AES pipeline yang diharapkan. Implementasinya akan menggunakan prosedur komunikasi MPI point-to-point send-receive untuk aliran proses penyandian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AES pipeline yang diharapkan. Implementasinya akan menggunakan prosedur komunikasi MPI point-to-point send-receive untuk aliran proses penyandian."

Transkripsi

1 7 Studi Pustaka Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan semua informasi atau literatur yang terkait dengan penelitian. Informasi tersebut didapat dari buku, internet, dan artikel yang membahas tentang algoritme AES dan pemrosesan paralel. Analisis Algoritme AES Sekuensial Analisis algoritme yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis kompleksitas waktu asimptotik dan penghitungan waktu eksekusi AES sekuensial yang diharapkan. Implementasi Algoritme AES Sekuensial Algoritme AES sekuensial diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman C. Algoritme utama AES dibagi menjadi tiga bagian yaitu ekspansi kunci, enkripsi, dan dekripsi. Penerapan Metode Foster ke Algoritme AES Domain Decomposition Metode yang digunakan untuk implementasi algoritme AES secara paralel pada penelitian ini adalah metode Foster dengan tahapan partisi, komunikasi, aglomerasi, dan pemetaan. Tahapan partisi dilakukan secara Analisis dan Implementasi Algoritme AES Paralel Domain Decomposition Analisis algoritme yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis kompleksitas waktu asimptotik dan penghitungan waktu eksekusi AES paralel domain decomposition yang diharapkan. Implementasinya akan menggunakan prosedur komunikasi MPI kolektif scatter/scatterv dan gather/gatherv untuk pendistribusian data. Penerapan Metode Foster ke Algoritme AES Pipeline Metode yang digunakan untuk implementasi algoritme AES secara paralel pada penelitian ini adalah metode Foster dengan tahapan partisi, komunikasi, aglomerasi dan pemetaan. Tahapan partisi dilakukan secara functional decomposition. Fungsi yang dipecah adalah komputasikomputasi penyusun enkripsi atau dekripsi AES dan komputasi ekspansi kunci AES. Analisis dan Implementasi Algoritme AES Pipeline Analisis algoritme yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis kompleksitas waktu asimptotik dan penghitungan waktu eksekusi AES pipeline yang diharapkan. Implementasinya akan menggunakan prosedur komunikasi MPI point-to-point send-receive untuk aliran proses penyandian. Perancangan Percobaan Parameter-parameter yang dibutuhkan untuk percobaan ditentukan pada tahap ini. Parameter-parameter tersebut antara lain: 1 Jenis algoritme. 2 Jenis perlakuan. 3 Ukuran file masukan. 4 Jumlah prosesor dan proses. 5 Performace metrics. 6 Perangkat keras dan perangkat lunak. Percobaan Waktu enkripsi dan dekripsi dari implementasi AES secara sekuensial dan paralel akan dicatat pada tahap ini. Analisis Kinerja Waktu eksekusi algoritme AES sekuensial akan ditentukan pada tahap ini. Kedua algoritme AES paralel akan ditentukan waktu eksekusi, speedup, efisiensi, cost, dan overhead. Waktu eksekusi kedua algoritme AES paralel akan dibandingkan dengan waktu eksekusi algoritme paralel yang diharapkan dan waktu eksekusi algoritme sekuensial. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Algoritme AES Sekuensial Proses enkripsi dan dekripsi AES diketahui memiliki kompleksitas pada lingkup O(n) (Giri 2004). Proses enkripsi file pada AES sekuensial diawali dengan membangkitkan 176 bytes kunci-kunci ekspansi melalui proses ekspansi kunci. Selanjutnya file dibagi-bagi ke dalam tiap blok berukuran 128 bit, kemudian setiap blok dioperasikan dengan operasi seperti pada Gambar 3. Proses ini akan terus diulangi sampai semua blok file selesai diproses. Proses dekripsi file pada AES sekuensial memiliki pola yang hampir sama dengan proses enkripsi. Perbedaannya terletak pada jenis operasinya. Waktu eksekusi enkripsi dan dekripsi AES sekuensial harapan dirumuskan pada Persamaan 5 dan 6. T SEH = x 1 + x 2 + A + n(b) (5) T SDH = x 1 + x 2 + A + n(c) (6)

2 8 Keterangan : T SEH : waktu eksekusi enkripsi sekuensial harapan T DEH : waktu eksekusi dekripsi sekuensial harapan x 1 : waktu yang dibutuhkan untuk membaca suatu data masukan x 2 : waktu yang dibutuhkan untuk menulis data keluaran n : banyak blok A : waktu yang dibutuhkan untuk melakukan ekspansi kunci B : waktu yang dibutuhkan untuk C melakukan enkripsi satu blok data : waktu yang dibutuhkan untuk melakukan dekripsi satu blok data Variabel pendukung dan waktu eksekusi harapan untuk enkripsi dan dekripsi algoritme AES sekuensial disajikan dalam Lampiran 1. Implementasi Algoritme AES Sekuensial Proses enkripsi dan dekripsi pada penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman C, kompilator GCC, dan library MPICH2 yang digunakan untuk memakai fungsi perhitungan waktu eksekusi karena implementasi AES paralel juga menggunakan fungsi yang sama sehingga perbandingannya akan sederajat. Algoritme enkripsi AES sekuensial pada penelitian ini dijelaskan pada Gambar 13. Algoritme dekripsi AES sekuensial hampir sama dengan enkripsi AES sekuensial. Perbedaannya terletak pada jenis operasinya dan proses unpadding dilakukan di akhir sebelum hasil dekripsi disimpan ke file. Implementasi algoritme AES sekunsial dapat dilihat pada Lampiran 2. Penerapan Metode Foster ke Algoritme AES Paralel Domain Decomposition Metode yang digunakan untuk implementasi algoritme AES secara paralel adalah metode Foster. Tahapan dari metode foster yaitu: 1 Partisi Jenis partisi yang dilakukan pada algoritme ini adalah domain decomposition. File plaintext akan dipecah menjadi blok-blok data berukuran 16 byte. Setiap blok data akan ditangani oleh satu proses, sehingga untuk n blok data akan membutuhkan n proses. Ilustrasi partisi algoritme AES paralel domain decomposition ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14 Ilustrasi partisi algoritme AES paralel domain decomposition. Gambar 13 Algoritme enkripsi AES sekuensial. 2 Komunikasi Proses master (root) akan mengirim blok-blok data kepada setiap proses untuk dienkripsi dengan menggunakan komunikasi kolektif (scatter). Hasil enkripsi tiap proses akan dikumpulkan kembali ke root juga dengan menggunakan koleksi komunikatif (gather). n blok data akan membutuhkan 2 kali komunikasi dan n buah proses. Ilustrasi komunikasi algoritme AES paralel domain

3 9 decomposition ditunjukkan pada Gambar 15. Gambar 15 Ilustrasi komunikasi algoritme AES paralel domain decomposition 3 Aglomerasi Aglomerasi dilakukan untuk mengurangi komunikasi dan kebutuhan proses agar menjadi lebih efisien. Tiap proses (p) akan menangani n/p blok data. Komunikasi kolektif digunakan untuk meminimalkan komunikasi sehingga hanya membutuhkan sekali scatter untuk pendistribusian data dan sekali gather untuk pengumpulan data. Ilustrasi aglomerasi algoritme AES paralel domain decomposition ditunjukkan pada Gambar 16. Analisis dan Implementasi Algoritme AES Paralel Domain Decomposition Algoritme ini membagi langsung semua data masukan ke setiap proses. Setiap proses akan membangkitkan kunci-kunci ekspansi dan melakukan enkripsi atau dekripsi terhadap data masukan yang telah dibagi-bagi tersebut. Terakhir, data hasil enkripsi atau dekripsi dikumpulkan di satu proses untuk kemudian dicetak. Broadcast diketahui memiliki kompleksitas Ɵ (log p), sedangkan scatter dan gather Ɵ (n + log p) (Quinn 2004). Algoritme ini dalam proses komunikasinya melakukan tiga kali broadcast, sekali scatter dan sekali gather. Ekspansi kunci memiliki kompleksitas waktu asimptotik O(1). Untuk perhitungan enkripsi atau dekripsi tiap proses akan melakukan iterasi sebanyak n/p kali. Jika diasumsikan proses pembacaan data masukan dan penulisan data keluaran diabaikan dalam analisis perhitungan kompleksitas waktu asimptotiknya, total kompleksitas waktunya adalah: Ɵ (n/p + 2n + 5log p) Keterangan: p : jumlah proses yang dibangkitkan Jika λ adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirim sebuah pesan dan β (bandwidth) adalah jumlah data yang dapat dikirim dalam satu waktu, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu broadcast adalah λ log p Scatter atau gather data berukuran 16 byte membutuhkan waktu Gambar 16 Ilustrasi aglomerasi algoritme AES paralel domain decomposition 4 Pemetaan Setiap proses akan mengerjakan tugas yang sama namun dengan data masukan yang berbeda-beda. Jika n mod p!= 0, jumlah blok data yang dikerjakan oleh tiap proses ada yang sebesar dan ada juga yang sebesar. Jika s = n mod p, blok data akan dipetakan ke s proses pertama sedangkan sisa proses lainnya akan dipetakan blok data. λ log p + 16n (p-1) / (βp) Waktu eksekusi harapan enkripsi dan dekripsi yang diharapakan untuk algoritme AES paralel domain decomposition ini dapat dirumuskan melalui Persamaan 7 dan 8. T p1he = x 1 +x 2 +A+ B + 5λlog p + 32n T p1hd = x 1 +x 2 + A+ C+ 5λlog p + 32n (7) (8)

4 10 Keterangan : T p1he : Waktu eksekusi harapan enkripsi AES paralel domain decomposition T p1hd : Waktu eksekusi harapan dekripsi AES paralel domain decomposition Nilai λ diperoleh dari menghitung waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1000 kali proses send-receive data sebesar satu byte. Percobaan ini menggunakan Fast Ethernet sehingga nilai β adalah 12,5 x 10 6 byte/detik. Variabel pendukung dan waktu eksekusi harapan untuk enkripsi dan dekripsi algoritme AES paralel domain decomposition disajikan dalam Lampiran 1. Algoritme enkripsi AES paralel domain decomposition pada penelitian ini dijelaskan pada Gambar 17. Algoritme dekripsi AES paralel hampir sama dengan enkripsi AES paralel. Perbedaannya terletak pada jenis operasinya dan proses unpadding dilakukan di akhir sebelum hasil dekripsi disimpan ke file. Implementasi algoritme AES paralel domain decomposition dapat dilihat di Lampiran 3. Penerapan Metode Foster ke Algoritme AES Pipeline Tahapan metode Foster yang digunakan dalam menyusun algoritme ini adalah: 1 Partisi Jenis partisi yang dilakukan pada algoritme ini adalah functional decomposition. Komputasi AES akan dipecah menjadi komputasi-komputasi penyusun dasarnya. Diketahui enkripsi AES terdiri atas dua komputasi utama yaitu ekspansi kunci dan enkripsi itu sendiri. Ekspansi kunci tersusun atas empat buah komputasi, yaitu: RotWord, SubWord, dan dua buah proses bitwise XOR. Secara lengkap ekspansi kunci tersusun dari 10 RotWord, 10 SubWord, dan 50 bitwise XOR. Terdapat 70 komputasi dalam ekspansi kunci. Enkripsi utama AES tersusun atas empat buah komputasi yaitu: SubBytes, ShiftRows, MixCol, AddRoundKey. Secara lengkap, enkripsi AES tersusun atas: 11 AddRoundKey, 10 SubBytes, 10 ShiftRows, dan 9 MixColumns. Terdapat 40 komputasi dalam enkripsi AES. Tiap komputasi akan ditangani satu proses sehingga untuk n blok data dibutuhkan 40 proses untuk ekspansi kunci dan 40 proses untuk enkripsi/dekripsi. Ilustrasi partisi algoritme AES pipeline ditunjukkan pada Gambar 18. Gambar 17 Algoritme enkripsi AES paralel domain decomposition Gambar 18 Ilustrasi partisi algoritme AES pipeline.

5 11 2 Komunikasi Setiap proses akan mengolah blok data masukan sesuai dengan komputasi bagiannya. Jika suatu proses telah selesai melakukan komputasi untuk suatu blok data, blok data tersebut akan dikirim ke proses selanjutnya dan proses tersebut akan menerima masukan berikutnya. Jenis komunikasi yang digunakan adalah komunikasi point-to-point. Untuk n blok data, dibutuhkan 110 proses dan komunikasi sebanyak 39n kali untuk enkripsi atau dekripsi, 69 kali untuk ekspansi kunci, dan 40 kali untuk pengiriman kunci ekspansi ke tiap proses yang menangani komputasi AddRoundKey. Ilustrasi komunikasi algoritme AES pipeline ditunjukkan pada Gambar 19. Gambar 19 Ilustrasi komunikasi algoritme AES pipeline. 3 Aglomerasi Aglomerasi pada ekspansi kunci dilakukan karena ekspansi kunci tidak tergantung pada besarnya data masukan dan memiliki waktu komputasi yang kecil, sehingga komputasi ekspansi kunci tidak akan dipecah. Aglomerasi pada enkripsi utama AES dilakukan tergantung pada jumlah proses yang dibangkitkan. Pada dasarnya, algoritme AES pipeline membagi enkripsi AES ke dalam tiga kelompok komputasi yang dijelaskan pada Gambar 20. Jika proses yang dibangkitkan dua, Komputasi 2 dan Komputasi 3 digabung. Jika proses yang dibangkitkan tiga, pengelompokkan komputasi tidak berubah. Jika proses yang dibangkitkan lima, Komputasi 2 akan dipecah menjadi tiga pecahan yang akan melakukan tiga iterasi yang tiap iterasinya terdiri atas empat buah komputasi yang dilaksanakan secara berturut-turut, yaitu: SubBytes, ShiftRows, MixCol, dan AddRoundKey. 4 Pemetaan Setiap proses akan melakukan komputasi yang berbeda-beda. Komputasi 1 akan dilakukan oleh proses root, Koputasi 3 akan dikerjakan oleh proses p- 1, sedangkan Komputasi 2 akan dikerjakan sisa proses lainnya. Analisis dan Implementasi Algoritme AES Pipeline Satu blok data membutuhkan p-1 pasang komunikasi send-receive. Maka untuk menyelesaikan seluruh komputasi bagi seluruh data dibutuhkan n(p-1) pasang komunikasi send-receive. Sepasang komunikasi send-receive membutuhkan waktu λ sehingga total kebutuhan waktu komunikasi point-to-point adalah λn(p-1) Komunikasi global yang dilakukan ada dua buah broadcast, sehingga total kebutuhan waktu komunikasi global adalah 2λ (log p) Total waktu komunikasi algoritme AES pipeline harapan dirumuskan dalam Persamaan 9. T cpi = λn(p-1) + 2λ (log p) (9) Keterangan: T cpi : waktu komunikasi AES pipeline harapan Gambar 20 Ilustrasi aglomerasi algoritme AES pipeline. Proses pengiriman data menggunakan komunikasi blocking. Jadi, secara otomatis, tiap proses akan saling menunggu sampai data benar-benar terkirim. Sehingga waktu

6 12 komputasi terbesar di suatu proses akan mempengaruhi waktu komputasi keseluruhan. Jika p = 2, waktu komputasi total enkripsi dan dekripsi AES pipeline harapannya dirumuskan dalam Persamaan 10 dan 11. T p22he = x 1 + x 2 + A + d + n(9d + E) + T cpi (10) T p22hd = x 1 + x 2 + A + d + n(9f + G) + T cpi (11) Keterangan: T p22he : waktu enkripsi AES pipeline harapan dengan 2 proses T p22hd : waktu dekripsi AES pipeline harapan dengan 2 proses d : waktu komputasi AddRoundKey D : waktu komputasi SubBytes + ShiftRows+MixCol +AddRoundKey E : waktu komputasi SubBytes + ShiftRows + AddRoundKey F : waktu komputasi InvSubBytes + InvShiftRows + InvMixCol +InvAddRoundKey G : waktu komputasi InvSubBytes + InvShiftRows + InvAddRoundKey bahasa pemrograman C dan library MPICH2 untuk pemrosesan paralel. Algoritme disusun agar setiap proses bertanggung jawab terhadap komputasi tertentu yang seluruh rangkaian komputasi tersebut merupakan suatu komputasi AES utuh. Selanjutnya, setiap blok data dialirkan ke rangkaian komputasi tersebut untuk diolah secara bertahap. Kedatangan suatu blok data akan memicu eksekusi komputasi baru oleh suatu proses dalam pipeline, pengecualian pada proses yang menginisiasi pipeline. Implementasi AES pipeline dalam penelitian ini berbentuk linear 1D. Komunikasi antar proses untuk pengiriman aliran data menggunakan komunikasi pointto-point send-receive. Algoritme implementasi AES pipeline untuk tiap jumlah proses yang dibangkitkan digambarkan melalui Gambar 21. Jika p = 3, maka waktu komputasi total enkripsi dan dekripsi AES pipeline harapannya dirumuskan dalam Persamaan 12 dan 13. T p23he = x 1 + x 2 + A + d + n9d + E + T cpi (12) T p23hd = x 1 + x 2 + A + d + n9f + G + T cpi (13) Keterangan: T p23he : waktu enkripsi AES pipeline harapan dengan 3 proses T p23hd : waktu dekripsi AES pipeline harapan dengan 3 proses Jika p=5, maka waktu komputasi total enkripsi dan dekripsi AES pipeline harapannya dirumuskan dalam Persamaan 14 dan 15. T p25he = x 1 + x 2 +A +d+9d+e+ (n-1)3d+t cpi (14) T p25hd = x 1 +x 2 +A+d+9F+G+ (n-1)3f+ T cpi (15) Keterangan: T p25he : waktu enkripsi AES pipeline harapan dengan 5 proses T p25hd : waktu dekripsi AES pipeline harapan dengan 5 proses Implementasi enkripsi dan dekripsi AES pipeline dilakukan dengan menggunakan Gambar 21 Algoritme implementasi AES pipeline. Algoritme dekripsi AES pipeline hampir sama dengan enkripsi AES pipeline. Perbedaannya terletak pada jenis operasinya

7 13 dan proses unpadding dilakukan di akhir sebelum hasil dekripsi disimpan ke file. Implementasi algoritme AES pipeline dapat dilihat pada Lampiran 4. Perancangan Percobaan Parameter-parameter yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 1 Jenis algoritme Percobaan ini akan menguji tiga buah algoritme, yaitu algoritme AES sekuensial, paralel domain decomposition, dan pipeline. 2 Proses dan prosesor Jumlah komputer yang digunakan pada penelitian ini berbeda-beda, Algoritme AES paralel domain decomposition diberi dua perlakuan. Perlakuan pertama dengan membangkitkan 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 proses pada empat buah komputer quadcore. Perlakuan kedua dengan membangkitkan 4, 8, 12, dan 16 proses pada masing-masing 1, 2, 3, 4 buah komputer quad-core, sedangkan algoritme AES pipeline dibatasi dengan membangkitkan proses sebanyak 2 dan 3 pada 1 komputer quad-core serta 5 proses pada 2 buah komputer quad-core. 3 Ukuran file Ukuran file yang digunakan ada tiga kategori yaitu kecil (berukuran sekitar 4 MB), sedang (berukuran sekitar lima kali kecil), dan besar (berukuran sekitar lima kali sedang). Detil ukuran file disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Nama file beseta ukurannya Nama Kategori Ukuran File File file 1 Kecil MB file 2 Sedang MB file 3 Besar MB 4 Ulangan Ulangan yang dilakukan pada setiap eksekusi adalah sebanyak lima kali. 5 Performance metrics Performance metrics yang dianalisis adalah waktu eksekusi, speedup, efisiensi, dan overhead. 6 Lingkungan penelitian a Sepuluh komputer quad-core. b c Tiga fast Ethernet 100 Mbps. Sistem operasi Windows XP dan program MPICH p1 32 bit. Percobaan Ketiga data yang digunakan dalam percobaan ini dijalankan dengan ketiga jenis algoritme baik untuk komputasi enkripsi maupun dekripsinya. Perhitungan setiap perlakuan pada masing-masing file dilakukan lima kali ulangan, kemudian diambil nilai rata-ratanya. Percobaan ini dibagi ke dalam empat bagian yaitu: 1 Eksekusi enkripsi dan dekripsi algoritme AES paralel dengan perlakuan 1. 2 Eksekusi enkripsi dan dekripsi algoritme AES paralel dengan perlakuan 2. 3 Eksekusi enkripsi dan dekripsi algoritme AES pipeline. 4 Eksekusi enkripsi dan dekripsi algoritme AES sekuensial. Percobaan bagian 1 membutuhkan (2x6x3x5 = 180) kali eksekusi. Percobaan bagian 2 membutuhkan (2x4x3x5=120) kali eksekusi. Percobaan bagian 3 membutuhkan (2x3x3x5=90) kali eksekusi. Percobaan bagian 4 membutuhkan (2x3x5=30) kali eksekusi. Secara keseluruhan percobaan ini terdiri dari 210 eksekusi untuk enkripsi dan 210 eksekusi untuk dekripsi. Percobaan ini menggunakan tiga kelompok komputer yaitu: 1 Kelompok 1, terdiri atas empat buah komputer yang digunakan untuk percobaan bagian 1. 2 Kelompok 2, terdiri atas empat buah komputer yang digunakan untuk percobaan bagian 2. 3 Kelompok 3, terdiri atas dua buah komputer yang digunakan untuk percobaan bagian 3 dan 4. Percobaan ini diawali dengan melakukan pengaturan jaringan dan komputer agar bisa bekerja secara paralel. Langkah-langkah pengaturan jaringan dan komputer dapat dilihat pada Lampiran 5. Bentuk topologi jaringan yang digunakan adalah starconnected network yang dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22 Topologi jaringan star. Langkah selanjutnya adalah dengan menjalankan batch file yang berisi perintah eksekusi percobaan di masing-masing

8 14 kelompok komputer. Data hasil percobaan berupa waktu eksekusi tiap jenis eksekusi yang dapat dilihat pada Lampiran 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. Khusus untuk percobaan 3, eksekusi algoritme AES pipeline, ketika proses yang dibangkitkan berjumlah 5, pada eksekusi enkripsi 4 proses pertama berada di PC1 dan 1 proses terakhir ada di PC 2, sedangkan dekripsi kebalikannya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya eror karena overlapping aliran data. Analisis Kinerja Analisis kinerja implementasi algoritme AES sekuensial dan paralel diawali dengan menghitung waktu eksekusi untuk tiap jenis perlakuan dan data yang berbeda. Setelah diketahui waktu eksekusinya, performance metrics yang lain dapat dihitung. Penghitungan waktu eksekusi dilakukan untuk kedua proses enkripsi dan dekripsi. Gambar 24 Waktu eksekusi enkripsi AES paralel Waktu Eksekusi Sekuensial Waktu eksekusi enkripsi dan dekripsi AES secara sekuensial untuk tiap file disajikan pada Gambar 23. Gambar 25 Waktu eksekusi dekripsi AES paralel Gambar 23 Perbandingan waktu eksekusi enkripsi dan dekripsi AES sekuensial. Gambar tersebut menunjukkan waktu eksekusi dekripsi AES lebih lama dari enkripsi. Hal ini disebabkan tiga komputasi penyusun dekripsi AES, yaitu: InvShiftRows, InvSubstituteBytes, dan InvMixColumns membutuhkan waktu eksekusi yang lebih lama dibanding komputasi-komputasi penyusun enkripsi AES. Waktu eksekusi meningkat seiring meningkatnya ukuran file yang digunakan. Waktu Eksekusi Paralel Waktu eksekusi enkripsi dan dekripsi AES secara paralel domain decomposition untuk setiap file disajikan pada Gambar 24 dan 25. Terlihat pada kedua gambar tersebut, waktu eksekusi aktual lebih besar dibanding waktu eksekusi yang diharapkan. Beberapa faktor dapat menyebabkan hal ini terjadi, di antaranya adalah: lantensi jaringan yang tidak konstan dan kerja prosesor yang tidak stabil. Waktu eksekusi secara paralel lebih cepat dibanding waktu eksekusi sekuensial untuk proses enkripsi maupun dekripsi. Namun, penambahan jumlah proses tidak memberikan penurunan waktu eksekusi yang berarti, bahkan ada beberapa yang waktu eksekusinya meningkat. Hal ini terjadi karena waktu komunikasi yang semakin membesar seiring meningkatnya jumlah proses yang dibangkitkan. Algoritme AES paralel domain decomposition dengan perlakuan 1 secara umum memiliki waktu eksekusi yang lebih cepat daripada dengan perlakuan 2, walaupun perbedaaan waktu eksekusinya tidak terlalu signifikan. Waktu eksekusi enkripsi dan dekripsi AES pipeline untuk setiap file disajikan pada Gambar 26 dan 27.

9 15 komunikasi blocking. p 0 akan menunggu sampai p 1 selesai mengeksekusi baru mengirim data selanjutnya. Hasilnya adalah overhead komunikasi yang tinggi. Jika proses yang dibangkitkan lima, beban fungsi cukup merata tiap proses, sehingga proses-proses tidak akan saling menunggu terlalu lama untuk mengirim atau menerima data. Gambar 26 Waktu eksekusi enkripsi AES pipeline. Speedup Nilai speedup enkripsi dan dekripsi AES paralel domain decomposition hasil percobaan disajikan pada Gambar 28 dan 29. Gambar 27 Waktu eksekusi dekripsi AES pipeline. Terlihat dari kedua gambar tersebut, waktu eksekusi aktual lebih cepat dibanding waktu eksekusi harapan. Penyebab terjadinya hal ini adalah kurang akuratnya pengukuran waktu eksekusi untuk tiap komputasi. Pengukuran menunjukkan D (waktu komputasi SubBytes +ShiftRows + MixColumns + AddRoundKey) sebesar µs, namun pengukuran lain menunjukan B (waktu komputasi enkripsi satu blok data) sebesar 10 µs. Berdasarkan struktur komputasinya, seharusnya D sepuluh kali lebih cepat dari B, namun hasil pengukuran menunjukan D tiga kali lebih cepat dari B. Hal ini dapat mengakibatkan estimasi yang berlebihan terhadap waktu eksekusi harapan secara keseluruhan. Waktu eksekusi enkripsi dan dekripsi AES pipeline lebih lambat dibandingkan dengan waktu eksekusi sekuensial pada penggunaan dua atau tiga proses. Waktu eksekusi secara pipeline baru membaik jika proses yang dibangkitkan lima. Penyebab terjadinya fenomena ini adalah penggunaan komunikasi blocking dan pendistribusian beban fungsi yang tidak merata tiap proses. Jika proses yang dibangkitkan dua, p 1 memiliki beban kerja yang lebih besar dibanding p 0. Akibatnya, p 1 belum selesai mengeksekusi ketika p 0 telah selesai karena komunikasi yang digunakan adalah Gambar 28 Speedup enkripsi AES paralel Gambar 29 Speedup dekripsi AES paralel Grafik speedup untuk ukuran file meningkat dan jumlah proses tetap disajikan dalam Gambar 30. Gambar 30 Speedup enkripsi dan dekripsi AES paralel domain decomposition dengan jumlah proses 8 buah. Berdasarkan Gambar 28 dan 29, nilai speedup cenderung naik seiring meningkatknya jumlah proses, namun hal ini

10 16 hanya berlaku jika jumlah proses kurang dari atau sama dengan jumlah prosesor. Jika jumlah proses lebih besar dari jumlah prosesor, speedup akan konstan dan bahkan bisa turun. Nilai speedup tidak sebanding dengan jumlah proses yang digunakan. Hal ini berkaitan dengan waktu eksekusinya yang tidak terlalu signifikan menurun seiring meningkatnya jumlah proses yang digunakan. Gambar 30 menunjukkan speedup semakin membesar seiring meningkatnya ukuran file. Fenomena ini sesuai dengan teori yang dikenal dengan nama Amdahl Effect. Speedup perlakuan 1 secara umum lebih baik dibanding perlakuan 2 karena waktu komputasi perlakuan 1 secara umum lebih baik dibanding perlakuan 2. Nilai speedup enkripsi dan dekripsi AES pipeline hasil percobaan disajikan pada Gambar 31. Gambar 31 Speedup enkripsi dan dekripsi AES pipeline. Speedup menggunakan dua atau tiga proses bernilai kurang dari satu menunjukkan bahwa waktu eksekusinya lebih lama dibanding dengan eksekusi secara sekuensial. Sedangkan jika menggunakan lima proses nilai speedup bernilai lebih dari satu karena waktu eksekusinya lebih cepat dibanding dengan eksekusi secara sekuensial. Efisiensi Efisiensi enkripsi dan dekripsi AES Paralel domain decomposition untuk semua proses dan ukuran file disajikan dalam Gambar 32 dan 33. Gambar 32 Efisiensi enkripsi AES paralel Gambar 33 Efisiensi dekripsi AES paralel Kedua gambar tersebut menunjukkan semakin banyak jumlah proses yang digunakan, nilai efisiensi akan semakin menurun. Nilai efisiensi yang diperoleh umumnya lebih kecil dari 0.5. Hal ini menunjukkan pemanfaatan prosesor yang rendah. Penambahan jumlah prosesor tidak dapat menurunkan waktu komputasi secara proporsional. Untuk semua jenis file, tidak ada jumlah proses yang nilai efisiensinya mendekati satu, hal ini berarti algoritme AES paralel domain decomposition yang digunakan tidak cost-optimal. Efisiensi enkripsi dan dekripsi AES pipeline untuk semua proses dan ukuran file disajikan dalam Gambar 34. Gambar 34 Efisiensi enkripsi dan dekripsi AES pipeline. Gambar 34 menunjukkan pada proses enkripsi, efisiensi semakin menurun seiring meningkatnya jumlah proses yang digunakan, sedangkan pada proses dekripsi terlihat efisiensi awalnya menurun lalu meningkat. Sekalipun waktu eksekusinya lebih buruk dari sekuensial, AES pipeline dengan menggunakan dua proses memiliki efisiensi yang cukup baik jika dibandingkan dengan AES paralel yang menggunakan proses lebih dua. Hal ini disebabkan pada dasarnya efisiensi adalah ukuran pemanfaatan prosesor dalam eksekusi program secara paralel. Untuk semua jenis file, tidak ada jumlah proses yang nilai efisiensinya mendekati satu, hal ini

11 17 berarti algoritme AES paralel pipeline yang digunakan tidak cost-optimal. Cost Cost enkripsi dan dekripsi AES Paralel domain decomposition untuk semua proses dan ukuran file disajikan dalam Gambar 35 dan 36. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada proses enkripsi AES pipeline, nilai cost semakin besar seiring meningkatnya jumlah proses yang digunakan, sedangkan pada pada proses dekripsi nilai cost turun ketika proses yang dibangkitkan ada lima. Semakin besar ukuran file, nilai cost juga semakin besar. Overhead Overhead enkripsi dan dekripsi AES Paralel domain decomposition untuk semua proses dan ukuran file disajikan dalam Gambar 38 dan 39. Gambar 35 Cost enkripsi paralel domain decomposition. Gambar 38 Overhead enkripsi AES paralel Gambar 36 Cost dekripsi paralel domain decomposition Gambar 35 dan 36 menunjukkan bahwa cost semakin besar seiring dengan meningkatnya jumlah proses yang digunakan. Cost yang yang paling mendekati nilai eksekusi sekuensial adalah yang menggunakan 4 proses untuk setiap file dengan besarnya dua kali waktu eksekusi sekuensialnya. Semakin besar ukuran file, nilai cost juga semakin besar. Cost enkripsi dan dekripsi AES pipeline untuk semua proses dan ukuran file disajikan dalam Gambar 37. Gambar 37 Cost enkripsi dan dekripsi AES pipeline. Gambar 39 Overhead dekripsi AES paralel Terlihat pada kedua gambar tersebut, nilai overhead pada proses enkripsi lebih kecil dibandingkan dengan proses dekripsi. Nilai overhead semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah proses yang digunakan, namun hal ini hanya berlaku jika jumlah proses kurang dari atau sama dengan jumlah prosesor. Nilai overhead yang tidak mendekati nol dan stabil menunjukkan sistem paralel yang digunakan tidak ideal. Overhead enkripsi dan dekripsi AES pipeline untuk semua proses dan ukuran file disajikan dalam Gambar 40. Terlihat pada gambar tersebut, nilai overhead menurun pada penggunaan lima proses. Hal ini disebabkan semata-mata karena AES pipeline dengan penggunaan lima proses dapat menurunkan waktu eksekusi sekuensialnya. Untuk semua jenis file, tidak ada jumlah proses yang nilai

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITME ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) SECARA PARALEL SAYED ZULFIKAR

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITME ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) SECARA PARALEL SAYED ZULFIKAR ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITME ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) SECARA PARALEL SAYED ZULFIKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI I/O PARALEL PADA ALGORITME ENKRIPSI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) MUHAMMAD ZULFIKAR HANDANA

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI I/O PARALEL PADA ALGORITME ENKRIPSI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) MUHAMMAD ZULFIKAR HANDANA ANALISIS DAN IMPLEMENTASI I/O PARALEL PADA ALGORITME ENKRIPSI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) MUHAMMAD ZULFIKAR HANDANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKLTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan data merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kerahasiaan informasi, terutama yang berisi informasi sensitif yang hanya boleh diketahui isinya oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi 2 2 Penelitian ini berfokus pada poin a, yaitu pengembangan sistem mobile serta melakukan perlindungan komunikasi data. 3 Spesifikasi sistem dibuat berdasarkan pada alur proses penilangan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Proses Analisa sistem merupakan langkah kedua pada pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk memahami informasi-informasi yang didapat

Lebih terperinci

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Andreas Dwi Nugroho (13511051) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Proses Enkripsi Dekripsi

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Proses Enkripsi Dekripsi BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dibahas mengenai dasar teori yang digunakan dalam pembuatan sistem yang akan dirancang dalam skripsi ini. 2.1. Enkripsi dan Dekripsi Proses menyandikan plaintext

Lebih terperinci

Algoritma Enkripsi Baku Tingkat Lanjut

Algoritma Enkripsi Baku Tingkat Lanjut Algoritma Enkripsi Baku Tingkat Lanjut Anggrahita Bayu Sasmita 13507021 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung e-mail: if17021@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Keamanan Data Menggunakan Metode AES Pada Smartphone

Rancang Bangun Aplikasi Keamanan Data Menggunakan Metode AES Pada Smartphone Rancang Bangun Aplikasi Keamanan Data Menggunakan Metode AES Pada Smartphone Amir Mahmud Hasibuan STMIK Budi Darma, Jl. Sisingamangaraja No.338 Medan, Sumatera Utara, Indonesia http : //www.stmik-budidarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Dalam era teknologi yang semakin pesat saat ini, keamanan merupakan suatu prioritas utama. Banyak tindakan-tindakan kejahatan yang sudah marak dilakukan

Lebih terperinci

Bab 3. Metode dan Perancangan Sistem

Bab 3. Metode dan Perancangan Sistem Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan, diselesaikan melalui tahapan penelitian yang terbagi dalam empat tahapan, yaitu: (1) Analisis kebutuhan dan pengumpulan

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITME DAN WAKTU ENKRIPSI VERSUS DEKRIPSI PADA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES)

ANALISIS ALGORITME DAN WAKTU ENKRIPSI VERSUS DEKRIPSI PADA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) 1 ANALISIS ALGORITME DAN WAKTU ENKRIPSI VERSUS DEKRIPSI PADA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) Sugi Guritman 1, Ahmad Ridha 2, Endang Purnama Giri 3 1 Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan IPA,

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMANAN DOKUMEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KRIPTOGRAFI ALGORITMA AES-RINJDAEL

APLIKASI PENGAMANAN DOKUMEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KRIPTOGRAFI ALGORITMA AES-RINJDAEL APLIKASI PENGAMANAN DOKUMEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KRIPTOGRAFI ALGORITMA AES-RINJDAEL Ari Teknik Informatika STMIK ATMA LUHUR PANGKALPINANG Jl.Jend. Sudirman Selindung Lama Pangkalpinang Kepulauan Babel

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA SIMETRI BLOWFISH DAN ADVANCED ENCRYPTION STANDARD

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA SIMETRI BLOWFISH DAN ADVANCED ENCRYPTION STANDARD STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA SIMETRI BLOWFISH DAN ADVANCED ENCRYPTION STANDARD Mohammad Riftadi NIM : 13505029 Program Studi Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10, Bandung E-mail :

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bagian ini merupakan pembahasan mengenai pengujian sistem dimana hasil pengujian yang akan dilakukan oleh sistem nantinya akan dibandingkan dengan perhitungan secara

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. perancangan pembuatan kriptografi Impementasi AES ( Advanced Encyrption

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. perancangan pembuatan kriptografi Impementasi AES ( Advanced Encyrption BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pada pembahasan bab ini, akan dilakukan penganalisaan mengenai analisa dan perancangan pembuatan kriptografi Impementasi AES ( Advanced Encyrption

Lebih terperinci

Aplikasi Pengamanan Data dengan Teknik Algoritma Kriptografi AES dan Fungsi Hash SHA-1 Berbasis Desktop

Aplikasi Pengamanan Data dengan Teknik Algoritma Kriptografi AES dan Fungsi Hash SHA-1 Berbasis Desktop Aplikasi Pengamanan Data dengan Teknik Algoritma Kriptografi AES dan Fungsi Hash SHA-1 Berbasis Desktop Ratno Prasetyo Magister Ilmu Komputer Universitas Budi Luhur, Jakarta, 12260 Telp : (021) 5853753

Lebih terperinci

Implementasi Komputasi Paralel. Mohammad Zarkasi Dosen Pembimbing: Waskitho Wibisono, S.Kom., M.Eng., Ph.D. Ir. FX. Arunanto, M.

Implementasi Komputasi Paralel. Mohammad Zarkasi Dosen Pembimbing: Waskitho Wibisono, S.Kom., M.Eng., Ph.D. Ir. FX. Arunanto, M. Implementasi Komputasi Paralel untuk Enkripsi Citra berbasis AES menggunakan JPPF Mohammad Zarkasi 5109100155 Dosen Pembimbing: Waskitho Wibisono, S.Kom., M.Eng., Ph.D. Ir. FX. Arunanto, M.Sc 1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA DENGAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES)

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA DENGAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA DENGAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) Fricles Ariwisanto Sianturi (0911457) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

II Bab II Dasar Teori

II Bab II Dasar Teori II Bab II Dasar Teori II.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan [SCH96]. Terdapat berbagai macam definisi mengenai kriptografi, namun pada intinya kriptografi adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis III.1.1 Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, keamanan dalam berteknologi merupakan hal yang sangat penting. Salah satu cara mengamankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Electronic mail(email) adalah suatu sistem komunikasi elektronik yang saat ini telah menjadi bagian yang penting dalam melakukan komunikasi. Kecepatan, ketepatan serta

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Perancangan

Bab 3 Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan dan Desain Sistem Metode rekayasa perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah metode prototyping. Metode prototyping adalah metode

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. yang ada pada sistem dimana aplikasi dibangun, meliputi perangkat

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. yang ada pada sistem dimana aplikasi dibangun, meliputi perangkat 41 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Analisis masalah bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahanpermasalahan yang ada pada sistem dimana aplikasi dibangun, meliputi perangkat keras

Lebih terperinci

Add your company slogan STREAM CIPHER. Kriptografi - Week 7 LOGO. Aisyatul Karima, 2012

Add your company slogan STREAM CIPHER. Kriptografi - Week 7 LOGO. Aisyatul Karima, 2012 Add your company slogan STREAM CIPHER Kriptografi - Week 7 Aisyatul Karima, 2012 LOGO Standar Kompetensi Pada akhir semester, mahasiswa menguasai pengetahuan, pengertian, & pemahaman tentang teknik-teknik

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA RIJNDAEL DAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT HAAR

KRIPTOGRAFI CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA RIJNDAEL DAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT HAAR KRIPTOGRAFI CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA RIJNDAEL DAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT HAAR Bagus Satrio Waluyo Poetro, Aris Sugiharto dan Sukmawati Nur Endah Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Kriptografi Advanced Encryption Standard (AES) Untuk Penyandian File Dokumen Cryptography Advanced Encryption Standard (AES) for File Document Encryption 1 Aditia Rahmat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Algoritma Modular Exponentiation mempunyai kompleksitas sebesar O((lg n) 3 ) (Menezes et al. 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Algoritma Modular Exponentiation mempunyai kompleksitas sebesar O((lg n) 3 ) (Menezes et al. 1996). pengukuran running time dari setiap perlakuan. Ulangan setiap perlakuan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-masing RSA dan RSA-. Lingkungan Penelitian Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Flowchart proses enkripsi AES

Gambar 3.1 Flowchart proses enkripsi AES BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 1.1 GAMBARAN UMUM Aplikasi gerbang dijital dengan fungsi penyandian ini merupakan aplikasi gerbang logika yang dirancang untuk memproses hasil pemasukan data berupa karakter

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Aplikasi Pengamanan E-Mail Menggunakan Metode AES (Advanced Encryption Standard) yang meliputi analisa sistem dan desain sistem. III.1.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB III ANALISIS MASALAH BAB III ANALISIS MASALAH Bab ketiga ini berisi penjelasan analisis permasalahan serta solusi dalam penanganan masalah dalam tugas akhir ini. Solusi penanganan masalah tersebut berupa langkah-langkah lojik

Lebih terperinci

Advanced Encryption Standard (AES) Rifqi Azhar Nugraha IF 6 A.

Advanced Encryption Standard (AES) Rifqi Azhar Nugraha IF 6 A. Latar Belakang Advanced Encryption Standard (AES) Rifqi Azhar Nugraha 1137050186 IF 6 A DES dianggap sudah tidak aman. rifqi.an@student.uinsgd.ac.id Perlu diusulkan standard algoritma baru sebagai pengganti

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Rancangan Arsitektur Sistem Arsitektur sistem yang akan dikembangkan dari penelitian ini terdiri dari 2 Komponen, yaitu: Komponen pertama adalah Komponen web, yaitu bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Studi kasus yang akan ditelaah pada penelitian ini adalah enkripsi dekripsi berkas basis data (database) pada aplikasi billing warnet Snakebite 3.5.6. Aplikasi

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITME FAKTORISASI PENYARING KUADRIK BESERTA IMPLEMENTASINYA SECARA PARALEL RADEN BAGUS DIMAS PUTRA

ANALISIS ALGORITME FAKTORISASI PENYARING KUADRIK BESERTA IMPLEMENTASINYA SECARA PARALEL RADEN BAGUS DIMAS PUTRA ANALISIS ALGORITME FAKTORISASI PENYARING KUADRIK BESERTA IMPLEMENTASINYA SECARA PARALEL RADEN BAGUS DIMAS PUTRA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi dengan kehidupan manusia seakan-akan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi dengan kehidupan manusia seakan-akan tidak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada saat ini sangatlah pesat. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dan perkembangan teknologi mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kriptografi kriptografi adalah seni atau ilmu yang digunakan untuk menjaga keamanan informasi atau pesan dengan mengubahnya menjadi suatu yang tidak memiliki arti.

Lebih terperinci

2.4.1 Teknik Blok Teknik Permutasi dan Transposisi Teknik teknik Kriptanalis Know Plainteks Analisys...

2.4.1 Teknik Blok Teknik Permutasi dan Transposisi Teknik teknik Kriptanalis Know Plainteks Analisys... viii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii ABSTRACT... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB 1

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Tabel 3.1 Detail TabelLogin

BAB III PERANCANGAN. Tabel 3.1 Detail TabelLogin BAB III PERANCANGAN Pada bab ini menjelaskan mengenai perancangan sistem management password menggunakan enkripsi dekripsi AES. Perancangan dibagi dalam beberapa bagian, antara lain perancangan database,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan pesat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan pesat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan pesat di bidang teknologi, tanpa disadari komputer telah ikut berperan dalam dunia pendidikan terutama penggunaannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 32 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori dan konsep yang menjadi landasan materi dari sistem yang akan dibuat. Beberapa teori dan konsep yang akan dibahas seperti konsep dasar kriptografi, konsep

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Dalam segi keamanan penyandian data algoritme IDEA mempunyai standar yang lebih sederhana namun cukup ampuh untuk mencegah serangan cryptanalysis terhadap kunci enkripsi dan dekripsi. Pembangkit kunci

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI MODEL PARALEL HYBRID DENGAN MPI DAN OPENMP PADA METODE CONJUGATE GRADIENT ANGGI HARYO SAKSONO

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI MODEL PARALEL HYBRID DENGAN MPI DAN OPENMP PADA METODE CONJUGATE GRADIENT ANGGI HARYO SAKSONO ANALISIS DAN IMPLEMENTASI MODEL PARALEL HYBRID DENGAN MPI DAN OPENMP PADA METODE CONJUGATE GRADIENT ANGGI HARYO SAKSONO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi saat ini perkembangannya sangat pesat dengan berbagai kemampuan, baik dari segi perangkat keras maupun perangkat lunaknya dapat dimanfaatkan sesuai

Lebih terperinci

Implementasi Disk Encryption Menggunakan Algoritma Rijndael

Implementasi Disk Encryption Menggunakan Algoritma Rijndael Implementasi Disk Encryption Menggunakan Algoritma Rijndael Elfira Yolanda S Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI 2012

SEMINAR TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI 2012 ANALISIS ALGORITMA ENKRIPSI ELGAMAL, GRAIN V1, DAN AES DENGAN STUDI KASUS APLIKASI RESEP MASAKAN Dimas Zulhazmi W. 1, Ary M. Shiddiqi 2, Baskoro Adi Pratomo 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi komputer terbukti telah membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan dari hal hal yang sederhana sampai kepada masalah masalah yang cukup rumit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era teknologi yang semakin maju ini, banyak komunitas seperti di bidang kedokteran, penelitian, bisnis maupun akademik yang membutuhkan komputasi yang cepat guna

Lebih terperinci

Algoritma Spiral shifting

Algoritma Spiral shifting Algoritma Spiral shifting Algoritma Gabungan Feistel Network dan Rijndael dengan Transformasi Spiral shifting dan Dependent SubBytes Muhammad Harits Shalahuddin Adil Haqqi Elfahmi Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi komputer dan jaringan komputer, khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari sebagian

Lebih terperinci

MENGAMANKAN BASIS DATA KEUANGAN KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD

MENGAMANKAN BASIS DATA KEUANGAN KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD MENGAMANKAN BASIS DATA KEUANGAN KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD Vina Novianty 1, Rd. Erwin Gunadhi Ir.MT 2 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian dari masing masing metode computing dan juga analisa dari hasil pengujian tersebut. Pengujian dilakukan pada waktu proses dengan

Lebih terperinci

SISTEM ENKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA AES-128 PADA PROTOTYPE COMMUNITY MESSENGER BERBASIS ANDROID

SISTEM ENKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA AES-128 PADA PROTOTYPE COMMUNITY MESSENGER BERBASIS ANDROID SISTEM ENKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA AES-128 PADA PROTOTYPE COMMUNITY MESSENGER BERBASIS ANDROID ENCRYPTION SYSTEM USING AES-128 ALGORITHM ON PROTOTYPE COMMUNITY MESSENGER ANDROID-BASED Andi Wijaya(andiwijayaar@gmail.com)

Lebih terperinci

POLYNOMIAL FUNCTIONS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM ALGORITMA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD PADA DATABASE ACCOUNTING

POLYNOMIAL FUNCTIONS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM ALGORITMA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD PADA DATABASE ACCOUNTING POLYNOMIAL FUNCTIONS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM ALGORITMA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD PADA DATABASE ACCOUNTING 1 Agus Winarno, 2 Eko Tulus Budi Cahyanto, 3 Mulyadi Sekolah Tinggi Sandi Negara, Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti, personal computer, laptop, netbook, dan smartphone, data yang tersimpan

BAB I PENDAHULUAN. seperti, personal computer, laptop, netbook, dan smartphone, data yang tersimpan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini, penyimpanan data menjadi sesuatu yang penting dalam berbagai kepentingan, baik bagi individu maupun suatu organisasi. Pada komputer seperti, personal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah data yang digunakan dalam sistem komputer tidak lagi mampu diikuti penambahan jumlah prosesor komputer karena masalah biaya yang tumbuh sangat cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang, pengiriman data

BAB I PENDAHULUAN. Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang, pengiriman data 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang, pengiriman data dan informasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Apalagi dengan adanya fasilitas internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Quick Response Code (QR-Code) adalah salah satu teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Quick Response Code (QR-Code) adalah salah satu teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Teknologi Quick Response Code (QR-Code) adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan metode kriptografi. Saat ini metode kriptografi pun mulai berubah menuju ke

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Perangkat Lunak Perangkat lunak yang akan dirancang digunakan untuk mengirim dan menerima pesan melalui SMS (Short Message Service). Dalam pengiriman dan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi pada masa sekarang ini, dimana penggunaan jaringan internet sudah lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan saling

Lebih terperinci

Endang Fiansyah 1, dan Muhammad Salman, ST, MIT 2

Endang Fiansyah 1, dan Muhammad Salman, ST, MIT 2 IMPLEMENTASI ALGORITMA DASAR RC4 STREAM CIPHER DAN PENGACAKAN PLAINTEXT DENGAN TEKNIK DYNAMIC BLOCKING PADA APLIKASI SISTEM INFORMASI KEGIATAN SKRIPSI DI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO Endang Fiansyah 1, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kriptografi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau seni untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Kriptografi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau seni untuk menjaga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi mendorong perubahan yang cukup besar terhadap kebutuhan manusia secara luas. Kebutuhan untuk saling bertukar informasi secara lebih mudah, cepat,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai aplikasi keamanan pengiriman data pada jaringan Local Area Network (LAN),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keamanan informasi merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kerahasiaan informasi terutama yang berisi informasi sensitif yang hanya boleh diketahui

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang I Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Saat ini komunikasi suara telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dimulai dengan komunikasi suara melalui telepon berbasis analog, kemudian telepon selular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini keamanan data dirasakan semakin penting, Keamanan pengiriman informasi melalui komputer menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Proses Enkripsi dan Dekripsi menggunakan Algoritma Advanced Encryption Standard (AES)

Proses Enkripsi dan Dekripsi  menggunakan Algoritma Advanced Encryption Standard (AES) SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Proses Enkripsi dan Dekripsi Email menggunakan Algoritma Advanced Encryption Standard (AES) Ricky Antonius Leohani 1, Imaludin Agus 2 1 Program

Lebih terperinci

Optimasi Enkripsi Teks Menggunakan AES dengan Algoritma Kompresi Huffman

Optimasi Enkripsi Teks Menggunakan AES dengan Algoritma Kompresi Huffman Optimasi Enkripsi Teks Menggunakan AES dengan Algoritma Kompresi Huffman Edmund Ophie - 13512095 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Uji Coba Aplikasi chatting ini dirancangan untuk berjalan dalam sistem operasi Windows. Untuk menjalankan aplikasi ini dapat dilakukan dengan dengan menggunakan aplikasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ibrahim Arief NIM : 13503038 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keamanan pengiriman data (komunikasi data yang aman) dipasang untuk mencegah pencurian, kerusakan, dan penyalahgunaan data yang terkirim melalui jaringan komputer.

Lebih terperinci

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM:

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM: STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA Arief Latu Suseno NIM: 13505019 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi secara tidak langsung dunia komunikasi juga ikut terpengaruh. Dengan adanya internet, komunikasi jarak jauh dapat dilakukan

Lebih terperinci

Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme

Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme Muhammad Aodyra Khaidir (13513063) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Insitut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Pada blok state diatas dibagi menjadi 2 bagian state, dimana state ini disebut dengan state asli. Satu state

Pada blok state diatas dibagi menjadi 2 bagian state, dimana state ini disebut dengan state asli. Satu state KOMBINASI ALGORITMA ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) DAN HASH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KEASLIAN IJAZAH Henki Bayu Seta 1), Moh. Mulki Ridho 2), Theresiawati 3) 1), 2) Teknik Informatika UPN Veteran Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang File citra sebagai salah satu bentuk data digital saat ini banyak dipakai untuk menyimpan photo, gambar, ataupun hasil karya dalam format digital. Bila file-file tersebut

Lebih terperinci

Implementasi Kriptografi Algoritma AES Serta Algoritma Kompresi Huffman Dengan

Implementasi Kriptografi Algoritma AES Serta Algoritma Kompresi Huffman Dengan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Implementasi Kriptografi Algoritma AES Serta Algoritma Kompresi Huffman Dengan Menggunakan Pemograman PHP Aris 1),Sanny

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Keuntungan dan kerugian Topologi...16 Tabel 2.2 : Spesifikasi Ethernet...17 Tabel 2.3 : Layer-Layer Dalam OSI...19 Tabel 2.4 : Standarisasi Pemasangan Kabel UTP...34 Tabel 4.1

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS DENGAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) DAN METODE END OF FILE (EOF)

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS DENGAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) DAN METODE END OF FILE (EOF) PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS DENGAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) DAN METODE END OF FILE (EOF) Agus Hamonangan Pangaribuan (12110076) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya teknologi komputer dan komunikasi suatu model komputer tunggal yang melayani seluruh tugas-tugas komputasi suatu organisasi kini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring perkembangan teknologi mikroprosesor, proses komputasi kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. seiring perkembangan teknologi mikroprosesor, proses komputasi kini dapat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proses komputasi yang dapat dilakukan oleh komputer telah berkembang dengan pesat. Pada awalnya proses komputasi hanya dapat dilakukan secara sekuensial saja. Sebuah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Variabel pendukung dan waktu eksekusi yang diharapkan

Lampiran 1 Variabel pendukung dan waktu eksekusi yang diharapkan LAMPIRAN 22 Lampiran 1 Variabel pendukung dan waktu eksekusi yang diharapkan Variabel Nilai λ (lokal) 0.52029 µs λ (jaringan) 112.084539 µs β 100 mbps x1 file 1 3.474 x 10 3 µs x2 file 1 151.296 x 10 3

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi Kriptografi File Dengan Metode Algoritma Advanced Encryption Standard (AES)

Perancangan Aplikasi Kriptografi File Dengan Metode Algoritma Advanced Encryption Standard (AES) Perancangan Aplikasi Kriptografi File Dengan Metode Algoritma Advanced Encryption Standard (AES) Rahmat Tullah 1, Muhammad Iqbal Dzulhaq 2, Yudi Setiawan 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global, 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sub bab ini berisikan tentang analisa sistem yang akan dibangun. Sub bab ini membahas teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai organisasi, perusahaan, atau pun pihak pihak lain telah memanfaatkan teknologi komputer untuk menyimpan dan mengelola data organisasi atau perusahaannya. Saat

Lebih terperinci

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT TUGAS AKHIR PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT Oleh : Hendra Dani Dewaji 1205 100 068 Pembimbing:

Lebih terperinci

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Paramita 1) 1) Program Studi Teknik Informatika STEI ITB, Bandung, email: if14040@studentsifitbacid Abstract MAC adalah fungsi hash satu arah yang menggunakan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMAN ISI LAYANAN PESAN SINGKAT PADA TELEPON SELULER BERBASIS J2ME MENGGUNAKAN ALGORITHMA SIMETRI SKRIPSI. Oleh : MIFTAHUL.

APLIKASI PENGAMAN ISI LAYANAN PESAN SINGKAT PADA TELEPON SELULER BERBASIS J2ME MENGGUNAKAN ALGORITHMA SIMETRI SKRIPSI. Oleh : MIFTAHUL. APLIKASI PENGAMAN ISI LAYANAN PESAN SINGKAT PADA TELEPON SELULER BERBASIS J2ME MENGGUNAKAN ALGORITHMA SIMETRI SKRIPSI Oleh : `` MIFTAHUL. FARID ( 0734010152 ) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Implementasi AES-ECB 128-bit untuk Komputasi Paralel pada GPU menggunakan Framework NVIDIA CUDA

Implementasi AES-ECB 128-bit untuk Komputasi Paralel pada GPU menggunakan Framework NVIDIA CUDA Implementasi AES-ECB 128-bit untuk Komputasi Paralel pada GPU menggunakan Framework NVIDIA CUDA Adityo Jiwandono, 13507015 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

LUX HASH FUNCTION. Brian Al Bahr NIM: Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung

LUX HASH FUNCTION. Brian Al Bahr NIM: Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung LUX HASH FUNCTION Brian Al Bahr NIM: 13506093 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail: if16093@students.if.itb.ac.id,

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA RIJNDAEL UNTUK ENKRIPSI SMS PADA TELEPON GENGGAM YANG BERBASIS WINDOWS MOBILE 5.0

STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA RIJNDAEL UNTUK ENKRIPSI SMS PADA TELEPON GENGGAM YANG BERBASIS WINDOWS MOBILE 5.0 STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA RIJNDAEL UNTUK ENKRIPSI SMS PADA TELEPON GENGGAM YANG BERBASIS WINDOWS MOBILE 5.0 Herdyanto Soeryowardhana NIM : 13505095 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia yang sering dilakukan. Bentuk komunikasi yang terjadi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan menjadi suatu bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem komputer dan jaringan. Sistem komputer saat ini yang semakin berkembang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI AES UNTUK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI

IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI AES UNTUK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA KRIPTOGRAFI AES UNTUK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI EMAIL Ahmad Rosyadi E-mail: mattady@ymail.com Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Skenario Pengujian Program aplikasi diimplementasikan pada sebuah PC quadcore dan cluster 4 PC quadcore untuk mendapatkan perbandingan kinerja antara algoritma paralel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan (Yuhefizar, p9, 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan (Yuhefizar, p9, 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan (Yuhefizar, p9, 2003 www.ilmukomputer.com/yuhefizar-komputer.pdf).

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI DIGITAL SIGNATURE MENGGUNAKAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI AES DAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA SEBAGAI KEAMANAN PADA SISTEM DISPOSISI SURAT

2016 IMPLEMENTASI DIGITAL SIGNATURE MENGGUNAKAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI AES DAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA SEBAGAI KEAMANAN PADA SISTEM DISPOSISI SURAT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan surat-menyurat sangat populer di era modern ini. Bentuk surat dapat berupa surat elektronik atau non-elektronik. Pada umumnya surat nonelektronik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 2 Perangkat keras: Prosesor AMD Athlon II 245 2,9 GHz; Memori 2046 MB; HDD 160 GB. Client:

HASIL DAN PEMBAHASAN. 2 Perangkat keras: Prosesor AMD Athlon II 245 2,9 GHz; Memori 2046 MB; HDD 160 GB. Client: 9 batasan, dan tujuan sistem. Pada tahap ini, spesifikasi sistem telah ditetapkan. Perancangan Sistem dan Perangkat Lunak Pada tahap ini, akan dirancang suatu representasi sistem yang akan dibuat. Perancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA MARS DENGAN MODUS ECB

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA MARS DENGAN MODUS ECB PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA MARS DENGAN MODUS ECB Marzuki Silalahi, Tumpal P, Deby Dosen FASILKOM - UIEU Dosen Fakultas Teknologi Informatika Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sub bab ini berisikan tentang analisa sistem yang akan dibangun. Sub bab ini membahas teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi

Lebih terperinci