RESPONS SEL GOBLET TERHADAP PENYAKIT PARASITIK PADA AYAM PETELUR YANG DIBERIKAN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPONS SEL GOBLET TERHADAP PENYAKIT PARASITIK PADA AYAM PETELUR YANG DIBERIKAN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli"

Transkripsi

1 Goblet Cell Response Against Parasitic Disease in Laying Hens Treated With Excretory/Secretory of Ascaridia galli L 3 RESPONS SEL GOBLET TERHADAP PENYAKIT PARASITIK PADA AYAM PETELUR YANG DIBERIKAN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli Ummu Balqis 1, Darmawi 2, Muhammad Hambal 3 1 Laboratory of Pathology, Veterinary Faculty of Syiah Kuala University 2 Laboratory of Microbiology, Veterinary Faculty of Syiah Kuala University 3 Laboratory of Parasitology, Veterinary Faculty of Syiah Kuala University. d_darmawi@yahoo.com Abstract The aim of this research was to examine the effect of excretory/secretory released by L 3 of A. galli to trigger mucosal response based on proliferation of goblet cells in laying hens. As many as 12 Isa Brown layers were devided into four groups. First group was not treated. Second group was treated with 80 µg excretory/secretory A. galli mixed with Fruend Adjuvant Complete and repeated three times with dose of each 60 µg excretory/secretory of A. galli mixed with Freund Adjuvant Incomplete with an interval of one week intra muscularly. Third group chickens were treated with 1000 L 2 of A. galli. Fourth group chickens were treated with excretory/secretory and chalanged with 1000 L 2 one week later. The chickens were necropsy two weeks after chalanged. Doudenum, jejunum, and ileum of intestines were cut in transversally. The tissue were blocked in paraffin and the histologic preparates were done by means of dehydration, clearing, infiltration and embedding in paraffin, section and special periodic acid staining. Goblet cells response were observed and counted per 1000 of absorptive cells in villi of intestine. The result showed that vaccinated was able to increased significantly goblet cells. This research concluded that the excretory/secretory could trigger mucosal response against parasitic diseases caused by A. galli. Keywords: Ascaridia galli, excretory/secretory, goblet cell 790

2 Pendahuluan Kecacingan yang disebabkan oleh Ascaridia galli pada ayam petelur masih saja terjadi, akibatnya dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat berarti. Meskipun jarang menimbulkan kematian, namun ayam petelur mengalami penurunan produksi yang sangat signifikan karena sifat penyakit yang berjalan kronis. Cacing yang survive di dalam saluran cerna menjadi pengganggu pertumbuhan sehingga dapat menurunkan bobot badan dan penurunan produksi telur. Infeksi A. galli dapat menimbulkan lesio patologis seperti deskuamasi, hiperemi dan hemoragi, dan juga ulserasi intestinal yang kadang-kadang berakhir dengan kematian. Invasi cacing nematoda parasitik ke jaringan dapat memicu host-parasite interaction. Respons imunitas selaput lendir mukosa saluran cerna inang definitif terhadap infeksi cacing nematoda dibangkitkan oleh antigen cacing tersebut. Antigen ekskretori/sekretori dapat memicu peningkatan respons sel T helper 2 (Th-2). Reaksi sel Th-2 dapat menggertak pelepasan sitokin terutama interleukin (IL-3, IL-4 dan IL- 5). IL-3 merangsang mastopoiesis berdegranulasi untuk melepaskan mediator peradangan, senyawa vasoaktif dan kemoatraktan yang berfungsi untuk merekrut sel eosinofil. IL-5 merangsang aktivasi sel eosinofil untuk melepaskan mediator kimia seperti enzim hidrolitik dan zat sitotoksik. Aktivasi sitokin yang dilepaskan oleh sel T yaitu Th-2 merangsang proliferasi dan hiperplasia sel goblet dan pelepasan mukus yang bersifat viscoelastic gel. Sel goblet berbentuk seperti piala yang terletak diantara sel absorbtif saluran cerna [1]. Sel goblet mensintesis granula-granula yang bersifat netral yang mengandung musin glikoprotein dan asam sialat [2]. Proliferasi sel goblet memberi perlindungan permukaan usus halus dari ancaman invasi A. galli [3], dan mukus yang dilepaskan oleh sel goblet membatasi gerakan cacing dengan cara menutupi kutikulanya sehingga tidak mampu mengadakan perlekatan pada mukosa usus dan dengan bantuan peristaltik usus akan dikeluarkan bersama tinja [4]. Kutikula cacing nematoda Nipprostrongylus brasiliensis dirusak oleh antibodi yang disekresikan ke dalam lumen intestinal tikus. Cacing dijerat melalui fragment antibodi (Fab), sedangkan fragment constant (Fc) antibodi tertanam ke dalam reseptor FcєRI yang terdapat pada permukaan sel mast mukosa saluran pencernaan dan sel eosinofil. Transduksi sinyal dari rantai γ pada reseptor FcєRI menyebabkan degranulasi sel mast mukosa untuk melepaskan senyawa faktor kemotaktik, faktor vasoaktif, histamin dan serotinin. Histamin memicu kontraksi otot pada usus halus, dan serotonin menyebabkan vasokontriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Kontraksi usus halus dan sel eosinofil melepaskan major basic protein yang bersifat helmintoksik sehingga cacing dapat dikeluarkan melalui self cure reaction [5]. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respons pertahanan mukosa usus halus berdasarkan respons sel goblet yang mengalami proliferasi dan hiperplasia sel goblet pada duodenum, jejunum, dan ileum ayam petelur yang divaksinasi dengan ekskretori/sekretori dan ditantang dengan L 3 A. galli. Metode Rancangan Penelitian. Sepuluh hari sebelum vaksinasi masing-masing ayam dipastikan bebas dari infeksi cacing melalui pemeriksaan telur tiap gram tinja. Ayam dipelihara secara individual dalam kandang baterei yang diberi pakan komersial dan air minum secara ad libitum. Dua belas ekor ayam HySex Brown berumur 12 minggu 791

3 digunakan sebagai ayam percobaan yang dibagi menjadi empat kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari tiga ekor ayam. Kelompok 1 adalah sebagai kelompok kontrol, ayam tidak divaksin dan tidak pula ditantang. Kelompok 2 adalah ayam divaksin dengan crude ekskretori/sekretori. Kelompok 3 adalah ayam diinfeksi dengan dosis 1000 L 2 A. galli. Kelompok 4 adalah ayam divaksin dengan crude ekskretori/sekretori L 3 A. galli dan dtantang dengan dosis 1000 L 2 A. galli. Semua ayam percobaan dinekropsi pada minggu ke-2 pascainfeksi. Pertahanan selaput lendir mukosa saluran cerna ayam diamati dengan cara melihat reaksi proliferasi dan hiperplasia sel goblet pada sediaan histologi dari duodenum, jejunum, dan ileum semua kelompok ayam percobaan. Ekskretori/Sekretori. Sebanyak 5 10 ekor L 3 dikultur secara in vitro dalam setiap ml medium Rosswell Park Memorial Institute (RPMI 1640). Antigen ekskretori/sekretori dipreparasi dari produk metabolisme L 3 yang dilepaskan ke dalam medium kultur. Medium kultur dipekatkan dengan vivaspin MWCO [6], dan kuantitas protein antigen dihitung dengan metode Bradford. Vaksinasi. Vaksinasi dilakukan empat kali secara intramuskular dalam interval waktu satu minggu setiap kali vaksinasi. Vaksinasi pertama menggunakan 80 g ekskretori/sekretori dalam emulsi antigen plus Freund s Complete Adjuvant (FCA) yang diikuti dengan tiga kali suntikan booster (60 g ekskretori/sekretori setiap kali vaksinasi) dalam emulsi antigen plus Incomplete Freund s Adjuvant (IFA) [7,8]. Infeksi L 2 A. galli. Cacing betina terpilih ditempatkan ke dalam cairan aquadestilata steril di bawah stereo mikroskop dan tubuhnya dilukai dengan ujung oese yang tajam sehingga uterusnya keluar dari tubuh cacing. Uterus ditoreh kembali sehingga telur A. galli mengalir di dalam aquadestilata. Telur cacing diinkubasi dalam cawan petri plastik berisi aquadestilata steril pada temperatur kamar selama hari (tergantung perkembangan larva) sehingga terbentuk larva infektif (L 2 ) [9]. Selanjutnya, L 2 A. galli dimasukkan ke dalam masing-masing eppendorf dengan dosis 1000 untuk diinfeksikan langsung ke dalam oesofagus ayam. Preparasi Sediaan Histologi. Pembuatan sedian preparat histologi dilakukan dengan mengambil sampel usus sepanjang 2 cm dari duodenum, jejunum, dan ileum dan difiksasi dalam Bufer Normal Formalin 10%. Jaringan usus tersebut kemudian didehidrasi melalui etanol dengan kadar bertingkat, dijernihkan dalam xylol, diblok dalam parafin dan dipotong setebal 5 m [10]. Respons Sel Goblet. Respons sel goblet pada usus halus ayam petelur dievaluasi berdasarkan proliferasi dan hiperplasia sel goblet melalui sediaan histologi duodenum, jejunum, dan ileum. Sediaan sel goblet diwarnai dengan pewarnaan khusus Periodic Acid (PAS). Jumlah sel goblet dihitung per 1000 sel-sel absorbtif pada villi [11]. Analisis Data. Data diuji dengan analisis sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan [12]. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah sel goblet pada duodenum kelompok ayam yang divaksin, kelompok ayam yang diinfeksi, kelompok ayam yang divaksin dengan ekskretori/sekretori dan ditantang dengan dosis 1000 L 2 792

4 A. galli berbeda secara signifikan (P < 0,05) dibandingkan dengan kelompok ayam yang tidak divaksin dan tidak diinfeksi. Peningkatan jumlah sel goblet secara signifikan juga terjadi antara kelompok ayam yang divaksin dan ditantang dibandingkan dengan semua kelompok. Secara statistik, perbedaan jumlah sel goblet tidak signifikan (P > 0,05) pada duodenum antara kelompok ayam yang divaksin dengan kelompok ayam yang diinfeksi. Pada jejunum dan ileum, perbedaan jumlah sel goblet antara kelompok infeksi dan kelompok ayam divaksin dan ditantang menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (Tabel 1). TABLE 1 Rataan jumlah sel goblet pada 1000 sel absorbtif usus halus. No. Perlakuan Duodenum Jejunum Ileum 1-203,33 ± 2,29 a 142,67 ± 4,43 a 108,33 ± 0,58 a 2 ES ± 7,26 b 215,00 ± 5,69 b 200,33 ± 1,45 b 3 L 2 264,67 ± 4.71 b 293,67 ± 5,22 c 313,00 ± 5,20 c 4 ES + L 2 525,00 ± 5,19 c 339,00 ± 3.76 c 343,33 ± 7,09 c Keterangan: - = kelompok ayam yang tidak divaksin dan tidak ditantang, ES = kelompok ayam yang divaksin dengan ekskretori/sekretori, L 2 = kelompok ayam yang diinfeksi dengan dosis 1000 L 2, ES + L 2 = kelompok ayam yang divaksin dan ditantang dengan dosis 1000 L 2. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang signifikan. Peningkatan jumlah sel goblet ditemukan pada duodenum, jejunum, dan ileum dari kelompok ayam yang diimunisasi dengan ekskretori/sekretori dan atau ayam yang diinfeksi dengan dosis 1000 L 2 A. galli seperti yang disajikan pada Tabel 1. Sel goblet dihasilkan secara terus menerus pada individu yang terinfeksi pada gastrointestinal [3, 11, 13, 14, 15]. Proliferasi sel goblet berperan dalam mekanisme pengeluaran larva A. galli dengan cara mensekresikan, menyimpan, dan melepaskan musin ke dalam lumen untuk menambah kapasitas lendir sehingga larva dengan cepat dapat dikeluarkan dari tubuh inang definitif [6, 16, 17]. Vaksinasi yang dilakukan pada penelitian ini dapat meningkatkan pertahanan selaput lendir mukosa usus halus ayam petelur yang ditandai dengan proliferasi sel goblet. Musin yang dihasilkan sel goblet secara berkesinambungan menghasilkan lendir yang mampu menjerat larva A. galli dan dengan gerakan peristaltik usus akan dikeluarkan dari saluran cerna ayam petelur. Musin yang dihasilkan oleh sel goblet dilaporkan berperan sebagai barrier pertahanan fisik dan non-spesifik terhadap invasi larva. Proliferasi dan hiperplasia sel goblet intestinal pada nematodosis berimplikasi terhadap kuantitas musin yang disalurkan ke dalam lumen intestinal. Musin sel goblet dengan konsentrasi garam-garam sulfat yang lebih banyak dapat berperan pada pengeluaran larva secara cepat [5]. Gambaran yang diperoleh dari penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahu bahwa mekanisme pengeluaran larva N. brasiliensis secara cepat terjadi karena kolaborasi antara sel mast dengan sel goblet [11]. Pengeluaran cacing genus Strongyloides dewasa dipengaruhi oleh sel mast [18]. Peneliti lain melaporkan bahwa protease produk dari ekskretori/sekretori cacing nematoda dewasa Strongyloides ratti secara in vitro dapat merangsang sel limfosit T dari sel-sel limfonodus mesenterik tikus untuk menghasilkan limfokin [19]. Limfokin yang dihasilkan adalah IL-3 yang dapat memicu proliferasi sel mast mukosa intestinal dari differensiasi sel progenitor. Hasil penelitian lain juga membuktikan bahwa sel mast merupakan sel efektor dalam mekanisme pertahanan selaput lendir, sel mast 793

5 berhubungan dengan keluarnya cacing dewasa, dan sangat tergantung pada jenis parasit dan inang percobaan yang digunakan [4]. Musin yang dihasilkan sel goblet merupakan campuran antara air, glikoprotein, glikolipid, elektrolit-elektrolit, enzim, garam, dan sekresi kelenjar. Apabila musin sel goblet terlepas ke dalam lumen akan berintegrasi dengan imunoglobulin menghasilkan efek antitoksin pada permukaan mukosa dan epitel saluran pencernaan, sehingga dapat merupakan barrier yang protektif bagi sel-sel epitel usus dari ancaman agen penyakit. Selain itu, sel goblet dibutuhkan untuk menjaga kapasitas lendir yang membentuk gel, kental, dan lengket di dalam lumen sehingga membatasi larva berpenetrasi ke jaringan sehingga larva akan mudah didorong ke caudal dan dikeluarkan bersama tinja oleh kontraksi peristaltik saluran cerna [20]. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekskretori/sekretori yang dilepaskan oleh L 3 A. galli dapat memicu respons sel goblet yang ditandai oleh proliferasi sel goblet mukosa usus halus ayam petelur. Ucapan Terima Kasih Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang telah membiayai penelitian ini melalui Riset Unggulan Terpadu. Daftar Pustaka [1] I.R. Tizard, Veterinary Immunology an Introduction. Fifth Edition, WB Sounders Company, a Division of Harcourt Brace and Company (The Curtis Center Independence Square West, Philadelphia, Pennsylvania, 1996). [2] J.B. McKeand, Knox D.P., Duncan J.L. and Kennedy M.W., Protective Immunisation of Guinea Pigs Against Dictyocaulus viviparus Using Excretory/Sexcretory Product of Adult Parasites. Int. J. for Parasitol. 25 (1995), [3] U. Balqis, Darmawi, Tiuria R, Priosoeryanto B.P, dan Suhartono M.T., Proliferasi Sel Goblet Duodenum, Jejunum, dan Ileum Ayam Petelur Yang Diimunisasi dengan Protein Ekskretori/Sekretori Ascaridia galli. Jurnal Kedokteran Hewan 1:2 (2007), [4] Y. Nawa, Abe T, and Owhashi M., Host Response to Helminths with Emphasis on Eosinophils and Mast Cells. In Helminthology. Edition Chowdhury N and Tada I. (Norasa Publishing House, New Delhi, 1994). [5] I.M. Roitt and Delves P.J., Roitt s Esential Immunology. Tenth Edition, Blackwell Science Ltd. (Osney Mead Oxford OX2 OEL, 2001). [6] R. Tiuria, Ridwan Y. and Murtini S., Study of Bioactive Substance from Ascaridia galli Adult Worm that Stimulate Intestinal Mucosal Defense Mechanism in Chicken for Medical Purpose (Proceeding of the Seminar on Science and Technology, Indonesia-Toray Science Foundation, Jakarta 2003). [7] G. Camenisch, M. Tini, D. Chilov, I. Kvietikova, V. Srinivas, J. Caro, P. Spielmann, R. H. Wenger, and M. Gassmann, General Applicability of Chicken Egg Yolk Antibodies: the Performance of IgY Immunoglobulins Raised Against the Hypoxia-inducible Factor 1. J. FASEB. 13 (1999), [8] D. Carlander, Avian IgY Antibody in vitro and in vivo. Comprehensive Summaries of Uppsala Dissertations from the Faculty of Medicine, (ACTA Universitatis Upsaliensis, Upsala 2002). [9] R. Tiuria, Hubungan Antara Dosis Infeksi, Biologi Ascaridia galli dan Produktivitas Ayam Petelur (Tesis. Program Pascasarjana. Program Studi Sains Veteriner, Institut Pertanian Bogor, 1991). 794

6 [10] U. Balqis, Darmawi, Handharyani E, dan Hambal M. Deteksi Keberadaan Antigen Pada Kutikula Ascaridia galli Dengan Imunoglobulin Yolk Melalui Metode Imunohistokimia (Proceeding: Seminar Nasional ChESA, Banda Aceh, Desember 2010). [11] H.R.P. Miller and Nawa Y., Nipprostrongylus brasiliensis: Intestinal Goblet Cell Response in Adoptively Immunized Rats. J. of Exp. Parasitol. 47 (1979), [12] R.G.D. Steel and Torrie JH., Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi ke-2. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999). [13] P.D.C. Douch, Morum PE, and Rabel B., Secretion of Anti-parasite Substances and Leukotrines from Ovine Gastrointestinal Tissues and Isolated Mucosal Mast Cells. Int. J. for Parasitol, 26:2 (1996), [14] T.R. Klei, Immunological Control of Gastrointestinal Nematode Infections. Vet. Parasitol. 72 (1997), [15] B. Deplancke and Gaskins H.R., Microbial Modulation of Innate Defense: Goblet Cells and the Intestinal Mucus Layer. Am. J. of Clin. Nutr. 73:6 (2001): 1131S-1141S. [16] F. Athaillah, Respon Pertahanan Selaput Lendir Usus Halus Terhadap Infeksi Cacing Ascaridia galli Pada Ayam Petelur (Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 1999). [17] U. Balqis, Pengaruh Pemberian Ekskretori-Sekretori (ES) Cacing Ascaridia galli Dewasa, L 2, dan Kombinasinya Terhadap Perubahan Struktur Morfologi Saluran Cerna Ayam Petelur (Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 2004). [18] A.I. Khan, Horii Y, Tiuria R, Satoo Y dan Nawa Y., Mucosal Mast Cells and the Expulsive Mechanisms of Mice Against Strongyloides venezuelensis. Inter. J. for Parasitol. 23 (1993), [19] T. Abe, Nawa Y, and Yoshimura K., Protease Resistant Interleukin-3 Stimulating Components in Excretory and Secretory Products from Adult Worms of Strongyloides ratti. J. of Helminthol. 66 (1992), [20] W. Harnett, MacDonald M, Preece G, Patterson M and Parkhouse M.E., Production of Monoclonal Antibodies Against Excretory-Secretory Products of Adult Male Onchocerca gibsoni. J. of Parasitol. 83:2 (1997),

RESPONS PERTAHANAN MUKOSA USUS HALUS AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEASE DAN DITANTANG DENGAN DOSIS 1000 L 2 Ascaridia galli

RESPONS PERTAHANAN MUKOSA USUS HALUS AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEASE DAN DITANTANG DENGAN DOSIS 1000 L 2 Ascaridia galli 41 RESPONS PERTAHANAN MUKOSA USUS HALUS AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEASE DAN DITANTANG DENGAN DOSIS 1000 L 2 Ascaridia galli ABSTRAK Mekanisme pertahanan usus halus terhadap nematoda parasitik

Lebih terperinci

POTENSI ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3, IMUNOGLOBULIN YOLK, DAN KOMBINASINYA TERHADAP PENURUNAN POPULASI Ascaridia galli

POTENSI ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3, IMUNOGLOBULIN YOLK, DAN KOMBINASINYA TERHADAP PENURUNAN POPULASI Ascaridia galli 61 POTENSI ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3, IMUNOGLOBULIN YOLK, DAN KOMBINASINYA TERHADAP PENURUNAN POPULASI Ascaridia galli ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui populasi larva

Lebih terperinci

PROLIFERASI SEL GOBLET DUODENUM, JEJUNUM, DAN ILEUM AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEIN EKSKRETORI/SEKRETORI ASCARIDIA GALLI

PROLIFERASI SEL GOBLET DUODENUM, JEJUNUM, DAN ILEUM AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEIN EKSKRETORI/SEKRETORI ASCARIDIA GALLI J. Ked. Hewan Vol. 1 No. 2 September 2007 PROLIFERASI SEL GOBLET DUODENUM, JEJUNUM, DAN ILEUM AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEIN EKSKRETORI/SEKRETORI ASCARIDIA GALLI Goblet Cells Proliferation

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEASE DAN DITANTANG DENGAN DOSIS 1000 L 2 Ascaridia galli

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEASE DAN DITANTANG DENGAN DOSIS 1000 L 2 Ascaridia galli 57 GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN PROTEASE DAN DITANTANG DENGAN DOSIS 1000 L 2 Ascaridia galli ABSTRAK Cacing nematoda Ascaridia galli menyebabkan perubahan patologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Ascaridia galli, antigen ekskretori/sekretori, ELISA ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: Ascaridia galli, antigen ekskretori/sekretori, ELISA ABSTRACT PENGUKURAN ANTIBODI AYAM PETELUR YANG DIIMUNISASI DENGAN ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli MELALUI UJI ENZYME LINKED IMMUNOSORBANT ASSAY 46 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI PROTEASE DARI EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTAHANAN DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS AYAM PETELUR UMMU BALQIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

Key words: Ascaridia galli, embrionated eggs, larvae

Key words: Ascaridia galli, embrionated eggs, larvae 16 KAJIAN PERKEMBANGAN L 1, L 2, DAN L 3 Ascaridia galli PADA AYAM PETELUR ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan perkembangan populasi L 3 Ascaridia galli pada usus halus ayam petelur.

Lebih terperinci

Populasi Ascaridia galli Dalam Usus Halus Ayam Yang Diberikan Kombinasi Ekskretori/Sekretori L 3 dan Imunoglobulin Yolk

Populasi Ascaridia galli Dalam Usus Halus Ayam Yang Diberikan Kombinasi Ekskretori/Sekretori L 3 dan Imunoglobulin Yolk Populasi Ascaridia galli Dalam Usus Halus Ayam Yang Diberikan Kombinasi Ekskretori/Sekretori L 3 dan Imunoglobulin Yolk (Ascaridia galli populations in intestine of chickens treated with combination of

Lebih terperinci

Ascaris suum pada babi berperan sebagai molekul biologi aktif untuk penetasan telur, molting, pemecah jaringan inang, invasi dan migrasi larva ke

Ascaris suum pada babi berperan sebagai molekul biologi aktif untuk penetasan telur, molting, pemecah jaringan inang, invasi dan migrasi larva ke 69 PEMBAHASAN UMUM Prosentase L 1 yang berkembang menjadi L 2 adalah 89,46% (Gambar 7) sedangkan prosentase L 2 yang berkembang menjadi L 3 adalah 12,7% (Tabel 1). Kemampuan L 3 Ascaridia galli berkembang

Lebih terperinci

ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR DARMAWI

ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR DARMAWI ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR DARMAWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

IMMUNOLOGI PENYAKIT PARASITER METAZOA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN VAKSIN

IMMUNOLOGI PENYAKIT PARASITER METAZOA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN VAKSIN IMMUNOLOGI PENYAKIT PARASITER METAZOA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN VAKSIN Risa Tiuria. Laboratorium Helmintologi, Departemen Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Jalan

Lebih terperinci

Kajian Titer Antibodi Pada Yolk dari Ayam yang Diimunisasi Dengan Antigen Ekskretori/Sekretori Stadium L 3 Ascaridia galli

Kajian Titer Antibodi Pada Yolk dari Ayam yang Diimunisasi Dengan Antigen Ekskretori/Sekretori Stadium L 3 Ascaridia galli Kajian Titer Antibodi Pada Yolk dari Ayam yang Diimunisasi Dengan Antigen Ekskretori/Sekretori Stadium L 3 Ascaridia galli (Evaluation of antibody titre in yolk from immunized chickens with excretory/secretory

Lebih terperinci

POPULASI L3 PADA AYAM PETELUR YANG DIINFEKSI DENGAN DOSIS L2 Ascaridia galli

POPULASI L3 PADA AYAM PETELUR YANG DIINFEKSI DENGAN DOSIS L2 Ascaridia galli POPULASI L3 PADA AYAM PETELUR YANG DIINFEKSI DENGAN DOSIS 6.000 L2 Ascaridia galli L3 Populations in Laying Hens Infected with 6,000 L2 of Ascaridia galli Darmawi 1, Ummu Balqis 2, Risa Tiuria 3, Retno

Lebih terperinci

Purifikasi Imunoglobulin Yolk Anti Avian Influenza Dari Kuning Telur Ayam Arab

Purifikasi Imunoglobulin Yolk Anti Avian Influenza Dari Kuning Telur Ayam Arab Purifikasi Imunoglobulin Yolk Anti Avian Influenza Dari Kuning Telur Ayam Arab Darmawi 1, Muhammad Hambal 2, Fakhrurrazi 1 1 Staf Pengajar Mikrobiologi Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TELUR INFEKTIF Ascaridia galli MELALUI KULTUR IN VITRO

PERKEMBANGAN TELUR INFEKTIF Ascaridia galli MELALUI KULTUR IN VITRO PERKEMBANGAN TELUR INFEKTIF Ascaridia galli MELALUI KULTUR IN VITRO The Development of Ascaridia galli Infective Eggs by In Vitro Culture Ummu Balqis 1, Darmawi 2, Muhammad Hambal 3, dan Risa Tiuria 4

Lebih terperinci

ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR DARMAWI

ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR DARMAWI ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR DARMAWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

PURIFIKASI PROTEASE DARI EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli ABSTRAK

PURIFIKASI PROTEASE DARI EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli ABSTRAK 14 PURIFIKASI PROTEASE DARI EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli ABSTRAK Enzim proteolitik yang disekresikan oleh parasit memainkan peran pada proses penetrasi dan migrasi jaringan inang. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower. Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki posisi sangat penting dan strategis dari sisi kekayaan dan keanekaragaman jenis tumbuhan beserta ekosistemnya (Walujo, 2011). Kekayaan dan keanekaragamannya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratorium UIN Agriculture

MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratorium UIN Agriculture III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Materi

MATERI DAN METODA. Materi MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Biokimia Fisiologi Mikrobiologi Nutrisi Fakultas Peternakan, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya

Lebih terperinci

Dampak Infeksi Ascaridia galli Terhadap Gambaran Histopatologi dan Luas Permukaan Vili Usus Halus serta Penurunan Bobot Hidup Starter

Dampak Infeksi Ascaridia galli Terhadap Gambaran Histopatologi dan Luas Permukaan Vili Usus Halus serta Penurunan Bobot Hidup Starter Dampak Infeksi Ascaridia galli Terhadap Gambaran Histopatologi dan Luas Permukaan Vili Usus Halus serta Penurunan Bobot Hidup Starter L. ZALIZAR 1, F. SATRIJA 2, R. TIURIA 2 dan D.A. ASTUTI 3 1 Fakultas

Lebih terperinci

DISAIN PENELITIAN. SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR

DISAIN PENELITIAN. SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR 15 DISAIN PENELITIAN ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli SEBAGAI PEMICU PEMBENTUKAN IMUNOGLOBOLIN YOLK (IgY) PADA AYAM PETELUR KAJIAN PERKEMBANGAN L 1, L 2, DAN L 3 Ascaridia galli

Lebih terperinci

Purifikasi Imunoglobulin Yolk Pada Ayam yang Divaksin terhadap Ekskretori/Sekretori Stadium L 3 Ascaridia galli

Purifikasi Imunoglobulin Yolk Pada Ayam yang Divaksin terhadap Ekskretori/Sekretori Stadium L 3 Ascaridia galli Purifikasi Imunoglobulin Yolk Pada Ayam yang Divaksin terhadap Ekskretori/Sekretori Stadium L 3 Ascaridia galli (Purification yolk immunoglobulin of hens vaccinated against excretory/secretory Ascaridia

Lebih terperinci

mencapai stadium infektif (L 2 ) dalam waktu hari tergantung kepada temperatur serta kelembaban lingkungan (Gambar 1). Daur hidup disempurnakan

mencapai stadium infektif (L 2 ) dalam waktu hari tergantung kepada temperatur serta kelembaban lingkungan (Gambar 1). Daur hidup disempurnakan 5 TINJAUAN PUSTAKA 1. Cacing Ascaridia galli Cacing A. galli tersebar secara meluas pada negara-negara di suluruh dunia. Penyebaran ascaridiosis dapat terjadi pada keadaan temperatur tropis dan sub-tropis.

Lebih terperinci

PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO

PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang sebagian besar waktunya dihabiskan di air. Kemampuan termoregulasi itik menjadi rendah karena tidak

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan April 2010. Sampel diperoleh dari Kepulauan Seribu. Identifikasi cacing parasitik dilakukan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Selama 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Ayam Ayam kampung atau sering disebut ayam buras merupakan jenis ayam hutan liar yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Selama ratusan tahun

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 hingga Januari 2012. Pemeliharaan ayam, vaksinasi dan pelaksanaan uji tantang serta pengamatan gejala klinis

Lebih terperinci

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN PRODUKTIVITAS DUA BANGSA ITIK LOKAL: ALABIO DAN MOJOSARI PADA SISTEM KANDANG BATTERY DAN LITTER (PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) Maijon

Lebih terperinci

Press. Ames, Iowa, USA. Camenisch et al General Applicability of Chicken Egg Yolk Antibodies: the Performance of IgY Immunoglobulins Raised

Press. Ames, Iowa, USA. Camenisch et al General Applicability of Chicken Egg Yolk Antibodies: the Performance of IgY Immunoglobulins Raised 79 DAFTAR PUSTAKA Abe T, Nawa Y, and Yoshimura K. 1992. Protease Resistant Interleukin-3 Stimulating Components in Excretory and Secretory Products from Adult Worms of Strongyloides ratti. J. of Helminthol.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

KONSENTRASI PROTEIN DAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL EKSKRETORI/SEKRETORI L3 Ascaridia galli

KONSENTRASI PROTEIN DAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL EKSKRETORI/SEKRETORI L3 Ascaridia galli KONSENTRASI PROTEIN DAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL EKSKRETORI/SEKRETORI L3 Ascaridia galli Protein Concentration and Determination of Excretory/Secretory Molecular Weight Released by L 3 of Ascaridia galli

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli SKRIPSI PUTRI MULYA SARI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran forensik, farmakologi dan ilmu patologi anatomi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa nematoda menjadikan manusia sebagai pejamunya. Beberapa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa nematoda menjadikan manusia sebagai pejamunya. Beberapa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminth Beberapa nematoda menjadikan manusia sebagai pejamunya. Beberapa nematoda yang menginfeksi usus manusia ditularkan melalui tanah dan disebut dengan

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6.

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6. METODE PENELITIAN Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6. Pengujian probiotik secara in vivo pada tikus percobaan yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan,

Lebih terperinci

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. ii ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Viusid Pet terhadap

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Abdul Azis, Anie Insulistyowati, Pudji Rahaju dan Afriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi

Lebih terperinci

PERAN IMUNOGLOBULIN (IgY) SEBAGAI ANTI ADHESI DAN OPSONIN UNTUK PENCEGAHAN SERANGAN Salmonella ENTERITIDIS EFRIZAL

PERAN IMUNOGLOBULIN (IgY) SEBAGAI ANTI ADHESI DAN OPSONIN UNTUK PENCEGAHAN SERANGAN Salmonella ENTERITIDIS EFRIZAL PERAN IMUNOGLOBULIN (IgY) SEBAGAI ANTI ADHESI DAN OPSONIN UNTUK PENCEGAHAN SERANGAN Salmonella ENTERITIDIS EFRIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERAN IMUNOGLOBULIN (IgY) SEBAGAI

Lebih terperinci

Press. Ames, Iowa, USA. Camenisch et al General Applicability of Chicken Egg Yolk Antibodies: the Performance of IgY Immunoglobulins Raised

Press. Ames, Iowa, USA. Camenisch et al General Applicability of Chicken Egg Yolk Antibodies: the Performance of IgY Immunoglobulins Raised 86 DAFTAR PUSTAKA Abe T, Nawa Y, and Yoshimura K. 1992. Protease Resistant Interleukin-3 Stimulating Components in Excretory and Secretory Products from Adult Worms of Strongyloides ratti. J. of Helminthol.

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

ABSTRAK. Shella Hudaya, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, S.Si,M.Si.,M.Pharm.Sc,Ph.D Pembimbing II : Hana Ratnawati, dr., M.Kes

ABSTRAK. Shella Hudaya, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, S.Si,M.Si.,M.Pharm.Sc,Ph.D Pembimbing II : Hana Ratnawati, dr., M.Kes ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP JUMLAH LIMFOSIT PADA LIMPA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINOKULASI Listeria monocytogenes Shella Hudaya, 2008 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.) SKRIPSI RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.) OLEH: RIA EFITA 11081200238 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ASCARIS SUUM YANG DIRADIASI TERHADAP POPULASI LARVA PADA REINFEKSI

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ASCARIS SUUM YANG DIRADIASI TERHADAP POPULASI LARVA PADA REINFEKSI PENGARUH PEMBERIAN TELUR ASCARIS SUUM YANG DIRADIASI TERHADAP POPULASI LARVA PADA REINFEKSI T 616.965 4 PAR ABSTRAK DISERTASI Suatu sifat dari parasit yang menginfeksi hospesnya antara lain dapat timbulnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang

Lebih terperinci

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia secara geografis merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Seiring perkembangan dunia kesehatan, tumbuhan merupakan alternatif

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN PELAWAN (Tristaniopsis obovata R.Br) TERHADAP STRUKTUR JARINGAN USUS HALUS TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN PELAWAN (Tristaniopsis obovata R.Br) TERHADAP STRUKTUR JARINGAN USUS HALUS TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN PELAWAN (Tristaniopsis obovata R.Br) TERHADAP STRUKTUR JARINGAN USUS HALUS TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Indah Okvita Sari 1, Yusfiati 2, Fitmawati 2 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

Hasil identifikasi Rhoads et al. (1997) membuktikan bahwa A. suum mensekresikan aminopeptidase. Aktivitas protease diidentifikasikan di dalam cairan

Hasil identifikasi Rhoads et al. (1997) membuktikan bahwa A. suum mensekresikan aminopeptidase. Aktivitas protease diidentifikasikan di dalam cairan 5 TINJAUAN PUSTAKA Cacing Ascaridia galli Menurut Soulsby (1982) cacing Ascaridia galli mempunyai sinonim Ascaridia lineata dan Ascaridia perspiculum yang diklasifikasikan ke dalam kelas Nematoda, sub

Lebih terperinci

RESPON AYAM LOKAL DI BALI DAN LOHMAN BROWN TERHADAP INFEKSI Ascaridia galli

RESPON AYAM LOKAL DI BALI DAN LOHMAN BROWN TERHADAP INFEKSI Ascaridia galli TESIS RESPON AYAM LOKAL DI BALI DAN LOHMAN BROWN TERHADAP INFEKSI Ascaridia galli ANAK AGUNG ISTRI AGUNG MIRAH DWIJA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS RESPON AYAM LOKAL DI BALI

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menjadi lebih sederhana, yaitu dengan sistem pemeliharaan minim air. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki Thermo Neutral Zone

PENDAHULUAN. menjadi lebih sederhana, yaitu dengan sistem pemeliharaan minim air. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki Thermo Neutral Zone I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik secara fisiologis terbiasa dengan air, keadaan ini membuat sistem pemeliharaan itik Cihateup tergolong rumit dan menjadi kurang diminati. Beberapa penelitian dilakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE (IBD) PADA AYAM PEDAGING YANG DIVAKSIN IBD KILLED SETENGAH DOSIS DAN DITANTANG DENGAN VIRUS IBD CHARLES JONSON SIREGAR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA ITA KRISSANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung PREVALENSI NEMATODA GASTROINTESTINAL AT SAPI BALI IN SENTRA PEMBIBITAN DESA SOBANGAN, MENGWI, BADUNG

Lebih terperinci

PURIFIKASI IMUNOGLOBULIN YOLK PADA KUNING TELUR DARI AYAM YANG DIIMUNISASI DENGAN ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli

PURIFIKASI IMUNOGLOBULIN YOLK PADA KUNING TELUR DARI AYAM YANG DIIMUNISASI DENGAN ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli 34 PURIFIKASI IMUNOGLOBULIN YOLK PADA KUNING TELUR DARI AYAM YANG DIIMUNISASI DENGAN ANTIGEN EKSKRETORI/SEKRETORI STADIUM L 3 Ascaridia galli ABSTRAK Imunoglobulin pada unggas disebut immunoglobulin yolk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Taksonomi Fasciola gigantica Morfologi dan Siklus Hidup

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Taksonomi Fasciola gigantica Morfologi dan Siklus Hidup TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Taksonomi Fasciola gigantica Fasciola spp yang lebih dikenal dengan nama cacing hati merupakan trematoda paling penting sebagai penyebab kerugian ekonomi pada ternak ruminansia

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Persiapan Ikan Uji Ikan nila (Oreochromis niloticus) BEST didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor yang berukuran rata-rata 5±0,2g, dipelihara selama ±

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N. EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM S.N. Rumerung* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK

Lebih terperinci

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Dasar-dasar Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Departemen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Unair Pokok Bahasan Sejarah Imunologi Pendahuluan Imunologi Komponen Imunologi Respons Imun Imunogenetika

Lebih terperinci

Gambaran Patologi Kasus Kolibasilosis pada Babi Landrace

Gambaran Patologi Kasus Kolibasilosis pada Babi Landrace Gambaran Patologi Kasus Kolibasilosis pada Babi Landrace (PATHOLOGICAL VIEW OF COLIBACILLOSIS ON LANDRACE PIG) Fitri Irawan Rahmawandani 1, I Made Kardena 2, I Ketut Berata 2 1 Mahasiswa Program Dokter

Lebih terperinci

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING Pathogenicity of Eimeria mivati Inoculation in Broiler Chicken J. Ked. Hewan Vol. 3 No. 1 Maret 2009 M. Hasan Laboratorium Klinik Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK SARI KUKUSAN KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. botrytis DC) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KOLON PADA MENCIT MODEL KOLITIS

ABSTRAK. EFEK SARI KUKUSAN KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. botrytis DC) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KOLON PADA MENCIT MODEL KOLITIS ABSTRAK EFEK SARI KUKUSAN KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. botrytis DC) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KOLON PADA MENCIT MODEL KOLITIS Krizia Callista, 2010. Pembimbing: Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5.

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. BAHAN DAN METODE Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. Pengujian Lactobacillus plantarum (BAL1) dan Lactobacillus fermentum (BAL2) pada tikus dengan perlakuan:

Lebih terperinci