PERAN ORANGTUA DALAM PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA. Oleh : Ria Ulfatusholiat ABSTRAKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN ORANGTUA DALAM PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA. Oleh : Ria Ulfatusholiat ABSTRAKSI"

Transkripsi

1 PERAN ORANGTUA DALAM PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA Oleh : Ria Ulfatusholiat ABSTRAKSI Anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi orangtua karena anak merupakan lambang pengikat cinta kasih bagi kedua orangtuanya. Bila anak yang lahir dalam keadaan cacat mental atau tunagrahita, maka orangtua akan mulai bertanya apa yang harus mereka lakukan dalam membesarkan anak tersebut. Kenyataan yang terjadi di masyarakat tentang pengasuhan anak tunagrahita yaitu banyaknya orangtua yang justru membiarkan bahkan menyembunyikan anak tunagrahita, tetapi ada pula orangtua yang memberikan pengasuhan yang baik kepada mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan memberi gambaran tentang bentuk penyesuaian diri dan faktor penyebab anak tunagrahita, faktor-faktor penyebab penyesuaian diri pada anak tunagrahita, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri anak tunagrahita serta untuk mengetahui bagaimana peran orangtua dalam membantu penyesuaian diri pada anak tunagrahita. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita yang berusia 32 tahun dan berjenis kelamin laki-laki, sedangkan karakteristik responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang memiliki anak tunagrahita yang berusia tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk penyesuaian diri anak tunagrahita di antaranya yaitu ingin mandiri, memiliki keinginan sama dengan orang normal, interaksi sosial, memiliki kontrol diri, serta percaya diri. Penyebab anak tunagrahita adalah karena sakit campak dan kesulitan ekonomi keluarga subjek, sehingga anak mereka terlambat untuk mendapatkan pengobatan yang akhirnya menyebabkan tunagrahita. Faktor-faktor yang menjadi penyebab penyesuaian diri pada anak tunagrahita yaitu faktor fisik dan psikologis serta faktor lingkungan, yaitu adanya perhatian dari lingkungan, seperti anggota keluarga dan tetangga sekitar tempat tinggal subjek. Dalam upaya penyesuaian dirinya, anak tunagrahita membutuhkan peran orangtua yang baik, yaitu yang memberikan dukungan dan pengasuhan yang tepat. Peran orangtua meliputi dukungan materi, dukungan perhatian, penerimaan orangtua, nasehat dan pengasuhan. Kata kunci: Penyesuaian Diri, Anak Tunagrahita PENDAHULUAN Istilah anak berkelainan mental subnormal dapat disebut juga dengan keterbelakangan mental, lemah ingatan (feebleminded), tunagrahita. Semua makna di atas menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal (Efendi, 2006). Sebagai makhluk individu dan sosial, individu tunagrahita mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan

2 sebagaimana layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya individu tersebut lebih sering mengalami hambatan atau kegagalan yang berarti karena kesulitan melakukan penyesuaian diri dan memenuhi tuntutan lingkungan. Lazarus (1976) mengatakan bahwa penyesuaian diri itu dilakukan karena adanya tuntutan yang bersifat internal maupun eksternal. Individu tunagrahita tentunya tidak akan sampai melakukan penyesuaian diri yang salah jika orang tua dapat menerima kehadiran mereka sekaligus membimbing mereka dalam menghadapi tuntutan lingkungan, karena pada hakekatnya mereka membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarga terutama orangtua. Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan fisik dan mental anak karena dengan orangtualah anak pertama kali berinteraksi. Nurhayati (2008) menjelaskan peran orangtua adalah memberikan dasar pendidikan agama, menciptakan suasana rumah yang hangat dan menyenangkan, serta memberikan pemahaman akan norma baik dan buruk yang ada dalam masyarakat. Kenyataan yang terjadi di masyarakat tentang pengasuhan anak tunagrahita yaitu banyak orangtua yang justru menyembunyikan anaknya yang tunagrahita dan membiarkannya tanpa dilatih keterampilan sedikit pun. Orangtua pun terkesan menutup diri dari lingkungan, sehingga anak menjadi tidak mandiri dan pada akhirnya tidak dapat menyesuaikan dirinya di lingkungan. Tetapi ada pula orangtua yang justru memberikan dukungan yang besar karena merasa bahwa anak tunagrahita pun perlu diangkat harkat dan martabatnya di masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan melatih mereka dengan berbagai macam keterampilan dan menciptakan iklim yang kondusif di masyarakat bahwa mereka adalah kelompok yang membutuhkan. Salah satu wujud peran orangtua yang besar adalah adanya anak tunagrahita yang menjadi atlet dan tergabung dalam SOIna (Special Olympics International untuk Indonesia) (Wirawan, 2008). Langkah individu tunagrahita untuk mencapai penyesuaian dirinya memang sangat berat, tapi semua itu akan terwujud jika keluarga khususnya orangtua dapat memberikan dukungan pada mereka. TINJAUAN PUSTAKA Peran Orangtua Peran orangtua tidak terlepas dari pola asuh yang diterapkan orangtua dalam keluarga, dan dukungan orangtua dalam setiap perkembangan anak. Oleh karena itu, maka dalam hal ini penulis juga akan menjelaskan tentang pola asuh dan dukungan orangtua. Peran orangtua adalah memberikan dasar pendidikan agama, menciptakan suasana rumah yang hangat dan menyenangkan, serta memberikan pemahaman akan norma baik dan buruk yang ada dalam masyarakat (Nurhayati, 2008). Santrock (2002) menjelaskan bahwa terdapat dua orientasi mengenai peranan ayah dan ibu, yaitu orientasi tradisional dan orientasi perkembangan anak. Dalam orientasi tradisional, peranan ibu itu adalah ekspresif, sedangkan orientasi perkembangan bersifat lebih luas, yaitu melihat peranan ayah sebagai proses psikologis yang memberikan pemenuhan kebutuhan emosional.

3 Pola Asuh Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat (Gunarsa, 2002). Menurut Santrock (2002), ada tiga pola asuh yang biasa diterapkan orangtua kepada anak, yaitu: Pola asuh authoritarian, pola asuh authoritative, pola asuh permissive. Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2002) menjelaskan bahwa terdapat 4 tipe pola asuh demandingness, control, responsiveness accepting. Dukungan Orangtua Pengertian dukungan orangtua mengacu pada pengertian dukungan sosial. Pengertian dukungan sosial menurut Sarafino (1994) dapat diartikan sebagai kenyamanan, perhatian, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain, dimana orang lain disini bisa berarti individu secara perorangan atau kelompok. Sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Menurut Rook dan Dooley (dalam Sarafino, 1994), ada 2 sumber dukungan sosial yaitu: dukungan sosial artificial, dan dukungan sosial natural. Adapun jenis dukungan sosial menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994), antara lain adalah : dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi. Penyesuaian Diri Menurut Haber dan Runyon (1984), penyesuaian diri adalah suatu proses dan bukan keadaan yang statis sehingga efektivitas dari penyesuaian diri itu sendiri ditandai dengan seberapa baik individu mampu menghadapi situasi serta kondisi yang selalu berubah, dimana seseorang merasa sesuai dengan lingkungan dan merasa mendapatkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Menurut Haber dan Runyon (1984) terdapat lima karakteristik penyesuaian diri yang efektif, yaitu: persepsi yang akurat tentang realitas, kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, memiliki citra diri (self image) yang positif,, mampu mengekspresikan kenyataan, memiliki hubungan interpersonal yang baik Untuk menyesuaikan diri diperlukan beberapa faktor pendorong yang turut menentukan, menurut Lazarus (1976) yaitu: faktor primer atau internal, dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu. Tunagrahita PPDGJ (1993) mendefinisikan tunagrahita yaitu suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial (Kaplan dkk, 1997). Klasifikasi berdasarkan skor IQ WISC (dalam Efendi, 2006): ringan (Mild/Debil/Moron), sedang (Imbecil/Moderate), berat/idiot (IQ 0-25). Menurut Kirk (dalam Efendi, 2006), penyebab tunagrahita yaitu karena faktor

4 endogen, yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen (hereditary transmission of psycho-biological insufficiency) dan faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dalam Kaplan, dkk (1997), dampak dari tunagrahita adalah: gangguan neurologis, sindroma genetik, faktor psikososial, citra diri yang negatif dan harga diri yang buruk. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang berbentuk studi kasus. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah individu tunagrahita yang berusia tahun, sedangkan karakteristik responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang memiliki anak tunagrahita yang berusia tahun. Untuk mempermudah proses pengumpulan data, peneliti menyusun pedoman wawancara, menggunakan catatan lapangan, alat perekam dan alat tulis. Adapun untuk mencapai keakuratan penelitian, peneliti menggunakan teknik triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bentuk penyesuaian diri anak tunagrahita adalah adanya keinginan dari anak tunagrahita untuk dapat hidup mandiri. Selain itu adalah adanya keinginan untuk sama dengan orang normal, diwujudkan oleh anak tunagrahita yang selalu memposisikan dirinya seperti orang normal, dengan selalu ingin memiliki apa yang dimiliki orang normal. Hal ini sesuai dengan teori dari Haber dan Runyon (1984) bahwa salah satu bentuk penyesuaian diri efektif adalah memiliki citra diri (self image) yang positif. Bentuk penyesuaian diri lainnya adalah dengan memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, terbukti dengan anak tunagrahita yang selalu melakukan kontak dengan lingkungan sekitar, dan selalu membagi perasaannya dengan orangtua. Hal ini sesuai dengan teori Haber dan Runyon (1984), bahwa salah satu bentuk penyesuaian diri efektif adalah memiliki hubungan interpersonal yang baik. Anak tunagrahita juga memiliki kontrol diri yang baik, dengan dapat mengontrol setiap ungkapan kemarahannya dengan baik walaupun masih dengan bantuan dari orangtua. Serta tidak merasa malu saat bergabung dengan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan teori Haber dan Runyon (1984), bahwa salah satu bentuk penyesuaian diri efektif adalah mampu mengekspresikan kenyataan. Menurut Devenport (dalam Efendi, 2006), salah satu penyebab tunagrahita adalah adanya kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan kanakkanak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa penyebab tunagrahita adalah karena subjek pernah terkena penyakit campak yang pada akhirnya menyebabkan adanya hambatan dalam proses perkembangan anak dan menyebabkan tunagrahita. Selain itu, penyebab tunagrahita adalah karena faktor ekonomi, dimana pada saat terkena penyakit campak, subjek tidak langsung mendapatkan pengobatan dikarenakan kesulitan ekonomi keluarga. Penyebab tunagrahita karena faktor ekonomi sesuai dengan teori dari Kaplan (1997), yang menyebutkan bahwa faktor sosiokultural atau sosial

5 budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia. Dari hasil penelitian juga diketahui faktor penyebab mengapa subjek melakukan penyesuaian diri. Faktor penyebab yang pertama mengapa subjek mampu melakukan penyesuaian diri yang baik adalah karena subjek memiliki citra diri yang positif, memandang dirinya sama dengan orang lain dan dapat melakukan apa yang orang lain lakukan. Hal ini sesuai dengan teori dari Haber dan Runyon (1984) bahwa karakteristik penyesuaian diri yang efektif adalah memiliki citra diri yang positif dengan dapat memandang dirinya secara positif dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Faktor penyebab lainnya adalah karena subjek mampu untuk melakukan hubungan interpersonal yang baik dengan keluarga dan lingkungan. Oleh karena itu salah satu bentuk penyesuaian diri subjek adalah mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan teori dari Haber dan Runyon (1984) bahwa karakteristik penyesuaian diri yang efektif adalah memiliki hubungan interpersonal yang baik. Faktor penyebab lainnya adalah kemampuan mengontrol emosi dan percaya diri. Subjek dapat melakukan itu semua karena subjek mampu mengekspresikan kenyataan dengan tidak pernah mengeluhkan keadaannya dan tidak memiliki rasa malu saat bergabung dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan teori dari Haber dan Runyon (1984), bahwa salah satu karakteristik penyesuaian diri yang baik adalah mampu mengekspresikan kenyataan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri subjek. Faktor yang pertama adalah karena adanya kekurangan baik secara fisik dan psikologis. Anak tunagrahita mengalami banyak hambatan yang menyulitkan ia untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik di lingkungan. Dengan demikian, kondisi tubuh, seperti faktor fisik dan psikologis yang baik merupakan syarat tercapainya proses penyesuaian diri yang baik pula. Hal ini sesuai dengan teori dari Fatimah (2006) bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri salah satunya adalah faktor fisik dan psikologis. Subjek juga mendapat perhatian dari lingkungan sekitar yang turut membantu penyesuaian dirinya. Hal ini sesuai dengan teori dari Fatimah (2006) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah karena adanya perhatian, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, kebudayaan dan agama. Peran orangtua tidak terlepas dari pola asuh yang diterapkan orangtua dalam keluarga, dan dukungan orangtua dalam setiap perkembangan anak. Menurut Santrock (2002) tentang jenisjenis pola asuh, salah satu jenis dari pola asuh adalah pola asuh authoritative, yaitu pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan menerima, mendengarkan dan didengarkan, akan mengakibatkan kompetensi sosial yang adekuat pada anak, terutama karena interaksinya diwarnai kehangatan. Hetherington dan Park (dalam Santrock, 2002) menyatakan bahwa pola asuh orangtua adalah cenderung mengarah pada adanya dua ukuran besar dari tingkah laku yaitu emosi dan kontrol. Ukuran yang pertama adalah emosi, dalam hal ini ditunjukkan oleh adanya

6 orangtua yang penuh kehangatan, berespon, terpusat pada anak di dalam pendekatan pada anak-anak mereka. Atau sebaliknya, dimana orangtua dapat menolak dan tidak berespon terhadap anak-anak mereka serta lebih terfokus pada kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka sendiri. Sedangkan ukuran yang kedua yaitu kontrol, orangtua dapat menyerahkan kebebasan kepada anak untuk mengatur tingkah lakunya atau untuk memilih tanggung jawabnya sendiri. Kehangatan dan hasil asuhan orangtua berhubungan dengan respon mereka terhadap anaknya sendiri dan dapat menghilangkan kecemasan, membangun rasa aman serta harga diri mereka. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tentang pengasuhan yang diterapkan responden pada anak yang terdiri dari emosi yang mencakup tentang perhatian dan kehangatan hubungan antara orangtua dan anak serta tidak membedakan anak tunagrahita dengan anaknya yang lain. Sedangkan kontrol mencakup tentang bagaimana responden mengasuh anak tunagrahita, memberikan perlakuan pada anak tunagrahita, serta bersikap lembut pada anak. Selain itu, orangtua juga memberikan dukungan pada anak tunagrahita untuk membantu penyesuaian dirinya di lingkungan. Menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994) dukungan sosial terbagi atas lima bentuk, beberapa diantaranya adalah dukungan emosional (emotional support), dukungan instrumental (instrumental support) serta dukungan informasi (information support). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden memberikan dukungan perhatian kepada anaknya, dengan selalu lebih memperhatikan anak tunagrahita dibandingkan anaknya yang normal, dan selalu berusaha agar anaknya tidak dilecehkan oleh orang lain, selalu memberikan apapun keinginan anaknya serta selalu memberikan nasehat pada subjek. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa bentuk penyesuaian diri anak tunagrahita diantaranya yaitu adanya keinginan dari anak tunagrahita untuk dapat hidup mandiri. Keinginannya ini diwujudkan dengan selalu bekerja agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan bahkan membantu meringankan beban orangtuanya. Selain itu adalah adanya keinginan untuk sama dengan orang normal, diwujudkan oleh subjek yang selalu memposisikan dirinya seperti orang normal, dengan selalu ingin memiliki apa yang dimiliki orang normal, mempunyai keinginan untuk bersekolah seperti orang normal. Bentuk penyesuaian diri lainnya adalah dengan memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, terbukti dengan subjek yang selalu melakukan kontak dengan lingkungan sekitar, dan selalu membagi perasaannya dengan orangtua. subjek juga memiliki kontrol diri yang baik, dengan dapat mengontrol setiap ungkapan kemarahannya dengan baik walaupun masih dengan bantuan dari orangtua, serta tidak merasa malu saat bergabung dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa subjek dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik, walaupun masih agak terbatas, karena masih memerlukan bantuan dari orangtua. Terdapat dua faktor yang menyebabkan tunagrahita, yaitu karena penyakit

7 campak yang dialami subjek dan adanya kesulitan ekonomi keluarga subjek. Faktor kedualah yang semakin menyuburkan kondisi subjek, karena keadaan ekonomi keluarga yang buruk menyebabkan anaknya terlambat mendapat pengobatan dari dokter dan menyebabkan tunagrahita. Terdapat beberapa faktor penyebab penyesuaian diri anak tunagrahita, yaitu karena subjek memiliki citra diri yang positif, memiliki hubungan interpersonal yang baik serta mampu mengekspresikan kenyataan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri anak tunagrahita, yaitu karena faktor fisik dan psikologis, seperti kesulitan dalam berkomunikasi dan menjalin interaksi dengan orang lain. Faktor kedua yaitu karena adanya perhatian dari lingkungan, seperti dari anggota keluarga dan tetangga sekitar tempat tinggal subjek. Peran orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari dua hal, yaitu pola asuh dan dukungan orangtua. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tentang pengasuhan yang diterapkan responden pada subjek yang terdiri dari emosi yang mencakup tentang perhatian dan kehangatan hubungan antara orangtua dan anak serta tidak membedakan subjek dengan anaknya yang lain. Sedangkan kontrol mencakup tentang bagaimana responden mengasuh subjek, memberikan perlakuan pada subjek, serta bersikap lembut pada subjek. Responden memberikan dukungan perhatian kepada subjek, dengan selalu lebih memperhatikan subjek dibandingkan anaknya yang normal, dan selalu berusaha agar subjek tidak dilecehkan oleh orang lain. Responden juga selalu memberikan dukungan materi kepada subjek dengan menyediakan dan memberikan apapun yang diinginkan subjek, tentunya yang sesuai dengan kemampuannya. Bentuk dukungan yang diberikan responden lainnya adalah dengan selalu memberikan nasehat pada subjek untuk selalu melakukan hal-hal baik. Responden juga dapat menerima subjek dengan apa adanya, walaupun subjek bukan merupakan anak yang normal. Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat mengembangkan penelitian tentang peran orangtua dan menggali lebih dalam tentang bentuk penyesuaian diri anak tunagrahita, misalnya tentang interaksi sosial dan kemandiriannya. 2. Untuk para orangtua yang memiliki anak tunagrahita, diharapkan memberikan pengasuhan dan dukungan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih besar pada anak guna penyesuaian dirinya. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih menggali lagi lebih dalam tentang peran orangtua yang memiliki anak tunagrahita agar penelitian yang dihasilkan dapat lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung : CV. Pustaka Setia.

8 Gunarsa, S.D. (2002). Dari Anak sampai Usia Lanjut. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia. Haber, A. & Runyon, R.P. (1984). Psychology of Adjustment. Homewood : The Dorsey Press. Kaplan, H.L., Saddock, B.J, & Grebb, J.A. (1997). Synopsis of Psychiatry : Behavioiural Science/Clinical Psychology. 8 th ed. Baltimore, USA : Lipincott Williams & Wilkins. Lazarus, R.S.(1976). Patterns of Adjustment. 3 rd ed. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha Inc. Nurhayati. (2008). Penyimpangan Sosial:Apa Tugas Orangtua di Hadapan Anak?. Diakses tanggal 4 Agustus Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Dallas: Brown and Benchmark. Sarafino, E.P. (1994). Health Psychology : Biopsychology Interactions. New York: McGraw-Hill. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. Wirawan, U. (2006). Badan Kesehatan Dunia. Diakses tanggal 23 Juli 2008.

PENYESUAIAN DIRI IBU YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG. Fraline Kayandi, Denrich Suryadi, & Mardiana The *)

PENYESUAIAN DIRI IBU YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG. Fraline Kayandi, Denrich Suryadi, & Mardiana The *) Penyesuaian Diri Ibu Anak MR (Fraline, D. Suryadi, & Mardiana) 97 PENYESUAIAN DIRI IBU YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG Fraline Kayandi, Denrich Suryadi, & Mardiana The *) ABSTRACT Mother whose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu

Lebih terperinci

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki anak sehat, sempurna lahir dan batin adalah harapan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki anak sehat, sempurna lahir dan batin adalah harapan semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, sempurna lahir dan batin adalah harapan semua orang tua. Manakala harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan, allah lah yang menentukan segalanya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap orangtua pasti menginginkan memiliki anak yang normal dan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK. Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK. Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga Pola asuh: cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Lombanotobing (2001) bahwa retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh adanya kelemahan (impairment)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PADA PENYANDANG TUNA DAKSA DI PUSAT REHABILITASI TERPADU PENYANDANG CACAT BANTUL Vira Rachmiwanti Hartosujono Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang wanita dalam kehidupan berkeluarga memiliki peran sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

merupakan faktor penting untuk pembentukan self disclosure dan akan mempermudah self disclosure seseorang kepada orang lain (Mastuti, 2001). Pada umum

merupakan faktor penting untuk pembentukan self disclosure dan akan mempermudah self disclosure seseorang kepada orang lain (Mastuti, 2001). Pada umum Self Disclosure Orang Tua yang mempunyai Anak Down Syndrome Amira (10505011) Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Self disclosure pada orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Schneider (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p Penyesuaian Diri Wanita yang Melakukan Konversi Agama Pra Pernikahan Yulia Eka Wati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Konversi agama yang dilakukan oleh seseorang terutama wanita karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil tinjauan pustaka, yang terdiri dari teori- teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori yang ditinjau adalah prestasi akademik,

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG. GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Dyna Apriany ABSTRAK Usia balita merupakan masa-masa kritis sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam Taylor 2009). Menurut Croker, Kowalski, dan Graham dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam Taylor 2009). Menurut Croker, Kowalski, dan Graham dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Coping Dan Strategi Coping Coping adalah proses untuk menata tuntutan yang dianggap membebani atau melebihi kemampuan sumber daya kita (Lazarus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khitan dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan pengertian dari sunat, dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012) menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis

BAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) 2.1.1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis adalah keadaan dimana seseorang memiliki kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna (jasmani dan rohani). Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

PERCERAIAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA (Studi Pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Di Kota Samarinda)

PERCERAIAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA (Studi Pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Di Kota Samarinda) ejournal Psikologi, 2013, 1 (1): 69-79 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PERCERAIAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA (Studi Pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan menjadi orang tua tentunya mengharapkan mendapatkan buah hatinya dalam keadaan sehat secara lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terdapat perkembangan yang signifikan dari kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan publik menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasangan suami istri umumnya mengharapkan adanya anak dalam keluarga mereka. Mereka tentu menginginkan anak-anak untuk melengkapi kehidupan keluarga yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap keluarga tentunya akan mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka. Setiap pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. Teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga membutuhkan orang lain untuk melengkapi hidupnya yang tidak dapat terpenuhi oleh dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci:

Abstrak. Kata kunci: Studi Mengenai Stres dan Coping Stres pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja Karya Ilmiah Dini Maisya (NPM. 190110070038) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak. Dalam menjalankan tugas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

5. PENUTUP. Universitas Indonesia

5. PENUTUP. Universitas Indonesia 126 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Reaksi yang ditunjukkan oleh ketiga subjek ketika mengetahui anaknya mengalami tunaganda-netra adalah terkejut, sedih, dan marah. Ketiganya pun merasa bersalah terhadap ketunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

C.07 ANALISIS PERMASALAHAN PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK PRA-SEKOLAH (Studi di TK Al Ghoniyyah Malang)

C.07 ANALISIS PERMASALAHAN PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK PRA-SEKOLAH (Studi di TK Al Ghoniyyah Malang) C.07 ANALISIS PERMASALAHAN PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK PRA-SEKOLAH (Studi di TK Al Ghoniyyah Malang) Ni matuzahroh Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang nimatuzahroh7@gmail.com Abstraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN :

SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN : SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : 02075226 / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN : DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini ruang lingkup, konsep, prinsip, dan batasan mental serta berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, saling berhubungan atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker Payudara Di Masa Dewasa Tengah Qotrin Nida Rahmata Sari Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,

Lebih terperinci

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III (RUANG CEMPAKA DAN KELIMUTU) RSUD PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG Yolanda B. Pamaa,c*, Elisabeth Herwantib, Maria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci