ABDUL GHOFUR, SKM, M.Kes (EPID) IDENTIFIKASI JAMUR KONTAMINAN PADA SUSU KAMBING BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU DINGIN.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABDUL GHOFUR, SKM, M.Kes (EPID) IDENTIFIKASI JAMUR KONTAMINAN PADA SUSU KAMBING BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU DINGIN."

Transkripsi

1 ABDUL GHOFUR, SKM, M.Kes (EPID) IDENTIFIKASI JAMUR KONTAMINAN PADA SUSU KAMBING BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU DINGIN. ABSTRAK Latar belakang: Susu kambing segar merupakan cairan putih dari induk ambing kambing yang telah melahirkan dan susu tersebut tidak dikurangi atau tidak ditambahkan komponen lain serta tidak mengalami suatu perlakuan apapun kecuali pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Penyimpanan pada suhu dingin yang berbeda yaitu penyimpanan sampel susu kambing selama 24 jam dalam lemari es yang letaknya berbeda seperti suhu 4 0 C pada laci freezer, suhu 7 0 C pada rak pintu dan suhu 10 0 C pada rak lemari es. Berbagai jamur yang dapat mengkontaminasi susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin diantaranya Aspergillus sp, Penicillium sp, Rhizopus sp dan Mucor sp. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin. Jenis penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian mengggambarkan suatu yang diteliti. Sampel susu kambing diperoleh dari Peternakan Kambing Perah desa Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. Metode: Metode pemeriksaan secara makroskopis dengan melihat warna koloni dan pemeriksaan mikroskopis dengan melihat sediaan yang telah di cat LPCB di bawah mikroskop pada media SGA (Sabaround Glucose Agar). Hasil penelitian: Sampel susu kambing yang disimpan pada suhu 4 0 C sedikit pertumbuhan jamur sedangkan pada suhu 10 0 C paling banyak pertumbuhan jamur. Kesimpulan: Susu kambing yang disimpan pada suhu 4 0 C pada laci freezer lemari sedikit ditumbuhi jamur. Kata kunci : jamur, susu kambing segar, suhu dingin berbeda

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang biasa dikonsumsi adalah susu. Susu merupakan bahan pangan hewani yang diyakini mengandung nilai gizi tinggi, didalamnya terkandung zat-zat yang diperlukan tubuh dengan perbandingan yang seimbang sehingga sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Susu yang banyak dijual dan dikenal di pasaran adalah susu sapi, namun nilai gizi susu kambing lebih baik dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing segar merupakan bentuk susu kambing yang paling baik untuk dikonsumsi dibandingkan bentuk olahan susu kambing lainnya, hal ini dikarenakan susu kambing belum mengalami perlakuan apapun sehingga nilai gizinya tidak berkurang terutama dalam bentuk cair. Kandungan nutrisi yang lengkap, kadar air yang tinggi dan ph netral merupakan media yang baik bagi pertumbuhan berbagai jenis mikroba pembusuk dan patogen salah satunya adalah jamur. Jamur kontaminan dapat menyebabkan dekomposisi bahan makanan. Berbagai jenis jamur kontaminan yang dapat mengkontaminasi susu segar 1

3 2 diantaranya adalah Aspergillus sp, Penicillium sp, Rhizopus sp dan Mucor sp. Jamur yang dapat menghasilkan toksin disebut mikotoksin, tergantung jenis jamur. Mikotoksin yang dihasilkan oleh jamur yang dapat merugikan manusia yaitu aflatoksin dan okratoksin dari genus Aspergillus dan Penicillium. (1,2) Berdasarkan pengamatan, kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi makanan/minuman khususnya susu kambing segar yang tidak langsung dikonsumsi maka masyarakat cenderung menyimpannya dalam lemari es dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas susu dan menahan agar mikroba perusak susu tidak berkembang. Hal ini diharapkan mampu membuat susu segar bisa tahan lebih lama. Selain itu, kebiasaan masyarakat terhadap tempat meletakkan susu kambing dalam lemari es yang berbeda-beda merupakan faktor yang perlu diperhitungkan karena tingkat suhu dalam lemari es berbeda-beda berdasarkan letaknya seperti pada rak-rak dan laci bawah freezer lemari es. Letak penyimpanan susu kambing dalam lemari es yang berbeda-beda bisa saja berpengaruh terhadap perkembangbiakan jamur dalam susu tersebut, karena hal ini berkaitan dengan suhu pada susu kambing segar pada saat disimpan dalam lemari es. Berdasarkan penelitian (Nunik dan Supraptini, 2005) pada susu segar dan susu kemasan, ditemukan jamur Aspergillus sp, Penicillium sp dan Geotrichum sp serta penelitian yang dilakukan (Laksmi dan Ita, 2010) pada susu kambing segar, ditemukan jamur Aspergillus sp dan

4 3 Penicillium sp. Pada kedua penelitian tersebut dalam penanganan sampel susu kambing dilakukan penyimpanan pada suhu refrigerator. (3,4) Berdasarkan latar belakang maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Jamur Kontaminan Pada Susu Kambing Segar yang Disimpan Berdasarkan Perbedaan Suhu Dingin. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu : 1. Apakah ada jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin? 2. Jamur apa yang dapat mengkontaminasi susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jenis jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan di rak pintu lemari es dengan suhu 7 0 C. b. Mengetahui jenis jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan di rak lemari es dengan suhu 10 0 C.

5 4 c. Mengetahui jenis jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan di laci bawah freezer lemari es dengan suhu 4 0 C. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Menambah wawasan pengetahuan, keterampilan dan ketelitian dalam melaksanakan penelitian identifikasi adanya jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin. 2. Bagi Akademik Menambah perbendaharaan sumber pengetahuan tentang jamur kontaminan terutama bagi mahasiswa AAK Pekalongan. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kemungkinan adanya jamur kontaminan yang terdapat pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu Kambing Segar 1. Pengertian Susu Kambing Segar Susu kambing segar merupakan cairan putih dari induk ambing kambing yang telah melahirkan dan susu tersebut tidak dikurangi atau tidak ditambahkan komponen lain serta tidak mengalami suatu perlakuan apapun kecuali pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu kambing memiliki aroma khas yang disebabkan oleh asam kaproat dalam susu kambing. Susu kambing memiliki beberapa perbedaan karakteristik dari susu sapi yaitu warnanya lebih putih. Hal ini dikarenakan kandungan vitamin A pada susu kambing tidak tersusun sebagai pigmen karotenoid seperti susu sapi. Adanya pigmen karotenoid pada susu sapi maka susu sapi lebih berwarna kuning sedangkan susu kambing berwarna putih. (5) Susu kambing memiliki ukuran rata-rata butiran lemak sebesar 2 mikrometer, lebih kecil daripada ukuran butiran lemak susu sapi yang mencapai 2,5-3,5 mikrometer. Ukuran butiran lemak yang lebih kecil ini membuat lemak susu kambing lebih tersebar dan homogen sehingga lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan manusia dan dapat diminum oleh orang yang alergi terhadap susu sapi atau orangorang yang mengalami gangguan pencernaan. Protein susu kambing 5

7 lebih mudah diserap serta lebih rendah dalam memicu alergi oleh tubuh sehingga mengindikasikan bahwa kualitas protein susu kambing lebih baik dibandingkan dengan susu sapi. (6) 2. Kandungan Susu Kambing Segar Perbandingan kandungan nutrisi dari susu kambing dan susu sapi dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perbandingan nutrisi Susu Kambing dan Susu Sapi (7) No. Nutrisi Susu Kambing Susu Sapi 1 Protein 3,6 g 3,3 g 2 Lemak 4,2 g 3,3 g 3 Karbohidrat 4,5 g 4,7 g 4 Kalori 69 g 61 g 5 Fosfor 111 g 93 g 6 Kalsium 134 g 119 g 7 Magnesium 14 g 13 g 8 Besi 0,05 g 0,05 g 9 Natrium 50 g 49 g 10 Kalium 204 g 152 g 11 Vitamin A 185 IU 126 IU 12 Thiamin 0,05 mg 0.04 mg 13 Riboflavin 0,14 mg 0,16 mg 14 Niacin 0,28 mg 0,08 mg 15 Vitamin B6 0,05 mg 0,04 mg

8 3. Manfaat Susu Kambing Segar Berikut adalah manfaat yang terdapat dalam susu kambing, yaitu : a. Protein susu kambing menekan reaksi sel yang berlebihan sehingga dapat menekan reaksi alergi. b. Asam amino L-tryptophan efektif dalam kasus sulit tidur. c. Asam amino Glutamine penting untuk membentuk daya tahan tubuh dan berbagai penyakit infeksi. d. Memperbaiki sistem pencernaan makanan termasuk gangguan penyerapan yang kerap menimbulkan kekurangan gizi. e. Sebagai anti toksin (penawar racun) termasuk anti terhadap berbagai zat penyebab penyakit kanker. f. Membatasi pembentukan LDL kolesterol yang dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung dan stroke. g. Susu kambing mengandung asam caprilik yang bermanfaat untuk mengangkat sel kulit yang sudah mati sehingga mengurangi penuaan dini. (5) 4. Proses Pemerahan Susu Kambing Proses pemerahan susu kambing dilakukan menggunakan tangan (Hand Milking). Sebelum diperah, ambing dan puting harus dibersihkan dengan air hangat untuk mencegah keberadaan mikroorgansme pada ambing yang bisa terbawa ke dalam susu.

9 Kondisi kandang pada saat pemerahan diharuskan bersih dari kotoran dan bau karena susu kambing sangat peka terhadap bau. Penanganan susu hanya dengan menyaring susu pada kain saring. Setelah itu susu langsung dikemas dalam plastik dalam kondisi segar tanpa pengolahan, susu tersebut harus segera dimasukkan ke dalam lemari es agar tetap awet dan mencegah berkembangnya mikroorganisme dalam susu. (8) 5. Penyimpanan Susu Kambing Segar Cara penyimpanan susu kambing sesudah pemerahan adalah sebagai berikut: a. Air susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga jangan sampai susu tersebut berbau kambing atau kandang. b. Air susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih dan bersih. Susu tersebut disaring langsung dalam wadah. Segera setelah selesai penyaringan wadah tersebut ditutup rapat. c. Tanpa menghiraukan banyaknya mikroorganisme yang telah ada, air susu didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan disimpan pada suhu 4 0 C-7 0 C selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme yang terdapat

10 dalam susu. Bila tidak mempunyai lemari es maka pendinginan tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan balok es. (9) B. Jamur 1. Pengertian Jamur Jamur adalah organisme hidup yang tidak mempunyai klorofil, mempunyai dinding sel, umumnya tidak bergerak, berkembangbiak dengan spora dan tidak mampu melakukan proses fotosintesis atau menghasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air (organisme heterotrof). Jamur tidak mempunyai akar, batang dan daun seperti halnya tumbuhan. Jamur biasanya mempunyai struktur somatik seperti benang-benang bercabang ataupun berupa sel tunggal. Struktur somatik ini mirip satu sama lainnya, sedangkan struktur reproduktif mempunyai bermacam-macam bentuk yang merupakan dasar untuk klasifikasi jamur. (10) 2. Sifat Hidup Jamur a. Saprofit, sebagai organisme saprofit jamur hidup dari benda-benda atau bahan-bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

11 b. Parasit, jamur parasit menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup yang disebut inang. Jamur semacam itu dapat bersifat parasit obligat yaitu parasit sebenarnya dan parasit fakultatif yaitu organisme yang mula-mula bersifat parasit, kemudian membunuh inangnya, selanjutnya hidup pada inang yang mati tersebut sebagai saprofit. c. Simbion, jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan laga menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza. (11) 3. Klasifikasi Jamur a. Divisio Oomycetes Sebagian besar anggotanya hidup di air atau dekat badan air. Miselium terdiri atas hifa tidak bersekat, bercabang dan banyak mengandung inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit. Pembiakan aseksual dengan zoospora, pembiakan seksual dengan oospora. Contoh: Saprolegnia sp dan Phytophtora sp. b. Divisio Zygomycetes Memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti yang disebut hifa senositik. Kebanyakan kelompok ini saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora, secara seksual dengan zigospora. Ketika sporangium pecah sporangiospora

12 tersebar dan jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru. Hifa yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain membentuk zigospora. Contoh: Rhizopus dan Mucor. c. Divisio Ascomycetes Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang didalamnya terdapat spora yang disebut akospora. Setiap askus biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium konidium atau stadium seksual dan stadium askus atau stadium aseksual Contoh: Penicillium, Piedraia Hotai, Candida albicans dan Saccharomyces cerevisiae. d. Divisio Basidiomycetes Basidiomycetes memiliki spora yang disebut basidiospora. Kebanyakan anggota basidiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang disebut juga jamur berdaging. Basidiospora yang dilepas dari cendawan menyebar dan berkecambah menjadi hifa vegetatif yang haploid disebut miselium primer. Contoh: Volvariella volvaceae (jamur merang), Lentinus edodes (jamur shitake) dan Pleurotes (jamur tiram).

13 e. Divisio Deuteoromycetes Jamur yang hifanya bersekat menghasilkan konidia namun jamur ini tidak atau belum diketahui cara pembiakan generatifnya. Deuteromycetes disebut juga Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna). Contoh: Histoplasma capsulatum yang menyebabkan koksidiomikosis. Sedangkan genus Epodermiphyton, Microsporum dan Trigophyton merupakan fungi penyebab penyakit kurap. (10) C. Jenis-jenis Jamur Kontaminan pada Susu Kambing Segar Beberapa jenis jamur yang mengkontaminasi susu kambing segar adalah: 1. Aspergillus sp Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat ditemukan dimana mana. Tumbuh sebagai saprofit pada tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu, makanan dan kontaminan yang lazim ditemukan di susu segar. Aspergillus sp dapat tumbuh cepat pada suhu ruang, meliki suhu optimum 35 0 C-36 0 C dengah ph 4,5-5,5. Membentuk koloni yang bergranular, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni berwarna hijau, Aspergillus niger koloni berwarna hitam dan Aspergillus flavus koloni berwarna putih atau kuning.aspergillus sp mempunyai hifa bersekat dan bercabang, pada bagian ujung hifa terutama pada bagian yang tegak

14 membesar yang disebut konidiofor. Konidiofora pada ujungnya membulat menjadi vesikel. Pada vesikel terdapat batang pendek yang disebut sterigmata. Sterigmata atau fialida berwarna atau tidak berwarna dan tumbuh konidia yang membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam. (10) a. Klasifikasi Taksonomi Aspergillus sp Kingdom Phylum Class Order Family Genus : Fungi : Ascomycotina : Ascomycetes : Eurotiales : Trichocomaceae : Aspergillus Spesies : Aspergillus sp (11) Gambar 2.1 Aspergillus sp. (12)

15 b. Patogenitas Aspergillus sp Spesies dari Aspergillus sp terdapat dimana-mana dan hampir tumbuh pada semua substrat. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernafasan ke dalam paru-paru. Habitatnya adalah di daerah yang lembab. Beberapa spesies termasuk jamur patogen, misalnya disebabkan Aspergillus sp disebut Aspergillosis. Beberapa diantaranya bersifat saprofit sebagaimana banyak ditemukan pada bahan pangan. Toksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp berupa mikotoksin. Mikotoksin adalah senyawa hasil metabolisme jamur dan bersifat tahan panas. Mikotoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp lebih dikenal dengan aflatoksin dari spesies Aspergillus flavus. Aflatoksin dapat menyerang sistem saraf pusat beberapa diantaranya bersifat karsinogenik yang menyebabkan kanker pada hati dan ginjal. Kemampuan jamur untuk membentuk aflatoksin tergantung pada faktor dan keadaan lingkungan (subrat, kelembaban, ph, suhu) dan lamanya kontak antara jamur dengan substrat. Substrat dengan kadar karbohidrat tinggi akan menguntungkan pembentukan aflatoksin. (13)

16 2. Penicillium sp Penicillium sp adalah jamur yang termasuk dalam kelas Hypomycetes. Merupakan jamur yang berkembang biak secara seksual dengan spora yang dihasilkan dalam suatu kantong (askus) kemudian membentuk konidispora yang berada di ujung hifa. Penicillium sp memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Bentuknya seperti botol dengan leher panjang atau pendek. Penicillium sp tumbuh pada suhu optimum 25 0 C-35 0 C dengan ph 2-5,5. Pada media SGA membentuk koloni berwarna orange atau hijau kebiruan. Penicillium dapat hidup di makanan, roti, susu, buah-buahan busuk dan kain. (14) a. Klasifikasi Taksonomi Penicillium sp Kingdom Division Class Ordo Family Genus : Fungi : Ascomycota : Ascomycetes : Eurotiales : Trichocomaceae : Penicillium Spesies : Penicillium sp (11)

17 Gambar 2.2 Penicillium sp. (12) b. Patogenitas Penicillium sp Beberapa spesies termasuk jamur patogen, misalnya yang disebabkan Penicillium sp disebut Penisiliosis dan diantaranya bersifat saprofit sebagaimana banyak ditemukan pada bahan pangan. Toksin yang dihasilkan oleh Penicillium sp berupa mikotoksin yang disebut okratoksin dari spesies Penicillium viridicatum. Pada jumlah yang tinggi paparan spora Penicillium dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti alergi, batuk-batuk dan infeksi saluran pernafasan atas lainnya. Dampak kesehatan yang lebih serius akan lebih dirasakan oleh penderita asma, penderita autoimun, penderita HIV (ODHA), balita, ibu hamil dan manula.namun Jamur Penicillium sp dapat dijadikan bahan pembuatan antibiotik yaitu penisilin yaitu dari spesies Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum yang banyak dimanfaatkan

18 untuk mengobati berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroba pada manusia. (15) 3. Rhizopus sp Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota ordo Mucorales. Rhizopus sp tumbuh saprofit di tanah yang lembab, tumbuh pada suhu optimum 30 0 C-35 0 C dan mampu tumbuh pada suhu dingin 4 0 C-11 0 C dengan ph 3,4-6. Mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp juga disebut stolon, menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. (16) a. Klasifikasi Taksonomi Rhizopus sp Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Fungi : Zygomycota : Zygomycetes : Mucorales : Mucoraceae : Rhizopus

19 Spesies : Rhizopus sp (11) Gambar 2.3 Rhizopus sp. (12) b. Patogenitas Rhizopus sp Zigomikosis adalah mikosis yang disebabkan oleh jamur golongan Zygomycetes. Rhizopus sp termasuk kelas dari Zygomycetes. Spora jamur Rhizopus spterdapat di alam bebas. Cara transmisinya memalui inhalasi spora jamur ke paru-paru dan menyebabkan kelainan pada paru-paru. Spora yang terhirup juga dapat menyebabkan zigomikosis rinoserebral. Spora juga dapat tertelan ke alat pencernaan dan menyebabkan zigomikosis saluran cerna. (17)

20 4. Mucor sp Mucor sp adalah genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales. Suhu optimum pertumbuhan Mucor sp adalah 30 0 C-40 0 C dengan ph 2-6,5. Memiliki hifa yang tak bersepta, sporangiospora tumbuh pada seluruh bagian miselium, kolumela berbentuk bulat, silinder atau seperti buah advokat, spora halus dan teratur, tidak membentuk stolon. Spora dihaslkan oleh sporangium yang tumbuh pada ujung hifa. Mula-mula ujung hifa menggelembung, kemudian membelah diri menjadi spora. Jika spora sudah dewasa maka spora akan pecah sehingga spora-spora tersebut bertebaran. (17) a. Klasifikasi Taksonomi Mucor sp Kingdom Division Class Ordo Family Genus : Fungi : Zygomycota : Zygomycetes : Mucorales : Mucoraceae : Mucor Spesies : Mucor sp (11)

21 Gambar 2.4 Mucor sp. (12) b. Patogenitas Mucor sp Jamur Mucor sp juga termasuk kelas Zygomycetes jadi patogenitas dari jamur Mucor sp sama dengan Rhizopus sp. D. Suhu Dingin 1. Pengertian Suhu Dingin Suhu dingin adalah suatu keadaan dimana derajat celcius menunjukkan rentang angka antara 0 0 C sampai 10 0 C. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Pendinginan merupakan cara yang umum digunakan untuk pengawetan susu segar dalam jangka panjang.

22 2. Pengaruh Suhu Dingin Terhadap Pertumbuhan Jamur Kontaminan Pengawetan dengan pendinginan dicapai dengan menurunkan suhu sampai sampai sekurang-kurangnya 15 0 C. Pada suhu serendah itu pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim berhenti, walaupun tidak berhenti sama sekali tetapi menurun sampai tahap yang tidak merugikan manusia. (18) E. Pengaruh Susu Kambing Segar yang Terkontaminan Jamur Terhadap Kesehatan Manusia Saat kontak dengan jamur, tubuh bisa saja kemasukan zat yang dikenal sebagai mikotoksin yang bisa masuk melalui kulit, lendir dan saluran udara. Banyak mikotoksin yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia melalui makanan, salah satunya adalah kontaminasi aflatoksin dan okratoksin yang merupakan senyawa karsinogenik yang dapat memicu timbulnya kanker hati dan ginjal pada manusia karena konsumsi susu yang terkontaminasi dalam jumlah tertentu. Mikotoksin amat berbahaya bagi kesehatan karena bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Mengkonsumsi makanan yang tercemar mikotoksin dapat menyebabkan keracunan akut (jangka waktu pendek) dan kronik (jangka waktu sedang atau lama) serta dapat mengakibatkan kematian sampai gangguan kronis seperti gangguan syaraf pusat, sistem kardiovaskular, paru-paru dan saluran pencernaan. Beberapa mikotoksin

23 bersifat karsinogenik (zat pemicu kanker), mutagenik (zat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kromosom/perubahan genetik), teratogenik (zat yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio), dan immunosuppresive (penurunan sistem imun). (19) F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kontaminasi Jamur pada Susu Kambing Segar Faktor yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi jamur pada susu kambing segar dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor internal (substrat, suhu, kebutuhan oksigen dan ph, lama penyimpanan) dan faktor eksternal (kebersihan kandang, kebersihan ternak, kebersihan wadah, keadaan pemerah, tempat penyimpanan). 1. Faktor Internal a. Substrat Pada umumnya jamur dapat menggunakan berbagai komponen makanan dari yang sederhana hingga kompleks. Kebanyakan jamur memproduksi enzim hidrolitik, misal amylase, pektinase, proteinase dan lipase. Oleh karena itu, jamur dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid salah satunya seperti susu kambing. b. Suhu Pertumbuhan Kebanyakan jamur bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan

24 untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25 0 C C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35 0 C C atau lebih, misal Aspergillus. Beberapa kapang bersifat psiokrotrofik yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es dan beberapa bahkan masih dapat tumbuh lambat pada suhu di bawah suhu pembekuan, misal C sampai C. c. Kebutuhan Oksigen dan ph Semua jamur bersifat aerobik, yakni membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh baik pada ph yang luas, yakni 2,0-8,5 tetapi biasanya pertumbuhan jamur akan baik bila pada kondisi asam atau ph rendah. d. Lama Penyimpanan Masa penyimpanan susu kambing segar dalam lemari es akan mempengaruhi pertumbuhan jamur kontaminan di dalamnya. Lama penyimpanan susu kambing segar berdasarkan suhu yaitupada suhu 10 0 C masa simpannya 2 hari, 5 0 C masa simpannya 5 hari dan suhu 0 0 C masa simpannya 7 hari. (20) 2. Faktor Eksternal a. Kebersihan Kandang Kandang kambing yang tidak bersih dan tidak sehat akan berdampak pada jumlah mikroorganisme dalam susu. Sehingga harus diperhatikan dengan cermat keadaan kandang seperti

25 pencucian lantai kandang harus dengan air mengalir yang bersih dan saluran pembuangan. b. Kebersihan Ternak Keadaan kambing perah yang tidak sehat dan tidak bersih pada waktu diperah akan menghasilkan mutu susu yang tidak baik seperti kontaminasi mikroorganisme. c. Kebersihan Wadah Kontaminasi sering disebabkan oleh wadah susu maka kebersihan wadah harus dijaga kebersihannya. d. Keadaan Pemerah atau Pekerja Pemerah atau pekerja sebisa mungkin harus sehat atau terhindar dari penyakit, karena akan mempengaruhi kontaminasi jamur dalam susu. e. Tempat Penyimpanan Faktor tempat dalam menyimpan bahan pangan seperti disimpan pada suhu ruang maupun suhu rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur pada pangan. Hal ini sama seperti susu kambing segar walaupun disimpan pada suhu rendah tidak menjamin terjadinya kontaminasi jamur pada susu tersebut. (21)

26 G. Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi jamur pada susu kambing segar: Identifikasi Jamur 1. Makroskopis 2. Mikroskopis 1. Faktor Internal a. Substrat b. Suhu Pertumbuhan c. Kebutuhan Oksigen dan ph d. Lama Penyimpananan Jamur pada Susu Kambing Segar 2. Faktor Eksternal Variabel Dependent a. Kebersihan Kandang b. Kebersihan Ternak c. Kebersihan Wadah d. Kebersihan Pemerah e. Tempat Penyimpanan Variabel Independent Gambar 2.5. Kerangka Teori

27 Faktor yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi jamur pada susu kambing segar dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor internal (substrat, suhu, kebutuhan oksigen dan ph, lama penyimpanan) dan faktor eksternal (kebersihan kandang, kebersihan ternak, kebersihan wadah, keadaan pemerah, tempat penyimpanan). Adanya pertumbuhan jamur pada susu kambing segar dapat diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis.

28 H. Kerangka Konsep Identifikasi Jamur 1. Makroskopis 2. Mikroskopis Tempat Penyimpanan Susu Kambing Segar Letak Penyimpanan: 1. Rak lemari es (suhu 10 0 C) 2. Rak pintu lemari es (suhu 7 0 C) 3. Laci bawah freezer lemari es Jamur pada Susu Kambing Segar Variabel Dependent (suhu 4 0 C) Variabel Independent Gambar 2.6 Kerangka Konsep Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti adanya jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan dalam lemari es dengan suhu 10 0 C, 7 0 C dan 4 0 C.

29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu mencari gambaran adanya kontaminasi jamur pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian a. Penelitian dilakukan di Peternakan Kambing Perah Desa Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. b. Pemeriksaan sampel di laboratorium parasitologi Akademi Analis Kesehatan (AAK) Pekalongan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Mei C. Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek yang digunakan adalah susu kambing segar dari Peternakan Kambing Perah di Desa Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.

30 D. Definisi Operasional Variabel 1. Susu kambing segar adalah cairan putih dari induk ambing kambing yang telah melahirkan dan susu tersebut tidak dikurangi atau tidak ditambahkan komponen lain serta tidak mengalami suatu perlakuan apapun kecuali pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu kambing yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kambing dari Peternakan Kambing Perah di Desa Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. 2. Suhu dingin adalah suatu keadaan dimana derajat celsius menunjukan rentang angka antara 0 0 C-10 0 C. Suhu yang digunakan dalam penyimpanan susu kambing segar pada penelitian ini yaitu pada suhu 4 0 C, 7 0 C dan 10 0 C 3. Jamur kontaminan yang diidentifikasi pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin dalam penelitian ini yaitu Aspergilus sp, Penicillium sp, Rhizopus sp dan Mucor sp. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh kambing perah yang dibagi dalam 3 kandang pada Peternakan Kambing Perah di Desa Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.

31 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kambing perah yang dibagi dalam 3 kandang di Peternakan Kambing Perah di Desa Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. F. Instrumentasi Penelitian 1. Alat dan Bahan a. Alat 1. Mikroskop 2. Oven 3. Inkubator 4. Autoclave 5. Tabung reaksi 6. Cawan petri 7. Objek glass dan deck glass 8. Lampu spirtus 9. Ose b. Bahan 1. Susu kambing segar yang disimpan pada suhu dingin berbeda 2. Media Sabaround Glucose Agar (SGA) 3. Larutan Lactophenol Cotton Blue (LPCB) 4. Alkohol 70% 5. Aquadest

32 G. Prosedur Penelitian 1. Sterilisasi Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian harus disterilkan terlebih dahulu, yaitu dengan mencuci alat-alat sampai bersih dan dikeringkan, kemudian alat-alat tersebut dibungkus dengan kertas dan dimasukkan ke dalam oven. Sterilisasi alat pada suhu C selama 2 jam. 2. Pembuatan Media Sabaround Glucose Agar (SGA) a. Komposisi 1. Pepton : 10 g 2. Glukosa : 40 g 3. Agar : 15 g 4. Aquadest : 1000 ml b. Cara Pembuatan 1. Semua bahan tersebut dimasukkan dalam erlenmeyer 1000 ml, aduk kemudian homogenkan. 2. Erlenmeyer dipanaskan diatas penangas air sampai larut, kemudian media dalam erlenmeyer tadi disterilkan menggunakan autoclave pada suhu C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit, kemudian tuangkan media tadi dalam cawan petri dan biarkan sampai media padat.

33 3. Pembuatan Larutan Lactophenol Cotton Blue (LPCB) a. Komposisi 1. Kristal phenol : 20 g 2. Asam laktat : 20 ml 3. Gliserol : 40 ml 4. Bubuk cotton blue : 0,05 g 5. Aquadest : 20 ml b. Cara Pembuatan 1. Asam laktat dilarutkan dengan aquadest di dalam erlenmeyer hingga larut dan homogenkan. 2. Kemudian tambah kristal phenol diatas penangas air lalu aduk hingga larut lalu tambahkan gliserol. 3. Setelah larut ditambahkan bubuk cotton blue 2-3 tetes sampai menjadi warna yang diinginkan. 4. Pemeriksaan Sampel Sampel di ambil sebanyak 4 kali kemudian sampel disimpan pada suhu dingin yang berbeda selama 24 jam. Setelah sampel disimpan dalam lemari es, kemudian sampel dibawa ke laboratorium Parasitologi Akademi Analis Kesehatan Pekalongan menggunakan sterofom yang berisi es. Dilakukan pemeriksaan terhadap sampel tersebut dengan cara sebagai berikut:

34 a. Persiapan dan Inokulasi Sampel Prosedur persiapan dan inokulasi sampel sebagai berikut: 1. Siapkan sampel susu kambing segar yang telah disimpan dalam lemari es. 2. Inokulasikan sampel susu kambing tersebut dengan teknik streak plate menggunakan ose secara aseptis ke dalam media SGA dalam cawan petri. 3. Inkubasi pada suhu 36 0 C selama 5-7 hari dan amati adanya pertumbuhan jamur. 4. Apabila dalam waktu lebih dari 7 hari tidak terjadi pertumbuhan jamur maka hasil dinyatakan negatif, sedangkan pada koloni jamur yang tumbuh diamati secara makroskopis dan mikroskopis. b. Pemeriksaan Makroskopis Dari koloni yang tumbuh pada media SGA diamati secara makroskopis dapat dilihat dari warna dan bentuk permukaan koloni jamur. c. Pemeriksaan Mikroskopis 1. Apabila terdapat pertumbuhan jamur pada media SGA, koloni yang tumbuh diambil dengan menggunakan ose yang telah dipanaskan dengan api spirtus dan letakkan diatas objek glass, kemudian teteskan larutan LPCB sebanyak 1 tetes kemudian tutup dengan deck glass.

35 2. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x untuk melihat morfologi jamur. H. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer a. Melakukan observasi terhadap Peternakan Kambing Perah di Desa Debong Tengah, Kecamatan Tegal, Selatan Kota Tegal. b. Melakukan pemeriksaan di laboratorium parasitologi Akademi Analis Kesehatan Pekalongan untuk mengidentifikasi jamur kontaminan pada susu kambing segar yang disimpan berdasarkan perbedaan suhu dingin secara makroskopis untuk melihat pertumbuhan koloni dan secara mikroskopis untuk melihat morfologi jamur. 2. Data Sekunder Studi pustaka dengan menggunakan buku-buku referensi yang berhubungan dengan penyusunan karya tulis ini. I. Analisis Data Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data ditabulasi dan dianalisis, kemudian hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif.

36 DAFTAR PUSTAKA 1. Widiastuti, Z Kontaminasi Jamur pada Susu Sapi Segar di Pangalengan dan Bogor Jawa Barat. Jurnal Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2. Budiarti, dkk Kontaminasi Fungi Aspergillus sp pada Susu Bubuk. Jurnal Seminar Nasional Serealia. 3. Aminah, N. dan Supraptini Pengamatan Jenis-jenis Jamur yang Ditemukan pada Minuman Susu Segar dan Susu Kemasan. Jurnal Media Litbang Kesehatan, Vol. 15, No Hartayanie, L. dan Sulistyawati, I Sentuhan Teknologi Untuk Meningkatkan Nilai Ekonomi Susu Sapi. Jurnal Kajian Politik Lokal dan Sosial, No Blakely dan Bade Ilmu Peternakan. Yogyakarta: Gajah Madah University Press. Hal: Setiadi, B Beternak Kambing dan Masalahnya. Semarang: Aneka Ilmu. Hal: Sarwono, B Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal: Hadiwiyoto, S Susu Kambing dan Hasil Olahannya. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal: Rachmawan, O Penanganan Susu Segar. Jurnal Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 10. Jawetz, dkk Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Hal Diakses tanggal 2 April jpg. Diakses tanggal 2 April Makhfoeld Aspergillosis. Jurnal Litbang Pertanian. 14. Gandjar, dkk Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal: Aryantha, dkk Eksplorasi Fungi Deuteromycetes (Aspergillus sp dan Penicillium sp) Penghasil Mikotoksin. Jurnal Biomed, Vol. 7, No. 1, Hal Purwanti, S. dan Hastuti, R Identifikasi Jamur Rhizopus sp pada Kentang Rebus. Jurnal BIOMA, Vol. 11, No. 2, Hal Partogi, D Mukormikosis. Jurnal E-Digital. 18. Gunandjar Pengembangan Teknologi Penyimpanan Bahan Pangan Cair dalam Suhu Dingin. Jurnal Teknologi Pangan, Vol. 14, No Harnanianto, Y Keamanan Pangan Jamur Mikotoksin. Jurnal Teknologi Pangan, Vol. 5, No Waluyo, L Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press. Hal: Hadiwiyoto, S Susu Kambing dan Hasil Olahannya. Yogyakarta: Liberty. Hal

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspergillus sp Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur, dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Aspergilus sp secara mikroskopis dicirikan

Lebih terperinci

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 Pendahuluan JAMUR FUNGI KAPANG MOLD KHAMIR YEAST JAMUR MUSHROOM 4/3/2016 2 Karakteristik Fungi: Apakah fungi termasuk tanaman? Fungi heterotrophs. -

Lebih terperinci

Fungi/Jamur/Mycota. Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1

Fungi/Jamur/Mycota. Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1 Fungi/Jamur/Mycota Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1 Karakteristik Habitat luas (akuatik terestrial ) Punya sifat hewan & tumbuhan sifat hewan.? sifat tumbuhan.? Sifat hidup : - Parasit (?) obligat/fakultatif

Lebih terperinci

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

Gambar 1.2: reproduksi Seksual Jamur Roti (Rhizopus nigricans) Jika roti lembab disimpan di tempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Spora yang berkecambah pada permukaan roti akan membentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

Latihan uji kompetensi bab Jamur: Bagian I

Latihan uji kompetensi bab Jamur: Bagian I 1. Rhizopus adalah jamur yang dimanfaatkan manusia untuk pembuatan tempe. Pembiakan secara generatif dari jamur tersebut terjadi dengan pembentukan. a. Rhizospora b. Sporangiospora c. Zygospora d. Askospora

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI BAB 8 FUNGI A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI Fungi adalah organisme eukariot yang mempunyai dinding sel dan pada umumnya tidak motil. Karakteristik ini menyerupai karakteristik tumbuhan. Namun demikian fungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur Fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari

Lebih terperinci

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. IMA YUDHA PERWIRA Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur, banyak orang juga menyebut cendawan. Fungi adalah nama regnum/kingdom dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dilaboraturium Mikrobiologi Akademi Analis Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

PENICILLIUM CHRYSOGENUM

PENICILLIUM CHRYSOGENUM PENICILLIUM CHRYSOGENUM Oleh : Andriani Diah I. B1J012011 Istiqomah B1J012019 Yenita Riani B1J012102 TUGAS TERSTRUKTUR MIKOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN Jamur dapat tumbuh pada berbagai jenis pangan, dan pertumbuhannya akan menyebabkan terjadinya kerusakan pangan yang bersangkutan, diantaranya kerusakan flavor, warna,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ubi kayu. Bahan pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ubi kayu. Bahan pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Tapioka Tepung tapioka merupakan suatu jenis bahan pangan yang dibuat dari ubi kayu. Bahan pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 2015 LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 4401413046 Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Susu Kuda Sumbawa Kuda Sumbawa dikenal sebagai ternak penghasil susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan susu kuda. Susu kuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dendeng daging sapi giling yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur (fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur

Lebih terperinci

KAPANG. (By. Yetti Wira Citerawati SY) Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki

KAPANG. (By. Yetti Wira Citerawati SY) Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki 1 KAPANG (By. Yetti Wira Citerawati SY) A. DEFINISI KAPANG Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak dapat dilihat dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerusakan material akibat jamur pada ruang penyimpanan arsip merupakan masalah serius yang

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

Jamur. 3. Klasifikasi jamur

Jamur. 3. Klasifikasi jamur Jamur 1. Ciri-ciri Umum Jamur mempunyai dinding sel umumnya tidak bergerak tidak mempunyai klorofil tidak mampu melakukan proses fotosintesis atau menghasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB.

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB. PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB. PEKALONGAN Tuti Suparyati, Akademi Analis Kesehatan Pekalongan

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN Mikroba merupakan jenis mahluk hidup yang tersebar di seluruh lingkungan. Berbagai spesies mikroorganisme terdapat di sekitar kita, bahkan di tubuh kita. Pada umunya, mikroba banyak terdapat

Lebih terperinci

Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom

Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom I. Tujuan : Untuk mengetahui struktur tubuh jamur dan perbedaannya. II. Dasar Teori : Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak berklorofil,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. 4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

Ciri-Ciri. 1. Molds (fungi filamentus) 2. Yeast (fungi uniselular) 3. Mushrooms (fungi makroskopik)

Ciri-Ciri. 1. Molds (fungi filamentus) 2. Yeast (fungi uniselular) 3. Mushrooms (fungi makroskopik) JAMUR Makhrus Aly Ciri-Ciri Eukariotik Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri. LAMPIRAN Lampiran 1. Ciri makroskopis dan mikroskopis fungi yang ditemukan pada serasah A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas 1. Aspergillus sp.1 Ciri makroskopis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme terdapat di berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan selaput lendir. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain.

Lebih terperinci

IV. KULTIVASI MIKROBA

IV. KULTIVASI MIKROBA IV. KULTIVASI MIKROBA PENDAHULUAN Untuk memperoleh kultur murni hasil isolasi dari berbagai tempat maka dibutuhkan alat, bahan dan metode seperti ilistrasi di bawah ini : Media Umum Diferensial Selektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Buah Sakit Survei dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di lahan ini terdapat 69 tanaman pepaya. Kondisi lahan tidak terawat

Lebih terperinci

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI SUNDARI 1 1 Dosen Pada Program Studi Pendidikan Biologi Email: sundari_sagi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. L a t a r b e l a k a n g Arsip kertas yang berbahan dasar selulosa tidak luput dari serangan mikrobiologi yang dapat merusak arsip

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium Kesehatan Medan. 3.2 Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih

Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih Pendahuluan Tubuh berupa benang tunggal bercabang-cabang (disebut miselium/a) Tidak berkhlorofil Hidupnya harus heterotrof (menguatkan pendapat bahwa jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

JAMUR. YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung BAB. 6 :

JAMUR. YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung BAB. 6 : YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 BAB. 6 : JAMUR Tujuan : Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat : 1. membandingkan ciri-ciri jamur dengan organisme lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA Koloni Trichoderma spp. pada medium Malt Extract Agar (MEA) berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua. Trichoderma spp. merupakan kapang Deutromycetes yang tersusun atas banyak

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu adalah salah satu jenis makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan protein. Karena itu, tahu

Lebih terperinci

By: Aini Maskuro, S.Pd

By: Aini Maskuro, S.Pd KINGDOM FUNGI CIRI- CIRI UMUM KLASIFIKASI By: Aini Maskuro, S.Pd PERANAN CIRI- CIRI UMUM Termasuk organisme eukariotik Organisme heterotrof saprofit parasit bersimbiosis alga gol. Chloropypyta (Lichen)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat (BAL) Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram positif, tidak berspora, berbentuk bulat atau batang serta memiliki kemampuan mengubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Lokasi pengambilan sampel berada di dua tempat yang berbeda : lokasi pertama, Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor memiliki ketinggian + 400 m dpl (diatas permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN 2402000003 VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 20 ini mengenai pemeliharaan kultur mikroorganisme yang bertujuan agar praktikan dapat mengerjakan proses pengenceran dan dapat

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT O L E H NAMA : MHD FADLI NST NIM : 1109008817 PRODI GROUP : AGROEKOTEKNOLOGI : A LABORATORIUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan) Usaha Bakery di salah satu Industri Rumah Tangga Pangan yang berada di Jl. Merdeka Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu biji (Psidium guajava) memiliki rasa yang enak dan segar serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan juga kecantikan manusia. Buah jambu biji telah lama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu 1. Pengertian Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sekresi ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN OLEH: NAMA : ANNISA DWI CAHYA NIM : J1E111052 KELOMPOK : 1 SHIFT 3 ASISTEN : RADEN DWI THRIWANTO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen karena terdapat suatu pengendalian perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya kontrol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati Indonesia yang dapat diisolasi dari setiap lapisan tanah dan perairan atau laut. Salah satu mikroorganisme

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar DESKI CITRA DWITANIA DAN IDA BAGUS NGURAH SWACITA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci