BAB II TINJAUAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat juga bersifat permanent. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah dan melawan dan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang telah matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan, jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma. (Wiknjosastro, 2007, p.905) 2. Metode Kontrasepsi Beberapa metode kontrasepsi yang lazim digunakan oleh warga Negara Indonesia adalah sebagai berikut: a. Metode Sederhana Kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan dan Simptotermal yaitu paduaan antara Suhu Basal dengan Lendir Serviks. Sedangkan

2 metode kontrasepsi dengan alat yaitu Kondom, Diafragma, Cup Serviks dan Spermisid b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormone progesterone dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesterone saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada Pil dan Suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesterone terdapat pada Pil, Suntik dan Implant. c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormone (sintetik progesterone) dan yang tidak mengandung hormone. d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu: Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.

3 e. Metode Kontrasepsi Darurat Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu: Pil dan AKDR.

4 3. Angka Kegagalan Kontrasepsi dalam Tahun Pertama Tabel 2.1 angka kegagalan kontrasepsi Metode Kontrasepsi Kegagalan Per 100 perempuan Teoritis (%) Praktek (%) Kontap Wanita/MOW Kontap Pria/MOP Suntikan Pil Oral Kombinasi (POK) Mini Pil IUD Kondom Diafragma Spermisid Coitus Interuptus KB alamiah Laktasi Tanpa Kontrasepsi Implant 0,04 0,15 0,25 0, ,3 0,1-0,5 0,2-0, Sumber data: Buku KB dan Kontrasepsi dr. Hanafi Hartanto B. Implant 1. Definisi Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone yang dipasang pada lengan atas. (Handayani, 2010, p.116). 2. Jenis Implant Dikenal 2 macam implant, yaitu: a. Non Biodegradable Implant Dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Norplant (6 kapsul) berisi hormone levonegestrel daya kerja 5 tahun. 2) Norplant-2 (2 batang) berisi hormone levonegestrel daya kerja 3 tahun.

5 3) Satu batang berisi ST-145, daya kerja 2 tahun. Rencana siap pakai tahun ) Satu batang berisi hormone 3-keto desogestrel daya kerja 2,5-4 tahun. Sedangkan Non Biodegradeble implant dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1) Norplant Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 batang silastik (karet silastik) yang berisi dengan hormone levonogestrel dan ujungujung kapsul ditutup dengan silastik adhesive. Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm berisi 36 mg levonogestrel, serta mempunyai ciri sangat efektif dalam mencegah kehamilan untuk 5 tahun. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai. 2) Norplant-2 Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 2 batang silastik yang padat, dengan panjang tiap batang 44 mm, dengan msingmasing batang diisi dengan 70 mg levonogestrel di dalam matriks batangnya. Ciri Norplant-2 adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun. Pada kedua macam implant tersebut, levonogestrel berfungsi melalui membrane silastik dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormone dalam plasma

6 darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi. Pelepasan hormone tiap harinya berkisar antara mcg pada tahun pertama, kemudian menurun mcg perhari untuk lima tahun. b. Biodegradable Implant Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh pembawanya sama sekali tidak diperlukan untuk dikeluarkan lagi seperti pada norplant. Dua macam implant biodegradable sedang diuji coba saat ini pada sejumlah wanita, yaitu: 1) Capronor, suatu batang polymer hormone levonogestrel, pada awal penelitian dan pengembangannya, capronor berupa satu kapsul biodegradable yang mengandung levonogestrel yang dilarutkan dalam minyak ethil-aleate dengan diameter kapsul <0,24 cm dan panjang kapsul yang diteliti terdiri dari 2 ukuran: a) 2,5 cm: berisi 16 mg levonogestrel, melepaskan 20 mcg hormone/harinya. b) 4 cm: berisi 25 mg levonogestrel, melepaskan mcg hormone/harinya. 2) Narethindrone Pellets a) Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90% norethindrone (NET).

7 b) Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET yang akan dilepaskan saat pellets dengan perlahan-lahan melarut. c) Pellets berukuran kecil, masing-masing sedikit lebih besar daripada butir besar. d) Uji coba pendahuluan menggunakan 4 dan 5 pellets. e) Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi bertambah dengan banyaknya jumlah pellets. f) Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan yang besar terhadap kehamilan untuk sekurang-kurangnya 12 bulan. g) Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid irregular. Perdarahan inter menstrual atau perdarahan bercak merupakan problin utama. h) Terjadi rasa sakit payudara pada 4% akseptor. i) Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing-masing pellets kurang kecil dari 2% kolesterol dalam satu butir telur ayam tidak mempunyai efek pada kadar kolesterol darah akseptor. j) Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas. Prosedur insersi seperi pada capronor, dan dapat dipakai dengan insersi yang sama. k) Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat insisi 3 mm, pellets diletakkan kira-kira 3 cm dibawah kulit.

8 Tidak diperlukan penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan verband saja. (Handayani, 2010, p ) Jenis Kontrasepsi yang Masih dipakai Sekarang: 1) Norplant Terdiri dari 2 batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-kira 3,4 mm, dan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. 2) Implanon Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. 3) Jadena dan Indoplant Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogesterel dengan daya kerja 3 tahun. (Saifuddin, 2006,p.MK 54) 3. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar, seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progestin saja implant tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara : mencegah ovulasi, mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, perubahan lender serviks menjadi kental sehingga menghambat pergerakan sperma. (Saifuddin, 2006, p.mk-53)

9 4. Efektivitas a. Angka kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier. b. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke-6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil. c. Norplant-2 sama efektifnya dengan norplant, untuk waktu 3 tahun pertama. Semula diharapkan norplant-2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya. (Everret, 2007, p.182) Implant mempunyai evektivitas yang tinggi, angka kegagalannya norplant <1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil. Implant sangat efektif, angka kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan per tahun. (Handayani, 2010,p.120),(Saifuddin, 2006, p.mk 54). 5. Keuntungan Ada 2 macam keuntungan kontrasepsi implant,yaitu: a. Keuntungan Kontrasepsi: 1) Daya guna tinggi. 2) Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun.

10 3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. 4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam. 5) Bebas dari pengaruh hormone estrogen. 6) Tidak mengganggu kegiatan senggama. 7) Tidak mengganggu produksi ASI. 8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. 9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. b. Keuntungan Nonkontrasepsi 1) Mengurangi nyeri haid. 2) Mengurangi jumlah darah haid. 3) Mengurangi/memperbaiki anemia. 4) Melindungi terjadinya kanker endometrium. 5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara. 6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul. 7) Menurunkan angka kejadian endometriosis. (Saifuddin, 2006, p.mk-54). 6. Kerugian Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah haid, serta amenorea.

11 Timbulnya keluhan-keluhan seperti: nyeri kepala, peningkatan/penurunan berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pening/pusing kepala, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness), membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS, klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan, efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturate), terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per perempuan per tahun). 7. Efek Samping a. Amenorrhea Yakinkan klien bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi. b. Perdarahan bercak (spotting) ringan Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.

12 Bila klien mengeluh dapat diberikan: 1) Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 mcg EE) selama 1 siklus pertama. 2) Ibu profen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari), terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan) Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan pemakaian implant dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain. d. Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang lain atau ganti cara. e. Infeksi pada daerah insersi Bila infeksi tanpa nanah: bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan minta klien kontrol 1 minggu lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru di lengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses: bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7 hari. (Handayani, 2010,p.121)

13 8. Yang dapat Menggunakan Implant a. Usia reproduksi. b. Telah memiliki anak ataupun yang belum. c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang. d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi. e. Pascapersalinan dan tidak menyusui. f. Pascakeguguran. g. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak strerilisasi. h. Riwayat kehamilan ektopik. i. Tekanan darah <180/110 mmhg dengan masalah pembengkakan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell). j. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. k. Sering lupa menggunakan pil.(saifuddin, 2006, p.mk-55) 9. Yang tidak dapat Menggunakan Implant a. Hamil atau diduga hamil. b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. c. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara. d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi. e. Miom uterus dan kanker payudara. f. Gangguan toleransi glukosa. (Saifuddin,2006, p.mk-55) 10. Waktu mulai Menggunakan Implant

14 a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak diperlukan metode kontrasepsi lain. b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakin tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual atau mengguakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari. d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain. e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saa, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama 7 hari saja. f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terlebih dahulu dengan benar. g. Bila sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implant, insersi implant dapat

15 dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya. h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikaan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja, AKDR segera dicabut. I. Pasca keguguran implant segera diinsersikan. (Saifuddin,2010 p.mk- 53) 11. Teknik Pemasangan Implant. a. Mempersiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptic. b. Menentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipatan siku pada bagian dalam lengan di alur antara otot biseps dan triseps. Gunakan spidol untuk menandai dengan membuat garis sepanjang 6-8 cm. c. Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 2 ml obat anestesi (1% tanpa epinefrin) dan disuntikkan tepat di bawah kulit sepanjang jalur tempat pemasangan. Pemberian anestesi juga dapat dilakukan dengan semprotan. d. Mengeluarkan inserter dari kemasannya, kemudian meregangkan kulit di tempat pemasangan dan memasukkan jarum inserter. Untuk

16 meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat jarum inserter ke atas, sehingga kulit terangkat. e. Melepaskan segel inserter dengan menekan penopang pendorong inserternya. f. Memutar pendorong inserter 90 0 atau dengan mempertahankan pendorong inserter tetap diatas lengan. g. Dengan tangan yang lain secara perlahan menarik jarum keluar dari lengan sambil tetap mempertahankan penopang inserter di tempatnya. Catatan: prosedur ini berlawanan dengan suatu penyuntikan, dimana pendorong di dorong den inserter dipertahankan. (Saifuddin, 2006, p.pk-29). C. Pengetahuan 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Wawan dan Dewi, 2010, p.11) 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

17 Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoadmodjo, 2003) a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

18 hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 3. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memeperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo, 2003;11 adalah sebagai berikut: a. Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan 1) Cara Coba Salah (Trial and Eror) Cara ini telah dipakai sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

19 menggunakan kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut terpecahkan. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenaran baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. b. Cara Modern dalam Memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franscis Bacon ( ), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. 4. Proses Perilaku TAHU Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan

20 sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial dimana individu mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption dan sikapnya terhadap stimulus. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah: aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter, murah agar terjangkau untuk semua orang, dapat diterima oleh orang banyak, pemakaian jangka panjang (continuation rate tinggi).

21 Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi : 1. Faktor pasangan: motivasi dan rehabilitasi, meliputi: a. Umur Ada beberapa fase umur yang sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi adalah sebagai berikut: 1) Fase Menunda Perkawinan/kehamilan. Fase menunda kehamilan bagi PUS denan usia isteri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan. Alasan menunda/mencegah kehamilan: a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anakdulu karena berbagai alasan. b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda. c) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi. d) Penggunaan IUD mini bagi yang belummempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap pil oral. Prioritas kontrasepsi yang dipakai: a) Pil. b) AKDR. c) Cara sederhana (kondom, spermisid).

22 2) Fase Menjarangkan Kehamilan Periode usia isteri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak anatara kelahiran adalah 2-4 tahun. Alasan menjarangkan kehamilan: a) Umur antara tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. b) Segera setelah anak pertama lahir maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama. c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik. d) Disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program. Prioritas kontrasepsi yang dipakai: a) AKDR. b) Suntikan. c) Mini Pil. d) Pil. e) Cara sederhan f) Norplant g) Kontap (Jika > 30 tahun).

23 3) Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan Periode umur isteri diatas 30 tahun terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan: a) Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi karena alasan medis dan alasan lainnya. b) Pilihan utama kontrasepsi mantap. c) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi. Prioritas kontrasepsi yang dipakai: a) Kontap. b) AKDR. c) Norplant. d) Suntikan. e) Mini Pil. f) Pil. g) Cara Sederhana. b. Gaya hidup Remaja adalah kelompok marginal dan kesalahan yang mereka lakukan dianggap aib oleh masyarakat sehingga persoalan reproduksi remaja di Indonesia tidak diperhitungkan oleh pembuat kebijakan.

24 Fakta yang terbaru menyebutkan bahwa: 1) 15% remaja sudah melakukan hubungan seks di luar nikah. 2) Jumlah HIV-AIDS pada akhir tahun 2005 sebanyak 46,19% adalah remaja (usia tahun) dimana 43,5% terinfeksi melalui hubungan seksual yang tidak aman dan 50% tertular lewat jarum suntik. 3) 60% dari pekerja seks di Indonesia adalah remaja perempuan berusia 24 tahun atau kurang dan 30%nya adalah mereka yang berusia 15 tahun atau kurang. 4) 20% dari 2,3 juta kasus aborsi tidak aman serta menyebabkan komplikasi yang dapat membawa mereka pada kematian.(saifuddin, 2006, p.u-47). c. Jumlah Anak Anak adalah harapan dan cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih orang tua. d. Sikap Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang mendapat perhatian penting pada kesehatan

25 masyarakat di seluruh dunia. Rata-rata terdapat lebih dari satu juta orang setiap hari yang menjalani perawatan antenatal, kesehatan seksual dan reproduksi atau penyakit ginekologik lain mengindikasikan adanya masalah ISR/IMS yang meluas. Banyak orang khususnya perempuan yang mengalami ISR/IMS tidak mendapat perawatan dan pengobatan dengan tepat karena: 1) Orang-orang yang menunjukkan ada gejala ISR/IMS tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya terinfeksi. Banyak perempuan yang tidak mendapat informasi tentang cairan vagina yang normal dan tidak normal, sehingga mereka akan menganggap cairan vagian yang keluar walaupun akibat ISR/IMS sebagai sesuatu yang wajar. 2) Banyak orang yang menduga bahwa mereka mungkin terinfeksi, tetapi tidak segera berobat karena tidak menganggap penyakit ini penting, merasa malu, penyakit yang di derita merupakan masalah sosial, tidak mengetahui akses berobat dan tidak dapat menjangkau pengobatan. e. Dukungan suami. Peran dan partisipasi suami/isteri dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut: 1) Pemakaian alat kontrasepsi. 2) Tempat mendapatkan pelayanan. 3) Lama pemakaian.

26 4) Efek samping dari penggunaan kontrasepsi. 5) Siapa yang menggunakan kontrasepsi. Dalam hal komunikasi, peran suami/isteri antara lain: 1) Suami/isteri memakai kontrasepsi. 2) Suami/isteri memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan dengan suami. 3) Suami/isteri tidak memakai kontrasepsi, tapi tidak dibicarakan dengan suami/isteri. 2. Faktor kesehatan: kontraindikasi absolute atau relative, meliputi: a. Status kesehatan Beberapa kondisi medis yang akan meningkatkan risiko jika terjadi kehamilan: Hipertensi (tekanan darah > 160/100mmHg), diabetes: insulin dependen dengan nefropati /neuropati/retinopati atau penyakit vascular lain atau > 20 tahun telah menderita diabetes, penyakit jantung iskemia, stroke, penyakit jantung katup dengan hipertensi, karsinoma payudara, karsinoma endometrium atau ovariium, Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS, sirosis hati, hepatoma, penyakit trofoblas ganas, anemia bulan sabit, skistosomiasis dengan fibrosis hati, TBC. Keadaan-keadaan tersebut diperlukan pilihan metode kontrasepsi yang efekti. (Saifuddin, 2006, p. U-26). b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi adalah untuk menentukan apakah ada: kehamilan, keadaan yang membutuhkan perhatian khusus, masalah (misalnya diabetes atau

27 tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan san pengelolaan lebih lanjut. Keadaan ini dapat diselesaikan dengan anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau kemungkinan hamil dapat disingkirkan. Sebagian besar cara kontrasepsi, kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk klien baru umumnya tidak diperlukan karena: 1) Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (umur tahun) dan umumnya sehat. 2) Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan perhatian (misalnya kanker genetalia dan payudara, fibroma uterus) jarang didapat pada umur sebelum 35 atau 40 tahun. Dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian kontrasepsi secara berlebihan sehingga mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi dari klien. Akibatnya, banyak pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya tidak diperlukan (misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati, glukosa, atau Pap Smear). Walaupun permintaan menjadi klien keluarga berencana meningkat, kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan yang diminta. Keadaan ini merupakan hambatan terhadap pemilihan kontrasewpsi dan pelaksanaan pelayanan. Terbaik sesuai dengan pilihannya, penilaian calon klien harus dibatasi pada

28 prosedur yang diperlukan untuk semua kllien pada setiap tatanan. (Saifuddin, 2010,p U-11) 3. Faktor metode kontrasepsi: penerimaan dan pemakaian berkesinambungan, meliputi: Efektivitas Efektivitas kontrasepsi merupakan salah satu faktor dalam pemilihan konrasepsi yang dilihat dari angka kegagalan bagi pasangan suami-isteri yang menggunakan kontrasepsi secara konsisten dan benar atau kegagalan cara penggunaan kontrasepsi yang benar serta kegagalan bagi suami isteri dalam kondisi sehari-harinya/ sebenarnya. Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu informasi tentang: 1) Efektivitas relative dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia. 2) Efek negative kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan risiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu. (Hartanto, 2004, p.37) E. Dukungan Suami Peran dan partisipasi suami istri dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut: 1. Pemakaian alat kontrasepsi. 2. Tempat mendapatkan pelayanan. 3. Lama pemakaian. 4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi.

29 5. Siapa yang menggunakan kontrasepsi. Dalam hal komunitas, peran suami istri antara lain: 1. Suami memakai kontrasepsi. 2. Istri memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan dengan suami. 3. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi tidak dibicarakan suami istri. Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman pada dirinya, istri dan keluarganya. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi adalah langkah yang tepat dalam upaya mendorong kesehatan gender. Dalam kurun waktu 30 tahun keberhasilan program KB masih banyak didominasi oleh peran serta wanita dalam penggunaan alat dan metode kontrasepsi. Pada tahun 2002 tercatat Tingkat Pemakaian Kontrasepsi (CPR) adalah 60,3%. Kontribusi pria terhadap angka tersebut hanya 1,3% saja yang terdiri dari kondom (0,9%) dan vasektomi (0,4%) ini berarti 59% pemakaian kontrasepsi adalah wanita. Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya peserta KB pria antara lain: 1. Kondisi lingkungan sosial budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria yang belum atau tidak penting dilakukan serta pandangan yang cenderung menyerahkan tanggung

30 jawab pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi sepenuhnya kepada para wanita. 2. Pengetahuan, kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluarga dalam KB pria rendah. 3. Keterbatasan jangkauan (aksebilitas) dan kualitas pelayanan KB pria. Meskipun dari dua metode KB pria telah tersedia berbagai merek kondom dan telah dikembangkan beberapa teknik vasektomi yang relative lebih baik, sering kali menjadi alasan utama yang dikemukakan dari berbagai pihak mengapa kesertaan pria dalam KB rendah adalah terbatasnya metode atau kontrasepsi yang tersedia. (Handayani, 2010, p.128)

31 F. Kerangka Teori Di bawah ini adalah fakto-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi. Variabel dependent : dukungan suami dan pengetahuan tentang alat kontrasepsi implant. Variabel independent : pemelihan alat kontrasepsi implant. Umur Pasangan Gaya Hidup Jumlah Keluarga Pengalaman Sikap Dukungan Suami Kesehatan Status Kesehatan Riwayat Haid Riwayat Keluarga Pemeriksaan Fisik Pemilihan Kontrasepsi Implant Pemeriksaan Panggul Efektivitas Efek Samping Metode Kontrasepsi Kerugian Komplikasi Biaya Pengetahuan

32 G. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep yang disusun adalah : Variabel dependent : Dukungan suami, efektivitas, efek samping dan pengetahuan. Variabel independent: pemilihan kontrasepsi implant. Dukungan Suami Pengetahuan Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant H. Hipotesis 1. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi implant. 2. Ada hubungan antara pengetahuan tentang alat kontrasepsi implant dengan pemilihan alat kontrasepsi implant.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi menurut Saifuddin (2006), merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri

Lebih terperinci

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan tindakan medis di Amerika Serikat dan Eropa sejak tahun 1960.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan tindakan medis di Amerika Serikat dan Eropa sejak tahun 1960. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed Consent 2.1.1 Sejarah Informed Consent Informed consent menjadi kewajiban bagi tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medis di Amerika Serikat dan Eropa sejak tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB Suatu upaya menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,2013) 2. Manfaat KB a. Untuk ibu : dengan jalan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Kontrasepsi Hormonal (PIL) Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG I. MENJAGA JARAK KEHAMILAN A. Penentuan Jarak Kehamilan TEPAT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905). Kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 10 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) 1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

KEPERAWATAN MATERNITAS II

KEPERAWATAN MATERNITAS II KEPERAWATAN MATERNITAS II SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN ALAT KONTRASEPSI Disusun Oleh: Qoys M. Iqbal A 109104000016 Qurratu A yun 109104000020 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh : SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Desa Durin IV Mbelang 2.1.1 Letak Lokasi Desa Desa Durian IV Mbelang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belarkang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keluarga Berencana Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan a. Definisi Pendidikan Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, pendidikan merupakan sistem proses menuju pendewasaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian fertilitas Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam bidang demografi fertilitas adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran

Lebih terperinci

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran adalah perangkat

Lebih terperinci

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA 1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara permanen (Winkjosastro, 2002). Penggunaan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID PENELITIAN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID Anisa K.A*,Titi Astuti* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diketahui dan memberikan informasi tentang pendekatan penelitian. Tinjauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO expert Commite, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Negara Indonesia. Ledakan penduduk mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat semakin menurun,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL Aminatul Maula, Iroma Maulida, Mutiarawati ABSTRAK Proporsi pasangan usia subur indonesia menurut BKKBN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997 Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15

Lebih terperinci

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

Medan, Maret 2014 Hormat saya, Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian konsep dasar alat kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang bermaksud mencegah atau melawan dan konsepsi yang bermaksud pertemuan antara sel telur (sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama kita kenal. KB artinya merencanakan jumlah anak sesuai kehendak kita, dan menentukan sendiri kapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Suami 2.1.1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan

Lebih terperinci

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalammualaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Saya Ayu Azhar Hudyanti sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi) 1. Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akses KB Menurut BKKBN (2005) akses KB atau jangkauan pelayanan KB ini dimaksudkan agar akseptor dapat memperoleh informasi yang memadai dan pelayanan KB yang memuaskan. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

Lebih terperinci

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH METODE KONTRASEPSI Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami tentang jenis jenis metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugian dari masing masing metode tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) a. Pengertian DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis

Lebih terperinci

Bab XIII. Keluarga Berencana. Manfaat KB /Keluarga Berencana. Keputusan mengikuti Keluarga Berencana. Pemilihan metode KB

Bab XIII. Keluarga Berencana. Manfaat KB /Keluarga Berencana. Keputusan mengikuti Keluarga Berencana. Pemilihan metode KB Bab XIII Keluarga Berencana Manfaat KB /Keluarga Berencana Keputusan mengikuti Keluarga Berencana Pemilihan metode KB Metode KB yang menghalangi konsepsi Metode KB hormonal Metode IUD Metode KB Alamiah

Lebih terperinci

SAP KELUARGA BERENCANA

SAP KELUARGA BERENCANA SAP KELUARGA BERENCANA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh: 1. ANNISA RAHMATIAH P07120112046 2. FEBRITA LAYSA S. P07120112060 3. RETNO TRI W. P07120112073 4. VINDA ASTRI

Lebih terperinci