CSR dalam Industri Pulp and Paper

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CSR dalam Industri Pulp and Paper"

Transkripsi

1 CSR dalam Industri Pulp and Paper Tentu saja, melibatkan warga dalam pembuatan kerajinan tersebut sangat perlu diapresiasi. Pada tanggal 4 November 2011, jurnalis Republika, Desy Susilawati, mengirimkan sejumlah pertanyaan melalui kepada penulis mengenai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam industri pulp and paper (bubur kertas dan kertas). Di bawah ini adalah pertanyaan sekaligus jawabannya. Menurut Anda bagaimana kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan kertas saat ini? Apakah kegiatan CSR yang bisa mereka lakukan sesuai dengan inti bisnisnya? Contohnya apa? Secara garis besar, sebagian besar perusahaan di Indonesia masih mengartikan CSR secara sempit, yaitu sebagai pengembangan masyarakat atau bahkan donasi belaka. Perusahaan kertas yang ada di Indonesia juga bukan merupakan kekecualian. Kalau kita periksa dengan teliti praktik yang mereka lakukan, penyempitan makna CSR memang masih merupakan ciri khasnya. Namun demikian, bukan berarti tidak ada perusahaan kertas yang melampaui peer group-nya. Sama dengan di industri lain, ada berbagai perusahaan dalam industri ini yang sudah melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis intinya. Mereka adalah perusahaan-perusahaan yang bisa dikatakan relatif progresif dalam wacana dan implementasi CSR. Bisnis inti dari perusahaan kertas adalah mendapatkan masukan untuk produksi yang utamanya adalah kayu lalu melakukan proses untuk mengubahnya menjadi bubur kertas, lalu menjadi kertas, kemudian memasarkannya hingga tiba di tangan konsumen. Dengan demikian, dampak bisnis intinya sangatlah tergantung dari sumber bahan bakunya. Kalau kayu yang dipergunakan seluruhnya adalah kayu yang berasal dari hutan yang dikelola secara lestari yang dibuktikan dengan perolehan sertifikat ekolabel dari LEI atau FSC, misalnya maka perusahaan itu sudah bisa mulai dinyatakan bertanngung jawab atas bisnis intinya. Proses produksinya kemudian perlu dilihat juga, apakah benar-benar menegakkan prinsip keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi. Demikian juga dengan produknya. Namun, sangatlah jelas bahwa dampak terbesar dari bisnis inti perusahaan kertas sangat ditentukan dari sumber bahan bakunya. Kalau melihat luasan hutan tanaman di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi ekolabel, kemudian kita bandingkan dengan jumlah produksi kertas, sangatlah jelas bahwa sebagian besar 1

2 kertas belum diproduksi dari bahan baku yang lestari. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan kertas tampaknya belum menjalankan CSR yang sesuai dengan bisnis intinya. Sinas Mas Pulp and Paper memiliki kegiatan CSR yang sesuai dengan inti bisnis mereka misalnya pengolahan kertas rejected menjadi kerajinan tangan yang melibatkan warga, mengelola limbah menjadi kerajinan tangan yg melibatkan ibu rumah tangga, dll. Bagaimana menurut Anda program CSR seperti ini? Tentu saja, mengolah limbah produksi menjadi adalah hal yang sangat bagus. Dalam salah satu pilar ekonomi hijau, perusahaan harus mengupayakan untuk memastikan bahwa dirinya bertanggung jawab atas hasil produksinya sebelum berubah menjadi bentuk lain, atau dikenal dengan prinsip waste = food. Oleh karena itu, perusahaan yang memanfaatkan limbah produksinya (by product) untuk menjadi masukan (input) produksi lain telah menegakkan prinsip tersebut. Di alam, memang semua hal yang menjadi hasil sampingan suatu proses produksi selalu akan dimanfaatkan sebagai masukan untuk produksi lainnya, sehingga prosesnya menjadi sangat efisien. Perusahaan harus meniru proses seperti ini untuk bisa menjadi sepenuhnya bertanggung jawab sosial. Namun demikian, contoh bahwa Sinar Mas mengolah limbah produksinya menjadi kerajinan kertas, tidak semata-mata bisa membuat perusahaan itu menjadi bertanggung jawab sosial dalam bisnis intinya. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, kita harus melihat dari mana seumber bahan baku asalnya dulu. Kalau memang seluruhnya berasal dari hutan yang dikelola secara lestari, atau sepenuhnya berasal dari limbah misalnya kalau mereka mengolah kertas bekas dalam proses recycling maka Sinar Mas bisa dikatakan menjalankan CSR yang benar-benar sesuai dengan bisnis intinya. Apabila sumber bahan bakunya ternyata tidak lestari, maka upaya memanfaatkan limbah produksinya menjadi kerajinan tetap tidak bisa membuat perusahaan itu menjalankan CSR yang sesuai bisnis intinya. Tentu saja, melibatkan warga dalam pembuatan kerajinan tersebut sangat perlu diapresiasi. Bagaimanapun, penduduk setempat akan memiliki tambahan pengetahuan dan keterampilan yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kalau mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan itu, mereka tak perlu juga selalu menggantungkan diri pada Sinar Mas. Dan ini berarti projek tersebut bisa memandirikan penerima manfaatnya. Perusahaan kertas juga memiliki CSR yang biasa dilakukan oleh perusahaan lain pada umumnya misalnya bidang kesehatan, pendidikan dan lingkungan. Bagaimana menurut Anda? CSR selalu memiliki bentuk yang partikular (khusus) dan universal (umum). Dari ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility, kita tahu bahwa apapun bentuk organisasinya, apapun industrinya, dan bagaimanapun ukurannya, ada 7 prinsip dan 7 subjek inti yang harus dijalankan untuk bisa dianggap bertanggung jawab sosial. Namun demikian, di setiap subjek inti terdapat kumpulan isu, dan tidak seluruh jumlahnya 36 dari isu tersebut yang relevan bagi setiap organisasi/perusahaan. Dalam panduan tersebut, perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu mana saja isu yang relevan untuk bisnis mereka, baru kemudian menjalankan ekspektasi di setiap isu. Oleh karena itu, proses untuk menentukan isu mana yang relevan untuk perusahaan dikenal sebagai proses uji materialitas isu sangatlah penting untuk dilakukan. Di Indonesia, proses seperti ini belum dilaksanakan dengan disiplin. Sebagian sangat besar perusahaan termasuku perusahaan kertas dalam membuat perencanaan projek/program CSR-nya belum memulainya dengan menguji apakah isu tersebut relevan untuk perusahaan dan pemangku kepentingannya. Walaupun begitu, dalm kasus perusahaan-perusahaan yang progresif, mungkin hasilnya mungkin 2

3 tak terlampau meleset juga. Utamanya kalau mereka sudah melakukan penilaian kebutuhan masyarakat (community needs assessment). Dalam standar AA1000 Stakeholder Engagement Standard, juga dalam Global Reporting Initiative Standard Disclosure 2.1, dinyatakan bahwa isu yang material/relevan itu berasal dari gabungan sudut pandang perusahaan dan pemangku kepentingan. Matriks materialitas dibentuk dengan persilangan antara relevansi dari sudut perusahaan (tinggi/rendah) dan relevansi dari sudut pemangku kepentingan (tinggi/rendah). Jadi, seandainya saja isu kesehatan, pendidikan dan lingkungan memang dipandang memiliki relevansi yang tinggi oleh pemangku kepentingan, terlepas dari apakah perusahaan memandangnya tinggi atau rendah, perusahaan tetap perlu untuk mempertimbangkan pengelolaannya. Kalau memang relevansinya tinggi buat perusahaan, maka pengelolaannya adalah harus; namun bila rendahpun perusahaan tetap perlu berkontribusi dalam pengelolaannya demi hubungan baik dengan pemangku kepentingan. Di Indonesia sendiri, di manapun perusahaan beroperasi, ketiga isu itu tampaknya selalu relevan bagi pemangku kepentingan. Apakah perusahaan kertas perlu melakukan inovasi lain dalam kegiatan CSR-nya? Seperti apa? Tidak hanya perusahaan kertas, seluruh perusahaan sangat perlu memikirkan dan menerapkan inovasi dalam ber-csr. Inovasi berarti pembaruan dalam cara melakukan, dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan cara-cara yang dikenal sebelumnya. Inovasi dalam ber-csr menjadi sangat penting lantaran tiga hal. Pertama, agar hasil yang diperoleh oleh para penerima manfaat bisa menjadi lebih baik dan menguntungkan mereka. Kedua, agar sumberdaya yang dipergunakan oleh perusahaan menjadi lebih efisien, sehingga return on social investment-nya juga meningkat. Ketiga, untuk membedakan CSR antara perusahaan yang satu dengan yang lain. Kini sudah cukup banyak perusahaan yang telah menjalankan sebagian atau seluruh subjek inti CSR. Ada juga perusahaan-perusahaan yang mulai memanfaatkan CSR untuk meraih keuntungan bisnis, selain untuk meningkatkan kondisi pemangku kepentingan mereka. Oleh karena itu, cukup banyak literatur yang menuliskan bagaimana caranya perusahaan membuat strategi competitive differentiation untuk CSR. Yang paling mutakhir di antaranya adalah The Future of Value (Lowitt, 2011). Sebetulnya, sudah cukup lama juga teori semacam first mover advantage (Sirsly dan Lamertz, 2008) menegaskan bahwa dalam ber-csr perusahaan sangat perlu memerhatikan visibility di mata pemangku kepentingan internal maupun eksternal. Tentu, perusahaan yang menjalankan CSR yang inovatif akan jauh lebih tampak menonjol dibandingkan perusahaan-perusahaan lain yang hanya menjalankan CSR dengan cara konvensional. Ada banyak contoh perusahaan dengan CSR yang inovatif lihat misalnya contoh-contoh yang dikemukakan dalam Social Innovation, Inc. (Saul, 2010) sebagai salah satu contoh namun untuk kasus perusahaan kertas di Indonesia, tampaknya belum ada yang cukup menonjol. Mungkin karena memang demikian, namun mungkin juga karena komunikasi CSR atas projek/program yang inovatif belum dilakukan dengan cukup masif di Indonesia. Kasus-kasus komunikasi CSR perusahaan kertas di Indonesia malahan kerap mengundang kritik dari pihak-pihak lain lantaran dianggap membuat klaim yang tidak tepat. 3

4 Perusahaan produsen kertas selama ini dituding sebagai salah satu perusahaan yang merusak hutan karena bahan bakunya berasal dari hutan. Apakah kegiatan CSR bisa membuat citra perusahaan tersebut menjadi baik? Pertama-tama harusnya dikatakan bahwa bahan baku yang berasal dari hutan tidaklah selalu berarti merusak hutan. Secara global, sudah lebih dari satu dekade dunia mengenal berbagai standar pengelolaan hutan yang berkelanjutan (sustainable forest management). Hutan adalah sumber dari sumberdaya yang terbarukan (renewable resource), sehingga apabila dikelola dengan prinsip-prinsip kelestarian fungsi lingkungan, sosial dan ekonomi, maka hutan tetap bisa lestari keberadaan maupun manfaatnya. Hanya saja, hingga kini proporsi unit pengelolaan hutan yang telah berhasil membuktikan dirinya dikelola secara berkelanjutan masihlah sangat kecil. Tak terkecuali di Indonesia. Baik APP maupun RAPP dua raksasa industri kertas kelas dunia belum sepenuhnya bisa membuat seluruh hutanhutan tanamannya dikelola secara lestari. Baru sebagian saja dari hutan mereka yang telah mendapatkan sertifikat ekolabel, sementara hutan-hutan tanaman lain bahkan lebih buruk lagi kinerjanya, karena di luar kedua grup itu hampir tidak ada lagi yang bersertifikat ekolabel. Kondisinya juga diperparah dengan kenyataan bahwa kapasitas produksi industri bubur kertas dan kertas telah jauh-jauh hari dibuat jauh melampaui kemampuan pasokan dari hutan tanaman. Akibatnya, sumber dari hutan alam-pun dipergunakan untuk memasok kebutuhan industri ini. Apakah CSR bisa membuat citra perusahaan kertas menjadi baik? Tergantung CSR seperti apa yang dijalankan. Kalau CSR-nya masih bersifat projek-projek yang tak ada kaitannya dengan bisnis inti, dan taidak juga sesuai dengan prioritas pemangku kepentingan, maka tak mungkin ada hasil yang memuaskan. Kalau CSR itu mau sesuai dengan bisnis inti, maka setiap perusahaan kertas harus berusaha sekeras mungkin agar setiap jengkal hutan di mana mereka mengambil sumber bahan bakunya itu dkelola secara berkelanjutan. Kalau mereka bisa membuat seluruh pasokannya berasal dari hutan tanaman yang bersertifikat ekolabel, membuat proses produksi yang ramah lingkungansosial-ekonomi, dan memasarkannya dengan cara-cara yang juga dilandasi prisnip yang sama, maka bukan hanya citra baik yang mereka bisa peroleh, melainkan juga peningkatan reputasi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Doorley dan Garcia (2007), reputasi adalah resultan dari perilaku, kinerja dan komunikasi. Kalau salah satu di antaranya tidak baik, maka reputasi yang bagus tidak bisa diperoleh. Industri kertas tampaknya pertama-tama musti berusaha keras memperbaiki perilaku dan meningkatkan kinerja keberlanjutan mereka dahulu, sebelum bisa berkomunikasi dengan meyakinkan. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, ada banyak kejadian di mana komunikasi CSR perusahaan kertas dari Indonesia malahan menimbulkan kritik. Hal ini disebabkan bahwa di mata para pemangku kepentingan global, industri kertas Indonesia belum cukup memperbaiki perilaku dan kinerjanya, namun sudah terlampau kerap mengiklankan diri. Apakah manfaat yang seharusnya dirasakan masyarakat sekitar dari kegiatan CSR perusahaan kertas? Sama saja dengan CSR industri lainnya, masyarakat sekitar memiliki hak istimewa karena posisi mereka yang dengan perusahaan dan mereka tinggal di wilayah dampak. Tentu saja, sebagai pemangku kepentingan yang istimewa ini, masyarakat sekitar perlu selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang menyangkut hidup mereka. Pelibatan ini harus serius dilaksanakan, bukan hanya pada level konsultatif, namun hingga pengambilan keputusan yang strategik. 4

5 Masyarakat juga memiliki hak untuk dilindungi dari berbagai dampak negatif aktivitas perusahaan. Dahulu, ada banyak kasus yang menunjukkan pencemaran lingkungan yang parah dilakukan oleh perusahaan kertas. Mereka mencemari udara, tanah, dan terutama sungai. Hal ini tidak boleh terjadi di masa sekarang, apalagi dalam kondisi di mana hukum lingkungan telah menjadi lebih ketat. Dampak negatif sosial dan ekonomi juga sangat penting untuk dihindarkan. Untuk itu, masyarakat sangat penting untuk mendapatkan akses penuh untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan AMDAL, terutama ketika RKL dan RPL disusun. Dalam hal ini, masih sangat banyak hal yang harus dilakukan, karena hingga sekarang partisipasi masyarakat dalam AMDAL sangatlah terbatas. Di luar dua hal di atas, masyarakat sekitar memiliki hak tertinggi dibandingkan pemangku kepentingan lain untuk mendapatkan dukungan pengembangan masyarakat. Biasanya, ada tiga hal yang masuk ke dalam kategori pengembangan masyarakat, yaitu kesempatan kerja, peluang berusaha dan projek untuk komunitas. Dalam hal kesempatan kerja dan peluang berusaha, masyarakat setempat tidak saja harus diprioritaskan misalnya dengan diberi kuota serta mendapat diskriminasi positif, yaitu mereka didahulukan apabila ada kandidat yang memiliki kualifikasi yang sama namun juga harus mendapatkan peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas bukan saja akan memampukan masyarakat untuk bekerja dan berusaha di perusahaan yang memberikan peningkatan kapasitas itu, melainkan juga peluang ke perusahaan lain, atau bahkan berwirausaha. Sementara, projek untuk komunitas harus diberikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat namun belum cukup terpenuhi lantaran ada sumberdaya yang belum cukup dimiliki masyarakat. Perusahaan bisa membantu dengan membantu memberikan atau mencarikan sumberdaya yang kurang tersebut serta melaksanakan projek hingga masyarakat mencapai kemandiriannya. Yang sangat penting diingat adalah bahwa projek untuk komunitas tidak dimaksudkan untuk membuat mereka tergantung, melainkan agar mereka menjadi mandiri. ***** Hal yang sangat penting diingat dari CSR industri pulp and paper adalah bahwa terdapat masalah besar dalam sumber bahan baku produksinya. Sampai hal ini bisa dibuktikan membaik dan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, sangatlah sulit bagi industri ini untuk menyatakan dirinya sebagai industri dengan kinerja CSR yang baik. Kabar baiknya, para pakar yang pendapatnya dihimpun dalam The Sustainability Survey 2011, Key Challenges and Industry Performance (Sustainability dan GlobeScan, 2011) menyatakan bahwa industri hasil kehutanan, termasuk pulp and paper tentunya, di seluruh dunia kini sedang menunjukkan perbaikan yang lumayan. Walau dinyatakan bahwa tidak ada sektor industri yang bisa dibanggakan, namun industri hasil kehutanan dipandang sebagai yang terbaik di antara yang sedang dan buruk kinerjanya. Ini tentu saja membuat peluang buat perusahaan kertas di Indonesia untuk unjuk kerja sebagaimana rekan-rekan globalnya. Kalau saja industri kertas bisa menunjukkan bahwa sumber bahan bakunya berasal dari hutan yang dikelola secara lestari, maka masalah CSR terberatnya sudah bisa dilampaui. 5

6 Ini tentu saja membuat peluang buat perusahaan kertas di Indonesia untuk unjuk kerja sebagaimana rekan-rekan globalnya. Kedua, sama saja dengan industri lainnya, masalah pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan strategik, termasuk boleh tidaknya sebuat perusahaan beroperasi belum cukup mendapatkan tempat yang layak. Namun menyerahkan kekuasaan kepada masyarakat untuk memegang sepenuhnya social license to operate yang memang seharusnya menjadi hal mereka juga bukan tanpa tantangan. Sama saja dengan lembaga pemerintahan dan perusahaan, di mana selalu ada yang baik dan jahat, berbagai kejadian mutakhir di Indonesia juga menunjukkan adanya kelompok-kelompok masyarakat yang mementingkan keuntungan untuk diri sendiri dan kelompok kecilnya, hanya mempertimbangkan keuntungan jangka pendek dan sebagainya. Sebelum nilainilai pembangunan berkelanjutan dipegang teguh, tampaknya pertimbangan masyarakat juga tidak bisa dipandang bijak dan bebas kepentingan di luar pembangunan berkelanjutan. Apalagi kalau sudah ada penunggangan dari kelompok elit, yang jelas bias kepentingan ekonomi dan politik. Ketiga dan terakhir, walaupun ada banyak subjek yang harus dikelola agar perusahaan kertas bisa dinyatakan bertanggung jawab sosial, namun pengembangan masyarakat tetaplah menjadi hal yang sangat penting di Indonesia. Dalam hal ini perusahaan kertas penting untuk benar-benar sampai pada kesimpulan kokoh soal apa saja kebutuhan masyarakat yang bisa dibantu pemenuhannya, dan hasil akhirnya adalah kemandirian, bukan ketergantungan. Oleh karena itu, yang sangat penting dilakukan perusahaan kertas adalah melakukan community needs assessment untuk memutuskan apa yang penting dilaksanakan. Begitu telah diputuskan, perusahaan kertas sebaiknya membuat baseline study, sehingga kelak akan dengan mudah diketahui apakah memang projek/program yang dijalankan itu membawa pada peningkatan kesejahteraan. Tentu saja, untuk mengetahuinya diperlukan upaya community impact asseessment, yang secara objektif seharusnya dilakukan oleh para peneliti independen yang mumpuni. Bogor, 6 November 2011 Jalal, Lingkar Studi CSR Lingkar Studi CSR Jln. Danau Sentani Blok C VII No.9 Kompleks Duta Pakuan Bogor Indonesia Telp. (0251) , Fax. (0251) office@csrindonesia.co Tulisan ini dibuat dengan tujuan utama menyebarluaskan pengetahuan mengenai CSR kepada seluruh pemangku kepentingan. Silakan mengutip dan menyebarluaskan tulisan ini apabila Anda mempunyai tujuan yang sama. Kami berharap agar sumber tulisan bisa diberitahukan sejelas mungkin kepada pihak lain yang menerima kutipan sebagian atau seluruh isi tulisan. Terima kasih. 6

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

Mewujudkan Visi Keberlanjutan melalui Kemitraan Tiga Sektor Senarai Kesimpulan dari ISIF 2014

Mewujudkan Visi Keberlanjutan melalui Kemitraan Tiga Sektor Senarai Kesimpulan dari ISIF 2014 Mewujudkan Visi Keberlanjutan melalui Kemitraan Tiga Sektor Senarai Kesimpulan dari ISIF 2014 Fajar Kurniawan dan Jalal SOCIAL INVESTMENT INDONESIA Jl. Bendul Merisi Selatan Airdas No. 18A Surabaya 60239

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan sosial ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan adanya revolusi perubahan bagi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan tentunya berfokus pada laba yang dihasilkan. Tetapi dengan berkembangnya dunia usaha, perusahaan tidak bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam beserta lingkungan merupakan suatu kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang mempunyai manfaat langsung dan tak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility PPMJ

Corporate Social Responsibility PPMJ Corporate Social Responsibility PPMJ Latar Belakang Rangkaian Tragedi Lingkungan dan Kemanusiaan : Minamata (Jepang), Bhopal (India), Chernobhyl (Uni soviet), Shell (Nigeria), Grasberg (Indonesia), Ok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di negara Indonesia khususnya di daerah Jakarta menjadi pertanda bahwa adanya pertumbuhan ekonomi yang positif di negara ini. Baik dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan selalu diawali oleh terjadinya suatu masalah yang perlu untuk segera dicari solusinya agar masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan selalu diawali oleh terjadinya suatu masalah yang perlu untuk segera dicari solusinya agar masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan selalu diawali oleh terjadinya suatu masalah yang perlu untuk segera dicari solusinya agar masalah tersebut tidak berdampak buruk secara lebih luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam setiap aktivitasnya, komunikasi adalah suatu instrumen yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara kasus. (www.bps.go.id, 2015) Dengan memburuknya keadaan

BAB I PENDAHULUAN. udara kasus. (www.bps.go.id, 2015) Dengan memburuknya keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini pencemaran di Indonesia semakin kompleks dan tidak menyenangkan hati. Badan Pusat Statistik mencatat di Indonesia terjadi pencemaran air 8786

Lebih terperinci

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL 1. Pengertian Untuk dapat mengetahui perbedaan antara Amdal dan Andal, maka kita dapat merujuk pada Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Aktivitas perusahaan atau unit bisnis tidak bisa lepas dari lingkunganya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Aktivitas perusahaan atau unit bisnis tidak bisa lepas dari lingkunganya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas perusahaan atau unit bisnis tidak bisa lepas dari lingkunganya. Lingkungan merupakan bagian dari kualitas kehidupan dan tidak dapat disangkal jika

Lebih terperinci

S P E E THE CODE OF M Y BUSINESS CONDUCT J E P A S S

S P E E THE CODE OF M Y BUSINESS CONDUCT J E P A S S N T R E S P E O J E M Y N E THE CODE OF BUSINESS CONDUCT N O I S S C T P A PESAN UNTUK SELURUH KARYAWAN HEINEKEN telah berkembang menjadi produsen bir global terkemuka dan Heineken menjadi merek bir paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Of course, the development of the corporation is not only be followed by rising expectations, but also various matters concerning the social and environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah berkembang sejak era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, sektor bisnis juga semakin berkembang. Tetapi, sebagian besar perusahaan di Indonesia masih fokus untuk mengungkapkan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary

BAB I PENDAHULUAN. (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada investor, kreditur, dan pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha furniture sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, bahkan dibeberapa daerah tertentu sudah menjadi budaya turun temurun. Sentra-sentra industri furniture berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 13: HUBUNGAN CSR DAN MARKETING

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 13: HUBUNGAN CSR DAN MARKETING Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan sebuah konsep atau strategi yang digunakan suatu perusahaan, agar bisnisnya bisa tetap tumbuh dan berkembang di tengah

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Sudah lama kita ketahui bahwa tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, laba sendiri merupakan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa

Lebih terperinci

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah entitas ekonomi yang konsep utamanya adalah menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham. Manajemen perusahaan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko perusahaan merupakan hal yang sangat krusial yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa macam risiko perusahaan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya informasi yang lengkap, relevan, dan tepat waktu maka para

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya informasi yang lengkap, relevan, dan tepat waktu maka para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan hal penting bagi investor dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya informasi yang lengkap, relevan, dan tepat waktu maka para investor dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di era modern seperti sekarang ini banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia berdampak tidak baik bagi lingkungan. Saat ini adalah dimana terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mudahnya mengakses informasi. Perkembangan ekonomi Dunia semakin

BAB I PENDAHULUAN. serta mudahnya mengakses informasi. Perkembangan ekonomi Dunia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat serta mudahnya mengakses informasi. Perkembangan ekonomi Dunia semakin berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dekade terakhir ini pertumbuhan kesadaran publik terhadap peran perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap

Lebih terperinci

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015 Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Isu CSR kian menjadi topik terhangat dalam beberapa dekade terakhir, fenomena ini dipicu dengan mengglobalnya tren mengenai praktik CSR di dalam dunia bisnis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan publiknya. Artinya aktivitas public relations menjalankan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan publiknya. Artinya aktivitas public relations menjalankan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas Public Relations merupakan manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya. Artinya aktivitas public relations menjalankan fungsi manajemen antar lembaga

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Journal Strategi Green Marketing Terhadap Pilihan Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix yang ditulis oleh Rudi Haryadi (2009:9), kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi dapat didefinisikan sebgai sebuah kondisi dan merupakan hasil akhir dari sebuah proses legitimasi. Legitimasi organisasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen lingkungan di dalam sebuah manajemen operasi tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen lingkungan di dalam sebuah manajemen operasi tradisional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset Manajemen lingkungan di dalam sebuah manajemen operasi tradisional perusahaan dianggap bukan sebagai suatu prioritas dalam strategi korporasinya. Akibatnya manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan di Indonesia saat ini sangat penting diperhatikan oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbebatan. Munculnya Global Compact, Global Reporting Inisiatives (GRI), dan

BAB I PENDAHULUAN. perbebatan. Munculnya Global Compact, Global Reporting Inisiatives (GRI), dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) atau dikenal sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi isu penting dan menarik.

Lebih terperinci

Forest Stewardship Council

Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan

Lebih terperinci

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,

Lebih terperinci

Definisi dan Hubungan

Definisi dan Hubungan Materi #13 Definisi dan Hubungan 2 Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan Adalah proses dimana usaha menegosiasikan peran perusahaan dalam masyarakat. Dalam dunia bisnis,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 7 1.3. Tujuan Penelitian... 8 1.4. Manfaat Penelitian... 8 1.5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dengan adanya persaingan yang kompetitif di pasar saat ini, tidaklah dapat diterima bila sebuah bisnis hanya mementingkan untuk kebutuhannya sendiri agar mendapatkan

Lebih terperinci

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC PRESS RELEASE Jakarta, 11 Desember 2014 Pada 1 Oktober 2014, Skema Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari IFCC* secara resmi telah mendapatkan endorsement dari sistem sertifikasi terdepan dan terpercaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan yang memiliki sikap ketidakperdulian terhadap lingkungan ini sudah tidak relevan lagi. Reorientasi pembangunan yang telah memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat sebagai lingkungan eksternal, ada hubungan timbale balik

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat sebagai lingkungan eksternal, ada hubungan timbale balik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan serta keberlanjutan suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat sebagai lingkungan eksternal, ada hubungan timbale balik antara perusahaan

Lebih terperinci

Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan ISSN :

Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan ISSN : Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan ISSN : 2338-1500 PENGARUH PROFIBILITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (Studi pada Industri Pulp & Kertas dan Kayu yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, perusahaan memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mengeruk

Lebih terperinci

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai oleh semua perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Karena keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini isu mengenai Global Warming dan keterbatasan energi kerap menjadi perbincangan dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kelompok penelitinya yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan aset nasional, bahkan aset dunia yang harus dipertahankan keberadaannya secara optimal. Menurut Undang-Undang No.41 Tahun

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multi-dimensional yang terjadi akhir-akhir ini secara global, baik krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multi-dimensional yang terjadi akhir-akhir ini secara global, baik krisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multi-dimensional yang terjadi akhir-akhir ini secara global, baik krisis energi, krisis pangan, krisis lingkungan, dan krisis finansial telah menjadi

Lebih terperinci

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Identitas Pirelli Group secara historis dibentuk oleh seperangkat nilai yang selama bertahun-tahun berusaha untuk dicapai dan dijaga oleh kami. Selama bertahun-tahun nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak tahun 2005 oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR). ISRA adalah penghargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi pada dunia usaha seperti tingkat persaingan yang tinggi, biaya ekonomi yang tinggi, adanya undang-undang perburuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan isu yang sangat penting bagi perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mempunyai berbagai macam kegiatan untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan perusahaan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu hangat yang sedang marak diperbincangkan di berbagai negara. IFRS merupakan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Wacana ini digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Wacana ini digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil

Lebih terperinci

LAMPIRAN Bagaimana sejarah berdirinya PT Margono Dian Graha? 2. Apa visi dan misi PT Margono Dian Graha?

LAMPIRAN Bagaimana sejarah berdirinya PT Margono Dian Graha? 2. Apa visi dan misi PT Margono Dian Graha? LAMPIRAN 1 Daftar Pertanyaan Wawancara Pertanyaan untuk pemilik perusahaan : 1. Bagaimana sejarah berdirinya PT Margono Dian Graha? 2. Apa visi dan misi PT Margono Dian Graha? 3. Bagaimana struktur organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan. Saat ini, Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan. Saat ini, Corporate Social BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat perusahaan mulai berkembang, kesadaran dalam mengurangi dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan perlu ditingkatkan oleh

Lebih terperinci

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh : Cri Murthi Adi 1 Prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh

Lebih terperinci

Rangkuman Penelitian

Rangkuman Penelitian Rangkuman Penelitian The state of disclosures on stakeholder engagement in sustainability reporting in Australian local councils dibuat oleh Wendy Tandiawan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholders).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang timbul terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang timbul terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian di Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya yang berdampak pada perubahan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kerusakan alam menjadi permasalahan

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN

BAB II AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN BAB II AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN 2.1 Biaya Lingkungan 2.1.1 Biaya Lingkungan dan ecoefficiency Biaya Lingkungan merupakan biaya dari dampak yang dihasilkan oleh aktivitas-aktivitas organisasi atau perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah wacana yang menjadikan perusahaan tidak hanya berkewajiban atau beroperasi untuk pemegang saham (shareholders)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya jaman membuat berbagai macam perubahan yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Perubahan yang saat ini dapat dirasakan adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan akan melakukan kegiatan usaha tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut asumsi profit maximisation tujuan tersebut umumnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan usaha yang bergerak langsung di bidang pemanfaatan. langsung memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan usaha yang bergerak langsung di bidang pemanfaatan. langsung memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan usaha yang bergerak langsung di bidang pemanfaatan sumberdaya alam khususnya perusahaan sektor pertambangan secara tidak langsung memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci