BAB III PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI NAD. III.1. Kerusakan Yang Ditimbulkan Oleh Gempa Bumi & Tsunami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI NAD. III.1. Kerusakan Yang Ditimbulkan Oleh Gempa Bumi & Tsunami"

Transkripsi

1 III. BAB III PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI NAD III.1. Kerusakan Yang Ditimbulkan Oleh Gempa Bumi & Tsunami Pada tanggal 26 Desember 2004, suatu gempa yang paling dahsyat selama 40 tahun terakhir menghantam lautan Hindia, 150 km dari perairan propinsi NAD. Gempa tersebut memicu terjadinya tsunami dimana dua belas negara terkena imbasnya. Di Nanggroe Aceh Darussalam, diperkirakan 200 ribu orang meninggal, 2300 km jalan tidak dapat dilalui lagi, 9 pelabuhan rusak berat, 8 lapangan udara, 120 buah jembatan utama dan 1500 jembatan kecil turut rusak. Hal tersebut diperparah lagi oleh tingginya pencemaran air tanah, buruknya sanitasi, hancurnya irigasi dan suplai tenaga listrik yang minim. Diperkirakan akan dibutuhkan pembangunan rumah antara sampai buah rumah untuk jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Pembangunan kembali fasilitas infrastruktur membutuhkan biaya sekitar 30 trilyun rupiah (Progress report BRR, Desember 2006). III.2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Di NAD Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, selanjutnya pemerintah, menyusun tiga langkah recovery, yang meliputi tahap tanggap darurat, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap tanggap darurat diarahkan untuk penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan, tahap rehabilitasi diarahkan untuk memperbaiki pelayanan publik pada tingkat memadai dan tahap rekonstruksi diarahkan untuk membangun kembali masyarakat dan kawasan. Ketiga tahapan tersebut di laksanakan pada rentang waktu mulai Januari 2005 sampai dengan Desember Gambar berikut menunjukkan tahapan recovery masyarakat dan wilayah NAD:

2 42 Gambar III-1 Tahapan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di NAD Sumber: Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 Dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan masyarakat di NAD, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Berorientasi pada masyarakat dan partisipatif; 2. Pembangunan berkelanjutan, yang mengutamakan keseimbangan aspek kelayakan ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable) dan ramah lingkungan (environmentally sound); 3. Holistik, pembangunan kembali NAD harus mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan berdasarkan pada strategi yang komprehensif; 4. Terpadu, koordinasi dan strategi yang efektif untuk menjamin konsistensi dan keefektifan antara program sektoral dan regional di tingkat nasional maupun daerah; 5. Efisien, transparan dan akuntabel; 6. Adanya monitoring dan evaluasi yang efektif. III.3. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kembali Infrastruktur Kebijakan dan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas infrastruktur di NAD disusun dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

3 43 1. Memprioritaskan penyediaan prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar serta prasara untuk memperlancar logistik. a. Menetapkan prioritas utama pada pembangunan kembali perumahan, air minum, sanitasi dan drainase. b. Memprioritaskan pelaksanaan rehabilitasi prasarana akses masuk antara lain pelabuhan laut dan bandar udara strategis beserta jaringan jalan pendukungnya. 2. Membangun kembali sistem trasportasi dan komunikasi yang memadai untuk mendukung kelancaran hubungan antar wilayah di dalam propinsi dan antar propinsi serta luar negeri. a. Membuka jalan akses dan jalur jalan utama (nasional), dilanjutkan dengan pembukaan jalur transportasi yang terintegrasi untuk memperlancar distribusi logistik yang efisien dan pengembangan wilayah. b. Merehabilitasi fasilitas telekomunikasi yang ada dan merekonstruksi fasilitas komunikasi baru melalui teknologi nir-kabel untuk mendapatkan kemudahan akses telekomunikasi baik lokal, SLJJ, maupun, SLI. 3. Merehabilitasi fasilitas distribusi energi dan kelistrikan sebagai upaya mendukung kembalinya aktivitas sosial dan perekonomian. a. Memprioritaskan rehabilitasi jaringan distribusi kelistrikan. b. Mengarahkan upaya rekonstruksi untuk mendukung diversifikasi sumber energi listrik. 4. Mendukung upaya menjaga ketersediaan pangan. a. Memprioritaskan rehabilitasi jaringan irigasi pada wilayah dimana petani penggarapnya telah siap dan diutamakan pada wilayah-wilayah pusat kegiatan ekonomi dan pemukiman. b. Membantu upaya perbaikan jaringan tambak rakyat, khususnya pada jaringan primer dan sekunder 5. Memulihkan rasa aman bagi penduduk terkena bencana melalui peningkatan penyiapan fasilitas infrastruktur untuk mendukung upaya penyelamatan terhadap bencana.

4 44 a. Mengatasi masalah genangan melalui rehabilitasi dan pembangunan saluran drainase utama atau perbaikan alur alam. b. Merehabilitasi dan merekonstruksi drainase kawasan perkotaan untuk mengurangi potensi dampak negatif kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. c. Membangun sistem peringatan dini dan fasilitas penyelamatan (escape facilities) pada daerah-daerah rawan bencana tsunami. d. Mengendalikan banjir daerah pemukiman dan perkotaan melalui kegiatan normalisasi sungai, perbaikan/pembangunan tanggul, dan perbaikan fasilitas pengendali banjir. 6. Menerapkan secara konsisten prinsip-prinsip investasi yang didasarkan pada kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, osial, budaya dan agama. a. Melakukan studi kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial, budaya dan agama untuk setiap kegiatan peningkatan dan pembangunan fasilitas baru sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk melakukan investasi. b. Memprioritaskan optimalisasi prasarana dan sarana yang telah dibangun, sebelum menetapkan pembangunan fasilitas baru. c. Menerapkan keterpaduan intermoda prasarana dan sarana dalam menetapkan prioritas pelaksanaan kegiatan. d. Keputusan jadwal pelaksanaan kegiatan perlu selalu memperhatikan tingkat kepentingan (urgency) dan kesiapan (readiness). e. Menerapkan metoda pelaksanaan dan sistem logistik yang efisien f. Melakukan konsultasi publik, yang antara lain ditujukan untuk menggali dan mengakomodasi nilai budaya lokal dan agama. III.4. Realisasi Pembangunan Kembali Infrastruktur Proses rehabilitasi dan rekonstruksi bidang infrastruktur terdiri dari: Jalan dan Transportasi (Udara, Darat dan Laut), SAR, Pos dan Telematika, Sumber Daya Air (Irigasi, Pengamanan Pantai, Pengendalian Banjir), Energi dan Listrik, Air Bersih, Sanitasi dan Persampahan serta Pembinaan Bangunan Umum. Proses tersebut telah berlangsung sejak tahun 2005 sampai Beberapa perkembangan yang dapat dicatat dari proses tersebut adalah:

5 45 III.4.1. Sub-Bidang Jalan Dan Jembatan Sampai dengan akhir tahun 2006, total jalan yang telah ditangani (rehabilitasi dan rekonstruksi) mencapai 957 km terdiri dari jalan Nasional sepanjang 295 km, jalan propinsi 203 km (Propinsi NAD: 76 km dan Kepulauan Nias 127 km) dan jalan kabupaten sepanjang 459 km, dengan total biaya Rp milyar. Pada tahun 2007 diprogramkan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan sepanjang 738 km, yang terdiri dari jalan Nasional 212 km, jalan propinsi 155 km (Prop. NAD : 32 km dan Nias 123 km), dan jalan kabupaten sepanjang 371 km. Total anggaran tahun 2007 sebesar milyar Rupiah. Sehingga sampai akhir tahun 2007 akan ditangani jalan sepanjang km jalan dengan total biaya mencapai 3,31 trilyun Rupiah, seperti diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel III-1 Rekapitulasi Realisasi Tahun dan Program 2007 Sub Bidang Jalan Dan Jembatan NO KEGIATAN SAT Lintas Timur NAD Lintas Barat NAD Lintas Tengah NAD Lintas Lainnya NAD Jalan Kab./Kota Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 RENCANA REAL PROG 07 RUAS KM ON BGT OF BGT ON-OFF ON OFF ON-OFF Km Km Km Km Km 23 Kab TOTAL III.4.2. Sub Bidang Transportasi Untuk prasarana transportasi, sampai dengan tahun 2006 telah ditangani pelabuhan laut sebanyak 10 unit dan 5 unit pelabuhan penyeberangan. Diantaranya satu pelabuhan penyeberangan di Ule lheu ditangani langsung melalui dana Non APBN. Pelabuhan udara yang telah ditangani sebanyak 6 unit. Selain itu juga telah dibangun 1 unit landasan udara/airstrip di Calang. Pada tahun anggaran 2007 diprogramkan penanganan untuk 7 unit bandara, 3 di antaranya merupakan penanganan baru, sedangkan 4 unit merupakan lanjutan. Selain itu juga direncanakan pembangunan airstrip di Blangkejeren (Gayo Luwes) dan

6 46 Teluk Dalam (Nias Selatan) serta landasan heli/helipad di Pulau Rondo-Aceh Besar. Selanjutnya pelabuhan laut yang ditangani sebanyak 8 unit (5 unit penanganan baru dan 3 unit penanganan lanjutan) dan pelabuhan penyeberangan sebanyak 4 unit (1 penanganan baru dan 3 unit penanganan lanjutan tahun 2006), seperti diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel III-2 Rekapitulasi Realisasi Tahun Dan Program Tahun 2007 Sub-Sektor Perhubungan NO BANGUNAN/GEDUNG RCN Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 REAL PROG ' BARU % KE RCN BARU LAMA BARU % KE RCN 1 PEL. LAUT % % 2 PEL. FERRY % % 3 BANDARA % % 4 AIRSTRIP HELIPED TERMINAL BUS % % 7 KANTOR SAR % % 8 KANTOR BMG % % 9 KANTOR POS % % Berdasarkan Rencana Induk, kebutuhan terminal dan stasiun DAMRI sebanyak 27 unit. Sampai dengan 2006, 7 unit terminal dan stasiun DAMRI sedang dalam proses pembangunan. Pada tahun 2007 dialokasikan pembangunan terminal sebanyak 6 unit. Gambaran realisasi dan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi transportasi diperlihatkan pada tabel di bawah ini. Rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan penyeberangan ditargetkan sebanyak 9 unit sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk. Dari keseluruhan jumlah tersebut, 7 unit telah ditangani pada tahun anggaran Satu unit yakni pelabuhan penyeberangan Meulaboh dilaksanakan pada TA Realisasi pembangunan terminal bis dan pool DAMRI serta pelabuhan penyeberangan ditampilkan pada tabel-tabel berikut:

7 47 Tabel III-3 Realisasi Pembangunan Terminal Bis NO TERMINAL BIS/APK RENCANA INDUK Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 REAL DIPA '07 BARU BARU LANJUT 1 Banda Aceh Singkil Bireuen 1 4 Lhokseumawe 1 5 Calang Blang pidie Kota Makmur 1 8 Aceh Besar 1 9 Langsa 1 10 Aceh Utara Kebon Tengah 1 12 Aceh Timur Bakongan 1 14 Sigli 1 15 Kuala Simpang 1 16 Simeulu Takengon Stasiun Damri B. Aceh Pool Damri (tersebar) 2 20 Poo Damri Meulaboh 1 21 Pool Damri Lhokseumawe 1 TOTAL Tabel III-4 Realisasi Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan NO PEL. FERRY LOKASI RCN REAL BARU LANJUT BARU LANJUT 1 ULEE LHEU B. ACEH BALOHAN SABANG LABUHAN HAJI A. SELATAN LAMTEH A. BESAR SINABANG SIMEULU MEULABOH A. BARAT PULAU BANYAK A. SINGKIL 1 8 SINGKIL A. SINGKIL 1 TOTAL Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 Rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan di NAD dalam Rencana Induk ditetapkan sejumlah 12 unit. Dari jumlah tersebut, 10 unit telah dan sedang dilaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksinya sedangkan 8 unit (5 baru dan 3 lanjutan)

8 48 diprogramkan pada tahun Sampai akhir 2007 diperkirakan telah ditangani 10 unit pelabuhan dari Rencana Induk sebanyak 12 unit. Ada 3 unit pelabuhan dalam Rencana Induk yang belum ditangani yakni Sabang, Sibadeh, dan Sigli. Sementara itu terdapat 1 unit pelabuhan (Kuala Langsa) di luar Rencana Induk yang ditangani. Di luar itu juga dibangun dermaga di Pulau Rondo. Tabel III-5 Realisasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pelabuhan Laut NO PELABUHAN LAUT LOKASI RENCANA INDUK REALISASI PROGRAM 2007 BARU LANJUT BARU LANJUT 1 SABANG SABANG 1 2 MALAHAYATI ACEH BESAR KRUENG GEUKUH Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 LHOKSEUMAWE KUALA LANGSA LANGSA 1 5 MEULABOH A. BARAT CALANG A. JAYA SUSOH A. BARAT DAYA TAPAK TUAN A. SELATAN SINGKIL A. SINGKIL SIBADEH A. SELATAN 1 11 SNABANG SIMEULUE SIBIGO SIMEULUE SIGLI PIDIE 1 TOTAL Rehabilitasi dan rekonstruksi bandar udara sesuai dengan Rencana Induk dilaksanakan sebanyak 9 unit. Dari jumlah tersebut 6 unit diantaranya telah dan sedang dilaksanakan pada tahun Tiga unit lainnya akan dilaksanakan pada tahun 2007 dan Pada tahun 2008 kegiatan difokuskan pada pengembangan Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) dan Bandara Cut Nyak Dhien Nagan Raya. Tabel berikut menunjukka perkembangan pembangunan bandar udara:

9 49 Tabel III-6 Realisasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bandar Udara NO BANDARA LANDASAN RCN INDUK REAL RKA07 AWAL AKHIR VOL. RP. MYR BARU RP MY BARU LANJUT RP.MY 1 MAIMUN SALEH 1850 M X 30 M SULTAN ISK. MUDA 2500 M X 45 M 2950 M X 45 M CUT NYAK DHIEN 1000 M X 30 M 1700 M X 30 M T. CUT ALI 750 M X 23 M 1250 M X 30 M LASIKIN 750 M X 23 M 1500 M X 30 M KUALA BATE 750 M X 23 M 1300 M X 30 M REMBELE 1200 M X 30 M TOTAL Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 Pembangunan airstrip telah dilaksanakan dengan dana Off-Budget pada tahun 2005 untuk pembangunan airstrip Calang. Satu unit airstrip direncanakan dibangun di Blangkejeren dan Simeulue pada TA Sementara helipad pada tahun 2007 direncanakan sebanyak 1 unit dan 2008 sebanyak 2 unit, masingmasing di Pulau Rondo, Pulau Breuh,dan Pulau Banyak. Tabel III-7 Realisasi Pelaksanaan Bandar Udara Perintis (Airstrip) NO LANDASAN UDARA AIRSTRIP CALANG AIRSTRIP BLANGKEJREN AIRSTRIP SIBIGO LOKASI Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 RCN INDUK REAL RKA 07 # RP. MYR BARU RP. MYR A. JAYA GAYO LUWES SIUMELUE BARU LANJUT RP. MYR TOTAL Tabel III-8 Realisasi Pelaksanaan Landasan Heli (Heliped) NO LANDASAN R.INDUK REAL RKA 07 LOKASI HELI VOL. RP. MYR BARU RP. MYR BARU LANJUT RP. MYR 1 PULAU RONDO A. BESAR PULAU BREUH A. BESAR 3 PULAU BANYAK SINGKIL TOTAL Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007

10 50 III.4.3. Sub-Bidang Energi Dan Kelistrikan Program rehabilitasi dan rekonstruksi bidang energi dan listrik yang dilaksanakan oleh BRR lebih difokuskan pada pelayanan sambungan rumah untuk rumahrumah yang baru dibangun, jaringan tegangan rendah (JTR), penggantian dieseldiesel pembangkit listrik yang rusak dan tidak fungsional dan sebagian jaringan tegangan menengah (JTM). Dari target sambungan rumah, sampai dengan Desember 2006 telah dicapai pengadaan sebanyak unit (60%). Pemasangan sambungan rumah terus dilaksanakan sesuai dengan progress penyelesaian pembangunan rumah bagi korban bencana tsunami. Pada tahun anggaran 2007, sasaran yang akan dicapai adalah pengadaan sambungan rumah sebanyak unit (54%). Dengan demikian secara keseluruhan, target yang telah di capai sampai dengan 2007 untuk pengadaan listrik (sambungan rumah) mencapai unit atau melebihi target yang tercantum dalam Rencana Induk. Kelebihan alokasi ini dimaksudkan untuk memenuhi target sambungan bagi pembangunan rumah baru sebanyak unit dan permintaan masyarakat lainnya seperti bangunan fasilitas umum, fasilitas sosial, bangunan publik lainnya. Dari target sasaran km JTR dan km JTM, sampai Desember 2006 telah dilaksanakan sebanyak km JTR dan km JTM. Pada tahun anggaran 2007 sasaran yang akan dicapai sepanjang km JTR dan km JTM. Dengan demikian masih terdapat sisa target sebesar 1,636.6 km JTR dan km JTM. Sedangkan target sasaran 736 unit Gardu Distribusi (GD) dan 6 unit Gardu Hubung (GH), sampai Desember 2006 telah tercapai 217 GD dan 3 unit GH. Tahun anggaran 2007 sasaran yang akan dicapai sebanyak 260 unit GD dan 1 unit GH. Dengan demikian masih terdapat sisa target sebesar 298 unit GD. Pembangunan pembangkit listrik dengan target 16 unit, sampai Desember 2006 telah berhasil dicapai 11 unit pembangkit listrik. Pada tahun anggaran 2007 tidak ada pengadaan dan pemasangan pembangkit listrik. Target pembangkit listrik tersebut belum termasuk target rekonstruksi pembangunan baru Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan dengan kapasitas 2X42 MW.

11 51 Pembangunan PLTA Peusangan akan dibiayai JBIc dengan percepatan proses pinjaman sehingga pelaksanaannya dapat dimulai akhir tahun Sebagai tambahan dari pemenuhan target rekonstruksi tersebut, PT. PLN juga sudah memproses tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara sebesar 2X100 MW di kabupaten Nagan Raya. Disamping itu Departemen ESDM akan memproses tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 2X20 MW di Seulawah, kabupaten Aceh Besar. Untuk bangunan gedung layanan umum, dari sasaran target 6 unit bangunan gedung, BRR hanya akan membangun satu gedung pelayanan masyarakat di Merduati. Masih terdapat sisa target 5 gedung kantor termasuk kantor wilayah. Khusus untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau jaringan listrik, BRR membiayai pengadaan unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan 1 unit Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH). Disamping itu Departemen ESDM melalui program Listrik Desa mengadakan unit PLTS pada tahun anggaran Pada tahun anggaran 2007 sasaran yang akan dicapai 469 unit. Tahun anggaran 2008, perlu dilanjutkan pengadaan PLTS sebanyak unit. Realisasi rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kelistrikan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

12 52 Tabel III-9 Realisasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bidang Kelistrikan Dan Energi NO KEGIATAN PEMBANGUNAN SAT RENC. INDUK APBN REALISASI NON APBN TOTAL PROG Pengadaan generator PLTD Unit Perbaikan kantor PT. PLN Pkt Lok X Pengadaan PLTD Apung Unit X Baru MW 2X2X6 MUSEUM 4 PLTA Peusangan Unit X MW 4X21 PLN PLTM (Mini Hidro) Unit 2 6 PLTMH (Mikro Hidro) Unit PLTS (Surya) Unit PLTGU Banda Aceh MW 2X30 0 Jaringan Tegangan 9 Menengah (SUTM dan Km SKTM) 10 Jaringan tegangan rendah (SKTR) Km Sambungan Pelanggan Unit Gardu Distribusi Unit Gardu Hubung Unit Depo BBM Unit SIMEULUE 15 Gedung ESDM Unit DINAS 16 Gedung Pemantau Gunung Api Unit Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 KET. III.4.4. Sub-Bidang Sumber Daya Air Sub-bidang ini terdiri dari irigasi, sungai dan pengendalian banjir dan pengamanan pantai. Dari ha target rehabilitasi dan rekonstruksi sub bidang Irigasi, sampai dengan Desember 2006 telah dilaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana irigasi seluas ha (125%). Tahun anggaran 2007, terdapat penambahan seluas Ha sehingga total luas irigasi adalah (172%). Dari target meter sungai yang harus direhabilitasi dan direkonstruksi, sampai dengan Desember 2006 telah dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi sungai sepanjang meter (57%). Pada TA 2007 akan ditangani m. Sehingga pada akhir Tahun anggaran 2007, sasaran yang akan dicapai adalah sepanjang meter (65%).

13 53 Tabel III-10 Rekapitulasi Realisasi Tahun Dan Program Tahun 2007 Sub-Sektor Sumberdaya Air NO KEGIATAN PEMBANGUNAN SAT RENCANA INDUK REALISASI TAHUN APBN NON APBN TOTAL PROG Dari target meter pantai yang harus dilindungi, pada tahun anggaran telah dikerjakan bangunan pengaman pantai sepanjang meter (84%) dan pada tahun anggaran 2007 sepanjang meter. Target yang akan dicapai pada akhir tahun anggaran 2007 adalah sebesar meter atau 118% dari target dalam Rencana Induk. Rekapitulasi pembangunan sub-sektor sumberdaya air tampak pada tabel berikut: TOTAL 1 IRIGASI HA SUNGAI DAN 2 PENGENDALIAN M BANJIR 3 PENGAMAN PANTAI M Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 III.4.5. Sub-Bidang Air Bersih dan Sanitasi Sub-bidang ini terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah dan drainase. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam rangka penyediaan air minum dan air bersih telah berjalan sejak tahun 2005 dan tahun Sampai tahun ketiga telah teralokasi dana sebesar Rp. 309,943 miliar atau sebesar 13.54% dari target (on budget yang terserap dan telah dialokasikan pada tahun 2007). Komponen terbesar adalah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi air bersih atau sebesar 63,53% atau sebesar Rp. 196,906 miliar, untuk komponen air limbah sebesar Rp. 23,093 miliar (7,45%), komponen persampahan sebesar Rp. 50,407 miliar (16,26%), dan komponen drainase sebesar Rp. 39,536 miliar (12,76%), seperti diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel III-11 Rekapitulasi Realisasi dan Rencana 2007 Sub-Sektor Air Bersih dan Sanitasi NO REALISASI TAHUN KEGIATAN RENC. PROG SAT PEMBANGUNAN INDUK NON APBN TOTAL APBN 1 AIR BERSIH LT/DTK 3, PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH 543,217 1,400 1, , ,710 3 SAMPAH RUMAH 543, ,665 2,301 4 DRAINASE M' 106,347 16,662 16,662 26,595 43,257 Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007

14 54 III.4.6. Sub-Bidang Bangunan Umum Pelaksanaan proyek bangunan umum baru diprogramkan pada tahun 2007 dan rencana untuk tahun Beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi pembangunan Pusat Pelatihan (Puslat) mitigasi tsunami, escape building, museum tsunami, laboratorium dan peralatan Tabel III-12 Program 2007 dan Rencana 2008 untuk Fasilitas BangunanUmum NO KEGIATAN PEMBANGUNAN SAT. RCN. INDUK Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 REALISASI NON APBN TOTAL APBN PROG Pembangunan pusat pelatihan tsunami NAD daerah bencana B. Aceh 4 2 Escape Hill Unit 5 3 Desain dan konstruksi escape building A. Jaya Unit Desain dan konstruksi escape building A. Unit Barat 5 Desain dan konstruksi escape building Unit Lhokseumawe 6 Desain dan konstruksi escape building Bireuen Unit Desain dan konstruksi escape building Pidie Unit Museum pusat pengembangan tsunami 2 di Banda Aceh 9 Pembangunan pusat kualitas struktural di Banda Aceh dan 1 peralatan untuk laboratorium 10 Koordinasi dan Konsultasi rencana kerja dan program pemerintah Secara umum realisasi anggaran BRR untuk semua bidang telah mencapai 25 trilyun rupiah lebih, baik yang berasal dari dana on budget maupun off budget seperti diperlihatkan pada tabel berikut:

15 55 Tabel III-13 Realisasi Anggaran BRR baik berasal dari APBN maupun non APBN JUMLAH (RP) NO BIDANG/SUB BIDANG ON BUDGET JUMLAH (RP) OFF BUDGET I PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN 3,703,250,340,446 3,934,718,495, PERUMAHAN 2,819,336,906,609 3,678,832,106, TATA RUANG, PSD DAN PERTANAHAN 883,913,433, ,886,389,600 II INFRASTRUKTUR 2,355,190,563,475 2,156,761,520, PERHUBUNGAN, TELEKOMUNIKASI, POS/ASDP 472,604,860, JALAN DAN JEMBATAN/UASR 800,032,250, ,758,515, AIR BERSIH, SANITASI DAN PERSAMPAHAN 152,416,292,911 1,337,171,525, ENERGI DAN LISTRIK 301,503,644,911 5,807,785, IRIGASI 216,402,840,005 7,023,694, PENGENDALIAN BANJIR & PENGAMANAN PANTAI 412,230,674,762 III EKONOMI DAN USAHA 968,498,929,140 1,823,313,601, PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN 299,152,067, ,426,741, KELAUTAN DAN PERIKANAN 320,026,127, ,655,110, KEHUTANAN 32,237,729,098 86,827,555, PENGEMBANGAN USAHA 45,300,677, ,992,534, INDUSTRI 46,924,747,072 61,024,970, PERDAGANGAN, PARIWISATA, INVESTASI 24,928,925,779 6,860,541, KOPERASI DAN UKM 161,413,021,549 86,827,555, TENAGA KERJA 38,515,633, ,698,592,000 IV PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PERAN PEREMPUAN 1,042,727,115,236 4,231,846,507, PENDDIKAN 400,157,959,445 1,783,247,297, KESEHATAN 600,491,793,294 2,182,454,314, PERAN PEREMPUAN 42,077,362, ,144,895,600 V KELEMBAGAAN DAN SDM 965,907,990,203 1,334,018,501, KELEMBAGAAN DAN PEMERINTAH 275,953,171,058 1,013,317,274, KELEMBAGAAN, HUKUM DAN KEAMANAN 278,726,875, ,413,960, YUDIKATIF, LEGISLATIF, MATRA-MATRA 411,227,943,211 45,287,266,800 VI SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA 757,660,076, ,258,306, SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN 124,059,418,761 64,845,767, AGAMA 559,234,947,433 70,127,920, BUDAYA 74,365,710, ,284,618,400 PERENCANAAN 223,116,492,278 21,123,089,600 SEKRETARIAT, KOMUNIKASI DAN INFORMASI (ADMINISTRASI) 419,750,280, ,172,542,400 TOTAL 10,436,101,787,211 14,837,212,563,200 Sumber: BRR NAD & Nias III.5. Pengambil Kebijakan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Untuk melaksanakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi masyarakat dan wilayah NAD dan Nias dibentuklah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Wilayah NAD dan Nias (BRR NAD & Nias). Badan ini mempunyai tiga kelengkapan organisasi, yaitu: a. Dewan Pengarah: bertugas memberikan arahan dalam perumusan, perencanaan dan pelaksanaan proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Anggota

16 56 dewan pengarah merupakan representasi berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) yang terdiri dari unsur masyarakat, unsur akademisi, unsur pemerintahan dan unsur-unsur lain yang mendukung fungsi pengarah. Anggota dewan pengarah bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa aspirasi berbagai pihak yang diwakilinya telah terakomodasi dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Dewan pengarah memberi laporan atas pelaksanaan tugasnya langsung kepada presiden. b. Dewan Pengawas: bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan proses rehabilitasi dan rekonstruksi, menerima dan menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dan melakukan audit pelaksanaan tugas Badan Pelaksana. Dalam melakukan audit dan membantu tugas-tugasnya, Dewan Pengawas dapat menggunakan jasa profesional auditor independen atau tenaga ahli lainnya. Pelaksanaan tugas-tugas tersebut dilaporkan secara berkala kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Anggota Dewan Pengawas berasal dari individuindividu yang memiliki pemahaman memadai dibidang pengawasan, yang terdiri dari unsur-unsur tokoh nasional dan tokoh masyarakat Aceh yang independen. Selain itu dimungkinkan dari perwakilan negara donor menjadi anggota Dewan Pengawas. Hasil pengawasan terbuka untuk publik. c. Badan Pelaksana (Bapel): Badan pelaksana bertugas merumuskan kebijakan strategi dan kebijakan operasional, menyiapkan rencana tindak dan melaksanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk proyek-proyek tertentu sesuai kesepakatan instansi/institusi lainnya dan memastikan penggunaan dana rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dengan menjunjung tinggi integritas dan bebas dari tindak pidana korupsi, mengelola sumber daya yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan untuk melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi, menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait, meminta bantuan berupa informasi dan dukungan teknis dalam pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pihak-pihak terkait lainnya, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi

17 57 dan rekonstruksi yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya. Pelaksanaan tugas BRR mengacu pada rencana induk dan rencana rinci rehabilitasi dan rekonstruksi yang disusun oleh pemerintah bersama pemerintah daerah. Struktur organisasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi NAD disusun dalam susunan sebagai berikut: Gambar III-2 Sruktur organisasi BRR dan kaitannya dengan instansi lain Sumber: Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 Struktur organisasi Bapel BRR NAD & Nias terdiri dari ketua dibantu beberapa orang wakil ketua dan deputi-deputi. Untuk memudahkan koordinasi antara masyarakat di wilayah-wilayah kerja BRR yang tersebar di beberapa daerah, maka dibentuklah kantor regional BRR yang mewakili 8 wilayah. Struktur organisasi Bapel dan kantor-kantor wilayah diperlihatkan pada gambar berikut:

18 58 Gambar III-3 Struktur organisasi Badan Pelaksana BRR Sumber: Website e-aceh-nias.org :

19 59 Gambar III-4 Struktur Organisasi Kantor Perwakilan BRR NAD & Nias Sumber: Website e-aceh-nias.org Dalam melaksanakan tugasnya BRR dibantu oleh satuan-satuan kerja (Satker) yang anggotanya berasal dari instansi-instansi teknis di lingkungan Pemda NAD dan anggota perseorangan lainnya yang dinilai cakap melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Satker-satker tersebut diawasi oleh deputi-deputi seperti tampak pada tabel di bawah ini: Tabel III-14 Satuan Kerja (Satker) Yang Bernaung Di Bawah Deputi-Deputi DEPUTI SATUAN KERJA (SATKER) A DEPUTI PENGAWASAN A1 Bidang Pengawasan B DEPUTI KEUANGAN DAN PENDANAAN B1 Pembinaan Keuangan dan Pendanaan C DEPUTI AGAMA, SOSIAL DAN BUDAYA C1 Pemulihan dan Pengembangan Bidang Agama, Sosial dan Budaya D1 Pemberdayaan Ekonomi dan Pengembangan Usaha D DEPUTI EKONOMI DAN USAHA D2 ETESP - ADB Perikanan 2007 D3 ETESP ADB Pertanian 2007/ Deputi Ekus E DEPUTI PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN E1 Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi NAD PERAN PEREMPUAN E2 Peningkatan SAPRAS Sekolah / Madrasah E3 Pendidikan Tinggi NAD E4 Pendidikan Di DEPAG NAD

20 60 F G H DEPUTI DEPUTI PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DEPUTI INFRASTRUKTUR, LINGKUNGAN DAN PEMELIHARAAN DEPUTI KELEMBAGAAN DAN PENGEMBANGAN SDM Sumber: Website e-aceh-nias.org E5 E6 E7 E8 E9 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 SATUAN KERJA (SATKER) Bidang Kesehatan, Pendidikan dan Gender Pelayanan Kesehatan NAD Pendidikan Menengah (Lanjutan) Pelayanan Kesehatan NAD (ADB) Pelayanan Kesehatan NAD (Lanjutan) Pengembangan Perumahan dan Permukiman NAD - ADB Bantuan Perumahan dan Pemukiman Kembali / BPPK NAD Infrastruktur Kawasan dan Permukiman Pengelolaan Pertanahan NAD-Nias Infrastruktur Kawasan Siap Huni Bantuan Sosial Bertempat Tinggal dan Perbaikan Rumah Prakarsa Pembangunan Partisipatif Kedeputian Perumahan dan Permukiman Pengembangan Perumahan dan Permukiman (MDTF) Penanggunalangan Kemiskinan di Perkotaan Penataan Ruang dan Lingkungan Permukiman Perumahan dan Permukiman NAD Wilayah I Perumahan dan Permukiman NAD Wilayah II Perumahan dan Pemukiman NAD Wilayah III Perumahan dan Permukiman NAD Wilayah IV Rehab, Peningkatan, Pembangunan Fasilitas Pos, Telekomunikasi dan Transportasi Udara NAD Pembinaan Perencanaan Jalan NAD Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Nasional NAD Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Provinsi NAD Irigasi NAD Pemeliharaan, Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembangunan Transportasi Laut NAD Pemeliharaan, Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembangunan Transportasi Darat NAD Peningkatan Kualitas Jasa Energi dan Ketenagalistrikan NAD Penyelenggaraan dan Pendaftaran Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara NAD Infrastruktur, Lingkungan dan Pemeliharaan NAD Peningkatan Kapasitas Rekonstruksi Infrastruktur NAD Peningkatan Sarana dan Prasarana Gedung Keuangan Negara Dukungan Bantuan Pemerintah Daerah - SPADA Penguatan Kelembagaan Komunikasi dan Informasi NAD -NIAS Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan NAD - NIAS Pengembangan Pertahanan MATRA Darat NAD Pengembangan Pertahanan MATRA Laut NAD - NIAS Pengembangan Pertahanan MATRA Udara NAD - NIAS Pengembangan Fasilitas POLRI Pusat Pembelajaran dan Pengembangan SDM Pengembangan SAPRAS Hukum NAD Peningkatan dan Penataan Kapasitas Kelembagaan NAD - Nias Penataan dan Pengelolaan SDM dan Aparatur NAD - Nias III.6. Sumber Dana Dan Besar Pendanaan Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Masyarakat NAD dan Nias memberikan estimasi kebutuhan dana untuk pembangunan kembali Aceh dan Nias mencapai Rp 60 Triliun. Sesuai perkembangan di lapangan, kebutuhan dana diperkirakan meningkat menjadi Rp 74,8 Triliun. Kebutuhan anggaran sebesar ini diantaranya dipenuhi dari APBN sebesar Rp 25,5 Triliun hingga akhir tahun Sisanya diharapkan dapat dipenuhi dari APBN

21 , kontribusi masyarakat dan swasta, negara donor, LSM asing, badan kerja sama multilateral dan Badan PBB. Secara umum, sumber pendanaan rekonstruksi Aceh dan Nias berasal dari sumber-sumber berikut: 1. APBN 2. Non-APBN yang terdiri dari bantuan negara dan institusi keuangan internasional, masyarakat dan swasta, LSM dalam dan luar negeri, bantuan bilateral, lembaga multilateral dan Badan PBB. III.6.1. Dana Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN) Potensi pendanaan yang berasal dari APBN terdiri dari: a. Dana rupiah murni. Dalam APBN 2005 dana rupiah murni yang bisa digunakan untuk mendukung pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi antara lain berasal dari dana cadangan umum sebesar 2 trilyun rupiah, dana moratorium paris club sebesar Rp. 3,9 trilyun. Disamping itu juga terdapat dana departemen/lembaga yang berada di propinsi NAD baik berupa dana dekonsentrasi, tugas pembantuan maupun dana instansi pusat yang kewenangannya tidak didesentralisasikan seperti bidang agama, bidang peradilan serta bidang keuangan. Untuk kebutuhan tahun anggaran 2006 dan tahun-tahun berikutnya dana kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi akan langsung di b. Hibah luar negeri baik sifatnya bilateral maupun multilateral; c. Realokasi atau reprogramming dana pinjaman luar negeri yang sedang berjalan dialihkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi di nad dan nias; d. Pinjaman luar negeri baru (apabila diperlukan); e. Penundaan dana pembayaran bunga dan pokok hutang luar negeri akibat moratorium di Paris Club. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi masyarakat dan wilayah NAD secara umum ada tiga kelompok, yaitu: 1. Pemerintah Indonesia (Government of Indonesia, GOI) 2. Negara-negara yang telah berjanji akan membantu rehabilitsi dan rekonstruksi di NAD baik secara bilateral maupun multilateral, dan 3. Lembaga Swadaya Masyarakat (Non Government Organization, NGO)

22 62 Besar alokasi dana dari masing-masing pihak tersebut diperlihatkan pada gambar dibawah ini Gambar III-5 Alokasi Dana Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Dari Ketiga Donatur Sumber: BRR NAD & Nias dan Perhitungan staf Bank Dunia Gambar III-6 Besar dana yang dibelanjakan pada masing-masing sektor Sumber: BRR NAD & Nias dan Perhitungan staf Bank Dunia

23 63 Gambar III-7 Perbandingan besar dana yang dijanjikan, dialokasikan dan dibelanjakan sampai Desember 2006 Sumber: BRR NAD & Nias dan Perhitungan staf Bank Dunia III.6.2. Non APBN (Off Budget) Pembiayaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang bersumber dari sumbangan dunia/internasional, disebut dana Non APBN atau lebih dikenal dengan sebutan off budget s karena merupakan anggaran yang bersumber bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Pembiayaan Non APBN ini menangani semua aspek kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Sampai Juli 2007, BRR telah mencatat komitmen dana non APBN mencapai Rp 31,7 Triliun. BRR juga memobilisasi dana melalui Recovery Aceh Nias Trust Fund (RANTF), yang telah berhasil mengumpulkan dana (managed fund) hingga Rp 140 Miliar. Dengan demikian, total komitmen yang diperoleh dari dana APBN dan Non-APBN sampai akhir 2007 mencapai Rp 57,2 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 76 persen kebutuhan total dari rehabilitasi dan rekonstruksi. Tabel berikut menjelaskan pembiayaan rehabilitasi dan rekonstruksi Prov.NAD- Nias berdasarkan sektor pemulihan.

24 64 Tabel III-15 Daftar Pembiayaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD & Nias Berdasarkan Sektor Pemulihan yang berasal dari dana off budget NO 1 BIDANG PEMULIHAN PERUMAHAN, PEMUKIMAN, TATA RUANG, PERTANAHAN & LINGKUNGAN HIDUP KOMITMEN (USD) REALISASI (USD) KOMITMEN (USD) REALISASI (USD) KOMITMEN (USD) REALISASI (USD) 604,485, ,087, ,985, ,251,212 22,556,973 46,048,948 2 INFRASTRUKTUR 573,046, ,793, ,485,166 77,180,957 5,849,444 9,671,646 3 SOSIAL KEMASYARAKATAN 756,021, ,457, ,103, ,028,992 28,921,981 32,053,684 4 PEREKONOMIAN 261,000, ,164, ,195,137 67,888,236 12,670,068 13,968, KELEMBAGAAN DAN HUKUM BIAYA ADMINISTRASI DAN BIAYA LAIN- LAIN TIDAK DIALOKASIKAN SEMUA SUB-SEKTOR YANG DIDEFINISIKAN SUB-SEKTOR LAIN- LAIN 181,062, ,329,082 82,415,109 35,512,339 6,639,074 10,139,874 28,710,662 7,808,422 7,650,651 13,678,678 1,696,531 1,285, ,208,350 69,677,804 31,303,268 10,531,209 38, , , ,000 2,681, , ,711 1,672,658 TOTAL 2,522,717,056 1,129,267, ,531, ,744,281 78,372, ,392,042 Sumber: Website e-aceh-nias.org Negara-negara yang turut membantu proses recovery mulai tahap tanggap darurat sampai tahap rehabilitasi dan rekonstruksi tidak kurang dari 44 negara, dengan total komitmen bantuan sebesar USD 2,420,460,386 dan 57% diantaranya telah direalisasikan yaitu sebesar USD Disamping itu bantuan dari Organisasi non pemerintah/non Government Organization (NGO) baik dalam maupun luar negeri yang terlibat dalam proses recovery di NAD mencapai 300 lembaga dengan total bantuan mencapai USD dengan tingkat relialisasi mencapai 67% atau USD (Website e-aceh-nias.org). III.6.3. Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Swasta Guna menjaga keselarasan partisipasi oleh semua pihak swasta dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di NAD, dibentuklah suatu mekanisme yang mengatur administrasi dan koordinasi antar pihak-pihak terlibat. Koordinasi partisipasi swasta dilaksanakan oleh Bapel. Lembaga ini mengkoordinasikan

25 65 semua elemen yang terlibat baik dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun pihak swasta yang ingin terlibat dalam pembangunan kembali NAD. Prosedur bantuan swasta ini disusun seperti tampak pada gambar III.8 di bawah ini. Partisipasi swasta dimulai dari inisiatif yang dikoordinasikan oleh Bapel dan Pemda untuk melihat keterkaitan antara inisiatif swasta tersebut dengan master plan dan keinginan masyarakat. Setelah melakukan koordinasi Bapel melakukan konfirmasi dan menerbitkan persetujuan teknis atas inisiatif tersebut. Persetujuan teknis diteruskan untuk dituangkan dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh swasta dan Bapel. Kesepakatan tersebut dapat dipakai sebagai acuan oleh pihak swasta untuk melakukan kontrak dengan pihak ketiga, dan Bapel melaporkan jumlah dana ke Departemen Keuangan untuk dicatat dalam register. Pada tahap implementasi Bapel, Pemda dan swasta bersama-sama terlibat melaksanakan kegiatan. Setelah implementasi selesai, Departemen Keuangan mencatat sebagai penerimaan negara. Prosedur pelaksanaan bantuan swasta selengkapnya ditampilkan pada bagan di bawah ini: Gambar III-8 Prosedur bantuan swasta dalam rehabilitasi dan rekonstruksi NAD Sumber: Perpres 30 tahun 2005

26 66 Kebutuhan pendanaan bagi rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur berdasarkan assesment yang dilakukan oleh Bappenas dan Bank Dunia adalah sebesar 26, 6 trilyun rupiah. Untuk itu dioptimalkan sumber-sumber pendanaan yang terdiri dari APBN, APBD, Hibah (grant) dan Dana masyarakat. III.7. Proyek-Proyek Yang Patut Diterapkan VE Proyek-proyek yang patut untuk diterapkan VE dinilai berdasarkan tiga kriteria, yaitu: menelan biaya dengan jumlah besar, tingkat kompleksitas yang tinggi dan sumber anggarannya berasal dari anggaran pemerintah. Progress report BRR per- Desember 2006 menyebutkan, mulai tahun 2007 akan dimulai pembangunan beberapa infrastruktur yang memenuhi kriteria tersebut di atas, seperti: 1. Transportasi terdiri dari: a. Jalan dan jembatan: rehabilitasi jalan Calang Meulaboh sepanjang 122 Km, rehabilitasi underway B. Aceh Calang, rehabilitasi jalan lintas timur dari B. Aceh Sumatera Utara sepanjang 490 Km. b. Rehabilitasi jalan lintas timur NAD sebanyak 4 ruas dengan panjang lintasan 257 km c. Rehabilitasi dan peningkatan jalan lintas tengah NAD dengan panjang lintasan 341 km d. Pelabuhan: penyelesaian desain untuk pelabuhan di Lamno (A. Jaya), terminal ferry di Meulaboh termasuk juga reklamasi pantai. e. Airport: bandara perintis di Calang, Sibigo (Simeulu) dan Blang pidie (A.selatan), peningkatan bandara Sultan Iskandar Muda di A. Besar. 2. Water supply: rehabilitasi water treatment dan jaringan distribusi air bersih, seawater desalination plant di Ulee Lheu, Banda Aceh, rehabilitating Banda Aceh s water treatment plant di Lambaro, 3. Sanitasi: rehabilitasi sewage treatment plant di Banda Aceh. 4. Irigasi: rehabilitasi 65,000 hektar sistem irigasi. 5. Pembangunan jaringan tegangan listrik. 6. Bangunan pencegah banjir dan rehabilitasi sungai. 7. Pembangunan escape building.

27 67 Proyek-proyek infrastruktur tersebut nantinya akan dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) kategori infrastruktur yang akan ditangani baik oleh BRR NAD & Nias, Pemerintah Daerah Aceh maupun negara donor asing melalui NGO-NGO yang masih beroperasi di NAD yaitu: 1. Jalan dan Transportasi 2. Energi & Telekomunikasi 3. Sumber Daya Air 4. Air dan Sanitasi 5. Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan 6. Kawasan Percontohan, dan 7. Bangunan Gedung Negara dan Rumah Data yang diterima dari BRR Aceh & Nias memperlihatkan nilai proyek yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur masih sangat besar. Baik dana yang bersumberkan dari APBN yang dikelola oleh BRR, Dana dari negara donor maupun dana yang bersumberkan dari APBD Nanggroe Aceh Darussalam. Besar anggaran biaya proyek infrastruktur untuk tahun 2007, 2008 dan 2009 yang bersumber dari APBN adalah sebagai berikut: Tabel III-16 Alokasi Anggaran Pembangunan Infrastruktur Sumber Biaya APBN NO INFRASTRUKTUR BRR Total Anggaran per Item 1 Jalan dan Transportasi 1,169,005,272,000 2,229,670,413,000 1,723,121,500,000 5,121,797,185,000 2 Energi & Telekomunikasi 237,568,188, ,881,882,000 28,183,094, ,633,164,000 3 Sumber Daya Air 320,580,561, ,215,000, ,111,750,000 1,051,907,311,275 4 Air dan Sanitasi 179,225,803, ,509,441, ,692,488,000 1,394,427,732,000 5 Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan 20,866,516,000 89,400,000, ,266,516,000 6 Kawasan Percontohan 75,222,499,700 75,222,499,700 7 Bangunan Gedung Negara dan Rumah 84,220,472, ,760,079, ,980,551,000 8 Jasa konsultansi Infrastructure Reconstruction Enabling 158,650,000, ,870,994,000 81,447,749, ,968,743,000 Program (IREP) Total Anggaran Pertahun 2,245,339,311,975 3,784,307,809,000 2,801,556,581,000 8,831,203,701,975 Besar anggaran biaya proyek infrastruktur untuk tahun 2007, 2008 dan 2009 yang bersumber dari negara donor adalah sebagai berikut:

28 68 Tabel III-17 Alokasi Anggaran Pembangunan Infrastruktur Sumber Biaya Negara Donor NO INFRASTRUKTUR DONOR Total Anggaran per Item 1 Jalan dan Transportasi 4,829,641,301, ,000, ,000,000 4,830,193,301,200 2 Energi & Telekomunikasi - 3 Sumber Daya Air - 4 Air dan Sanitasi - 5 Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan - 6 Kawasan Percontohan - 7 Bangunan Gedung Negara dan Rumah - 8 IREP - Total Anggaran Pertahun 4,829,641,301, ,000, ,000,000 4,830,193,301,200 Besar anggaran biaya proyek infrastruktur untuk tahun 2007, 2008 dan 2009 yang bersumber dari APBD NAD adalah sebagai berikut: Tabel III-18 Alokasi Anggaran Pembangunan Infrastruktur Sumber Biaya APBD NAD NO INFRASTRUKTUR NAD Total Anggaran per Item 1 Jalan dan Transportasi 346,444,010,500 1,260,639,872,000 1,850,390,680,000 3,457,474,562,500 2 Energi & Telekomunikasi 52,333,090, ,269,239, ,507,470, ,109,800,400 3 Sumber Daya Air 1,126,023,000 1,274,350,000 1,322,759,000 3,723,132,000 4 Air dan Sanitasi 6,013,178,000 10,815,149,000 12,062,422,000 28,890,749,000 5 Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan 10,001,730,300 23,810,538,300 50,303,376,500 84,115,645,100 6 Kawasan Percontohan - 7 Bangunan Gedung Negara dan Rumah - 8 IREP - Total Anggaran Pertahun 415,918,032,700 1,528,809,148,800 2,066,586,707,500 4,011,313,889,000 Dari segi besar anggaran proyek, kompleksitas, dan sumber anggaran biaya proyek, tampaknya program value improvement akan krusial diterapkan di NAD, setidaknya sampai tahun III.8. Tantangan-Tantangan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masa Depan Kedepan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di NAD menghadapi banyak tantangan, baik dari aspek internal pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi maupun aspek eksternal yang turut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Aspek-aspek tersebut kami bagi dalam 3 aspek utama, yaitu aspek sosial budaya, aspek politik dan keamanan, dan aspek kesiapan

29 69 pemerintah daerah menerima peralihan tanggung jawab pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dari BRR NAD & Nias. III.8.1. Sosial Budaya Pasca gempa dan tsunami pada akhir tahun 2004 lalu, pertumbuhan perekonomian NAD sempat terpuruk menjadi minus 13% pada tahun 2005 (Kompas, 5 Januari 2008). Setahun kemudian setelah berlimpahnya bantuan dan peredaran uang di NAD, pertumbuhan perekonomian NAD melesat naik menjadi melebihi 5% pada tahun Pertumbuhan ini melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun pertumbuhan perekonomian tersebut belum mampu mengurangi jumlah pengangguran yang mencapai lebih dari 10%. Disamping kelompok masyarakat yang tidak terserap dengan baik dalam proses perbaikan ekonomi dimasa rehabilitasi dan rekonstruksi ini, ada juga kelompok kecil masyarakat yang menikmati lezatnya proses pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Kelompok masyarakat tersebut umumnya adalah kelompok masyarakat yang memiliki keterampilan yang saat ini dibutuhkan. Kelompok tersebut selanjutnya hidup dalam budaya konsumerisme yang tinggi dan menjadi sangat materialis. Perubahan pola hidup suatu kelompok masyarakat disatu sisi dan kondisi pengangguran yang masih tinggi disisi lain kelak akan dapat menimbulkan persoalan sosial. Konflik horizontal yang muncul karena kecemburuan sosial harus diwaspadai dan diantisipasi sedini mungkin. Disamping permasalahan tersebut, permasalahan kemandirian masyarakat di NAD juga harus turut diperhatikan. Ketergantungan yang sangat besar pada bantuan pihak lain menimbulkan sikap malas berusaha dan selalu menuntut jerih payah terhadap usaha yang diberikan, sehingga semangat solidaritas, ketulusan dan selalu menjunjung kepentingan umum menjadi diabaikan. III.8.2. Politik dan keamanan Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah Indonesia dan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM), merubah peta politik daerah. GAM yang awalnya adalah organisasi ilegal dan bergerak di bawah tanah, kemudian

30 70 menjadi organisasi legal dengan syarat atribut-atribut yang menunjukkan identitas GAM harus dilepaskan. Selanjutnya GAM berubah menjadi Komite Peralihan Aceh (KPA). Para mantan personil GAM yang sekarang menjadi KPA, umumnya adalah kelompok masyarakat dengan keterampilan minim dan tidak diserap dalam proses perbaikan ekonomi pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi ini. Kebutuhan ekonomi disatu sisi dan sikap mental yang buruk disisi lain menyebabkan mereka kemudian kembali pada aktifitas lama mereka ketika masih menjadi anggota GAM, yaitu melakukan pungutan pada proyek-proyek konstruksi. Aktifitas tersebut meskipun ilegal namun dibiarkan tetap berlangsung tanpa ancaman hukum. Pungutan yang dapat mencapai 8 hingga 10 persen tersebut kemudian menyebabkan banyak kontraktor yang tidak mampu menyelesaikan proyek, terlebih bagi mereka yang menawar dengan harga yang sangat rendah pada saat pelelangan. Disamping kontraktor tersebut juga banyak muncul kontraktorkontraktor nakal yang memang tidak mempunyai keahlian mengelola proyek konstruksi dan hanya ingin mendapatkan keuntungan semata. Mereka umumnya menggunakan paksanaan untuk dapat memenangkan proyak dan kemudian melarikan diri setelah mendapatkan uang muka (Kompas, 5 Januari 2008). III.8.3. Kesiapan Pemerintah Daerah Menerima Peralihan Tanggung jawab dari BRR NAD & Nias Wewenang dan tanggung jawab yang akan dialihkan oleh BRR kepada pemerintah daerah sangatlah berat. BRR NAD saat ini mengkoordinasikan pelaksanaan proyek dengan alokasi dana mencapai 80 trilyun rupiah. Beban tersebut selanjutnya akan dipikul oleh pemerintah yang kemampuan aparaturnya dalam mengelola proyek masih dipertanyakan. Lemahnya fungsi manajerial, fungsi koordinasi, fungsi pengawasan dan penerapan kebijakan yang lemah menjadi persoalan klasik pemerintah daerah di NAD. Sebagai contoh lemahnya fungsi-fungsi tersebut adalah pembangunan rumah bagi korban tsunami yang tumpang tindih disatu sisi dimana ada 1 keluarga yang mendapatkan 10 buah rumah, sementara ada keluarga lainnya yang masih tinggal di barak-barak pengungsian.

31 71 Karena itu perlu disiapkan langkah-langkah yang sistematis dalam proses peralihan wewenang dan tanggung jawab yang besar ini, supaya tidak memunculkan masalah baru dikemudian hari.

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten dari beberapa kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengalami kerusakan akibat tsunami. Dari 204 desa yang

Lebih terperinci

Oleh : BAPEDALDA Prov. NAD

Oleh : BAPEDALDA Prov. NAD IMPLEMENTASI MANAJEMEN LINGKUNGAN UNTUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS NIAS Oleh : BAPEDALDA Prov. NAD I. PENDAHULUAN Latar Belakang Bencana gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 telah

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Lebih terperinci

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Terhadap Hasil Pemeriksaan BPK pada Bidang Ekonomi dan Usaha TA 2007 dan 2008 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD NIAS Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Rapat Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah. Kepulauan Nias, Provinsi Sumut. Jakarta, 3 Mei 2005

Rapat Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah. Kepulauan Nias, Provinsi Sumut. Jakarta, 3 Mei 2005 Rapat Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi Sumut Jakarta, 3 Mei 2005 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 70.623.211.429 31.273.319.583 8.012.737.962 316.844.352 110.226.113.326 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 70.609.451.524

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

Oleh Prof Dr Abdullah Ali

Oleh Prof Dr Abdullah Ali EVALUASI PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS Oleh Prof Dr Abdullah Ali Ketua Dewan Pengawas Rapat Tripartite BRR NAD-Nias Jakarta, 20 Oktober 2005 Isu dalam Pelaksanaan Rehabilitasi dan

Lebih terperinci

Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Hasil Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara No Data : 3 / 8/ 2006 Judul Referensi

Lebih terperinci

Butir-Butir Laporan Gubernur NAD pada Sidang Kabinet Terbatas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias, 5 Juli 2005

Butir-Butir Laporan Gubernur NAD pada Sidang Kabinet Terbatas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias, 5 Juli 2005 Butir-Butir Laporan Gubernur NAD pada Sidang Kabinet Terbatas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias, 5 Juli 2005 Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Banda Aceh, 5 Juli 2005 Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI

Lebih terperinci

KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR *50281 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 81 TAHUN 2001 (81/2001) TENTANG KOMITE KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam Renstra Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo 2012-2017 telah ditetapkan visi jangka menengah, yaitu Terwujudnya Infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Berkualitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah wilayah yang paling parah dihantam gempa bumi dan gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Diperkirakan 2300 km

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh

Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Rilis PUPR #1 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/342 Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Jakarta - Salah satu faktor penting mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEGIATAN TANGGAP DARURAT DAN PERENCANAAN SERTA PERSIAPAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN NIAS, SUMATRA UTARA, SERTA DAERAH PASCA BENCANA LAINNYA

BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN NIAS, SUMATRA UTARA, SERTA DAERAH PASCA BENCANA LAINNYA BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN NIAS, SUMATRA UTARA, SERTA DAERAH PASCA BENCANA LAINNYA Serangkaian peristiwa gempa bumi dan gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK Jl. Lintas Sumatera Km 20 Telp. (0755) 31566,Email:pukabsolok@gmail.com RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK TAHUN 2015 AROSUKA

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO)

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1570, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. Pencabutan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 /PMK.02/2005 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 Menimbang : a. bahwa sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A217 Halaman : 1 33 33.1 33.1.1 2379 2382 2383 2384 2387 5682 33.1.2 2381 2389 239 33.2 33.2.3 2391 2392 2393 2394 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2.747.76.255

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KABUPATEN ACEH BARAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAKA KUASA BUPATI ACEH

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI ESA HILANG DUA TERBILANG PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI PERATURAN DAERAH KOTA TEBING TINGGI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TEBING TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BKPBD) KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2010 SERI. E CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SERTA HAK KEUANGAN BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berbadan hukum koperasi telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Tenaga kerja yang diserap industri rumah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa kondisi infrastruktur

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci