BAB I PENDAHULUAN I.1.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah wilayah yang paling parah dihantam gempa bumi dan gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Diperkirakan 2300 km jalan tidak dapat dilalui lagi, 9 pelabuhan rusak berat, 8 lapangan udara, 120 buah jembatan utama dan 1500 jembatan kecil turut rusak. Hal tersebut diperparah lagi oleh tingginya pencemaran air tanah, buruknya sanitasi, hancurnya irigasi dan suplai tenaga listrik yang minim. Diperkirakan akan dibutuhkan pembangunan rumah antara sampai buah rumah untuk jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Pembangunan kembali fasilitas infrastruktur membutuhkan biaya sekitar 30 Trilyun Rupiah (progress report BRR, Desember 2006). Pemerintah pusat selanjutnya melalui UU nomor 2 tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Wilayah Dan Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam Dan Kepulauan Nias Propinsi Sumatera Utara, membentuk sebuah lembaga yang diberi nama BRR NAD dan Nias untuk mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi dan pembangunan kembali wilayah NAD dan Nias. BRR NAD dan Nias ini akan bekerja selama empat tahun mulai tahun 2005 sampai tahun Salah satu tugas dan tanggung jawab BRR adalah mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam. Rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur di NAD melalui beberapa tahapan yaitu, tahap pemikiran (conception), tahap perencanaan (planning), tahap desain (design), tahap pelelangan (bidding) dan pelaksanaan konstruksi. Jenis fasilitas infrastruktur yang dibangun meliputi, jalan dan jembatan, trasportasi air, transportasi udara, bangunan air, bangunan pengelola limbah, pos dan telekomunikasi dan bangunan umum. Rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana infrastruktur pada keseluruhan tahapan perlu mempertimbangkan kriteria perencanaan yang kompleks, seperti rencana tata ruang wilayah dan master plan yang harus mempertimbangkan tingkat kerentanan dan dampak yang mungkin akan timbul jika bencana serupa terulang kembali, pandangan hidup masyarakat,

2 2 perubahan tata guna lahan dan batasan penggunaan material yang harus mempertimbangkan kelestarian lingkungan ditambah dengan keterbatasan sumber daya dan waktu penyelesaian yang mendesak. Kriteria-kriteria tersebut menjadi tantangan sekaligus hambatan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi secara efektif dan efisien. Efektifitas ditinjau dari seberapa besar ketepatan proyek konstruksi mencapai sasaran yang ingin dicapai dari pembangunan konstruksi tersebut dan efisiensi ditinjau dari sejauhmana sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi dapat dikelola dengan optimal untuk mencapai standar performansi yang ditetapkan. Dalam pelaksanaannya sering kali proyek yang dilaksanakan tidak efektif mencapai sasaran proyek. Rendahnya kualitas konstruksi yang dihasilkan dan adanya beberapa fasilitas publik yang telah dibangun menjadi terbengkalai dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna karena lokasinya yang tidak tepat. Disamping itu inefisiensi juga sering muncul dalam bentuk keterlambatan penyelesaian proyek, dan seringnya terjadi rework akibat perubahan desain pada tahap pelaksanaan konstruksi, perbaikan pekerjaan finishing dan penugasan penyedia jasa yang saling tumpang tindih. Kriteria perencanaan yang kompleks dimana tahapan pelaksanaan proyek harus dimulai sejak tahap pemikiran (conception phase) dan permasalahan inefektifitas serta inefisiensi tersebut di atas dapat diatasi melalui penerapan suatu sistem manajemen yang bertujuan meningkatkan value, seperti metoda Lean Construction, Taguchi, Six Sigma, Benchmarking, ISO 9001:2000 mengenai manajemen mutu dan Value Engineering (VE), (Rains, 2005). Pada penelitian ini, studi hanya kami fokuskan pada Value Engineering saja. Value Engineering adalah suatu teknik manajemen yang menggunakan pendekatan yang sistematis dan terorganisasi melalui analisis fungsi guna mencapai kombinasi optimum antara biaya dengan keandalan dan performansi suatu produk. Metoda ini dilaksanakan oleh sebuah tim yang terdiri dari multidisiplin ilmu. Penerapan program Value Engineering sejak tahap dini dalam

3 3 proses pelaksanaan proyek akan memberi peluang pencapaian value yang maksimal, seperti mampu meningkatkan kualitas proyek, mengurangi biaya proyek, mempercepat proses penyelesaian proyek, menciptakan inovasi baru yang lebih baik, mampu mengakomodasi tuntutan berbagai kepentingan dari stakeholder yang terkait, meningkatkan kemananan serta kenyamanan pelaksanaan konstruksi, mengurangi implikasi negatif terhadap lingkungan, (Zimmerman & Hart,1982). Penerapan VE pada awalnya memang menuntut penambahan biaya dan waktu pelaksanaan proyek. Penambahan biaya tersebut karena tuntutan untuk membayar insentif anggota tim VE dan biaya operasional pelaksanaan workshop VE. Disamping itu penambahan waktu guna pelaksanaan seluruh tahapan rencana kerja (job plan) VE berimplikasi pada penambahan waktu total penyelesaian proyek. Namun pada tahap selanjutnya value yang dihasilkan dari penerapan program VE ini akan lebih bernilai dibanding biaya dan waktu yang dihabiskan. Studi penerapan VE di Amerika serikat menunjukkan peranan VE yang sangat besar dalam meningkatkan value. Dari segi penghematan biaya, penerapan VE terbukti sangat baik menghemat total anggaran departemen dan perusahaanperusahaan besar serta proyek-proyek konstruksi berskala besar di Amerika. Penghematan tersebut mencapai 25% (Dell isola., 1975). Dalam upaya untuk mengetahui Kesiapan Penerapan Value Engineering Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam maka perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor prasyarat penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD. Analisis faktor-faktor prasyarat tersebut dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip keberhasilan penerapan VE di Amerika dan negara-negara lainnya. Dengan mengetahui kesiapan penerapan Value Engineering pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam diharapkan dapat menjadi masukan awal bagi pihak terkait, khususnya masyarakat jasa konstruksi di NAD dan pemerintah daerah, jika ingin menerapkan program VE ini nantinya.

4 4 I.2. Rumusan Permasalahan Hal-hal utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor prasyarat apa yang berpengaruh bagi keberhasilan penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD; 2. Bagaimana tingkat kesiapan masyarakat jasa konstruksi dalam menerapkan Value Engineering pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam ditinjau dari terpenuhi-tidaknya faktor-faktor prasyarat tersebut. I.3. Maksud Dan Tujuan Studi Adapun maksud dan tujuan studi ini adalah untuk: 1. Mengetahui faktor-faktor prasyarat yang mempengaruhi keberhasilan penerapan Value Engineering (VE) pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD); 2. Mengetahui tingkat kesiapan masyarakat jasa konstruksi dalam menerapkan metoda VE pada pembangunan infrastruktur di NAD ditinjau dari terpenuhitidaknya faktor-faktor prasyarat tersebut. I.4. Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Studi dilakukan terbatas pada analisis faktor-faktor prasyarat yang mempengaruhi kesuksesan penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD; 2. Studi ini beranjak dari asumsi tidak dikenalnya metoda VE di kalangan masyarakat jasa konstruksi di NAD, sehingga eksplorasi faktor-faktor prasyarat didekati melalui prinsip-prinsip yang terkandung dalam metoda VE yang berkembang di Amerika Serikat dan negara-negara lain; 3. Sampel penelitian difokuskan pada instansi/perusahaan yang pernah menangani proyek-proyek infrastruktur; 4. Sampel penelitian ini adalah perusahaan/instansi lokal di NAD yang terdiri dari: owner, konsultan desain, kontraktor.

5 5 5. Penelitian akan dilakukan di Nanggroe Aceh Darussalam dengan pertimbangan daerah tersebut baru menghadapi bencana dan saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan rekonstruksi. I.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Masyarakat jasa konstruksi di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terkait arah pengembangan usaha jasa konstruksi di NAD khususnya dan Indonesia umumnya dalam upaya penerapan metoda VE; b. Pemerintah selaku regulator. Memberi landasan yang lebih kuat dan mendorong pemerintah untuk mengkaji kelayakan penyusunan regulasi bagi pengaplikasian metoda VE pada pelaksanaan pembangunan fasilitas publik di Indonesia; c. Para pihak yang berminat dalam topik ini untuk lebih memperdalam kajian dan menyempurnakan penelitian ini di masa-masa yang akan datang. I.6. Metoda Penelitian Penelitian mengenai kesiapan penerapan Value Engineering (VE) pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dikembangkan melalui pendekatan penilaian terhadap faktor-faktor prasyarat yang harus terpenuhi bagi terlaksananya penerapan VE pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur di NAD. Faktor-faktor prasyarat tersebut digali dari prinsip-prinsip penerapan Value Engineering yang berkembang di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Selanjutnya faktor-faktor sukses tersebut dijabarkan dalam parameter-parameter terukur untuk disusun menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang mudah dipahami responden.

6 6 I.7. Langkah-Langkah Penyusunan Kuesioner Kuesioner adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner terdiri dari daftar pertanyaan kualitatif dan kuantitatif. Penyusunan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut: 1. Mengadakan identifikasi prinsip-prinsip yang mempengaruhi kesuksesan penerapan VE, berdasarkan studi literatur perkembangan VE di Amerika dan negara-negara lain; 2. Mengadaptasikan prinsip-prinsip tersebut menjadi prinsip-prinsip yang mempengaruhi kesuksesan penerapan VE di NAD dengan asumsi bahwa di NAD metoda ini belum dikenal; 3. Mengelompokkan prinsip-prinsip tersebut menjadi faktor-faktor prasyarat penerapan VE di Nanggroe Aceh Darussalam berdasarkan kemiripan karakteristiknya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan analisis penelitian; 4. Faktor- faktor prasyarat dan prinsip-prinsip penerapan VE di NAD tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi variabel dan indikator penelitian; 5. Mengembangkan variabel dan indikator penelitian menjadi pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner; 6. Melengkapi kuesioner dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar. Kuesioner ditujukan kepada 3 kelompok responden. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari pertanyaan yang umum dan relevan ditanyakan pada seluruh responden dan pertanyaan spesifik yang hanya sesuai ditanyakan pada responden yang tepat. Karena itu akan disiapkan 3 buah kuesioner untuk 3 kelompok responden. Masing-masing pertanyaan dilengkapi dengan alternatif jawaban yang menunjukkan tingkat preferensi responden. Alternatif jawaban tersebut disusun dengan menggunakan skala yang menyerupai skala Likert. Dimana skala ini merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik ), seperti sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang dengan parameter abstrak seperti: selalu, sering, jarang, tidak

7 7 pernah. Jawaban mempunyai gradasi dari sangat positif yang diberi skala 4 dan sangat negatif diberi skala 1. I.7.1. Validitas Kuesioner Validitas kuesioner ditunjukkan dari seberapa baik kuesioner yang diajukan dapat mengukur sasaran yang telah ditetapkan. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan/mengukur sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (tepat). Pengujian validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian construct validity, yaitu dengan mendiskusikan butir-butir pertanyaan yang akan disusun dengan ahlinya. Para ahli diminta opininya tentang kuesioner yang telah disusun. Dari hasil diskusi itu para ahli akan memberikan pendapat, masukan, dan perbaikan terhadap kuesioner, baik terhadap format kuesioner maupun isi kuesioner. Dalam proses validasi ini dimungkinkan terjadi beberapa kali perubahan susunan atau bentuk pertanyaan pada kuesioner, sehingga didapatkan suatu susunan pertanyaan yang paling valid, mudah dimengerti dan dipahami oleh responden. Setelah pengujian construct validity ini selesai, kuesioner selanjutnya diujicoba melalui penyebaran kuesioner kepada responden. I.7.2. Reliabilitas Kuesioner Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila memberikan hasil skor yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran mungkin reliabel namun tidak valid. Namun pengukuran yang tidak reliabel sudah pasti tidak valid. Jadi reliabilitas adalah syarat perlu tapi tidak cukup (necessary but not sufficient condition) untuk validitas (Uyanto, 2006). Dengan analisis reliabilitas kita dapat : a. mengetahui bagaimana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner saling berhubungan ; b. mendapatkan nilai cronbach s alpha yang merupakan index internal consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan ; c. mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau dihilangkan.

8 8 Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan metoda statistik. Ada dua metoda dalam statistik (Nugroho, 2005), yaitu: 1. statistik deskriptif, dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah atau persentase responden yang masuk ke dalam kategori tertentu, dan 2. statistik inferensial, dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis dan korelasi antar variabel. Dalam penelitian ini metoda statistik yang digunakan hanya metoda statistik deskriptif saja. Hal ini karena minimnya jumlah sampel yang mengembalikan kuesioner dan tidak ada hipotesis yang harus dibuktikan serta tidak dilakukan analisis korelasi antar variabel penelitian. I.8. Sampel Penelitian Sampel penelitian dipilih dari 7 kabupaten/kota dari 22 kabupaten/kota yang ada di wilayah NAD saat ini. Ketujuh kabupaten/kota tesebut dipilih karena berada di pesisir pantai timur dan utara propinsi NAD. Di daerah-daerah tersebut tersedia akses transportasi yang baik yang akan memudahkan pengumpulan data dan perkembangan perusahaan-perusahaan penyedia jasa konstruksi di wilayah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain di NAD. Tujuh kabupaten/kota yang menjadi lokasi penelitian adalah: 1. Kabupaten Aceh Tamiang; 2. Kabupaten Aceh Timur; 3. Kota Langsa; 4. Kota Lhokseumawe; 5. Kabupaten Bireuen; 6. Kabupaten Aceh Besar; 7. Kota Banda Aceh. Dari setiap kabupaten/kota selanjutnya akan ditentukan sampel dari masingmasing kelompok responden, yang terdiri dari: 1. Owner: Instansi pemerintah yang pernah mengelola proyek lebih besar dari 3 Milyar rupiah. Pemilihan owner dengan spesifikasi ini selaras dengan pemilihan sampel penyedia jasa yang berkualifikasi menengah dan besar saja; 2. Konsultan desain: terdiri dari konsultan berkualifikasi menengah dan besar

9 9 3. Kontraktor : berkualifikasi menengah dan besar. Berdasarkan studi literatur, penerapan VE di Amerika hanya difokuskan pada proyek-proyek besar dengan anggaran lebih besar dari 25 juta dolar Amerika (Clark, 1999). Mengingat penelitian ini bersifat eksploratif, dalam upaya mengeksplorasi faktor-faktor prasyarat yang menentukan kesuksesan penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD maka batasan anggaran proyek yang ditinjau adalah batasan biaya dimana perusahaan tidak kecil dan besar dapat ikut berkompetisi yaitu lebih besar 3 milyar rupiah (Edaran menteri PU nomor: 8/SE/M/2006) Secara runtut proses pelaksanaan penelitian Kesiapan Penerapan Value Engineering Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada gambar I.1 berikut:

10 10 MULAI STUDI LITERATUR STUDI LITERATUR VE di luar negeri 1. studi perkembangan dan manfaat metode VE di luar negeri 2. studi tentang metode VE dan proses pelaksanaannya 3. studi regulasi pemerintah di luar negeri menyangkut VE 4. studi kualifikasi proyek yang diterapkan VE 5. studi kualifikasi tim VE VE di Indonesia 1. studi perkembangan VE di Indonesia umumnya dan NAD khususnya 2. studi regulasi pemerintah di Indonesia menyangkut VE 3. studi kualifikasi proyek yang potensial diterapkan VE di NAD 4. studi kualifikasi resource di NAD yang potensial menjadi tim VE PERUMUSAN PERMASALAHAN FINISH PERUMUSAN MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Kesimpulan dan saran Pembahasan PERUMUSAN PRINSIP-PRINSIP YANG TERKANDUNG DALAM VE Pengolahan dan Analisis data PERUMUSAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT PENERAPAN VE DI NAD Pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara MERUMUSKAN VARIABEL DAN INDIKATOR PENELITIAN PENYUSUNAN KUESIONER NO Menentukan sampel penelitian YES uji validitas & reliabilitas terpenuhi? Uji validitas dan reliabilitas kuesioner 1. construct validity 2. Cronbach s Alpha Gambar 0-1 Bagan alir proses pelaksanaan penelitian I.9. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada tesis ini dibagi menjadi 7 (tujuh) bab di mana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab. Secara umum sistematika pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut :

11 11 a. Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan studi, ruang lingkup studi, lokasi studi, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. b. Bab II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan Value Engineering yang terdiri dari: sejarah lahirnya Value Engineering, rencana kerja (Job plan), analisis fungsi, cost dan worth, Function Analisys System Technique (FAST), proses pelaksanaan VE dan teori lainnya yang relevan. c. Bab III Pembangunan Infrastruktur Pasca Gempa dan Tsunami di NAD Pada bab ini diuraikan gambaran mengenai pembangunan infrastruktur di NAD, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi masyarakat dan wilayah (BRR), lembaga-lembaga lain dan penyandang dana yang terlibat serta proyek-proyek infrastruktur yang dibangun; d. Bab IV Pengembangan Model Pada bab ini diuraikan mengenai variabel-variabel penelitian, indikatorindikator penelitian, dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada saat survey. Variable, indikator dan pertanyaan tersebut dikembangkan dari prinsip-prinsip VE yang berkembang di AS dan negara-negara lain. e. Bab V Pengumpulan Dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses pengambilan data melalui kuesioner dan wawancara. Serta deskripsi data dalam skala dan histogram. f. Bab VI Analisis Data dan Pembahasan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dan pembahasan.

12 12 g. Bab VII Penutup Berisi kesimpulan dan rekomendasi bagi terwujudnya penerapan metode VE dalam pelaksanaan proyek infrastruktur di NAD khususnya dan Indonesia umumnya, dan saran terkait dengan studi yang telah dilakukan dan rencana pengembangan pada studi-studi selanjutnya.

PENCAPAIAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT BERDASARKAN KELOMPOK SAMPEL. 0% Konsultan Desain Kontraktor Owner KELOMPOK SAMPEL

PENCAPAIAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT BERDASARKAN KELOMPOK SAMPEL. 0% Konsultan Desain Kontraktor Owner KELOMPOK SAMPEL VII. BAB VII PENUTUP VII.1. Kesimpulan Kesimpulan disusun dengan melihat korelasi antara hasil pengolahan dan analisis data dengan maksud dan tujuan penelitian. Meskipun penelitian ini telah memberikan

Lebih terperinci

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA 3.1. Rancangan Survey 3.1.1. Tujuan survey Survey ini didesain dengan tujuan untuk mengidentifikasi terhadap ketersediaan data primer berupa jenis-jenis data yang dianggap

Lebih terperinci

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Terhadap Hasil Pemeriksaan BPK pada Bidang Ekonomi dan Usaha TA 2007 dan 2008 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD NIAS Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD VI. BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD Faktor-faktor prasyarat yang menjadi kajian dalam penelitian ini ada 6 faktor. Keenam faktor

Lebih terperinci

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten dari beberapa kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengalami kerusakan akibat tsunami. Dari 204 desa yang

Lebih terperinci

TINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI LHOKSEUMAWE

TINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI LHOKSEUMAWE TINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI LHOKSEUMAWE M. Fauzan 1), Mukhlis 2), T. Ricky Husny 3) 1) 2) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.474, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Perlakuan. PPN. Pajak Penjualan. Barang Mewah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK.011/2012 TENTANG PERLAKUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan dampak yang sungguh luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 26 tahun 2007 mengamanatkan perlunya suatu perencanaan pembangunan yang berbasis penatagunaan ruang yang mengharuskan setiap daerah menyusun

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu tempat atau organisasi yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu tempat atau organisasi yang melakukan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu tempat atau organisasi yang melakukan kegiatan produksi untuk mengolah sumber-sumber ekonomi dalam menyediakan barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab VI Kesimpulan dan Saran VI. Bab VI Kesimpulan dan Saran VI.1 Kesimpulan Berdasarkan proses pengukuran dan kajian terhadap kinerja supply chain dari empat proyek konstruksi bangunan sebagai studi kasus yang telah dilakukan diperoleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEGIATAN TANGGAP DARURAT DAN PERENCANAAN SERTA PERSIAPAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

V. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

V. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA V. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA V.1. Penyebaran Kuesioner Kuesioner disebar kepada 3 kelompok yang mewakili masyarakat jasa konstruksi di Nanggroe Aceh Darussalam, meliputi: Dinas PU Kabupaten/Kota,

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Muhamad Abduh 1, Andri Yanuar Rosyad 2, dan Susman Hadi 2 Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja sering digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai suatu hasil yang dicapai terhadap sesuatu. Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian III. Bab III Metodologi Penelitian Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain metodologi adalah pendekatan umum untuk

Lebih terperinci

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Terhadap Program Penyediaan Fasilitas Pembiayaan Rekonstruksi Infrastruktur atau Infrastructure Reconstruction Financing Facilities

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2005 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2005 BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN VALUE ENGINEERING (VE) PADA PROYEK KONSTRUKSI MENURUT PERSEPSI KONTRAKTOR DAN KONSULTAN

ANALISIS PENERAPAN VALUE ENGINEERING (VE) PADA PROYEK KONSTRUKSI MENURUT PERSEPSI KONTRAKTOR DAN KONSULTAN TESIS ANALISIS PENERAPAN VALUE ENGINEERING (VE) PADA PROYEK KONSTRUKSI MENURUT PERSEPSI KONTRAKTOR DAN KONSULTAN ELFRAN BUDY PRASTOWO No. Mhs.: 09.1363/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 1.1. Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian peneliti. Objek penelitian merupakan sesuatu yang kita ukur tetapi apa yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU TABRANI 1 Arifal Hidayat, MT 2 dan Anton Ariyanto, M.Eng 2 Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

1.1 Latar belakang masalah

1.1 Latar belakang masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, berada diantara dua benua yaitu Asia dan Australia serta diantara dua

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN

BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN IV. BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN IV.1. Pengembangan Model Pengembangan model pada penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut : Gambar IV-1 Alur pengembangan model dan ruang lingkup

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/ III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/ jasa terhadap pelaksanaan e-procurement di Propinsi Lampung. Jenis data pada

Lebih terperinci

Rapat Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah. Kepulauan Nias, Provinsi Sumut. Jakarta, 3 Mei 2005

Rapat Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah. Kepulauan Nias, Provinsi Sumut. Jakarta, 3 Mei 2005 Rapat Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi Sumut Jakarta, 3 Mei 2005 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya sebuah proyek, mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu dan sudah terjadwal, kapan pelaksanaan proyek harus dimulai, dan kapan harus

Lebih terperinci

2014 KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE

2014 KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Guru merupakan ujung tombak dalam suatu proses pembelajaran, karena guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat vital. Seorang guru, memiliki komponen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak. Penjualan. Barang Mewah. PPn. Rehabilitasi. NAD. NIAS Hibah. Pemberlakuan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak. Penjualan. Barang Mewah. PPn. Rehabilitasi. NAD. NIAS Hibah. Pemberlakuan. No.186, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pajak. Penjualan. Barang Mewah. PPn. Rehabilitasi. NAD. NIAS Hibah. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan analisis kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan studi kasus ke tiga proyek pembangunan gedung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjabarkan tujuan perencanaan pembangunan nasional sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alasan penulis menggunakan pendekatan kuantitatif adalah dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan desain deskriptif korelasional untuk mendeskripsikan semua peubah yang diteliti. Kemudian dilanjutkan dengan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan kajian pustaka berbagai sumber yang berkaitan dengan manajemen konstruksi, khususnya mengenai

Lebih terperinci

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu proyek, perencanaan biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa suatu pekerjaan dilakukan sesuai dengan kualitas yang diinginkan; dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

penelitian. Pengumpulan data ini sangat penting karena dari data yang terkumpul

penelitian. Pengumpulan data ini sangat penting karena dari data yang terkumpul BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metoda Pendekatan Model atau pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif dengan jenis penelitian adalah metoda survei. Menurut Nazir (1988),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah satu sektor usaha yang mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Skema bagan alir dalam tahapan penelitian kajian tentang manajemen kualitas dengan kegagalan kosntruksi dapat dilihat pada gambar skema di bawah ini :

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP PENELITIAN

TAHAP-TAHAP PENELITIAN TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap penulisan laporan. A. TAHAP PERENCANAAN 1. Pemilihan masalah, dengan kriteria: Merupakan tajuk penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan studi kasus pada salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Takenaka Total J.O. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 61 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Metode Penelitian adalah suatu metode yang digunakan untuk menjawab masalah secara detil yang meliputi : Variabel yang diteliti. Desain riset yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 17 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis (Usman dan Akbar, 2008:

Lebih terperinci

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 05/PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: Keppres 80-2003 lihat: Perpres 32-2005::Perpres 8-2006 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth, Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta Perihal: Pengadaan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DALAM RANGKA PENANGANAN BENCANA ALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Peranan utama pertanian dianggap hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh suatu keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) yang jarang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09.A TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI ARSIP TSUNAMI ACEH

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09.A TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI ARSIP TSUNAMI ACEH PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09.A TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI ARSIP TSUNAMI ACEH KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa gempa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Untuk memecahkan dan membahas permasalahan yang terjadi peneliti menggunakan penelitian deskriptif atau survey dengan metode penelitian studi kasus.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di bagian pesisir pantai barat pulau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.06/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.06/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.06/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA PADA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Analis Hukum Senior, Direktorat Hukum Bank Indonesia

Analis Hukum Senior, Direktorat Hukum Bank Indonesia PENANGANAN PERMASALAHAN PERBANKAN PASCA BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KABUPATEN NIAS PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh : Arief R. Permana, S.H.M.H. 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri konstruksi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian bangsa, dimana konstribusi industri konstruksi akan meningkat sejalan dengan kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Menurut Lawrence D. Miles : (Herry, P.A.,1997) 2. Menurut Fisk : (Yohanes, C.J., 2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Menurut Lawrence D. Miles : (Herry, P.A.,1997) 2. Menurut Fisk : (Yohanes, C.J., 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Berbagai macam definisi yang dikemukakan mengenai VE : 1. Menurut Lawrence D. Miles : (Herry, P.A.,1997) Value Engineering adalah suatu teknik manajemen yang sudah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.269, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Barang Milik Negara. Eks BRR. NAD. Nias. Sumut. Pengelolaan. Pelaksanaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi

Lebih terperinci

Gambar 1: Sumber fiskal Aceh mengalami peningkatan yang substansial dalam 6 tahun terakhir

Gambar 1: Sumber fiskal Aceh mengalami peningkatan yang substansial dalam 6 tahun terakhir Page 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Aceh telah mengalami peningkatan sumber daya fiskal yang luar biasa. Sejak berlakunya Desentralisasi dan Otonomi Khusus, pendapatan yang secara langsung dikelola pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian Populasi adalah jumlah keseluruhan subyek atau obyek yang akan diteliti. Populasi dapat diartikan sebagai jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN 3.1. Struktur Organisasi Diagram 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1. Organisasi dan pihak yang terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

TSUNAMI MEMORIAL PARK BANDA ACEH - NAD BAB I PENDAHULUAN

TSUNAMI MEMORIAL PARK BANDA ACEH - NAD BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004 jam 08.30 WIB di bumi Aceh NAD merupakan peristiwa global pada sejarah abad 21.

Lebih terperinci