PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF ARTIKEL. Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF ARTIKEL. Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat"

Transkripsi

1 PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF ARTIKEL Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Symposium GTK Tingkat Nasional Tahun 2016 Oleh : priyatnagunansyah@gmail.com Guru SLB-C Sukapura Kota Bandung SLB-C SUKAPURA RESOURCE CENTER PENDIDIKAN INKLUSIF 2016

2 PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh : Guru SLB-C Sukapura Kota Bandung 1. Pengantar Tidak ada seorang pun yang ingin dilahirkan dalam keadaan menyandang kelainan maupun berkelainan setelah dilahirkan. Tapi dalam kenyataan dalam kehidupan banyak anak yang menyandang kelainan baik saat dilahirkan maupun setelah diahirkan. Itu adalah merupakan takdir yang tidak dapat dihindarkan. Dalam kenyataan banyak orang tua dan masyarakat yang tidak atau kurang menerima keberadaan anaknya yang berkebutuhan khusus, sehingga anak berkebuthan khusus tidak diperlakukan dengan baik. Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan pada umumnya. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang Sama dengan anak-anak yang normal termasuk dalam pendidikan. Mereka juga memiliki kebutuhan yang sama dengan anak-anak lainnya baik kebutuhan sandang, pangan papan, kasih sayang dan dan dalam mendapat layanan pendidikan. Apabila pada zaman dulu peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) diberikan pendidikan yang terpisah dengan anak pada umumnya. Maka paradigma yang berkembang pada saat ini yaitu PDBK dapat memperoleh pendidikan bersama dengan anak pada umumnya atau disebut dengan pendidikan inklusif. Dengan adanya pendidikan inklusif maka diharapkan PDBK dapat memperoleh pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya bersama dengan anak pada umumnya.

3 Berdasarkan Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Dalam pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Serta diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Mengingat pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, sekolah dan masyarakat termasuk orang tua, maka konsekuensi dari penerapan pendidikan inklusif ini, semua pihak harus ikut terlibat didalamnya. Adapun yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan inklusif adalah orang tua siswa, Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI),, Resource Center (RC) sebagai support system pendidikan inklusif, dan dukungan dari Dinas Pendidikan Kota Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi maupun Pemerintah Pusat dalam halini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam kenyataannya pelaksanaan pendidikan inklusif masih banyak mengalami berbagai permasalahan, yang berkaitan dengan sikap orang tua.sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI maupun Resource Center (RC). Pusat sumber atau resource center merupakan lembaga khusus yang dibentuk dalam rangka pengembangan pendidikan khusus/pendidikan inklusif yang dapat dimanfaatkan oleh semua anak, khususnya anak berkebutuhan khusus, orang tua, keluarga, sekolah umum, sekolah luar biasa, masyarakat, pemerintah, serta pihak lain yang berkepentingan untuk memperoleh informasi yang seluas-luasnya dan

4 melatih berbagai keterampilan, serta memperoleh berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan berkebutuhan khusus/pendidikan inklusif. Resource Center Sukapura adalah salah satu dari sekolah di kota Bandung yang ditunjuk sebagai RC oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat di samping RC yang lain yaitu RC Bandung (SLBN A Kota Bandung) dan RC Cicendo (SLBN B Cicendo Kota Bandung. Dalam artikel ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang dihadapi, dan upaya yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh RC Sukapura dalam mendukung optimalisasi pendidikan inklusif di Kota Bandung. 2. Masalah Untuk mencapai suatu harapan tidak semudah membalikkan tangan, banyak permasalahan yang haru dihadapi, demikian juga dengan yang dihadapi oleh RC Sukapura dalam mendukung implemantasi pendidikan inklusif banyak mengalami permasalahan yang dihadapi diantaranya: 2.1 Masih banyak orang tua dan masyarakat yang belum mau menerima sepenuhnya keadaan anaknya yang berkebutuhan khusus dan memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan baik. Mereka ada yang memperlakukan berlebihan over protektif dan ada juga yang membiarkan anak yang berkebutuhan khusus berkeliaran. Hal ini pengalaman membuktikan ketika suatu hari datang sepasang suami istri dan seorang putrinya seorang anak autis menemui kami di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Sukapura Kota Bandung. mereka bermaksud mendaftarkan putranya menjadi siswa di sekolah kami. Putrana berusia 17 tahun dan belum pernah disekolahkan. Ketika kami tanya mengapa anaknya baru disekolahkan padahal tempat tinggalnya tidak jauh dari SLB., secara implicit mereka menjawab belum menerima sepenuhnya keberadaan putra mereka yang menyandang autis disamping itu mereka merasa malu memiliki anak berkebutuhan khusus, tapi mereka sangat

5 menyayangi putrinya, saking sayang nya mereka memperlakukan putrinya dengan sangat berlebihan, sampai makan, mandi, sampai cebok pun diurus sama pembantunya. Sehingga anak itu tidak dapat mengurus dirinya sendiri dan selalu tergantung pada keluarga dan pembantunya. Itu adalah salah satu contoh kasus yang ditemukan dari sekian banyak temuan. 2.2 Masih banyak orang tua dan masyarakat yang belum memahami cara memperlakukan anaknya yang berkebutuhan khusus dengan baik, hal ini seperti yang pernah saya saksikan sendiri, beberapa tahun yang lalu kami kedatangan seorang ibu yang merupakan salah satu orang tua siswa kami penyandang tunagrahita sedang. Ibu itu meminta saya untuk datang ke rumahnya karena anaknya yang penyandang tunagrahita itu sedang disiksa oleh bapaknya dan ibunya tidak bisa mencegah suaminya yang sedang marah, karena anak itu melempar kaca mobil yang lewat dengan batu hingga pecah berantakkan. Dan saya pun pergi ke rumahnya,benar saja anak itu masih disiksa oleh bapaknya. Kemudian kami bawa anak itu ke sekolah untuk diamankan, dan kami memberikan arahan kepada orang tuanya agar tidak memperlakukan anaknya seperti itu. Sebelum sekolah anak itu dalam kesehariannya sering diledek oleh anakanak lain yang normal maupun orang dewasa, sehingga anak itu menjadi pemarah dan suka mengamuk dengan melempar batu ke anak-anak yang meledeknya. Masyarakat banyak yang menyebut anak itu gila karena memang anak itu terlihat kotor, kumal dan kurang terurus. Bapaknya seorang pemulung, ibunya seorang buruh cuci. Jadi anak itu kurang terperhatikan, sehingga sering berkeliaran. 2.3 Masih banyak para kepala sekolah dan guru di sekolah reguler yang belum memahami tentang anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif. Hal ini dibuktikan ketika kami melakukan sosialisasi tentang pentingnya memberikan layanan pendidikan bagi semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus di sekolah sekolah se kecamatan kiaracondong kota Bandung. Mereka beralasan kalau mereka melayani

6 pendidikan bagi ABK,mereka khawatir melayani satu anak ABK anak yang lain akan tidak terperhatikan. 2.4 Belum optimalnya layanan pendidikan di SPPI Dari hasil pra penelitian yang dilakukan Siswati (2012) di Kota Bandung tahun 2011 ditemukan bahwa 100% SPPI yang diteliti mengalami kesulitan dalam memberikan layanan pendidikan inklusif bagi PDBK. Kesulitan utama SPPI adalah SDM yang belum kompeten dalam menangani PDBK, sehingga SPPI membutuhkan dukungan agar dapat melayani kebutuhan PDBK terutama dalam layanan pembelajarannya. Hal ini sesuai penelitian Dadang Garnida (2009), yang menemukan bahwa Dukungan yang paling diharapkan SPPI adalah dukungan yang berupa pendampingan dalam proses pembelajaran PDBK Hal ini dibuktikan pengelaman langsung ketika ada orang tua siswa yang memindahkan anak nya dari SPPI ke sekolah kami yaitu SLB-C Sukapura. Orang tua siswa tersebut menjelaskan bahwa di SPPI anaknya kurang terperhatikan, gurunya lebih banyak memperhatikan siswa yang normal, sedangkan anaknya banyak dibiarkan. Disamping itu kami melihat sendiri bahwa di SPPI masih banyak kekurangan guru yang berlatar pendidikan S1 Pendidikan Khusus atau Pendidikan Luar Biasa, sehingga mereka hanya ditangani oleh guru yang berlatar pendidikan Sarjana pendidikan yang lain. Disamping para guru di SPPI masih mengalami keterbatasan baik dari segi pengetahuan pedagogis, didaktik serta media pembelajaran untuk ABK yang ada di sekolah mereka. 3. Pembahasan dan solusi Seseuai dengan peran dan fungsinya, RC Sukapura telah melaksanakan berbagai kegiatan, termasuk dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

7 3.1 Meningkatkan kesadaran orang tua dan masyarakat agar mau menerima sepenuhnya keadaan anaknya yang berkebutuhan khusus dan memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan baik, kami telah melakukan beberapa kegiatan, diantaranya dengan mengadakan Sosialisasi pentingnya pendidikan Inklusif, melalui kegiatan seminar, pameran dan dialog Interaktif. Pendidikan Inklusif bila dilaksanakan dengan baik sangat banyak manfaatnya, seperti yang dijelaskan oleh Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, Kemendikbud (2012) 1. Manfaat Pendidikan Inklusif a. Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik 1) Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus adalah memiliki rasa percaya diri dan memiliki kesempatan menyesuaikan diri serta memiliki kesiapan dalam menghadapi kehidupan yang nyata pada lingkungan pada umumnya. Peserta didik berkebutuhan khusus terhindar dari label atau sebutan yang tidak baik, memahami pelajaran di sekolah dengan lebih baik dan mampu. Peserta didik berkebutuhan khusus akan lebih mandiri, dapat beradaptasi, aktif, dan dapat menghargai perbedaan, serta memperoleh kesempatan bersosialisasi dan berbagi dengan anak-anak pada umumnya secara alamiah sehingga akan memberikan masukan yang sangat berarti dalam aspek kehidupannya. 2) Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik pada umumnya Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik pada umumnya adalah dapat belajar mengenai keterbatasan dan kelebihan tertentu pada teman-temannya, mengetahui keterbatasan dan kelebihan serta keunikan temannya. Peserta didik pada umumnya akan tumbuh rasa kepedulian terhadap keterbatasan dan kelebihan peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik pada umumnya akan dapat mengembangkan keterampilan sosial, berempati terhadap permasalahan peserta didik berkebutuhan khusus, dan membantu peserta didik yang berkebutuhan khusus dan teman-teman peserta didik pada umumnya lainnya yang mendapagt kesulitan. b. Manfaat pendidikan inklusif bagi guru Manfaat pendidikan inklusif bagi guru adalah akan lebih tertantang untuk mengajar lebih baik dan dapat mengakomodasi semua peserta didik sehingga akan berupaya untuk meningkatkan wawasannya mengenai keberagaman karakteristik semua peserta didik. Guru

8 akan lebih kreatif dan terampil mengajar dan mendidik, lebih mengenali peta kekuatan dan kelemahan peserta didiknya. Guru dapat meningkatkan kompetensinya dalam bidang pendidikan khusus. Guru lebih terbuka terhadap perbedaan atau keberagaman peserta didik, mampu mendidik peserta didik yang lebih beragam, lebih terbiasa dan terlatih untuk mengatasi berbagai tantangan pembelajaran, sehingga guru mendapat kepuasan dalam bekerja dan pencapaian prestasi yang lebih tinggi. c. Manfaat pendidikan inklusif bagi orang tua Manfaat pendidikan inklusif bagi orang tua adalah merasa dihargai atau dapat meningkatkan penghargaan terhadap anak. Orang tua merasa senang ketika anaknya dapat bersosialisasi dengan baik tanpa ada diskriminasi dan akan lebih memahami cara memotivasi peningkatan belajar anaknya yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Orang tua mengetahui cara membimbing anaknya dengan lebih baik lagi, dapat meningkatkan interaksi dan keterlibatan dalam kegiatan belajar anaknya serta mendapat kesempatan untuk sharing dengan pihak sekolah dan stakeholder lainnya dalam merencanakan pembelajaran untuk anaknya yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya, kekuatannya, kelemahannya, permasalahan dan hambatan lainnya, serta senang ketika anaknya memiliki keterampilan sosial yang baik. d. Manfaat pendidikan inklusif bagi pemerintah dan pemerintah daerah Manfaat pendidikan inklusif bagi pemerintah dan pemerintah daerah adalah kebijakan pendidikan terlaksana berlandaskan pada azas demokrasi, berkeadilan dan tanpa diskriminasi karena dapat melaksanakan amanat Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri serta kebijakan-kebijakan sebagai manfestasi keinginan atau harapan Warga Negara Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga akan adanya nilai tambah kepercayaan warga negara/masyarakat kepada pemerintah, pemerintah daerah dan sekolah khususnya dalam bidang pendidikan. Termasuk juga kepercayaan dunia (internasional) kepada pemerintah dan pemerintah daerah karena sungguh-sungguh dalam merealisasikan komitmen-komitmen internasional berkenaan dengan pendidikan untuk semua (Educational for All) sehingga akan tumbuh nilai positif di mata dunia/internasional. Manfaat lainnya yaitu dapat mempercepat/akselerasi tuntasnya wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Peserta didik mendapatkan hak pendidikan yang sama dan mendapatkan pendidikan yang lebih luas. e. Manfaat pendidikan inklusif bagi masyarakat Manfaat pendidian inklusif bagi masyarakat adalah dapat memaksimalkan potensi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat akan lebih sadar bahwa setiap peserta didik berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan seperti

9 peserta didik pada umumnya. Masyarakat dapat menyumbangkan pemikiran, ide atau gagasan untuk mengembangkan pendidikan yang lebih baik lagi dengan lebih terbuka dan penuh kesadaran. f. Manfaat pendidikan inklusif bagi sekolah Manfaat pendidikan inklusif bagi sekolah yaitu pencitraan sekolah meningkat, sekolah lebih terbuka, ramah dan tidak mendiskriminasi. Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan secara komprehensif bagi semua peserta didik. Sekolah dapat meningkatkan akses bagi semua peserta didik untuk mendapat layanan pendidikan yang baik. Pendidikan tidak diskriminatif. Pembelajaran berpusat kepada peserta didik (student/child centre). Kegiatan pembelajaran dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik. Perilaku guru dapat membuat peserta didik senang belajar. Lingkungan sekolah dan kelas ramah terhadap peserta didik. Pembelajaran berbasis gaya belajar (learning style) peserta didik. Pembelajaran dilaksanakan dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dan pembelajaran menghargai keberagaman. Dalam hal ini RC Sukapura telah melakukan kegiatan dialog interaktif, dan seminar tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. 3.2 Agar para kepala sekolah dan guru di sekolah reguler mau menerima anak berkebutuhan khusus menjadi siswanya, kami telah mengadakan mengadakan sosialisasi tentang pendidikan inklusif melalui lokakarya, dan kunjungan rutin ke sekolah sekolah reguler di lingkungan RC Sukapura baik SD, SMP maupun SMA. Dari kegiatan tersebut dapat terjalin hubungan yang baik dengan sekolahsekolah dan banyak kepala sekolah yang berkonsultasi ke RC tentang pendidikan PDBK. Apabila mereka tidak dapat memberikan layanan pendidikan bagi PDBK ada diantaranya merekomendasikan pada orang tua siswa untuk bersekolah di SLB-C Sukapura. 3.3 Belum optimalnya layanan pendidikan di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi (SPPI)

10 Dari hasil pra penelitian yang dilakukan Siswati (2012) di Kota Bandung tahun 2011 ditemukan bahwa 100% SPPI yang diteliti mengalami kesulitan dalam memberikan layanan pendidikan inklusif bagi PDBK. Kesulitan utama SPPI adalah SDM yang belum kompeten dalam menangani PDBK, sehingga SPPI membutuhkan dukungan agar dapat melayani kebutuhan PDBK terutama dalam layanan pembelajarannya. Hal ini sesuai penelitian Dadang Garnida (2009), yang menemukan bahwa Dukungan yang paling diharapkan SPPI adalah dukungan yang berupa pendampingan dalam proses pembelajaran PDBK. Berdasarkan hal tersebut maka keberhasilan pelaksanaan pendidikan inkusif di SPPI khususnya dalam praktek melayani PDBK sangat membutuhkan adanya sistem dukungan. Untuk mengoftimalkan layanan pendidikan di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi, RC Sukapura sesuai dengan peran dan fungsinya telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya Membuat program bersama dengan RC Bandung dan RC Cicendo melalui kegiatan Lokakarya dan pertemuan rutin. Mengadakan kunjungan ruitin ke SPPI, memberikan layanan konsultasi bagi SPPI. 3.4 Mengoptimalkan dukungan RC terhadap pendidikan inklusif khususnya dalam membantu SPPI. Peran dan fungsi RC ini sangat penting. Untuk mendukung keberhasilan implementasi pendidikan inklusif, SLB yang ada sekarang ini perlu diberdayakan agar memiliki tugas dan fungsi yang lebih luas, yaitu sebagai RC bagi SPPI di wilayah terdekat. Pentingnya RC dalam implementasi pendidikan inklusif, juga dilandasi oleh kondisi empiric saat ini bahwa implementasi pendidikan inklusif cenderung belum optimal. Hal ini sesuai dengan hasil survey yang dilakukan Garnida (2009), menemukan bahwa sistem dukungan penyelenggaraan pendidikan inklusif yang ada belum sepenuhnya dapat mendukung secara efektif dan efisien.

11 Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (2014:7), peran RC dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah sebagai berikut : 1. Berinisiatif dan aktif melaksanakan mensosialisasikan pendidikan inklusif dengan memberikan informasi dengan berbagai media. 2. Memberikan dukungan (support) kepada sekolah-sekolah (sekolah penyelenggara pendidikan inklusif) dalam pelaksanaan pendidikan inklusif. 3. Sebagai pusat informasi dan inovasi di bidang Pendidikan khusus dan Pendidikan Inklusif. 4. Sebagai homebase Guru Pendidikan Khusus (Itinerant Teacher). 5. Sebagai koordinator dalam pelayanan pendidikan inklusif. 6. Berkolaboratif/ membangun jejaring dengan pihak lain dalam upaya meningkatkan implementasi pendidikan inklusif. Sedangkan fungsi RC dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (2014:7), adalah sebagai berikut : Memberikan informasi/penerangan kepada sekolah-sekolah (sekolah penyelenggara pendidikan inklusif) mengenai pendidikan inklusif, 1. Menyediakan bantuan asesmen yang rutin terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, 2. Memberikan layanan dan bimbingan kependidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus, menjadi konsultan bagi semua pihak yang menpunyai informasi, layanan, bimbingan, dan penanganan khusus, 3. Mengadakan kerjasama dengan Dinas/Instansi/LSM dalam upaya implementasi pendidikan inklusif, 4. Melakukan inovasi di bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusif, melakukan penelitian dan pengembangan kurikulum, strategi dan metode pembelajaran serta alat atau media pembelajaran, 5. Merencanakan dan menyelenggarakan pelatihan bagi guru sekolah reguler dan orang tua serta pihak lain yang membutuhkan pelatihan mengenai pendidikan inklusif dan atau pendidikan khusus. 6. Pengembangan media antara lain: menyediakan (memproduksi) alat bantu mengajar/alat bantu khusus/media pembelajaran khusus dan alat kehidupan sehari-hari lainnya untuk anak-peserta didik berkebutuhan khusus, menyediakan bantuan kepada berbagai pihak untuk meningkatkan layanan kepada anak/peserta didik termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.

12 Sedangkan fungsi dan tugas RC menurut Amuda (2009:49) yaitu: 1. Melakukan penjaringan anak berkebutuhan khusus atau memanfaatkan hasil penjaringan terutama asesmen anak untuk merencanakan pelayanan kepada berbagai pihak terkait. 2. Melaksanakan pelatihan untuk persiapan pelaksanaan pendidikan inklusif 3. Penelitian dan penelaahan tentang kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. 4. Penelitian dan pengembangan metoda dan strategi mengajar yang adaptif pada setiap individu. 5. Merencanakan dan melaksanakan jejaring yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak. 6. Merencanakan dan melaksanakan lingkungan pendidikan yang ramah bagi setiap anak 7. Membuat berbagai alat bantu mengajar 8. Mengadakan advokasi yang terus menerus melalui berbagai media. 9. Melaksanakan kursus-kursus keahlian untuk guru-guru pembimbing khusus 10. Menyediakan dan mengatur penempatan Guru Pembimbing Khusus 11. Pelatihan vokasional dan penempatannya Berdasarkan data hasil penjaringan RC Sukapura pada tahun 2014, jumlah SPPI yang dilayani RC Sukapura yaitu 14 SPPI dengan jumlah total ABK yang dilayani yaitu 389 anak. Dengan begitu banyaknya SPPI dan jumlah ABK yang dilayani RC Sukapura, membuat RC Sukapura mengalami permasalahan tersendiri karena adanya keterbatasan baik dari segi sarana dan tenaga Guru Pembimbing Khusus. Untuk itu kami berusaha dalam berbagai hal termasuk dalam hal manajemen, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi komponen RC (manusia, kerjasama, tujuan bersama, peralatan, lingkungan) dapat bekerjasama dengan baik. Sehingga RC dapat memberikan pelayanan maksimal pada SPPI dan dapat mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan inklusif. Disamping itu RC Sukapura telah bekerjasama dengan RC Bandung dan RC Cicendo, Pokja Inklusif Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Bandung, RBM Kecamatan Kiaracondong, Save The Children dan lembaga lain yang berkaitan melalui kegiatan, Lokakarya, seminar maupun dan pertemuan rutin,

13 4. Kesimpulan dan harapan Simpulan: Dari apa yang dipaparkan diatas tentang peranan Resource Center Sukapura dalam mengoptimalkan layanan pendidikan inklusif, maka dapat disimpulkan : 4.1 Sosialisasi melalui berbagai kegiatan maupun media kepada orangtua dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus baik di SLB maupun di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif harus selalu dilakukan, karena masih kurangnya pemahaman orangtua siswa dan masyarakat tentang masalah pendidikan anak berkebutuhan 4.2 Sosialisasi pendidikan inklusif dan kerjasama dengan sekolah reguler masih terus dilakukan karena masih banyak para kepala sekolah reguler yang belum memahami pendidikan inklusif. 4.3 Dukungan terhadap Sekolah Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif melalui berbagai kegiatan terus dilakukan, karena belum optimalnya pelayanan pendidikan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif 4.4 Pembenahan manajemen Resource center Sukapura dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait akan terus dilakukan,hal ini disadari karena belum optimal nya Resource center dalam memberikan dukungan kepada Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif Harapan: Mengingat Pendidikan inklusif adalah sebuah paradigma pendidikan yang humanis. sebuah falsafah pendidikan yang dapat mengakomodasi semua anak sesuai dengan kebutuhannya, pendekatan pendidikan yang berusaha menjangkau semua individu tanpa kecuali, Sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu

14 pendidikan yang menghargai perbedaan anak dan memberikan layanan kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya. pendidikan yang tidak diskriminatif, Pendidikan yang memberikan layanan terhadap semua anak tanpa memandang kondisi fisik, mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku, budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya. Disini semua anak belajar bersama-sama, baik di kelas/sekolah formal maupun nonformal yang berada di tempat tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masingmasing anak. Mudah-mudahan pendidikan inklusif dalam implementasinya dilancarkan dan mendapat dukungan dari berbagai pihak., sehingga kondisi ideal tadi bukan hanya dalam impian saja, dan semua anak dapat sama sama menikmati pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada pada tiap anak, pada gilirannya nanti semua anak dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 5. Daftar Pustaka Adriati. (2010). Peranan Resource Center dalam Menunjang Pendidikan Inklusif Ramah Anak. Tesis PKKH UPI Bandung : tidak diterbitkan. Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center. Bandung : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center Untuk Anak Berkesulitan Belajar. Bandung : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center Untuk Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2012). Konsep dan Implementasi Pendidikan Inklusif. Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidik dan

15 Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Pemberdayaan Pusat Sumber dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Direktorat Pembinaan PK LK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

16

17 PHOTO KEGIATAN RC SUKAPURA KOTA BANDUNG SEBAGAI SUPPORT SYSTEM PENDIDIKAN INKLUSIF Kantor RC Pameran Dialog Interaktif dengan Orang Tua Siswa ABK Dialog Interaktif dengan Orang Tua Siswa ABK

18 Lokakarya dengan Guru SD Sosialisasi ke Sekolah reguler Kegiatan Lokakarya antar RC Kegiatan Lokakarya antar RC Kegiatan dengan Save The Children Lokakarya

19 Layanan Therapi Layanan Therapi Seminar Audience Kadis Pendidikan Kota Bandung Kegiatan di SPPI Kegiatan di SPPI

20

21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945, Amandemen IV Pembukaan, alinea IV yaitu dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan yang dilakukan melaui wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang telah ditelaah dengan teknik analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 1994 (Amuda, 2005) mewajibkan setiap anak berusia enam sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membuat manusia menyesuaikan diri dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari bahwa setiap individu memiliki hak untuk

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal (1) dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti yang cukup penting dalam membangun karakter suatu bangsa. Pendidikan yang merata diberbagai wilayah di Indonesia diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF. BPK Penabur Cimahi, 11 Juli Mohamad Sugiarmin

PENDIDIKAN INKLUSIF. BPK Penabur Cimahi, 11 Juli Mohamad Sugiarmin PENDIDIKAN INKLUSIF sugiarmin_2006@yahoo.co.id BPK Penabur Cimahi, 11 Juli 2009 Target yang diharapkan pada peserta Pemahaman Peserta Memahami konsep Pendidikan Inklusif Peserta Memahami keragaman peserta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN X saat ini belum berjalan dengan baik, hal tersebut

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. berkebutuhan khusus ke dalam program program sekolah reguler. Istilah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. berkebutuhan khusus ke dalam program program sekolah reguler. Istilah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Inklusi merupakan istilah dalam dunia pendidikan yang menyatukan anakanak berkebutuhan khusus ke dalam program program sekolah reguler. Istilah inklusi juga dapat

Lebih terperinci

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Paud Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Abstrak Sri Huning Anwariningsih, Sri Ernawati Universitas Sahid Surakarta, Jl Adi Sucipto 154 Surakarta

Lebih terperinci

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Drs. Didi Tarsidi I. Pendahuluan 1.1. Hak setiap anak atas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah dicantumkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education 110 BAB V PENUTUP A. Simpulan Pendidikan inklusif sebagai suatu kecenderungan baru dalam sistem pendidikan hadir sebagai konsekuensi logis dari adanya demokrasi pendidikan dan tegaknya hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat 1 s.d 4 menyatakan bahwa ; Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

Lebih terperinci

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI Naskah Penulisan Karya ilmiah pada symposium Guru dan Tenaga Kependidikan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah membawa dampak yang luar biasa pada mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dan juga pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang pemerataan akses pendidikan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) baik yang diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penddikan adalah hak setiap warga negara. Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk semua warga negaranya tanpa diskriminasi. Pendidikan untuk semua diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sesungguhnya bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks pendidikan untuk

Lebih terperinci

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Rizki Panji Ramadana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelum ini, selanjutnya penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dipaparkan simpulan dan saran yang berkenaan dengan hasil penelitian ini. A. SIMPULAN Berdasarkan analisis terhadap hasil pengolahan data, penulis membuat beberapa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia unggul dan kompetitif dalam upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan inklusif merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti anak dengan hambatan penglihatan, anak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : A. Simpulan 1. Identitas, pengalaman dan pemahaman

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI (Program Pengabdian Masyarakat di SD Gadingan Kulonprogo) Oleh: Rafika Rahmawati, M.Pd (rafika@uny.ac.id) Pendidikan inklusi merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi semua orang. Banyak orang yang menganggap bahwa berkomunikasi itu suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH FA Book 2 2.indd 1 10/26/10 1:59:35 PM FA Book 2 2.indd 2 10/26/10 1:59:35 PM DAFTAR ISI A. Alasan Perlunya Manajemen 03 Berbasis Sekolah B. Pilar MBS 04 C. Landasan Hukum 06

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah 141 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro untuk anak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. A. Analisis Kebijakan Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. A. Analisis Kebijakan Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Kebijakan Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi Pendidikan inklusi merupakan suatu terobosan dimana keberadaan serta operasionalnya dapat memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hak setiap anak. Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan tidak hanya

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni 2007 PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta Risti Fiyana Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran guru pembimbing khusus dalam memberikan layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah reguler.

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memupuk dan melatih remaja putra dan putri menjadi anggota masyarakat yang kreatif, inovatif, produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuan akhirnya, yaitu menemukan suatu model pemberdayaan masyarakat yang aplikatif untuk meningkatkan keberdayaan

Lebih terperinci

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan kemampuan menyimak dan kemampuan membaca dengan kemampuan berkomunikasi lisan pada pengajaran bahasa Indonesia anak tunagrahita kelas D-5B di SLB-C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2006/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk dapat memperoleh pendidikan melekat pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah

Lebih terperinci

pada saat ini muncullah paradigma baru pendidikan, dimana anak berkebutuhan

pada saat ini muncullah paradigma baru pendidikan, dimana anak berkebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dahulu sebatas penyediaan layanan pendidikan dengan sistem segregrasi, hingga akhirnya pada saat ini muncullah

Lebih terperinci

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Pendidikan Inklusif Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Perkembangan SLB di Dunia 1770: Charles-Michel de l Epee mendirikan SLB pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus lebih banyak diselenggarakan secara segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).

Lebih terperinci

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD Oleh : Nelti Rizka, S.Tr.Keb PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang Kab.Kampar Provinsi Riau Emai: neltrizka@gmail.com

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PENDIDIKAN INKLUSIF DISEKOLAH DASAR KOTA PADANG Oleh: Afrina Devi Marti Abstrak: Penelitian ini di latarbelakangi oleh Permendiknas No.20 tahun 2009 tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam pendidikan, terus menerus melakukan upaya pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga Negara dengan negaranya begitu juga sebaliknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pendidikan tentu dirasakan oleh semua orang, termasuk anak berkebutuhan khusus. Keterbatasan yang dialami menjadikan anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah dalam upaya pemerataan layanan pendidikan untuk menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkualitas bagi semua anak di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS (Model Bahan Ajar Program Khusus Tunarungu SLB) Oleh: Tim Pengembang KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM

Lebih terperinci

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi Nurul Hidayati Rofiah 1*, Muhammad Ragil Kurniawan 2 1,2 PGSD UAD *Email: nurulhidayati@pgsd.uad.ac.id Keywords: Wajib belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah difabel atau penyandang ketunaan merupakan satu masalah yang kompleks karena menyangkut berbagai aspek. Salah satu hal yang masih menjadi polemik adalah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 1 TENTANG: PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan elemen dasar dari hak asasi manusia. Di dalam hak atas pendidikan terkandung berbagai elemen pokok bagi kehihupan manusia. Hak atas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia agar mampu menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran. Simpulan yang diambil berdasarkan paparan data dan pembahasan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Kaum Difabel dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus di Indonesia bila dilihat dari data statistik jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci