BAB IX ROAD MAP PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI 9.1 MAKSUD DAN TUJUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IX ROAD MAP PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI 9.1 MAKSUD DAN TUJUAN"

Transkripsi

1 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-1 BAB IX ROAD MAP PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI 9.1 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penyusunan Road-map program konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 E di industri baja dan pulp &kertas ini adalah agar tersedia suatu peta program pelaksanaan/implementasi konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 E yang jelas (memiliki arah dan target) serta berkesinambungan. Tujuan dari roadmap adalah: 1. Mengoptimalkan penggunaan/konsumsi energi di industri baja dan pulp &kertas melalui program monitoring dan evaluasi indikator intensitas konsumsi energi serta memetakan kendala (teknologi) sehingga ditemukan solusi yang tepat/sesuai kebutuhan industri baja dan pulp & paper dalam rangka optimalisasi konsumsi energi dan reduksi emisi CO 2 E. 2. Pencapaian target penurunan emisi CO 2 E di industri baja dan pulp & paper sebesar 5% di tahun Fokus area yang dikaji untuk penyusunan road-map ini dibatasi pada area konsumsi energi industri, parameter konsumsi energi, kuantitas/kapasitas produksi, teknologi yang digunakan serta kondisi kualitas SDM dan organisasi energi. 9.2 METODOLOGI DAN PENDEKATAN TEKNIS Perbaikan IKE dan Penurunan jumlah emisi/faktor emisi di Industri Baja dan Pulp & Kertas diarahkan dapat berlangsung secara berkesinambungan sehingga diperlukan suatu inisiasi program yang terarah, terencana dan memiliki target pencapaian. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah: 1) Transfomasi (perubahan) paradigma di industri baja dan pulp & kertas mengenai program KE dan PE; 2) Inisiasi implementasi teknologi efisiensi energi (teknologi yang memiliki intensitas konsumsi energi lebih baik dari eksisting); 3) Pelaksanaan program KE & RE di Industri Baja dan Pulp & kertas secara holistic dan berkelanjutan.

2 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-2 Strategi diatas merupakan hasil/output evaluasi yang disusun berdasarkan faktor- Alur pikir faktor kendala terhadap program KE & RE di industri yang dimonitoring. yang dikembangkann untuk menyusun strategi tersebut melalui pemetaan berdasarkan: 1) Pre-disposing factors; pemetaan faktor-faktor kendala pada faktor SDM (sumber dayaa manusia) berdasarkan perspektif organisasii energi, faktor pola sistem manajemen energi serta perspektif faktor level teknologi proses yang digunakan. 2) Enabling factors; pemetaan faktor-faktor yang dapat mengaktifkan (enabling) dari faktor-faktor predisposing. Perspektif dari faktor enabling antara lain faktor finansial, ketersediaan energi serta faktor ketersediaan teknologi yang lebih efisien. 3) Reinforcing factors; pemetaan faktor-faktor yang dapat memperkuat faktor- factor antara faktor predisposing dan enabling faktor. Perspektif reinforcing lain adalah kebijakan dan peraturan, subsidi energi serta insentif yang dapat membantu implementasi teknologi hemat energi. Gambar 9.1Faktor-faktor pengaruh pelaksanaan konservasi energi di industri Dengan terpetakannya berbagai faktor-faktor tersebut maka strategi dan metode pelaksanaan yang efektif (tepat sasaran) dan optimal dapat dicapai. PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

3 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-3 Pendekatan teknis dan tahapan analisis yang dilakukan dapat dilihat pada diagram berikut. Gambar 9.2 Diagram alir penyusunan roadmap KE dan RE 1. Audit energi di industri baja (35 industri )dan industri pulp & kertas (15 industri). Melalui pelaksanaan audit energi diperoleh beberapa hal berikut: Kondisi masing-masing industri mencakup kapasitas dan jenis produksi, potret penggunaan energi, potret kondisi SDM dan manajemen energi, peluang konservasi energi dan reduksi emisi. Karakteristik operasi dan penggunaan energi di masing-masing industri. Berbagai kegiatan konservasi energi dan reduksi emisi yang telah dilakukan oleh pihak industri. 2. Pemetaan dan evaluasi berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh industri dalam implementasi konservasi energi dan reduksi emisi. Faktor-faktor hambatan/kendala berdasarkan aspek ketersediaan energi; teknologi; SDM; Finansial.

4 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-4 Strategi implementasi (pemberdayaan enabling factors dan regulasi yang diperlukan sebagai reinforcing factors) untuk menurunkan intensitas konsumsi energi dan penurunan emisi. 3. Tinjauan perencanaan strategis eksisting yang memiliki keterkaitan dengan road map konservasi energi dan penurunan emisi di industri baja. Kebijakan program konservasi energi dan reduksi emisi eksisting yang menguatkan pada program insentif dan pilot project yang dapat digunakan sebagai testimoni keberhasilan program implementasi program KE & RE. Strategi pengembangan industri baja nasional yang dapat mendukung road map KE dan RE. Strategi pengembangan infrastruktur yang dapat mendukung akselerasi implementasi KE dan RE. 4. Kerangka waktu penyusunan road map implementasi Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di Industri Baja dan industri Pulp-Kertas. Kerangka waktu di awali pada tahun 2011 hingga 2020.Langkah-langkah strategis (hasil evaluasi) akan disusun berdasarkan program 5 tahunan dan masing-masing akan diuraikan dalam berbagai program dan rencana aksi tahunan. Time-line penurunan intensitas konsumsi energi dan penurunan emisi di industri baja apabila timeline teknologi yang lebih efisien diimplementasikan. Matrik road map berupa strategi pokok dan strategi operasional program KE dan RE di industri baja. 5. Evaluasi dan analisis terhadap kebijakan dan peraturan yang diharapkan dapat dijadikan faktor pendorong akselerasi implementasi KE dan RE di industri baja dan industri kertas. 9.3 POTENSI KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI Sektor Industri Baja Potensi konservasi energi dalam hal ini adalah berbagai peluang penghematan energi, perbaikan efisiensi atau penurunan intensitas konsumsi energi di berbagai area proses yang dapat diperoleh melalui implementasi konservasi energi. Penurunan intesitas konsumsi energi tersebut secara langsung akan berdampak pada penurunan faktor emisi di masing-masing industri (35 industri baja). Rangkuman potensi konservasi energi dan reduksi emisi yang diperoleh berdasarkan hasil audit energi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8.1 berikut.

5 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-5 Tabel 9.1Potensi konservasi energi dan reduksi emisi berdasarkan hasil pelaksanaan audit energi di 35 industri baja. No NamaIndustri Produksi Potensi KE Potensi RE Ton/tahun GJ/tahun % Ton CO2/tahun 1 PT. BangunSarana Baja (BSB) ,3 20,8% 1.712,6 54,7% 2 PT. BintangTimur Steel (BTS) ,1 24,6% 5.758,4 22,5% 3 PT. Era Baja Prima (EBP) ,6 4,8% 342,9 3,7% 4 PT. Ispat Bukit Baja (IBB) ,4 7,5% 1.057,6 9,5% 5 PT. Krakatau Wajatama (KW) ,1 5,2% 2.483,0 13,8% 6 PT. Jakarta Steel MegahUtama (JSMU) ,6 45,2% 4.846,1 18,2% 7 PT. Sanex Steel (SS) ,9 4,4% 3.388,5 2,7% 8 PT. TriekaAimex ,7 10,3% 53,5 8,1% 9 PT. Pindad ,6 17,6% 320,1 18,3% 10 PT. Jakarta Cakratunggal Steel (JCS) ,1 17,8% ,6 7,1% 11 PT. Power Steel Indonesia (PSI) ,2 7,0% 2.278,1 9,8% 12 PT. Indohanco ,6 10,3% 19,8 8,8% 13 PT. Inti General (IG) ,2 0,7% 1.006,6 15,9% 14 PT. RiaSarana Putra Jaya (RSPJ) ,4 12,1% 1.067,3 10,8% 15 PT. Hanil Jaya Steel (HJS) ,2 0,4% 536,7 0,3% 16 PT. Ispatindo ,0 2,9% ,2 2,9% 17 PT. MajuWarna Steel (MWS) ,1 1,7% 8,2 1,9% 18 PT. Gunawan Dian Jaya Steel (GDJS) ,2 0,0% 11,3 0,0% 19 PT. Yuan Teai (YT) ,4 1,5% 11,9 1,1% 20 PT. Surabaya Wire (SW) ,6 1,2% 22,7 0,7% 21 PT. Liyang Ying (LY) ,3 2,2% 76,0 1,6% 22 PT. BumisakaSteelindo (BS) ,6 6,1% 15,2 14,9% 23 PT. Surya Steel (SS) ,1 1,5% 43,7 2,0% 24 PT. Jaya Pari Steel (JPS) ,0 0,1% 38,0 1,7% 25 PT. Itokoh ,9 0,0% 9,4 0,2% 26 KoperasiBatur Jaya (KBJ) 432 3,3 0,2% 0,7 1,3% 27 PT. Jindal ,1 0,4% 242,1 3,0% 28 PT. Abadi Jaya Manunggal (AJM) ,5 5,6% 478,7 2,6% 29 PT. Growt Asia Foundry (GAF) ,8 14,3% 4.694,2 11,5% 30 PT. Asia Raya Foundry (ARF) ,5 23,5% 2.181,4 26,5% 31 PT. Baja Pertiwi (BP) ,3 19,1% 87,9 10,0% 32 PT. Growth Sumatera Industri (GSI) ,2 23,5% ,6 26,2% 33 PT. GunungGahapiSakti (GGS) ,9 12,9% 7.698,3 14,7% 34 PT. Putra Baja Deli (PBD) ,7 25,7% 2.674,3 16,7% 35 PT. Surya BuanaMandiri (SBM) ,9 30,9% 458,0 40,0% TOTAL ,0% ,8% %

6 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-6 Gambar 9.3 Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario BAU dan Konservasi Energi dari 35 industri baja. Gambar 9.4 Proyeksi pertumbuhan produksi emisi CO2 berdasarkan skenario BAU dan Konservasi Energi dari 35 industri baja.

7 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Sektor Industri Pulp-Kertas Potensi konservasi energi dalam hal ini adalah berbagai peluang penghematan energi, perbaikan efisiensi atau penurunan intensitas konsumsi energi di berbagai area proses yang dapat diperoleh melalui implementasi konservasi energi. Penurunan intesitas konsumsi energi tersebut secara langsung akan berdampak pada penurunan faktor emisi di masing-masing industri (15 industri pulp-kertas). Rangkuman potensi konservasi energi dan reduksi emisi yang diperoleh berdasarkan hasil audit energi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8.2 berikut. Tabel 9.2 Potensi konservasi energi dan reduksi emisi berdasarkan hasil pelaksanaan audit energi di 15 industri pulp-kertas. Indu stri IPK1 IPK2 IPK3 IPK4 IPK5 IPK6 IPK7 IPK8 IPK9 IPK10 IPK11 IPK12 IPK13 IPK14 IPK15 Produ ksi ton) Total Konsumsi Energi 2010(GJ) PeluangPenghema tanenergi (GJ) Total Emisi CO (ton CO2 eq) Reduksi Emisi CO2 (ton CO2 eq) % Penghematandari Konsumsi Energy Total 30 3,6% 0,0% ,7% 12,6% ,4% 9,0% ,5% 12,1% ,2% 6,4% ,6% 31,0% ,4% 5,4% ,1% 18,9% 694 4,3% 3,9% ,3% 44,6% ,3% 4,2% ,1% 13,8% ,0% 4,6% ,7% 1,2% 0 0,0% 0,0% % ReduksiEmisid ariemisi Total (%)

8 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-8 Gambar 9.5 Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario BAU dan Konservasi Energi dari 15 industri pulp-kertas. Gambar 9.6 Proyeksi produksi emisi berdasarkan skenario BAU dan Konservasi Energi dari 15 industri pulp-kertas. PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

9 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KONSERVASI ENERGI Berdasarkan hasil audit dan evaluasi yang dilakukan, faktor-faktor utama yang mempengaruhi konservasi energi di sektor industri adalah: 1. Teknologi, aspek teknologi ini sangat penting peranannya/kontribusinya terhadap intensitas konsumsi energi. Secara sederhana, teknologi yang telah berumur akan memiliki nilai intensitas konsumsi energi yang lebih tinggi (lebih buruk) dibandingkan dengan teknologi yang baru, hal ini disebabkan oleh salah satu faktor yaitu tingkat efisiensi peralatan. Kemudian teknologi ini juga memiliki keterkaitan dengan tingkat produksi, apabila tingkat produksi dibawah nilai produktivitas maka efisiensi peralatan akan turun sehingga untuk suatu tingkat produksi akan mengkonsumsi energi lebih besar. Dengan demikian teknologi termasuk salah satu aspek strategis dalam upaya menurunkan indeks intensitas konsumsi energi yang dapat berdampak positif terhadap penurunan produksi emisi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek teknologi adalah: Kurang/tidak adanya kemudahan baik dari segi materi maupun birokrasi pemerintah untuk mendapatkan teknologi tersebut. Kurangnya kesadaran dan dorongan untuk penggunaan teknologi baru yang berdampak pada konservasi energi dikarenakan tidak adanya reward and punishment dari pemerintah. Banyaknya perubahan layout dan proses yang pada akhirnya mengganggu siklus produksi industri. 2. Ketersediaan energi, masalah energi ini sangat penting bagi industri baja dan industri pulp & paper, karena kedua jenis industri ini merupakan industriindustri yang menggunakan energi sangat besar untuk melakukan operasional produksinya. Ketika suplai energi terganggu dan/atau harga suatu jenis energi naik akan banyak pengaruhnya terhadap operasional industri dan energi merupakan salah satu komponen yang signifikan dalam suatu struktur biaya produksi. Dalam kontek daya saing, secara cost kenaikan harga energi dapat berpengaruh dalam naik/turunnya daya saing. Pengaruh kebijakan suplai energi (bauran energi) yang didukung dengan infrastruktur akan sangat membantu Industri dimana industri dapat melakukan switching energi. Untuk beberapa industri khususnya yang berada di kota Medan kendala terbesar pada sistem supply energi listrik, pada saat beban puncak PLN industri baja tidak dapat beroperasi (stop produksi). Hal ini menyebabkan interval start stop produksi yang tidak diperlukan terjadi terlalu lama dan membuat efisiensi kinerja peralatan utama yang menggunakan energi listrik membuang energi cukup banyak pada saat pemanasan awal untuk mencapai suhu yang diinginkan.

10 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-10 Jika hal ini dapat diminimalisir maka dapat mengurangi beban start up (pemanasan) pada peralatan reheating. Kendala suplai energi juga terjadi pada pasokan natural gas yang membuat industri khususnya yang mempunyai proses heat treatmentdan proses pembakaran lainnya harus menggunakan alternatif energi lainnya (gasifikasi batubara, BBM, LPG, Batubara). 3. Sumber Daya Manusia (SDM), kontek SDM disini adalah SDM yang secara kapasitas mampu menjalankan kebijakan konservasi energi di Industrinya. Pengelolaan energi sama pentingnya dengan pengelolaan produksi sehingga dalam hal pengelolaan energi perlu adanya suatu perencanaan dan pengendalian energi (SME, Sistem Manajemen Energi). Dengan implementasi SME akan ter-realisasi manfaat (value added) dari suatu pemanfaatan energi karena SME ini sama dengan teknik-teknik manajemen lainnya yaitu membuat suatu pola operasi yang terarah, terrencana, terpadu/terstruktur dan berkelanjutan. Apabila kontek pengembangan SDM dalam wacana konservasi energi dapat terwujud di industri baja maka secara time-line, intensitas konsumsi energi akan mengalami perbaikan, daya saing meningkat sehingga industri dapat berkontribusi secara internal & eksternal, maksudnya secara internal industri memberikan profit kepada pemegang saham dan secara ekternal industri memberikan kontribusi terhadap GDP dan lingkungan hidup (dapat menurunkan emisi). Meskipun secara umum industri yang disurvai telah mengetahui fungsi dan manfaat konservasi energi namun mayoritas industri (90%) belum didukung oleh kebijakan dan komitmen TOP manajemen untuk membentuk suatu organisasi/gugus tugas energi. Dari jumlah SDM yang menangani masalah energi (bag. Utility, Engineering, dll.) hanya sebagian kecil (manager/kepala teknik) yang mengetahui teknik-teknik konservasi energi. Ada beberapa industri bahkan belum mengetahui fungsi dan manfaat konservasi energi. 4. Finansial (Skala Usaha/Asset),Umumnya tingkat usaha atau asset sangat mempengaruhi terlaksananya implementasi konservasi energi. Suatu rekomendasi potensi penghematan energi dengan kategori high cost mungkin menjadi kategori low atau medium cost bagi suatu industri yang memiliki tingkat usaha yang besar. Dengan demikian rekomendasi akan bersifat relatif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor finansial adalah: Skala usaha industri berbeda-beda. Diperlukan suatu simulasi pembiayaan yang sesuai sehingga dapat diimplementasikan disemua semua industri;

11 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-11 Penguatan koordinasi dan komunikasi lintas stakeholder khususnya antaraa Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM. - Merumuskan prosedur atau tatacara memperoleh bantuan/insentif; - Merumuskan jenis insentif yang sesuai dan tepat sasaran; - Prosedur atau SOP pelaksanaan dan kontrol bantuan atau insentif; - Membuat sistem pengawasan dan evaluasi program. 5. Regulasi/Kebijakan, peranan regulasi ini sangat penting terhadap keberlangsungan program KE & RE di industri baja dan pulp & kertas karena regulasi merupakan reinforcing factor atau faktor yang dapat memperkuat. Gambar 9.6 Peta kondisi faktor-faktor konservasi energi di industri dan dampak yang terjadi. 9.5 PERENCANAAN PROGRAM Rencana Pokok Program Dan Strategi Pelaksanaan Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan khususnya padaa besaran peluang konservasi energi dan reduksi emisi dengan berbagai faktor-faktor yang memepengaruhinya, berikut merupakan perencanaan program Implementasi Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di industri baja dan industri pulp-kertas. PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

12 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Periode Penguatan kapasitas SDM industri dan Pembentukan Organisasi Energi - Implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat no/low cost - Penguatan sinergi dan koordinasi lintas kementerian, pemda, asosiasi dan industri. - Inisiasi implementasi peluang KE dan RE yang bersifat medium cost. - Monitoring dan evaluasi reguler program. - Perbaikan program dan tindak lanjut. 2. Periode Akselerasi implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat medium cost yang ditargetkan dapat diselasaikan pada tahun Akselerasi implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat high cost yang ditargetkan dapat diselasaikan pada tahun Monitoring dan evaluasi reguler program. Adapun strategi pelaksanaan yang perlu dilakukan dibagi menjadi strategi pokok dan strategi operasional. Strategi pokok pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi program konservasi energi; 2. Peningkatan Kapasitas SDM (Bantuan Non Teknologi); 3. Peningkatan perangkat kebijakan/ Teknologi (kebijakan/stimulus Teknologi); 4. Implementasi & Supervisi; 5. Monitoring & Evaluasi Program. Sedangkan strategi operasional adalah sebagai berikut; 1. Koordinasi Program (pemerintah pusat-daerah) 2. Pelatihan teknik KE dan RE secara reguler. 3. Technology Improvement (Lembaga Riset, Vendor & Industri) 4. Implementasi program KE (Bantuan Audit & Stimulation Project) 5. Pengembangan perangkat sistem informasi dan Monitoring. 6. Pengembangan Industri Percontohan KE dan RE. 7. Stimulasi Insentif. 8. Market driven untuk meningkatkan produktivitas. 9. Penguatan pasokan energi

13 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-13 Secara lengkap rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas dapat dilihat pada Tabel berikut.

14 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-14 Tabel 9.2a. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas ( ) PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

15 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-15 Tabel 9.2b. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas ( )

16 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Rencana Aksi Program Dari hasil perencanaan pokok program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas selanjutnya dilakukan perumusan rencana aksi program. Dalam perumusan rencana aksi ini, peluang konservasi energi yang dihasilkan dari pelaksanaan audit energi di 35 industri baja dan industri kertas menjadi acuan utama. Berbagai faktor-faktor pendukung dan faktor kendala dijadikan sebagai aspek pertimbangan untuk sehingga rencana aksi yang disusun dapat menghasilkan pencapaian sesuai dengan target yang ditetapkan. Tabel berikut merupakan rencana aksi yang perlu dilakukan sesuai dengan program pokok kegiatan. Waktu pelaksanaan masing-masing rencana aksi kegiatan tersebut secara langsung disesuaikan dengan kerangka waktu yang terdapat pada rencana pokok program. Secara lengkap program rencana aksi dari masing-masing rencana pokok program dapat dilihat pada Tabel berikut.

17 9-17 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tabel 9.3. Rencana program aksi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas ( )

18 9-18 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tabel 9.3. Lanjutan

19 9-19 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tabel 9.3. Lanjutan

20 9-20 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tabel 9.3. Lanjutan

21 9-21 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tabel 9.3. Lanjutan

22 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia PROGRAM PENDUKUNG Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas ini dapat memanfaatkan berbagai rencana pengembangan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah. Pengembangan infrastruktur yang secara langsung akan mendukung pelaksanaan KE dan RE antara lain adalah pembangunan jaringan infrastruktur pasokan gas, energi listrik, panas bumi dan berbagai infrstruktur pendukung lainnya. Ketersediaan infrastruktur tersebut akan meminimasi masalah kekurangan pasokan energi khusunya gas dan listrik. Penguatan pasokan energi tersebut akan menghindari operasi beban rendah ataupun operasi intermitent di beberapa industri (potensi penghematan energi 3%- 5%). Rencana pengembangan industri hulu baja juga secara langsung akan memperkuat pasokan bahan baku ke industri hilir. Kepasitian dan kemudahan pasokan bahan baku ini akan memberikan perencanaan operasi industri baja yang lebih baik dan secara langsung akan memberikan penurunan intensitas konsumsi energi (operasi pada kapasitas optimum). Saat ini ada terdapat 2 program utama pemerintah yang dapat dijadikan sebagai program pendukung akselerasi implementasi KE & RE, yaitu: 1. Road map pengembangan industri baja nasional dan; 2. Program MP3EI (Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi Indonesia) Road Map Pengembangan Industri Baja Nasional Road map pengembangan industri baja nasional telah disusun, dan beberapa poin (tantangan) yang harus dihadapi oleh Industri baja Nasional dalam rangka pengembangan adalah harus mampu mengatasi hal-hal berikut: Ketergantungan bahan baku impor iron-ore/pellet dan serta produk antara tertentu; Keterbatasan pendanaan dan litbang untuk memanfaatkan sumber daya bijih besi lokal bagi industri baja; Daya saing produk baja yang rendah karena produksi yang tidak effisien; Belum menunjangnya infrastruktur di luar Jawa yang diperlukan bagi pengembangan industri baja; Belum didukungnya pendanaan murah jangka panjang oleh Perbankan Nasional bagi pengembangan industri baja hulu; Kurang dukungan dalam hal perpajakan dan insentif bagi industri baja hulu;

23 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-23 Kurangnya sinkronisasi antara Kebijakan Pusat dan Daerah. Langkah strategik untuk menjawab tantangan-tantangan diatasdirancang melalui tiga tahapan implementasi: Tahap 1: Tahap 2: Tahap 3: Integrasi Industri Hulu dan Peningkatan Kapasitas Produksi yaitu menyeimbangkan struktur industri dan perbaikan kinerja industri baja nasional serta meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Produk Baru yaitu peningkatan kapasitas produksi yang baru. Peningkatan Daya Saing Produksi dan Pertumbuhan Berkelanjutan yaitu sebagai Industri Baja yang Tangguh dan Mandiri. Dalam pencapaian tahapan-tahapannya strategi pokok dalam road-map pengembangan industri baja nasional adalah Peningkatan daya saing produk baja melalui efisiensi produksi. Sedangkan upaya pencapaian atau strategi operasional dalam road-map pengembangan industri baja nasional adalah; Menumbuh kembangkan iklim usaha yang kondusif Mengembangkan industri berdasarkan prioritas Pengembangan industri dengan pendekatan klaster Pengembangan kemampuan inovasi teknologi Pengembangan peningkatan kemampuan SDM Mendorong penggunaan energi alternatif Penerapan SNI dan Pedoman Pengelolaan Lingkungan Korelasi road-map KE &RE terhadap road-map pengembangan industri baja nasional adalah: 1. Melalui optimalisasi energi akan diperoleh perbaikan salah satunya komponen biaya energi (dengan turunnya biaya energi, biaya produksi akan turun dan daya saing meningkat). 2. Pengembangan Teknologi merupakan target suatu konservasi energi, karena peralatan merupakan komponen yang menggunakan energi, dengan peralatan yang menggunakan teknologi hemat energi/efisien (memiliki intensitas energi yang lebih baik) akan dicapai suatu penggunaan energi yang sustainable. 3. SDM yang memiliki wawasan konservasi energi akan senantiasa berupaya melakukan langkah-langkah konservasi energi disetiap lini/rantai nilai

24 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-24 proses operasi industri, hal ini akan selaras dengan program yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi. 4. Industri (dalam hal ini manajemen) yang telah terkonsep dalam suatu koridor konservasi energi akan berupaya menerapkan manajemen energi sebagai perangkat strategis untuk perencanaan dan pengelolaan energinya, dengan demikian dalam hal pemenuhan energi, manajemen akan berupaya mencari alternatif energi guna merealisasikan tujuannya yaitu mencapai nilai tambah dari pemanfaatan energinya. 5. Dalam koridor ramah lingkungan, konservasi energi memiliki linkage backward-forward artinya pengelolaan energi yang berwawasan konservasi energi akan memperoleh manfaat ganda antara lain meningkatkan daya saing sehingga perspektif finansial perusahaan baik serta memiliki lini produksi yang ramah lingkungan sehingga dampak pengrusakan lingkungan minimal. 6. Apabila industri baja dan kertas telah memperoleh manfaat linkage backward-forward konservasi energi, dan daya saing industri meningkat sehingga akumulasi ini akan membawa manfaat positif antara lain kontribusi terhadap GDP bertambah sehingga ekonomi negara membaik dan iklim usaha akan kondusif yang pada akhirnya manfaat ini akan kembali dirasakan oleh industri berupa kondusifnya market yang dapat meningkatkan tingkat produktivitasnya ProgramMP3EI (Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi Indonesia/Koridor Ekonomi Indonesia). Pemerintah Indonesia saat ini tengah meluncurkan suatu master plan Percepatan Pengembangan Ekonomi Indonesia atau Percepatan Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia. Koridor ekonomi yang berada dalam cakupan master plan ini sebanyak 7 (tujuh) koridor ekonomi, antara lain: 1. IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan EJBNT/East Java Bali Nusa Tenggara; 2. IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan ESNWJ/Eastern Sumatera North West Java; 3. IEDC Masterplan Kalimantan; 4. IEDC Masterplan NJ/Nothern Java; 5. IEDC Masterplan Papua; 6. IEDC Masterplan Sulawesi; 7. MPA/Metropolitan Priority Area Jakarta.

25 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-25 Dalam kaitannya dengan road map KE & RE, ada beberapa rencana strategis (rencana aksi interdepartemen) dalam master plan pengembangan percepatan koridor ekonomi ini antara lain: Kementerian ESDM memberikan rencana strategis berupa pemetaan sumber-sumber daya energi, mineral dan bahan-bahan tambang dalam bentuk pemetaan SDA (Sumber Daya Alam) berdasarkan rantai nilai guna meningkatkan nilai tambah dari sektor SDA. Kementerian PU bersinergi dengan Kementerian Perhubungan memberikan rencana strategis berupa pembangunan beberapa sarana dan prasarana (Infrastruktur Jalan, Jembatan, Pelabuhan dan fasilitas pelabuhan) yang akan memudahkan akses masing-masing koridor ekonomi (meningkatkan nilai tambah dari dukungan infrastruktur). Kementerian Perindustrian memberikan rencana strategis berupa pengembangan kawasan-kawasan industri strategis (kawasan industri yang mudah dalam mengakses energi, sarana angkut, penyimpanan, pengelolaan limbah, dll.) dengan harapan terwujudnya nilai tambah industri melalui aglomerasi industri sehingga struktur industri baja nasional akan semakin kuat dengan semakin efisiennya rantai nilai dimasing-masing industri inti, industri pendukung dan industri terkait. Koridor ekonomi yang ada kaitannya dengan pengembangan/jaminan ketersediaan energi bagi industri baja nasional adalah: IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan ESNWJ/Eastern Sumatera North West Java; Gambar 8.7 Peta M3EI koridor Sumatera-Jawa Barat

26 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-26 Sumatera memiliki potensi besar untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik.nilai tambah/manfaat dari Indonesia Economic Development Coridor (IEDC) ESNWJ untuk pengembangan industri baja nasional dalam kerangka optimalisasi pemanfaatan energi melalui jaminan ketersediaan energi adalah: Dengan adanya koridor ekonomi ini, maka: 1. Akses terhadap energi semakin baik (meningkatkan jaminan ketersediaan energi) dengan adanya peningkatan infrastruktur; 2. Energi alternatif berupa bio-fuel yang disuplai dari industri palm-oil, dapat dijadikan sebagai energi alternatif bagi industri dalam rangka pemenuhan konsumsi energi pabrik; 3. Pembangunan pembangkit listrik di mulut tambang akan membantu dalam hal pemenuhan kebutuhan daya (energi listrik). Korelasi road-map KE &RE terhadap MP3EI: 1. Saat ini tengah diluncurkan suatu master plan percepatan pengembangan ekonomi Indonesia, dimana pengembangan didasarkan pada potensipotensi daerah (koridor ekonomi). Masing-masing koridor memiliki potensi yang berbeda-beda, terutama yang ada kaitannya dengan road map KE & PE antara lain potensi cadangan/sumber daya energi, tambang dll. 2. Dalam kaitannya dengan industri baja dan kertas adalah, dengan terpetakannya potensi ekonomi maka: Kedepannya industri-industri pendukung dan industri terkait akan tumbuh sehingga industri inti akan memperoleh manfaatnya (akses terhadap raw material, akses transportasi, dan akses energi). Aglomerasi industri akan terwujud, akibat adanya perbaikanperbaikan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan industri. Industri yang tersentra dalam suatu kawasan akan lebih optimal baik dari sisi penyediaan energinya maupun sisi pengelolaan limbahnya. Seperti halnya di China industri diklasterkan dalam suatu kawasan, apabila hal ini diterapkan di Indonesia maka dapat dikonsepkan dalam suatu kawasan konservasi energi. 9.7 PERAN DAN FUNGSI PIHAK-PIHAK TERKAIT Peran & Fungsi Industri: Sektor industri baja dan industri pulp-kertas merupakan pemegang peran utama dalam implementasi berbagai program konservasi energi dan reduksi emisi di

27 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-27 masing-masing industrinya. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh masingmasing industri khususnya top manajemen antara lain adalah: 1. Berkomitmen (sisi manajemen puncak) menjadikan sistem perencanaan & pengelolaan energi sebagai bagian strategis perusahaan. 2. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan operasional sistem manajemen energi diperusahaan. 3. Membangun sistem perencanaan & pengelolaan energi melalui sistem manajemen dan informasi energi dan emisi (SMIEE). 4. Membangun kelembagaan/organisasi energi. 5. Mengimplementasikan potensi penghematan energi yang dapat diaplikasikan di industri. 6. Memonitoring intensitas konsumsi energi dan emisi, kemudian melaporkan kepada Kemenperin. Berkaitan dengan fungsi dan peran Asosiasi, dukungan Asosiasi Baja adalah: 1. Ikut membantu/berpartisipasi pelaksanaan program KE & RE di industri. 2. Memberikan masukan/kontribusi untuk keberlangsungan program KE & RE di Industri. 3. Selalu melakukan koordinasi sehingga pemerintah dapat memperoleh data dan informasi yang tepat/akurat yang dapat digunakan sebagai data & informasi untuk menilai pencapaian program KE & RE di industri Peran & Fungsi Kementerian Perindustrian: Kementerian Perindustrian sebagai salah satu lembaga pemerintah yang secara langsung memiliki keterkaitan dengan industri memiliki fungsi dan peran yang mampu menstimulus implementasi dan percepatan program KE & RE di industri Baja dan industri Pulp-Kertas. Fungsi utama Kementerian Perindustrian dalam hal ini adalah sebagai lembaga pengatur dan pembuat kebijakan (regulator), pengarah dan perencana progran KE dan RE secara nasional (director & main designer), sebagai lembaga yang memfasiliatsi berbagai program kegiatan dan penguatan kordinasi (fasilitator) dan sebagai lembaga yang memonitor dan mengevaluasi pencapian pelaksanaan program (evaluator). Berikut merupakan uraian fungsi dan peran Kementerian Perindustrian terkait dengan program implementasi Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di sektor industri baja dan industri pulp dan kertas.

28 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-28 Fungsi Peran Pengatur/Regulator Mengeluarkan aturan/regulasi dalam bentuk peraturan menteri tentang pelaksanaan program KE &RE di industri baja & Pulp and Paper. Mereview program KE &RE untuk tujuan percepatan dan menjaga kondusifitas program KE &RE. Pengarah Mengarahkan program KE &RE sesuai dengan arah, tujuan dan target pencapaian program KE &RE di industri Baja & Pulp and Paper. Melakukan supervisi implementasi program-program KE yang sifatnya menggunakan bantuan/kemudahan/insentif dari pemerintah. Fasilitator Memfasilitasi program KE & RE melalui bantuanbantuan yang akan menstimulus program KE & PE. Melakukan koordinasi dengan lembaga pemerintah/kementerian lain sehubungan dengan upaya percepatan dan kondusifitas program KE & PE. Monitoring dan Evaluasi Melakukan Kontrol/pengendalian dan Monitoring/pengawasan pelaksanaan program KE &RE agar Program yang tengah berjalan sesuai dengan perencanaan. Melakukan evaluasi program KE &RE untuk menilai Program dari sisi: Kendala/hambatan yang dapat menghambat pelaksanaan program KE &RE. Pencapaian program KE &RE berdasarkan indikator (KPI, key performance indicator) masing-masing program implementasi/operasional. Berkaitan dengan fungsi dan peran Kementerian perindustrian, dukungan Kemenperin adalah: 1. Mengeluarkan regulasi berupa peraturan menteri berupa pelaksanaan program KE & RE di industri baja & Pulp and paper. 2. Memberikan bantuan teknis energy assesment bagi industri yang telah melakukan MoU (program kemitraan) dengan Kemenperin.

29 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Memfasilitasi industri berupa peningkatan kapasitas SDMnya melalui pelatihan. 4. Memberikan Workshop/FGD program KE & RE sebagai upaya sosialisasi bagi industri yang belum MoU dan bagi pemerintah daerah sebagai mitra pemerintah di daerah (sinergi pemerintah) guna terlaksananya program KE & RE secara kondusif. 5. Memberikan bantuan/insentif berupa skema kemudahan/pengurangan pajak untuk beberapa proyek implementasi konservasi energi. 6. Melakukan koordinasi (inter-departemen/kementerian): Dengan Kementerian Keuangan: Menyiapkan skema yang tepat (ramping/mudah/aplikatif) berkaitan dengan program bantuan stimulus/insentif yang akan digunakan pada program konservasi energi dan penurunan emisi di industri Baja dan Pulp & paper. Dengan Kementerian ESDM: Memberikan informasi/masukan mengenai hambatan-hambatan yang dialami oleh industri berkaitan dengan masalah energi. Memberikan informasi/masukan mengenai percepatan/peningkatan program infrastruktur penyediaan energi, sehingga diperoleh suatu prioritas perencanaan penyediaan energi ke industri sehingga akses industri ke sumber energi tidak mengalami kesulitan.

LAPORAN AKHIR RINGKASAN EKSEKUTIF

LAPORAN AKHIR RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Kegiatan Implementation of Energi Conservation and Emission Reduction in Industrial Sector (Phase-1) ini dilakukan sebagai bagian dari rangkaian program konservasi energi dan pengurangan

Lebih terperinci

BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 11-1 BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 11.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan audit energi yang dilakukan dan kajian terhadap kebutuhan teknologi Konservasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

PROGRAM KONSERVASI ENERGI PROGRAM KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada: Lokakarya Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Bandung,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan

Lebih terperinci

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pembangunan yang diikuti dengan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian Indonesia, kebutuhan energi nasional juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan suatu negara ditandai dengan pertumbuhan sektor industri. Indonesia dikenal sebagai negara berkembang dan

Lebih terperinci

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI TRI RENI BUDIHARTI KEPALA PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA,22 OKTOBER 2012 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Perencanaan Strategis Bidang Energi Tahun Di DIY

Perencanaan Strategis Bidang Energi Tahun Di DIY Perencanaan Strategis Bidang Energi Tahun 2015-2019 Di DIY Dalam Mendukung Kebijakan Energi Nasional Disampaikan Oleh Bappeda DIY Dalam Forum Koordinasi Perencanaan Strategis Bidang Energi Lintas Sektor

Lebih terperinci

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

OVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI

OVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2-1 BAB II OVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI 2.1 ISU EMISI CO 2 -e GLOBAL Emisi CO 2 -e global (dunia) disebabkan melalui

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS)

Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS) Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS) HOTEL BENCHMARKING TOOLS AND STRATEGIC ENERGY MANAGEMENT PILOT PROGRAM USAID ICED-Jakarta, 26 November 2013 Outline Presentasi: 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Nama Inovasi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Produk Inovasi Advokasi Kebijakan Pengembangan dan Aplikasi Teknologi Kogenerasi di Sektor Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta

Lebih terperinci

Steel and Pulp & Paper Industries (Phase I) merupakan program yang

Steel and Pulp & Paper Industries (Phase I) merupakan program yang Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 8-1 BAB VIII PELATIHAN / CAPACITY BUILDING 8.1 MAKSUD DAN TUJUAN Kegiatan Implementation of Energy Conservation and CO 2 Emission Reduction in Steel and Pulp

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi

Lebih terperinci

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Oleh : Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kalimantan Barat Pada Acara Seminar dan Workshop MKI Wilayah Kalimantan Barat 2013 Pontianak. 13 Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012 logo lembaga [ PKPP F.1 ] [ Optimalisasi Sistem Energi untuk Mendukung Ketahanan Energi dan Pembangunan Ekonomi Koridor 6 ] [ Adhi Dharma Permana, M. Sidik Boedyo, Agus Sugiyono ] [ BADAN PENGKAJIAN DAN

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling mudah dan paling banyak digunakan masyarakat luas. Dari tahun ketahun permintaan akan energi listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi B2TE BPPT, Energy Partner Gathering Hotel Borobudur Jakarta, 4 Desember 2013 www.mctap-bppt.com INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA (dan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA LAMPI RAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

Peneliti Utama Anggota

Peneliti Utama Anggota KODE JUDUL : V.1 ROAD MAP PENGEMBANGAN KARET ALAM MENJADI SUKU CADANG ALAT TRANSPORTASI DI KAWASAN INDUSTRI TANJUNG API-API KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Peneliti Utama Anggota : : Nasruddin

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016

Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016 Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016 LATAR BELAKANG Dasar Hukum Undang-undang Nomor 3 Tahun

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Beberapa peranan strategis energi antara lain sumber penerimaan negara, bahan bakar dan bahan baku

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 Disampaikan oleh: Dwi Hary Soeryadi Anggota Dewan Energi Nasional BANJARMASIN, 8 SEPTEMBER 2015 STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL PIMPINAN Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan Audit Energi Institut Teknologi Indonesia Teddy Dharmawan 114132512 Pendahuluan Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah PBB, yaitu United Nations Industrial Development

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENELITIAN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENELITIAN Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Oktober 2014 1 1 5 6 7 STRATEGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jln. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RAPAT KERJA TEKNIS (Rakernis) KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2014 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur di Aula Kantor Walikota

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagai Negara penghasil minyak bumi yang cukup besar, masa keemasan ekspor minyak Indonesia telah lewat. Dilihat dari kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Posisi Geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dan perubahan

Lebih terperinci