A. LATAR BELAKANG MASALAH
|
|
- Siska Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. 1 Menurut Kartini Kartono dalam bukunya Pathologi Sosial menjelaskan bahwa perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk pathologi sosial. 2 Meskipun demikian, berbagai macam dan bentuk perjudian dewasa ini sudah demikian merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Ditinjau dari segi manapun, perjudian selalu menimbulkan keresahan pada masyarakat baik dampaknya bisa kita lihat secara langsung maupun tidak langsung. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menjadi suatu keadaan yang sangat memprihatinkan. Keadaan yang demikian inilah yang menuntut perhatian dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, KUHP sebagai hukum positif di Indonesia telah mengatur mengenai tindak pidana perjudian yang tertuang didalam Pasal 303 yang isinya sebagai berikut : 1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa izin : a. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu ; 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian. 2 Kartini Kartono Pathologi Sosial. Rajawali. Jakarta. Hal
2 b. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara ; c. Menjadikan turut serta pada permainan judi seperti pencarian. 1. Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu. 2. Yang disebut permainan judi adalah adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Selain itu UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dimana UU ini berasal dari KUHP pasal 303 bis, yang berbunyi : Pasal 1 Menyatakan semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Pasal 2 1. Merubah ancaman hukuman dalam pasal 303 (1) KUHP, dari hukuman selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyakbanyaknya sembilan puluh ribu rupiah menjadi hukuman penjara selamalamanya sepuluh tahun atau dendasebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah. 2. Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana dari hukuman kurungan selama-lamanya satu bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah, menjadi hukuman penjara selama-lamanya empat tahun ataudenda sebanyak-banyaknya sepuluh juta rupiah. 3. Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 ayat (2) Kitab Undangundang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak-banyaknya lima belas juta rupiah. 4. Merubah sebutan pasal 542 menjadi pasal 303 bis. Berdasarkan kedua peraturan diatas, keberadaan UU No 7 tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian mempertegas Pasal 303 KUHP dengan 2
3 memperberat hukuman bagi para pelaku tindak pidana perjudian. Hal tersebut menunjukkan komitmen pemerintah dalam memberantas tindak pidana perjudian. Sementara itu mengenai pengertian perjudian sendiri memiliki banyak pengertian, beberapa pengertian perjudian tersebut yakni : a. Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang, pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada sipemenang, pertaruhan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai. 3 b. Pengertian lain mengenai perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadiankejadian yang tidakbelum pasti hasilnya. 4 c. Sementara itu dalam KUHP Pasal 303 ayat (3) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir... 5 Memang ironisnya sekalipun secara eksplisit hukum menegaskan bahwa segala bentuk judi telah dilarang dengan tegas dalam Undang-Undang, namun segala bentuk praktik perjudian menjadi diperbolehkan jika ada izin dari pemerintah. Izin yang dimaksudkan terdapat dalam peraturan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 303 bis ayat 1 poin ke-2 yang berbunyi : barangsiapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau ditempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu 3 M. Sudradjat Bassar Tindak-Tindak Pidana Tertentu. Remadja Karya. Bandung. Hal Kartini Kartono. Op.Cit.Hal Pasal 303 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 3
4 Berdasarkan isi pasal 303 bis tersebut diatas, dalam bukunya Kartini Kartono, Pathologi Sosial menjelaskan bentuk-bentuk perjudian yang memiliki izin dari pemerintah atau penguasa, sehingga dalam prakteknya menjadi legal. Kegiatan perjudian yang legal tersebut memiliki lokasi resmi, dijamin keamanan beroperasi, dan diketahui khalayak umum. Bentuk perjudian yang dilegalisasi oleh pemerintah ini bertujuan untuk mendapatkan dana keuangan untuk pembangunan atau dana sosial. Berikut ini beberapa contoh judi legal di Indonesia: 1. Casino-casino dan Petak sembilan di Jakarta, Sari Empat di Jl. Kelenteng Bandung 2. Toto (totalisator) Grey Hound di Jakarta (telah ditutup oleh pemerintah DKI) 3. Undian Harapan yang sudah berubah menjadi Undian Sosial Berhadiah ; pusatnya ada di Jakarta. Sedang di Surabaya ada undian Sampul Rejeki, Sampul Borobudur (di Solo), Sampul Danau Toba (di Medan), Sampul Sumber Harapan (di Jakarta). Semuanya berhadiahkan 80jt Rupiah. 6 Namun berdasarkan keputusan pemerintah mulai tanggal 1 April 1981 sesuai dengan PP No. 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian telah melarang segala bentuk perjudian. Dengan demikian tidak ada lagi perjudian yang diizinkan, sehingga segala jenis perjudian merupakan tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Sementara itu yang terjadi dalam masyarakat umumnya pada rakyat kecil dan kelas menengah, perjudian tersebut berbentuk permainan sederhana pada umumnya seperti judi dadu, jiki, kletekan, kartu remi, judi togel, dsb dengan 6 Kartini Kartono. Op.Cit.Hal.56 4
5 taruhan kecil-kecilan. Hal tersebut biasanya mereka lakukan hanya untuk menghibur diri dan mereka menganggap hanya suatu bentuk permainan saja. Perlu diketahui masyarakat bahwa Permainan Judi ( hazardspel ) mengandung unsur : a. adanya pengharapan untuk menang, b. bersifat untung-untungan saja, c. ada insentif berupa hadiah bagi yang menang, dan d. pengharapan untuk menang semakin bertambah jika ada unsur kepintaran, kecerdasan dan ketangkasan. 7 Awalnya permainan judi tersebut hanya sebagai permainan atau kesibukan pengisi waktu senggang guna menghibur hati, namun lambat laun ditambahkan unsur baru untuk merangsang kegairahan bermain dan menaikkan ketegangan serta pengharapan untuk menang yakni dengan menggunakan barang taruhan berupa uang atau benda-benda bernilai guna lainnya. Seseorang melakukan perjudian dengan berbagai macam motif yang melatar belakangi, biasanya karena suatu hobi atau kesenangan saja. Namun disisi lain seseorang menganggap perjudian tersebut sebagai suatu sumber penghasilan, karena dalam setiap permainan mereka menaruh harapan semu untuk melipatgandakan uangnya. Berbagai alasan ekonomi menjadi alasan mereka berjudi, karena gaji yang amat minim, kondisi hidup yang tidak menentu, depresi ekonomi yang terasa mencekik, dan tidak adanya harapan untuk hari esok, serta karena apatisme dan ketidaktahuan dengan cara bagaimana mereka harus memperbaiki taraf kehidupan keluarga dan diri sendiri dalam krisis ekonomi. 7 Ilman Hadi.2009.Permainan Yang Memenuhi Unsur Pidana Judi. tanggal 10 februari
6 Faktor tersebut mendorong seseorang untuk berjudi untuk mendapatkan uang secara instan. Hal tersebut jika dibiarkan jelas akan meresahkan, mengingat akibat yang ditimbulkan dari tindak perjudian tersebut sangat merugikan bagi pelaku, keluarganya, maupun orang lain. Karena segenap harta kekayaan bahkan kadang kala juga anak istri habis di pertaruhkan di meja judi. Juga oleh nafsu berjudi orang berani menipu, mencuri, korupsi, merampok dan membunuh orang lain untuk mendapatkan uang guna bermain judi. Akibat yang buruk inilah yang mengkhawatirkan, sehingga perlu adanya tindakan tegas guna mencegah dan memberantas tindak perjudian ini agar tidak semakin merajalela. Upaya tersebut memerlukan adanya kerja sama antar berbagai pihak. Tidak hanya Kepolisian dan instansi-instansi terkait, melainkan juga elemen-elemen yang terdapat dalam masyarakat agar penyelesaiannya bisa menyentuh berbagai dimensi kehidupan sosial masyarakat yang fundamental sehingga upaya penegakan hukum merupakan hal-hal yang benar-benar adil. Dalam persepektif hukum, judi adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum bagaimanapun bentuknya, dan aturannya pun sudah jelas dituangkan dalam KUHP Pasal 303 dan UU No 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian yang mengaturnya secara jelas dan tegas bahwa hal tersebut melanggar ketentuan yang berlaku. Untuk itu apabila ada yang melakukan perjudian akan ditindak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku, karena pada dasarnya hukum itu mempunyai sifat atau karakter memaksa, tidak berlaku surut (retro aktif), mengikat, umum (berlaku untuk semua orang), abstrak (mengatur hal-hal 6
7 yang belum terkait dengan kasus konkret), imperatif (harus ditaati mengikat dan memaksa) dan fakultatif (melengkapi subsidair dan depositif). Tanpa ada hal lain atau unsur lain yang meringankan tindak kejahatan seseorang walaupun itu yang melakukan adalah penegak hukum sendiri. Sekalipun dalam aturannya berbentuk demikian, namun sering kali kita jumpai ketidaksesuaian dengan fakta yang ada. Salah satunya wilayah yang akan dijadikan obyek penelitian oleh penulis, yakni di wilayah Mojokerto, Jawa Timur tepatnya di Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging. Permainan judi di wilayah ini sudah hampir menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakatnya apalagi saat adanya acara Bersih Desa. Judi yang dilakukan umumnya dalam bentuk permainan dadu dan kartu remi yang merupakan jenis permainan yang banyak digemari oleh masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan secara beramai-ramai oleh masyarakat tanpa adanya rasa takut apabila ada razia dari pihak yang berwajib. Padahal dalam aturan dan ketentuannya yaitu pasal 303 KUHP dan UU No 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian menjelaskan bahwa perbuatan tersebut jelas tindak pidana yang melanggar hukum dan harus dilakukan tindakan tegas terhadap pelaku. Dari sinilah masalah yang patut untuk disoroti, apakah memang karena masyarakat tidak mengerti hal tersebut melanggar aturan yang berlaku dalam KUHP dan menganggap hal tersebut sebagai hiburan atau tradisi semata karena hanya satu tahun sekali acara bersih desa tersebut diadakan. Ataukah memang mereka memiliki baking dari pihak tertentu yang melindungi mereka dan 7
8 menjamin keamanannya, sehingga mereka tidak khawatir ataupun was-was jika terjadi razia. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik akan masalah perjudian yang dilakukan ditempat umum pada saat acara bersih desa khususnya di Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Dari masalah tersebut penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai perbuatan perjudian di tempat umum dan akan dipergunakan sebagai karya tulis hukum dengan mengangkat judul Analisis Pasal 303 Ayat 3 KUHP tentang Perbuatan Melanggar Hukum Tentang Tindak Pidana Perjudian Tanpa Izin yang Dilakukan Di Tempat Umum Dalam Acara Bersih Desa (Studi Di Wilayah Hukum Polres Mojokerto). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang diketahui/dipahami oleh masyarakat Desa Kembang, Ringgit Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto tentang perjudian? 2. Bagaimana peran tokoh masyarakat di Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto dalam menanggulangi tindak pidana perjudian yang dilakukan ditempat umum saat adanya acara bersih desa? 3. Apa pertimbangan Polisi Reserse dan Kriminal dalam melakukan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana perjudian yang dilakukan 8
9 di tempat umum dalam acara bersih desa di wilayah hukum Polres Mojokerto? 4. Tindakan hukum apa yang dilakukan Polisi untuk mencegah adanya tindak pidana perjudian yang dilakukan di tempat umum dalam acara bersih desa di wilayah hukum Polres Mojokerto? C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan hukum ini yaitu : 1. Ingin mengetahui apa yang diketahui/dipahami masyarakat di wilayah Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto mengenai tindak pidana perjudian. 2. Ingin mengetahui bagaimana peran tokoh masyarakat di Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto dalam menanggulangi tindak pidana perjudian yang dilakukan ditempat umum saat adanya acara bersih desa. 3. Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang diambil oleh Polisi Reserse dan Kriminal dalam melakukan penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian yang dilakukan ditempat umum dalam acara bersih desa di wilayah hukum Polres Mojokerto. 4. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dilakukan polisi untuk mencegah adanya tindak pidana perjudian yang dilakukan di tempat umum dalam acara bersih desa di wilayah hukum Polres Mojokerto. 9
10 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini mencakup manfaat akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis, dengan memberikan sebuah wawasan baru atau memberikan gambaran yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh terhadap ilmu hukum, sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil yang bermanfaat dan berguna untuk masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangsih pemikiran terhadap pemecahan masalah penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian yang marak terjadi khususnya di wilayah Mojokerto. Hal yang meresahkan apabila tidak adanya suatu tindakan tegas agar tercipta suatu kehidupan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau untuk bahan penelitian lanjutan bagi yang membutuhkan. E. KEGUNAAN PENELITIAN Dengan tercapainya penelitian ini, maka Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan beberapa kegunaan diantaranya : 1. Bagi penulis, merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi 10
11 persyaratan untuk mecapai gelar kesarjanaan dibidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Serta sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti oleh penulis. 2. Sebagai bentuk kontribusi pemikiran bagi aparatur hukum, khususnya kalangan praktisi hukum sebagai sarana untuk menambah wawasan serta penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian tanpa izin saat yang marak terjadi khususnya di wilayah Mojokerto. F. METODE PENULISAN Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Sesuai dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka penulis menggunakan metode pendekatan Yuridis Sosiologis atau pendekatan lapangan. Pendekatan yuridis sosiologis yaitu dalam menjawab permasalahan digunakan sudut pandang hukum dimana pembahasan didasarkan berbagai peraturan perundangan yang berlaku dan kesesuaiannya dengan kenyataan atau fenomena yang terjadi dalam lingkup masyarakat. 8 Penelitian lapangan ini merupakan metode untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang sedang terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian lapangan mengenai beberapa masalah aktuil yang kini sedang terjadi dan Hal Bambang Waluyo Penelitian Hukum Dalam Peraktek. Sinar Grafika Pusat. Jakarta. 11
12 mengekspresikan diri dalam bentuk gejala atau proses sosial. Pada prinsipnya penelitian lapangan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam masyarakat 9. Dalam penelitian ini penulis meneliti dan menganalisis Pasal 303 ayat 3 KUHP tentang tindak pidana perjudian tanpa izin yang dilakukan ditempat umum dalam acara bersih desa di wilayah hukum Polres Mojokerto. 2. Penentuan Lokasi Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan permasalahan dan pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis memilih penelitian di Wilayah Hukum Polres Mojokerto tepatnya di Desa Kembang Ringgit Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Alasan pemilihan lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa kegiatan perjudian marak terjadi di wilayah tersebut, apalagi saat ada acara bersih desa, masyarakat secara terangterangan melakukan perjudian disekitar lokasi acara bersih desa. Oleh sebab itu penulis memilih lokasi diwilayah tersebut karena dirasa akan mempermudah dalam mendapatkan data serta informasi yang diperlukan berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 3. Sumber Data Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian ke lapangan dengan menggunakan 3 jenis data, yaitu: a. Sumber Data Primer Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber penelitian baik berupa wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait 9 Mardalis Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta Maret 1989.Hal
13 dengan permasalahan serta berupa dokumen lainnya yang diperoleh dari Polres Mojokerto. b. Sumber Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan yang relevan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum, literatur, jurnal, internet, serta peraturan-peraturan yang ada relevansinya dengan materi yang dibahas. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan Data yang diharapkan, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan 2 cara yaitu melalui metode penelitian lapangan dan metode penelitian kepustakaan. 1) Teknik Pengumpulan Data Primer a. Interview / Wawancara Interview/wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab dengan pihak pihak yang terkait dan yang di anggap mengetahui pada permasalahan yang di angkat oleh penulis. Interview atau Wawancara dilakukan terhadap narasumber yaitu : 1. Pihak Kepolisian Nama Kedudukan Pangkat : Budi Santoso, SH. : Kepala Unit (Kanit) Reskrim : AKP (Ajun Komisaris Polisi) 2. Tokoh Masyarakat a) Nama : Bpk. Wiyanto 13
14 Jabatan Alamat : Lurah Desa Kembang Ringgit : Dsn. Bajangan RT 09 RW 02 Ds. Kembang Ringgit, Kec. Pungging, Kab. Mojokerto. b) Nama : Bpk. Dariyo Jabatan Alamat : Ketua RT. 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit : Dsn. Bajangan RT 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit, Kec. Pungging, Kab. Mojokerto. c) Nama : Bpk. H. Satukar Jabatan Alamat : Ketua RW. 08 Desa Kembang Ringgit : Dsn. Bajangan RT 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit, Kec. Pungging, Kab. Mojokerto. 3. Masyarakat a) Nama : Bpk. Supri Pekerjaan Alamat : Supir : Dsn. Ringgit RT 01 RW 04 Ds. Kembang Ringgit, Kec. b) Nama : Bpk. Eko Pungging, Kab. Mojokerto. Pekerjaan Alamat : Wiraswasta : Dsn. Kembangan RT 05 RW 03 Ds. Kembang Ringgit, c) Nama : Bpk. Parman Kec. Pungging, Kab. Mojokerto. Pekerjaan : Wiraswasta 14
15 Alamat : Dsn. Bajangan RT 01 RW 08 Ds. Kembang Ringgit, Kec. d) Nama : Bpk. Jamin Pungging, Kab. Mojokerto. Pekerjaan Alamat : Petani : Dsn. Kembangan RT 09 RW 02 Ds. Kembang Ringgit, e) Nama : Bpk. Bejo Kec. Pungging, Kab. Mojokerto. Pekerjaan Alamat : Petani : Dsn. Ringgit RT 02 RW 04 Ds. Kembang Ringgit, Kec. Pungging, Kab. Mojokerto. b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara penulis mengambil data dengan mempelajari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang diberikan oleh pihak yang terkait, dalam hal ini pihak Polres Mojokerto. 2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder Metode penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan sejumlah data dengan cara membaca dan menelusuri literaturliteratur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 5. Teknik Analisa Data Teknik yang di pakai oleh penulis dalam permasalahannya yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berarti menjabarkan atau 15
16 menguraikan dari suatu hasil penelitian ke dalam sebuah tulisan, dengan menggunakan data yang bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif. Sehingga memudahkan dalam pemahaman dan interpretasi data. 10 Dalam hal ini penulis menjabarkan atau menguraikan hasil wawancara dan dokumentasi dari pihak polres Mojokerto, tokoh masyarakat Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, dan masyarakat Desa Kembang Ringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto sdalam bentuk tulisan sehingga mudah dimengerti dan dipahami. G. SISTEMATIKA PENELITIAN Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis dan secara berurutan sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan terarah, adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. BAB I : PENDAHULUAN Dalam penelitian ini Penulis membagi pendahuluan dalam beberapa sub bab diantaranya terdiri dari latar belakang, sebagai penjelasan dan pengantar dalam permasalahan yang diangkat oleh Penulis. Rumusan masalah dibagi menjadi empat permasalahan, yang akan menjadi fokus permasalahan dalam penulisan ini. Tujuan, merupakan penyampaian yang akan dilakukan oleh Penulis dalam membuat penelitian hukum ini. Manfaat penelitian yang terdiri dari aspek akademis dan aspek praktis yang menjadi suatu penjelasan mengenai siapa dan apa saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, serta kegunaan Hal Abdulkadir Muhammad Hukum dan Penelitian Hukum.Citra Aditya Bakti. Bandung. 16
17 penelitian. Metode Penulisan yang digunakan oleh Penulis merupakan yuridis normatif yang akan dilakukan dengan cara melakukan studi kepustakaan dalam melakukan Analisis Terhadap Pasal 303 Ayat 3 KUHP Tentang Tindak Pidana Perjudian Di Tempat Umum Dalam Acara Bersih Desa (Study Di Wilayah Hukum Polres Mojokerto). 2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka maka batasan yang dibuat oleh Penulis dengan menggunakan beberapa terminologi, akan diuraikan dan dijabarkan sesuai dengan kajian pustaka yang ada beserta pendapat para ahli yang akan didapatkan oleh penulis dalam penelitian kepustakaan. 3. BAB III : PEMBAHASAN Bab ini adalah inti dari penulisan hukum yang dibuat oleh Penulis, dalam bab pembahasan maka semua pokok permasalahan yang diangkat oleh penulis akan diuraikan dan dijabarkan secara jelas oleh Penulis sesuai dengan sumber yang didapatkan oleh Penulis. 4. BAB IV : PENUTUP Kesimpulan dan saran dari pembahasan yang dilakukan oleh Penulis terhadap permasalahan yang diangkat terdapat dalam bab penutup yang akan menjadi masukan bagi instansi penegak hukum yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan ini. 17
BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan
Lebih terperinciKAJIAN YURIDIS SOSIOLOGIS TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN YANG DILAKUKAN DITEMPAT UMUM DALAM ACARA BERSIH DESA
KAJIAN YURIDIS SOSIOLOGIS TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN YANG DILAKUKAN DITEMPAT UMUM DALAM ACARA BERSIH DESA (Studi Di Wilayah Hukum Polres Mojokerto) Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pula pada dinamika kehidupan masyarakat. Perkembangan dalam kehidupan masyarakat terutama yang
Lebih terperinciBab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan
Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan
Lebih terperinciJenis Kelamin. Umur : tahun
73 Nama Alamat Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Pendidikan : : : : Umur : tahun : :. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang saudara anggap sesuai dengan pendapat saudara, apabila jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti
Lebih terperinciPERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERJUDIAN Perjudian merupakan suatu bentuk permainan yang telah lazim dikenal dan diketahui oleh setiap orang. Perjudian ini diwujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di
Lebih terperincitulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan
Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat sehingga melahirkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan
Lebih terperinciPenerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)
Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciBAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA JUDI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI INDONESIA
BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA JUDI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI INDONESIA Penegakan hukum pidana dalam menanggulangi perjudian memiliki perjalanan yang panjang. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sosial yang sedang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu negara dengan kemajuan teknologi yang pesat, indonesia tidak terlepas dari arus informasi global yang diperlukan untuk mengetahui fenomenafenomena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN A. Pengertian Tindak Pidana Perjudian Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindak pidana perjudian
Lebih terperincisendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:
Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi terhadap aturan yang bersifat positif. Hukum juga menjadi tolak ukur segala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara hukum (Recht staat) yang memberikan ruang tertinggi terhadap aturan yang bersifat positif. Hukum juga menjadi tolak ukur segala persoalan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perbuatan hanya dapat dikenakan pidana jika perbuatan itu didahului oleh ancaman pidana dalam undang-undang. Artinya bahwa suatu perbuatan hanya dapat dikenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ayat (4) dari UU No. 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian, telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjudian merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri ditemukan di masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, perjudian dapat dilakukan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penginapan atau akomodasi saat berpergian atau liburan adalah jenis tempat tinggal dalam perjalanan dimana orang yang harus tinggal jauh dari rumah lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Redaksi Bukune, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, Bukune, Jakarta, 2010, hlm
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan negara atas kekuasaan (machtsstaat), maka kedudukan hukum harus ditempatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 266/Pid.B/2015/PN. Bnj. Umur / Tanggal Lahir : 53 Tahun / 25 Februari 1962;
P U T U S A N Nomor : 266/Pid.B/2015/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor : 336/Pid.B/2013/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 336/Pid.B/2013/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita bahkan kita sendiri pernah melakukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana perjudian merupakan suatu perbuatan yang banyak dilakukan orang, karena hasil yang akan berlipat ganda apabila menang berjudi. Perjudian merupakan tindak
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 180/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : DIKI NANDRA Als DIKI Bin H.
P U T U S A N Nomor : 180/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciBAB I PENAHULUHAN. norma dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Setiap perbutan
BAB I PENAHULUHAN A. Latar belakang masalah Hukum merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia, hukum adalah suatu norma atau aturan yang mengikat dimana setiap perbuatan selalu ada batasanya,
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 201/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama
Lebih terperinciUPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR
UPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR Oleh I Ketut Adi Widhiantara I Wayan Suardana Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
Lebih terperinciANALISIS PERAN POLISI DALAM MEMBERANTAS PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA KOTA JAYAPURA
ANALISIS PERAN POLISI DALAM MEMBERANTAS PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA KOTA JAYAPURA, SH.,MH 1 Abstrak : Bahwa kendala yang dialami oleh Polres Kota Jayapura dalam memberantas tindak pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya teknologi dan masuknya modernisasi membawa dampak yang cukup serius bagi moral masyarakat. Sadar atau tidak, kemajuan zaman telah mendorong terjadinya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1974 TENTANG PENERTIBAN PERJUDIAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1974 TENTANG PENERTIBAN PERJUDIAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perjudian pada hakekatnya bertentangan
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 52/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 419/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 419/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 121/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 121/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 230/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : EFRIZON Als UCOK Bin EDI SUSANTO
P U T U S A N Nomor : 230/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 102/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 102/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 282/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : FARID KASMI Als FARID Bin MANSUR.
P U T U S A N Nomor : 282/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 345/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama
Lebih terperinciBAB I. khususnya yang cukup banyak terjadi di kabupaten Malang adalah perjudian. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjudian bukan merupakan hal baru bagi masyarakat indonesia, karena permainan judi sudah ada sejak dulu dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Tindak pidana
Lebih terperinciBAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI
41 BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI A. Menurut Peraturan Sebelum Lahirnya UU No. 44 Tahun 2008
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor 21/Pid.B/2015/PN.Bj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan semuanya dapat tercapai apabila berpedoman pada peraturan-peraturan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia dan pembangunan masyarakat Indonesia. Pembangunan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan 1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
Lebih terperinciDirektori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id
P U T U S A N Nomor 378 /PID.B/ 2014/PN.Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga, yang mengadili perkara-perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,
III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara
76 LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara 1. Sudah berapa lama berkecimpung dengan dunia sabung ayam? 2. Bagaimana cara membibitkan ayam jago yang baik? 3. Bagaimana cara merawat ayam jago? 4. Dari umur berapa dan
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 51/Pid.B/2016/PN Bnj
1 P U T U S A N Nomor 51/Pid.B/2016/PN Bnj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 381/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama
Lebih terperinciBab VI : Pelanggaran Kesusilaan
Bab VI : Pelanggaran Kesusilaan Pasal 532 Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah: 1. barang siapa di muka umum menyanyikan
Lebih terperinciBab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan
Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan Pasal 359 Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1980 TENTANG TINDAK PIDANA SUAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1980 TENTANG TINDAK PIDANA SUAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perbuatan suap dalam pelbagai bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,
Lebih terperinciTerdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh :
P U T U S A N Nomor 349/Pid/2013/PT Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam tingkat banding telah menjatuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang menjadi faktor meningkatnya kejahatan di dalam masyarakat adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah kejahatan yang terjadi di masyarakat cenderung meningkat. Salah satu hal yang menjadi faktor meningkatnya kejahatan di dalam masyarakat adalah
Lebih terperinciDISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN (STUDI DI PENGADILAN NEGERI MALANG) ARTIKEL ILMIAH
DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN (STUDI DI PENGADILAN NEGERI MALANG) ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi hal yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang berada di masyarakat. melihat hal semacam ini, apabila masing-masing anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum, hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta suatu kehidupan yang serasi, selaras
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor: 80/Pid.B/2013/PN.Unh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor 18/Pid.B/2015/PN.Bj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban
Lebih terperinciPELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA
PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pada Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai kedewasaan dan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan, perlu adanya kejelasan
Lebih terperinciLex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016. KAJIAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN (PENERAPAN PASAL 303, 303 BIS KUHP) 1 Oleh: Geraldy Waney 2
KAJIAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN (PENERAPAN PASAL 303, 303 BIS KUHP) 1 Oleh: Geraldy Waney 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kualifikasi tindak
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor : 35/Pid.Sus.Anak/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 35/Pid.Sus.Anak/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 368/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 368/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN di Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjudian adalah sebuah tindak pidana yang banyak dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjudian adalah sebuah tindak pidana yang banyak dilakukan oleh masyarakat hingga menjadi suatu hal yang dianggap sudah biasa dikalangan para pejudi. Perjudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan semua warga negara bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bentuk klasik perbuatan pidana pencurian biasanya sering dilakukan pada waktu malam hari dan pelaku dari perbuatan pidana tersebut biasanya dilakukan oleh satu
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DI INDONESIA. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang -Undang Hukum Pidana ( KUHP )
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE DI INDONESIA A. Pengaturan Tindak Pidana Judi 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang -Undang Hukum Pidana ( KUHP ) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 124/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : SYAFRUDIN Als UDIN Bin ABDULLAH (Alm)
P U T U S A N Nomor : 124/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PELARANGAN PERJUDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PELARANGAN PERJUDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Daerah Kolaka Utara adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau badan penegakan hukum untuk menyidik serta menyelesaikan segala kasus pelanggaran hukum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum berusaha mengatur segala aspek kehidupan manusia dalam segala bentuk, karena hukum berfungsi menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat juga memberi keadilan
Lebih terperinciBAB III KETENTUAN SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA. PERJUDIAN DALAM UU No. 7 TAHUN A. Latar Belakang Munculnya UU No.
BAB III KETENTUAN SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIAN DALAM UU No. 7 TAHUN 1974 A. Latar Belakang Munculnya UU No. 7 Tahun 1974 Perjudian di Jakarta pada Tahun 1969 menghasilkan pemasukan 2,7
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Barat yang masuk melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menciptakan perubahan sosial budaya yang sangat cepat sehingga setiap pola pikir, pola tindak dan pola perilaku masyarakat Indonesia sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta kaidah hukum yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian anak dalam hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ minderjaring, 1 orang yang di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan komputer didorong oleh kemajuan teknologi informasi komunikasi yaitu berupa kecepatan dan ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat
Lebih terperinciBab XXV : Perbuatan Curang
Bab XXV : Perbuatan Curang Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
Lebih terperinciPENGADILAN TINGGI MEDAN
P U T U S A N NOMOR 403/PID/2016/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada pengadilan tingkat banding telah
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 211/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 211/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dewasa ini pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang, tidak terkecuali pembangunan dalam bidang hukum sebagai wujud reformasi di bidang hukum itu sendiri.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 38/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : SAIFUL ANWAR NASUTION Als IPUL
P U T U S A N Nomor : 38/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 192/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : MUSTAKIM Bin ISMAIL
P U T U S A N Nomor : 192/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya masyarakat lakukan dalam memperingati hari raya idul fitri, peringatan pergantian tahun baru, perayaan
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 247/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 247/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinci