KESESUAIAN SUBSTANSI PERDA RTRW KABUPATEN DI PROVINSI LAMPUNG
|
|
- Herman Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KESESUAIAN SUBSTANSI PERDA RTRW KABUPATEN DI PROVINSI LAMPUNG Mira Setiawati Abdullah, Surjono, Turniningtyas Ayu Rachmawati Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi Nasional Malang Jl. Bendungan Sigura-gura No.2 Malang ABSTRAK Tulisan ini berawal dari adanya amanat UUPR 26/2007 tentang persetujuan substansi teknis oleh menteri yang menyelenggarakan urusan dalam bidang penataan ruang sebelum rancangan peraturan daerah (raperda) tentang RTRW ditetapkan menjadi perda. Keharusan memperoleh persetujuan substansi tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) PU No.11 tahun Peraturan ini merupakan pedoman tentang persetujuan substansi dalam penetapan raperda RTRWP dan RTRW-Kab/Kota. Kesesuaian substansi bertujuan agar PP RTRWN, perda RTRWP dan perda RTRW-Kab/Kota yang ditetapkan sesuai dengan kaidah teknis bidang penataan ruang sehingga terwujud suatu rencana tata ruang yang terpadu dan komplementer terhadap hierarki rencana tata ruang di atasnya.tujuan penelitian adalah mengukur tingkat kesesuaian substansi raperda RTRW- Kab terhadap perda RTRWP Lampung, PP RTRWN dan Permen PU No.11/2009. Secara keseluruhan, analisis dilakukan dengan menggunakan metode komparasi, yaitu membandingkan substansi perda RTRW-Kab dengan substansi yang ada dalam PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung serta membandingkan muatan/isi perda RTRW-Kab sesuai sistematika penulisan dalam Permen PU No.11/2009 untuk menemukan kesesuaianketidaksesuaian. Teknik analisis yang digunakan adalah content analysis atau kajian isi. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian perda RTRW-Kab yang ada di Propinsi Lampung rata-rata adalah sangat tinggi, yaitu 92,1 %. Kesesuaian terhadap substansi perda RTRWP Lampung dan PP RTRWN adalah 92 %, dan terhadap muatan/isi sesuai Permen PU No.11/2009 adalah 93 %. Kata Kunci : Tingkat Kesesuaian, Substansi, Perda RTRW-Kab. ABSTRACT This paper begins with a mandate of law (UUPR 26/2007) on the approval of the technical substance by holding ministerial affairs in the field of spatial planning before the local draft regulation (raperda) on Spatial Planning (RTRW) set to local regulations (perda). The necessity was contained in the Ministry Law (Permen PU N0. 11/ 2009). This rule is a guideline in determining the substance of the agreement on draft of Regency Spatial Planning (RTRW-Kab/Kota) and Province Spatial Planning (RTRWP). Conformity substance intended for government regulation of National Spatial Planning (PP RTRWN), local regulation (perda) RTRWP and perda RTRW-Kab/Kota established in accordance with the technical rules of the field of spatial planning to realize an integrated spatial plans and complementary to the spatial hierarchy of planning. The purpose of this research is to measure the level of substance compliance of perda RTRW-Kab againts perda RTRWP Lampung, PP RTRWN and Permen PU No.11/2009. Overall, the analysis was performed by using the comparative method, comparing substance of perda RTRW-Kab with the substance contained in perda RTRWP Lampung, and PP RTRWN as well as to compare the content of perda RTRW-Kab fit in writing systematic of Permen PU No.11/2009 to find conformity-nonconformity. The analysis technique used is content analysis or study of the content. The study shows that the level of perda RTRW-Kab conformity in Lampung province average is very high at 92.1%. Conformity with the substance of perda RTRWP Lampung and PP RTRWN is 92%, and the content according Permen PU No.11/2009 is 93%.. Keywords: Level of conformity, Substance, Regency Spatial Planning. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR 26/2007) mengamanatkan agar setiap propinsi di Indonesia menyusun atau menyesuaikan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) selambat-lambatnya dalam waktu 2 tahun sejak UUPR 26/2007 diterbitkan, dan agar setiap kabupaten/kota menyusun atau menyesuaikan perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW-Kab/Kota) selambat-lambatnya dalam waktu 3 tahun. Makna menyesuaikan disini adalah menyesuaikan dengan muatan substansi perda yang terdapat dalam UUPR, Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2,Desember
2 KESESUAIAN SUBSTANSI PERDA RTRW KABUPATEN DI PROVINSI LAMPUNG Wilayah Nasional (RTRWN) maupun Rencana Tata Ruang Propinsi. Kesesuaian substansi bertujuan agar PP RTRWN, perda RTRWP dan perda RTRW- Kab/Kota yang ditetapkan sesuai dengan kaidah teknis bidang penataan ruang sehingga terwujud suatu rencana tata ruang yang terpadu dan komplementer terhadap hierarki rencana tata ruang di atasnya. UUPR 26/2007 juga mengamanatkan adanya persetujuan substansi teknis oleh menteri yang menyelenggarakan urusan dalam bidang penataan ruang sebelum rancangan peraturan daerah (raperda) tentang RTRW ditetapkan menjadi perda. Persetujuan substansi diberikan oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU). Isi persetujuan ini menyatakan bahwa materi muatan teknis rancangan perda RTRW telah mengacu pada UUPR, PP RTRWN, kebijakan nasional serta RTRWP. Muatan Perda tentang tata ruang harus sejalan dengan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Keharusan memperoleh persetujuan substansi tertuang dalam Permen PU No.11 tahun Peraturan ini merupakan pedoman tentang persetujuan substansi dalam penetapan raperda RTRWP dan RTRW-Kab/Kota. Kementrian PU (2012) menetapkan Propinsi Lampung sebagai propinsi di Indonesia yang mampu menyusun atau menyesuaikan perda RTRWP dan perda RTRW-Kab/Kota sesuai yang diamanatkan oleh UUPR 26/2007 dimana dari 12 kabupaten dan 2 kota yang ada, sudah 100 % Kab/Kota-nya telah mendapatkan persetujuan substansi, dimana: 1). 78 % Kab/Kota sudah menetapkan perda RTRW-Kab/Kota; dan 2). 22 % dalam proses perda RTRW-Kab. Rancangan perda RTRW-Kab di Propinsi Lampung yang sedang proses perda meliputi 3 kabupaten, yaitu: Kabupaten Tulang Bawang, Mesuji, dan Lampung Utara. Penelitian kesesuaian perda RTRW-Kab di Propinsi Lampung akan mengukur tingkat kesesuaian substansi raperda RTRW-Kab terhadap perda RTRWP, PP RTRWN dan Permen PU No.11/2009. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memformulasikan data-data kualitatif yang diperoleh yaitu berkaitan dengan peraturan perundang-undangan tata ruang, pedoman persetujuan substansi raperda RTRW Kabupaten, perda dan rancangan perda RTRW Kabupaten di Propinsi Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode komparasi. 1. Metode Pengumpulan Data Data primer, teknik yang digunakan berupa observasi dan partisipasi semu. Data sekunder, strategi pengumpulan data menggunakan studi dokumenter. 2. Metode Analisis Data Identifikasi kesesuaian substansi perda RTRW-Kab dengan PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung. Identifikasi kesesuaian substansi perda RTRW-Kab dengan Permen PU No.11/2009. Secara keseluruhan, analisis dilakukan dengan cara mengkaji sumber tertulis berupa peraturan perundangan tata ruang, perda RTRWP Lampung, perda dan raperda RTRW-Kab dengan menggunakan metode komparasi. Teknik analisis yang digunakan adalah content analysis atau kajian isi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perda RTRW di Propinsi Lampung RTRWP Lampung telah ditetapkan menjadi perda RTRWP pada tahun Sesuai dengan amanat UUPR 26/2007, seluruh perda RTRW-Kab di wilayah Propinsi Lampung harus menyesuaian dengan perda RTRWP Lampung dan PP RTRWN sebagai produk perencanaan diatasnya sebelum ditetapkan menjadi perda. Rancangan perda RTRW-Kab harus melalui 3 tahap evaluasi substansi sebelum ditetapkan menjadi perda, yaitu : 1. Pengajuan rekomendasi gubernur. Proses penyesuaian substansi tahap pertama dilakukan dengan adanya evaluasi penyesuaian substansi RTRW-Kab terhadap substansi perda RTRWP Lampung oleh tim BKPRD Propinsi Lampung. 2. Pengajuan persetujuan substansi ke Kementrian PU. Proses penyesuaian substansi tahap kedua, dilakukan evaluasi kesesuaian substansi perda RTRW-Kab oleh tim BKPRN. Evaluasi dilakukan dengan melakukan penelaahan materi muatan teknis rancangan raperda RTRW-Kab terhadap: a. UUPR 26/2007, b. PP RTRWN, c. Kebijakan Nasional Bidang Penataan Ruang, d. Perda RTRWP Lampung, e. Permen PU No. 11/2009, f. Konsistensi Muatan Raperda RTRW dengan Naskah Akademis, 170 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
3 Mira Setiawati Abdullah, Surjono, Turniningtyas Ayu Rachmawati 3. Pengajuan evaluasi gubernur. Proses penyesuaian substansi tahap ketiga dilakukan dengan adanya evaluasi penyesuaian terhadap substansi perda RTRWP Lampung dan PP RTRWN oleh tim BKPRD Propinsi Lampung. Proses penyesuaian substansi perda RTRW-Kab membutuhkan waktu yang cukup lama, terutama pada proses revisi dan updating data pasca pembahasan terutama pada tahap 2 (Tabel 1). Identifikasi kesesuaian substansi perda RTRW-Kab dengan PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung. Substansi kesesuaian didapatkan dengan melakukan komparasikan materi substansi khusus untuk Provinsi Lampung yang termuat dalam RTRWN dengan substansi yang ada dalam perda RTRWP Lampung, sehingga didapatkan substansi yang harus ada dalam perda RTRW- Kab. Hasil komparasi memunculkan sebanyak 84 substansi yang akan dinilai kesesuaiannya. Penilaian dilakukan berdasarkan : 1. Keberadaan, yaitu substansi harus ada dalam perda RTRW-Kab meliputi substansi: a. Tujuan, kebijakan dan strategi, b. Arahan pemanfaatan ruang, c. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang. 2. Kesesuaian, yaitu substansi harus ada dan sesuai dengan lokasi dan jenis yang disebutkan dalam PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung meliputi substansi: a. Rencana struktur ruang wilayah, b. Rencana pola ruang wilayah, c. Penetapan kawasan strategis. Nilai kesesuaian didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut: Tingkat kesesuaian subtansi perda RTRW-Kab di Provinsi Lampung terhadap PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung rata-rata adalah sangat tinggi, yaitu 92 % dengan ketidaksesuaian antara 1-20 substansi (Tabel 2). Identifikasi kesesuaian substansi perda RTRW-Kab dengan Permen PU No.11/2009. Analisis tingkat kesesuaian substansi perda RTRW-Kab ditinjau dari Permen PU No.11/2009 dilakukan dengan mengkaji isi dan format penulisan sesuai dengan Permen PU No.11/2009 yang merupakan pedoman evaluasi muatan substansi rancangan perda RTRW-Kab untuk mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri PU. Penilaian dilakukan pada: 1. Keberadaan substansi. 2. Kesesuaian terhadap format penulisan perda RTRW-Kab, dengan ketentuan kesesuaian sebagaimana format yang telah ditentukan oleh PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung (Tabel 3). Hasil analisis tingkat kesesuaian subtansi perda RTRW-Kab di Provinsi Lampung terhadap Permen PU No.11/2009 menunjukkan bahwa rata-rata sangat tinggi, yaitu 93 % dengan ketidaksesuaian antara 1-17 substansi (Tabel 4). No. Tabel 1. Status Perda RTRW-Kab di Propinsi Lampung (September 2012) RTRW-Kab Rekomendasi Gubernur (Tahap 1) Tanggal Surat Keputusan Persetujuan Substansi Menteri PU (Tahap 2) Evaluasi Gubernur (Tahap 3) Penetapan Perda RTRW-Kab Waktu yg dibutuhkan untuk penyesuaian substansi 1. Lampung Tengah bulan 2. Tulang Bawang Barat bulan 3. Way Kanan bulan 4. Mesuji Tanggamus bulan 6. Pringsewu bulan 7. Lampung Barat bulan 8. Lampung Selatan bulan 9. Pesawaran bulan 10. Lampung Timur bulan 11. Lampung Utara Tulang Bawang Sumber : Dinas PU Provinsi Lampung Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember
4 Tabel 2. Tingkat Kesesuaian dan Klasifikasi Ketidaksesuaian Substansi RTRW-Kab di Provinsi Lampung Terhadap PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung No. Perda RTRW- Kab Tingkat Kesesuaian Jumlah Substansi yg tdk sesuai Klasifikasi Ketidaksesuaian 1 n 2 n 3 n 4 n 5 n 1. Tanggamus 90 % Way Kanan 98 % Tulang Bawang Bar 86 % Lampung Tengah 97 % Lampung Barat 81 % Pringsewu 96 % Lampung Selatan 94 % Pesawaran 91 % Lampung Timur 99 % Tulang Bawang 99 % Lampung Utara 72 % Mesuji 98 % Rata-Rata 92 % Keterangan : 1 n : Terdapat n substansi A yang tidak ada (tidak tercantum) dalam perda RTRW-kab. 2 n : Terdapat n substansi dalam perda RTRW-kab yang tidak ada (tidak tercantum) dalam Substansi A (Dalam substansi A, tidak ada substansi x yang harus ada dalam RTRW-Kab tersebut). 3 n : Terdapat n substansi dalam perda RTRW-kab yang mencantumkan tipe/jenis/lokasi/luasan yang tidak sama sebagaimana yang tercantum dalam Substansi A. 4 n : Terdapat n substansi perda RTRW-kab yang berisi penjelasan/ketentuan umum saja, tidak menyebutkan jenis/tipe/lokasi/luasan substansi. 5 n : Terdapat n substansi perda yang ada dalam Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang dan Penetapan Kawasan Strategis, namun tidak ada (tidak tercantum) dalam ketentuan umum peraturan zonasi. Tabel 3. Parameter kesesuaian substansi perda RTRW-Kab Terhadap Substansi B Kelompok Substansi Parameter kesesuaian 1. Tujuan, kebijakan dan strategi Menyebutkan isi 2. Struktur ruang wilayah Menyebutkan lokasi 3. Pola ruang wilayah Menyebutkan : lokasi dan luas 4.Penetapan kawasan strategis Menyebutkan : lokasi dan luas 5. Arahan pemanfaatan ruang Menyebutkan bentuk perwujudan pemanfaatan ruang sesuai substansi yang ada pada: 1.Struktur ruang wilayah 2.Pola ruang wilayah 3.Penetapan Kawasan Strategis. 6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang a. Ketentuan umum peraturan zonasi Menyebutkan bentuk perwujudan pemanfaatan ruang sesuai substansi yang ada pada: 1.Struktur ruang wilayah 2.Pola ruang wilayah 3.Penetapan Kawasan Strategis. b. Ketentuan perizinan Menyebutkan jenis perizinan c. Ketentuan insentif dan Menyebutkan ketentuan umum disinsentif d. Sanksi administratif dan Menyebutkan: pidana a. Bentuk sanksi b. Ketentuan umum pemberian sanksi Sumber : Permen PU No.11/2009 Tabel 4. Tingkat Kesesuaian dan Klasifikasi Ketidaksesuaian Substansi RTRW-Kab di Provinsi Lampung Terhadap Permen PU No.11/2009 No. Perda RTRW-Kab Tingkat Kesesuaian (%) Jumlah Substansi yg tdk sesuai Klasifikasi Ketidaksesuaian 1 n 2 n 3 n 4 n 1. Tanggamus Way Kanan Tulang Bawang Barat Lampung Tengah Lampung Barat Pringsewu Lampung Selatan Pesawaran Lampung Timur Tulang Bawang Lampung Utara Mesuji Rata-Rata Keterangan : 1 n : Terdapat n substansi dalam perda RTRW-kab yang tidak menggunakan klasifikasi sesuai substansi B. 2 n : Terdapat n substansi dalam perda RTRW-kab yang tidak mencantumkan tipe/jenis/lokasi/luasan. 3 n : Terdapat n substansi perda yang ada dalam Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang dan Penetapan Kawasan Strategis, namun tidak ada (tidak tercantum) dalam Arahan Pemanfaatan Ruang. 4 n : Terdapat n substansi perda yang ada dalam Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang dan Penetapan Kawasan Strategis, namun tidak ada (tidak tercantum) dalam ketentuan umum peraturan zonasi. SIMPULAN Perda RTRW-Kab di Propinsi Lampung disusun dan di-perda-kan melalui 3 tahapan penyesuaian substansi yang panjang dan membutuhkan waktu ±1 tahun. Proses penyesuaian substansi perda RTRW-Kab terhadap hirarki perencanaan diatasnya, yaitu PP RTRWN dan RTRWP Lampung, sehingga harus melibatkan pihak pemerintah daerah, pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Bentuk nyata keterlibatan tersebut dinyatakan dengan dikeluarkannya SK Rekomendasi Substansi dari Gubernur Lampung, SK Persetujuan Substansi dari Menteri PU dan SK Evaluasi Substansi dari Gubernur Lampung. Tingkat kesesuaian subtansi perda RTRW- Kab di Provinsi Lampung terhadap PP RTRWN dan perda RTRWP Lampung ratarata adalah sangat tinggi, yaitu 92 % dengan ketidaksesuaian antara 1-20 substansi. Tingkat kesesuaian subtansi perda RTRW-Kab di Provinsi Lampung terhadap Permen PU 172 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2,Desember
5 Mira Setiawati Abdullah, Surjono, Turniningtyas Ayu Rachmawati No.11/2009 menunjukkan bahwa rata-rata sangat tinggi, yaitu 93 % dengan ketidaksesuaian antara 1-17 substansi. DAFTAR PUSTAKA Moleong Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya. Bandung. Cet.XIX. h. 3.Undang-Undang Nomor Penataan Ruang. h Undang-Undang Nomor Penataan Ruang. h Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember
6 KESESUAIAN SUBSTANSI PERDA RTRW KABUPATEN DI PROVINSI LAMPUNG 174 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
Lebih terperinciPROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)
PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun
Lebih terperinciALTERNATIF KAWASAN HUTAN SUMUT DAN KAITAN DENGAN ROADMAP SUMATERA. Oleh: Eka Rianta Sitepu(APTRSU)
ALTERNATIF KAWASAN HUTAN SUMUT DAN KAITAN DENGAN ROADMAP SUMATERA Oleh: Eka Rianta Sitepu(APTRSU) PROSES REVISI TATA RUANG PROPINSI SUMATERA UTARA 1. Proses Revisi Kawasan Hutan Dimulai dengan adanya berbagai
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan
Lebih terperinciMATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT
BAB VIII KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penyelenggaraan penataan ruang. Proses penyelenggaraan penataan ruang memerlukan lembaga
Lebih terperinciPenataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan
Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu
Lebih terperinciMODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR
0 2 5 12 15 24 25 PENDAHULUAN EVALUASI MATERI TEKNIS EVALUASI RAPERDA EVALUASI PETA PEMBENTUKAN TIM UNTUK PENILAIAN KEAN SUBSTANSI REFERENSI DASAR HUKUM PENILAIAN KEAN SUBSTANSI TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN
ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN Oleh RR. Rita Erawati, S.H., LL.M. Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam, Kedeputian Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet Makassar,
Lebih terperinciPENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI PROVINSI JAWA TIMUR
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : Priyo Nur Cahyo, ST. MT. Kepala Seksi Pengendalian Ruang Wilayah DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN CIPTA KARYA PROVINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciDisampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana
Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Denpasar, 15 Desember 2010 2 P E R M A S A L A H A N A. PERKOTAAN (URBAN) Sumber: http://beworosidarkas ih.wordpress.com/2010/06/29/beberapaide-untuk-mengatas i-kemacetan-lalu-lintas-jalan-raya-1/
Lebih terperinciPenyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun ;
BAB 8 HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT Peran masyarakat dalam penataan ruang, tidak hanya diwujudkan dalam kegiatan penyampaian aspirasi dan informasi pada tahap penyusunan Rencana Tata Ruang. Pelibatan
Lebih terperinciBAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG
RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAKERNAS BKPRN Jakarta, 7 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN
Lebih terperinciZâuxÜÇâÜ ]tãt UtÜtà GUBERNUR JAWA BARAT,
ZâuxÜÇâÜ ]tãt UtÜtà PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PEMBERIAN REKOMENDASI UNTUK PERSETUJUAN SUBSTANSI RENCANA TATA RUANG KABUPATEN/KOTA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG
Lebih terperinciProses Perencanaan Komprehensif: Praktek Proses Penyusunan RTRW Provinsi-Kabupaten-Kota
S1 PWK UGM TKP 1107 Proses Perencanaan Kuliah ke 5 Proses Perencanaan Komprehensif: Praktek Proses Penyusunan RTRW Provinsi-Kabupaten-Kota Bahan Kuliah--Dipakai terbatas di lingkungan sendiri Dosen: Achmad
Lebih terperinciS1 PWK UGM TKP 1107 Proses Perencanaan Kuliah ke 7. Penyelenggaraan & Pengendalian Penataan Ruang
S1 PWK UGM TKP 1107 Proses Perencanaan Kuliah ke 7 Penyelenggaraan & Pengendalian Penataan Ruang Bahan Kuliah--Dipakai terbatas di lingkungan sendiri Dosen: Achmad Djunaedi Komunikasi email: achmaddjunaedi@yahoo.com
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan. Efektivitas strategi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba
No.661, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2017
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Penetapan Perda tentang RTRWP dan RTRWK. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciLESSON LEARNED PENYUSUNAN RPI2-JM PROVINSI LAMPUNG
LESSON LEARNED PENYUSUNAN RPI2-JM PROVINSI LAMPUNG oleh: Kasatker Randal Provinsi Lampung Disampaikan pada Workshop Peningkatan Kualitas RPI2-JM Kabupaten/Kota Strategis Nasional Wilayah Sumatera Yogyakarta,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPeran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186 Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Ati Yuniati Bagian Hukum Administrasi Negara
Lebih terperinciK E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G
DENGAN UNDANG-UNDANG PENATAAN RUANG MENUJU RUANG NUSANTARA YANG AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF, DAN BERKELANJUTAN Sosialisasi Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Medan, 10 Mei 2010 K E M E
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN
Lebih terperinciEVALUASI RANCANGAN PERDA DAN PEMBATALAN PERDA TENTANG TATA RUANG DAERAH
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 28 TAHUN 2008 TANGGAL : 30 Mei 2008 EVALUASI RANCANGAN PERDA DAN PEMBATALAN PERDA TENTANG TATA RUANG DAERAH A. Pendahuluan Pasal 189 Undang-undang Nomor
Lebih terperinciUrusan Pemerintahan yang Dilaksanakan pada Masing-masing Tingkatan
Urusan Pemerintahan yang Dilaksanakan pada Masing-masing Tingkatan PUSAT: Membuat norma-norma, standar, prosedur, monev, supervisi, fasilitasi, dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas Nasional
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2015 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2015 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciSekapur Sirih. Bandar Lampung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Drs. Mohamad Razif, M.Si.
Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta dan Badan
Lebih terperinciKETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas
KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciDisampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana
Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Denpasar, 15 Desember 2010 2 P E R M A S A L A H A N A. PERKOTAAN (URBAN) Kemacetan Sumber: http://beworosidarkas ih.wordpress.com/2010/06/29/beberapaide-untuk -mengatas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penataan Ruang sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penataan Ruang sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
Lebih terperinciPERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru
PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru Proses penyusunan RTRW, baik Propinsi, Kabupaten dan Kota terus berjalan sampai Peta RTRWN Perencanaan tata ruang ini dilakukan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PENULISAN KARYA ILMIAH BERBASIS LEARNING BAGI GURU-GURU SDN DI PROVINSI LAMPUNG
D w i Y u l i a n t i, P e n g e m b a n g a n M o d e l D i k l a t P e n u l i s a n K a r y a... 139 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PENULISAN KARYA ILMIAH BERBASIS LEARNING BAGI GURU-GURU SDN DI PROVINSI
Lebih terperinciPENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT
PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT Dr. Ir. M. Basuki Hadimulyono, MSc Direktur Jenderal Penataan Ruang Disampaikan pada : Focus Group Discussion (FGD) Tata Ruang Pada Lahan Gambut K E M E N T E R I A N P E
Lebih terperinciMODUL 1 PROSEDUR BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN MATERI TEKNIS DAN RAPERDA RENCANA
0 MODUL 1 PROSEDUR BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN MATERI TEKNIS DAN RAPERDA RENCANA 2 PENDAHULUAN 11 BAHAN & PERALATAN 4 5 9 10 TUJUAN DAN SASARAN METODOLOGI MATERI PENGAJARAN TARGET PESERTA 12 13 14 15
Lebih terperinciFORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI,
Lebih terperinciTOR. Rencana Kajian Perubahan PERPRES NOMOR 87 TAHUN 2011
TOR Rencana Kajian Perubahan PERPRES NOMOR 87 TAHUN 2011 tentang RENCANA TATA RUANG KAWASAN BBK DISIAPKAN : SUBAG. PENGEMBANGAN WILAYAH - BP BATAM TA. 2014 I.1 KEDUDUKAN BATAM DI ERA OTONOMI DAERAH Sesuai
Lebih terperinciVISI KALTIM BANGKIT 2013
VISI KALTIM BANGKIT 2013 Mewujudkan Kaltim Sebagai Pusat Agroindustri Dan EnergiTerkemuka Menuju Masyarakat Adil Dan Sejahtera MENCIPTAKAN KALTIM YANG AMAN, DEMOKRATIS, DAN DAMAI DIDUKUNG PEMERINTAHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang mengandung pengertian sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup
Lebih terperinciOSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN
OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN Disampaikan dalam Sosialisasi Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Padang, 16 April 2014 OUTLINE Definisi, Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera
Lebih terperinciBahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN
Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan
Lebih terperinci4.1.5 URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG
4.1.5 URUSAN WAJIB PENATAAN RUANG 4.1.5.1 KONDISI UMUM Tujuan penyelenggaraan penataan ruang adalah terwujudnya ruang nusantara yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan akan dapat dicapai melaui
Lebih terperinciSTRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Lebih terperinciJournal of Rural and Development Volume III No. 2 Agustus 2012
100 Journal of Rural and Development Volume III No. 2 Agustus 2012 IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 246 /KPTS/013/2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 246 /KPTS/013/2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. b. Mengingat : 1.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. satu Balai yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung (BBWS MS) merupakan salah satu Balai yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang U ndang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah
Lebih terperinciPerkembangan Penelitian Terpadu Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP
SEJAK BERLAKUNYA UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya pasal 78, hampir semua provinsi di luar Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengajukan usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN
Lebih terperinciP E N D A H U L U A N
P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan di sektor perhubungan memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan perekonomian, mengingat kegiatan penyelenggaraan di bidang transportasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pemerintah daerah kabupaten/kota se-provinsi Lampung yang memperoleh opini
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Objek penelitian ini adalah laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota se-provinsi Lampung yang memperoleh opini
Lebih terperinciPENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (DALAM RANGKA WORKSHOP DAN STUDI KASUS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG)
PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (DALAM RANGKA WORKSHOP DAN STUDI KASUS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG) PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (Dalam Rangka Workshop dan Studi Kasus
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 42,95% DAN AKOMODASI LAINNYA 36,06%
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/11/18/Th.IX, 2 November 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 42,95% DAN AKOMODASI LAINNYA 36,06% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Lebih terperinciKETENTUAN PERATURAN ZONASI
MATERI 1. Ketentuan Peraturan Zonasi 2. Kedudukan Peraturan Zonasi dalam penataan ruang 3. Pengertian, fungsi dan ketentuan penyusunan Peraturan Zonasi 4. Materi dan penetapan Peraturan Zonasi 5. Peraturan
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:
MATERI 1. Pengertian tata ruang 2. Latar belakang penataan ruang 3. Definisi dan Tujuan penataan ruang 4. Substansi UU PenataanRuang 5. Dasar Kebijakan penataan ruang 6. Hal hal pokok yang diatur dalam
Lebih terperinciJakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M
Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M OUTLINE 1. Hirarki Rencana Tata Ruang dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang 2. Kedudukan RTRW 3.
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1184, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki masa reformasi, penyelenggaraan otonomi daerah semakin dipandang perlu sebagai jawaban terhadap tuntutan penerapan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,
Lebih terperinciTata Ruang dan Korupsi. Raflis
Tata Ruang dan Korupsi 100% 77.48% 89.50% 74.90% 75% Raflis 58.91% 50% 40.59% 21.32% 21.10% 25% 10.02% 0% Draft RTRWP RTRWN RTRWP 1994 TGHK Transparency International Indonesia Kawasan Budidaya Kawasan
Lebih terperinciREKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- ASISTEN DEPUTI URUSAN PENATAAN RUANG DAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Jakarta, 12 Februari 2014 Pengembangan
Lebih terperinciPENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (Dalam Rangka Workshop dan Studi Kasus Pengendalian Pemanfaatan Ruang)
PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (Dalam Rangka Workshop dan Studi Kasus Pengendalian Pemanfaatan Ruang) Oleh: Andi Renald, ST, MT (PLT. Kasubdit Penertiban Pemanfaatan Ruang Wilayah 1 dan
Lebih terperinciPenetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen PSP, Kementerian Pertanian ALUR PERATURAN
Lebih terperinciOLEH : EDI SUGIHARTO DIT FPRLH DITJEN BINA BANGDA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. heso57@yahoo.com 1
OLEH : EDI SUGIHARTO DIT FPRLH DITJEN BINA BANGDA KEMENTERIAN DALAM NEGERI 1 SUBSTANSI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KETERKAITAN ATURAN DG PENATAAN RUANG Substansi keuangan pusda: UU No. 33 Thn 2004
Lebih terperinciBEST PRACTICE FORUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN DUNIA USAHA ( TSLDU ) DI PROVINSI DKI JAKARTA
BEST PRACTICE FORUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN DUNIA USAHA ( TSLDU ) DI PROVINSI DKI JAKARTA Disampaikan oleh: Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta Tuty Kusumawati Disampaikan pada Seminar Nasional
Lebih terperinciMenetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP BABI KETENTUAN UMUM.
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR - TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,
Lebih terperinciKA atau Andal dan RKL-RPL
PEMRAKARSA KA atau Andal dan RKL-RPL Uji Administrasi (gunakan format dalam panduan 01 dan 02 Lampiran Permen LH No.08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup
Lebih terperinciEXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG
EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG DISAMPAIKAN PADA ACARA MONITORING DAN EVALUASI KORSUPWAS KPK DAN DITJEN MINERBA PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA GUBERNUR LAMPUNG
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR APRIL 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 57,97% DAN AKOMODASI LAINNYA 41,87%
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/06/18/Th.X, 1 Juni 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR APRIL 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 57,97% DAN AKOMODASI LAINNYA 41,87% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 28/Menhut-II/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 28/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KONSULTASI DALAM RANGKA PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI KEHUTANAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciPENGENDALIAN TATA RUANG DALAM PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN TATA KOTA Oleh :
PENGENDALIAN TATA RUANG DALAM PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN TATA KOTA Oleh : Ida Bagus Prastika Pembimbing Akademik : I Nyoman Wita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan/Bagian Hukum Administrasi Negara
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL
WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang a. bahwa
Lebih terperinciWidiyanto, HuMa
Widiyanto, HuMa 2013 0878 8143 1952 Proses Riset Temuan Empirik Rekomendasi Metode Riset: a. Legal Review Forestry law, human rights law, conservation law, environment law, spatial planning law, and regional
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 32,26 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 15,00 RIBU TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 943 TON
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 11/18/Th.III 2015, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 32,26 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 15,00 RIBU TON,
Lebih terperinciBAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PENDAHULUAN TANTANGAN 1. Posisi Indonesia berada pada
Lebih terperinciDRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI
DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI WORKSHOP PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI Integrasi Perencanaan Kawasan Transmigrasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kamis, 14 November 2013 Page
Lebih terperinciPeraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan UUPR (UUPA, UU Pertambangan, UU LH, dll.)
Peraturan Pelaksanaan UUPR : Catatan Singkat Tentang Progres Penyusunan RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UUPR Oleh : DR. Dadang Rukmana Kepala Bagian Hukum, Ditjen Penataan Ruang Undang Undang Nomor 26
Lebih terperinciDr. Ir. Iwan Kustiwan, MT Kelompok Keahlian Perencanaan Dan Perancangan Kota SAPPK Institut Teknologi Bandung
Dr. Ir. Iwan Kustiwan, MT Kelompok Keahlian Perencanaan Dan Perancangan Kota SAPPK Institut Teknologi Bandung Deskripsi Singkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I Pemerintah Provinsi Banten PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan masa depan secara tepat dari sejumlah pilihan, dengan
Lebih terperinciJurnal Panorama Hukum
ANALISIS YURIDIS KETENTUAN PASAL 152 AYAT (3) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH MENGENAI KEWENANGAN PEMBATALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA OLEH MENTERI
Lebih terperinciKeywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration
1 KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Oleh : Ni Luh Putu Arianti A.A Ariani Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak;
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perlunya mendorong daya saing perekonomian khususnya dalam rangka pertumbuhan ekonomi wilayah
PENDAHULUAN TANTANGAN 1. Posisi Indonesia berada pada kawasan yang sangat cepat berkembang (Pacific Ocean Rim & Indian Ocean Rim) perlunya mendorong daya saing perekonomian khususnya dalam rangka pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah pada prinsipnya lebih berorientasi kepada pembangunan dengan berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan daerah untuk mengatur
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010
PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 ABSTRAK : Bahwa untuk menjamin kelancaran dan ketertiban pelelangan ikan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab 1 : Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dasar Hukum Tujuan dan Sasaran Ruang Lingkup Perencanaan Ketentuan Umum Pendekatan Perencanaan Sistematika Penyajian 1.1 Latar Belakang Proses pertumbuhan dan suatu wilayah
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinci