BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan yang dilakukan melaui wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang telah ditelaah dengan teknik analisis data pada bab IV, maka dapat disimpulkan : 1. Pemahaman guru di Resource Center (RC) a. Pengetahuan guru tentang pendidikan inklusif Pemahaman guru di setiap RC mengenai pendidikan inklusif beragam, ada yang sudah memahami apa itu pendidikan inklusif, yaitu pendidikan yang ramah untuk semua dengan pelayanan yang optimal dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, namun kebanyakan guru masih berpendapat bahwa pendidikan inklusif itu adalah pendidikan yang mengikutsertakan siswa berkebutuhan khusus di sekolah reguler saja tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya. b. Pengetahuan guru tentang sistem dukungan bagi pendidikan inklusif. Secara keseluruhan guru di semua RC yang diteliti kurang memahami apa itu sistem dukungan bagi pendidikan inklusif, yang mereka ketahui tentang sistem dukungan bagi pendidikan inklusif ialah individu atau perorangan yang mendukung pendidikan inklusif seperti guru, kepala sekolah, orangtua, dan pihak lain terkait, memang pendapat mereka tidak salah karena individu atau perorangan tersebut juga membantu dalam perkembangan pendidikan inklusif namun sistem dukungan bagi pendidikan inklusif yang dimaksud ialah 96

2 kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah serta lembaga atau wadah yang mendukung pendidikan inklusif seperti Resource Center, Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif, Gugus, dan lainnya. c. Pengetahuan guru tentang Resource Center (RC) Pengetahuan guru mengenai pengertian Resource Center secara keseluruhan sudah baik walaupun dengan redaksi kata yang berbeda namun memiliki makna yang mengarah kepada pengertian RC seperti yang tertuang di dalam buku pedoman RC, sedangkan untuk fungsi dan tugas dari RC itu sendiri guru-guru dapat menjelaskan beberapa tugas dan fungsi dari RC namun tidak secara menyeluruh seperti yang terdapat pada buku pedoman RC. 2. Proses Pelaksanaan Layanan Resource Center (RC). a. Pelaksanaan Layanan RC terhadap ABK di Resource Center Pelaksanaan layanan RC terhadap ABK yang ada di masing-masing RC sudah berjalan, walaupun prosedur pelaksanaannya antara RC yang satu dengan RC yang lain berbeda. Untuk siswa yang dilayani di RC ialah siswa berkebutuhan khusus dengan berbagai macam hambatan seperti anak autis, down syndrome, tunarungu, LD, dan sebagainya. Untuk proses perekrutan siswa di RC dilakukan dengan cara sosialisasi ABK di sekolahsekolah reguler ada, dan ada juga yang menerima siswa secara langsung di RC. Administrasi yang harus dipenuhi oleh orangtua siswa di setiap RC hampir sama yaitu mengisi formulir, biodata, dan melampirkan hasil tes atau hasil perkembangan siswa dari pihak lain seperti psikolog, terapis, maupun dokter. Sedangkan untuk biaya administrasi seperti biaya pendaftaran maupun biaya bulanan berbeda di setiap RC, ada yang dibebaskan ada juga yang dibebankan namun sesuai dengan kemampuan orangtua siswa. 97

3 Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak dalam memberikan layanan di semua RC yang diteliti yaitu guru-guru yang berkompeten atau professional di dalam bidangnya. Semua guru, koordinator, maupun kepala sekolah adalah lulusan dari Universitas dengan Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Peran serta SDM di RC dalam melayani ABK disesuaikan dengan tugas dan jabatan yang dipegangnya di RC masing-masing namun semuanya berusaha untuk memberikan layanan yang optimal bagi ABK di RC. Langkah-langkah layanan yang diberikan oleh RC bagi ABK di semua RC yang diteliti hampir sama yaitu dimulai dengan assesmen. Assesmen yang diberikan di semua RC disesuaikan dengan kebutuhan dan usia siswa. Contoh assesmen yang digunakan yaitu assesmen pra akademik, assesmen prilaku, assesmen perkembangan, assesmen bahasa, dan lain-lain. Untuk pelayanan assesmen ini dilakukan ketika siswa pertama kali masuk sekolah atau setiap awal tahun ajaran baru. Setelah dilakukan assesmen langkah selanjutnya yang dilakukan oleh semua RC dalam melayani ABK yang ada di RC masing-masing ialah pembuatan program bagi ABK. Program yang dibuat bagi siswa berdasarkan hasil assesmen yang telah dilakukan sebelumnya dan bila ada dibantu dengan hasil rujukan dari pihak lain seperti psikolog, terapis ataupun dokter. Setelah pembuatan program langkah selanjutnya yang dilaksanakan oleh masingmasing RC ialah pelaksanaan layanan. Jam pelayanan di setiap RC beragam ada yang dimuali dari pukul ada juga yang dimulai dari pukul Pada dasarnya setiap RC yang diteliti menjadikan RC sebagai kelas persiapan bagi siswa, sehingga materi yang diberikan bukanlah materi akademik melainkan materi yang berupa pre akademik, bahasa, 98

4 perilaku, olahraga maupun bina diri, tentunya materi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Langkah selanjutnya ialah melakukan evaluasi, evaluasi harian dilakukan oleh semua guru di RC yang diteliti, evaluasi yang diberikan pun disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Namun untuk evaluasi formal yang melaksanakan hanyalah RC Xdan Y saja, evaluasi formal dilakukan setiap tiga bulan sekali, evaluasi tersebut digunakan untuk melihat sejauh mana program yang dilaksanakan berpengaruh kepada siswa, selain itu evaluasi juga dilaksanakan sebagai bahan pembuatan laporan hasil belajar siswa kepada orangtua. Pelatihan vokasional bagi ABK sudah dilaksanakan di RC Y namun itu juga tidak rutin dilaksanakan Pelatihan vokasional tersebut hanya dilaksanakan ketika ada workshop saja hal itu dikarenakan kurangnya biaya dalam melaksanakan pelatihannya. b. Layanan Resource Center terhadap sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sejauh ini pelaksanaan layanan yang dilakukan oleh semua RC terhadap sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif masih belum berjalan dengan optimal. Pelaksanaan layanan RC yang sudah dilakukan oleh beberapa RC terhadap sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif yaitu melakukan advokasi serta membantu memecahkan masalah layanan pendidikan yang dihadapi oleh sekolah tentang inklusi melalui diskusi baik itu dilaksanakan di sekolah tersebut maupun di RC itu sendiri dengan mengundang guru-guru umum. Bentuk layanan yang sudah dilaksanakan oleh sebagian besar RC yang diteliti ialah melakukan sosialisasi mengenai pendidikan inklusif dan ABK ke sekolah-sekolah reguler, menyedikan alat bantu mengajar, dan melakukan advokasi bagi ABK. 99

5 Adapun prosedur pelaksanaan layanan RC terhadap sekolah inklusi tersebut ialah dengan membuat agenda kunjungan ke sekolah-sekolah tersebut namun kegiatan tersebut tidak rutin dilakukan dikarenakan terbentur dengan biaya. Selain itu sekolah inklusi juga bisa langsung datang untuk berkonsultasi ke RC atau dapat mengundang RC untuk memberikan informasi ataupun berdiskusi mengenai permasalahan mengenai siswa berkebutuhan khusus. 3. Hambatan yang dialami oleh Resource Center a. Lingkungan Pembelajaran Masih kurangnya optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana yang ada di RC, kurangnya wawasan guru-guru di RC terhadap informasi baru mengenai pendidikan inklusif maupun ABK, alokasi waktu layanan yang dirasa kurang mencukupi serta partisipasi orangtua yang kurang mendukung terhadap program yang diberikan oleh RC terhadap siswa. b. Pelaksanaan layanan Resource Center Hambatan yang dialami guru dalam pelaksanan pelayanan ABK di Resource Center yaitu dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, kelainan ABK di Resource Center cukup kompleks (konsentrasi,perilaku,bahasa), belum terjalinnya kerjasama yang baik antara orang tua,guru dan tenaga ahli (psikolog,dokter) Sedangkan hambatan layanan Resource Center terhadap sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yaitu belum terjalinya kemitraan secara optimal sehingga terjadi miss komunikasi,miss understanding,miss informasi, masih ada guru yang belum memahami 100

6 tentang layanan pendidikan inklusif, terjadi adanya ketidak sesuaian antara jadwal dengan pelaksanaan kunjungan. 4. Upaya dalam mengatasi hambatan yang dihadapi oleh Resource Center a. Lingkungan Pembelajaran Upaya mengatasi hambatan yang berhubungan dengan pembelajaran yaitu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada seoptimal mungkin, merekomendasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, mengoptimalkan SDM yang ada, b. Pelaksanaan layanan Resource Center Pelaksanaan layanan terhadap ABK di RC diawali dengan kegiatan guru menyusun program sesuai dengan kebutuhan ABK, melaksanakan program dengan didasari sabar, tulus, ikhlas dan konsisten. Sedangkan pelaksanaan layanan RC terhadap penyelenggara pendidikan inklusif yaitu melakukan kegiatan konsultasi untuk mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi termasuk dalam penyesuaian jadwal kunjungan. B. REKOMENDASI Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bagi orang tua, guru, sekolah, pemerintah dan peneliti lainnya. yaitu sebagai berikut : 1. Rekomendasi untuk Guru Guru-guru diharapkan membuka diri untuk menambah wawasan dengan banyak membaca atau browsing internet yang berkaitan dengan pendidikan inklusif dan pelayanan ABK. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam pelayanan akan lebih optimal. Selain itu juga diperlukan untuk mengadakan kegiatan diskusi atau sharing dengan teman sejawat. Bila memiliki wawasan dan pengetahuan maka kinerja atau layanan terhadap ABK akan 101

7 optimal, namun semua itu harus disertai dengan kinerja yang baik dari guru tersebut kinerja tersebut berkaitan dengan kehadiran, kelengkapan administrasi pembelajaran (penyusunan program dan pelaksanaan program). 2. Rekomendasi Koordinator RC Koordinator RC harus selalu up-date mengenai pengetahuan atau berita yang berkaitan dengan perkembangan pelayanan ABK dan pendidikan inklusif. Selain itu dibutuhkan ketegasan untuk mengawasi para guru dalam melaksanakan pelayanan program sehari-hari. Tidak hanya cukup mengawasi saja namun koordinator harus menjadi teladan atau contoh bagi guru lain dalam membuka wawasan dan disiplin kerja. 3. Rekomendasi untuk sekolah Berusaha mengoptimalkan kinerja RC yang sesuai dengan petunjuk teknis agar menjadi sistem dukungan bagi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Dibutuhkan kontrol, pengawasan dan komunikasi yang terjalin dengan baik antara kepala sekolah dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di RC, sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dan Dinas/instansi terkait. 4. Rekomendasi untuk Penyelenggara Pendidikan Inklusif Menyelenggarakan pendidikan inklusif memang tidak mudah dan dibutuhkan komitmen yang kuat dari kepala sekolah dan guru. Selain itu juga harus ditunjang dengan SDM yang mau dan mampu menyelenggarakan layanan yang ramah bagi semua siswa. Komunikasi harus terjalin dengan baik antara SDM di sekolah, siswa dan orangtua siswa. Apabila ada hambatan di dalam penyelenggaraan dan setiap langkah yang akan dilaksankan haruslah didiskusikan terlebih dahulu dengan seluruh SDM dan konsultan pendidikan inklusif. 102

8 Di dalam menjalankan pendidikan inklusif kepala sekolah dan pelaksana harus sering mengadakan diskusi atau sharing baik internal atau eksternal, yang dimaksudkan adalah diskusi atau sharing dengan sekolah inklusi lain. 5. Rekomendasi untuk peneliti lain Untuk peneliti selanjutnya yang berminat mengadakan penelitian masalah Resource Center sebagai sistem dukungan disarankan meneliti tentang Model Pengembangan SLB sebagai Resource Center. 103

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membuat manusia menyesuaikan diri dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari bahwa setiap individu memiliki hak untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN X saat ini belum berjalan dengan baik, hal tersebut

Lebih terperinci

IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU

IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU Dra. Khoiriyah, M.Pd. 1) dan Dra. Siti Rodliyah 2) 1 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember 2 Dosen Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF ARTIKEL. Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat

PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF ARTIKEL. Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF ARTIKEL Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Symposium GTK Tingkat Nasional Tahun 2016 Oleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran. Simpulan yang diambil berdasarkan paparan data dan pembahasan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran guru pembimbing khusus dalam memberikan layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah reguler.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 59 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Merujuk kepada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya berdasarkan fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan, maka dapat dirumuskan

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti yang cukup penting dalam membangun karakter suatu bangsa. Pendidikan yang merata diberbagai wilayah di Indonesia diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah 141 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro untuk anak

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 167 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis data sebagaimana focus kajian dalam penelitian yang berjudul Studi Komparatif Kemampuan Manajemen Strategik Kepala Sekolah

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SEKOLAH LUAR BIASA AUTIS DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan

Lebih terperinci

MENUJU PENDIDIKAN INKLUSIF

MENUJU PENDIDIKAN INKLUSIF MENUJU PENDIDIKAN INKLUSIF A. Makna Pend. Inklusif memiliki beberapa makna: 1. pend. yang menghendaki keterlibatan setiap anak dalam kehidupan sekolah 2. semua anak mempunyai tempat dan diterima di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anakanak yang mempunyai kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan professional

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan professional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat

Lebih terperinci

Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals

Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KHUSUS Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals Individualized Education Program (IEP) Dapat diberikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 222 A. Kesimpulan 1. Umum BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal sudah dimiliki Poltekkes Tasikmalaya, STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya dan STIKes Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah berpengaruh negatif (r xy = 0.042) dan tidak signifikan terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pembinaan sumber daya manusia (SDM) di resource center (RC) SLB Negeri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pembinaan sumber daya manusia (SDM) di resource center (RC) SLB Negeri 119 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian mengenai manajemen pembinaan sumber daya manusia (SDM) di resource center (RC) SLB Negeri Citeureup Cimahi disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA OPEN RECRUITMENT ASISTEN LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI

INSTRUKSI KERJA OPEN RECRUITMENT ASISTEN LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI INSTRUKSI KERJA OPEN RECRUITMENT ASISTEN LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 INSTRUKSI KERJA OPEN RECRUITMENT ASISTEN LABORATORIUM

Lebih terperinci

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI Naskah Penulisan Karya ilmiah pada symposium Guru dan Tenaga Kependidikan

Lebih terperinci

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD Oleh : Nelti Rizka, S.Tr.Keb PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang Kab.Kampar Provinsi Riau Emai: neltrizka@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG 67 BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG Dari semua teori dan data yang diperoleh, akhirnya

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi. BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan judul Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus di Indonesia bila dilihat dari data statistik jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 1994 (Amuda, 2005) mewajibkan setiap anak berusia enam sampai

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi acuan dari penulisan laporan ini. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka dapat diuraikan pokok-pokok

Lebih terperinci

JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 JRR Tahun 4, No. 1, Juni 15 PENGGUNAAN SIKLUS KODIPTER SEBAGAI MODEL PENDAMPINGAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU KELAS SASARAN KURTILAS PADA SLB BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari keterangan dan data-data yang diperoleh dari berbagai nara sumber melalui wawancara, observasi langsung, study dokumentasi dan penggabungan dari ketiga

Lebih terperinci

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Bab II. Analisis Situasi Bab III. Kebijakan Strategis Bab 2. Analisis Situasi SWOT Kondisi internal Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan) Kondisi eksternal

Lebih terperinci

Inisiasi 2 Model Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Inisiasi 2 Model Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Inisiasi 2 Model Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Saudara mahasiswa yang berbahagia, selamat berjumpa dalam kegiatan tutorial online untuk mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI Draf 07 Agustus 2011 BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BUKU VII PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2011 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI 1 BAB

Lebih terperinci

Centre for Disability Research and Policy

Centre for Disability Research and Policy Kolaborasi Lintas Sektor Kesehatan dan Pendidikan untuk Pendidikan Inklusif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Membangun Visi Kebijakan dan Agenda Penelitian di Indonesia (Issue 2, 2016) Centre for Disability

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis refleksi terhadap pengembangan darf/pola jurnal belajar yang menghasilkan desain jurnal belajar sebagai refleksi guru IPS SD dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. (PTK) tentang penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. (PTK) tentang penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan kosakata dasar mengenai

Lebih terperinci

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar 90 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Penyebab sebagian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dipaparkan simpulan dan saran yang berkenaan dengan hasil penelitian ini. A. SIMPULAN Berdasarkan analisis terhadap hasil pengolahan data, penulis membuat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan masa yang akan datang, tantangan seperti bagaimana mempersiapkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Kaum Difabel dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN 84 BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN Analisis data pada penelitian ini mengenai Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam

Lebih terperinci

URAIAN PEKERJAAN. Ketua Komite Pelaksana GDEAI Anggota Koordinator 4 Nama

URAIAN PEKERJAAN. Ketua Komite Pelaksana GDEAI Anggota Koordinator 4 Nama URAIAN PEKERJAAN I. IDENTITAS JABATAN Nomor 004/UP-GD/Adhoc/KP-DAI/2011 Jabatan Koordinator 4 Komite Pelaksana (Team Adhoc) Gran Disain Edukasi Asuransi Indonesia Unit Kerja Bidang Perumus Rencana Penyelenggara

Lebih terperinci

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan berikut : manajemen pembinaan peserta didik di SDIT

Lebih terperinci

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERGURUAN TINGGI

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERGURUAN TINGGI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERGURUAN TINGGI Pedoman, Kendala dan Cara Mengatasi Kendala Pedoman dan Kendala SPMI 1 PEDOMAN UNTUK MEMBANGUN DAN MELAKSANAKAN SPMI (1) Upayakan untuk memperoleh dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus lebih banyak diselenggarakan secara segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Program PPL merupakan program kegiatan yang bertujuan mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon tenaga kependidikan. Calon tenaga pendidik tidak hanya memiliki kompetensi di bidang

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 9 IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA Lutfi Isni Badiah Prodi Pendidikan Khusus UNIPA Surabaya Email:

Lebih terperinci

Setelah menganalisis hasil / temuan penelitian terhadap kompetensi GPK. pada Resource Center pendidikan inklusif dalam menjalankan tugasnya sebagai

Setelah menganalisis hasil / temuan penelitian terhadap kompetensi GPK. pada Resource Center pendidikan inklusif dalam menjalankan tugasnya sebagai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah menganalisis hasil / temuan penelitian terhadap kompetensi GPK pada Resource Center pendidikan inklusif dalam menjalankan tugasnya sebagai GPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Dukungan Keluarga BAB 6 PEMBAHASAN Setelah data dianalisis, maka akan dibahas mengenai karakteristik responden dengan hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan sosial dan emosional ABK; tunarungu. 6.1 Dukungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah... 10

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah... 10 DAFTAR ISI Daftar Isi COVER DALAM... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... v PENGANTAR... vi PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH... ix PERSEMBAHAN... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tahun

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tahun RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tahun 2012-2016 UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Rencana Operasional (RENOP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Lebih terperinci

H. Pengelolaan Program

H. Pengelolaan Program 77 H. Pengelolaan Program 1. Efisiensi dan Efektivitas Kepemimpinan Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menetapkan tujuh sasaran utama dalam Program

Lebih terperinci

SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF. Nia Sutisna dan Indri Retnayu. Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF. Nia Sutisna dan Indri Retnayu. Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF Nia Sutisna dan Indri Retnayu Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini ingin menggambarkan sikap guru SLB sebagai partner kerja

Lebih terperinci

Perpustakaan Informasi mengenai perpustakaan di UB.

Perpustakaan Informasi mengenai perpustakaan di UB. Export date : 2017-01-11 19:58:18 Fasilitas BK & PA Softskills Beasiswa Kesehatan IT Perpustakaan UPKK Bimbingan Konseling dan Penasihat Akademik Bimbingan pengembangan pribadi, sosial, dan ketrampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BUKU VII PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2014 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2 BAB II 3 PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian: 165 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian: 1. Persentase capaian kegiatan MGMP IPA SMP di Kota Bandung termasuk dalam kategori tinggi.

Lebih terperinci

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Pendidikan Inklusif Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Perkembangan SLB di Dunia 1770: Charles-Michel de l Epee mendirikan SLB pertama

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MELALUI JALUR OFFLINE DAN ONLINE Nomor: 425/464/ /2018 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PENGUMUMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MELALUI JALUR OFFLINE DAN ONLINE Nomor: 425/464/ /2018 TAHUN PELAJARAN 2018/2019 PENGUMUMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MELALUI JALUR OFFLINE DAN ONLINE Nomor: 425/464/101.6.11.10/2018 TAHUN PELAJARAN 2018/2019 I. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang berkebutuhan khusus (tunanetra, tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak manusia yang paling fundamental. Pada prinsipnya pendidikan adalah sebuah usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Melalui pendidikan seluruh potensi anak didik dapat digali dan dikembangkan secara

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 (GBPK OPM FT UM 2016)

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 (GBPK OPM FT UM 2016) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) FAKULTAS TEKNIK DEWAN MAHASISWA FAKULTAS Jalan Semarang 5 Malang 65145 Telp. (0341) 565-307 Laman www.um.ac.id GARIS-GARIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah. Adapun penjelasannya sebagai

Lebih terperinci

Pengorganisasian dan Sosialisasi SPMI

Pengorganisasian dan Sosialisasi SPMI Pengorganisasian dan Sosialisasi SPMI Tim Pengembang SPMI Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pelaksanaan SPMI(1) Komitmen dari semua

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Pekerjaan BELANJA JASA KONSULTANSI PERENCANAAN PENYUSUNAN RENDUK TIK

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Pekerjaan BELANJA JASA KONSULTANSI PERENCANAAN PENYUSUNAN RENDUK TIK KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Pekerjaan BELANJA JASA KONSULTANSI PERENCANAAN PENYUSUNAN RENDUK TIK I. LATAR BELAKANG Era reformasi saat ini menuntut terbentuknya pemerintahan yang bersih, transparan, dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Pelaksanaan Tugas Pokok Guru Pendidik Khusus di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 419 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan sebagaimana dibahas pada Bab IV terdahulu, disampaikan kesimpulan secara umum dan kesimpulan secara khusus yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini telah berkembang dengan pesat, oleh karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di perusahaan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : 4101409138 Prodi : Pendidikan matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kemitraan antara Sekolah dan Masyarakat Secara etimologi kata kemitraan berasal dari kata mitra yang artinya pasangan kerja, atau partner usaha. (Widodo,2002:441). Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi hasil dari seluruh kegiatan penelitian yang dilakukan. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak sesuai kodratnya. Maka dari itu manusiapun berhak pula untuk mengecap pendidikan yang

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni 2007 PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah difabel atau penyandang ketunaan merupakan satu masalah yang kompleks karena menyangkut berbagai aspek. Salah satu hal yang masih menjadi polemik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil temuan penelitian temngkap bahwa pelaksanaan. biasa telah berjalan dan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ada,

Berdasarkan hasil temuan penelitian temngkap bahwa pelaksanaan. biasa telah berjalan dan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ada, BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan berikut ini didasarkan atas hasil penelitian, dan pembahasan, serta kajian kepustakaan yang relevan dan temuan selama penelitian berlangsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Belajar pada hakekatnya adalah

Lebih terperinci