KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca L.) DI KABUPATEN AGAM. Mezi Radiya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca L.) DI KABUPATEN AGAM. Mezi Radiya"

Transkripsi

1 KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN PISANG ( Musa paradisiaca L.) DI KABUPATEN AGAM Mezi Radiya Page 1 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan keanekaragaman tanaman pisang berdasarkan karakterisasi morfologi dan hubungan kekerabatan dari berbagai tanaman pisang berdasarkan karakterisasi morfologinya. Penelitian ini dilakukan di 16 Kecamatan di Kabupaten Agam pada bulan Mei sampai bulan Agustus Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan survey langsung ke lapangan karena penelitian ini bersifat deskriptif. Hasil penelitian karakterisasi tanaman pisang di Kabupaten Agam yang telah diidentifikasi terdapat 20 jenis pisang yaitu: 1) pisang rotan, 2) pisang gadang, 3) pisang jantan, 4) pisang raja, 5) pisang raja sereh, 6) pisang manis, 7) pisang batu, 8) pisang tinalun, 9) pisang lidi, 10) pisang sirandah (dengan batang tinggi), 11) pisang sirandah (dengan batang rendah atau pisang ateng), 12) pisang manis rao, 13) pisang siraok, 14) pisang pinang, 15) pisang telur, 16) pisang mundam, 17) pisang susu, 18) pisang keling, 19) pisang pulut, dan 20) pisang timbago. Berdasarkan hasil dendogram dari 20 jenis pisang berdasarkan karakteristiknya, yang termasuk kekerabatan pisang yang terdekat dengan koefisien 0,92 adalah pisang manis dengan pisang keling, tingkat kemiripannya yaitu 92 %, dan yang termasuk kedalam koefisien 0,35 atau hubungan kekerabatan yang paling jauh yaitu pisang manis dan pisang keling dengan pisang pinang, tingkat kemiripannya hanya 35 %. Kata kunci: Karakterisasi, morfologi, pisang, Kabupaten Agam MORPHOLOGICAL CHARACTERIZATION OF BANANA CROP (Musa paradisiaca L.) AT AGAM MUNICIPALITY ABSTRACT The purpose of this experiment is to find out and get the banana crop diversity based on kinship and characterization of banana plants based on morphological. This experiment is carried out using direct survey because of the spaciousness of this experiment are descriptive. Characterization of banana plants experiment results in the Agam Municipality have been identified there are 20 varieties of banana are: 1) pisang rotan, 2) pisang gadang, 3) pisang jantan, 4) pisang raja, 5) pisang raja sereh, 6) pisang manis, 7) pisang batu, 8) pisang tinalun, 9) pisang lidi, 10) pisang sirandah (dengan batang tinggi), 11) pisang sirandah (dengan batang rendah atau pisang ateng), 12) pisang manis rao, 13) pisang siraok, 14) pisang pinang, 15) pisang telur, 16) pisang mundam, 17) pisang susu, 18) pisang keling, 19) pisang pulut, dan 20) pisang timbago. Based on the results of the 20 varieties of banana dendogram based on his chaeacterization, that included a banana that is closest to kindship coefficient 0,92 is the

2 Page 2 Pisang Manis with Pisang Keling, the level of similarity that is 92%, and it contains the coefficient of 0,35 or the most distan kinship is Pisang Manis and Pisang Keling with Pisang Pinang, only 35% similarity level. Key Words: Characterization, morphology, banana, Agam Municipality. PENDAHULUAN Pisang merupakan komoditas buah yang sangat potensial dikembangkan untuk menunjang ketahanan pangan. Hal ini karena pisang memiliki keunggulan yang dibutuhkan, nutrisi, pelengkap, produktivitas dan kemampuan untuk mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Produksi pisang di Indonesia menduduki tempat kelima dunia dengan besaran 3,6 juta ton atau 5 persen dari produksi dunia (Departemen Pertanian, 2006). Tingkat produktivitas pisang juga sangat tinggi dibandingkan sumber karbohidrat lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras khususnya di daerah rawan pangan. Pisang memberikan kontribusi terhadap produksi buah nasional yang mencapai 34% (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012) yaitu ton dari ton produksi buah nasional. Sebaran daerah produksi pisang hampir di seluruh wilayah di Indonesia, dengan sebaran produksi tertinggi berada di Pulau Jawa, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu sebesar ton atau 63,7% dari total produksi pisang nasional, sedangkan didaerah lainnya seperti Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan sebesar ton atau 19,3%, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara sebesar 6%, sisanya dari Nusa Tenggara, Bali dan Kalimantan. Sumatera Barat merupakan salah satu sentral pisang. Produksi pisang di Sumatera Barat tahun 2012 mencapai ton, jika dibandingkan dengan tahun

3 Page yang hasilnya ton, maka ditahun 2012 mengalami penurunan sebesar ton. Penurunan produksi ini salah satunya disebabkan karena menurunnya luas panen dan produktivitas. Tahun 2010 luas panen pisang seluas 2.134,38 ha turun menjadi 2.129,34 hektar di tahun Begitupun halnya dengan produksi pisang, dimana, pada tahun 2011 sebesar 1.64,64 kw/ha turun menjadi 15,43 kw/ha. Daerah sentral pisang di Sumatera Barat, antara lain: Padang Pariaman (21,530 ton), 50 Kota (30,774 ton), Tanah Datar (21,145 ton), Agam (26,487 ton), dan Pasaman (10,588 ton) (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat, 2012). Kabupaten Agam merupakan salah satu daerah pengembangan dan sentra produksi pisang di Sumatera Barat yang tersebar hampir diseluruh kecamatan (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, 2011). Peningkatan produksi pisang tidak terlepas dari permasalahan teknik budidaya yang belum intensif, dan serangan hama dan penyakit pada tanaman pisang. Hama adalah organisme pengganggu dan merusak tanaman serta menyebabkan kerugian ekonomis, sedangkan penyakit tumbuhan adalah proses fisiologi tumbuhan yang terganggu (abnormal akibat faktor abiotik maupun biotik secara terus menerus). Penyakit layu fusarium atau sering disebut penyakit panama pada tanaman pisang disebabkan oleh Fusarium Oxysporum Cubense (FOC). Penyakit ini merupakan penyakit paling berbahaya yang menyerang tanaman pisang dengan kerugian lebih dari 35 %. Penyakit ini menular melalui tanah, menyerang akar dan masuk kedalam bonggol pisang, dan merusak pembuluh sehingga tanaman layu dan akhirnya mati (Kalshoven 2000). Terbatasnya bibit pisang yang sehat dari kultivar unggul, dan beragam kultivar yang ditanam serta masalah utama yang sering menjadi kendala utama (Sinaga,

4 Page ). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan varietas unggul lokal yang memiliki tingkat ketahanan yang lebih tahan terhadap hama. Erosi genetik jenis pisang lokal yang serius akibat diintroduksinya varietas unggul hasil pemuliaan, hal ini dapat mengancam kelestarian plasma nutfah jenis-jenis pisang lokal, yang merusak ketahanan terhadap penyakit. Menurut Jones (1991) dan Stover (1972), cit. Edison, Sutanto, Hermanto, dan Harahap (2001), kendala utama pengembangan tanaman pisang unggul adalah penyakit Fusarium dan Sigatoka. Fusarium menyerang hampir semua pisang unggul jenis Gross Michael di Amerika latin yang menyebabkan musnahnya ha tanaman pisang sampai pertengahan abad 20. Bila hal ini dibiarkan terus menerus, tidak mustahil dunia ataupun daerah akan kehilangan sumber daya genetik yang diperlukan untuk dipilih dan dirakit menjadi varietas unggul. Varietas unggul pisang diharapkan memiliki produktivitas tinggi, mutu baik, umur genjah, tahan terhadap hama penyakit tertentu dan toleran terhadap cekaman lingkungan. Untuk menghasilkan varietas unggul yang diinginkan diperlukan keanekaragaman yang tinggi. Di Indonesia keanekaragaman pisang cukup tinggi, namun belum banyak diketahui karakteristiknya. Untuk menunjang perakitan varietas unggul pisang, baik untuk konsumsi segar maupun olahan, perlu dilakukan evaluasi terhadap plasma nutfah yang ada. Informasi yang diperoleh dari evaluasi tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai materi perbaikan karakter melalui program pemuliaan tanaman. Karakter marfologi dianggap masih belum cukup untuk mencari kedudukan yang jelas sehingga perlu metode lain sebagai komplemen untuk

5 Page 5 mengevaluasi kekerabatan, namun karakterisasi secara morfologi merupakan informasi awal yang diperlukan dalam upaya mencari karakter unggul dan keragaman yamg ada masih di perlukan, (Santos et al., 2003) Karakterisasi morfologi tanaman pisang sangat diperlukan sebagai pendukung untuk perakitan varietas unggul melalui identifikasi sumber plasma nutfah yang ada. Identifikasi adalah pengenalan terhadap suatu hal dengan mengamati sifat sifat khasnya yang dapat dibedakan secara visual mudah diamati dengan mata biasa dan muncul pada semua kondisi lingkungan. Kusumawati dan Syukriani (2008) telah melakukan identifikasi dan karakterisasi morfologi genotipe tanaman pisang di Kecamatan IV Koto terdapat 15 jenis pisang, yaitu: 1) pisang sirandah, 2) pisang ateng, 3) pisang talua, 4) pisang lidi, 5) pisang rajo sarai, 6) pisang kalek, 7) pisang batu, 8) pisang tinalun, 9) pisang rajo, 10) pisang gadang, 11) pisang tanduak, 12) pisang kota, 13) pisang palapah, 14) pisang puluik, dan 15) pisang jantan. Mengingat luasnya pengembangan pisang di Kabupaten Agam, hasil penelitian tersebut belum bisa memberikan informasi yang lengkap terkait dengan penyebaran pisang di Kabupaten Agam. Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitian mengenai Karakterisasi Marfologi Tanaman Pisang (Musa Paradisiaca L.) di Kabupaten Agam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan keanekaragaman pisang berdasarkan karakterisasi morfologi dan untuk mengetahui hubungan kekerabatan dari berbagai pisang berdasarkan karakterisasi morfologinya.

6 Page 6 BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan dalam bentuk survey di Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Mei sampai Agustus Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanaman pisang. Alat-alat yang digunakan meliputi: meteran, timbangan, label, color chart, kamera digital Sony 16 MP, dan alat-alat tulis. Penelitian ini dilakukan dengan survey langsung kelapangan karena penelitian ini bersifat deskriptif. Pada daerah yang dijadikan sampel dilakukan pengumpulan data baik dengan wawancara pada petani, mengamati dan mengukur tanaman pisang yang dijadikan sampel yang telah memasuki fase generatif. Pelaksanaan Penelitian Survey Pendahuluan Survey ini dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, kemudian survey langsung ke lapangan, selain juga diperoleh dari wawancara dengan masyarakat yang ada di Kabupaten Agam. Pengambilan sampel dilakukan di setiap kecamatan di Kabupaten Agam yang telah dilakukan survey. Sampel dari setiap Kecamatan diberi label agar tidak terjadi pertukaran data dari setiap daerah, Kecamatan Lubuk Basung ditandai dengan (KPA100), Kecamatan Tanjung Mutiara (KPA101), Kecamatan Ampek Nagari (KPA 102), Kecamatan Tanjung Raya (KPA 103), Kecamatan Matur (KPA 104), Kecamatan

7 Page 7 Ampek Koto (KPA 105), Kecamatan Banu Hampu (KPA 106), Kecamatan Sungai Pua (KPA 107), Kecamatan IV Angkat Candung (KPA 108), Kecamatan Candung (KPA 109), Kecamatan Baso (KPA 110), Kecamatan Tilatang Kamang (KPA 111), Kecamatan Kamang Magek (KPA 112), Kecamatan Palembayan (KPA 113), Kecamatan Palupuah (KPA 114), Kecamatan Malalak (KPA 115). Karakterisasi morfologi dilaksanakan berdasarkan pengamatan secara kuantitatif terhadap tinggi tanaman, warna tepi tangkai daun, keadaan tepi tangkai daun, ketegakkan daun, bentuk pangkal daun, bercak pada pangkal tangkai daun, warna bercak tangkai daun, warna permukaan daun atas, warna permukaan daun bawah, tipe kanal, warna kulit batang, permukaan batang, bercak pada batang semu, untuk batang langsung diamati di lapangan. Sedangkan pengamatan secara kuantitatif antara laina: lingkar bonggol batang, lebar daun, panjang tangkai daun, panjang sayap daun, lebar sayap daun, berat per buah, dan panjang per buah. Hasil pengamatan diberi skoring, yang disajikan pada Lampiran 2 (Sahrawat, Sharma, dan Singhrot, 2004). Pengamatan data dilakukan dengan pengumpulan data terhadap sampel dengan melihat tabel penelitian/karakterisasi morfologi dan mengacu kepada Tjitrosoepomo (1994) dan IPGRI, Karakterisasi morfologi yang dideskripsikan berdasarkan survey dilapangan, terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif diberi skoring dan kuantitatif diberi skoring berdasarkan ukuran tertentu. Data karaktersiasi dianalisis menggunakan PC program Numerical Taxanomy System (NTsys Versi. 2.2) dengan menggunakan program/metode Unweighted Pair- Group Method Arithmatic (UPGMA).

8 Page 8 Morfologi Batang HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi morfologi batang dari 20 jenis tanaman pisang menunjukkan variasi. Hasil identifikasi karakterisasi morfologi batang tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakterisasi morfologi batang pisang No Sampel Warna Batang Semu 1 Pisang rotan Merah Kehijauan (5RG 6/2) 2 Pisang gadang (Musa paradisiaca Kuning Robusta) Kehijauan (5GY 7/2) 3 Pisang jantan (Musa paradisiaca Sapientum) 4 Pisang raja sereh (Musa paradisiaca Silk) Kuning Kehijauan (5GY 7/2) 5 Pisang manis Kuning Kehijauan (5GY 7/2) Pada Batang Semu Lingkaran Bonggol Batang (cm) Merah (10R 6/2) 86 Merah (10R 6/2) 77 Kuning (5Y 6/4) Coklat (5YR 6/4) 73 Coklat (5YR 6/4) 92 Coklat (5YR 6/4) 78 6 Pisang batu (Musa brachycarpa) Hijau (5G 7/4) Coklat (5YR 6/4) Pisang lidi Kuning Kehijauan (5GY 7/2) Coklat (5YR 6/4) 60 8 Pisang tinalun Merah Kehijauan (5RG 6/2) 9 Pisang sirandah bt tinggi (Musa acuminata, Dwafr cavendish) Merah Muda Keunguan (5RP 6/2) Merah (10R 6/2) 115 Keunguan (5P 6/2) 10 Pisang manis rao Merah (10R 6/2) Keunguan (5P 98 6/2) 11 Pisang siraok Hijau (5G 7/4) Merah (10R 6/2) Pisang pinang Merah Kehijauan Coklat (5YR 6/4) 82 (5RG 6/2) 13 Pisang telur Merah Kehijauan Keunguan (5P 79 (5RG 6/2) 6/2) 14 Pisang mundam Hijau (5G 7/4) Coklat (5YR 6/4) Pisang susu Merah (10R 6/2) Coklat (5YR 6/4) Pisang sirandah bt rendah (Musa Merah Muda Merah (10R 6/2) 65 acuminata, Dwafr cavendish) Keunguan (5RP 6/2) 17 Pisang keling (Musa paradisiaca Colla) Hijau (5G 7/4) Coklat (5YR 6/4) Pisang pulut Kuning Kehijauan (5GY Coklat (5YR 6/4) 75 84

9 7/2) 19 Pisang timbago (Musa velutina) Merah Muda Merah (10R 6/2) 85 Keunguan (5RP 6/2) 20 Pisang raja (Musa textila, Grindy) Merah (10R 6/2) Merah (10R 6/2) 75 Page 9 Tabel 1 terlihat adanya variasi terhadap warna batang semu masingmasing jenis pisang. Pengamatan dilakukkan dengan menggunakan Color Chart ini secara garis besar menghasilkan 6 macam warna batang semu, pisang jantan termasuk kedalam warna batang semu berwarna kuning (5Y 6/4), pisang gadang, pisang raja sereh, pisang manis, pisang lidi, pisang manis rao, dan pisang pulut termasukberwarna kuning kehijauan (5GY 7/2), pisang rotan, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang pinang, dan pisang telur berwarna merah kehijauan (5RG 6/2), pisang batu, pisang mundam, pisang keling, dan pisang siraok yang berwarna hijau (5G 7/4), pisang raja, dan pisang susuberwarna merah (10R 6/2), pisang sirandah batang rendah dan pisang timbago berwarna merah muda keunguan (5RP 6/2). Hasil dari penelitian Kusumawati dan Syukriani (2008), terdapat empat jenis warna batang semu, yaitu: merah, kuning kemerahan, kuning, dan hijau di Kecamatan IV Koto. (a) ( b) (c) (d) (e) (f) Gambar 1: Warna batang semu dari semua jenis pisang yaitu, (a) kuning, (b) kuning kehijauan, (c) merah kehijauan, (d) hijau, (e) merah, dan (f) merah muda keunguan. (Sumber : dok. Mezi:2013).

10 Page 10 Gambar 1 menunjukkan variasi warna batang semu dari 20 jenis pisang yang dilakukan identifikasi, secara garis besar terdapat 6 warna batang semu pisang. Hal ini sesuai dengan pernyataan IPGRI (1996), warna batang semu jenis pisang terdapat 6 warna batang semu. Pengamatan terhadap warna bercak pada batang semu yang telah dilakukan survey memiliki 3 variasi, yaitu pisang rotan, pisang gadang, pisang raja, pisang tinalun, pisang siraok, pisang sirandah batang rendah, pisang timbago berwarna merah, pisang telur berwarna keunguan, pisang jantan, pisang raja sereh, pisang batu, pisang manis, pisang lidi, pisang sirandah batang tinggi, pisang manis rao, pisang pinang, pisang mundam, pisang susu, pisang keling, dan pisang pulut dan termasuk kedalam warna coklat. Hal ini sesuai dengan IPGRI (1996), dimana warna bercak pada batang semu pisang memiliki tiga warna bercak. (a) (b) (c) Gambar 2. Warna bercak pada batang semu dari semua jenis pisang: (a) merah, (b) keunguan, (c) coklat. (Sumber : doc. Mezi:2013). Pengamatan terhadap lingkar bonggol menunjukkan adanya variasi dari 20 jenis pisang, lingkar bonggol batang terbesar adalah pisang batu yaitu 110 cm, sedangkan lingkar bonggol yang paling kecil adalah pisang lidi yaitu sebesar 60 cm. Morfologi daun

11 Page 11 Pengamatan terhadap karakter morfologi daun pisang meliputi ketegakkan daun, warna tepi pelepah daun, bentuk tepi pelepah daun, bentuk pangkal daun, tipe kanal, bercak pada pangkal pelepah daun, warna bercak pelepah daun, warna permukaan atas daun, warna permukaan bawah daun, lebar daun, panjang tangkai daun, panjang sayap daun, dan lebar sayap daun. Hasil pengamatan dan pengukuran disajikan pada Tabel 2

12 Tabel Mezi 2. Radiya Karakterisasi Morfologi Daun Pisang No Sampel KD WTPD KTPD BPD TK BPPPD WBPD WPAD WPBD Pisang Menengah Hitam Bersayap dan menjepit batang Satu sisi Terbuka dengan Coklat tua Hijau Hijau sedang rotan membulat tepi yang melebar kesamping Kecil 2 Pisang Menengah Hitam Bersayap dan tidak menjepit batang Runcing dua Terbuka dengan Coklat tua Hijau Hijau gadang 3 Pisang jantan sisinya Menengah Hijau Bersayap dan menjepit batang Satu sisi membulat tepi tegak Terbuka dengan tepi tegak besar besar Coklat tua kekuningan Hijau sedang kekuningan Hijau kekuningan Page 12 4 Pisang rajo Menengah Hitam Bersayap dan tidak menjepit batang Runcing dua sisinya Tepi menutup kecil Coklat tua Hijau Hijau kekuningan Pisang rajo sarai 6 Pisang manis Melengkung kebawah Tegak Merah muda keunguan Merah muda keunguan Bersayap dan tidak menjepit batang Bersayap dan bergelombang Satu sisi membulat Runcing dua sisinya Lurus dengan tepi tegak Lurus dengan tepi tegak besar kecil Coklat Hijau Hijau kekuningan Coklattua Hijau Hijau sedang kekuningan 7 Pisang batu Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya Tepi menutup Tidak memiliki bercak Coklat Hijau Hijau sedang 8 Pisang lidi Menengah Merah muda keunguan Bersayap dan tidak menjepit batang Runcing dua sisinya Lurus dengan tepi tegak besar Coklat kehitaman Hijau sedang Hijau sedang 9 Pisang Menengah Merah muda Bersayap dan menjepit batang Satu sisi Lurus dengan Coklat Hijau Hijau tinalun keunguan membulat tepitegak kecil kehitaman kekuningan 10 Pisang Tegak Merah muda Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat Terbuka dengan Coklatkehita Hijau Hijau sedang

13 Page 13 sirandah bt tinggi 11 Pisang manih rao 12 Pisang siraok 13 Pisang pinang 14 Pisang talua Menengah keunguan kedaunya tepi tegak kecil man Merah muda keunguan Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya Menengah Merah muda Bersayap dan tidak menjepit batang Satu sisi keunguan membulat Tegak Merah muda Bersayap dan bergelombang Satu sisi keunguan membulat Lurus dengan tepi tegak Lurus dengan tepi tegak Lurus dengan tepi tegak Terbuka dengan tepi melebar kesamping besar kecil besar besar Coklat Hijau sedang Hijau kekuningan Coklat Hijau Hijau sedang Coklatkehita man Coklatkehita man Hijau Hijau Hijau sedang Merah keunguan 15 Pisang mundam 16 Pisang susu Tegak Hijau Bersayap dan menjepit batang Membulat keduanya Menengah Merah muda keunguan Bersayap dan menjepit batang Runcing dua sisinya Terbuka denga tepi melebar kesamping Lurus dengan tepi tegak besar besar Coklat Hijau Hijau sedang Coklat tua Hijau Hijau sedang 1 17 Pisang sirandah bt rendah 18 Pisang kalek 19 Pisang pulut 20 Pisang timbago Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya Menengah Hijau Bersayap dan tidak menjepit batang Membulat keduanya Menengah Hitam Bersayap dan menjepit batang Runcing dua sisinya Menengah Merah muda Bersayap dan tidak menjepit batang Runcing dua keunguan sisinya 6 Terbuka dengan tepi melebar kesamping Terbuka dengan tepi tegak Tepi menutup Lurus dengan tepi tegak 7 besar kecil kecil besar 8 Coklat kehitaman 9 Hijau 10 Hijau sedang Coklat Hijau Hijau sedang Coklat tua Hijau Hijau sedang Coklat kehitaman Hijau sedang Hijau kekuningan Keterangan: KD (ketegakan daun), WTPD (warna tepi pelepah daun), KTPD (keadaan tepi pelepah daun), BPD (bentuk pangkal daun), TK (tipe kanal), BPPPD (bercak pada pangkal pelepah daun), WBPD (warna bercak pelepah daun), WPAD (warna permukaan atas daun), WPBD (warna permukaan bawah daun).

14 Page 14

15 Page 15 Tabel 2 menunjukkan bentuk tepi pangkal daun (petiolus) pisang, secara umum memperlihatkan ada 3 variasi, dilihat dari bentuk tepi pangkal pelepah daun pisang. Variasi yang ada bila dikaitkan dengan jenis pisang yang ada, tepi pelepah daun menjepit batang adalah pisang rotan, pisang jantan, pisang manih rao, pisang mundam, pisang susu, dan pisang pulut, yang termasuk ke dalam tipe tidak menjepit batang adalah pisang gadang, pisang raja, pisang raja sereh, pisang batu, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang sirandah batang tinggi, pisang manis rao, pisang siraok, pisang pinang, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, dan pisang timbago, yang termasuk ke dalam tipe bergelombang adalah pisang manis, dan pisang telur. Hal ini sesuai dengan IPGRI (1996), dimana bentuk dari tepi pelepah daun pisang terdapat tiga bentuk tepi pangkal pelepah daun. (a) (b) (c) Gambar 3: Bentuk tepi pelepah daun dari semua jenis pisang yaitu: (a) bersayap dan menjepit batang, (b) bersayap dan tidak menjepit batang, (c) bersayap dan bergelombang. (Sumber : dok. Mezi:2013) Warna tepi pelepah daun pisang di Kabupaten Agam juga terdapat variasi. Hasil survey yang telah dilakukan terhadap 20 jenis pisang, pisang jantan, pisang batu, pisang siraok, pisang mundam, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, pisang yang termasuk warna tepi pelepah daun berwarna hijau (7,5 GY

16 Page 16 3/2), pisang rotan, pisang gadang, dan pisang pulut yang termasuk kedalam warna hitam (N1), pisang raja, pisang raja sereh, pisang manis, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang manis rao, pisang pinang, pisang telur, pisang susu, dan pisang timbago termasuk kedalam warna merah muda keunguan (5RP 6/2). Warna tepi tangkai daun dari IPGRI (1996) juga terdapat tiga warna tepi pelepah daun. Warna tepi pelepah daun pisang yang telah diidentifikasi dari 20 jenis pisang, yang secara garis besar terdapat 3 variasi dari warna tepi pelepah daun seperti disajikan pada Gambar 4. (a) (b (c) Gambar 4: Warna tepi pelepah daun dari semua jenis pisang: (a) hijau, (b) hitam, dan (c) merah muda keunguan. (Sumber : dok. Mezi:2013). Bentuk pangkal daun yang telah diamati pada 20 jenis pisang terdapat 3 variasi, pisang batu, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang manih rao, pisang siraok, pisang pinang, pisang mundam, pisang sirandah batang rendah, dan pisang keling yang termasuk kedalam bentuk pangkal daun yang membulat keduanya, pisang rotan, pisang jantan, pisang raja sereh, pisang manis, dan pisang telur yang termasuk kedalam bentuk daun satu sisi membulat, pisang gadang, pisang raja, pisang lidi, pisang susu, pisang pulut, dan pisang timbago yang

17 Page 17 termasuk kedalam bentuk pangkal daun yang runcing dua sisinya. Pendapat IPGRI (1996), bahwa bentuk pangkal daun dari tanaman pisang terdapat 3 variasi. Hasil pengamatan bentuk pangkal daun dari semua jenis pisang yang telah diidentifikasi terdapat 3 variasi yang disajikan pada Gambar 5: ( a ( a ( a Gambar 5: Bentuk pangkal daun dari semua jenis pisang: yaitu (a) membulat keduanya, (b) satu sisi membulat, dan (c) bentuk pangkal daun yang meruncing dua sisinya. (Sumber : dok. Mezi:2013). Hasil pengamatan untuk tipe kanal tanaman pisang dari 20 jenis pisang terdapat 4 kelompok besar. Gambar 6 menunjukan variasi bentuk tipe kanal, pisang rotan, pisang talua, pisang mundam, pisang sirandah batang rendah yang termasuk kedalam tipe terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, pisang jantan, pisang gadang, pisang sirandah batang tinggi, dan pisang keling termasuk kedalam tipe terbuka dengan tepi yang tegak, pisang raja sereh, pisang manis, pisang lidi, pisang tinalun, pisang manis rao, pisang siraok, pisang pinang, pisang susu, dan pisang timbago yang termasuk kedalam tipe lurus dengan tepi tegak, pisang raja, pisang batu, dan pisang pulut dengan tipe tepi menutup. Menurut IPGRI (1996), tipe kanal dari jenis tanaman pisang memliki 5 variasi, yaitu: terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, terbuka dengan tepi yang melebar dan tegak, lurus dengan tepi yang tegak, tepi menutup, dan tepi saling menutup.

18 Page 18 Tipe kanal yang ada di Kabupaten Agam terdapat 4 tipe kanal dari 20 jenis pisang yang telah dilakukan survey dan disajikan pada Gambar 6. (a) (b) (c) (d) Gambar 6: Tipe kanal pisang : (a) terbuka dengan tepi yang melebar kesamping, (b) terbuka dengan tepi yang tegak, (c) lurus dengan tepi yang tegak, dan (d) tepi menutup. (Sumber : dok. Mezi:2013). Pengamatan terhadap bercak pada pangkal pelepah daun hanya terdapat 2 variasi. Pisang yang telah dilakukan survey memiliki 2 bercak pada pangkal pelepah daun dari 20 jenis pisang, yaitu bercak besar dan bercak kecil seperti Gambar 7, pisang rotan, pisang jantan, pisang gadang, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang rendah, pisang manis rao, pisang pinang, pisang telur, pisang mundam, pisang susu, pisang sirandah batang rendah, dan pisang timbago jenis pisang yang memiliki bercak besar, sedangkan pisang raja, pisang raja sereh, pisang batu, pisang manis, pisang siraok, pisang keling, dan pisang pulut memiliki bercak kecil. Menurut IPGRI (1996), bercak pada pangkal pelepah daun pisang terdapat 3 bentuk, yaitu: bercak besar, bercak kecil, dan tidak memiliki bercak. Hasil penelitian terdapat 2 jenis bercak yang ada di Kabupaten Agam, yaitu bercak besar dan bercak kecil seperti disajikan pada Gambar 7.

19 Page 19 (a) (b) Gambar 7. pada pangkal pelepah daun dari semua jenis pisang, yaitu (a) bercak besar dan (b) bercak kecil. (Sumber : dok. Mezi:2013). Warna bercak pada pelepah daun memiliki 3 variasi yang berbeda, yaitu pisang raja sereh, pisang batu, pisang manis, pisang manis rao, pisang siraok, pisang mundam, pisang keling warna yang termasuk kedalam warna coklat, pisang rotan, pisang jantan, pisang gadang, pisang raja, pisang susu, dan pisang pulut yang termasuk kedalam warna colat tua, pisang lidi, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang pinang, pisang telur, pisang sirandah batang rendah, pisang timbago termasuk kedalam warna coklat kehitaman. Hal ini sesuai dengan IPGRI (1996), warna bercak pada pelepah daun memiliki 3 variasi yang berbeda, yaitu: coklat, coklat tua, dan coklat kehitaman, dan hasil identifikasi dari 20 jenis pisang disajikan pada Gambar 8. (a) (b) (c) Gambar 8. Warna bercak pada pelepah daun dari semua jenis pisang: (a) coklat, (b) coklat tua, dan (c) coklat kehitaman. (Sumber : dok. Mezi:2013). Warna permukaan atas daun juga memiliki perbedaan, walaupun tidak terdapat variasi yang jelas, diantaranya: jenis pisang yang termasuk kedalam warna hijau kekuningan (5GY 7/2) adalah pisang gadang, yang termasuk kedalam

20 Page 20 warna hijau sedang (10G 4/2) adalah pisang jantan, pisang manis, pisang lidi, pisang manis rao, pisang timbago/pisang merah, dan yang termasuk kedalam warna hijau (5 GY 4/4) adalah pisang rotan, pisang raja, pisang raja sereh, pisang batu, pisang tinalun, pisang sirandah batang tinggi, pisang siraok, pisang pinang, pisang telur, pisang mundam, pisang susu, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, dan pisang pulut. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 9. (a) (b) (c) Gambar 9: Warna permukaan atas daun pisang yaitu: hijau kekuningan (a), hijau sedang (b), dan hijau (c). (Sumber : dok. Mezi:2013) Warna permukaan bawah daun pisang juga tidak terdapat warna yang begitu bervariasi, jenis pisang yang memiliki warna daun permukaan daun hijau kekuningan (5GY 7/2) adalah pisang jantan, pisang gadang, pisang raja, pisang raja sereh, pisang manis, pisang tinalun, pisang manis rao, dan pisang timbago, pisang yang warna permukaan bawah daun berwarna hijau sedang (5 GY ¾) adalah pisang rotan, pisang batu, pisang lidi, pisang sirandah batang tinggi, pisang siraok, pisang pinang, pisang mundam, pisang susu, pisang sirandah batang rendah, pisang keling, pisang pulut, dan yang berwarna merah keunguan (5RP 6/2) adalah pisang telur. Warna permukaan daun tidak terdapat warna yang begitu bervariasi. Warna daun pada umumnya berwarna hijau, dengan tingkat yang berbeda. Pendapat Tjitrosoepomo (2001) warna daun suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat sekali hubungannya dengan

21 Page 21 persediaan air dan makanan serta penyinaran. Begitu juga dengan hasil dari penelitian Kusumawati dan Syukriani (2008) bahwa tidak terdapat warna yang begitu bervariasi. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 10. (a) (b) (c) Gambar 10. Warna permukaan bawah daun pisang: hijau kekuningan (a), hijau sedang (b), dan merah keunguan (c). (Sumber : dok. Mezi:2013). Tabel 3. Berat dan panjang buah beberapa jenis pisang di Kabupaten Agam No Sampel Berat per Buah (g) Panjang per Buah (cm) 1 Pisang rotan Pisang gadang (Musa paradisiaca Robusta) Pisang jantan (Musa paradisiaca Sapientum) Pisang raja (Musa textila, Grindy) Pisang raja sereh (Musa paradisiaca Silk) ,5 6 Pisang manis Pisang batu (Musa brachycarpa Back) Pisang lidi 16 14,5 9 Pisang tinalun Pisang sirandah bt tinggi (Musa acuminata, Dwafr cavendish) Pisang manis rao Pisang siraok Pisang pinang Pisang telur Pisang mundam Pisang susu Pisang sirandah bt rendah (Musa acuminata, Dwafr cavendish) 18 Pisang keling (Musa paradisiaca Colla) 70 15,5 19 Pisang pulut 80 13,5 20 Pisang timbago (Musa velutina) Tabel 3 menunjukkan pengukuran dan berat buah pisang yang telah dilakukan survey melihatkan variasi yang tinggi, pengukuran berat per buah pisang yang memiliki buah yang paling berat adalah pisang sirandah batang tinggi yaitu 145 g, sedangkan yang memiliki berat per buah yang paling ringan adalah

22 Page 22 pisang lidi yaitu hanya 16 g. Untuk pengukuran panjang per buah yang memiliki buah paling panjang diantara 20 jenis pisang adalah pisang keling yaitu 15,5 cm, sedangkan buah pisang yang paling pendek adalah pisang rotan yaitu hanya 6 cm. Tabel 4. Pengukuran daun tanaman pisang di Kabupaten Agam Jenis Pisang Lebar daun (cm) Panjang tangkai daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Pisang Rotan Pisang Jantan Pisang Gadang Pisang Raja Pisang Raja Sereh Pisang Batu Pisang Manis Pisang Lidi Pisang Tinalun Pisang Sirandah bt tinggi Pisang Manis Rao Pisang Siraok ,5 Pisang Pinang Pisang Telur Pisang Mundam Pisang Susu Pisang Sirandah bt rendah Pisang Keling Pisang Pulut Pisang Timbago Lebar helaian daun (cm) Tabel 4 menunjukan hasil pengukuran lebar daun, panjang tangkai daun, panjang helaian daun, dan lebar helaian daun sangat bervariasi, dimana daun terpanjang dimiliki oleh pisang sirandah batang tinggi yaitu 385 cm dan yang terpendek dimiliki oleh pisang raja yaitu 125 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjitrosoepomo (2001) dimana bentuk dan ukuran tangkai daun sangat berbeda-beda menurut jenis tumbuhan, bahkan pada satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda-beda. Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 1000 m dpl.

23 Page 23 Produktivitas yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian dibawah 500 m dpl (Cahyono, 2002). Tanaman pisang umumnya tumbuh dan berproduksi secara optimal di daerah yang memiliki ketinggian antara m dpl. Di dataran tinggi umur tanaman pisang dapat berubah menjadi lama masa panennya dan kulitnya tebal. Ketinggian tempat mempengaruhi jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menyebabkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu dan intensitas cahaya di tempat tersebut juga akan semakin berkurang (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Faktor lainnya adalah persilangan antara dua individu makhluk hidup, keturunan dari hasil persilangan memiliki susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies. Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat aadaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu disamping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Variasi genetik dapat terjadi karena perkawinan secara acak, mutasi alam, dan mutasi buatan atau karena adanya faktor lingkungan berubah maka akan terjadi perubahan di fenotip. Keanekaragaman pisang yang berasal dari mutasi somatik, menyebabkan pisang memiliki variasi. Adanya variasi dalam jenis dapat

24 Page 24 dilihat dari adanya perbedaan warna, bentuk, dan ukuran individu-individu dalam satu jenis (IPGRI 1996). Hubungan Kekerabatan Hasil analisis kekerabatan dengan menggunakan PC program Numerical Taxanomy System (NTsys Versi. 2.2) dengan menggunakan program/metode Unweighted Pair-Group Method Arithmatic (UPGMA), disajikan pada Gambar 24. Setelah dilakukan analisis kekerabatan dengan menggunakan program Unweighted Pair-Group Method Arithmatic (UPGMA), maka didapat dendogram seperti disajikan pada Gambar 11. Pisang rotan Pisang mundam Pisang pulut Pisang jantan Pisang raja Pisang gadang Pisang raja sereh Pisang batu Pisang tinalun Pisang sirandah bt tinggi Pisang timbago Pisang lidi Pisang siraok Pisang susu Pisang manis Pisang keeling Pisang manis rao Pisang telur Pisang sirandah bt rendah Pisang pinang Gambar 11. Dendogram dari analisis pengelompokan dari 20 jenis pisang untuk 12 karakter morfologi.

25 Page 25 Untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson tumbuhan dapat dilakukan dengan menentukan kesamaan antara takson tumbuhan dan menggunakan sifat-sifat morfologi, karena sifat morfologis dapat digunakan untuk pengenalan dan penggambaran keberadaan tingkat jenis. Jenis-jenis yang berkerabat dekat mempunyai banyak persamaan antara satu jenis dengan yang lainnya (Sasmita, 2006). Pada Gambar 11 dapat dilihat hubungan kekerabatan masing-masing jenis tanaman pisang. Pada klasifikasi ini akan ada penggabungan jenis tanaman yang telah diidentifikasi dan terdapat 4 kelompok besar berdasarkan 12 kaarakter morfologis yang diamati. Kelompok pertama terdiri dari pisang pinang dan pisang sirandah batang rendah, kelompok kedua terdiri dari pisang talua, pisang manih rao, pisang keling dan pisang manis, kelompok ketiga terdiri dari pisang susu, pisang siraok, pisang lidi, pisang timbago, pisang sirandah batang tinggi, pisang tinalun, pisang batu, dan pisang raja sereh, kelompok keempat terdiri dari pisang gadang, pisang raja, pisang pulut, pisang mundam, dan pisang rotan. Berdasarkan analisis kekerabatan, pada tingkat koefisien 0,84 terdapat 5 sampel yang terdiri dari pisang lidi (8), pisang siraok (13), pisang manis (6), pisang keling (18), dan pisang manis rao (12), pada koefisien 0,76 terdapat 4 sampel yaitu pisang rajo sarai (5), pisang batu (7), pisang tinalun (8), dan pisang sirandah batang rendah, pada koefisien 0,63 dengan tingkat kemiripan 71% terdapat 2 sampel yaitu pisang sirandah batang rendah (11), dan pisang timbago (20), pada tingkat kemiripan 67 % terdapat 2 sampel yaitu pisang siraok (13), dan pisang susu (17), dan pada tingkat kemiripan 64 % terdapat 3 sampel yaitu pisang keling (18), pisang manis rao (12), dan pisang telur (17).

26 Page 26 Koefisien 0,49 dengan tingkat kemiripan 61 % terdapat 3 sampel yaitu pisang timbago/pisang merah (20), pisang lidi (9), dan pisang siraok (13), pada tingkat kemiripan 59 % terdapat 7 sampel yaitu pisang rotan (1), pisang manis (6), pisang pulut (19), pisang jantan (3), pisang raja (4), pisang sirandah batang tinggi (10), dan pisang pinang (14), pada tingkat kemiripan 49 % terdapat 3 sampel yaitu pisang mundam (16), pisang pulut (19), dan pisang jantan. Koefisien 0,35 dengan tingkat kemiripan 47 % terdapat 4 sampel yaitu pisang batu (7), pisang tinalun (8), pisang sirandah batang rendah (11), dan pisang timbago/pisang merah (20), dengan tingkat kemiripan 46 % terdapat 8 sampel yaitu pisang sirandah batang rendah (11), pisang timbago (20), pisang lidi (9), pisang siraok (13), pisang susu (17), pisang manis (6), pisang tinalun (8), dan pisang manis rao (12), dengan tingkat kemiripan 44 % terdapat 3 sampel yaitu pisang jantan (3), pisang raja (4), dan pisang gadang, dengan tingkat kemiripan 41 % terdapat 9 sampel yaitu pisang raja (4), pisang gadang (2), pisang raja sereh (5), pisang batu (7), pisang tinalun (8), pisang sirandah batang rendah (11), pisang timbago (20), pisang lidi (9), dan pisang siraok (13), dan dengan tingkat kemiripan 35 % terdapat 11 sampel yaitu pisang tinalun (8), pisang sirandah batang rendah (11), pisang timbago/pisang merah (20), pisang lidi (9), pisang siraok (13), pisang susu (17), pisang manis (6), pisang keling (18), pisang manis rao (12), pisang telur (15), dan pisang sirandah batang tinggi. Hubungan kekerabatan yang paling dekat terdapat pada pisang manis (6) dengan pisang keling (18) dengan tingkat kemiripannya adalah 92 %, sedangkan jenis pisang yang memiliki tingkat kekerabatan yang paling jauh adalah pisang manis dan pisang keling dengan pisang pinang, tingkat kemiripannya hanya 35 %.

27 Page 27 Hubungan kekerabatan pisang dari penelitian Kusumawati dan Syukriani (2008) yang paling dekat adalah pisang gadang dengan pisang jantan, tingkat kemiripannya yaitu 93,47 %, yang paling jauh adalah pisang sirandah batang tinggi dengan pisang kalek, dengan tingkat kemiripannya hanya 53,92 %. Pisang yang paling banyak dibudidayakan adalah pisang gadang, hampir seluruh petani menanam pisang gadang karena permintaan terhadap pisang gadang masih tinggi, disamping itu pisang gadang lebih tahan terhadap penyakit, walaupun ada beberapa pisang gadang terserang penyakit layu, namun pengurangan jenis pisang ini karena serangan hama tidak begitu besar. Suratman et al (2000) dalam Nilasari, Heddy, dan wardiyati (2013) menyebutkan koefisien keragaman digunakan untuk menduga tingkat perbedaan antar spesies atau populasi pada karakter-karakter terpilih. Dari hubungan ini dapat dianalisa, semakin jauh hubungan kekerabatan maka semakin tinggi tingkat keragaman (nilai koefisien keragaman, 50-75%) dan semakin rendah tingkat keseragamannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Jenis tanaman pisang yang diamati terdapat 20 jenis pisang di Kabupaten Agam. 2. Hubungan kekerabatan dari 20 jenis pisang di kabupaten Agam, memiliki tingkat kekerabatan yang berbeda, hubungan kekerabatan dari karakterisasi morfologi dengan tingkat kemiripan 92 % terdapat pada jenis pisang manis dengan pisang keling (Musa paradisiaca Colla), sedangkan tingkat kekerabatan yang jauh adalah pisang manis dan pisang keling (Musa

28 Page 28 paradisiaca Colla) dengan pisang pinang, tingkat kemiripannya hanya 35 %. Saran Berdasarkan hasil yang dicapai, perlu dilakukan identifikasi terkait dengan ketahanan terhadap penyakit dari tanaman pisang. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Indonesia Produksi buah-buahan di Indonesia Cahyono Pisang Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal Departemen Pertanian, Pusat Data dan Informasi Pertanian. http// Dinas Pertanian dan Hortikultura Sumatera Barat Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Hortikultura. Sumatera Barat. 145 hal. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam Sumatera Barat Dalam Angka Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. Hal 158. Edison, H. S., A. Sutanto, C. Hermanto, dan D. Harahap Karakterisasi beberapa sifat genotype plasma nutfah pisang. Buletin Plasma Nutfah Vol 7 No 2. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Depertemen Pertanian. hal Goldsworthy, P.R. dan N..M. Fisher Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Alih bahasa Tohari dari The Physiology of Tropical Field Crop. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.874 hal. IPGRI-INIBAP/CIRAD Descriptor for Banana (Musa paradisiaca L.) sp). http.// (didownload tanggal 20 maret 2013) Kalshoven, L. G. E Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vann der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta. Kusumawati, A dan L. Syukriani Identifikasi Dan Karakterisasi Morfologi Genotipe Tanaman Pisang (Musa paradisiaca, L) Di Kabupaten Agam Sumatera Barat. Penelitian Universitas Andalas Padang.62 hal.

29 Page 29 Nilasari, A.N., Heddy, S., dan Wardiyati, T Identifikasi Keragaman Morfologi Daun Mangga (Mangifera indica L.) Pada Tanaman Hasil Persilangan Antara Varietas Arumanis 143 Dengan Podang Urang Umur 2 Tahun. [skripsi] Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.61 hal Santos, E.A., M.M. Souza, A.P. Viana, AAF. Almeida, JCO. Freitas and PR. Lawinsky Multivariate analysis of morphological charateristics of two species of passion flower with ornamental potential and of hybrids between them. Gen. Mol. Res. 10 (4): Sasmita, D Identifikasi dan Karakterisasi Morfologi Kuini (Mangifera odorata Griff.). [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang Sinaga Peranan Dan Manfaat Tanaman Pisang. Medan. 78 hal Tjitrosoepomo, G Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Gajah Mada Uneversity Press. 266 hal. Edisi ke-14.

produksi pisang di Sumatera Barat yang tersebar di 15 kecamatan (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, 2006).

produksi pisang di Sumatera Barat yang tersebar di 15 kecamatan (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, 2006). 1 I. PENDAHULUAN Pisang (Musa paradisiaca. L) yang merupakan komoditas asli Indonesia dapat dijadikan salah satu andalan produk hortikultura yang diharapkan dapat bersaing dipasar bebas. Lahan yang diusahakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI GENOTIPE PISANG (Musa paradisiaca. L) DI KABUPATEN AGAM PROPINSI SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI GENOTIPE PISANG (Musa paradisiaca. L) DI KABUPATEN AGAM PROPINSI SUMATERA BARAT IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI GENOTIPE PISANG (Musa paradisiaca. L) DI KABUPATEN AGAM PROPINSI SUMATERA BARAT (Morphological identification and characterisation of banana (Musa paradisiaca.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis. Indonesia sebagai salah satu Negara tropik, mempunyai iklim

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales, famili liliaceae, genus Allium,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Talas (Colocasia sp) merupakan tanaman pangan dari umbi-umbian yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berwatakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION 833. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS SALAK SUMATERA UTARA (Salacca sumatrana Becc.) DI BEBERAPA DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Lebih terperinci

EKSPLORASI TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L. ) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG

EKSPLORASI TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L. ) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG EKSPLORASI TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L. ) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: R A K H A 05 112 027 SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durian ( Durio zibethinus, Murr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek cukup cerah untuk menjadi komoditas unggulan, baik untuk tujuan ekspor

Lebih terperinci

IDENTIFICATION MORPHOLOGY DIVERSITY OF MANGO LEAF (Mangifera indica L.) IN CROSS PLANTS BETWEEN ARUMANIS 143 VARIETIES AND PODANG URANG 2 YEARS

IDENTIFICATION MORPHOLOGY DIVERSITY OF MANGO LEAF (Mangifera indica L.) IN CROSS PLANTS BETWEEN ARUMANIS 143 VARIETIES AND PODANG URANG 2 YEARS 61 JURNAL PRODUKSI TANAMAN VOLUME 1 No.1 MARET-2013 IDENTIFIKASI KERAGAMAN MORFOLOGI DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) PADA TANAMAN HASIL PERSILANGAN ANTARA VARIETAS ARUMANIS 143 DENGAN PODANG URANG UMUR

Lebih terperinci

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Analsis Keanekaragaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T. Nees) Blume.) Di Kabupaten Agam, Sumatera Barat Berdasarkan Karakter Morfologi SISKA SRI WAHYUNI 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 3 Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU Ahmad Damiri dan Dedi Sugandi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl Irian Km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara umum kerabat durian (Durio spp.) merupakan tanaman buah yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Jangkauan pasarnya sangat luas dan beragam mulai dari pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam keluarga Poaceae dan merupakan tanaman semusim (annual). Indonesia merupakan negara yang memiliki padi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang dapat tumbuh baik pada dataran tinggi dengan kisaran ketinggian

Lebih terperinci

Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang

Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang Identification of morphological characteristic of banana (Musa spp.) in Deli Serdang district Monica Dame Yanti Ambarita, Eva

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon dengan batang dan cabang berkayu serta tumbuh tinggi tegak. Manggis berasal dari hutan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. PENDAHULUAN Plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat selain

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian saat ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA

KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA Janne H.W. Rembang dan Joula O.M. Sondakh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca) adalah komoditas buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang mudah didapat

Lebih terperinci

PENYIAPAN BENIH. : Pengenalan Varietas Bawang Putih

PENYIAPAN BENIH. : Pengenalan Varietas Bawang Putih PENYIAPAN BENIH Kegiatan 1.1. Waktu Lembar Petunjuk Pelatih : : Pengenalan Varietas Bawang Putih :... JP @ 45 Menit NO URAIAN KEGIATAN WAKTU (MENIT) 1 Menciptakan suasana/kesiapan berlatih 10 2 Menjelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Slamet Prayogi, Fitmawati, Nery Sofiyanti Mahasiswa Program S1 Biologi Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh Yeany M. Bara Mata, SP (PBT Pertama - Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi NTT) Tanaman kelapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIPIK TANAMAN ENAU (Arenga pinnata Merr.) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN OLEH AZFANI NELZA

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIPIK TANAMAN ENAU (Arenga pinnata Merr.) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN OLEH AZFANI NELZA EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIPIK TANAMAN ENAU (Arenga pinnata Merr.) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN OLEH AZFANI NELZA 07112032 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK EKSPLORASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap penduduk. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA

KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA GENETIC DIVERSITY OF BANANA (Musa sp) BASED ON MORPHOLOGY AT PERCUT SEI TUAN REGION NORTH SUMATERA Ririn

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan Indonesia negara dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP

SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP PENGEMBANGAN PISANG SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP LATAR BELAKANG Sumber pangan penting setelah, padi gandum dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek (bahasa Latin: Orchidaceae) merupakan kelompok tanaman yang memiliki keanekaragaman cukup besar. Tanaman anggrek meliputi 25.000 30.000 spesies dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya ditemukan di Pulau Sumbawa di daerah Bima dan Dompu. Hal ini diduga dengan seringnya orang-orang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi ZULHENDRA 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 2 123 Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun PENGARUH UMUR SIMPAN BIBIT BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP DAN RUBARU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Yuti Giamerti dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1995 (44/1995) Tanggal : 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/85; TLN NO.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif dengan berorientasi agribisnis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar dan banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanaman ini dapat dikonsumsi segar sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......i LEMBAR PENGESAHAN......ii KATA PENGANTAR.....iii DAFTAR ISI......v DAFTAR GAMBAR....vii DAFTAR TABEL... viii INTISARI.....ix ABSTRACT......x I. PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA (Role The Number of Seeds/Pod to Yield Potential of F6 Phenotype Soybean

Lebih terperinci