SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK"

Transkripsi

1 SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam Oleh TAUFAN BRATA RACHMAN NIM : Di bawah bimbingan Dra. Hermawati, MA. NIP : PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 i

2 SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK Oleh TAUFAN BRATA RACHMAN NIM JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 ii

3 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan kekuatan iman dan Islam, taufiq, hidayah serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Saw. Yang telah memberikan cahaya dan fatwa kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman. Syukur dengan mengucap Alhamdulillah, dan dengan segala usaha, tekad serta dorongan yang kuat dari orang tua dan saudara-saudaraku tercinta akhirnya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan. Walaupun tentunya hambatan dan rintangan senantiasa datang silih berganti. Atas izin Allah Swt semua kesulitan dan hambatan dapat di atasi, sehingga hasil usaha dan jerih payah ini dapat disajikan sebagaimana yang ada di hadapan pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai ukuran sempurna. Untuk itu sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang kontruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Disadari sepenuhnya dengan kerendahan hati, bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut membantu dengan rela berpartisipasi dalam membantu proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai. Maka sudah sepantasnya penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : iii

4 1. Bapak Amin Nurdin, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat besarta staf dan Ibu Dra. Hermawati sebagai pembimbing yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. 4. Suster Laurentia, selaku Kepala Biara Charitas yang telah memberikan data dan informasi dalam rangka penyelesaian skripsi ini. 5. Orang tua tercinta, Ibunda tersayang mamah Yuyun yang tak pernah lelah memberikan doa dan dukungan kepada penulis, yang telah merawat dan membesarkan dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Papa A. Rachmansyah (Alm) semoga engkau tenang di sisi Allah Swt. 6. Om Haris dan Tante Yus yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Saudara-saudaraku tercinta, A Irman, Indra dan Dheti serta sepupu-sepupu Aji, Bayu, Lis, Yuni dan yang lainnya. yang selalu memberikan motivasi untuk selalu berjuang dalam hidup dan selalu memberi dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. iv

5 8. Masrifah (iva) yang selalu membantu dan senantiasa setia mendampingi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Rekan-rekan seperjuangan jurusan Perbandingan Agama angkatan 2002, 2003, 2004 yang tak mungkin di sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan semangat persaudaraan kepada penulis selama ini. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dengan suka rela dalam penyelesaian skripsi ini. Walaupun demikian, banyaknya pihak yang berjasa dalam penyelesaian skipsi ini, bukan berarti kepada mereka pertanggungjawaban di bebankan, akan tetapi penulislah yang bertanggung jawab sepenuhnya, baik yang menyangkut kekhilafan maupun kekurangan-kekurangannya. Akhirnya hanya kepada Allah Swt penulis serahkan segalanya, semoga jasa dan bantuan semua pihak yang diberikan kepada penulis menjdai pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak. Mudah-mudahan usaha kecil penulis melalui tulisan ini dapat membawa manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca pada umunya. Amin ya rabb al-alamin Jakarta, 16 Januari 2008 Penulis v

6 DAFTAR ISI SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI i iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian 4 D. Metode Penulisan.. 5 E. Sistematika Penulisan... 6 BAB II SELIBAT MENURUT GEREJA ROMA KATOLIK A. Pengertian Selibat Menurut Agama Katolik.. 8 B. Sejarah Perkembangan Selibat Dalam Agama Katolik. 15 C. Sumber Ajaran Selibat.. 23 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Selibat BAB III KAUL, PERMANDIAN DAN TAHAPAN KEHIDUPAN SELIBAT A. Kaul dalam Selibat 27 B. Permandian dalam Selibat 38 C. Tahapan Kehidupan dalam Selibat 44 vi

7 BAB IV TUJUAN DAN PENGARUH SELIBAT DALAM KEHIDUPAN ROHANIAWAN KATOLIK A. Hidup Selibat Demi Kerajaan Allah 52 B. Hidup Selibat Demi Menyatu Dengan Kristus 53 C. Hidup Selibat sebagai pelayanan Illahi 54 D. Pengaruh Selibat dalam Kehidupan Rohaniawan Katolik 56 E. Tinjauan Kritis Tentang Selibat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.. 64 B. Saran-Saran.. 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vii

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi hukum dan ketetapan Tuhan, bahwa manusia memiliki dua jenis yang berlainan, yaitu laki-laki dan perempuan, ada daya tarik diantara keduanya satu sama lain untuk hidup bersama. Di dalam hidup bersama ini, alam pikiran manusia tidaklah kepada hal persetubuhan antara kedua jenis manusia tersebut. Pada umumnya dapat dikatakan setubuh adalah faktor yang penting dalam rumah tangga, baik dengan keinginan mendapatkan keturunan maupun hanya untuk memenuhi hawa nafsu belaka. Hal terpenting dalam hidup insani adalah cinta menurut semua tingkatannya, termasuk cinta heteroseksual (lawan jenis). Cinta yang demikian itulah yang memberi kesempurnaan dalam hidup manusia. Cinta menjawab masalah yang paling dasar dari kehidupan manusia yaitu kesadaran akan ketidakberdayaan, kesepian, dan keterasingan yang tajam dirasakan meskipun tidak dengan jelas betul dimengerti, dan ketakutan ini membawa kecemasan. Gambaran yang hidup atas perasaan ini dilukiskan dalam kisah ditemukannya kesadaran akan ketelanjangan pria dan wanita pertama dalam Alkitab yaitu Adam dan Hawa. 1 Maka setiap manusia memiliki kebutuhan untuk hidup bersama, sebab keduanya memiliki daya tarik menarik untuk mengadakan hubungan hasrat yang timbul dari dorongan nafsu syahwati yang terdapat pada keduanya. Setiap pria dan 1 Hartono F, Persahabatan Orang Selibat, Makna dan Tantangannya. (Yogyakarta: Kanisius, 1985), h. 13. viii

9 wanita dari setiap usia dan setiap kebudayaan mengalaminya sejak masa pubertas. Jadi perasaan kesepian manusia adalah masalah eksistensial manusia yang hanya dapat dipecahkan dengan jalan persatuan yaitu perkawinan. Perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak-hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan perempuan yang keduanya bukan muhrim berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut undang-undang perkawinan nomor I tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) bahagia, kekal abadi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Kehidupan perkawinan manusia sudah ada sejak Nabi Adam dan tetap akan ada pada masa-masa yang akan datang, akan tetapi terdapat golongangolongan yang didorong oleh keinginan mensucikan diri kemudian menjauhi halhal yang bersifat kenikmatan jasmani. Kehidupan perkawinan dinilai sebagai kenikmatan kotor dan oleh karena itu menghalangi kesucian seseorang. 3 Seperti yang telah kita ketahui, bahwa didalam agama Katolik perkawinan hanya diperuntukkan bagi kaum awam saja, sedangkan bagi para pemuka agama wajib hidup membujang. 2 Undang-undang RI no I Tahun Ahmad Mubarok, Perbandingan Agama Islam dan Kristen, Studi Tentang Sakramen Gereja. (Bandung, Pustaka. 1985). h 95. ix

10 Kaum klerusa 4 dan ibadat itu mempunyai kewajiban-kewajiban yang istimewa. Salah satu kewajiban itu ialah wajib selibat, manusia yang ditetapkan dalam kewajiban selibat tidak boleh menikah. Lagi pula secara istimewa mereka pun wajib hidup dengan suci kelamin. 5 Selibat atau Celibacy ialah status membujang, kadang-kadang dinamakan juga hidup wadat atau hidup lajang. 6 Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia arti selibat ialah pranata yang menentukan bahwa orang dalam kedudukan tertentu tidak boleh kawin, para rohaniawan yang telah ditahbiskan harus hidup membujang 7. Sewaktu Paus Gregory I seorang tokoh yang sangat berwibawa dan berwenang dalam sejarah Nasrani, menetapkan keputusannya tentang kemestian pembujangan (Celebacy) bagi setiap pendeta dan setiap rahib, maka bangkitlah reaksi pada bagian gereja belahan Timur. Keputusan itu dipandang akan memperkembangkan perzinaan secara tertutup karena tidaklah semua orang punya kemampuan seperti Paus Gregory I itu, yang bisa menahan godaan rangsangan berkelamin sepanjang hidupnya. 8 Para pemimpin agama Katholik diatas dilarang hidup mewah dan menjauhkan diri dari keduniaan, mereka dituntut untuk hidup dalam kemiskinan dan tidak boleh melakukan pernikahan artinya tidak boleh menikah atau dinikahi. Mereka harus hidup dalam kehidupan lajang. 4 Kaum klerusa adalah golongan orang yang beriman yang menerima tahbisan diakonat, imamat atau keuskupan. 5 J. Verkuyl, Etika Kristen. (Jakarta, BPK Gunung Mulia. 1993). h Ahmad Mubarok, Perbandingan Agama Islam dan Kristen, Studi Tentang Sakramen Gereja. h 94 7 Depdikbud, kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:1988:802 8 Hardawiryana R, Dokumen Konsili Vatikan II, (Jakarta: Obor, 1993). h. 255 x

11 Seks adalah anugerah yang diberikan Tuhan untuk manusia sebagai kebutuhan biologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Bahkan sejak lahirpun manusia sudah diberikan naluri seks untuk dinikmati. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengungkap lebih jauh tentang lajang. Dengan demikian penulis mengambil sebuah judul yaitu SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK. B. Perumusan Masalah Dalam penulisan skripsi ini penulis hanya membahas tentang selibat dalam agama Katolik dari segi kepustakaan. Perumusan masalah dari skripsi ini yaitu: apa makna dan tujuan selibat menurut Katolik?, dan apa kaitannya kaul dan permandian dalam selibat? C. Tujuan Penelitian Penelitian dalam skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Secara Akademis adalah untuk memenuhi tugas dan melengkapi syaratsyarat dalam mencapai gelar sarjana Ushuluddin pada jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Untuk memahami lebih jauh tentang selibat dalam agama Katolik terutama tentang makna dan tujuan selibat dalam agama Katolik. 3. Kegunaan dari penelitian ini dimaksudkan sebagai pengetahuan dalam rangka hubungan antar agama, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menganut ajarannya masing-masing, sehingga akan terbentuklah suatu kehidupan yang harmonis dalam menjalankan agama yang mereka anut. xi

12 D. Metode Penulisan Dalam mengumpulkan data Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research Method), untuk mencari data-data yang dibutuhkan dan mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Dan penulis juga menggunakan metode wawancara, dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan sumber yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Dalam penelitian kepustakaan Penulis menerapkan metode Deskriptis dan Analitis, dengan melibatkan pendekatan historis. Metode deskriptif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas dan terang mengenai permasalahan yang ditulis dalam skripsi ini. Metode analitis dimanfaatkan agar Penulis dapat menyajikan penulisan skripsi yang sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diselidiki. Pendekatan Historis 9 adalah pendekatan yang berpandangan bahwa suatu fenomena religius dapat dipahami dengan mencoba menganalisis perkembangan segi historisnya. Dengan memperhatikan perkembangan prinsip-prinsip umum dari tingkah laku religius dan menghubungkan dengan kajian-kajian khusus dan tertentu, muncul pola-pola kejadian yang menghasilkan prinsip-prinsip umum dari keberagamaan tersebut. Sedangkan penulisan skripsi ini disusun berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006/ Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan Agama), (Bandung: Penebit Pustaka Setia, 2000). h xii

13 E Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini dibagi lima bagian, yaitu: Bab pertama Merupakan bab Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Pada bab kedua ini Penulis membahas Kajian Teori Tentang Selibat Menurut Katolik, dengan sub bab Pengertian Selibat Menurut Agama Katolik dengan tujuan untuk mempermudah dalam memahami selibat dalam Katolik. Setelah memahami makna selibat secara umum Penulis mencoba menguraikan sejarah perkembangan selibat dalam katolik dengan tujuan untuk memperjelas keberadaan selibat dalam agama Katolik. Selanjutnya, penulis membahas sumber ajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi selibat untuk memperkuat keberadaan selibat itu sendiri. Pada bab ketiga ini Penulis membahas Kaul, Permandian dan Tahapantahapan Kehidupan Selibat dengan sub bab yaitu Kaul dalam Selibat yang isinya menjelaskan tentang Tiga Kaul, kaul sebagai penyerahan, kaul sebagai bentuk kehidupan dalam selibat, kaul sebagai sikap hidup dalam selibat. Tujuan dari sub ini untuk menjelaskan bahwa antara kaul dan selibat ada keterkaitan satu sama lainnya. Sedangkan permandian sebagai praktek dari kaul menuju selibat. Dan pada bab ini juga dijelaskan tentang tahapan-tahapan kehidupan dalam selibat yang isinya ada empat tahap yaitu Adolescent Celibacy (masa puber hingga masuk umur 20-an), Generative Celibacy (umur 20-an hingga awal 30-an), xiii

14 Intimate Celibacy (umur 30-an tengah hingga 50-an), Integral Celibacy (umur 50- an akhir, pensiunan atau kematian). Pada bab keempat Penulis menjelaskan Tujuan dan Pengaruh Hidup Selibat dalam Agama Katolik, dengan tujuan untuk mengetahui proses selibat yang dilakukan oleh Rohaniawan Katolik yaitu hidup selibat demi kerajaan Allah, hidup selibat demi menyatu dengan kristus, hidup selibat sebagai pelayanan Illahi, pengaruh selibat dalam kehidupan rohaniawan katolik dan tinjauan kritis. Bab kelima sebagai penutup yang isinya kesimpulan yaitu menyimpulkan hasil dari penelitian. Kemudian saran-saran. xiv

15 BAB II SELIBAT MENURUT GEREJA ROMA KATOLIK A. Pengertian Selibat Menurut Gereja Roma Katolik Selibat berasal dari bahasa latin yaitu caelibatus yang berarti hidup tidak menikah atau membujang. Dalam bahasa inggris disebut celibacy yaitu status membujang, kadang-kadang dinamakan hidup wadat atau hidup lajang. 10 Gereja Katolik ritus latin menuntut bahwa para imam tidak menikah seumur hidup dan taat pada kemurnian pribadi dalam pikiran maupun dalam perbuatan. Selibat bukan suatu pokok iman Katolik melainkan tuntutan hukum gereja yang mengatur cita-cita tentang hidup klerus Katolik. Di dalam agama Katolik terdapat ordo-ordo keagamaan. Ordo-ordo keagamaan tersebut adalah golongan-golongan yang bersifat kerahiban yang para anggotanya menyerahkan hidup sepenuhnya bagi kepentingan agama dan kebaktian. Setiap golongan itu mempunyai ikrar dan peraturan tersendiri bagi setiap anggota yang akan memasuki ordo tersebut. Rahib laki-laki disebut Monk dan rahib wanita disebut Nun. Kepala biara laki-laki disebut Abbot dan kepala biara wanita disebut Abbes. Para anggota ordo keagamaan itu biasa juga disebut Friars, berasal dari kata latin yaitu Frater, yang bermakna saudara dan didalam bahasa inggris disebut Brothers. Setiap ordo itu 10 A. Heuken SJ. Selibat Ensiklopedi Gereja Jilid I, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995). h xv

16 merupakan jemaat persaudaraan dan hidup dalam biara. Dan didalam bahasa Indonesia pengertian rahib menurut agama katolik yaitu biarawan dan biarawati. 11 Di dalam bukunya yang berjudul Ajaran Iman Kristen, Harun Hadiwijono mengulas tentang hidup membiara, dengan memaparkan tulisan tersebut, penulis berharap akan dapat menambah pengertian biarawan dan biarawati tersebut. Harun Hadiwijono mengungkapkan sebagai berikut : Dalam konstitusi tentang gereja dari konsili vatikan II diutarakan tentang hidup membiara dan berkaul. Konstitusi ini membicarakan panggilan umum yakni panggilan hidup membiara sebagai status khusus di dalam gereja. semua orang Kristen, anggota-anggota tubuh kristus dipanggil untuk hidup suci untuk menghayati kesucian kristus dalam hidup mereka sendiri. Kekudusan gereja secara khusus dibina oleh rupa-rupa nasihat, yang disampaikan Tuhan di dalam injil kepada murid-murid-nya untuk dilaksanakannya. Setiap murid Yesus dipanggil untuk mengamalkan nasihat-nasihat injil. Diantaranya ada yang menanggapi panggilan itu dengan penyerahan diri secara total dalam hidup membiara. Mereka mengikrarkan tiga kaul sesuai dengan nasihat injil yaitu keperawanan, kemiskinan dan ketaatan sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan. Biarawan dan biarawati merupakan suatu golongan tertentu dalam gereja yang menuntut atau mengejar kesempurnaan secara khas. Biarawan dan biarawati melepaskan diri dari ikatan harta benda dunia untuk menyerahkan diri dengan bulat hati dan bebas kepada Tuhan. Orang yang beriman taat kepada Tuhan boleh membentuk hidup cita-citanya sendiri. Biarawan dan biarawati mengikrarkan ketaatan kepada pimpinan tarekatnya, menyesuaikan kehendaknya sendiri dengan kehendak Allah supaya ia menggunakan tenaganya dengan lebih sempurna dan efektif bagi kepentingan kerajaan Allah A. Heuken SJ. Rahib Ensiklopedi Gereja Jilid I, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995). h Harun Hadiwijono. Iman Kristen, (Jakarta. BPK Gunung Mulia, 1995). hal xvi

17 Dari penjelasan-penjelasan di atas, Penulis dapat menyimpulkan mengenai arti kerahiban menurut agama Katolik, yaitu orang-orang yang memenuhi panggilan untuk menghayati kesucian Kristus dan menanggapi panggilan tersebut dengan penyerahan diri secara total dengan mengikrarkan tiga kaul yaitu keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan Kristiani. Dengan mengikuti suatu pola hidup membiara, maka mereka dituntut untuk hidup melajang (selibat). Para klerikus terikat kewajiban untuk memelihara tarak 13 sempurna dan seumur hidupnya demi kerajaan surga, oleh karena itu mereka terikat selibat. Namun selibat tidak mungkin dilaksanakan sebagai suatu kewajiban semata-mata yang dituntut dalam rangka jabatan imamat dalam sebuah gereja Katolik. Hidup tidak nikah hanya mungkin mempunyai arti karena bersumber pada keyakinan akan cinta Allah yang tidak kenal batas, dan mendapatkan bentuknya dari pelayanan dalam gereja. Selibat bukan hanya berarti bertarak dan berkorban melainkan rasa kagum dan percaya akan kasih Allah yang tak terduga. Jika penuh kegembiraan, imam yang berselibat mencurahkan segala daya cinta kepada anggota jemaatnya maka usahanya yang serba terbatas ini memberi kesaksian mengenai cinta Allah bagi semua orang yang jauh melampaui semua usaha kita. Maka sewajarnyalah selibat dipandang sebagai peculiare Dei donum (anugerah 13 Tarak adalah menahan hawa nafsu dengan cara berpuasa, bertapa, berpantang terhadap kesenangan dan mengasingkan diri berlama-lama di suatu tempat. (Kamus Umum Bahasa Indonesia). xvii

18 istimewa Allah) untuk semakin bersatu dengan Kristus dan sebagai suatu karisma yang terbina dan diperoleh dalam doa. 14 Orang memilih cara hidup selibat, karena digerakkan oleh kerajaan Allah yang telah mendekat. Sadar akan waktu yang singkat dan mendesak, orang yang mempergunakan barang-barang duniawi, seolah-olah sama sekali tidak menggunakannya dan oleh karena itu yakin bahwa lebih berbahagia kalau tetap tinggal dalam keadaannya. Hidup wadat meragakan, bahwa sedalam-dalamnya dan dalam segala segi hidupku, aku sungguh diterima oleh Allah dan bahwa kasih Allah senyatanya dan sesungguhnya telah sampai kepada kita. 15 Maka penghayatan selibat yang sejati mencerminkan dan meneruskan suasana aman. Kendati tetap perlu diperhatikan agar kelakuan tidak menimbulkan sandungan-sandungan. Para rohaniawan yang membina hidup selibat tidak dengan menentukan dan menepati batas-batas pergaulan. Tingkah laku seorang selibat mengungkapkan cinta Allah tidak dengan laku cinta yang semakin terbatas, melainkan dengan sikap dan laku kasih yang semakin dalam dan luas, penuh kehangatan spontan dan tanpa pamrih dengan tata cara yang sopan, dengan tandatanda cinta yang manusiawi penuh hormat dan tidak pilih kasih. 16 Sebagaimana orang menemukan mutiara yang amat berharga, menjual segala milik untuk memperolehnya, begitulah hidup tidak nikah mengalir dari pengalaman persahabatan dengan Yesus. Di dorong oleh kegembiraan mendalam, orang melakukan hal-hal yang nampaknya naif. Karena ditawan oleh Yesus, h Dewan Keuskupan Agung Semarang, Pedoman Imam, (Yogyakarta: Kanisius, 1990). 15 Wawancara Pribadi dengan Suster Laurentia, Jakarta 14 Januari Wawancara Pribadi dengan Suster Laurentia. xviii

19 selibat menjadi cara hidup untuk mengikuti Dia. Orang hidup tidak nikah dalam semangat seorang pelomba: aku mengejarnya karena aku pun ditangkap oleh Kristus. Orang hidup tidak nikah karena sebenarnya ia telah ditangkap dan kendati ada kewajiban untuk selibat. Hanya ada satu alasan untuk hidup tidak nikah: Aku dipanggil. 17 Selibat mengungkapkan jawaban dari seseorang yang ditangkap. Dan hanya orang yang cukup halus dan peka sebenarnya dapat kena di hati dan dapat memberikan jawaban dari hati ke hati. Hanya jika ditangkap oleh the passion of love, orang sepenuhnya dapat menjalankan selibat sebagai the passion for Christ.. 18 Hidup selibat adalah tanda dan dorongan untuk cinta kegembalaan. Melalui selibat, imam-imam seharusnya menjadi bebas untuk pelayanan, agar dengan hati yang tak terbagi mereka dapat membaktikan diri kepada tugas pelayanan mereka yang dipercayakan kepada mereka. Hidup tidak nikah merupakan pengabdian bagi gereja, hidup solider dengan mereka yang hidup sendirian dan dalam kesepian, sebagai ungkapan yang menyatakan harapan kita. Karena imam tidak nikah, imam mungkin meragakan bahwa cintanya masih muda dan bahwa hatinya masih bebas. Kepada setiap orang yang mendatanginya ia seakan-akan memperlihatkan bahwa ia masih single dan masih mungkin diperoleh. Imam selalu masih dapat memberikan seluruh cintanya. Dalam arti ini selibat merupakan suatu tanda sosial. Oleh karena itu cara hidup selibat tidak selalu ditentukan oleh hati nurani yang tulus. Dalam menjalani hidup 17 Harjawiyata Fr, Panggilan Membiara dan Imamat. (Yogyakarta: kanisius, 1975) h Dewan Keuskupan Agung Semarang. Pedoman Imam. h 63 xix

20 selibat imam juga terikat oleh adat setempat dan harus memperhitungkan pandangan umum. Janganlah menimbulkan desas desus karena kelakuan yang tidak cocok. Dalam masyarakat kita selibat sebagai tanda yang sangat dihargai, namun sekaligus dicurigai, seakan-akan mustahillah dipenuhi dengan jujur. Maka janganlah menimbulkan keragu-raguan ataupun skandal dengan kelakuan yang kurang pantas dan kurang sopan. Tetapi juga; melawan segala tekanan dari mereka yang hanya mengintai, mengintip dan mem-black list pastor, imam berhak untuk tetap menjadi diri sendiri, justru demi kejujuran selibat. Hidup selibat, tanda cinta kegembalaan dan sumber dari kesuburan rohani menuntut lebih daripada hanya sikap hati-hati dalam pergaulan dengan lawan jenis dan terhadap dorongan-dorongan seksual. Agar hidup tak nikah menjadi subur, pantas diperkembangkan kemampuan mencintai dengan jujur seumur hidup. 19 Dalam tahap perkembangan kepribadian dan dalam wujud yang berubah, hidup selibat menuntut dari imam untuk membina seksualitas dengan wajar. Tidak mengingkari seksualitas dan mengakui dorongan-dorongan yang berubah dan berkembang; sebagai pemuda dalam umur dewasa, sebagai ayah dalam hari tua. Membina ketahanan batin dalam menanggung frustasi tanpa melarikan diri. Semakin menjadi independent dari ikatan akan ibu agar diteguhkan kemampuan untuk memberikan diri sepenuhnya. Menjadi rela dan kuat dalam memikul tanggung jawab untuk diri sendiri dan untuk orang lain. 19 Dewan Keuskupan Agung Semarang. Pedoman Imam. h 65 xx

21 Mengenal bahwa hidup adalah memberi dan menerima, mangalami dan menerima ketegangan antara menghargai dan dihargai, agar semakin mampu untuk berdialog. Mengenal dorongan-dorongan jenis pria dan mengerti perasaanperasaan wanita agar semakin peka terhadap perasaan dan harapan yang timbul agar semakin bijaksana dalam menanggapinya. Adapun selibat dipandang dari beberapa segi 20, diantaranya : Segi kristologis, mengabdikan seluruh hidup dan perbuatan seperti halnya Yesus mengabdikan dirinya kepada tugas-tugas yang diberikan Allah kepadanya. Sehingga tiada tempat untuk hidup berkeluarga baginya. Maka Yesus menyeru supaya orang yang ingin mengikutinya bersedia meninggalkan apa saja termasuk anak istrinya. Segi eklesial, hidup berselibat membebaskan orang dari aneka kewajiban dan keterikatan hidup berkeluarga, supaya dapat mencurahkan seluruh waktu segala tenaga dan cinta kasihnya pada pelayanan umat. Segi profetis, hidup menurut tiga nasihat injil merupakan suatu alternative terhadap kecenderungan kodrati mencari kebahagiaan dalam hidup ini dan terhadap konsumerisme yang ingin menikmati apa yang dapat diperoleh sekarang ini dan sebanyak mungkin.. Segi karismatis, menjalankan selibat dengan setia mengandaikan panggilan dan rahmat khusus. Maka hidup berselibat bukan prestasi orang yang bersangkutan, bukan pula harga yang harus dibayar kalau mau 20 A. Heuken SJ. Selibat Ensiklopedi Gereja Jilid I, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995). h xxi

22 menjadi imam. rahmat hidup berselibat harus di doakan oleh umat yang menginginkan imam mereka berselibat. Segi eskatologis, orang yang hidup berselibat menaruh seluruh harapan pada Allah serta kehidupan di akhirat, waktu Allah akan menjadi segalanya. Inilah harta yang tidak akan dapat dicuri atau dimakan karat. B. Sejarah Singkat Timbulnya Selibat Pada masa Gereja perdana 21, hidup selibat bagi para klerus tidaklah diwajibkan. St Paulus dalam surat pertamanya kepada St Timotius menulis. Penilik jemaat [Uskup] haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan (3:2) dan Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik (3:12). Walaupun demikian, orang hendaknya jangan sampai salah menafsirkan ajaran ini dengan mengartikan bahwa seorang uskup, imam atau diakon haruslah menikah; St Paulus mengakui bahwa ia sendiri tidak menikah (1 Kor 7:7). Klemens dari Alexandria (wafat thn 215) membangkitkan kembali ajaran St Paulus, ungkapan Klemens (seorang tokoh Katolik) menarik untuk dikutip. Gereja dengan sepenuhnya menerima suami dari satu isteri entah sebagai imam atau diakon atau awam, dengan senantiasa beranggapan bahwa ia tak bercacat dalam perkawinannya, dan yang dengan demikian akan diselamatkan dalam memperanakkan keturunan. 22 St. Epiphanius dari Salamis (wafat thn 403) mengatakan, 21 Gereja Perdana ialah gereja yang berbentuk kaum atau kelompok manusia yang mempunyai visi dan misi untuk menyebarkan ajaran Yesus dan mengajarkan alkitab, dibentuk pada zaman para Rasul dimana Yesus di anggap sebagai pimpinan gereja dan Yesus Sendiri yang mengproklamirkan gereja perdana. (wawancara pribadi dengan suster Laurentia) 22 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat. Artikel di akses tanggal 2 januari 2008 dari xxii

23 Gereja yang Kudus menghormati martabat imamat hingga ke tahap Gereja tidak menerimakan diakonat, presbiterat ataupun episkopat, bahkan subdiakonat, kepada siapapun yang masih hidup dalam ikatan perkawinan dan memperanakkan keturunan. Gereja hanya menerima dia, yang jika telah menikah meninggalkan isterinya atau telah kehilangan isterinya karena meninggal dunia, teristimewa di tempat-tempat di mana kanon gerejani diterapkan secara ketat. Konsili Elvira (306), yaitu konsili lokal Spanyol, menerapkan selibat pada para uskup, para imam dan para diakon, Kami mendekritkan bahwa segenap uskup, imam, diakon dan semua klerus yang terlibat dalam pelayanan sama sekali dilarang hidup bersama isteri mereka dan memperanakkan keturunan: siapapun yang melanggar akan dikeluarkan dari martabat klerus. 23 Setelah disahkannya kekristenan pada tahun 313, berkembanglah pembahasan yang lebih mendalam mengenai selibat para Klerus. Dalam Konsili Ekumenis Nicea I (325), Uskup Hosius dari Cordova mengusulkan suatu dekrit yang memandatkan selibat para Klerus, termasuk para Klerus yang telah menikah. 24 Uskup Mesir Paphnutius, ia sendiri tidak menikah, mengajukan protes, menegaskan bahwa prasyarat dari dekrit Uskup Hosius akan terlalu keras dan tidak bijaksana. Sebaiknya, para Klerus yang telah menikah hendaknya terus setia kepada isteri mereka, sementara yang belum menikah hendaknya memutuskan secara pribadi apakah ia hendak hidup selibat atau tidak. Jadi, tidak ada prasyarat yang dimandatkan Gereja bagi para imam untuk selibat. 25 Namun demikian, pada waktu itu, muncul semangat spiritual baru kemartiran putih. 26 Semasa penganiayaan, banyak yang menderita kemartiran 23 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat 24 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat 25 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat 26 Kemartiran Putih: Golongan yang sukarela mengingkari hal-hal dari dunia dan mereka rela mati untuk kembali atau bangkit untuk Kristus. xxiii

24 merah, 27 mencurahkan darah demi iman. Dengan kemartiran putih, para laki-laki dan perempuan memilih untuk dengan sukarela mengingkari hal-hal dari dunia ini dan mati bagi diri mereka yang lama, agar dapat bangkit kembali untuk hidup dalam suatu kehidupan yang sepenuhnya dibaktikan kepada Kristus. Gagasan kemartiran putih ini mendorong lahirnya monastisisme dan kaul-kaul kemiskinan, kemurnian (termasuk selibat), dan ketaatan. Pada poin ini, tradisi selibat para Klerus berbeda antara tradisi Gereja Barat dan Gereja Timur. Dalam Gereja Barat, beberapa Paus mendekritkan selibat: Damasus I (384), Siricius (385), Innosensius I (404), dan Leo I (458). Konsili-konsili lokal menerbitkan maklumat selibat bagi para klerus: di Afrika, Karthago (390, ); di Perancis, Orange (441) dan Tours (461); dan di Italia, Turin (398). Pada masa Paus Leo I (wafat thn 461), tidak ada uskup, imam, diakon ataupun subdiakon yang diperkenankan menikah. Namun demikian, ketentuan-ketentuan tersebut tidak selalu dilaksanakan seperti yang seharusnya. 28 Dalam Gereja Timur, terdapat perbedaan antara Uskup dan para Klerus lainnya mengenai apakah mereka harus selibat. Kitab Hukum Sipil Kaisar Justinian melarang siapapun yang mempunyai anak atau bahkan keponakan untuk ditahbiskan sebagai seorang Uskup. Konsili Trullo (692) memandatkan bahwa seorang Uskup harus selibat, dan jika ia telah menikah, ia harus berpisah dari isterinya sebelum ditahbiskan sebagai uskup. Para imam, Diakon dan Subdiakon dilarang menikah setelah pentahbisan, meski mereka hendaknya terus memenuhi janji perkawinan mereka andai telah menikah sebelum pentahbisan. Ketentuan- 27 Kemartiran Merah : Golongan yang rela mencurhkan darah demi iman kepada Kristus. 28 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat xxiv

25 ketentuan ini hingga kini masih berlaku bagi sebagian besar Gereja-gereja Timur. 29 Yang menyedihkan, pada Abad Pertengahan, muncul kasus-kasus penyelewengan dalam selibat para Klerus, yang menimbulkan reaksi keras dari Gereja. Sinode Augsburg (952), dan konsili-konsili lokal: Anse (994) dan Poitiers (1000) semuanya mengukuhkan peraturan selibat. Paus Gregorius VII pada tahun 1975 melarang para imam yang menikah atau yang memiliki selir mempersembahkan Misa atau melakukan pelayanan-pelayanan gerejani lainnya, dan melarang kaum awam ikut ambil bagian dalam Misa atau dalam pelayananpelayanan liturgis lainnya yang dilayani oleh para imam yang demikian. 30 Akhirnya, Konsili Lateran Pertama (1123), suatu konsili Gereja yang Ekumenis, memandatkan selibat bagi para Klerus Barat. Konsili Lateran Kedua (1139) kemudian mendekritkan Tahbisan Suci sebagai halangan dari suatu perkawinan, dengan demikian menjadikan segala usaha perkawinan oleh seorang Klerus tertahbis menjadi tidak sah. Dan pada akhirnya, peraturan-peraturan mengenai selibat tampaknya menjadi jelas dan konsisten di segenap penjuru Gereja Katolik. 31 Di kemudian hari, para pemimpin Protestan memperolok dan menyerang disiplin selibat para Klerus, sebagian dikarenakan adanya penyelewenganpenyelewengan tercela yang terjadi dalam masa Renaissance. Sebagai tanggapan, Konsili Trente dalam Ajaran dan Kanon mengenai Sakramen Tahbisan (1563) menyatakan bahwa meskipun selibat bukanlah suatu hukum ilahi, namun Gereja 29 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat 30 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat 31 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat xxv

26 memiliki otoritas untuk menetapkan selibat sebagai suatu disiplin. Sembari menjunjung tinggi selibat, Gereja tidak memandang rendah kesakralan hidup perkawinan ataupun cinta kasih suami isteri. Di samping itu, Konsili-konsili menegaskan bahwa selibat bukanlah cara hidup yang mustahil, sekaligus mengakui bahwa dalam selibat sungguh dibutuhkan rahmat Tuhan. Gereja Katolik terus-menerus meneguhkan disiplin selibat para Klerus, yang paling akhir adalah dalam dekrit Konsili Vatikan Kedua Presbyterorum ordinis (1965), ensiklik Paus Paulus VI Sacerdotalis Caelibatus (1967), dan dalam Kitab Hukum Kanonik (1983). 32 Setelah menelusuri perkembangan historis mengenai bagaimana selibat ditetapkan bagi para Klerus dalam Gereja Katolik Roma (terkecuali di beberapa Gereja-gereja Ritus Timur), sekarang kita akan membahas spiritualitas yang mendasari peraturan ini. Konsili Vatikan II dalam Dekrit mengenai Pelayanan dan Kehidupan Para Imam (Presbyterorum ordinis) (1965) menegaskan, Pantang sempurna dan seumur hidup demi Kerajaan Sorga telah dianjurkan oleh Kristus Tuhan, dan di sepanjang masa, juga zaman sekarang ini, oleh banyak orang Kristen telah diterimakan dengan sukarela dan dihayati secara terpuji. Pantang itu oleh Gereja selalu sangat dijunjung tinggi bagi kehidupan imam. Sebab merupakan lambang dan sekaligus dorongan cinta kasih kegembalaan, serta sumber istimewa kesuburan rohani di dunia (No. 16). 33 Disamping mengakui bahwa selibat tidak dituntut oleh imamat berdasarkan hakekatnya, Konsili menegaskan bahwa selibat mempunyai kesesuaian dengan imamat: 32 Romo William P Saunder. Sejarah dan Spiritualitas Selibat 33 R Hardawiryana. Dokumen Konsili Vatikan II. (Jakarta: Obor,1993). h xxvi

27 Dengan menghayati keperawanan atau selibat demi Kerajaan Sorga, para imam secara baru dan luhur dikuduskan bagi Kristus. Mereka lebih mudah berpaut pada-nya dengan hati tak terbagi, lebih bebas dalam Kristus dan melalui Dia membaktikan diri dalam pengabdian kepada Allah dan sesama, lebih lancar melayani kerajaan-nya serta karya kelahiran kembali adikodrati, dan dengan demikian menjadi lebih cakap untuk menerima secara lebih luas kebapaan dalam Kristus. Jadi dengan demikian mereka menyatakan di hadapan umum, bahwa mereka bermaksud seutuhnya membaktikan diri kepada tugas yang dipercayakan kepada mereka, yakni mempertunangkan umat beriman dengan satu Pria, dan menghadapkan mereka sebagai perawan murni kepada Kristus. Demikianlah mereka membangkitkan kesadaran akan perkawinan penuh rahasia, yang telah diciptakan oleh Allah dan di masa depan akan ditampilkan sepenuhnya, yakni bahwa Gereja hanya mempunyai Kristus sebagai Mempelai satu-satunya. Kecuali itu mereka menjadi lambang hidup dunia yang akan datang, tetapi sekarang sudah hadir melalui iman dan cinta kasih: di situ putera-puteri kebangkitan tidak akan menikah dan dinikahkan (Luk 20:35-36). 34 Paulus VI mengharapkan bahwa pengertian mendalam tentang kaitan erat antara imamat dan tugas melanjutkan misi Kristus itu akan semakin memperlihatkan kesesuaian antara selibat dan imamat (Sacerdotalis caelibatus). 35 Yoanes Paulus II berusaha membaharui semangat selibat dengan mengajarkan bahwa semangat hidup berselibat, miskin dan taat secara radikal merupakan sikap hidup Yesus sendiri yang seharusnya meresapi seluruh umat beriman. Seperti gambaran kematian, semua orang harus menempuh jalan terakhir tanpa teman hidup, meninggalkan segala miliknya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. 36 Hidup berkeluarga Kristiani dan hidup berselibat adalah dua bentuk kesaksian akan cinta kasih Allah. Kedua bentuk itu saling memerlukan dan saling mendukung. Mereka yang menikah perlu di sadarkan bahwa cinta kasih akan 34 R Hardawiryana. Dokumen Konsili Vatikan II. h A. Heuken SJ. Selibat Ensiklopedi Gereja Jilid IV, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995). h A. Heuken SJ. Selibat Ensiklopedi Gereja h xxvii

28 Allah melampaui cinta di antara anggota-anggota keluarga. Mereka yang berselibat perlu di sadarkan bahwa cinta kasih Allah menjadi kongkrit dalam cinta suami isteri yang tak di tarik kembali. Kedua bentuk ini memerlukan sikap sama yang di ungkapkan secara berbeda, yakni kepekaan hati, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama, saling memaafkan dan setia satu sama lain. Didalam buku yang berjudul Hidup Murni Budaya Indonesia dan Tradisi Kitab Suci 37, dengan lebih khusus lagi membahas mengenai perkembangan selibat kerahiban tentang hidup murni, ia mengulas bahwa pada awal perkembangan hidup murni itu ada dua situasi yang akan memberikan gambaran yaitu : 1. St. Paulus menyatakan bahwa hidup murni itu berhubungan dengan pelayanan kerasulan. Hidup murni yang di proklamasikan oleh injil mempunyai makna besar bagi pelayanan. 2. Berhubungan dengan peran tertentu dalam gereja. ketika gereja berbenah diri dalam tata kehidupan bersama. Gereja membutuhkan orang-orang yang berbakti bagi gereja secara penuh. Selanjutnya F. Hartono 38 memberikan komentarnya mengenai awal perkembangan hidup murni itu sebagai berikut: Dari situasi itulah yang ikut menentukan kehidupan, perkembangan gereja dan pelayanannya yang tidak menuntut pelayanan khusus, sedang dari pihak lain muncul tuntutan baru yang membutuhkan panggilan khusus karya purna waktu yang membawa orang dalam keterlibatan hidup demi gereja. situasi ini membuka lahan baru bagi perkembangan cita-cita hidup menurut nasihat injil, terutama hidup murni demi kerajaan Allah. 37 St Darmawijaya, Hidup Murni Budaya Indonesia dan Tradisi Kitab Suci. (Yogyakarta, Kanisius. 1987). hal Hartono F, Hidup Membiara, Apostolis. (Yogyakarta, Kanisius. 1988). h 65. xxviii

29 Bentuk-bentuk hidup murni demi kerajaan Allah diusahakan dikaitkan dengan kehidupan pertobatan, menyepi di padang gurun, tekun dan mendalam bagi kehidupan gereja dan digiatkan demi pelayanan umum bagi jemaah beriman. Dari pengamatan di atas, jelaslah gereja berhenti dalam mengembangkan pemahaman dan cara kehidupan yang lebih mengungkapkan cita-cita asli dari proklamasi Injili. Gereja menanggapi tentang tawaran hidup murni bukan sematamata demi kerajaan Allah dimasa mendatang, tetapi guna pembangunan kerajaan Allah di masa kini. Gereja tetap berusaha memahami warisan masa lampaunya sebagai kekayaan dan memanfaatkan kekayaan itu untuk berjuang bagi saat-saat ini dalam pelayanan terhadap sesama. C. Sumber Ajaran Hidup Selibat Adapun sumber dari pada hidup selibat menurut Katholik terdapat dalam al-kitab. Diantara ayat yang menjadi landasan hidup selibat adalah: Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan didalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi, mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka anak-anak Allah. Karena mereka telah dibangkitkan. (Lukas, 20:34-36) Ada orang yang tidak dapat kawin karena memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan sorga. (Matius 19:12) Haruslah kamu sempurna, sama peperti bapamu yang di sorga adalah sempurna (Matius 5:48) Hendaklah kamu menjad kudus didalam seluruh hidupmu sama seperti dia yang kudus, yang telah memanggil kamu kuduslah kamu sebab aku kudus. (Pet:15-16) Dan diantara ayat yang menjadi kaul adalah: xxix

30 Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, jauhilah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta disorga, kemudian datanglah kemari dan ikutilah aku. Matius 19:12 Menurut ajaran Katholik, bahwa hidup selibat itu selain bersumber dari al- Kitab (Firman Allah) juga bersumber dari Kristus (Nabi Isa). Mereka menjalani kehidupan selibat adalah untuk meneladani Kristus, sebab Kristus tidak pernah menikah (dalam kedaan lajang) dalam hidupnya seperti tertera dalam kitab: Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu kuduslah kamu sebab aku kudus (Pet 1:15-16) 39 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidup Selibat Ada dua faktor yang mendorong seseorang untuk menjalani hidup selibat yaitu: 1. Proklamasi Yesus, yaitu hidup murni demi kerajaan Allah. Dan memang semasa hidupnya Yesus tidak menikah. Yesus memberi tempat Allah merajai hidupnya. 2. Pengaruh masyarakat, Pada waktu itu gereja mengalami masa transisi dari gereja yang bersifat kekeluargaan ke gereja yang bersifat mondial dan universal organisasinya. Karena masa transisi itulah, maka gereja sangat membutuhkan orang-orang yang mempunyai loyalitas yang tinggi untuk membaktikan hidupnya secara total untuk pelayanan yang universal, maka kesediaan orang-orang yang 39 Wawancara Pribadi dengan Suster laurentia xxx

31 tidak berkeluarga atau orang-orang yang tidak menikah pada waktu itu sangat dibutuhkan. 40 Seorang individu dipahami dan diterima sebagai wakil seluruh umat manusia. Setiap individu adalah seluruh umat manusia yang ingin diraih Allah dan tanggapan tiap-tiap individu itu oleh karenanya mewakili seluruh manusia. Dalam konteks pemahaman Kristen, tanggapan pribadi yesus terhadap karya penyelamatan Allah yang inklusif sesungguhnya dipandang sebagai paradigma, model normatif bagi kehidupan selibat. 41 Dalam merefleksikan kehidupan selibat, pelayanan kristus menjadi sebuah gambaran kehidupan bagi umat katolik. Yesus pertama-tama menerima seseorang sebagai pribadi yang berharga sebagaimana dia ada, bertahan sendiri memanggil orang-orang tertentu untuk hidup bagi kepentingan orang sesama seutuhnya. Artinya seluruh hidupnya disumbangkan atau dipersembahkan untuk kepentingan jemaat atau umat. Yesus juga datang untuk mengakui kehidupan manusia dalam segala macam kegagalannya. 42 Setiap orang dalam hidup ini pasti akan mendapatkan masalah, tapi yang paling penting bagaimana kita menghadapi dan mengatasi masalah itu. begitu pun orang-orang yang menjalani kehidupan selibat. Pada umumnya memang masalah godaan untuk berkeluarga selalu ada. Kemudian juga masalah lain misalnya saja kehidupan sendiri itu kadang-kadang dirasakan berat. Disamping itu bagi orangorang yang mau hidup secara tidak berkeluarga (selibat) harus rela tidak 40 St. Darmawijaya, Hidup Murni Budaya Indonesia dan Tradisi Kitab Suci. (Yogyakarta: Kanisius, 1987), h Darmawijaya, Hidup Murni Budaya Indonesia dan Tradisi Kitab Suci. h Harjawiyata Fr, Panggilan Membiara dan Imamat. (Yogyakarta: kanisius, 1975), h. 134 xxxi

32 mementingkan harta dunia dan harus hidup serba sederhana. Dan faktor-faktor itu kadang-kadang menjadi beban dalam menjalankan pekerjaan kehidupannya. Namun, beban itu dapat diatasi kalau didalam jiwa dan pikiran selalu ditanamkan keinginan yang kuat untuk mengabdikan diri demi kepentingan sesama. Dan yakin bahwa Tuhan sendiri akan selalu memberikan jalan keluar dan memberikan kekuatan untuk mengatasi godaan-godaan atau masalah-masalah yang timbul. Memang tidak dipungkiri bahwa suatu saat bisa saja terjadi bahwa ada seseorang yang sudah beritikad untuk hidup selibat tetapi suatu saat karena masalah-masalah atau banyak hal yang menimpa dirinya dan tidak bisa mengatasinya. Bisa saja ia meletakkan jabatannya dan kemudian melepaskan tugasnya dan mengambil hidup berkeluarga. Karena ini memang suatu hal yang cukup berat untuk diamalkan oleh kita sebagai manusia biasa. xxxii

33 BAB III KAUL, PERMANDIAN DAN TAHAPAN KEHIDUPAN DALAM SELIBAT E. Kaul dalam selibat Kaul atau prasetia adalah suatu janji untuk memuliakan Allah. Orang berjanji secara sadar dan rela untuk berbuat sesuatu yang pada umumnya tidak dituntut darinya yang lebih berkenan kepada Allah dari pada yang sebaliknya. 43 Kaul adalah janji kebiaraan di mana seseorang secara sukarela menyerahkan seluruh hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. 44 Ketika mendengar kata kaul (hidup membiara) orang dengan sendirinya berpikir mengenai tiga kaul, yaitu tidak menikah (kemurnian), hidup miskin dan ketaatan. Tetapi para peter dominikan mengingat diri pada kehidupan lajang hanya dengan satu kaul saja, yakni ketaatan. Namun agak sedikit berbeda dengan regule (peraturan) Santo Benekditus memang disebutkan tiga kaul, tetapi bukan yang biasa melainkan pertobatan hidup, ketetapan tempat dan ketaatan. Hal ini tidak berarti ada biarawan biarawati yang terikat oleh selibat (lajang) kemiskinan dan ketaatan. Melainkan ketiga kaul itu selalu harus dilihat dan diartikan menurut masing-masing ordo (kumpulan rahib) A. Heuken SJ. Kaul Ensiklopedi Gereja Jilid II, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995). h Wawancara pribadi dengan Suster Laurentia, Jakarta 14 Januari A. Soenarja. Kisah Orang Membiara. Yogyakarta. Nusa Indah, hal 130. xxxiii

34 Dengan kaul, para biarawan biarawati mengikat diri untuk melaksanakan ketiga nasihat injil yaitu tidak menikah, hidup dalam kemiskinan dan ketaatan. 46. Bagi kebanyakan ordo menjadi pengertian biasa, bahwa dengan ketiga kaul itu orang akan diterima dalam hidup membiara. Maka agak mengherankan bahwa sejak tahun 1400 ketiga kaul itu baru di pandang sebagai pokok hidup lajang diantara gereja. Dewasa ini di dalam gereja dibedakan antara rohaniwan dan biarawan rohaniawan adalah mereka yang menerima tahbisan suci dan kemudian menjadi anggota hirarki untuk menunaikan tugas gerejani. Sedangkan biarawan dan biarawati ialah orang yang mengikrarkan kaul diatas. Namun ada juga biarawan dan biarawati yang sekaligus ditahbiskan menjadi rohaniawan. Sejak abad ke 6 para rohaniawan menjanjikan atau mengikrarkan kaul untuk tidak menikah, mereka juga mengikat diri untuk hidup menurut peraturan gereja, tetapi tidak ada kaul ketaatan begitu juga mereka menjanjikan kemiskinan. Sejak zaman S. Augustinus para rohaniawan sering kali hidup bersama, hidup bersama itu berarti milik bersama, dalam abad ke11 hal itu menjadi kebiasaan umum. Mereka tidak mengucapkan kaul kemiskinan melainkan mengikat diri pada kumpulan mereka yang hidup bersama. 47 Begitupun dengan para biarawan yang pada permulaan sama sekali tidak mengucapkan kaul. Mereka mengikat diri pada peraturan biara yang mengusahakan sebaik mungkin pengikraran diri pada apa yang dipandang sebagai Konferensi Wali gereja Indonesia. Iman Katolik. Yogyakarta. Kanisius, hal Konferensi Wali gereja Indonesia. Iman Katolik.( Yogyakarta. Kanisius, 1996). hal xxxiv

35 pokok hidup membiara. Dalam bentuk kehidupan itu tercantum pula keperawanan (lajang). Tetapi itupun tidak dinyatakan secara khusus, yang terpenting adalah ketaatan kepada biara dan peraturan. Hidup para biarawan adalah bentuk kehidupan tertentu dan orang yang menjadi biarawan mengingat diri pada bentuk kehidupan itu. Sebaliknya para selibat tidak terikat pada bentuk kehidupan tertentu, mereka tidak disebut biarawati (bagi perempuan), mereka hanya mengingat diri pada keperawanan seringkali hidup dirumahnya sendiri secara biasa. Tanda lahir keperawanan adalah selubung. Sejak abad ke 6 para perawan pun (bersama dengan janda) mulai hidup bersama. Tetapi sampai abad ke 11 masih ada perawan yang secara resmi menerima selubung dari uskup dan tetap sendiri di tengah-tengah masyarakat. Secara implisit keperawanan, kemiskinan dan ketaatan sudah dirangkum dalam kehidupan para rohaiawan, biarawan dan biarawati. Tetapi hanya para rohaniawan dan perawanlah keperawanan itu dijanjikan secara terbuka. Kemiskinan tidak pernah tidak disebutkan, dan ketaatan sebetulnya berarti bahwa orang mengikuti diri pada bentuk kehidupan yang dirumuskan regule (peraturan). Pada tahun 1148 ada 12 rohaniawan di Paris yang menjanjikan kemiskinan, ketaatan dan tidak menikah. Pada pokoknya dengan kaul itu sudah dinyatakan apa yang sekarang merupakan isi pokok dari kaul kebiaraan, tetapi xxxv

36 perumusannya masih berbeda. Baru sejak tahun 1400 dengan terang disebut kemiskinan, tidak menikah dan ketaatan. 48 Pada waktu itu di dalam gereja tidak ada lagi tiga bentuk golongan di atas. Para perawan sudah menjadi biarawati, juga para rohaniawan yang hidup bersama pada waktu itu mempunyai bentuk kehidupan yang sangat mendekati para biarawan. Mereka semua menjalankan hidup yang sekarang disebut hidup membiara. Disamping biarawan dan biarawati juga tinggal para rohaniawan yang hidup menurut bentuk kehidupan bersama. Pada waktu itu biarawan juga mulai memikirkan bentuk kehidupan mereka dan terutama S. Thomas Aquino 49 mengembangkan satu teologi hidup membiara, khususnya mengenai tiga kaul itu. Teologi itu tidak jatuh dari langit begitu saja, tetapi sudah dipersiapkan dalam buku-buku rohani yang ditulis dan di pahami oleh para biarawan, karena hidup membiara itu sebagai usaha tidak mengingkari diri, maka ketiga kaul itu pertamanya dilihat sebagai olah tapa saja. Menurut pandangan orang abad pertengahan hidup selibat (membiara) adalah menjauhkan diri dari dunia yang di anggap jahat oleh mereka. Secara khusus kesenangan daging mereka musnahkan dengan hidup lajang sedangkan kesenangan mata serta kecongkakan hidup mereka perangi dengan kemiskinan dan ketaatan 50. Dengan demikian nasihat injil itu di ikrarkan dalam kaul dan mendapat tafsiran yang sangat praktis. h Tom Jacobs, Hidup Membiara Makna dan Tantangan, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 49 A. Heuken SJ. kaul Ensiklopedi Gereja Jilid II. h Joyce Ridrich. Kaul Harta Melimpah dalam Bejana Tanah Liat. (Yogyakarta, Kanisius. 1987). hal 81. xxxvi

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.

Lebih terperinci

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

SAUDARA BELAJAR BERJALAN SAUDARA BELAJAR BERJALAN Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Letakkan Tangan Saudara di dalam Tangan Allah Sudahkah Iblis Berusaha untuk Menjatuhkan Saudara? Apakah Saudara Menderita karena Kristus?

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Roh Kudus Penolong dan Penghibur GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan. DOA Pengantar Apakah Anda pernah kagum akan sesuatu yang dikatakan oleh seorang anak kecil? Mungkin caranya menerangkan bagaimana cara kerja sebuah mainan. Atau mungkin ia menceriterakan tentang suatu

Lebih terperinci

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Yesus berkata, "Aku akan mendirikan jemaatku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Inilah janji yang indah! Ayat ini memberitahukan beberapa hal yang penting

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

Pertobatan Sejati Suatu Syarat

Pertobatan Sejati Suatu Syarat Pertobatan Sejati Suatu Syarat Agama Menjamin Kebahagiaan Keluarga. Agama keluarga adalah satu kuasa yang ajaib. Tingkah laku suami terhadap istri dan istri terhadap suami akan membuat kehidupan rumah

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan Keselamatan Saya sedang duduk di rumahnya yang kecil, ketika Amelia, yang berusia 95 tahun, menceritakan apa sebabnya ia menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Bertahun-tahun yang lalu ia berdiri di depan

Lebih terperinci

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Pekerja Dalam Gereja Tuhan Pekerja Dalam Gereja Tuhan Kim, seorang yang baru beberapa bulan menjadi Kristen, senang sekali dengan kebenaran-kebenaran indah yang ditemukannya ketika ia mempelajari Firman Tuhan. Ia membaca bagaimana

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Defenisi Gereja menurut Alkitab Di terjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti dipanggil keluar. Ungkapan ini pada umumnya digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja. Di Perjanjian

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL GEREJA

BAB I MENGENAL GEREJA BAB I MENGENAL GEREJA 1 STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis-komersial, salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Pernahkah saudara melihat seekor induk burung yang mendesak anaknya keluar dari sarangnya? Induk burung itu memulai proses pengajaran yang akan berlangsung terus sampai

Lebih terperinci

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan

Lebih terperinci

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Yos. 24 : 1 2a. 15-17. 18b) Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Yosua:

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Yos. 24 : 1 2a. 15-17. 18b) Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Yosua: Tahun B Minggu Biasa XX - 23 Agustus 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Yos. 24 : 1 2a. 15-17. 18b) Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Yosua: Menjelang wafatnya,

Lebih terperinci

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Pengantar Dalam dua bagian pertama pelajaran ini, kita telah belajar pentingnya menerima Roh Kudus, membaca Alkitab, dan berkembang di mana kita ditanamkan. Dalam

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan Kita telah banyak mempelajari masa lampau gereja Tuhan. Kita telah melihat bagaimana Allah mengerjakan rencananya. Kita juga telah mempelajari arti kata

Lebih terperinci

Lesson 7 for May 13, 2017 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

Lesson 7 for May 13, 2017 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI Lesson 7 for May 13, 2017 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI Dalam 1 Petrus 5: 1-10, Petrus menjelaskan peran para penatua di Gereja. Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama

Lebih terperinci

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya, 1 Tahun C Hari Minggu Prapaskah I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ul. 26 : 4-10 Pengakuan iman bangsa terpilih. Bacaan diambil dari Kitab Ulangan: Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN Orang tua Kristiani mempunyai tanggung jawab, yang dipandang juga sebagai bentuk kerasulan khusus, untuk mendidik anak-anak dan membantu anak-anak dapat mempersiapkan diri

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya.

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya. TUBUH KRISTUS Pengantar Apakah Tubuh Kristus itu? Apakah sama dengan Gereja? Mungkin definisi yang sangat sederhana ini akan dapat menjelaskannya. Tubuh Kristus terdiri dari orang-orang percaya dalam semua

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2 1 Tesalonika 1 Salam 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

Tugas Seorang. Istri

Tugas Seorang. Istri Tugas Seorang Istri Seorang wanita yang mengetahui bahwa peranannya sebagai istri merupakan suatu tanggung jawab besar, adalah orang yang bijaksana. Ia sudah siap untuk menerima petunjuk dari Allah bagaimana

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (6/6)

Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Bersaksi dan Memuridkan Orang Lain Kode Pelajaran : OKB-T06 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di BAB 2 Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di hadapan ALLAH? Alkitab menggunakan berbagai ungkapan

Lebih terperinci

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Kita telah menyelesaikan penelaahan mengenai keempat karunia yang kita sebut karunia pelayanan. Walaupun daftar karunia-dalam Efesus 4

Lebih terperinci

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON 1055 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira

Lebih terperinci

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah Apayang Dilakukan oleh Gereja Iuhan untuk Allah Dalam pelajaran 6, kita telah belajar bagaimana orang Kristen saling menolong dalam tubuh Kristus. Dalam Pelajaran 7, kita melihat beberapa kewajiban kita

Lebih terperinci

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Baptisan Mencuci Bersih Dosa GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA 1. PENGANTAR ikut berperan serta dalam membangun Dalam tema ini akan dibicarakan peranan pria baik sebagai suami maupun ayah dalam keluarga. Sebagai suami jelas

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Tugas Seorang Suami Seorang pemuda yang bahagia dengan cepat pulang ke rumah untuk memberitahukan orang tuanya kabar baik bahwa pacarnya telah berjanji untuk menikahinya. Tetapi sang ayah, daripada menanggapi

Lebih terperinci

1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11. Pdt. DR. Stephen Tong

1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11. Pdt. DR. Stephen Tong 1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11 Pdt. DR. Stephen Tong Yesus mengatakan ada dua macam orang yang melayani Tuhan, yang semacam adalah gembala yang lainnya adalah orang upahan. Gembala mengasihi domba-domba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

NAFSU: TANTANGAN KAUL DARI DALAM BIARA KITA Rohani, September 2013, hal Paul Suparno, S.J.

NAFSU: TANTANGAN KAUL DARI DALAM BIARA KITA Rohani, September 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 NAFSU: TANTANGAN KAUL DARI DALAM BIARA KITA Rohani, September 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Hidup berkaul untuk mengikuti Yesus secara penuh dalam hidup membiara ternyata banyak tantangan, terutama

Lebih terperinci

Rumah Tangga dibentuk untuk memulihkan kembali citra Allah pada pria dan wanita.

Rumah Tangga dibentuk untuk memulihkan kembali citra Allah pada pria dan wanita. Rumah Tangga dibentuk untuk memulihkan kembali citra Allah pada pria dan wanita. Keluarga dapat menjadi tempat kebahagiaan yang besar. Keluarga yang harmonis menunjukkan asas-asas hidup Kekristenan sejati,

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

Gereja Memberitakan Firman

Gereja Memberitakan Firman Gereja Memberitakan Firman Gereja-gereja yang mengakui kewibawaan Firman Allah memberikan tempat terhormat dan utama kepadanya. Pendeta dalam gereja-gereja seperti ini dengan setia memberitakan Firman

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi PENGAKUAN IMAN RASULI Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal,tuhan kita Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak

Lebih terperinci

Kerohanian Zakharia Luk 1:5 7, Ev. Andrew Kristanto

Kerohanian Zakharia Luk 1:5 7, Ev. Andrew Kristanto Kerohanian Zakharia Luk 1:5 7, 24 25 Ev. Andrew Kristanto Dalam Kitab Suci, Tuhan membangkitkan orang-orang untuk membuka jalan bagi Yesus Kristus. Salah satunya adalah Yohanes Pembaptis. Tuhan juga menggunakan

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (2/6)

Siapakah Yesus Kristus? (2/6) Siapakah Yesus Kristus? (2/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Firman Allah dan Anak Allah Kode Pelajaran : SYK-P02 Pelajaran 02 - YESUS ADALAH FIRMAN ALLAH DAN ANAK

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Umat yang telah Kubentuk bagi-ku akan memberitakan kemasyhuran-ku."

Umat yang telah Kubentuk bagi-ku akan memberitakan kemasyhuran-ku. Tahun C Hari Minggu Prapaskah V (Penyelidikan Ketiga Calon Baptis) LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 43 : 16-21 Aku hendak membuat sesuatu yang baru, dan Aku akan memberi minum Umat Pilihan-Ku. Bacaan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

Beginilah Firman Tuhan, Allah semesta alam,

Beginilah Firman Tuhan, Allah semesta alam, 1 Tahun C Hari Minggu Biasa XXVI LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ams. 6 : 1a. 4-7 Yang duduk berjuntai dan bernyanyi akan pergi sebagai orang buangan. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Beginilah Firman Tuhan,

Lebih terperinci

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa 301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 11

Level 2 Pelajaran 11 Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

Yesus Itu Adalah Hakim Agung. ketika dunia ini berakhir, yaitu di akhir zaman, akhir segala sesuatu. " Tetapi

Yesus Itu Adalah Hakim Agung. ketika dunia ini berakhir, yaitu di akhir zaman, akhir segala sesuatu.  Tetapi Pelajaran Empat Yesus Itu Adalah Hakim Agung Menurut Alkitab Allah akan mengadakan suatu hari pengadilan, pada hari kiamat, ketika dunia ini berakhir, yaitu di akhir zaman, akhir segala sesuatu. " Tetapi

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VI 12 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VI 12 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 12 Februari 2017 Antifon Pembuka Pengantar Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku. Sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #36 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #36 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #36 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #36 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan lagu-lagu baru (Jika tidak ada kantoria, bagian kantoria dinyanyikan oleh umat). Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN

Lebih terperinci

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Menghidupi Kasih Ibadah ini dikemas dalam bentuk ibadah keluarga. Oleh karena itu mohon diusahakan agar masing-masing

Lebih terperinci

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci