KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : HK NOMOR : 21 TAHUN 2002

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : HK NOMOR : 21 TAHUN 2002"

Transkripsi

1 KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA MOR : HK MOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWAS JABATAN FUNGSIONAL FARMASI DAN MAKANAN DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, Menimbang : a. b. bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 48/KEP/M.PAN/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan dan Angka Kreditnya, perlu mengatur kembali petuniuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan dan Angka Kreditnya, sebagaimana diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 411/MENKES/SKB/III/2000 dan nomor 12 Tahun 2000; bahwa untuk itu, dipandang perlu menetapkan kembali Keputusn Bersama Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Petunjuk

2 Pelaksanaan Fungsional Farmasi Jabatan Pengawas dan Makanan dan Angka Kreditnya; Mengingat : Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656); Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671); Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3698); Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Negara Lembaran Nomor 3821); Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian / Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri (Lembaran

3 Negara Tahun 1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2797); Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 49); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3149); Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3176); Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4014);

4 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4017) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002; Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4019); Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2002; Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 48/KEP/M.PAN/8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan dan Angka Kreditnya; Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 09 Tahun 2002 tentang Prosedur Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Pusat Dalam Jabatan Fungsional Jenjang Utama. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

5 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN DAN ANGKA KREDITNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Bersama ini, yang dimaksud dengan : 1. Pegawas Farmasi dan Makanan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan teknis fungsional pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 2. Tim penilai angka kredit, adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja Pengawas Farmasi dan Makanan; 3. Angka kredit, adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Pengawas Farmasi dan Makanan dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya; 4. Pemberhentian, adalah pemberhentian dari jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan bukan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil; 5. Badan Pengawas obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat BPOM, adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan di Pusat; 6. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut Balai Besar, Teknis BPOM adalah Unit Pelaksana sesuai dengan wilayah kerja yang telah ditetapkan;

6 7. Balai Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut Balai, adalah Unit Pelaksana Teknis BPOM sesuai dengan wilayah kerja yang telah ditetapkan; 8. Instansi Pembina Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan, adalah instansi yang secara fungsional bertanggung jawab dalam pengawasan farmasi dan makanan dalam hal ini BPOM; 9. Pengawasan bidang farmasi dan makanan, adalah rangkaian kegiatan dan tindak lanjutnya dalam rangka menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan makanan dengan tujuan agar masyarakat dapat memperoleh sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan yang berkhasiat, bermanfaat, melindungi masyarakat dari sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan yang tidak memenuhi standar/persyaratan dari dan melindungi masyarakat penggunaan bahan berbahaya; 10. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika; 11. Alat kesehatan adalah instrumen, bahan, aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat dan digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh; 12. Perbekalan kesehatan rumah tangga, adalah alat, bahan atau campuran untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan untuk manusia, hewan peliharaan, rumah tangga dan tempat-tempat umum; 13. Makanan, adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses

7 penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman; 14. Bahan berbahaya adalah, zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. BAB II USUL DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Pasal 2 (1) Usul penetapan angka kedit Pengawas Farmasi dan Makanan disampaikan setelah menurut perhitungan Pengawas Farmasi dan Makanan yang bersangkutan, jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi telah dapat dipenuhi, dan dibuat sesuai contoh formilir sebagai berikut : a. Lampiran I, untuk Pengawas dan Makanan kategori keterampilan; b. Lampiran II, untuk Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keahlian. (2) Setiap usul penetapan angka kredit Pengawas Farmasi dan Makanan dilampiri dengan: a. Surat pernyataan melakukan kegiatan pengawasan farmasi dan makanan dan bukti fisiknya, dibuat sesuai contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran III; b. Surat pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi dan bukti fisiknya, dibuat sesuai contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran IV; c. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang tugas pengawasan farmasi dan makanan dan bukti fisiknya, dibuat

8 sesuai contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran V; d. Salinan atau fotokopi Ijasah/Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) dan atau yang pernah diterima keterangan/penghargaan (apabila ada) yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. (3) Usul penetapan angka kedit untuk kenaikan pangkat, 3 (tiga) bulan sebelum dilakukan selambat-lambatnya periode kenaikan pangkat sebagai berikut: a. Kenaikan pangkat periode April, angka kredit ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Januari tahun yang bersangkutan; b. Kenaikan pangkat periode Oktober, angka kredit ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Juli tahun yang bersangkutan. Pasal 3 (1) Setiap usul penetapan angka kredit bagi Pengawas Farmasi dan Makanan harus dinilai secara seksama oleh Tim Penilai, dengan berpedoman pada Lampiran I dan Lampiran II Keputusan Menteri Aparatur Pendayagunaan Negara Nomor: 48/KEP/M.PAN/8/2002, (2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran VI, dengan ketentuan: a. Asli Penetapan Angka Kredit (PAK) disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan; dan b. Tembusan disampaikan PAK kepada : 1) Pengawas Farmasi dan Makanan yang bersangkutan;

9 2) Pimpinan Unit Kerja pengawas Farmasi dan Makanan yang bersangkutan; 3) Seketaris Tim Penilai yang bersangkutan; 4) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit; 5) Kepala Biro Umum BPOM. (3) Apabila pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit berhalangan sehingga tidak dapat menetapkan angka kedit dalam batas waktu sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (3), maka pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dapat mendelegasikan kepada pejabat lain satu tingkat lebih rendah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 48/KEP/ M.PAN/8/2002. (4) Dalam rangka pengendalian dan tertib administrasi penetapan angka kedit, maka spesimen tanda tangan pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dan pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk menetapkan angka kredit sebagaimana dimaksud ayat (3) disampaikan kepada Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan. (5) Apabila terdapat pergantian pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, maka spesimen tanda tangan pejabat yang menggantikan disampaikan kepada Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan. BAB III TIM PENILAI Pasal 4 (1) Syarat pengangkatan untuk menjadi anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 48/KEP/ M.PAN/8/2002, yaitu:

10 a. sekurang-kurangnya menduduki jabatan/pangkat setingkat dengan jabatan/pangkat Pengawas Farmasi dan Makanan yang dinilai; b. Mempunyai keahlian dan kemampuan/kompetensi untuk menilai prestasi kerja Pengawas Farmasi dan Makanan; dan c. Dapat aktif melakukan penilaian. (2) Masa keanggotaan Tim Penilai sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya. (3) Anggota Tim Penilai yang telah menjabat dalam 2 (dua) masa keanggotaan dimaksud sebagaimana ayat (2) dapat diangkat kembali setelah melampaui tenggang waktu 1 (satu) masa jabatan. (4) Jumlah anggota Tim Penilai yang berasal dari Pengawas Farmasi dan Makanan harus lebih banyak dari pada anggota Tim Penilai yang berasal dari pejabat lain bukan Pengawas Farmasi dan Makanan. (5) Dalam hal komposisi jumlah anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak dapat dilakukan, maka anggota Tim Peniiai dapat diangkat dari pejabat lain dalam bidang yang mempunyai kompetensi pengawasan farmasi dan makanan. Pasal 5 (1) Tugas pokok Tim Penilai BPOM adalah: a. Membantu Kepala BPOM atau pejabat lain yang ditunjuk dalam menetapkan angka kredit bagi Pengawas Farmasi dan Makanan Madya dan Pengawas Farmasi dan Makanan Utama; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala BPOM atau pejabat lain yang ditunjuk, yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a.

11 (2) Tugas pokok Tim Penilai Sekretariat Utama adalah : a. Membantu Sekretaris Utama BPOM atau pejabat lain yang ditunjuk dalam menetapkan angka kedit bagi Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia dan Pengawas Farmasi dan Makanan Pertama sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Muda di lingkungan BPOM; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Seketaris Utama BPOM atau pejabat lain yang ditunjuk yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a. (3) Tugas pokok Tim Penilai Balai Besar adalah: a. Membantu Kepala Balai Besar dalam menetapkan angka kredit bagi Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia dan Pengawas Farmasi dan Makanan Pertama sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Muda di lingkungan Balai Besar; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai Besar yang berhubungan dengan penetapan angka kedit sebagaimana dimaksud pada huruf a. (4) Tugas pokok Tim Penilai Balai adalah: a. Membantu Kepala Balai dalam menetapkan angka kredit bagi Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia dan Pengawas Farmasi dan Makanan Pertama sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Muda di lingkungan Balai;dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a.

12 (5) Apabila Tim Penilai Balai atau Tim Penilai Balai Besar belum dapat dibentuk karena sesuatu hal, maka penilaian angka kredit dilakukan oleh Tim Penilai BPOM. (6) Dalam hal terdapat anggota Tim Penilai yang berhalangan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan atau pensiun, maka ketua Tim Penilai dapat mengusulkan penggantian anggota Tim Penilai kepada Pejabat yang berwenang menetapkan Tim Penilai. (7) Dalam hal terdapat anggota Tim Penilai yang turut dinilai, Ketua Tim Penilai dapat mengangkat anggota Tim Penilai Pengganti. (8) Tata kerja dan tata cara Tim Penilai dalam melakukan penilaian ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan. Pasal 6 (1) Untuk membantu Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya, dibentuk Sekretariat Tim Penilai yang dipimpin oleh Sekretaris Tim Penilai yang secara fungsional dijabat oleh pejabat di bidang kepegawaian; (2) Sekretariat Tim Penilai ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 48/KEP/M.PAN/8/2002. Pasal 7 (1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dapat membentuk Tim PenilaiTeknis yang anggotanya terdiri dari para ahli, baik yang berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau bukan Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kemampuan teknis yang diperlukan. (2) Tugas pokok Tim Penilai Teknis adalah memberikan saran dan pendapat kepada Ketua Tim Penilai dalam hal memberikan

13 penilaian atas kegitan yang bersifat khusus atau kegiatan yang memerlukan keahlian tertentu. (3) Tim Penilai Teknis menerima tugas dari dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim Penilai. BAB IV KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT Pasal 8 (1) Penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), digunakan sebagai dasar untuk mempertimbangkan kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat Pengawas Farmasi dan Makanan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dipertimbangkan apabila : a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir; b. Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi; dan c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (3) Kenaikan jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keahlian untuk menjadi Pengawas Farmasi dan Makanan Utama ditetapkan oleh Presiden, setelah mendapat pertimbangan dari Kepala BKN; (4) Kenaikan jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keterampilan dan Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keahlian sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Madya ditetapkan oleh Kepala BPOM;

14 (5) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dipertimbangkan apabila: a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir; b. Memenuhi angka kedit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi;dan c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. (6) Kenaikan pangkat Pengawas Farmasi dan Makanan Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c dan menjadi Pengawas Farmasi dan Makanan Utama pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d sampai dengan Pembina Utama golongan ruang IV/e ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan dari Kepala BKN. (7) Kenaikan pangkat Pengawas Farmasi dan Makanan yang menduduki jabatan: a. Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tingkat I golongan ruang Il/b menjadi Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan menjadi Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan b. Pengawas Farmasi dan Makanan Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang lii/b sampai dengan menjadi Pengawas Farmasi dan Makanan Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b; ditetapkan oleh Kepala BPOM setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN.

15 (8) Penetapan kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud ayat (7) dapat didelegasikan atau dikuasakan kepada pejabat lain di lingkungannya sepanjang untuk kenaikan pangkat: a. Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tingkat I golongan ruang II/b menjadi Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan menjadi Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang IIl/d; dan b. Pengawas Farmasidan Makanan Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b sampai dengan menjadi Pengawas Farmasi dan Makanan, Muda pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d. Pasal 9 Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keterampilan yang menduduki pangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d ke bawah apabila memperoleh ijasah Strata 1 (S1)/Diplorna IV, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang II/a dan atau jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keahlian, dengan ketentuan: 1. Pendidikan/ijasah/Surat TandaTamat Belajar harus sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan oleh Kepala BPOM; 2. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir; 3. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; 4. Sekurang-kurangnya memenuhi jumlah angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan untuk pangkat Penata Muda, golongan I ruang li/a.

16 Pasal 10 Pengawas Farmasi dan Makanan yang memiliki angka kedit melebihi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat tersebut dapat diperhitungkan berikutnya. BAB V PENGANGKATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI JABATAN PASAL 11 Pengangkatan, pembebasan sementara,dan pemberhentian dalam dan dari jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Untuk pengangkatan pertama kali dan pengangkatan kembali dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan ditetapkan dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran VIl; 2. Untuk pembebasan sementara dari jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan ditetapkan dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran VIII; 3. Untuk pemberhentian dari jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan ditetapkan dengan contoh menggunakan formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran IX. Pasal 12 (1) Untuk menjamin tingkat kinerja Pengawas Farmasi dan Makanan dalam mencapai angka kedit untuk kenaikan jabatan/pangkat, maka dalam pengangkatan Pengawas Farmasi dan Makanan harus memperhitungkan keseimbangan

17 antara beban kerja dengan jumlah Pengawas Farmasi dan Makanan sesuai jenjang jabatannya. (2) Pengangkatan Pengawas Farmasi dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus didasarkan pada formasi yang ditetapkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. Pasal 13 (1) Pengawas Farmasi dan Makanan Pelaksana, pangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang III/b sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia, pangkat Penata, golongan ruang III/c dan Pengawas Farmasi dan Makanan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Pengawas Farmasi dan Makanan Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi. (2) Pengawas Farmasi dan Makanan Penyelia pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak diangkat dalam pangkat/ jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurangkurangnya 10 (sepuluh) dari kegiatan pengawasan farmasi dan makanan dan pengembangan profesi. (3) Pengawas Farmasi dan Makanan Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak diangkat dalam pangkat/jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) dari kegiatan pengawasan farmasi dan makanan dan pengembangan profesi. (4) Di samping dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pengawas Farmasi dan Makanan juga dibebaskan sementara dari jabatannya apabila:

18 a. Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat hukuman disiplin sedang atau berat berupa jenis hukuman disiplin penurunan pangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun1980; atau b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966; atau c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan; atau d. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya; atau e. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan. (5) Pengawas Farmasi dan Makanan yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a,selama menjalani masa hukuman disiplin tetap melaksanakantugas pokoknya, tetapi kegiatan tersebut tidak dapat ditetapkan angka kreditnya. (6) Pengawas Farmasi dan Makanan yang dibebaskan sementara sebagaimana dimakud dalam ayat (4) huruf e, selama pembebasan sementara dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya secara pilihan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku apabila: a. Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir; dan b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua )tahun terakhir. Pasal 14 Pengawas Farmasi dan Makanan diberhentikan dari jabatannya apabila:

19 1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali jenis hukuman disiplin tingkat berat berupa penurunan pangkat; atau 2. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; atau 3. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaima dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan. BAB VI KEMBALI PENGANGKATAN DALAM JABATAN Pasal 15 (1) Pengawas Farmasi dan Makanan yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 dapat diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan apabila masa berlakunya hukuman disiplin tersebut telah berakhir. (2) Pengawas Farmasi dan Makanan yang dibebaskan sementara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966, dapat diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan, apabila berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi pidana percobaan. (3) Pengawas Farmasi dan Makanan yang ditugaskan di luar jabatannya dapat diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan, apabila telah selesai melaksanakan tugas di luar jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan. (4) Pengawas Farmasi dan Makanan yang dibebaskan sementara karena cuti di luar tanggungan negara dan telah diangkat

20 kembali pada instansi semula, dapat diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan. (5) Pengawas Farmasi dan Makanan yang telah selesai tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan, dapat diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan Pasal 16 Pegawai Negeri Sipil yang diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan sebagaimana tersebut pada Pasal 15, jabatannya ditetapkan berdasarkan angka kedit terakhir yang dimiliki. BAB VII PENYESUAIAN/INPASSING DALAM JABATAN DAN ANGKA KREDIT Pasal 17 (1) Pegawai Negeri Sipil yang telah melaksanakan tugas sebagai Pengawas Farmasi dan Makanan berdasarkan keputusan/surat pernyataan melakukan tugas dari pejabat yang berwenang dan pada saat ditetapkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 48/KEP/M.PAN/8/2002 masih melaksanakan tugas tersebut, dapat diangkat dalam jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan melalui penyesuaian/ inpassing dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keterampilan harus memenuhi syarat; 1. Serendah-rendahnya berijasah SLTA; 2. Serendah-rendahnya menduduki pangkat Pengatur Muda Tingkat I golongan ruang li/b; dan 3. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan

21 Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. b. Untuk Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keahlian harus memenuhi syarat; 1. Serendah-rendahnya berijasah Strata I (S1)/Diploma, sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh Kepala BPOM; 2. Serendah-rendahnya menduduki pangkat Penata Muda golongan IV ruang III/a; dan 3. Setiap unsur penilaian presfasi kerja atau Pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Jenjang jabatan dan jumlah angka kedit penyesuaian/inpassing dimaksud sebagaimana dalam ayat (1), didasarkan pada pendidikan, pangkat, dan masa kerja dalam pangkat terakhir sebagaimana tersebut dalam Lampiran V atau Lampiran VI Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 48/lKEP/M.PAN/8/2002. (3) Masa kerja dalam pangkat terakhir untuk penyesuaian/ inpassing dimaksud sebagaimana Lampiran V atau Lampiran VI Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 48/KEP/M.PAN/8/2002 dihitung dalam pembulatan ke bawah, yaitu: a. Kurang dari 1 (satu) tahun, dihitung kurang 1 (satu) tahun; b. 1 (satu) tahun sampai dengan kurang dari 2 (dua) tahun, dihitung 1 (satu) tahun; c. 2 (dua) tahun sampai dengan kurang dari 3 (tiga) tahun, dihitung 2 (dua) tahun; d. 3 (tiga) tahun sampai dengan kurang dari 4 (empat) tahun, dihitung 3 (tiga) tahun;dan

22 e. 4 (empat) tahun atau lebih, dihitung 4 (empat) tahun. (4) Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Pengawas Farmasi dan Makanan, ditetapkan oleh pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Pengawas Farmasi dan Makanan dengan menggunakan contoh formulir tersebut sebagaimana dalam Lampiran X. (5) Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kedit Pengawas Farmasi dan Makanan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan setelah memperhitungkan formasi Pengawas Farmasi dan Makanan. Pasal 18 (1) Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Pengawas Farmasi dan Makanan, ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2002, dan harus selesai ditetapkan selambatlambatnya pada 31Maret (2) Pegawai Negeri Sipil yang dalam masa penyesuaian/inpassing telah dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya, maka sebelum disesuaikan dalam jabatan dan angka kredit terlebih dahulu dipertimbangkan kenaikan pangkatnya agar dalam penyesuaian/inpassing jabatan dan angka kredit telah digunakan pangkat yang terakhir. (3) Terhitung mulai periode kenaikan pangkat 1 April 2003 kenaikan jabatan/pangkat Pengawas Farmasi dan Makanan, ditetapkan dengan angka kredit di samping memenuhi syarat lain yang sudah ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN LAIN Pasal 19 Pegawai Negeri Sipil yang pada saat penyesuaian/inpassing telah memiliki pangkat tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir yang

23 dimiliki atau jabatan terakhir yang diduduki serta telah memiliki masa kerja 4 tahun atau lebih dalam pangkat terakhir, kenaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi dapat dipertimbangkanmulai periode kenaikan pangkat berikutnya dalam jabatan setelah penetapan penyesuaian/inpassing Pengawas Farmasi dan Makanan dan kepadanya diberikan angka kredit minimal untuk pangkat yang ditetapkan. Pasal 20 Pengawas Farmasi dan Makanan yang sedang dibebaskan sementara karena: 1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat (kecuali pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil); atau 2. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan; atau 3. Cuti di luar tanggungan negara; apabila mencapai batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapatkan hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 21 (1) Untuk menjamin adanya persamaan persepsi, pola pikir dan tindakan dalam melaksanakan pembinaan Pengawas Farmasi dan Makanan, BPOM selaku Instansi Pembina Jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan melaksanakan sosialisasi dan fasilitasi kepada pejabat yang berkepentingan dan Pengawas Farmasi dan Makanan. (2) Untuk meningkatkan kemampuan Pengawas Farmasi dan Makanan secara profesional sesuai kompetensi, jabatan BPOM selaku Pembina Instansi, antara lain melakukan:

24 a. Penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis fungsional bagi Pengawas Farmasi dan Makanan; b. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis fungsional bagi Pengawas Farmasi dan Makanan; c. Penetapan standar kompetensi Pengawas Farmasi dan Makanan; d. Penyusunan formasi jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan; e. Pengembangan sistem informasi jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan; dan f. Penetapan etika profesi Pengawas Farmasi dan Makanan. BAB IX PENUTUP Pasal 22 Petunjuk teknis pelaksanaan yang belum diatur dalam Keputusan Bersama ini akan diatur kemudian oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara baik secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Pasal 23 Untuk memperjelas dan mempermudah pelaksanaan Keputusan Bersama ini, dilampirkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 48/KEP/M.PAN/8/2002 sebagaimana tersebut pada lampiran XI. Pasal 24 Dengan berlakunya Keputusan Bersama ini, maka Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian

25 Negara Nomor : 411/Menkes/SKB/III/2000 dan Nomor 12 Tahun 2000 dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Keputusan Bersama ini disampaikan kepada yang berkepentingan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pasal 26 Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 19 September 2002 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN SUNARTI H. SAMPUR

26

27 CONTOH : LAMPIRAN I: KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KATEGORI KETERAMPILAN MOR : HK MOR : 21 TAHUN 2002 TANGGAL : 19 SEPTEMBER 2002 DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN KATEGORI KETERAMPILAN MOR : Masa penilaian tanggal... s/d... KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 N I P : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis Kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat / golongan ruang / TMT : 8 Jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan kategori keterampilan : 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja :

28 I 1 UNSUR UTAMA PENDIDIKAN A. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar 1. Diploma III 2. Diploma II B. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang farmasi dan makanan dan mempe roleh Surat Tanda Tamat Pendidikan atau Latihan (STTPL) atau sertifikat 1. Lamanya lebih dari 960 jam 2. Lamanya jam 3. Lamanya jam 4. Lamanya jam 5. Lamanya jam 6. Lamanya jam JUMLAH

29 2 PENGAWASAN FARMASI DAN MAKANAN PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN PELAKSANA *) A. Menyiapkan perangkat lunak pengawasan farmasi dan makanan 1. mengumpulkan data untuk menyusun rencana 5 tahunan; 2. mengumpulkan data untuk menyusun rencana tahunan; 3. mengumpulkan data untuk menyusun rencana 3 bulanan; 4. mengumpulkan data untuk menyusun rencana bulanan; 5. mengumpulkan data/literatur untuk menyusun juklak/juknis; 6. mengumpulkan data/literatur untuk menyusun rancangan pedoman; 7. menyiapkan rancangan pedoman;

30 B. Menyiapkan pemeriksaan di bidang farmasi dan makanan 1. menyiapkan pemeriksaan bahan untuk melaksanakan sarana dan prasarana laboratorium sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 2. menyiapkan pemeriksaan bahan untuk melaksanakan sarana dan prasarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 3. menyiapkan pemeriksaan bahan untuk melaksanakan sarana dan prasarana pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 4. menyiapkan bahan untuk melakanakan pengambilan contoh sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah

31 tangga, bahan berbahaya dan makanan; 5. menyiapkan bahan untuk melaksanakan pengawasan periklanan dan promosi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 6. menyiapkan bahan untuk melaksanakan pemeriksaan kemasan dan penandaan, penanganan, penyimpanan dan transportasi bahan berbahaya; 7. menyiapkan bahan dalam rangka penga wasan lalu lintas sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 8. membuat laporan pemeriksaan mingguan; C. Melaksanakan pengujian di bidang farmasi dan makanan 1. menyiapkan pedoman untuk menentu kan jenis pengujian;

32 2. menyiapkan sarana dan prasarana pengujian, tingkat kesulitan I; 3. menyiapkan pedoman untuk menentukan metode pengujian; 4. menyiapkan laporan hasil pengujian; 5. merawat peralatan alat gelas untuk pengujian; 6. mengumpulkan data/literatur untuk membuat metode analisis; 7. mengumpulkan data/literatur untuk membuat dan menguji bahan baku pembanding; 8. mengemas bahan baku pembanding; 9. memformulasi dan memproduksi makanan hewan percobaan; 10. membuat laporan pengujian mingguan; D. Melaksanakan penilaian di bidang farmasi dan makanan 1. menyiapkan bahan untuk melaksanakan penilaian dalam rangka pemberian

33 rekomendasi pendirian industri kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 2. menyiapkan bahan untuk melaksanakan penilaian dalam rangka pemberian rekomendasi pendirian sarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 3. menyiapkan bahan untuk melaksanakan penilaian dalam rangka pemberian izin produksi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 4. menyiapkan bahan untuk melaksanakan penilaian dalam rangka pendirian sarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 5. menyiapkan bahan untuk melaksanakan penilaian dalam rangka pendirian sarana

34 pelayanan obat; 6. menyiapkan bahan untuk melaksanakan penilaian dalam rangka pengamanan bahan berbahaya; 7. membuat laporan penilaian mingguan; E. Melaksanakan pemantauan di bidang farmasi dan makanan 1. menyiapkan materi pemantauan; 2. mengumpulkan data hasil pemantauan; JUMLAH PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN PELAKSANA LANJUTAN *) A. Menyiapkan perangkat lunak untuk pengawasan farmasi dan makanan 1. mengolah data untuk menyusun rencana lima tahunan, tingkat kesulitan I; 2. mengolah data untuk menyusun rencana tahunan, tingkat kesulitan I;

35 3. menyiapkan rancangan rencana tahunan; 4. mengolah data untuk menyusun rencana tiga bulanan; 5. mengolah data untuk menyusun rencana bulanan; 6. mengolah data untuk menyusun juklak/ juknis; 7. menganalisis data untuk menyusun juklak/juknis; 8. mengumpulkan data/literatur untuk menyusun rancangan peraturan; 9. mengumpulkan data/literatur untuk menyusun rancangan standar; 10. mengolah data untuk menyusun rancangan pedoman; 11. menyiapkan rancangan peraturan; 12. menyiapkan rancangan standar; 13. menyiapkan sasaran pelaksanaan studi kelayakan; B. Melaksanakan pemeriksaan di bidang farmasi dan makanan

36 1. menyiapkan bahan untuk melaksanakan pemeriksaan sarana dan prasarana produksi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 2. melaksanakan pemeriksaan persyaratan sarana dan prasarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan serta pelaksanaan kegiatannya, tingkat kesulitan I; 3. melaksanakan pengambilan contoh sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan, tingkat kesulitan I; 4. menyiapkan bahan pelaksanaan penelusuran kasus; 5. menyiapkan bahan pelaksanaan penyidikan kasus pelanggaran; 6. mengumpulkan bahan dalam rangka

37 pemberian penghargaan atau sanksi terhadap pelanggaran; 7. melaksanakan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan pengawasan lalu lintas sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 8. membuat laporan pemeriksaan bulanan;; C. Melaksanakan pengujian di bidang farmasi dan makanan 1. mengelola contoh untuk pengujian; 2. menyiapkan sarana dan prasarana pengujian, tingkat kesulitan II; 3. melaksanakan pengujian mutu dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan, tingkat kesulitan I; 4. merawat peralatan instrumen pengujian, tingkat kesulitan I;

38 5. melaksanakan kalibrasi alat pengujlan, tingkat kesulitan I; 6. menyiapkan rancangan metode analisis; 7. melaksanakan pengujian metode analisis, tingkat kesulitan I; 8. menyiapkan bahan untuk membuat bahan baku pembanding; 9. menyiapkan bahan untuk memelihara dan merawat hewan percobaan; 10. membuat laporan pengujian bulanan; D. Melaksanakan penilaian di bidang farmasi dan makanan 1. menyiapkan bahan untuk penilaian pendirian industri farmasi; 2. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pemberian rekomendasi pendirian industri kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan 3. menyiapkan bahan untuk sertifikasi cara produksi yang baik untuk sediaan

39 farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 4. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pemberian rekornendasi pendirian sarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 5. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pemberian ijin produksi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 6. menyiapkan bahan untuk penilaian pendaftaran peredaran sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 7. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pendirian sarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan;

40 8. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pendirian sarana dan prasarana pelayanan obat; 9. menyiapkan bahan untuk penilaian pemberian persetujuan penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 10. menyiapkan bahan untuk penilaian pemberian persetujuan perizinan di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 11. menyiapkan bahan untuk penilaian pendaftaran peredaran bahan baku, simplisia dan bahan tambahan makanan; 12. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pengamanan bahan berbahaya; 13. menyiapkan bahan untuk membuat

41 laporan hasil penilaian; 14. membuat laporan penilaian bulanan; E. Melaksanakan pemantauan di bidang farmasi dan rnakanan 1. mengumpulkan data pemantauan; JUMLAH PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN PENYELIA*) A. Menyiapkan perangkat lunak pengawasan farmasi dan makanan 1. mengolah data untuk menyusun rencana lima tahunan, tingkat kesulitan II; 2. menyiapkan rencana lima tahunan; 3. mengolah data untuk menyusun rencana tahunan, tingkat kesulitan II; 4. menganalisis data untuk menyusun rencana tahunan, tingkat kesulitan I;

42 5. menyiapkan rancangan juklak/juknis; 6. mengolah data untuk menyusun rancangan peraturan; 7. mengolah data untuk menyusun rancangan standar; 8. menganalisis data untuk menyusun rancangan pedoman; 9. mengolah data uji coba studi kelayakan; 10. mengolah data pelaksanaan studi kelayakan; B. Melaksanakan pemeriksaan di bidang farmasi dan makanan 1. melaksanakan pemeriksaan persyaratan sarana dan prasarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan serta pelaksanaan kegiatannya, tingkat kesulitan II; 2. melaksanakan pemeriksaan persyaratan sarana dan prasarana pelayanan sediaan

43 farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan serta pelaksanaan kegiatannya, tingkat kesulitan I; 3. melaksanakan pemeriksaan penandaan, kondlsi kemasan/wadah, isi dan cara penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan di peredaran; 4. melaksanakan evaluasi hasil dan pembuatan laporan kegiatan pemerikaan penandaan, kondisi kemasan/wadah, isi dan cara penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan di peredaran; 5. melaksanakan pengambilan contoh sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan, tingkat

44 kesulitan II; 6. melaksanakan pengawasan periklanan dan promosi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan, tingkat kesulitan I; 7. melakanakan penelusuran kasus, tingkat kesulitan l; 8. melakanakan penyidikan kasus pelangga ran tingkat kesulitan I; 9. menjadi saksi biasa dalam proses pengadilan kasus pelanggaran; 10. mengolah data dalam rangka pemberian penghargaan atau sanksi terhadap pelanggaran; 11. melakanakan pengawasan lalu llntas sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 12. membuat laporan pemeriksaan triwulan; C. Melaksanakan pengujian di bidang

45 farmasi dan makanan 1. menyiapkan sarana dan prasarana pengujian, tingkat kesulitan III; 2. melaksanakan pengujian mutu dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan, tingkat kesulitan II; 3. merawat peralatan, instrumen pengujian, tingkat kesulitan li; 4. melaksanakan kalibrasi alat pengujian, tingkat kesulitan II; 5. melaksanakan pengujian metode analisis, tingkat kesulitan II; 6. melaksanakan pengujian terhadap standar/persyaratan, tingkat kesulitan I; 7. melaksanakan pengujian bahan baku pembanding, tingkat kesulitan I; 8. melaksanakan perawatan dan pemelihara an hewan percobaan; 9. menyiapkan hewan percobaan; ]

46 10. menyiapkan bahan untuk pelaksanaan akreditasi laboratorium; 11. membuat laporan pengujian triwulan; D. Melaksanakan penilaian di bidang farmasi dan makanan 1. mengumpulkan dan mengolah data untuk penilaian pendirian industri farmasi; 2. mengumpulkan dan mengolah data untuk penilaian sertifikasi cara produksi yang baik sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan; 3. melaksanakan pemeriksaan dalam rangka penilaian untuk pemberian rekomendasi pendirian sarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan, tingkat kesulltan I; 4. rnelaksanakan pemeriksaan dalam rangka penilaian untuk pemberian izln produsi sediaan farmasi, alat kesehatan,

47 perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan, tingkat kesulitan I; 5. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pendaftaran sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 6. Melaksanakan pemeriksaan dalam rangka penilaian untuk pendirian sarana distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan, tingkat kesulltan I; 7. melaksanakan pemeriksaan dalam rangka penilaian untuk pendirian sarana dan prasarana pelayanan obat, tingkat kesulitan I; 8. mengumpukan dan memilah data untuk penilaian dalam rangka pemberian persetujuan penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan

48 makanan; 9. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian dalam rangka pemberian persetujuan perizinan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, bahan berbahaya dan makanan; 10. mengumpulkan dan memilah data untuk penilaian pendaftaran dalam rangka peredaran bahan baku,simplisia, dan bahan tambahan makanan; 11. membuat laporan penilaian triwulan; E. Melaksanakan pemantauan di bidang farmasi dan makanan 1. melaksanakan uji coba rancangan materi penyuluhan; 2. melaksanakan penyuluhan langsung kepada individu; JUMLAH 3 PENGEMBANGAN PROFESI

49 A. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang farmasi dan makanan/bidang kesehatan 1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, survei dan atau evaluasi di bidang farmasi dan makanan/bidang kesehatan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang farmasi dan makanan/bidang kesehatan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 3. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang farmasi dan makanan/bidang

50 kesehatan yang tidak dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah 4. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan dan atau ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah B. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang farmasi dan makanan C. Merumuskan sistem pengawasan farmasi dan makanan 1. Merumuskan sistem pengawasan farmasi dan makanan yang mengandung nilainilai pembaharuan 2. Merumuskan sistem pengawasan farmasi dan makanan yang mengandung nilainilai penyempurnaan atau perbaikan D. Membuat buku pedoman/petunjuk pelaksa naan/petunjuk teknis dibidang pelayanan dan pengawasan farmasi dan makanan JUMLAH JUMLAH UNSUR UTAMA

51 II PENUNJANG TUGAS PENGAWASAN FARMASI DAN MAKANAN A. Mengajar/melatih yang berkaitan dengan bidang pengawasan farmasi dan makanan B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang farmasi dan makanan 1. Terjemahah/saduran dalam bidang farmasi dan makananyang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2. Terjemahah/saduran dalam bidang farmasi dan makanan yang tidak dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku b. Dalam makalah 3. Membuat abstrak tulisan yang dimuat dalam penerbitan

52 C. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang farmasi dan makanan/kesehatan 1. Mengikuti seminar/lokakarya atau simposium sebagai: a. Pemrasaran b. Moderator c. Pembahas d. Nara Sumber d. Peserta 2. Mengikuti/berperan serta sebagai delegasi ilmiah, sebagai: a. Ketua b. Anggota D. Menjadi anggota organisasi profesi bidang farmasi dan makanan 1. Tingkat nasional/internasional, sebagai: a. Pengurus Aktif b. Anggota Aktif 2. Tingkat propinsi a. Pengurus Aktif b. Anggota Aktif

53 E. Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan yang tidak sesuai dengan bidang tugas pokoknya 1. Diploma II 2. Sarjana Muda/Diploma III 3. Sarjana/Diploma IV G. Memperoleh piagam kehormatan Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG KETERANGAN: *) Pilih dan isi sesuai dengan jenjang jabatan.

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KEBIJAKAN DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/8/2006 NOMOR : 18 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 7 Tahun 2005 NOMOR : 17 Tahun 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001 KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

PERA PER T A U T R U A R N A N BER

PERA PER T A U T R U A R N A N BER PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 611/MENKES/PB/VIII/2006 NOMOR 20TAHUN2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

III. PENGAWAS BENIH IKAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN III. PENGAWAS BENIH IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31

Lebih terperinci

DASAR HUKUM UU NO 8 Tahun 1974 tentang Pokok pokok Kepegawaian yang telah dirubah dengan uu no. 43 Tahun 1999.

DASAR HUKUM UU NO 8 Tahun 1974 tentang Pokok pokok Kepegawaian yang telah dirubah dengan uu no. 43 Tahun 1999. DASAR HUKUM 1. UU NO 8 Tahun 1974 tentang Pokok pokok Kepegawaian yang telah dirubah dengan uu no. 43 Tahun 1999. 2. UU no. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan 3. PP no.7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji

Lebih terperinci

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM 1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun

Lebih terperinci

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 entang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

I. PENGAWAS PERIKANAN

I. PENGAWAS PERIKANAN I. PENGAWAS PERIKANAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin pembinaan profesi, karir, kepangkatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PER-1310/K/JF/2008 NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

Lebih terperinci

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 04/PRT/M/2014 NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1/PB/X-XIII.2/12/2010 NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN

Lebih terperinci

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Lebih terperinci

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4

Lebih terperinci

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERBER-MKP/2014 NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN VII. DOKTER A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran MATERI BUKU 1. Peraturan Bersama Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Keputusan Bersama Kepala Lembaga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS DAN ANGKA

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

XV. PRANATA KOMPUTER

XV. PRANATA KOMPUTER XV. PRANATA KOMPUTER K. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.459, 2015 PERATURAN BERSAMA. Pengamat Tera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 12/M-DAG/PER/1/2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2015 PERATURAN BERSAMA. Jabatan Fungsional Perawat. Angka Kredit. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/10/M.PAN/2007 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PNDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.697, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Statistisi. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2013 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Jabatan Fungsional. Auditor Kepegawaian. Ketentuan Pelaksana. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/17/M.PAN/9/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DOKTER PENDIDIK KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. No.31, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS DAN ANGKA

Lebih terperinci

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1 -2-3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER Badan Pusat Statistik,

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN XV : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TANGGAL : 17 Februari 2004 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 27 TAHUN 2014 NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 27 TAHUN 2014 NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA 1 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Perawat. PNS. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1 No.84,2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. PNS. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Instruktur. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSTRUKTUR

Lebih terperinci

X. GURU A. Dasar Hukum

X. GURU A. Dasar Hukum X. GURU A. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

XX. TEKNISI LITKAYASA

XX. TEKNISI LITKAYASA XX. TEKNISI LITKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2015 PERATURAN BERSAMA. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

- 4 - MEMUTUSKAN: Pasal 1

- 4 - MEMUTUSKAN: Pasal 1 - 2-4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013; 5. Peraturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Dokter Gigi. Angka Kredit. Fungsional. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Dokter Gigi. Angka Kredit. Fungsional. Pelaksanaan. No.98, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Dokter Gigi. Angka Kredit. Fungsional. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA - 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA $ BUKU$Seri$A,$Edisi$Pertama$ PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL (BAKOSURTANAL) KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci