ITB. Namun apabila diadakan acara kebudayaan seperti itu lagi, tentu saja mahasiswa Malaysia akan memberikan pertunjukan kebudayaan yang tidak kalah menarik dari yang sebelumnya dengan mempelajari budaya bangsa mereka secara lebih detail dan memperkenalkan keberagaman budayanya kepada mahasiswa Indonesia. Saat ditanyakan pendapat mereka mengenai perang kebudayaan antara Indonesia- Malaysia mereka menjawab beragam. Mereka mengatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena Indonesia dan Malaysia berasal dari nenek moyang yang sama, sama-sama keturunan melayu, kemudian banyaknya orang Indonesia yang tingal di Malaysia selama bertahun-tahun dan mereka membawa kebudayaan dari Indonesia kemudian tanpa disadari kebudayaan tersebut berkembang di Malaysia, sehingga sering dipakai dalam acara-acara kebudayaan disana. Namun

19 diakui mahasiswa Malaysia perang ini tidak mempengaruhi sikap mahasiswa Malaysia dalam pergaulan dengan mereka sehingga hal ini pun tidak mempengaruhi pendidikan mereka di kampus ITB. 6. Teknologi Menurut hasil survey dan wawancara yang kami lakukan ternyata mahasiswa Malaysia farmasi ITB sudah fasih dalam penggunaan internet. Dalam seharinya mereka bisa mengakses lebih dari enam kali. Lima situs yang paling sering dikunjungi adalah Yahoo!, Google.com, Facebook.com, Blogger.com, dan Youtube.com. Berdasarkan daftar situs tersebut, mahasiswa Malaysia sebagai pengguna internet cenderung menggunakan internet untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan fasilitas mesin pencari. Alasan mengapa yahoo lebih sering dikunjungi daripada google yang notabene merupakan mesin pencari paling besar di dunia internet disebabkan karena yahoo yang pada dasarnya adalah sebuah porta yang dilengkapi dengan mesin pencari, jadi selain hanya sekedar untuk mencari alamat web melalui search engine, tapi juga memanfaatkan layanan Yahoo untuk memperoleh berita/news, layanan , Yahoo! Massenger, dll. Sedangkan google belum bisa menyaingi yahoo dari segi web portal yang dimiliki oleh google. Untuk mengakses internet dari kampus ataupun dari pusat perbelanjaan dan tempat umum lainnya, mahasiswa Malaysia sudah terbiasa dengan menggunakan layanan hotspot atau Wi-Fi. Beberapa dari mereka ada yang memilih menggunakan modem dari operator tertentu dengan alasan koneksi internetnya lebih cepat dan lebih mudah digunakan. Dari aspek teknologi lainnya, mahasiswa Malaysia sudah terbiasa dengan program-program komputer dan paham bagaimana cara menggunakannya. Selain untuk keperluan akademis, komputer dan internet juga sering digunakan sebagai sarana refreshing dengan menggunakan fasilitas di situs jejaring sosial, game online atau pc-game, dan lain sebagainya. Selain kecakapan dalam penggunaan internet dan komputer, ternyata semua mahasiswa Malaysia memiliki telepon genggam yang dapat dikatakan sudah lebih maju dengan fasilitas 3G, internet mobile, kamera, MP3/video player dan beberapa fitur-fitur canggih lainnya.

20 7. Pendidikan Sebagian besar anak-anak Malaysia mulai bersekolah pada usia tiga sampai enam tahun, di Taman Kanak-Kanak. Kemudian setelah berumur tujuh tahun dilanjutkan pada sekolah dasar yang dienyam selama enam tahun. Setelah lulus dari sekolah dasar dilanjutkan dengan pendidikan tahap kedua yang disebut dengan Sekolah Menengah Kebangsaan (atau setara SMP + SMA di Indonesia) dengan lama pendidikan yaitu selama lima tahun. Siswa-siswi yang hendak memasuki universitas, harus menyelesaikan pendidikan tambahan selama 12 sampai 18 bulan di Form Six dan mengikuti Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM) siswa-siswi yang telah menamatkan program ini dapat mendaftar di universitas lokal dan luar negeri. Siswa-siswi Malaysia memiliki minat yang sangat tinggi terhadap dunia medis, yang mencakup Kedokteran dan Farmasi. Sedangkan dari Malaysia sendiri universitas yang berkualitas terhadap kedua jurusan tersebut sangatlah terbatas, daya tampungnya pun sangat terbatas. Sehingga beberapa siswa memilih untuk kuliah di universitas di luar Malaysia. Beberapa negara yang menjadi incaran adalah Amerika Serikat, Inggris, Australia, Singapura, indonesia, Kanada, Jepang, Yordania, Mesir, Korea, Jerman, Perancis, Republik Rakyat Cina, Irlandia, Rusia, Polandia dan Republik Ceko. Berikut adalah beberapa universitas ternama di Malaysia: Universitas Publik: University of Malaya Universiti Sains Malaysia Universiti Putra Malaysia Universiti Teknologi Malaysia Universiti Teknologi MARA Universiti Kebangsaan Malaysia Universitas Swasta: Multimedia University Universitas Teknologi Petronas Universitas Internasional: Monash University Malaysia Campus Curtin University of Technology Sarawak Campus

21 Swinburne University of Technology Sarawak Campus University of Nottingham Malaysia Campus Dari beberapa universitas tersebut di atas, universitas yang memilik jurusan medis yang berkualitas hanya beberapa saja, yaitu University of Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti Sains Malaysia, Universiti Putra Malaysia, Universiti Teknologi MARA, dan Monash University Malaysia. Seperti telah dikatakan sebelumnya, karena keterbatasan universitas dan daya tampung, mahasiswa Malaysia mencari universitas di luar Malaysia. Salah satu tujuannya adalah Indonesia, beberapa universitas di Indonesia yang diminati seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanudin, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, Universitas Brawijaya, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Sumatra Utara dan Universitas Gunadharma. Dari hasil wawancara kami terhadap beberapa responden mahasiswa Malaysia, mereka mengatakan bahwa jurusan farmasi di Institut Teknologi Bandung memiliki kualitas yang sangat baik dan tidak kalah dengan jurusan farmasi di universitas Malaysia. Selain itu karena penyakit yang terjadi di Indonesia lebih beragam, mereka berharap dapat ilmu dan pengalaman lebih banyak. Mereka mengetahui keberadaan dan kualitas universitas-universitas di Indonesia berdasarkan atas informasi yang diperoleh dari guru-guru, orangtua, serta pameran pendidikan universitas-universitas Indonesia yang sering diadakan di Malaysia. Selama mengenyam pendidikan di ITB dan menurut hasil kuisioner yang kami sebarkan ternyata sebagian besar mahasiswa Malaysia memiliki indeks prestasi yang baik yaitu berkisar antara (dengan persentase tertinggi), kemudian cukup banyak yang berkisar antara , sebagian memiliki indeks prestasi sangat baik, yaitu diatas 3.50 dan hanya sedikit yang memiliki indeks prestasi di bawah Menurut para dosen yang sempat kami wawancarai, mahasiswa Malaysia termasuk mahasiswa yang pintar, mudah menerima pelajaran, aktif, responsif, dan memiliki prestasi yang baik. Saat ditanyakan akan melanjutkan kemana setelah lulus dari farmasi ITB ini, lebih dari 60% mengatakan akan bekerja di Malaysia, dan sebagian akan mengambil program master di Malaysia. Melihat persentase bekerja di Malaysia sangat besar, dapat dikatakan bahwa mahasiswa Malaysia sangat cinta akan negaranya dan ingin memberikan bakti dan ilmunya untuk kemajuan di negaranya, khususnya dalam bidang medis.

22 Pembahasan Kuesioner Salah satu bentuk metode penelitian yang dilakukan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai bahan analisis. Kuesioner disebar kepada mahasiswamahasiswa Malaysia yang berkuliah di Sekolah Farmasi ITB. Responden yang dimintai pendapatnya melalui kuesioner berasal dari angkatan 2006 dan Pemilihan angkatan 2006 dan 2007 sebagai responden diakibatkan oleh angkatan tersebut sudah cukup lama berkuliah di Indonesia sehingga pergeseran kebudayaan yang terjadi diharapkan dapat lebih terlihat dan memberikan data yang lebih representatif. Dari kuesioner yang disebarkan dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa Malaysia di SF ITB beragama Islam dan Hindu. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa Malaysia keturunan melayu dan india. Selanjutnya jika dibandingkan dengan data yang memperlihatkan bahasa yang digunakan oleh mahasiswa tersebut dalam kegiatan sehari-harinya, maka terlihat bahwa bahasa Inggris sebagai bahasa universal dunia digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Namun bahasa indonesia juga digunakan oleh mahasiswamahasiswa malaysia tersebut, sehingga dapat dinyatakan bahwa dalam segi bahasa telah terjadi pergeseran kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori evolusi budaya menurut Julian H. Stewart, yang menyatakan: Budaya manusia itu berkembang menurut beberapa arah yang berbeda. Evolusi budaya tidak bersifat unilinter, bahkan multilinter. Evolusi manusia bukanlah sematamata biologik belaka, malahan merupakan interaksi antara ciri-ciri fisik dan budaya, setiap ciri itu saling mempengaruhi satu sama lainnya. Manusia itu mempunyai upaya untuk menciptakan penyelesaian-penyelesaian yang rasional dalam kehidupan mereka, terutama dalam alam dan masalah-masalah teknis, dan juga mereka berupaya untuk mentransformasi penyelesaian tersebut kepada generasi berikut dan anggota lain dalam masyarakatnya. Terjadi evolusi dalam bidang bahasa terhadap mahasiswa-mahasiswa malaysia yang ditunjukkan dengan digunakannya bahasa indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Dari segi makanan juga terlihat bahwa terjadi evolusi dimana makanan seperti makanan sunda yang jarang ditemukan di malaysia difavoritkan oleh sebagian mahasiswa malaysia walaupun tidak sebesar masakan padang yang lebih menyerupai cita rasa masakan malaysia.

23 Ketertarikan mahasiswa-mahasiswa tersebut terhadap kebudayaan indonesia pun dapat menjadi salah satu tolak ukur evolusi yang terjadi terhadap mahasiswa-mahasiswa tersebut. Dari pertanyaan tentang tempat tinggal para mahasiswa tersebut dapat terlihat bahwa teori kohesivitas kelompok sangat teraplikasi. Teori kohesivitas kelompok menurut Seashore (1954) menyatakan: Kelompok yang lebih kecil rata-rata lebih kohesif dari pada kelompok yang lebih besar begitu pula jangkauannya (range) kohesivitas kelompok yang lebih kecil lebih besar dari pada kelompok yang lebih besar. Manusia cenderung untuk merasa lebih bahagia dalam kelompok yang sedikit. Tempat tinggal para mahasiswa sebagian besar berupa asrama atau rent house yang dapat dianalisis sebagai bentuk kohesivitas mahasiswa malaysia sebagai kelompok yang lebih kecil sehingga lebih cenderung untuk bersama dalam kegiatan sehari-harinya (tempat tinggal). Selain itu dari pengamatan sehari-hari juga terlihat bahwa mahasiswa malaysia dalam pegaulan sehariharinya lebih memilih bergaul dengan sesama mahasiswa malaysia dibandingkan dengan mahasiswa lokal. Pergeseran kebudayaan yang terjadi dalam berbagai bidang terhadap mahasiswamahasiswa tersebut selain merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap kebudayaan indonesia, juga merupakan salah satu bentuk evolusi yang terjadi karena menetap dalam waktu yang cukup lama di negeri lain. Sebagai suatu kelompok dengan jumlah yang lebih sedikit maka pengaruh dari kelompok yang lebih besar dalam segi kebudayaan merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan.

24 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari laporan ini adalah Mayoritas mahasiswa Malaysia di jurusan Farmasi beragama Islam dan Hindu Bahasa yang umum digunakan dalam perkuliahan adalah bahasa Inggris dan dalam sosialisasi dengan mahasiswa Indonesia adalah bahasa Indonesia Biaya hidup selama perkuliahan berasal dari orang tua dan beasiswa dari pemerintah Malaysia Tempat tinggal mahasiswa Malaysia pada umumnya di satu lingkungan (asrama) Di luar kampus, mahasiswa Malaysia memiliki unit kebudayaan ISF dan PKPMI Mayoritas mahasiswa Malaysia sudah fasih menggunakan teknologi IPK rata-rata mahasiswa Malaysia berkisar antara Sebagian besar mahasiswa Malaysia dapat dengan mudah beradaptasi dengan kebudayaan Indonesia contohnya dalam makanan dan pariwisata Indonesia 5.2 Saran Saran yang bisa ditambahkan dalam pembahasan kebudayaan mahasiswa Malaysia di ITB ini antara lain : Sebagai mahasiswa Indonesia seharusnya kita memberi contoh yang positif terhadap mahasiswa Malaysia di ITB karena kebudayaan mereka sudah mulai berinfiltrasi dengan kebudayaan kita Sebaiknya dengan adanya konflik yang sedang berkembang antara Malaysia dengan Indonesia bukanlah menjadi penghalang untuk kita menjalin hubungan yang baik dengan mahasiswa Malaysia

25 1. Foto-foto Expo pendidikan di Malaysia LAMPIRAN

26 2. Tanya Jawab Pertanyaan: Apakah ada perbedaan fasilitas dan perlakuan dari program studi ataupun dari dosen terhadap mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Indonesia? (Mifta Radya Arsyi) Jawaban: Memang terdapat perbedaan fasilitas antara mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Indonesia, hal ini terlihat pada saat praktikum. Mahasiswa Malaysia mendapatkan fasilitas lebih berupa alat-alat yang lebih bagus dan baru serta penyiapan zat dan bahan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan biaya perkuliahan mereka yang memang lebih mahal dibandingkan dengan biaya perkuliahan yang harus dibayar oleh mahasiswa Indonesia, sehingga fasilitas mereka pada saat praktikum pun tentu saja berbeda. Namun untuk perlakuan pada saat praktikum ataupun pada saat perkuliahan tidak ada yang berbeda. Semua dosen farmasi yang mengajar di kelas internasional dan kelas reguler memberikan perlakuan yang sama, baik dalam hal penilaian, pemberian tugas, dan tingkat kesulitan pada saat memberikan soal ujian. Pertanyaan: Mengapa mahasiswa Malaysia tertarik untuk kuliah di Indonesia? Apa karena mereka tidak lulus ujian masuk di universitas Malaysia? (Hamzah Syawaludin) Jawaban: Ujian masuk untuk universitas ternama atau favorit dan berkualitas di Malaysia, khususnya untuk jurusan medis memang cukup sulit dan daya tampungnya pun terbatas. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang nilainya baik, namun tidak diterima karena keterbatasan daya

27 tampung tersebut. Sehingga alternatif mereka adalah mencari universitas lain diluar Malaysia yang tentu saja memiliki kualitas yang sangat baik. Pilihan mereka banyak yang jatuh pada universitas-universitas di Indonesia, selain karena kualitas, biaya kuliah yang relatif murah dan juga lokasi Indonesia yang dekat dengan Malaysia, serta budaya yang masih serumpun sehingga lebih mudah untuk beradaptasi. Pertanyaan: Kenapa hanya jurusan medis yang diminati? Kenapa jurusan teknik tidak diminati? (Rien Rakhmana) Jawaban: Universitas di Malaysia yang memiliki jurusan medis dan berkualitas hanya sedikit dan terbatas, sedangkan minat siswa akan jurusan tersebut sangatlah tinggi. Sehingga mereka cenderung untuk mencari universitas lain di luar Malaysia. Sedangkan untuk jurusan teknik, selain peminatnya yang tidak sebanyak peminat jurusan medis, banyak universitas di Malaysia sudah memiliki jurusan teknik yang berkualitas dan terakreditasi sangat baik. Misalnya saja University of Malaya, Universiti Sains Malaysia, Universiti Putra Malaysia, Universiti Teknologi Malaysia, Universiti Teknologi MARA, Universiti Kebangsaan Malaysia, dan masih banyak universitas yang lainnya. Pertanyaan: Bagaimana mekanisme masuknya mahasiswa Malaysia ke ITB? Jawaban: Setiap tahunnya di Malaysia digelar pameran pendidikan yang diselenggarakan oleh universitasuniversitas ternama di Indonesia. Pameran ini diadakan setidaknya 2 3 kali dalam setahun. Dari

28 pamera inilah mereka mengetahui berbagai informasi tentang universitas di Indonesia. Untuk masuk ITB, mereka mengikuti seleksi mahasiswa asing atau overseas student admission atau setara dengan USM-ITB. Syarat pendaftaran dan penyajian soal serta jenis tes yang dilakukan pun sama dengan USM-ITB hanya saja dalam bahasa Inggris. Pertanyaan: Apakah mahasiswa Malaysia termasuk dalam anggota himpunan? Sejauh mana keaktifan mereka di himpunan? Apakah ada perkumpulan mahasiswa Malaysia di ITB? Jawaban: Iya, mahasiswa Malaysia termasuk dalam himpunan (HMF). Sampai dengan angkatan 2007 yang masuk himpunan adalah mahasiswa yang berminat saja, namun untuk angkatan 2008 karena ada masalah yang terjadi, tidak diketahui apa masalahnya, menurut salah satu anak farmasi, semua mahasiswa Malaysia termasuk himpunan. Hanya saja ada anggota aktif dan non-aktif. Untuk anggota yang aktif, selanjutnya akan mengikuti kaderisasi kedua. Mahasiswa Malaysia seringkali diundang dan dilibatkan dalam beberapa acara himpunan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) seperti acara olahraga, kebudayaan, rapat himpunan, belajar bersama, atau hanya sekedar kumpul-kumpul di himpunan. Menurut mahasiswa Indonesia, mahasiswa Malaysia ramah, bersahabat, aktif, dan mudah bergaul. Mahasiswa Malaysia dan mahasiswa asing lain yang kuliah di ITB tergabung dalam suatu organisasi atau unit yang dinamakan ISF (International Student Forum). Forum Mahasiswa Internasional ITB ini berdiri sejak Maret 2007, bertujuan untuk membangun komunikasi antara mahasiswa lokal dan mancanegara, serta sebagai ajang mahasiswa asing untuk berkumpul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan ITB maupun Bandung secara umum. Sebagian besar anggota unit ini merupakan mahasiswa Sekolah Farmasi ITB yang kenyataannya memang Sekolah Farmasi ITB memiliki jumlah mahasiswa asing paling banyak. Anggotanya terdiri dari beberapa mahasiswa asing yang berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, Vietnam,

29 Laos, Myanmar, Kamboja, Malawi, Uganda, Sudan and Republik Czech. Namun anggota terbanyak berasal dari Malaysia. Pertanyaan: Adakah mahasiswa malaysia selain di farmasi ITB? Adakah di antara mahasiswa malaysia yang berminat menetap di indonesia? Jawaban: Ada beberapa mahasiswa asing yang tersebar di beberapa jurusan lain di ITB, hanya saja jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak sebanyak mahasiswa Malaysia di jurusan farmasi. Selain itu kelompok kami hanya meneliti kebudayaan mahasiswa Malaysia yang berada di jurusan farmasi saja. Dari hasil kuisioner yang kami sebarkan, setelah lulus dari ITB lebih dari 60% mengatakan akan bekerja di Malaysia, dan sebagian (13%) akan mengambil program master di Malaysia. Tidak ada mahasiswa Malaysia yang ingin menetap di Indonesia.

30 DAFTAR PUSTAKA

Mahasiswa Malaysia di Jurusan Farmasi ITB

Mahasiswa Malaysia di Jurusan Farmasi ITB Mahasiswa Malaysia di Jurusan Farmasi ITB Kelompok 7-A Ibnu F - 13105008 Selvis N - 10506078 Ulin - 10106057 Astried - 10505010 Rilsen R - 12206054 Ramon R - 13506025 Yulia Tempatih P - 10706066 Hadrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimpulkan bahwa sebuah organisasi haruslah memiliki interaksi antar anggotanya.

BAB I PENDAHULUAN. disimpulkan bahwa sebuah organisasi haruslah memiliki interaksi antar anggotanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Chester I. Bernard Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Temuan Penelitian. Temuan penelitian berupa data lapangan yang diperoleh melalui

BAB IV ANALISA DATA. A. Temuan Penelitian. Temuan penelitian berupa data lapangan yang diperoleh melalui BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Temuan penelitian berupa data lapangan yang diperoleh melalui penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Ini sangat diperlukan sebagai hasil pertimbangan antara

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Faktor faktor yang dipentingkan oleh siswa SMA dalam memilih sebuah perguruan tinggi Berikut ini faktor faktor yang dipentingkan oleh siswa SMA dalam memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disediakan oleh pemasar menjadi tidak selalu efektif. informasi yang tidak memihak dan jujur berdasarkan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disediakan oleh pemasar menjadi tidak selalu efektif. informasi yang tidak memihak dan jujur berdasarkan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang serba modern seperti saat ini, perkembangan bisnis menjadi sangat ketat sehingga konsumen menjadi semakin selektif dalam memilih informasi-informasi pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaum muda yang notabene adalah generasi yang baru bertumbuh dewasa dan masih harus mencari orientasi hidup, tidak jarang menjadi korban dari dampak budaya virtual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa identik dengan perantau, lokasi universitas yang tersebar di seluruh Indonesia serta proses seleksi masuk universitas dengan skala nasional menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia bisnis yang ada membuat banyak perusahaan asing hadir di Indonesia. Berbagai perusahaan yang bergerak di bidang seperti telekomunikasi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang 248 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengkaji tentang Internalisasi Nilai Integrasi untuk Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui setiap individu yang lahir ke dunia ini. Keluarga sebagai bagian dari suatu kelompok sosial mentransformasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa asing kini memiliki nilai yang sangat penting seiring perkembangan dunia. Kemampuan berbahasa asing menjadi sebuah tuntutan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.1. Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan reputasinya sebagai Kota Pelajar di Indonesia 1. Tidak

Lebih terperinci

Ditulis oleh ICT Antropologi FISIP UNAND Senin, 23 November :05 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 02 Februari :51

Ditulis oleh ICT Antropologi FISIP UNAND Senin, 23 November :05 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 02 Februari :51 A. Mata Kuliah Wajib 1. Pendidikan Agama Islam HKU 141, 3 SKS Mata kulliah Agama Islam bertujuan agar mahasiswa Antropologi memahami prinsip-prinsip dan hubungan satu sama lain antara aspek-aspek ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan uraian simpulan dari skripsi yang berjudul Perkembangan Islam Di Korea Selatan (1950-2006). Simpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam budaya. Dari Sabang sampai Merauke dapat ditemukan keanekaragaman ciri khas budaya daerah masing-masing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui Smartphone. Mulai dari chatting, jejaring sosial, bermain game,

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui Smartphone. Mulai dari chatting, jejaring sosial, bermain game, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman era ponsel pintar sekarang ini, banyak hal yang bisa dilakukan melalui Smartphone. Mulai dari chatting, jejaring sosial, bermain game, membaca berita

Lebih terperinci

Beri putra putri Anda awal yang tepat untuk masuk universitas

Beri putra putri Anda awal yang tepat untuk masuk universitas Monash University Foundation Year Beri putra putri Anda awal yang tepat untuk masuk universitas www.monashcollege.edu.au Mengapa memilih Foundation Year kami yang berbasis di Melbourne? Persiapan terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, sama ada di lingkungan keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, sama ada di lingkungan keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sehari-hari, sama ada di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan hingga pemerintahan sering kita menyebutkan dengan pemimpin, kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang sesuai nantinya, hal

BAB I PENDAHULUAN. tentunya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang sesuai nantinya, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah lulus SMA, ada banyak pilihan bagi siswa untuk melanjutkan hidupnya. Salah satunya adalah melanjutkan studi ke universitas. Orang memilih melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 3 MASALAH DAN TUJUAN DESAIN

BAB 3 MASALAH DAN TUJUAN DESAIN BAB 3 MASALAH DAN TUJUAN DESAIN 3.1 Identifikasi Masalah Sejauh tahun 2.006, 79% orang orang yang disurvei di Indonesia dikutip dalam sebuah forum masyarakat, salah satu hal/ issue dari "tiga sumber yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN A. Geografis dan Demografis Desa bantan air merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

PROPOSAL PENGAJUAN BEASISWA UNGGULAN PASCASARJANA DALAM NEGERI BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI

PROPOSAL PENGAJUAN BEASISWA UNGGULAN PASCASARJANA DALAM NEGERI BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROPOSAL PENGAJUAN BEASISWA UNGGULAN PASCASARJANA DALAM NEGERI BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA A. Pendahuluan Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik Karya Ilmiah Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis Oleh SUTONO NIM : 10.12.4644 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal abad ke-21, istilah internet sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016 70/11/51/Th. X, 1 November 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2016 mencapai 445.576 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan organisasi adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak akan lepas dari interaksi. Agar interaksi dapat berjalan dengan baik, tiap manusia memerlukan proses berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan 33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP N 3 Magelang Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/1 Materi Pokok : Manusia, Tempat, Lingkungan Materi pembelajaran : Dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan

Lebih terperinci

KERJA SAMA DAERAH DAN INDUSTRI

KERJA SAMA DAERAH DAN INDUSTRI KERJA SAMA DAERAH DAN INDUSTRI 2008 bv KERJA SAMA DAERAH DAN INDUSTRI DENGAN UNIVERSITAS INDONESIA Dalam program ini, ditawarkan 54 program studi jenjang pendidikan sarjana yang secara integratif berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisi Tionghoa pada awalnya sempat ditentang selama 32 tahun dan kurang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung akibat terjadinya gonjang-ganjing

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN

KEDUDUKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN 354 Kedudukan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia Pendidikan KEDUDUKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN Yulia Agustin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik Diperkenalkan oleh G. Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika. Menurut Mead, terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi pada jaman sekarang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui

I. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman disiplin berdasarkan norma atau nilai yang telah dimiliki masyarakat Indonesia yang majemuk, baik dalam lingkungan tradisi maupun dalam lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan daerahnya yang sangat bermacam-macam. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN SEPTEMBER 2016 No. 70/11/71/Th.X, 1 November 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN SEPTEMBER 2016 Jumlah Wistawan Mancanegara (WisMan) yang datang ke Sulawesi Utara melalui pintu masuk bandara Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat ini membuat

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

KUESIONER INDIVIDUALISM -- COLLECTIVISM

KUESIONER INDIVIDUALISM -- COLLECTIVISM LAMPIRAN Lampiran 1. Alat Ukur KUESIONER INDIVIDUALISM -- COLLECTIVISM Identitas Jenis Kelamin Usia Urutan dalam keluarga : L / P :... tahun : anak ke dari bersaudara Fakultas/Jurusan :... Semester/Angkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya tercipta karena pemikiran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana utama yang dapat mengembangkan kemampuan dan potensi

Lebih terperinci

Biologi Angkatan 2010

Biologi Angkatan 2010 Tracer Study ITB Biologi Angkatan 2010 Biologi Data Responden Total alumni yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner (65 org) Total alumni dalam satu angkatan (65 org) Alumni yang memiliki alamat email

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari beribu-ribu pulau tersebut Indonesia memiliki berbagai suku, ras, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami bahwa Indonesia terdiri atas beraneka-ragam budaya. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami bahwa Indonesia terdiri atas beraneka-ragam budaya. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari beraneka ragam budaya. Indonesia menjadikan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

KAJIAN DESKRIPTIF PEMANFAATAN INTERNET OLEH MAHASISWA DI JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PADA TAHUN 2012

KAJIAN DESKRIPTIF PEMANFAATAN INTERNET OLEH MAHASISWA DI JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PADA TAHUN 2012 KAJIAN DESKRIPTIF PEMANFAATAN INTERNET OLEH MAHASISWA DI JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PADA TAHUN 2012 Oleh : Dwi Sudarno Putra 1), M Nasir 2), Irma Yulia Basri 3),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mempunyai potensi yang tinggi di bidang hiburan. Ada beragam tempat yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat lokal maupun internasional, misalnya ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan sehari-hari bagi seluruh umat manusia. Tiada hari tanpa berkomunikasi. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa

Lebih terperinci

STANDAR 3. KEMAHASISWAAN DAN LULUSAN

STANDAR 3. KEMAHASISWAAN DAN LULUSAN STANDAR 3. KEMAHASISWAAN DAN LULUSAN 3.1 Profil Mahasiswa dan Lulusan 3.1.1 Tuliskan data seluruh mahasiswa reguler (1) dan lulusannya dalam lima tahun terakhir dengan mengikuti format tabel berikut: Tahun

Lebih terperinci

Bab IV Rekomendasi IV.1. Analisis Lanjutan

Bab IV Rekomendasi IV.1. Analisis Lanjutan 48 Bab IV Rekomendasi Pada bab ini akan dipaparkan jalannya tahap 3 penelitian (Gambar III.1), yaitu mengenai pembentukan rekomendasi bagi UKM untuk langkah implementasi selanjutnya. Sebagai dasar pemberian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi dunia seperti ini dimana banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat membuat masyarakat semakin semangat di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

Our Mobile Planet: Indonesia

Our Mobile Planet: Indonesia Our Mobile Planet: Indonesia Memahami Konsumen Seluler Mei 2013 Rahasia dan Milik Google 1 Ringkasan Eksekutif Ponsel cerdas telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Penetrasi ponsel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

MEMBANDINGKAN PENDIDIKAN DI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU

MEMBANDINGKAN PENDIDIKAN DI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU MEMBANDINGKAN PENDIDIKAN DI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU IBRAHIM AJI K (NIM 13108241037) RENI LiSTyANA (NIM 131 08241059) MARIA GORETTY A.B (NIM 13108241119) RATIH PUTRi K (NIM 13108244013) ESWADI

Lebih terperinci

Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Fase Kedua Fase Keempat Sebelum tahun 1800 Pertengahan abad ke 19 Permulaan abad ke 20 Sesudah tahun 1930 Fase Pertama Fase Ketiga Akhir abad 15, bangsa Eropa melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Telepon genggam dewasa ini sudah menjadi salah satu barang elektronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Telepon genggam dewasa ini sudah menjadi salah satu barang elektronik yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telepon genggam dewasa ini sudah menjadi salah satu barang elektronik yang merakyat. Masyarakat, mulai dari kalangan bawah sampai atas membutuhkan telepon genggam.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FMIPA UAD

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FMIPA UAD PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FMIPA UAD PEDOMAN KERJA PRAKTEK PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FMIPA UAD Mei 2015 PENGANTAR Assalaamu alaykum wr wb Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu matakuliah wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak terjadinya Revolusi Industri di Eropa khususnya di Inggris, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin pesat. Teknologi yang diciptakan

Lebih terperinci