PENGGUNAAN KONTEKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SMP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN KONTEKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SMP"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN KONTEKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SMP Kadir dan La Masi FKIP Kampus Hijau Bumi Tridharma, Unhalu, FKIP Kampus Hijau Bumi Tridharma, Unhalu ABSTRAK: Penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika di SMP masih merupakan suatu masalah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya bahan ajar yang tersedia bagi guru untuk mengaitkan matematika dengan konteks keseharian siswa dan kurangnya kreativitas guru dalam membuat atau menggunakan konteks yang tepat dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini diungkap keragaman konteks yang digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas VIII SMP di Kota Kendari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VIII SMP sampel yang mewakili sekolah level sedang dan rendah. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menggunakan konteks dalam pembelajaran matematika masih kurang. Konteks hanya digunakan pada awal pembelajaran matematika untuk menarik perhatian siswa, tetapi belum digunakan untuk membangun konsep matematika dan belum dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Konteks yang sering digunakan adalah ikan, mangga, dan kelapa. Guru menyadari bahwa penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika diyakini dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.. Kata kunci: konteks dalam pembelajaran matematika, pembelajaran berbasis masalah kontekstual, keterampilan sosial Keberhasilan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran dapat diketahui dari keberhasilan siswa memahami, menerapkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang diajarkan baik pada matematika itu sendiri, mata pelajaran lainnya, maupun pada kehidupan seharihari. Keberhasilan siswa tersebut tidak dapat dicapai dengan baik jika pembelajaran guru kurang bermakna dan kurang memberi semangat inovasi dan kreativitas berpikir pada diri setiap siswa. Pembelajaran matematika seharusnya menarik dan menantang proses berpikir siswa sehingga dapat melatih kemampuan pemecahan masalah siswa secara kreatif. Penggunaan masalah kontekstual yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa dan perkembangan teknologi yang dapat dipahami siswa pada setiap pembelajaran akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran. Di samping itu, penggunaan contoh dan soal latihan yang tidak rutin (non routine) juga akan melatih siswa berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah matematik. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada berbagai satuan pendidikan di kota Kendari menggunakan buku paket sebagai satusatunya rujukan dan sangat jarang mengaitkan materi matematika dengan penggunaannya pada dunia nyata atau untuk memecahkan masalah sehari-hari baik pada aspek ekonomi, lingkungan, pergaulan, ataupun budaya dan teknologi. Soal-soal yang 786

2 787, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 digunakan guru secara umum hanya menggunakan soal-soal matematika sederhana. Soal-soal seperti ini tidak dapat melatih potensi berpikir siswa pada berpikir matematika tingkat tinggi (high-order mathematical thinking skills). Soal-soal matematika sederhana hanya digunakan pada aspek tertentu dari matematika. Hasil penelitian Kadir (2011) menunjukkan bahwa soal-soal rutin masih dominan digunakan guru matematika SMP Negeri di kota Kendari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru matematika di Kota Kendari kurang mampu merancang atau memodifikasi soal-soal matematika yang ada pada buku paket menjadi soal-soal kontekstual yang lebih terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari di kota Kendari atau lebih menantang proses berpikir siswa. Padahal, soal-soal seperti ini sangat menarik untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan untuk menantang pola berpikir matematik siswa. Penggunaan masalah kontekstual sangat menarik dan dapat memancing kemampuan komunikasi siswa untuk berinteraksi dengan siswa lainnya atau dengan guru. Artinya, penyajian soal-soal kontekstual dan problem solving akan menarik siswa mengikuti proses pembelajaran dan menantang proses berpikir siswa untuk secara kreatif memecahkan masalah yang diberikan atau dihadapinya baik secara inidividu maupun secara kelompok melalui komunikasi yang efektif dan difasilitasi oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Kemampuan siswa berinteraksi yang dilatih selama pembelajaran matematika yang bermakna dan kontekstual akan menjadikan siswa mampu beradaptasi, saling memberi dan menerima secara harmonis. Keterampilan seperti ini dikenal dengan istilah keterampilan sosial (social skills). Situasi pembelajaran matematika yang efektif-interaktif mesti senantiasa diupayakan guru di Kota Kendari agar problematika potensi kota Kendari menjadi dikenal dan sedapat mungkin dapat dipecahkan dengan metode-metode matematika yang dipelajari. Sayangnya keterampilan sosial ini kurang dilatihkan guru di kelas sehingga beberapa penelitian pendahuluan peneliti menunjukkan bahwa keterampilan sosial siswa rendah. Kurangnya penggunaan konteks keseharian siswa ketika guru mengajarkan matematika berdampak pada semakin menjauhkan siswa dari matematika dan pada rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika berbentuk cerita atau soal-soal problem solving. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP dapat dilihat dari hasil penelitian Kadir tahun 2008, 2009, dan 2010 di kelas VIII dan kelas IX SMP di provinsi Sulawesi Tenggara. Meskipun pada penelitian Kadir (2011 dan 2012) menunjukkan hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pesisir di kota Kendari telah dapat ditingkatkan tetapi bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar berbasis potensi pesisir sehingga belum menyentuh permasalahan kota Kendari pada umumnya. Potensi pesisir hanya satu dari sekian banyak potensi yang dimiliki kota Kendari yang juga mempunyai masalah yang hendaknya juga dapat dipecahkan dengan metode matematika atau disajikan dalam bahan ajar matematika. Bahkan pada peneltian Kadir (2012) tentang penggunaan konteks palem (palmae) seperti kelapa, aren, sagu, rotan, pinang, kelapa sawit, dan palem tanaman hias dalam pembelajaran matematika menunjukkan bahwa konteks palem kurang begitu dikenal siswa sehingga dibutuhkan konteks-konteks lainnya. Padahal Indonesia merupakan pusat keanekaragaman palem dunia (Witono, 2005). Hasil penelitian Kadir (2012) juga menunjukkan bahwa para guru matematika

3 Kadir dan Masi, Penggunaan Konteks, 788 sangat membutuhkan bahan ajar kontekstual yang terkait langsung dengan potensi kota Kendari dan permasalahannya. Buku paket matematika yang selama ini digunakan guru tidak terkait langsung dengan permasalahan potensi kota Kendari dan berdampak pada kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika di kelas. Uraian di atas menunjukkan perlunya merancang suatu pembelajaran matematika yang dapat memberi manfaat langsung bagi pembentukan pola pikir siswa secara teratur, logis, dan kreatif. Pembelajaran seperti ini dapat diwujudkan jika guru menggunakan bahan ajar yang dapat memfasilitasi dan mendorong siswa untuk berpikir. Bahan ajar tersebut harus menarik dan menantang proses berpikir siswa. Bahan ajar seperti ini dapat dikemas melalui pemanfaatan berbagai masalah baik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, maupun yang terkait dengan matematika itu sendiri, pengetahuan lain, kepentingan umum, sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Pemanfaatan konteks dan permasalahannya dalam pembelajaran dengan mengemasnya dalam bahan ajar matematika merupakan langkah tepat untuk melatih kemampuan berpikir kreatif matematik, keterampilan sosial siswa, dan menanamkan pentingnya pengetahuan tentang permasalahan setiap konteks tersebut. KAJIAN PUSTAKA Pemanfaatan Masalah Kontekstual dalam Kurikulum dan Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika sebagaimana amanah kurikulum harus mampu mewujudkan peserta didik yang problem solver, berpikir logis, sistematis, produktif, reflektif, kritis, kreatif, berkarakter, dan terampil bersosial. Generasi seperti ini hanya bisa diwujudkan melalui pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning) yang didukung oleh bahan ajar yang tepat, guru yang profesional, dan sistem pendidikan yang bermutu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pengintegrasian nilai-nilai kehidupan dan budaya serta potensi alam dalam pembelajaran matematika merupakan kegiatan yang mesti dilakukan guru di kelasnya. Menurut Adam (2004), ruang kelas merupakan bagian dari suatu komunitas yang mendefinisikan praktek budaya. Ketika siswa memasuki sebuah sekolah, mereka membawa berbagai nilai, norma, dan konsep yang merupakan bagian dari perkembangan mereka. Menurut Bishop (1994), beberapa di antara yang mereka bawa itu adalah matematika (Adam, 2004). Adam melanjutkan, sayangnya, konsep matematik dari kurikulum sekolah disajikan dalam suatu cara yang tidak berkaitan dengan budaya matematika siswa. Padahal aspek budaya memberi kontribusi penting untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa di kelas. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Bishop (1988), Boaler (1993), dan Zavlasky (1991, 1996), bahwa aspek budaya berkontribusi untuk mengenal matematika sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, mengembangkan kemampuan koneksi secara bermakna, dan memperdalam pemahaman matematika (Adam, 2004). Keterampilan Sosial Seorang siswa dikatakan terampil bersosial jika siswa dapat berinteraksi secara harmonis dengan orang lain di sekitarnya. Menurut Cartledge & Milburn (1992), keterampilan sosial merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk menempatkan diri dan mengambil peran yang sesuai di lingkungannya. Keterampilan sosial merupakan bagian dari domain psikomotor yang mempunyai hubungan dengan domain kognitif dan afektif (Sasongko, 2001; Kadir, 2009b). Combs &

4 789, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 Slaby (1997) menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu konteks sosial dengan cara yang spesifik sehingga dapat diterima atau dinilai menguntungkan bagi dirinya, mutu kehidupannya, dan orang lain. Keterampilan sosial juga merupakan salah satu dari tiga keterampilan yang dikemukakan oleh Sukmadinata (Syaodih, 2007), yaitu keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan motorik. Menurut Gresham, Sugai, & Horner (2001), keterampilan sosial adalah tingkat kemampuan siswa untuk membangun dan memelihara hubungan interpersonal yang tepat, dapat diterima oleh orang lain, membangun dan memelihara pertemanan, dan mengakhiri hubungan interpersonal yang negatif atau jahat (Bremer & Smith, 2004). Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Arends (2008b), bahwa keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja bersama orang lain secara efektif. Lebih lanjut dikemukakan bahwa ada tiga keterampilan yang kurang pada banyak anak dan pemuda, yaitu keterampilan berbagi, keterampilan berpartisipasi, dan keterampilan komunikasi (Arends, 2008b). Kurangnya keterampilan sosial siswa akan berdampak pada rendahnya prestasi akademik siswa tersebut, cenderung kesepian dan menampakkan self-esteem yang rendah, dan ada kemungkinan akan droptout dari sekolah (Muijs dan Reynolds, 2008). Menurut Hair et al. (2001), mengembangkan keterampilan sosial berhubungan dengan memiliki kepribadian yang hangat dan ramah, kecerdasan nonverbal yang baik, pola asuh orang tua yang responsif, dan kontak reguler dengan kakak/adik kandung (Muijs dan Reynolds, 2008). Pendapat ini mengisyaratkan perlunya penggunaan pembelajaran kelompok kecil atau kooperatif sebagai salah satu cara melatih keterampilan sosial siswa. Eksperimen Stevens & Slavin (1995) menunjukkan bahwa sekolah dan kelas dapat diorganisasikan dengan program dan proses yang mengimbangi dampak kemiskinan dan kelas sosial (Arends, 2008). METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang dapat dibagi ke dalam dua level sekolah (sedang dan rendah). Pembagian level sekolah didasarkan pada gabungan akreditasi sekolah dan hasil ujian nasional matematika dalam lima tahun terakhir. Pemilihan kedua SMP Negeri di kota Kendari ini didasarkan pada pertimbangan bahwa analisis kebutuhan masalah pembelajaran matematika, dan keterampilan sosial siswa harus mewakili permasalahan umum yang terjadi pada SMP Negeri di kota Kendari. Oleh karena itu, pada setiap level sekolah dipilih satu sekolah secara acak untuk dijadikan sekolah sampel penelitian. Perbedaan karakteristik siswa kedua level sekolah dipertimbangkan agar dapat diketahui konteks yang tepat dalam mengajarkan matematika pada siswa dengan berbagai kemampuan matematik. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian survey eksploratif terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas. Instrumen penelitian disusun untuk mengungkap kualitas guru dalam menggunakan konteks untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran matematika. Instrumen dimaksud berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara, dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis secara deskriptif naratif. Makalah ini menyajikan hasil penelitian awal tentang kualitas pembelajaran matematika dan analisis berbagai problemat-

5 Kadir dan Masi, Penggunaan Konteks, 790 ikanya khususnya penggunaan masalah kontekstual berbasis potensi kota Kendari. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis hasil observasi dan wawancara dengan guru-guru pada dua SMP yang diteliti ditemukan berbagai karakteristik pelaksanaan pembelajaran matematika di kota Kendari. Guru matematika yang diwawancarai sebanyak lima orang berkualifikasi sarjana. Hasil observasi dan wawancara tersebut disajikan sebagai berikut. 1. Guru belum maksimal menggunakan masalah kontekstual dalam pembelajaran. 2. Masalah kontekstual hanya muncul secara spontan tanpa ada perencanaan, dan tidak termuat dalam RPP dan LKS. 3. Kualitas interaksi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi lebih baik ketika guru menggunakan masalah kontekstual dalam pembelajaran. 4. Guru hanya menggunakan masalah kontekstual untuk menarik perhatian siswa, belum memanfaatkan masalah kontekstual untuk mengembangkan kemampuan berpikir lanjut. 5. Konteks yang biasa digunakan guru adalah permasalahan ikan, jambu, mangga, dan kelapa. Penggunaan konteks palem sagu kurang menarik karena telah banyak siswa yang tidak mengenalnya. Padahal sagu merupakan salah satu bahan makanan yang sering dikonsumsi masyarakat. 6. Penggunaan masalah kontekstual disadari sangat membantu guru untuk menarik perhatian siswa tetapi kemampuan berbahasa siswa rendah sehingga siswa mengalami kesulitan memahami atau menterjemahkan soal ke dalam model matematika. 7. Pembelajaran guru belum mengaktifkan siswa untuk saling berinteraksi secara harmonis dengan guru dan siswa lainnya. 8. Pembelajaran guru belum maksimal dalam melatih keterampilan sosial siswa. 9. Soal cerita masih merupakan soal yang sulit siswa pecahkan. 10. Siswa kurang mampu melakukan operasi hitung matematika dasar khususnya yang berkaitan dengan pecahan dan bilangan bulat negatif. 11. Kemampuan berbahasa siswa rendah sehingga proses pembelajaran berjalan lamban dan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan soalsoal matematika. 12. Guru masih dominan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif berinteraksi di kelas serta aktif memecahkan masalah yang diberikan. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa guru telah mengupayakan terwujudnya pembelajaran yang efektif meskipun masih perlu banyak perbaikan. Disadari bahwa pembelajaran matematika menjadi lebih baik jika disajikan contoh kontekstual berupa masalah yang berkaitan dengan persoalan-persoalan atau bendabenda yang sering siswa jumpai atau gunakan. Tetapi, konteks seperti ini hanya untuk menarik perhatian siswa karena hanya dimunculkan secara spontan tanpa perencanaan. Buku-buku yang digunakan guru juga belum maksimal memuat berbagai konteks dan permasahannya yang dapat membantu guru merencanakan pembelajaran, membuat contoh atau masalah yang dapat membuat siswa tertarik belajar, aktif berinteraksi, berkomunikasi matematika, membangun karakter, dan melatih pola berpikir alternatif. Materi pada buku paket matematika masih merupakan rujukan utama. Beberapa masalah yang disajikan

6 791, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 tidak kontekstual. Hal ini mengurangi kualitas interaksi antar komponen pembela-jaran di kelas sehingga juga kurang melatih keterampilan sosial siswa. Hal ini berarti penggunaan konteks untuk menarik perhatian siswa di kelas sangat penting dilakukan dalam pembelajaran matematika. Di samping untuk menarik perhatian siswa, penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran juga harus menantang proses berpikir siswa. Menurut Hughes & Hughes (2003), upayakan siswa belajar melalui aktivitas praktek yang secara intrinsik menarik, memberikan mereka suatu masalah yang menantang untuk diselesai-kan, dan memilih materi pelajaran yang memiliki daya tarik terhadap ketertarikan alami mereka. Hal ini dapat diwujudkan melalui penggunaan berbagai model atau pendekatan pembelajaran seperti pendekatan CTL (contextual teaching and learning) dan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) melalui aktivitas diskusi. Menurut Brenner (1998) melalui aktivitas diskusi dengan guru dan pasangannya, siswa diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap konsep dasar matematika dan menjadi pemecah masalah yang kreatif. Menurut Muijs dan Reynolds (2008), setelah menyelesaikan tugas kelompok, hasil-hasilnya perlu dipresentasikan kepada seluruh kelas dan sebuah debriefing yang difokuskan pada proses kerja kelompok harus dilaksanakan. Dalam kegiatan kelompok ini, aspek budaya mesti diperhatikan guru. Menurut Adam (2004), aspek budaya berkontribusi untuk mengenal matematika sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, mengembangkan kemampuan koneksi secara bermakna, dan memperdalam pemahaman matematika. Komunikasi tersebut dapat memperlancar proses pemecahan masalah dan penanaman konsepkonsep matematika kepada siswa. Berdasarkan uraian pentingnya penggunaan konteks dalam pembelajaran maka dipandang penting untuk mengembangkan bahan ajar kontekstual dan mengembangkan model pembelajaran yang merupakan gabungan model pembelajaran barbasis masalah (Problem Based Learning) dengan pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Penggabungan kedunya disebut model pembelajaran berbasis masalah kontekstual (Contextual Problem Based Learning). Bahan ajar kontekstual adalah bahan ajar yang menyajikan materi matematika secara kontekstual. Konteks yang digunakan adalah konteks yang sudah dikenal siswa karena terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari, dibutuhkan, dikenal, atau dapat dipahami siswa. Konteks tersebut di samping digunakan untuk menarik perhatian siswa, juga untuk melatih kemampuan komunikasi dan berbahasa siswa dalam memahami masalah, berinteraksi dengan orang lain secara terampil, memecahkan masalah secara kreatif, dan memperoleh informasi tentang masalah yang terkait dengan konteks tersebut. Penggunaan konteks dalam bahan ajar ini menjadi penting karena siswa menjadi lebih mengenal manfaat matema-tika bagi kehidupan dan untuk membangun pola berpikir logis, alternatif, produktif, sistematis, kritis, dan kreatif. Penggunaan konteks seperti ini akan mengurangi kebosanan siswa mempelajari matematika yang selama ini serba simbol, kering dari makna dan manfaatnya bagi kehidupan. Penggunaan simbol matematika dalam bahan ajar kontekstual disajikan secara bermakna sehingga siswa menjadi terbiasa dan memahami arti dari setiap simbol atau model matematika yang dihasilkan untuk memecahkan suatu masalah.

7 Kadir dan Masi, Penggunaan Konteks, 792 Pembelajaran berbasis masalah kontekstual (CPBL) adalah model pembelajaran berbasis masalah kontekstual. Pembelajaran dengan model ini menggunakan langkah-langkah atau sintaks pembelajaran berbasis masalah (PBL) tetapi masalah yang digunakan adalah masalah kontekstual. Adapun langkah-langkahnya adalah: (1) orientasi siswa pada masalah kontekstual; (2) mengorganisasi siswa un-tuk belajar; (3) membimbing penyelidikan kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan (5) mengana-lisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Langkah-langkah pembelajaran tersebut menekankan pentingnya pembe-rian masalah kontekstual dalam pembela-jaran matematika. Adapun langkah-langkah pembelajaran CPBL secara umum dibagi dalam tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Ketiga kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Kegiatan pendahuluan Pada tahap ini, guru menyampaikan model pembelajaran yang digunakan serta aturan mainnya, tugas-tugas yang akan diberikan, dan penilaiannya. Di samping itu, guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi dan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan lisan kepada siswa untuk menggali kemampuan awal yang berkaitan dengan konsep matematika yang akan dipelajari. b. Kegiatan inti 1) Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk berkelompok (anggota kelompok sudah ditentukan sebelumnya oleh guru berdasarkan data pengetahuan awal matematika dan informasi dari guru tentang karakteristik siswa di kelas itu). Anggota kelompok diupayakan heterogen dengan anggota sebanyak 4 5 orang tergantung pada banyak siswa di kelas tersebut 2) Siswa duduk bersama di kelompoknya masing-masing. 3) Guru memberikan LKS pada setiap siswa, yang disajikan dalam masalah kontekstual dan latihan soal yang harus didiskusikan. 4) Guru meminta salah satu siswa membaca masalah dalam LKS dan siswa lain memperhatikan. 5) Guru menanyakan hal-hal yang belum dimengerti kepada siswa terkait tugas di LKS yang akan dikerjakan. 6) Guru mengarahkan siswa untuk memahami materi yang ada di LKS sebelum berdiskusi dengan anggota kelompok lainnya. 7) Siswa menyelesaikan masalah secara mandiri. Hasilnya didiskusikan bersama di kelompoknya untuk sharing idea terkait tugas-tugas yang ada pada LKS. 8) Pada saat siswa menyelesaikan masalah di LKS dan berdiskusi, guru berkeliling pada setiap kelompok dan memberikan bantuan apa adanya pada kelompok yang mengalami kesulitan. Bantuan yang diberikan guru kepada kelompok yang mengalami kesulitan berupa teknik scaffolding, yaitu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan arahan secara lisan untuk menggiring kelompok itu pada pencapaian solusi. Guru memberikan bantuan kepada siswa secukupnya hanya pada saat siswa mengalami kesulitan. 9) Hasil pekerjaan siswa di kelompok disajikan di depan kelas atas arahan guru. 10) Setiap kelompok berkesempatan menyajikan hasil kerjanya secara bergilir. Kesempatan pertama diberikan kepada kelompok yang sudah siap. Jika tidak ada kelompok yang siap, guru menunjuk salah satu kelompok

8 793, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 secara acak (yang dianggap bisa) untuk menuliskan hasil kerjanya di papan tulis. 11) Pada saat seorang siswa menuliskan hasil kerjanya ke papan tulis, anggota kelompok dan kelompok lainnya mengamati dan membandingkan hasil kerja yang dituliskan itu dengan hasil kerja kelompoknya. 12) Sebelum diskusi kelas, guru juga meminta kelompok lain untuk menuliskan jawabannya di papan tulis jika secara prinsip berbeda dengan jawaban kelompok penyaji pertama. Maksimal kelompok penyaji adalah tiga kelompok dengan jawaban yang berbeda. 13) Jawaban kelompok lain (yang tidak menyajikan jawabannya) dibahas pada saat diskusi kelas untuk disesuaikan dengan jawaban yang sudah disajikan kelompok penyaji sehingga diperoleh jawaban yang benar, efektif, dan efisien terhadap masalah yang dibahas. 14) Setelah semua jawaban disajikan di papan tulis, guru memimpin diskusi kelas. 15) Kelompok lain (selain penyaji) memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan. Kelompok penyaji menanggapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa atau dari kelompok lainnya. Demikian pula, dipersilahkan apabila ada kelompok lain yang mau membantu menjawab atau menambahkan jawaban. 16) Diskusi dilaksanakan dengan membahas satu per satu sajian tiap kelompok yang telah dituliskan di papan tulis. 17) Selama diskusi berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator jalannya diskusi agar siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya terkait masalah yang dikaji. 18) Guru bersama siswa melakukan refleksi, yaitu menganalisis dan memeriksa kembali proses pemecahan masalah yang telah disajikan. 19) Jika proses pemecahan masalah sudah benar, guru kemudian mengajukan pertanyaan kepada siswa, misalnya: Bagaimana jika...? Apakah ada cara lain? Dari ketiga jawaban, mana yang lebih efisien? Mengapa?. 20) Hasil akhir diskusi adalah penyamaan persepsi siswa terhadap konsep yang terkandung dalam masalah yang dibahas agar dapat diterapkan untuk menyelesaikan soal-soal latihan. Melalui latihan soal, setiap siswa dapat melakukan proses refleksi diri terhadap proses dan cara pemecahan masalah yang telah dilakukan. c. Kegiatan penutup 1) Guru melakukan review terhadap konsep matematika yang telah dipelajari, kemudian mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman materi yang dianggap penting. 2) Guru juga senantiasa mengingatkan siswa tentang pentingnya pelestarian dan pemanfaatan berbagai konteks yang disajikan secara bertanggung jawab untuk kelanjutan kehidupan dan pentingnya belajar matematika untuk melatih kemampuan berpikir. 3) Guru memberikan informasi apa yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan menyampaikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan selalu diberikan soal-soal untuk dikerjakan secara berkelompok dan salah seorang anggota kelompok akan tampil ke depan kelas. Untuk itu setiap siswa harus mempersiapkan diri. 4) Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan di rumah secara individu.

9 Kadir dan Masi, Penggunaan Konteks, 794 Demikian garis-garis besar langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran CPBL. Pembelajaran ini dilaksanakan melalui kegiatan kelompok yang didahului oleh kegiatan siswa secara individu untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Pembelajaran kelompok dan menggunakan masalah kontekstual diyakini dapat menarik perhatian siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas tersebut menjadi modal awal guru untuk memaksimalkan posisinya sebagai fasilitator. Posisi yang demikian menjadi sangat bermakna untuk melatih keterampilan sosial siswa dan menanamkan berbagai karakter jujur, adil, mandiri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan lain-lain yang saat ini sudah menjadi agenda nasional. Artinya, guru atau peneliti perlu lebih mendalami proses interaksi tersebut agar dapat menjadi aktivitas yang bermakna bagi siswa di kelas. Ketika siswa hadir di kelas, berbagai keinginan dan tujuan mereka bawa dari rumah. Jika guru tidak memenuhi keinginan ini selama proses pembelajaran, hanya mementingkan penanaman konsep abstrak matematika atau tanpa penggunaannya atau kaitannya dengan kehidupan siswa atau perkembangan ekonomi, hukum, sosial, politik, lingkungan, dan teknologi informasi atau bidang lainnya, maka pembelajaran tersebut tidak akan bermakna bagi siswa. Hal ini menjadi tantangan besar bagi setiap guru atau peneliti untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam pembelajaran. Inovasi tersebut dapat berupa pengembangan bahan ajar, teknik pembelajaran, dan strategi mengaktifkan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Pencapaian tujuan pembelajaran tidak hanya pada tujuan jangka pendek tetapi sekaligus dapat melatih potensi berpikir siswa menjadi lebih optimal dan menjadi pemikir yang kreatif. Penggunaan konteks di samping dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa, juga dapat mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: kemampuan guru dalam menggunakan konteks dalam pembelajaran matematika masih kurang. Konteks hanya digunakan pada awal pembelajaran matematika untuk menarik perhatian siswa, tetapi belum digunakan untuk membangun konsep matematika dan belum dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Konteks yang sering digunakan adalah ikan, mangga, dan kelapa. Guru menyadari bahwa penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan agar: guru lebih kreatif menyusun masalah atau bahan ajar kontekstual baik dengan berinovasi sendiri maupun memodifikasi model atau soal atau masalah yang ada pada buku paket secara kreatif agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang proses berpikir matematik siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran berbasis masalah kontekstual (Contextual Problem Based Learning). Melalui model ini, guru perlu memanfaatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran untuk melatih keterampilan sosial dan kemampuan siswa memecahkan masalah secara kreatif.

10 795, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 DAFTAR RUJUKAN Adam, S Ethnomathematics Ideas in The Curriculum. Mathematics Education Research Journal, 2004, 16(2): Arends, R.I. 2008a. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh Buku Satu. Penerjemah: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arends, R.I. 2008b. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh Buku Dua. Penerjemah: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bremer, C. D. & Smith, J Teaching Social Skills. Information Brief, Addressing Trends and Developments in Secondary Education and Transition. October (5). Brenner, M. E Development of Mathematical Communication in Problem Solving Groups by Language Minority Students. Bilingual Research Journal, 22:2, 3, & 4 Spring, Summer, & Fall. Combs, M. L. & Slaby, D. A Social Skill Training with Children. New York: Plennun Press. Hughes, A. G. & Hughes, E. H Learning and Teaching. New Delhi: Sonali Publication. Kadir Kemampuan Komunikasi Matematik dan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 28 November 2008, ISBN : Kadir. 2009a. Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VIII SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan II- 2009, Lembaga Penelitian Universitas Lampung, FKIP Universitas Lampung, 24 Januari 2009, ISBN : Kadir. 2009b. Mengembangkan Keterampilan Sosial Siswa SMP melalui Penggunaan Masalah Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, FMIPA UNY, 16 Mei 2009, ISBN : Kadir Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir sebagai Upaya Peningkatan Kemam-puan Pemecahan Masalah Matematik, Komunikasi Matematik, dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Disertasi pada SPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan. Kadir Pengembangan Bahan Ajar Matematika SMP Berbasis Potensi Pesisir untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Laporan Hasil Penelitian. Kendari: Lemlit Unhalu Kadir Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Potensi Palem untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik siswa SMP. Kendari: Lemlit Unhalu. Muijs, D. & Reynolds, D Effective Teaching Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua. Terjemah oleh: Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A. dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

11 Kadir dan Masi, Penggunaan Konteks, 796 Sasongko, R.N Model Pembelajaran Aksi Sosial untuk Pengembangan Nilai-nilai dan Keterampilan Sosial. Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Syaodih, E Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa. (Studi pada Mata Pelajaran IPS di SD). Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Witono, J.R Keanekaragaman Palem (Palmae) di Gunung Lumut, Kalimantan Tengah. Biodiversitas. 6(1): Januari 2005.

Penggunaan Konteks dan Pengetahuan Awal Matematika dalam Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

Penggunaan Konteks dan Pengetahuan Awal Matematika dalam Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Penggunaan Konteks dan Pengetahuan Awal Matematika dalam Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Using Context and Mathematical Prior Knowledge in Learning Students Creativity Thinking Skills

Lebih terperinci

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Risnanosanti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMB Email : rnosanti@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan kepribadian seseorang. Demikian juga untuk mengembangkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

PENGUNAAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGUNAAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI MATEMATIS Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PENGUNAAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI MATEMATIS Drs.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu 50 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 1. Implementasi Siklus I Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu pada tanggal 16 September 2014. Pembelajaran pada siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep dan prinsip matematika banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelektual tingkat tinggi yang

Lebih terperinci

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng Eka Setya Ningsih (Eka Setya Ningsih/148620600018/6/B1) S-1 PGSD Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA) KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA) Tri Hapsari Utami Abstract: This article discusses a design of mathematics learning at what

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP

Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Kadir (Lektor Kepala pada Pendidikan Matematika FKIP Universitas Haluoleo)

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2. PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2 1) 2) SD Buin Batu Sumbawa Barat e-mail: endah.ekowati@newmont.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menyajikan berbagai perubahan dan tantangan yang sangat kompleks di setiap sendi kehidupan. Untuk menghadapi tantangan ini, manusia harus berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

ARTIKEL CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MATEMATIKA SMP KELAS VII

ARTIKEL CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MATEMATIKA SMP KELAS VII ARTIKEL CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MATEMATIKA SMP KELAS VII Oleh Adi Wijaya, S.Pd, MA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: cendikahusein@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

Husnul Chotimah SMKN 13 Malang

Husnul Chotimah SMKN 13 Malang STUDI AWAL PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PAKET KEAHLIAN KEPERAWATAN MELALUI MODUL BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Husnul Chotimah SMKN 13 Malang

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI RECIPROCAL TEACHING

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI RECIPROCAL TEACHING MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI RECIPROCAL TEACHING HASAN SASTRA NEGARA IAIN RADEN INTAN LAMPUNG Email: hasan.sastranegara@yahoo.com

Lebih terperinci

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang nilakesumawati@yahoo.com Abstrak Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran dan dedikasi yang kuat pada diri siswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.561 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS Sri Asnawati Program Studi Pendidikan Matematika FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan tolok ukur bahwa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI APLIKASI TRIGONOMETRI.

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI APLIKASI TRIGONOMETRI. IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI APLIKASI TRIGONOMETRI Ariyanti Jalal Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Khairun ABSTRAK Pembelajaran

Lebih terperinci

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Oleh :, M.Pd Jurusan Matematika FMIPA UNNES Abstrak Tingkat kemampuan berpikir

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN Oleh: Raras Dwi Asri 11144100129 Pendidikan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:

PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh: PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Uang adalah salah satu benda yang tidak dapat dipisahkan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: KEYAKINAN GURU MATEMATIKA TENTANG PENDEKATAN SAINTIFIK DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS XI SMK N 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Ahmad Abdul Mutholib 1, Imam Sujadi 2, Sri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

LAMPIRAN A.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN)

LAMPIRAN A.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN) 148 LAMPIRAN A.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN) Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Segi Empat Sub Pokok Bahasan : Persegi Panjang Kelas/Semester

Lebih terperinci

ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Abd. Qohar

ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Abd. Qohar ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Oleh : Abd. Qohar Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang email : qohar@yahoo.com

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Subanindro SDN 2 Loktabat Selatan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2007

BAB I PENDAHULUAN. The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2007 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya prestasi belajar matematika siswa Indonesia merupakan masalah klasik yang tidak dapat diatasi dalam waktu singkat. Menurut laporan The Trends in

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar 1. Belief Siswa terhadap Matematika Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap sesuatu. Belief siswa terhadap matematika adalah keyakinan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Laili Fauziah Sufi Magister Pendidikan Matematika Universitas Lampung Email: laili_zia@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut Toda (Liliweri, 1997) komunikasi sebagai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI oleh Iyam Maryati ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1)) meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia yang terus berubah dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat, manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT RADESWANDRI Guru SMP Negeri 1 Kuantan Mudik radeswandri@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI Fitrianty Munaka 1, Zulkardi 2, Purwoko 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning (PBL) Model Problem Based Learning atau PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika juga merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2011), h

BAB I PENDAHULUAN. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2011), h BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dalam Kurikulum 2013 berbunyi, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * ABSTRAK Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai oleh setiap orang karena dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS Yusi Hartutik, Subanji, dan Santi Irawati SMK Negeri 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci utama kemajuan bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1 1 OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Saat ini PPR (Paradigma Pedagogi Refleksif) sudah banyak dipraktekkan di banyak

Lebih terperinci

MEMAHAMKAN KONSEP GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN PADA SISWA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE

MEMAHAMKAN KONSEP GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN PADA SISWA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE MEMAHAMKAN KONSEP GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN PADA SISWA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE Malikah Nurul Hidayah, Akbar Sutawidjaja, dan Purwanto Guru SMPN 2 Blitar dan mahasiswa S2, Dosen

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Dudung Priatna Abstrak Pembelajaran matematika perlu memperhatikan beberapa hal berikut diantaranya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE JIGSAW Cucu Komaryani

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, tapi juga turut serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, tapi juga turut serta memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal menengah sekarang ini yang sedang banyak diminati masyarakat adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam peranannya SMK tidak hanya menyelenggarakan

Lebih terperinci

Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika

Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika Dhiyaul

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan

Lebih terperinci

Membangun Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Matematis Melalui Pembelajaran Problem Based Learning

Membangun Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Matematis Melalui Pembelajaran Problem Based Learning SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Membangun Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Komunikasi Matematis Melalui Pembelajaran Problem Based Learning Marhami Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember ISSN: 2407-2095 PENGGUNAAN AUTHENTIC ASESMENT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN MATH- EMATICS PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Nurcholif Diah Sri Lestari

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA SMP ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII A di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Masalah dapat muncul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Taufiq 1, Fahrul Basir

Lebih terperinci