RESILIENSI ORANG TUA DALAM MEMBESARKAN ANAK RETARDASI MENTAL. Sekar Ayu Wijayani 1 dan Hafsah Budi A 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESILIENSI ORANG TUA DALAM MEMBESARKAN ANAK RETARDASI MENTAL. Sekar Ayu Wijayani 1 dan Hafsah Budi A 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta"

Transkripsi

1 RESILIENSI ORANG TUA DALAM MEMBESARKAN ANAK RETARDASI MENTAL Sekar Ayu Wijayani 1 dan Hafsah Budi A 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Abstract The purpose of this research is to know how far parent reciliency is towards their child which gets mental retardation. Research method, in collecting data, this research uses some instrumens involving observation and interview. Data analysis techniques are collecting data, triangulation, concluding data. Resilience may play a role in raising a child with mental retardation. The results of the data analysis it can be concluded that in general the four subjects were able to accept and acknowledge the child's condition properly, and always try to build a good relationship with the child. These four subjects also reveal the problems experienced and able to express the problem in a positive and fun activities for heart. Each subject also uses humor in parenting and life difficulties experienced thus making it lighter. The four subjects had concerns on the lives of children who would come if the subject is not there. Each subject has confidence in interacting with others and being able to adapt and exchange information about the child. Each subject also have empathy when he saw other parents who also have children with special needs. Key Word : Resiliency, Mental Retardation, Parents 1 Penulis pertama adalah alumnus program studi S1 Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. 2 Penulis kedua dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ( hafsahhunik@gmail.com). Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

2 PENDAHULUAN Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal sebaik-baiknya, bagaimanapun kondisi anak tersebut ketika dilahirkan. Orang tua akan merasa senang dan bahagia apabila anak yang dilahirkan memiliki kondisi fisik dan psikis yang sempurna. Sebaliknya, orang tua akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. Salah satu hambatan perkembangan yang dialami oleh seorang anak adalah retardasi mental. Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi kognitif dan adaptif. Retardasi mental ini merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi di bawah normal, dalam rentangan 65 sampai 75 atau kurang) disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbicara dan berbahasa, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sumber-sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai, dan bekerja. (Bets, 2009) Marion (dalam Zamralita, 2004) berpendapat bahwa seringkali orang tua tidak memahami mengenai retardasi mental sehingga mereka merasa bimbang terhadap kondisi anaknya dan mengalami konflik dalam diri. Konflik tersebut terkait dengan keinginan dan harapan yang tidak terpenuhi untuk memiliki anak yang dapat dibanggakan dalam lingkungan, sehingga terdapat ketidaksesuaian antara kenyataan dengan idealisme. Konflik juga berpotensi terjadi karena adanya perbedaan penanganan terhadap anak abnormal dibandingkan anak normal. Orang tua yang resilien dapat mengatasi perasaan sedih dan terpuruknya tersebut dengan mencari jalan keluar atas kenyataan bahwa mereka mempunyai anak yang mengalami retardasi mental. Dalam wawancara terhadap orang tua anak yang mengalami retardasi mental, diperoleh gambaran bahwa kepercayaan yang paling kuat dalam diri orang tua ialah, bahwa anak adalah anugerah dan amanah dari Tuhan. Anggapan bahwa orang tua yang diberikan anak dengan kebutuhan khusus adalah suatu pertanda, bahwa orang tua tersebut dipilih Tuhan Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

3 agar menjadi lebih kuat dan menjadi salah satu penghuni surga kelak. Perasaan jujur juga harus ada, karena dengan menyembunyikan anak retardasi mental yang dimiliki maka orang tua akan selalu dikejar perasaan negatif dalam diri mereka. Dengan menerima dan jujur pada diri sendiri dan masyarakat akan memberikan suatu perasaan ikhlas dalam membesarkan anak retardasi mental. Perasaan sedih juga dialami oleh orang tua, terutama saat pertama kali dokter memberikan vonis bahwa anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. Rasa khawatir juga muncul saat anak jatuh sakit dan saat mengingat bahwa tidak selamanya orang tua bisa merawat dan menjaganya. Akan ada saat dimana orang tua tidak mampu lagi untuk memberikan nafkah dan kasih sayangnya pada anak. Bagi orang tua, kebahagiaan anak adalah hal yang sangat penting bagi mereka, oleh karena itu orang tua selalu berusaha untuk membuat anaknya bahagia. Orang tua menganggap bahwa anak yang dimiliki adalah permata yang tidak ternilai harganya walaupun anak mereka merupakan anak retardasi mental. Orang tua menyatakan bahwa kerjasama yang baik dalam keluarga akan sangat membantu serta memberikan motivasi dalam membesarkan anak retardasi mental yang mereka miliki. Keluarga adalah faktor yang sangat penting dalam memberikan sumbang saran bagi perkembangan anak. Grotberg (1995) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan. Orang tua yang menyadari bahwa anak yang mengalami retardasi mental memerlukan tempat aman bagi perkembangan jiwa anak. Jamaris (2005) berpendapat bahwa karakter dan integritas perkembangan anak terbentuk pertamatama di lingkungan keluarga. Di lingkungan kecil itulah individu mengenal dan belajar tentang berbagai tata nilai melalui pendidikan yang diberikan, tata nilai akan ditumbuhkembangkan agar yang bersangkutan siap memasuki dunia nyata di luar kehidupan keluarga. Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

4 Orang tua yang dapat menerima keadaan dirinya yang mempunyai anak retardasi mental akan tetap memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak retardasi mental seperti anak-anak lain yang dimilikinya agar dapat menciptakan relasi atau hubungan sehat dengan anak dan menyediakan kebutuhan fisik, serta keamanan bagi anak sehingga tercipta keluarga yang harmonis. Retardasi Mental Retardasi mental atau disebut juga tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah ratarata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Somantri, 2006). Dalam PPDGJ III (Maslim, 2003) dikatakan bahwa retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Handaya perilaku adaptif selalu ada, tetapi dalam lingkungan sosial terlindung dimana sarana pendukung cukup tersedia, handaya ini mungkin tidak tampak pada penyandang retardasi mental ringan. Maslim (2003) dalam PPDGJ III memaparkan enam tingkatan klasifikasi retardasi mental, diantaranya ialah: 1. Retardasi mental ringan, 2. Retardasi mental sedang, 3. Retardasi mental berat, 4. Retardasi mental sangat berat, 5. Retardasi mental lainnya, 6. Penyakit mental YTT. Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (Maramis, 2005) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah: a) Infeksi dan atau intoksinasi, b) Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain, c) Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi, d) Penyakit otak yang nyata, e) Penyakit Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

5 atau pengaruh prenatal, f) Kelainan kromosom, g) Prematuritas, h) Akibat gangguan jiwa yang berat, i) Deprivasi psikososial Deprivasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Resiliensi Resiliensi berasal dari kata Latin `resilire' yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau ilmu fisika. Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula setelah dibengkokkan, ditekan, atau diregangkan. Bila digunakan sebagai istilah psikologi, resi1iensi adalah kemampuan manusia untuk cepat pulih dari perubahan, sakit, kemalangan, atau kesulitan (Rimasekarani, 2010). Menurut American Psychological Association (Siebert, 2005), "resiliensi" didefinisikan sebagai "produk interaktif antara kepercayaan, sikap, pendekatan, perilaku, dan fisiologi yang membantu orang menjadi lebih baik selama dalam situasi yang sulit dan lebih cepat pulih. Menurut Grotberg (2000), disisi lain resiliensi merupakan kapasitas yang bersifat universal dan dengan kapasitas tersebut, individu, kelompok ataupun komunitas mampu mencegah, meminimalisir ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak saat mereka mengalami musibah atau kemalangan. Menurut Wolin & Wolin (Compton, 2005) memaparkan tujuh karakteristik resiliensi yaitu: 1. Pemahaman, ialah kemampuan mental untuk bertanya pada diri sendiri dan memberikan penjelasan serta menjawab dengan jujur, 2. Kemerdekaan, ialah kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun fisik dari sumber masalah dalam hidup seseorang, 3. Hubungan yang baik, ialah individu yang resilien mampu membuat ikatan emosional yang sehat dengan orang, 4. Inisiatif, melibatkan keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab atas kehidupan sendiri atau masalah yang dihadapi, 5. Kreativitas, melibatkan kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan alternatif dalam menghadapi tantangan hidup, 6. Rasa Humor, ialah kemampuan untuk melihat sisi terang dari kehidupan, menertawakan diri sendiri, dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun, 7. Akhlak yang terpuji, ialah orientasi pada nilai-nilai ditandai dengan keinginan untuk hidup secara baik dan produktif. Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

6 Menurut Weiss (2008), menyebutkan bahwa ada tiga domain spesifik resiliensi, yaitu: a) Aspek penguasaan, terdiri dari dua hal yaitu: (1) Kepercayaan diri dan (2) Pengendalian diri. b) Aspek Berhubungan, terdiri dari empat hal yaitu: i. Kepercayaan, ii. Akses pendukung, iii. Lingkungan yang nyaman, iv. Saling menghargai. b) Reaksi emosional, terdiri dari dua hal yaitu: i) Sensitivitas dan ii) Peyembuhan. Dalam ciri-ciri individu yang memiliki resiliensi terdapat lima kategori yaitu: (i) Memiliki control, (ii) Mengetahui cara-cara membentengi diri dari stress, (iii) Memiliki emosi positif, (iv) Mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah, (v) Mampu belajar dari kegagalan maupun kesuksesan. Grotberg (1995) mengemukakan faktor-faktor resiliensi yang diidentifikasikan berdasarkan sumber-sumber yang berbeda yaitu i.) I Am, untuk kekuatan individu, dalam diri pribadi, ii.) I Have, dukungan eksternal dan sumber-sumbernya, iii.) I Can, sedangkan untuk kemampuan interpersonal. Bagaimana tanggapan dan sikap orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Bagaimana para orang tua menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul karena memiliki anak retardasi mental. Penelitian ini diharapkan mampu mengungkap lebih jauh kemampuan resiliensi orang tua dalam membesarkan anak retardasi mental. METODE Subjek Penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang ibu yang mempunyai anak retardasi mental. Ibu dipilih karena ibu memiliki faktor kelekatan yang lebih dengan anak dibandingkan ayah, ibu juga lebih terlibat dalam proses membesarkan anak retardasi mental. No. Nama Usia Jenis Pendidikan Keterangan Kelamin 1. Subjek 1 (WG) 44 tahun P SMA Subjek Inti 2. Subjek 2 (WD) 62 tahun P SMA Subjek Inti 3. Subjek 3 (RE) 36 tahun P SMA Subjek Inti 4. Subjek 4 (IN) 44 tahun P S1 Subjek Inti Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

7 Instrumen Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dilakukan melalui pendekatan lain (Banister dalam Poerwandari, 1998). Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Sugiyono, 2007). Observasi akan dilakukan untuk memperoleh data pendukung tentang keadaan dan kondisi responden. Prosedur Penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah anak subjek dan di rumah subjek. Penelitian dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh subjek dan peneliti. Subjek meminta agar penelitian dilaksanakan di tempat yang leluasa agar orangtua dapat sekaligus mengamati anaknya. Penelitian dimulai dari tanggal 25 Juni 2012 sampai pada tanggal 1 September HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian, ditemukan bahwa masing-masing subjek orang tua mempunyai resiliensi yang berbeda selama membesarkan anak retardasi mental. Dalam aspek karakteristik resiliensi terdapat tujuh kategori yang mempengaruhi resiliensi. Masing-masing kategori tersebut dikemukakan dalam uraian sebagai berikut: 1. Pemahaman, dalam kategori ini ditemukan bahwa dari dua subjek yaitu RE dan IN menerima dan mengakui kondisi anaknya dengan baik, 2. Kemerdekaan, dari kategori ini ditemukan bahwa dari dua subjek yaitu WG dan IN mempunyai kemandirian dalam membesarkan anak dan selalu menghadapi permasalahan yang dialaminya, 3. Hubungan yang baik, dari kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek selalu berusaha membangun hubungan yang baik dengan anak. Sedangkan dari tiga subjek yaitu WG, WD, dan IN dapat menjalin hubungan yang baik dengan tetangga sekitar, 4. Inisiatif, dalam kategori ini ditemukan bahwa WG mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab dan Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

8 berusaha untuk menyelesaikan permasalahan sendiri dan mempunyai rasa percaya diri dalam mencari penyelesaiannya. Sedangkan subjek IN mempunyai rasa percaya diri untuk menyelesaikan permasalahan yang didukung penuh oleh keluarga dan orang-orang sekitarnya, 5. Kreatifitas, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek dapat mengungkapkan permasalahan yang dihadapi dan mempunyai cara untuk mengekspresikan permasalahan tersebut dengan aktivitas yang positif yang dapat menyenangkan hati subjek, 6. Rasa humor, dalam kategori ini peneliti menemukan bahwa keempat subjek mempunyai kemampuan untuk menggunakan rasa humornya dalam menghadapi kesulitan hidup dan membuat kesulitan tersebut menjadi lebih ringan, 7. Akhlak yang terpuji, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek tidak merasa takut pada pendapat orang lain dalam membesarkan anak. Dan dari ketiga subjek yaitu WG, RE, dan IN selalu mengadakan evaluasi untuk memperbaiki cara membesarkan anak selama ini. Dalam aspek domain spesifik resiliensi, delapan kategori resiliensi orang tua dalam membesarkan anak retardasi mental yaitu, a) Kepercayaan diri, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek memiliki kemampuan untuk menyikapi kehidupan dari segi yang positif. Namun, keempat subjek juga menyatakan kekhawatiran yang kurang lebih sama yaitu bahwa subjek merasa khawatir pada kehidupan anak nanti apabila subjek sudah tidak ada. b) Pengendalian diri, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek mempunyai rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sekolah anak. Keempat subjek mampu beradaptasi dengan orang lain dan dapat bertukar berbagai informasi dengan orang lain. Dalam kategori kedua yaitu Aspek berhubungan, terdapat empat sub kategori yaitu, (1) Kepercayaan, dalam kategori ini ditemukan bahwa subjek IN mempunyai kepercayaan pada orang-orang sekitar sehingga dapat dengan mudah menerima dan menyetujui apa yang diberikan oleh orang-orang sekitar subjek, (2) Akses pendukung, dalam kategori ini bahwa ketiga subjek WG, WD, dan IN mempunyai kepercayaan penuh pada lingkungan sekitar dan merasakan adanya bantuan yang diberikan dari lingkungan sekitar. Sedangkan RE tidak mempunyai kepercayaan pada lingkungan sekitar karena pernah merasa sakit hati pada sikap masyarakat, (3) Lingkungan yang nyaman, dari kategori ini Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

9 ditemukan bahwa WG, WD, dan IN mempunyai kenyamanan dengan lingkungan sekitarnya. Begitupun dengan anak masing-masing subjek yaitu yang juga merasakan kenyamanan tersebut. Berbeda dengan RE dan anaknya, yang tidak merasa nyaman dengan lingkungan sekitarnya, (4) Saling menghargai dalam keberagaman, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek mempunyai perbedaan pikiran dengan masyarakat namun hanya WG dan IN saja yang dapat mengungkapkan pikirannya pada masyarakat. Subjek WG dan IN mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan pikirannya dengan nyaman dan bersikap terbuka pada masyarakat tentang apa yang terjadi pada anaknya. Dalam kategori ketiga yaitu reaksi emosional terdapat dua subkategor yaitu: a. Sensitifitas, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek dapat mengetahui ketika anak sedang marah. Masing-masing subjek juga memiliki cara untuk menanggapi hal tersebut, namun hanya subjek WG dan IN yang mempunyai kreatifitas dalam mencari cara untuk menghadapi anak, b. Penyembuhan, dalam kategori ini ditemukan bahwa bahwa keempat subjek mempunyai kemampuan untuk meredam emosi. Dalam aspek ketiga yaitu ciri-ciri individu yang memiliki resiliensi, terdapat lima kategori yang mempengaruhi resiliensi yaitu, (1) Memiliki kontrol, dalam kategori ini ditemukan bahwa subjek WG dan IN mempunyai kontrol diri dalam menghadapi anak ataupun permasalahan yang dihadapi. Perbedaan dari kedua subjek ialah WG lebih tertutup dalam mengungkapkan emosi, sedangkan IN lebih bersikap terbuka dan dapat menyampaikan emosinya. (2) Mengetahui cara-cara membentengi diri dari stress, Dalam kategori ini ditemukan bahwa ketiga subjek yaitu WG, RE, dan IN pernah merasa stress ketika menghadapi anak. Sedangkan WD merupakan individu yang mudah merasa stress ketika menghadapi sesuatu yang menekan. Namun, keempat subjek mampu membentengi diri dari stress dengan cara yang disukai serta mencari cara untuk keluar dari stress dan mengantisipasi agar stress tersebut tidak menjadikannya berlarut-larut, (3) Memiliki emosi positif, dalam kategori ini ditemukan bahwa ketiga subjek yaitu WG, RE, dan IN merupakan individu yang mampu berpikir positif dalam menghadapi permasalahan. Namun RE merupakan individu yang lebih rapuh Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

10 karena kurang mendapat dorongan dan semangat dari orang-orang di sekitarnya, (4) Memiliki tujuan dan harapan yang realistik, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek mempunyai harapan yang sama pada anak yaitu anak dapat mandiri. Masing-masing subjek juga mempunyai kekhawatiran yang hampir sama yaitu kehidupan anak jika subjek sudah tidak ada. 5) Mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah. Aspek keempat ialah faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi terdapat 12 kategori, yaitu (a) Bangga terhadap diri sendiri, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek mempunyai perasaan bangga ketika mengingat usaha yang dilakukan selama ini dalam membesarkan anak. Dan ini menimbulkan suatu kepercayaan diri dan rasa syukur seperti yang diungkapkan oleh RE dan IN, (b) Perasaan dicintai dan sikap yang menarik, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek menyatakan bahwa keluarga merupakan orang-orang yang selalu memberikan semangat pada subjek. Terutama pada WD dan IN yang mampu mengekspresikan perasaan sayangnya kepada orang-orang yang dicintai seperti keluarga dan saudara-saudara. (c) Mencintai, empati, dan altruistic, dalam kategori ini ditemukan bahwa masing-masing subjek mempunyai empati ketika melihat ada orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus seperti subjek. Namun dari keempat subjek, RE sangat peduli dan bersedia membagi pengalaman serta menolong orang tua lain yang mempunyai permasalahan yang sama seperti RE. (d) Mandiri dan bertanggung jawab, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek dapat melakukan kegiatan lain disamping merawat anak. WG dan WD juga turut andil dalam kegiatan kemasyarakatan dan menjalankan tanggung jawab sebagai pengurusnya. Sedangkan IN merasa apabila semakin banyak mengikuti kegiatan maka akan semakin sedikit pula waktu untuk anak. Tanggung jawab yang dijalankan IN merupakan tanggung jawab moriil pada anak agar mendapatkan kasih sayang yang cukup darinya. (e) Memberi semangat agar mandiri, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek pernah mengalami kondisi darurat pada anak, namun hanya tiga subjek yaitu WG, WD, dan IN yang mendapatkan bantuan dari instansi tertentu atau dari orang-orang sekitar. (f) Struktur dan aturan rumah, dalam kategori ini ditemukan bahwa kedua subjek Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

11 yaitu WG dan IN menerapkan aturan tertentu untuk anak dan mampu menerapkannya pada anak. Sedangkan WD dan RE belum mempunyai cara yang tepat agar anak mau menerapkan aturan yang dibuat oleh subjek. (g) Role Models, Dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek selalu berkonsultasi baik itu dengan psikolog, ahli terkait, dokter, guru kelas, yayasan, atau dengan temanteman sesama orang tua anak berkebutuhan khusus. Namun hanya WG, WD, dan IN yang berusaha menerapkan tips-tips yang diberikan. Ketiga subjek mampu menerapkan tips-tips tersebut walaupun hasilnya belum tentu sesuai dengan apa yang diinginkannya. (h) Mempunyai hubungan, dalam kategori ini ditemukan bahwa bagi ketiga subjek yaitu WG, WD, dan IN suami dan anak-anak subjek yang lain berperan penting dalam perkembangan anak selama ini. Dari peran tersebut subjek merasa bahwa dirinya mempunyai orang-orang yang siap membantu subjek dalam membesarkan anak, (i) Mengatur berbagai perasaan dan rangsangan, dalam kategori ini bahwa keempat subjek pernah merasa marah pada anak. Keempat subjek mengekspresikan perasaan marah tersebut dengan memarahi anak, berteriak, dan memukul anak. Namun hanya dua subjek yaitu WG dan IN yang mempunyai cara tertentu untuk menasihati anak, (j) Mencari hubungan yang dapat dipercaya, dalam kategori ini ditemukan bahwa keempat subjek mempunyai orang-orang yang dipercaya untuk mengetahui permasalahan yang sedang dialaminya. Subjek mampu untuk berdiskusi dan menerima saran yang diberikan sehingga mendapatkan masukan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. (k) Ketrampilan berkomunikasi, dalam kategori ini ditemukan bahwa kedua subjek yaitu WG dan IN mampu mengekspresikan pikirannya pada masyarakat dan terbuka untuk membagi informasi dengan orang lain. (l) Mengukur temperamen diri sendiri, Dalam kategori ini ditemukan bahwa dua subjek yaitu WG dan IN merupakan individu yang mampu mengenali permasalahan dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah. Dari pembahasan di atas, peneliti menemukan fakta-fakta baru yaitu keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan resiliensi orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Hal Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

12 tersebut dikarenakan keluarga merupakan orang-orang terdekat dari orang tua dan merupakan sumber kekuatan bagi orang tau. Dorongan dan dukungan dari keluarga dapat membuat orang tua tidak merasa sendirian dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam membesarkan anak. Lingkungan sekitar juga merupakan faktor penting dalam meningkatkan resiliensi orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Dengan adanya pengertian dan sikap terbuka pada anak dan orang tua dari lingkungan sekitar, membuat orang tua merasa bahwa dirinya tidak berbeda dengan orang lain yang mempunyai anak normal. Hal ini didasari dengan adanya salah satu subjek yang merasakan ketidaknyamanan dengan lingkungan sekitarnya karena pernah merasa sakit hati dengan perilaku masyarakat pada dirinya dan anak. Hal tersebut membuat orang tua merasa rendah diri dan tidak dapat mengungkapkan pikirannya pada lingkungan sekitar. Fakta lain yang ditemukan ialah bahwa orang tua harus dapat berfikir kreatif dalam menghadapi anak. Orang tua harus dapat mencari cara ketika anak tidak mau melakukan apa yang diinginkan orang tua. Orang tua harus dapat mengendalikan emosi dan perasaan marahnya karena hal tersebut dapat membuat anak semakin tidak mau melakukan hal yang diinginkan orang tua. Dengan bersikap lembut dan sabar pada anak akan membuat anak mau menurut. Fakta lain yang ditemukan ialah bahwa dengan berkonsultasi dengan orang lain dan ahli-ahli terkait, dapat meningkatkan pengetahuan orang tua seputar perkembangan anak. Sehingga orang tua dapat mengetahui hal apa saja yang dapat dilakukan ketika menghadapi anak. Bertukar informasi pada sesama orang tua anak berkebutuhan khusus juga dapat membuat orang tua merasa bahwa dirinya tidak sendiri. Orang tua dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan kiatkiat dalam membesarkan anak. Dengan terbuka pada orang lain dapat membuat orang tua merasakan kelegaan dan mengurangi perasaan rendah diri, karena dengan menutupi keberadaan anak atau menyembunyikannya akan membuat orang tua merasa dirinya berbeda dan merasa tidak nyaman dengan lingkungannya. Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

13 Kesimpulan Resiliensi dapat berperan dalam membesarkan anak retardasi mental. Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum keempat subjek mampu menerima dan mengakui kondisi anak dengan baik, serta selalu berusaha membangun hubungan yang baik dengan anak. Keempat subjek juga dapat mengungkapkan permasalahan yang dialami serta mampu mengekspresikan permasalahan tersebut dengan aktifitas yang positif dan menyenangkan hati, Hal tersebut juga merupakan cara subjek untuk membentengi diri dari stress. Masingmasing subjek juga menggunakan rasa humor dalam membesarkan anak dan menghadapi kesulitan hidup yang dialami sehingga membuatnya menjadi lebih ringan. Keempat subjek memiliki kemampuan untuk menyikapi kehidupan dari segi yang positif, namun masing-masing subjek juga mengungkapkan kekhawatiran pada kehidupan anak yang akan datang jika subjek sudah tidak ada. Masing-masing subjek mempunyai rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan mampu beradaptasi serta bertukar informasi seputar anak dengan orang lain. Masing-masing subjek juga mempunyai empati ketika melihat orang tua lain yang juga mempunyai anak berkebutuhan khusus. Untuk orang tua diharapkan untuk lebih meningkatkan resiliensi dengan cara: 1) Lebih bersabar ketika menghadapi anak, 2) Berfikir kreatif dalam mencari solusi permasalahan ketika menghadapi anak yang tidak mau melakukan hal yang diinginkan oleh orang tua, 3) Mengerti kondisi anak sehingga tidak terlalu banyak menuntut anak untuk melakukan sesuatu di luar batas kemampuannya. 4) Perasaan terbuka pada lingkungan sekitar dan mau bertukar pikiran dapat mengurangi beban yang dirasakan oleh orang tua, 5) Perasaan terbuka pada keluarga juga dapat membuat orang tua merasa bahwa tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan, karena dukungan dari keluarga merupakan faktor penting untuk menciptakan resiliensi pada orang tua yang membesarkan anak retardasi mental. Keluarga berperan dalam meningkatkan resiliensi, cara yang dapat dilakukan ialah : 1) Keluarga diharapkan mampu mengerti dan menerima bahwa anak mempunyai perberbedaan dengan anak lainnya. 2) Keluarga diharapkan Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

14 dapat memberi dukungan dan semangat pada orang tua agar orang tua merasakan adanya kekuatan yang mendorongnya, 3) Keluarga diharapkan tanggap dengan keadaan anak dan orang tua ketika menghadapi kesulitan dalam membesarkan anak. Daribeberapa hal tersebut dapat menumbuhkan rasa hangat pada orang tua dan memberikan orang tua keyakinan bahwa dirinya tidak sendirian. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengungkap lebih dalam sejauh mana resiliensi orang tua dalam membesarkan anak retardasi mental dan melihat dari bebagai faktor lainnya seperti keluarga dan lingkungan sekitar. Daftar Pustaka Bets, dkk Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 5. Jakarta: EGC. Compton, William. C Introduction to Positive Psychology. Thomson Wadsworth. Grotberg, E.H A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening The Human Spirit. Benard Van Leer Fondation. Grotberg, E.H Tapping Your Inner Strength; How to Find the Resilience to Deal with Anything. New Harbinger Publication, Inc. Jamaris, M Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak- Kanak. Jakarta : Grasindo Maslim, R Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Nuh Jaya. Poerwandari, E.K Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta. Universitas Indonesia Rimasekarani Dikases 23 April 2012 Somantri, S Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011 ISSN:

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN Rahayu Rezki Anggraeni Dosen Pembimbing Ibu Ni Made Taganing, Spsi., MPsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani kehidupan yang bahagia dalam membina suatu keluarga. Anak merupakan suatu anugerah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, mental, dan sosial. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak selalu sama satu dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori 2.1.1. Retardasi Mental 2.1.1.1. Definisi Retardasi mental adalah kondisi tidak lengkapnya perkembangan jiwa, yang ditandai dengan adanya penurunan keterampilan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga membutuhkan orang lain untuk melengkapi hidupnya yang tidak dapat terpenuhi oleh dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung 1 Intan Pratitasari, 2 Muhammad Ilmi Hatta 1,2 Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan khusus dapat dialami oleh setiap individu. Menurut Riset

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan kondisi yang berbedabeda. Ada anak yang lahir dengan kondisi yang normal, namun ada juga anak yang lahir dengan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang

Lebih terperinci

DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999

DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999 DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999 Affidina Chantal Yunus Denny Putra Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta denny.putra@ukrida.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya karena anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi kedua orang tua. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna (jasmani dan rohani). Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto 101018 D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN 2012 / 2013 RETARDASI MENTAL 1. PENGERTIAN Retardasi mental adalah kemampuan mental

Lebih terperinci

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang tua pasti berharap memiliki anak yang dapat bertumbuh kembang normal sebagaimana anak-anak lainnya, baik dari segi fisik, kognitif, maupun emosional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat menurut WHO 2013 dalam kutipan (Siswanto, 2007) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK. Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK. Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga Pola asuh: cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi i KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: RONA MARISCA TANJUNG F 100 060 062 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna Grahita atau Cacat Ganda adalah kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau dalam kandungan atau masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan

Lebih terperinci

PERAN ORANGTUA DALAM PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA. Oleh : Ria Ulfatusholiat ABSTRAKSI

PERAN ORANGTUA DALAM PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA. Oleh : Ria Ulfatusholiat ABSTRAKSI PERAN ORANGTUA DALAM PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA Oleh : Ria Ulfatusholiat ABSTRAKSI Anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi orangtua karena anak merupakan lambang pengikat cinta kasih bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai situasi selama rentang kehidupannya, begitu pula pada keluarga yang memiliki anak dengan hidrosefalus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACK

PERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACK PERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Rafiqal Sadli * Fitria Kasih** Zulkifli** *Mahasiswa Bimbingan

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2

Lebih terperinci

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN 71 5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN 5.1. Diskusi Dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam hal peran subjek sebagai orang tua anak tunaganda, keduanya terlibat aktif dalam hal pendidikan anaknya, dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Istilah resiliensi berasal dari kata Latin `resilire' yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala rahmat, taufik serta hidayah-nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT BUNGA DARI STOCKING MELALUI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL BAGI

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penerimaan orangtua terhadap anak yang memiliki kebutuhan khusus sangat mempengaruhi proses perkembangan anak. Menurut Chaplin (2000) penerimaan ditandai dengan

Lebih terperinci

PERAN ORANGTUA DI RUMAH DALAM MELATIH KEMAMPUAN BERPAKAIAN ANAK DOWN SYNDROME

PERAN ORANGTUA DI RUMAH DALAM MELATIH KEMAMPUAN BERPAKAIAN ANAK DOWN SYNDROME Peran Orangtua di Rumah.(Nur Hasanah) 1032 PERAN ORANGTUA DI RUMAH DALAM MELATIH KEMAMPUAN BERPAKAIAN ANAK DOWN SYNDROME THE ROLE OF PARENTS AT HOME IN PRACTICE THE ABILITY TO DRESS A CHILD WITH DOWN SYNDROME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Narapidana hukuman mati dapat terlibat dalam kasus karena telah memiliki pengalaman hidup yang negatif. Pengalaman hidup yang negatif sebelum terlibat dalam kasus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih kuat dan berkembang setelah melewati masa krisis. 2005) melalui model yang dibangunnya yang bernama the resilience

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih kuat dan berkembang setelah melewati masa krisis. 2005) melalui model yang dibangunnya yang bernama the resilience BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Family Resilience 1. Pengertian Family Resilience Family resilience merupakan suatu konsep yang berkembang dari resiliensi individu (Kalil, 2003). Menurut Walsh (2006), resiliensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa ini, individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT BAGIAN PSIKOLOGI KLINIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNDIP BEKERJASAMA DENGAN RS. HERMINA BANYUMANIK SEMARANG PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM SEMARANG, 23 AGUSTUS 2014

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi. 112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Psychological Well Being merupakan evaluasi individu terhadap kepuasan hidup dirinya dimana di dalamnya terdapat penerimaan diri, baik kekuatan dan kelemahannya, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Pemilik seluruh jagat raya adalah Allah yang Maha Perkasa, penguasa seluruh alam. Jasad fisik berada dalam genggaman Allah yang menciptakan, dan Dia tidak bergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki oleh orang tua. Namun anugerah tersebut kadang-kadang memiliki kekurangan atau banyak dari mereka yang mengalami gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Pengertian Psychological Well Being Psychological well-being adalah tingkat kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan

Lebih terperinci

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Astrini Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No 45, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik secara fisik maupun mental.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab tiga menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri atas pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak baik secara fisik maupun psikologis merupakan hal yang penting bagi orang tua khususnya ibu. Perkembangan fisik dan psikologis anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya nilai peradaban sebuah bangsa, kualitas pendidikan berkorelasi dengan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Nur Fitri, (2015). Resiliensi Pada Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Retrivied from Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini beragam sekali masalah yang dihadapi manusia, baik itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal dari dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya

Lebih terperinci

PLAY THERAPY: SEBUAH INOVASI LAYANAN KONSELING BAGI ANAK USIA DINI. Said Alhadi 1) (Universitas Ahmad Dahlan)

PLAY THERAPY: SEBUAH INOVASI LAYANAN KONSELING BAGI ANAK USIA DINI. Said Alhadi 1) (Universitas Ahmad Dahlan) [TI.02.05] PLAY THERAPY: SEBUAH INOVASI LAYANAN KONSELING BAGI ANAK USIA DINI Said Alhadi 1) (Universitas Ahmad Dahlan) said.alhadi1957@gmail.com ABSTRAK Anak usia dini adalah individu yang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan

Lebih terperinci