PERAN ASEAN Intergovernental Commission Of Human Rights (AICHR) DALAM MENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA DI KAWASAN NEGARA ANGGOTA ASEAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN ASEAN Intergovernental Commission Of Human Rights (AICHR) DALAM MENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA DI KAWASAN NEGARA ANGGOTA ASEAN"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2014 PERAN ASEAN Intergovernental Commission Of Human Rights (AICHR) DALAM MENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA DI KAWASAN NEGARA ANGGOTA ASEAN ANANDA RURISKA SAPUTRI 1 NIM Abstract: This research is describing about the effort of AICHR establishing human rights in ASEAN region. This research using descriptive type of research to describe the effort of AICHR establishing human rights in ASEAN region. The research has using secondary data that obtaindedreview of many literatureslike books, internet, and any other sources. The analysis technique used is the literature study or Library Research Studies. The result of this research shown that AICHR still dealing time to explore and prepare for more legal instruments related to human rights violations. Nevertheless, the presence of AICHR have proved that ASEAN also concerned about the issue of human rights violation and can be regarded as proving to the world that the ASEAN region have a regional human rights courts and of course it took a long time to realize it. Keywords :AICHR efforts, Human Rights, ASEAN members. Pendahuluan HAM secara umum dapat di artikan sebagai hak-hak yang melekat pada diri segenap manusia sehingga mereka diakui keberadaannya tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. ASEAN terletak di kawasan Asia Tenggara yang menduduki posisi strategis dimana kawasan ini terletak di antara samudera pasifik dan samudera hindia yang biasanya di dalamnya banyak sekali kegiatan transnasional yang terjadi. Proses integrasi yang terjadi di negara anggota ASEAN pun semakin pesat dengan adanya dukungan dari globalisasi. Perkembangan yang dihasilkan tidak hanya menghasilkan hal yang positif, tetapi juga menghasilkan kerugian yakni dengan munculnya berbagai isu keamanan yang mengancam stabilitas keamanan ASEAN, salah satunya adalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM). 1 Mahasiswa S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Soasial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. anandarsaputri@yahoo.com

2 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): Seiring dengan berbagai isu HAM dalam pandangan internasional, penegakan HAM banyak mengalami hambatan. Hal ini menyebabkan isu mekanisme penegakan HAM pada tingkat regional. Perbedaan HAM yang bervariatif pada dunia internasional, direduksi menjadi pandangan yang lebih homogen, yang biasanya berlaku di tingkat regional. Kedekatan wilayah, budaya, keadaan sosial ekonomi, serta interdependensi keamanan menciptakan lingkungan yang lebih memungkinkan untuk kerja sama. Maksudnya, lebih mudah untuk menghasilkan suatu kerjasama penegakan HAM pada tingkat regional karena adanya kedekatan budaya dan identitas negara-negara yang berbeda dalam suatu kawasan. Pelanggaran HAM di ASEAN menjadi isu dengan prioritas utama karena memang negara anggota ASEAN masih rawan akan isu pelanggaran HAM. Seperti yang telah banyak diberitakan, ada beberapa pelanggaran HAM yang terjadi di ASEAN seperti yang terjadi di Myanmar dengan penyanderaan Aung San Suu Kyi (yang akhirnya dibebaskan pada 13 November 2010 yang lalu setelah 15 tahun menjalani tahanan rumah). Malaysia dengan jumlah pelanggaran HAM yang tinggi terhadap buruh migran dan Indonesia dengan masih banyaknya perang saudara yang memakan jumlah korban yang cukup besar, pengasingan paksa di Philippines, Thailand yang menjadi salah satu negara tujuan perdagangan wanita, trafficking seperti di Vietnam, eksploitasi anak dan wanita di Myanmar, ketidakadilan proses hukum di Singapura menjadi catatan hitam bagi sejarah penegakan HAM di ASEAN. ASEAN merasa perlu untuk membentuk suatu organisasi dimana nantinya organisasi tersebut bisa memjawab dan menyelesaikan semua permasalahan HAM yang terjadi di masing-masing negara anggota ASEAN. Sebagai organisasi yang berada di kawasan ASEAN mulai mengambil perannya dan menanggapi isu pelanggaran HAM, maka dibentuklah komisi HAM ASEAN yang dinamakan AICHR pada tanggal 23 oktober 2009 pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-15 di Thailand. Setiap negara ASEAN diharuskan untuk menugaskan seorang Representatif untuk menjadi anggota AICHR. Dengan adanya aspek perlindungan HAM sebagai landasan kerja AICHR maka korban pelanggaran HAM diberi ruang untuk memperjuangkan penyelesaian kasusnya di tingkat regional. AICHR sebagai komisi HAM ASEAN dituntut untuk mampu menjawab tantangan ancaman keamanan yang terjadi yakni pelanggaran HAM, dengan cara memperjelas metode penyelesaiannya, tujuan praktis yang diperlukan, dan gambaran kondisi seperti apa yang harus diwujudkan oleh semua negara anggota ASEAN. Berkaitan dengan judul dan latar belakang masalah, maka penulis membatasi masalah pada apa saja upaya yang di lakukan AICHR serta tantangan dan hambatan apa saja yang di hadapi AICHR dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan hak asasi manusia masyarakat ASEAN sepanjang tahun Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya AICHR serta tantangan dan hambatan apa saja yang di 246

3 Peran AICHR Dalam Menegakkan HAM di Kawasan ASEAN (Ananda R. Saputri) hadapi AICHR dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan hak asasi manusia masyarakat ASEAN sepanjang tahun Landasan Teori dan Konsep A. Teori Peran Organisasi Internasional Organisasi internasional didefinisikan sebagai suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan non-pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya. (Clive Archer, 1983: 35) Menurut Clive Archer, peranan organisasi internasional dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : (ibid: ) 1. Sebagai instrumen. Organisasi internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya. 2. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang di hadapi. Tidak jarang organisasi internasional di gunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, ataupun masalah dalam negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian internasional. Fungsi organisasi internasional menurut A. Le Roy Bennet adalah : (Anak Agung Banyu Perwita, 2005: 97) 1. Menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kerjasama yang di lakukan antar negara dimana kerjasama itu menghasilkan keuntungan yang besar bagi seluruh bangsa. 2. Menyediakan banyak saluran-saluran komunikasi antar pemerintahan sehingga ide-ide dapat bersatu ketika masalah muncul ke permukaan. Konsep peran dikemukakan oleh Biddle and Biddle dalam bukunya yang berjudul Community Development bahwa peran suatu lembaga dalam bentuk bantuan kepada pihak lain dibedakan sebagai berikut: (Biddle and Biddle, 1965: ) 1. Peran sebagai motivator, artinya bertindak untuk memberikan dorongan kepada orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. 2. Peran sebagai komunikator, artinya menyampaikan segala informasi secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan. B. Konsep Hak Asasi Manusia Menurut John Locke, HAM merupakan hak-hak yang di berikan Tuhan secara langsung karenanya tidak ada kekuasaan yang dapat mencabut hak-hak dasar tersebut, namun bukan berarti setiap orang berhak melakukan suatu perbuatan sekehendak hatinya dan apabila seseorang berlebihan dalam menjalankan hak-hak yang di milikinya tentu akan melanggar hak-hak orang lain yang ada di sekitarnya. 247

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): UDHR (Universal Declaration of Human Rights) memberikan pengertian hak asasi manusia (HAM) sebagai perangkat hak-hak dasar manusia yang tidak boleh dipisahkan dari keberadaanya sebagai manusia. Dengan demikian, martabat manusia merupakan sumber dari seluruh HAM. Martabat manusia akan berkembang jika hak yang paling dasar yaitu kemerdekaan dan persamaan dapat dikembangkan. Setelah pembentukan AICHR, Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN menjadi dasar konstitutifnya. Berikut adalah pasal 1 sampai 9 dari Deklarasi HAM tersebut: (Miriam Budiarjo, 2008: 180) 1. Semua orang dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak-hak. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan harus bertindak terhadap satu sama lain dalam semangat kemanusiaan. 2. Setiap orang berhak atas hak dan kebebasan yang ditetapkan, tanpa pembedaan apapun, seperti ras, jenis kelamin, usia, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal nasional atau sosial, status ekonomi, kelahiran, cacat atau status lainnya. 3. Setiap orang memiliki hak pengakuan sebagai pribadi di hadapan hukum. Setiap orang adalah sama di depan hukum. Setiap orang berhak hidup tanpa diskriminasi atas perlindungan hukum yang sama. 4. Hak-hak perempuan, anak-anak, orang tua, penyandang cacat, pekerja migran, dan kelompok-kelompok rentan dan terpinggirkan merupakan bagian integral dari hak asasi manusia dan kebebasan fundamental yang tak terpisahkan. 5. Setiap orang berhak atas bantuan yang efektif dan dapat dilaksanakan, yang akan ditentukan oleh pengadilan atau pihak berwenang lainnya yang kompeten, untuk tindakan pelanggaran hak-hak yang diberikan kepada orang yang oleh konstitusi atau oleh hukum. 6. Pemberian hak asasi manusia dan kebebasan dasar harus diimbangi dengan pelaksanaan kewajiban yang sesuai sebagai masyarakat, setiap orang memiliki tanggung jawab untuk hal tersebut. Hal ini pada akhirnya tanggung jawab utama dari semua negara Anggota ASEAN untuk mempromosikan dan melindungi semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental. 7. Semua hak asasi manusia bersifat universal, tak terpisahkan, saling tergantung dan saling terkait. Semua hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam Deklarasi ini harus diperlakukan secara adil dan merata, pada pijakan yang sama dan dengan penekanan yang sama. Pada saat yang sama, realisasi hak asasi manusia harus dipertimbangkan dalam bantalan konteks regional dan nasional dalam pikiran latar belakang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, sejarah dan agama yang berbeda. 8. Hak asasi manusia dan kebebasan fundamental setiap orang harus dilaksanakan dengan memperhatikan hak asasi manusia dan kebebasan dasar orang lain. Pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental harus tunduk hanya pada pembatasan seperti yang ditentukan oleh hukum sematamata untuk tujuan menjamin pengakuan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar orang lain, dan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan masyarakat, keamanan 248

5 Peran AICHR Dalam Menegakkan HAM di Kawasan ASEAN (Ananda R. Saputri) publik, moralitas publik, serta kesejahteraan umum dari masyarakat dalam masyarakat yang demokratis. 9. Dalam realisasi hak dan kebebasan asasi manusia yang terkandung dalam Deklarasi ini, prinsip-prinsip imparsialitas, objektivitas, non-selektivitas, nondiskriminasi, non-konfrontasi dan menghindari standar ganda dan politisasi, harus selalu ditegakkan. Proses realisasi tersebut harus mempertimbangkan partisipasi masyarakat, inklusivitas dan kebutuhan untuk akuntabilitas. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakantipe penelitian deskriptif, yaitu berupaya untuk menggambarkan upaya AICHR serta tantangan dan hambatan apa saja yang di hadapi AICHR dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan hak asasi manusia masyarakat ASEAN sepanjang tahun Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tinjauan pustaka (library research) dengan mengumpulkan data-data sekunder yang bersumber dari buku-buku, artikel, dan data-data dari internet yang tingkat kapabilitasnya terhadap permasalahan yang dihadapi dan validitasnya dapat dipertanggung jawabkan. Jenis data yang digunakan adalah data Skunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data yang di peroleh dari penelitian, menggunakan metode kualitatif. Dalam menganalisis permasalahan di gambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada dan kemudian menghubungkan fakta yang satu dengan fakta lainnya dalam hal ini upaya AICHR serta tantangan dan hambatan apa saja yang di hadapi AICHR dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan hak asasi manusia masyarakat ASEAN sepanjang tahun Pembahasan Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang memiliki peranan penting dalam konstelasi politik-keamanan internasional. Pada wilayah ini, dinamika pembangunan negara-bangsa di wilayahasean dihadapkan pada berbagai persoalan, diantaranya adalah penegakan HAM. Isu pelanggaran HAM telah menggerakan masyarakat internasional dengan melibatkan Intergovernmental Organizations (IGOs) maupun Non-Governmental Organizations (NGOs) dalam upaya melindungi hak asasi manusia. Disini, AICHR merupakan salah satu IGO juga mulai mengambil perannya dalam perlindungan HAM di kawasan ASEAN. Berbagai persoalan penegakan HAM diantara negara-negara ASEAN, berupaya diselesaian oleh rezim ASEAN sendiri. Disinilah keberadaan AICHR berupaya menegakan HAM dalam lingkup negara-negara ASEAN secara efektif, sistematik dan berupaya menghindari coercion. Beberapa peran AICHR diantaranya sebagai instrument dengan implementasi HAM secara preventif, pengenalan penegakan HAM secara holistik, sebagaiwadah atau arena, forum komunikasi dan juga konsolidasi HAM regional ASEAN. A. Peran AICHR di negara-negara anggota ASEAN 1. Sebagai Instrumen Sesuai dengan salah satu peran organisasi internasional menurut Clive Archer, dimana AICHR memegang peran sebagai instrumen, AICHR memenuhi peran 249

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): tersebut dengan menjadi alat yang dipakai oleh negara-negara anggota ASEAN untuk dapat melaksanakan kepentingannya dalam hal ini tentu saja penegakan HAM, yakni dengan pengimplementasian ketentuan HAM secara preventif guna menghindari coercion dan mengadakan konvensi-konvensi tentang HAM. Mekanisme penegakan HAM di ASEAN tidak boleh digunakan sebagai prasyarat dalam orientasi hubungan luar negeri dan kerjasama regional ASEAN. Bagi negara-negara ASEAN realisasi penegakan HAM memang harus disesuaikan dengan karakteristik wilayah negara, termasuk kondisi sosial-kemasyarakatan, ekonomi dan politik yang dimaksudkan agar tidak tercipta sebuah goncangan sosial. Konvensi-konvensi tentang HAM yang dijalankan negara-negara HAM pada intinya tidak bersifat memaksa apalagi bersifat coercive. Menurut Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo KTT ke-13 ASEAN tahn 2009 yang menyinggung masalah HAM merupakan upaya lanjut untuk integrasi kawasan pada level yang lebih tinggi, tanpa harus memaksakan kehendak pada negaranegara anggotanya. Pada tanggal 21 februari 2010 diadakan sebuah pertemuan dimana di dalam pertemuan itu membahas masalah pembuatan sebuah kebijakan yang berisi tentang pencegahan tindakan koersif yang dilakukan oleh penegak hak asasi manusia kepada mereka yang mengalami tindakan pelanggaran HAM yang di adakan di Vientiane, Laos. Pertemuan ini juga membahas pembuatan draft kebijakan tersebut. Pertemuan ini di buka oleh Thongsing Thammavong, Perdana Menteri Laos. Berdasar pada fakta inilah terdapat mekanisme penerapan HAM secara holistik yang berperan sebagai momentum pembelajaran (education moment), sekaligus menjadi pembeda antara penerapan mekanisme HAM di ASEAN dengan negara atau wilayah lainnya. Salah satu bentuk penerapan HAM secara holistic adalah dengan peratifikasian intrtumen HAM ASEAN yakni Deklarasi HAM ASEAN oleh seluruh negara anggota ASEAN. Bentuk lain dari penerapan HAM secara holistik ialah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat ASEAN tentang hak asasi manusia. Hal ini di wujudkan dalam sebuah seminar yang diadakan oleh AICHR yang bertajuk AICHR Youth Debate of Human Rights dimana di dalam seminar tersebut AICHR berkunjung ke beberapa universitas di kesepuluh negara anggota ASEAN untuk memberikan pemahaman pada HAM guna meningkatkan kesadaran anak muda ASEAN terhadap isu HAM. 2. Sebagai Forum Komunikasi negara-negara ASEAN Keberadaaan AICHR sejak dicanangkan pertama kali di tahun 2009 dan terus berlangsung secara periodik hingga tahun 2012 tetap konsisten sebagai soft approach yang bersifat mempengaruhi, bukan memaksa (constrain). Kemudian efektifitas dari AICHR berhasil sinergi dengan dinamika demokrasi dalam konteks ASEAN. 250

7 Peran AICHR Dalam Menegakkan HAM di Kawasan ASEAN (Ananda R. Saputri) Berdasarkan pada pengalaman-pengalaman yang telah ada, peneganan HAM seringkali dipandang sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi penegakan HAM dapat mencelakai sebuah kepemimpinan, namun di sisi lain HAM dapat mendukung kemajuan suatu bangsa karena secara prinsipil faham ini menekankan pada supremasi sipil. Jika dikaitkan dengan konstelasi politik regional maka sebenarnya keberadaan AICHR dapat dianggap sebagai laboratorium politik nilai dalam konteks ASEAN. Hal ini berkaitan dengan tiga faktor penting, yaitu : a. Karakterstik sosial-ekonomi antara negara-negara Asia Tenggara yang hampir sama. Artinya tidak ada negara dengan kondisi sosial-ekonomi yang powerfull atapun yang inferior. b. Karakteristik politik yang banyak memiliki persamaan, dimana sepanjang sejarah negara-negara ASEAN pernah dipimpin oleh figur yang otoriter yang berseberangan dengan nilai-nilai demokrasi itu sendiri. c. Sikap para pemangku kepentingan demokrasi negara-negara ASEAN yang menganggap adanya pengaruh buruk dari nilai-nilai demokrasi yang di usung oleh negara-negara Barat. Dengan demikian tiga hal ini di atas mengindikasikan bahwa semangat AICHR adalah semangat ASEAN maka sebenarnya dalam membangun kontruksi penegakan HAM negara-negara ASEAN tidak perlu meniru cara negara Barat menekan, negara-negara lain yang di Asia Tenggara yang sedang menghadapi masalah demokrasi, seperti halnya Myanmar, Thailand, Kamboja dan beberapa negara lainnya. Cara-cara menekan secara terbuka, menggalang dukungan secara frontal seperti yang dilakukan negara barat, justru membuat Myanmar semakin menutup. Sementara dengan cara ASEAN, seperti yang ditunjukan Indonesia. Diam-diam melakukan diplomasi satu demi satu. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mendatangi Myanmar, menekannya pentingnya membuka negeri itu. Ini dilakukan tidak dengan cara terbuka, sehingga tidak menampar wajah Myanmar. Seperti yang telah dikemukakan oleh Biddle dimana organisasi internasional berperan sebagai motivator, komunikator dan perantara, AICHR dalam hal ini memenuhi ketiga kategori tersebut dalam tugasnya untuk menegakkan HAM di ASEAN. Sebagai komunikator, AICHR menyampaikan informasi yang benar dan tepat tentang isu-isu tematik HAM kepada negara-negara anggota untuk mendorong pemajuan dan perlindungan HAM di negaranya masing-masing, khususnya bagi negara seperti Myanmar yang lemah akan penegakan HAM. Selain itu, AICHR juga mendapatkan informasi dari negara-negara anggota ASEAN tentang pemajuan dan perlindungan HAM di negaranya dan menyerahkan laporan tahunan kegiatan atau laporan lain apabila diperlukan, pada Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN. Dalam menyampaikan informasi terkait isu HAM serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghormati HAM, AICHR wajib memberikan informasi secara berkala kepada rakyat tentang pekerjaan dan kegiatannya melalui materi informasi publik yang dihasilkan oleh AICHR. AICHR menyampaikan informasi diberbagai kesempatan seperti mengadakan seminar dan juga workshop sebagai 251

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): salah satu perannya sebagai perantara untuk mempromosikan isu HAM yang terjadi di kawasan negara anggota ASEAN. Salah satu workshop yang pernah di adakan AICHR adalah AICHR mengadakan workshop regional pada tahun 2011 dengan tema : Mempromosikan Kesehatan Ibu dan Mengurangi Angka Kematian Ibu. Sebagai langkah persiapan untuk studi tematik, AICHR melakukan workshop tentang hak damai dengan tujuan untuk berbagi ide dan pengalaman di antara para ahli dari tingkat nasional, regional, internasional dalam upaya promosi perdamaian regional, mengingat pertimbangan sejarah yang unik tentang ASEAN dan kekhasan daerah negara anggota ASEAN. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang Hak Perdamaian sebagai hak kolektif dan sejauh mana setiap negara anggota ASEAN menikmati hak tersebut dan untuk mengidentifikasi berbagai aspek yang merupakan Hak Perdamaian. Melalui paparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran AICHR dalam rekonsiliasi HAM di negara-negara ASEAN merupakan bagian dari upaya dalam membangun political influence (pengaruh politik). Jika dikaitkan dengan pendekatan pada bab pendahuluan maka apa yang ditempuh oleh AICHR merupakan bagian dari kesepajatan negara-negara anggota dalam mengejar kepentingan bersama diantara negara-negara ASEAN. 3. Sebagai Arena Berdasarkan teori peranan organisasi internasional menurut Clive Archer, AICHR telah memenuhi fungsi dan peran tersebut dengan menjalankan perannya sebagai wadah dan arena untuk mengembangkan ide untuk memajukan HAM di kawasan negara anggota ASEAN. AICHR sebagai insitusi penaung hak asasi manusia di kawasan ASEAN dengan tanggung jawab menyeluruh terhadap pemajuan dan perlindungan HAM di ASEAN dan dimanfaatkan oleh negara-negara anggota sebagai forum untuk mendiskusikan masalah-masalah yang terkait dengan isu HAM yang ada di negaranya. AICHR mengadakan rapat pertama di Sekretariat ASEAN di Jakarta guna melakukan diskusi ekstensif dan dengan badan-badan ASEAN yang relevan untuk membahas tentang operasi AICHR yang lebih efektif sebagai lembaga HAM yang menyeluruh di kawasan ASEAN. Pertemuan membahas antara lain, perumusan peraturan prosedur yang akan meletakkan pedoman operasional untuk pelaksanaan pekerjaan AICHR di semua aspek. Pertemuan tersebut juga membahas pengembangan Rencana Kerja Lima Tahun untuk menyediakan langkah-langkah yang komprehensif dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh AICHR dalam lima tahun ke depan. Rencana kerja lain yang akan dilakukan oleh AICHR dalam rangka menjalankan mandatnya untuk medorong peningkatan kapasitas untuk implementasi kewajiban HAM berdasarkan traktat internasional yang ditandatangani oleh negara-negara anggota ASEAN, AICHR telah mengadakan workshop regional pada tahun 2011 dengan tema : Mempromosikan Kesehatan Ibu dan Mengurangi Angka Kematian Ibu. Dan pada tahun 2013, AICHR memiliki rencana kerja selanjutnya untuk 252

9 Peran AICHR Dalam Menegakkan HAM di Kawasan ASEAN (Ananda R. Saputri) melakukan pertemuan regional tentang : Pembangunan Millenium Tujuan ke-5 dalam Konteks Komunitas ASEAN. Terkait dengan mandat AICHR untuk melakukan studi tematik, AICHR akan melakukan studi tematik untuk isu antara lain: studi tematik untuk isu migrasi dan HAM, isu perdagangan orang terutama perempuan dan anak, isu perempuan dan anak dalam konflik bersenjata dan bencana alam, dan peradilan anak. Isu yang menjadi fokus diskusi tematik ini sangat dekat dan dapat dikaitkan dengan isu perempuan. AICHR juga berkonsultasi dengan badan-badan Sektroral ASEAN yang relevan, termasuk Committee of Permanent Representatives to ASEAN (CPR), The Senior Officials Meeting on Social Welfare and Development (SOMSWD) and the ASEAN Committee on Women (ACW). Deklarasi ASEAN untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Kekerasan Terhadap Anak di drafting oleh Komisi ASEAN untuk Perempuan dan Anak (ACWC). Deklarasi ini mulai di susun oleh ACWC sejak tahun Draft deklarasi saat ini sudah final pada pertemuan ACWC ke-7 di Kuala Lumpur pada tanggal Juli Draft ini telah diserahkan ke ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare Development (AMMSWD) pada awal September 2013 dan kini telah sampai di ASEAN Community on Socio-Cultural (ACSC). Deklarasi ASEAN untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Kekerasan Terhadap Anak ini akan diadopsi pada KTT ASEAN ke-23 pada tanggal 9-10 Oktober 2013 yang diselenggarakan di Brunei Darussalam. Pada tanggal September 2010, AICHR mengadakan pertemuan di Kuala Lumpur, Malaysia. Pertemuan tersebut membahas pelaksanaan Program Prioritas/Kegiatan untuk sebagai tindak lanjut adopsi pada pada pertemuan AMM ke-43 di Ha Noi, Juli Di sela-sela rapat, AICHR juga bertemu dengan Kelompok Kerja untuk Mekanisme Hak Asasi Manusia ASEAN, yang merupakan entitas terkait dengan ASEAN. Kedua belah pihak bertukar pandangan mengenai petunjuk untuk kerjasama dalam mendorong pemajuan dan perlindungan HAM di kawasan ASEAN. Sesuai dengan Kerangka Acuan AICHR dari, AICHR diberi mandat untuk mengembangkan Deklarasi HAM ASEAN. Untuk tujuan ini, AICHR mendirikan Drafting Group untuk merumuskan draft Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN di bawah petunjuk umum dan khusus dari AICHR. AICHR juga bertemu dan bertukar pandangan dengan United Nations Development Program (UNDP), Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), dan Kelompok Kerja untuk Mekanisme Hak Asasi Manusia ASEAN tentang kerja sama mereka. Pada tanggal 28 November 01 Desember 2011, AICHR mengadakan pertemuan di Bali, Indonesia. Pertemuan dipimpin oleh Perwakilan Indonesia untuk AICHR. Pertemuan tersebut membahas dan menyelesaikan Rencana Kerja AICHR ( ) serta Program Prioritas AICHR ini di tahun 2012 dan anggarannya. Selama 253

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): Rapat AICHR, Perwakilan AICHR melakukan dialog terbuka dengan Dr. Surin Pitsuwan, Sekretaris Jenderal ASEAN. Pada tanggal Juni 2012, AICHR mengadakan pertemuan di Kuala Lumpur, Malaysia. Fokus pada pertemuan tersebut adalah perkembangan rancangan Deklarasi HAM ASEAN dan AICHR juga melakukan Konsultasi Regional dengan 53 perwakilan dari 36 organisasi nasional, regional dan internasional, dan masyarakat sipil untuk mendapatkan masukan dan kontribusi terhadap perkembangan Deklarasi HAM ASEAN tersebut. Bertepatan dengan KTT ASEAN ke 21, tanggal November di Kamboja, AICHR melakukan pertemuan khusus dengan para pemimpin ASEAN dalam rangka mengadopsi Deklarasi HAM ASEAN yang telah dipersiapkan oleh AICHR. AICHR telah mencapai salah satu mandat utama yaitu pengembangan Deklarasi HAM ASEAN dan para pemimpin ASEAN telah mengadopsi deklarasi tersebut. Untuk menegaskan kembali komitmen negara anggota ASEAN, para Kepala Negara ASEAN menandatangani Pernyataan Phnom Penh untuk mengadopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN. Mengenai kasus pelanggaran HAM yang di alami Rohingya, patut dipahami bahwa AICHR tidak mempunyai mandat terhadap country situation, bisa dibilang untuk country specific terhadap Myanmar, AICHR tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya kewenangan untuk menangani situasi di Myanmar. Sebagai sebuah badan antar pemerintah, AICHR lebih terfokus pada pada kerjasama regional di bidang pemajuan dan perlindungan HAM. Dalam ToR AICHR sebagaimana disepakati para Menlu ASEAN pada tahun 2009, AICHR tidak mempunyai mandat untuk menangani kasus-kasus individual. Meskipun demikian, namun organisasi maupun individu dapat mengirim surat yang ditujukan kepada Ketua AICHR untuk mendapat perhatian AICHR mengenai isuisu tertentu. Selama tahun 2010, AICHR telah melaksanakan sejumlah pertemuan untuk melakukan sosialisasi dan dukungan dari komunitas internasional, seperti kunjungan ke Amerika Serikat atas undangan dari Presiden Barrack Obama, disamping sejumlah pertemuan dengan United Nations Development Programme (UNDP), United Nations High Commissioner for Refugee (UNHCR), LSM internasional bidang HAM dan beberapa institusi lainnya. Hingga Februari 2011, pertemuan AICHR telah dilakukan sebanyak empat kali dengan serangkaian agenda untuk penguatan penegakan HAM. Dalam pertemuan ini, setiap perwakilan negara anggota ASEAN sepakat untuk menjadikan tahun 2011 sebagai tahun pengimplementasian kerja AICHR untuk mempromosikan dan menegakkan HAM di ASEAN, serta mengedepankan kontribusi ASEAN agar lebih berorientasi pada masyarakat. Pertemuan yang dipimpin oleh perwakilan Indonesia, Rafendi Djamin, dinilai cukup strategis mengingat dalam pertemuan tersebut AICHR menetapkan beberapa agenda dan prioritas kegiatan pada tahun 254

11 Peran AICHR Dalam Menegakkan HAM di Kawasan ASEAN (Ananda R. Saputri) 2011 yaitu : penyusunan ASEAN Declaration on Human Rights, penguatan sekretariat AICHR, dan mendorong interaksi AICHR dengan masyarakat sipil. Pada bulan November 2012, AICHR telah mencapai salah satu mandat penting dalam mendorong pemajuan dan perlindungan HAM di kawasan ASEAN yaitu terbentuknya Deklarasi HAM ASEAN dan deklarasi tersebut telah diadopsi oleh Kepala Negara ASEAN yang bertepatan dengan KTT ASEAN ke 21 di Kamboja. Pengadopsian deklarasi tersebut menandakan penerapan Deklarasi HAM ASEAN. Pencapaian AICHR selain terbentuknya Deklarasi HAM ASEAN, juga menguatkan peran masyarakat sipil sebagai jalur diplomasi baru dalam isu HAM, pendekatan dialog yang dilakukan oleh AICHR dalam promosi dan penyelesaian isu HAM, dan yang terakhir adalah penguatan gradual fungsi, wewenang, dan mandat AICHR. B. Tantangan dan Hambatan AICHR Dalam Penegakan HAM di Kawasan ASEAN Kurangnya tindak lanjut serta implementasai nyata dari kesepakatan yang telah dicapai menyebabkan kurang maksimalnya hasil yang dicapai dalam kerjasama antar negara-anggota ASEAN selama ini. Khusus untuk pelaksanaan kerjasama Komisi HAM ASEAN, semua bentuk pesetujuan yang dicapai semestinya dapat dimaksimalkan pelaksanaannya. Dalam kaitan itu, perlu diberikan prioritas dan momentum yang tepat dari masing-masing pemerintah negara ASEAN untuk mensosialisasikan dan mempromosikan nilai penting isu penegakan HAM di kawasan Asia Tenggara sesuai dengan kerangka kerjasama ASEAN di bidang HAM. Merujuk pada ToR AICHR poin ke 10 dimana AICHR harus mendapatkan informasi tentang pemajuan dan perlindungan HAM dari negara anggota ASEAN menjadi terhambat dikarenakan oleh ketidaksempurnaan tersebut. Hal ini yang kemudian menjadi tantangan bagi AICHR untuk mengembangkan cakupan kerja AICHR sehingga aspek pemantauan nantinya bisa menjadi bagian integral dalam cakupan kerja AICHR. Hanya ada tiga fungsi yang bisa dikategorikan sebagai fungsi proteksi. Fungsi pertama adalah individual complain. Fungsi ini dapat dikatakan bersifat terselubung karena mekanisme perlindungan HAM di ASEAN menolak individual complain, yaitu pengaduan pelanggaran HAM seperti yang kita kenal di tingkat nasional, seperti pengaduan individual complain ke Komnas HAM atau Komnas Perempuan. Fungsi individual complain ini ditolak oleh negara-negara ASEAN lain. Fungsi proteksi AICHR kedua yang eksplisit adalah review for countries situation atau pembahasan situasi HAM di negara-negara anggota. Dalam hal ini, AICHR tidak diperkenankan untuk melakukan proses review, dengan dalih telah dilakukan oleh lembaga review tingkat dunia, maka tidak perlu lagi untuk dibahas di tingkat ASEAN sehingga pada akhirnya konsensus yang dicapai adalah penolakan terhadap fungsi review tersebut. Fungsi proteksi AICHR ketiga yang juga sangat eksplisit adalah country situation yang menurut 255

12 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): Indonesia bukan dalam konteks promosi, melainkan investigasi pencarian fakta. Tiga fungsi proteksi inilah yang masih diperjuangkan oleh Indonesia namun belum berhasil. Proses diplomasi yang dijalankan oleh delegasi Indonesia dalam memperjuangkan penegakan HAM di ASEAN masih belum mengubah posisi satu lawan sembilan sehingga jalan kompromi menjadi solusi yang tepat. Terdapat dominasi dan pengaruh dari negara-negara barat. Mekanisme bebas dari intervensi asing adalah wujud realisasi penegakan HAM di ASEAN yang mengedepankan aspek supremasi nilai-nilai historis ASEAN, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok sebagai tonggak sejarah (milestone) berdirinya ASEAN. Dalam perkembangannya pada era globalisasi sekarang ini, penegakan HAM menurut skenario negara-negara Barat cenderung digunakan sebagai tendensi oleh negara-negara maju untuk menekan negara-negara berkembang. Secara umum dapat dijelaskan bahwa negara-negara Barat sebagai pengawal demokrasi, terkadang menggunakan cara-cara yang persuasif bahkan cenderung represif. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi penegakan mekanisme HAM yang bebas dari intervensi asing. Terdapat hambatan tata nilai negara-negara asean untuk menentukan nasib sendiri. Mekanisme untuk menentukan nasib sendiri bagi pelaksanaan HAM di ASEAN adalah sebuah sistem negara-negara ASEAN untuk menjalankan HAM akibat homogenitas (kesamaan) permasalahan yang dialami. Pada kenyataannya masalah-masalah yang terjadi di negara-negara ASEAN hampir sama yaitu menyangkut sosial-ekonomi dan politik. Masalah ekonomi dalam hal ini adalah kemiskinan penduduk yang berkembang menjadi kemiskinan negara antara lain yang terjadi di Laos, Myanmar, Birma dan Kamboja. Sedangkan masalah sosial yang terjadi antara lain adalah masalah separatisme terkait dengan wujud pengakuan terhadap negara antara lain di Thailand dan Filipina, sedangkan masalah politik antara lain terkait dengan gesekan antara elite-birokrat yaitu terjadi di Malaysia, Indonesia dan Singapura. Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa di negara-negara ASEAN ternyata menghadapi permasalahan yang sama, sehingga untuk mengintervensi masalah-masalah terkait dengan penegakan HAM tidak akan dijalankan oleh internal negara-negara ASEAN. Sehingga dalam merealisasikan penerapan HAM ASEAN lebih memilih untuk menjalankan mekanisme menentukan nasib sendiri. Kasus lainnya mengenai faktor penentuan nasib sendiri sebagai penghambat peran AICHR dalam penegakan HAM regional ASEAN adalah penolakannya dalam pengakuan hak masyarakat adat. Kasus ini terjadi saat pertemuan antara AICHR bersama-sama dengan Organisasi Masyarakat Sipil ASEAN pada tanggal 12 September Dalam forum ini AICHR menyatakan bahwa konsep masyarakat adat bertolak belakang dengan kepentingan ASEAN, karena bertentangan dengan konstitusi beberapa negara ASEAN, khususnya Laos. Kasus inilah yang menjadi contoh penghambat antara entitas nasional negara-negara ASEAN dengan AICHR. 256

13 Peran AICHR Dalam Menegakkan HAM di Kawasan ASEAN (Ananda R. Saputri) Pelaksanaan mekanisme yang berhak untuk menentukan nasibnya sendiri telah dibahas di berbagai konvensi ASEAN yang sebagian besar merupakan lobi-lobi kenegaraan secara informal. Hal ini penting mengingat masalah HAM di ASEAN merupakan masalah yang rawan dan sensitif karena sebagian besar pemimpin negara-negara ASEAN terkena masalah pelanggaran HAM terkait dengan sikapsikap kepemimpinannya yang otoritarianis, antara lain kepemimpinan rezim Presiden Soeharto di Indonesia, Perdana Menteri Mahathir Mohammad di Malaysia, Junta Militer Tan Swe di Birma, Perdana Menteri Goh Cok Tong di Singapura. Perdana Menteri Thaksin Sinawatra di Thailand dan rezim Qorazon Aquino di Filipina. Pada kenyataannya beberapa konvensi-konvensi yang telah dirumuskan negaranegara ASEAN kembali mentah akibat peliknya permasalahan tentang pelanggaran HAM. Bahkan terkait hal ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan juga telah mendesak negara-negara ASEAN untuk merubah orientasi politik luar negerinya yang tidak campur tangan urusan dalam negeri anggota (non-interference), yang dikemukakan terkait dengan kasus Aung San Suu Kyi di Myanmar tahun Namun hingga saat ini peran aktif negara-negara ASEAN belum terlihat dan lebih memilih untuk bersikap independen, namun tetap menghimbau dan bukan melalui peran aktif. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa ternyata negara-negara ASEAN masih memegang teguh prinsip untuk menentukan nasib sendiri. Pelaksanaan mekanisme HAM di negara-negara ASEAN secara spesifik yaitu bersifat independen untuk menentukan nasibnya sendiri dilatarbelakangi oleh faktor kesamaan sejarah pada era kolonialisme. Semua Negara ASEAN, kecuali Thailand pernah dijajah oleh imperialisme Barat. Akibat negara-negara mempunyai masalah yang sama maka solidaritas yang ada hanyalah sebatas solidaritas immaterial, bukan merupakan tindakan aktif, sebagai contoh adalah saat Myanmar dilanda masalah politik, saat junta militer menangkap Aung San Suk Kyi negara-negara lainnya hanya memberikan reaksi sebatas pernyataan dan saran, demikian juga halnya dengan saat Indonesia dilanda kerusuhan Mei 1998 negara-negara lain juga tidak bereaksi secara berlebihan, hanya sebatas sikap prihatin. Pada akhirnya kenyataan ini membentuk sebuah persepsi bersama (common perception) untuk memajukan HAM dalam lingkup internal dalam negeri karena sebagian besar implementasi HAM di negara-negara ASEAN memiliki hubungan yang erat dengan sistem konstitusi. Dalam menghadapi masalah intervensi dimana tidak satupun organisasi ataupun negara di dunia yang lepas dari pantauan pihak barat, negara-negara ASEAN menanggapi hal ini dengan menerima serta menolak, artinya tekanan-tekanan Barat ditanggapi oleh negara-negara ASEAN dengan penyesuaian-penyesuian secara bertahap. Hal ini untuk mencapai kesesuaian mekanisme HAM di negaranegara ASEAN dengan ketentuan-ketentuan internasional. Deklarasi HAM ASEAN merupakan sebuah pernyataan politik dari para pemimpin ASEAN. Poin ini menjadi modal yang sangat besar bagi Indonesia untuk terus menuntut agar review pertama yang akan dilakukan pada lima tahun mendatang adalah 257

14 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): untuk memperkuat fungsi-fungsi proteksi AICHR yang belum mempunyai kekuatan untuk membahas situasi HAM negara-negara anggota. Kemudian tantangan dan hambaran AICHR juga berkaitan dengan dikotomi HAM itu sendiri. Hingga tahun antara negara-negara ASEAN belum sepenuhnya, meskipun secara tekstual berbagai forum HAM, termasuk AICHR telah merumuskan ketentuan HAM regional ASEAN. Faktor inilah yang menjadi tantangan dan hambatan penegakan HAM yang hingga saat ini belum terselesaikan sebagaibagian dari problem malignancy. Melalui paparan di atas maka dapa ditarik kesimpulan bahwa tantangan dan hambatan AICHR ternyata bukan hanya berasal dari internal negara-negara ASEAN sendiri, namun juga berasal dari konstelasi politik internasional kontemporer. Tantangan utama dari peran AICHR berasal dari sikap negaranegara ASEAN yang masih belum sepenuhnya menerapkan ketentuan HAM universal. Pada beberapa negara ASEAN, misalnya kasus Rohingya di Myanmar, kekerasan terhadap oposisi di Thailand dan beberapa kasus lainnya menunjukkan bahwa AICHR hanya bersikap membangun opini, tanpa berupaya menerapkan sanksi yang lebih keras dan ini tentunya akan menjadi preseden buruk bagi penegakan HAM negara-negara ASEAN. KESIMPULAN Pada dasarnya peran AICHR untuk mendorong pemajuan dan perlindungan HAM di Kawasan ASEAN masih harus membutuhkan waktu untuk berbenah dan mempersiapkan instrumen hukum terkait pelanggaran HAM karena berbagai hambatan dan tantangan misalnya saja negara anggota ASEAN harus menghormati prinsip non-intervensi yaitu tidak mencampuri urusan dan masalah dalam negeri. Hal ini tentu saja membuat AICHR hanya sebatas amanat piagam ASEAN yang harus diwujudkan. Meskipun demikian hadirnya AICHR membuktikan bahwa ASEAN juga concern terhadap isu pelanggaran HAM dan bisa dikatakan sebagai pembuktian kepada dunia internasional bahwa kawasan ASEAN nantinya akan memiliki pengadilan HAM regional dan tentunya butuh waktu lama untuk mewujudkan hal tersebut. Dibutuhkan cara-cara lain yang lebih efektif agar dapat meningkatkan kinerja AICHR dalam menegakkan HAM di regional ASEAN. Cara yang dapat dilakukan tersebut antara lain dengan membuat suatu konvensi regional di ASEAN tentang HAM. Dengan adanya konvensi tentang HAM regional yang diratifikasi oleh seluruh negara anggota ASEAN, promosi dan proteksi terhadap HAM akan menjadi lebih fleksibel dan mudah dilakukan karena telah ada tolak ukur yang sama antar negara di ASEAN mengenai HAM. Pembuatan konvensi HAM ASEAN dapat menjadi suatu dasar hukum agar AICHR dapat memiliki kewenangan yang pasti mengenai penegakan HAM di ASEAN dan mampu meningkatkan cakupan kewenangan AICHR dalam memberikan rekomendasi kepada negara-negara anggota. 258

15 Peran AICHR Dalam Menegakkan HAM di Kawasan ASEAN (Ananda R. Saputri) Diperlukan strategi yang tepat agar peran AICHR dapat semakin menguat di ASEAN dan diterima oleh negara anggota ASEAN. Semua negara anggota ASEAN harus diarahkan untuk mempertahankan komitmen negara anggota ASEAN menjadikan hak asasi manusia sebagai norma dan nilai bersama ASEAN (common values) sebagaimana tercantum dalam ASEAN Charter. Komitmen tersebut harus disertai dengan dukungan nyata dari negara anggota ASEAN bagi eksistensi dan kemajuan AICHR. DAFTAR PUSTAKA Buku Archer, Clive International Organization. London: Allen & Unwin Ltd. Biddle, Biddle Community Development, New York: The Rediscovery of local initiative, Holt and Winston. Mauna, Boer Hukum Internasional, Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika. Bandung: PT. Alumni. Perwita, Anak Agung Banyu. danyanyan Mochamad Yani Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wolfer, Timothy dan James Smith After Democratization : The Behavioral of Decision Making on Southeact Asian. London, New York: Vintage Book. Jurnal Definisi Pelaksanaan Mekanisme Ham secara Holistik dalam Laporan, kerjasama ASEAN dalam Upaya Menuju Terbentuknya Mekanisme HAM di ASEAN, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta, Internet AICHR Regional Workshop on The Right To Peace, activities/regional-workshop-on-the-right-to-peace/, di akses tanggal 2 oktober 2013 Peran Mekanisme HAM ASEAN dalam Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, / 09 / peran- mekanisme- ham- aseandalam-penghapusan-kekerasan-terhadap-perempuan/ Politik Indonesia AICHR bisa menjadi otokritik Internal ASEAN, indonesia.com, diakses tanggal 29 Desember 2013 Press Statement by the Chair of the ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, intergovernmentalcommission- on- human- rights-terms-of-reference/#more-408, diakses tanggal 2 oktober

16 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): Promoting and Protecting Human Rights in ASEAN, diakses tanggal 22 Desember 2013 The Adoption of the ASEAN Human Rights Declaration (AHRD) at the 21st ASEAN Summit and the Special Meeting of the ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), of- the- asean- human- rights- declaration- ahrd- at- the- 21stasean- summit- and- the- special- meeting- of- the- aseanintergovernmental-commission-on-human-rights-aichr/, diakses tanggal 2 oktober 2013 ASEAN Human Rights Declaration Adopted, and the Signing Ceremony of the Phnom Penh Statement, adopted- and- the- signing- ceremony- of- the- phnom- penhstatement/#more-686, diakses tanggal 2 oktober 2013 The Seventh Meeting of the ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), intergovernmental- commission- on- human- rights- aichr/, diakses tanggal 2 oktober 2013 The Sixth ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), press- release/ the- sixth- asean- intergovernmentalcommission- on- human- rights- aichr/#more-428, diakses tanggal 2 oktober

POINTERS ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) Jakarta, 12 April 2016

POINTERS ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) Jakarta, 12 April 2016 POINTERS ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) Jakarta, 12 April 2016 AICHR merupakan bagian integral dari struktur organisasi ASEAN yang berperan sebagai badan konsultasi dan bersifat

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR PERTEMUAN SELA NASIONAL MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL INDONESIA (PSNMHII) XXVI PROMOTING AND SUSTAINING BALI DECLARATION S PRIORITY AREAS ON

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

PERNYATAAN PHNOM PENH MENGENAI PENGESAHAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA ASEAN (AHRD)

PERNYATAAN PHNOM PENH MENGENAI PENGESAHAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA ASEAN (AHRD) Pernyataan Phnom Penh PERNYATAAN PHNOM PENH MENGENAI PENGESAHAN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA ASEAN (AHRD) KAMI, Kepala Negara/Pemerintahan Negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN),

Lebih terperinci

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR Workshop Penguatan Komunitas Sosio-Kultural ASEAN 2015: Perumusan lndikator Capaian dari Strategic Measures dalam Attendant Document ASEAN Socio-Cultural

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Kantor Regional ILO untuk Asia & Pasifik (ROAP) Bangkok, Thailand Garis Besar Presentasi 1. Forum ASEAN tentang Pekerja

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI As of 14 November 2013 I. Pendahuluan 1. Salah satu tujuan ASEAN seperti yang diatur dalam Piagam ASEAN adalah untuk memajukan ASEAN

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA PRINSIP Kaukus Perempuan Asia Tenggara tentang ASEAN1, yang juga dikenal sebagai Kaukus Perempuan, berkomitmen untuk menegakkan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM no. 08

KOMENTAR UMUM no. 08 1 KOMENTAR UMUM no. 08 KAITAN ANTARA SANKSI EKONOMI DENGAN PENGHORMATAN TERHADAP HAK- HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Komite Persatuan Bangsa-bangsa untuk Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya E/C.12/1997/8

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar

Lebih terperinci

1. Asal muasal dan standar

1. Asal muasal dan standar Diskriminasi dan kesetaraan: 1. Asal muasal dan standar Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Mengakui hubungan antara bias dengan diskriminasi

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI Antonio Prajasto Roichatul Aswidah Indonesia telah mengalami proses demokrasi lebih dari satu dekade terhitung sejak mundurnya Soeharto pada 1998. Kebebasan

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

BAB III AICHR (ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS) SEBAGAI BADAN MEKANISME HAM ASEAN

BAB III AICHR (ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS) SEBAGAI BADAN MEKANISME HAM ASEAN BAB III AICHR (ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS) SEBAGAI BADAN MEKANISME HAM ASEAN Bab ketiga akan dimulai dengan menjelaskan tentang pandangan ASEAN terhadap HAM, kemudian pemaparan

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM. Hak Asasi Manusia Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Pengertian HAM. Generasi

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 K-173 Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL 1 K-144 Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar-Standar Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.144, 2015 HAM. Rencana Aksi. Nasional. Tahun 2015-2019. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh : Butje Tampi, SH., MH. ABSTRAK Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan melakukan

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 1 K 122 - Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Lebih terperinci

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Oleh : K. Zulfan Andriansyah * Naskah diterima: 28 September 2015; disetujui: 07 Oktober 2015 Indonesia sejak

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA Dalam BAB IV adalah pembahasan yang terakhir dalam skripsi ini. Dalam BAB IV ini akan membahas bagaimana upaya ASEAN sebagai mediator

Lebih terperinci

Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional

Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional Komitmen Penegakan HAM Pemerintah dan Implikasinya dalam Hubungan Internasional Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua, Aryaduta, Jakarta 13 Desember 2010 Rafendi Djamin Wakil Indonesia

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember 1984 mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang mennunjukan komitmennya untuk

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Pidato Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Untuk Pembentukan ASEAN Supreme Audit Institutions (SAI), Jakarta, 13 Oktober 2011 Kamis, 13 Oktober 2011 Mohon diperiksa disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengungsi dan pencari suaka kerap kali menjadi topik permasalahan antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA 1 K-88 Lembaga Pelayanan Penempatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi

Lebih terperinci

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 2 R-90 Rekomendasi Pengupahan Setara, 1951 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci