PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA"

Transkripsi

1 $ BUKU$Seri$A,$Edisi$Pertama$ PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL (BAKOSURTANAL)

2 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 134/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna survei dan pemetaan, diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan secara penuh untuk melaksanakan tugas survei dan pemetaan secara profesional; b. bahwa untuk menjamin pembinaan karier kepangkatan, jabatan dan peningkatan profesionalisme surveyor pemetaan, dipandang perlu menetapkan Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan dan Angka Kreditnya. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 1

3 5. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002; 7. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 8. Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002; 9. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemeritah Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2002; Memperhatikan : 1. Usul Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional dengan suratnya Nomor KP.02.05/457-KA/XII/01 tanggal 12 Desember Pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.18-6/87 tanggal 8 Maret

4 M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Surveyor Pemetaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang, tanggungjawab dan hak secara penuh oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan survei dan pemetaan. 2. Survei adalah kegiatan untuk mendapatkan data dan informasi dari suatu titik atau lokasi yang ada di atas atau di bawah permukaan bumi, batas-batas wilayah, luas, kenampakan budidaya dan non budidaya, baik secara kuantitas maupun kualitas dengan cara pengukuran dan penentuan kedudukan relativitasnya dalam suatu ruang (secara geometris dan trigonometri). 3. Pemetaan adalah penyajian hasil survei pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. 4. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Surveyor Pemetaan dalam rangka pembinaan karier kepangkatan/jabatannya. 5. Tim Penilai Angka Kredit adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas untuk menilai prestasi kerja Surveyor Pemetaan. 3

5 BAB II RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK Pasal 2 Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan termasuk dalam rumpun arsitek, insinyur dan yang berkaitan. Pasal 3 (1) Surveyor Pemetaan berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang survei dan pemetaan pada instansi pemerintah. (2) Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pasal 4 Tugas pokok Surveyor Pemetaan adalah melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengembangan serta pemasyarakatan survei dan pemetaan. BAB III UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN Pasal 5 Unsur dan sub unsur kegiatan Surveyor Pemetaan yang terdiri dari a. Pendidikan, meliputi: 1. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar 4

6 2. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang survei dan pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL). b. Kegiatan survei, meliputi: 1. Melakukan persiapan survei; 2. Melakukan survei lapangan; 3. Melakukan pemrosesan data hasil survei; 4. Melakukan supervisi survei; 5. Memasyarakatkan hasil survei. c. Kegiatan pemetaan, meliputi: 1. Melakukan persiapan pemetaan; 2. Melakukan pemetaan; 3. Melakukan supervisi pemetaan; 4. Memasyarakatkan hasil pemetaan. d. Pengembangan profesi, meliputi : 1. Membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang survei dan pemetaan; 2. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan. e. Penunjang tugas Surveyor Pemetaan, meliputi: 1. Mengajar atau melatih; 2. Mengikuti seminar atau lokakarya; 3. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan; 4. Menjadi anggota Tim penilai jabatan Surveyor Pemetaan; 5. Memperoleh penghargaan/tanda jasa; 6. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya. BAB IV JENJANG JABATAN DAN PANGKAT Pasal 6 (1) Jabatan Surveyor Pemetaan terdiri dari: a. Surveyor Pemetaan tingkat terampil; dan b. Surveyor Pemetaan tingkat ahli. 5

7 (2) Jenjang Jabatan Surveyor Pemetaan tingkat terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dari yang terendah sampai dengan tertinggi terdiri dari: a. Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula; b. Surveyor Pemetaan Pelaksana; c. Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan; d. Surveyor Pemetaan Penyelia. (3) Jenjang Jabatan Surveyor Pemetaan tingkat ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dari yang terendah sampai dengan tertinggi terdiri dari: a. Surveyor Pemetaan Pertama; b. Surveyor Pemetaan Muda; c. Surveyor Pemetaan Madya. (4) Jenjang pangkat dan golongan ruang Surveyor Pemetaan tingkat terampil sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dari yang terendah sampai dengan tertinggi yaitu: a. Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula yaitu Pengatur Muda golongan ruang II/a. b. Surveyor Pemetaan Pelaksana terdiri dari: 1) Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; 2) Pengatur, golongan ruang II/c; 3) Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d. c. Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan, terdiri dari: 1) Penata Muda, golongan ruang III/a; 2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. d. Surveyor Pemetaan Penyelia, terdiri dari: 1) Penata, golongan ruang III/c; 2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. 6

8 (5) Jenjang pangkat dan golongan ruang Surveyor Pemetaan tingkat ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dari yang terendah sampai dengan tertinggi yaitu: a. Surveyor Pemetaan Pertama terdiri dari : 1) Penata Muda, golongan ruang III/a; 2) Penata muda Tingkat I, golongan ruang III/b. b. Surveyor Pemetaan Muda terdiri dari : 1) Penata, golongan ruang III/c; 2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. c. Surveyor Pemetaan Madya terdiri dari : 1) Pembina, golongan ruang IV/a; 2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; 3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c. BAB V RINCIAN KEGIATAN DAN UNSUR YANG DINILAI DALAM MEMBERIKAN ANGKA KREDIT Pasal 7 (1) Rincian kegiatan Surveyor Pemetaan tingkat terampil, sebagai berikut: a. Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula, yaitu: 1. Melakukan penyiapan fasilitas rencana operasional survei lapangan; 2. Mengecek peralatan mekanis; 3. Merawat peralatan mekanis; 4. Membuat sketsa/gambar hasil orientasi dan diskripsi sederhana; 5. Melakukan pengukuran sederhana; 6. Menggambar hasil pengamatan survey dan membuat deskripsi sederhana; 7. Menghitung data survei secara sederhana; 8. Menyiapkan bahan-bahan untuk pemetaan analog; 7

9 9. Menyiapkan perangkat pemetaan analog; 10. Merawat peralatan mekanis; 11. Melakukan penggambaran titik kontrol hasil ukuran sederhana; 12. Melakukan pengukuran detil/pemuatan lembar peta mekanis; 13. Melakukan penggambaran sederhana; 14. Membuat mosaik citra uncontrol. b. Surveyor Pemetaan Pelaksana, yaitu: 1. Melakukan penyiapan fasilitas pengumpulan dan pengolahan data; 2. Melakukan penyiapan fasilitas desain kerangka kontrol survei; 3. Menyusun rencana operasional survei lapangan sederhana; 4. Mengecek peralatan optis; 5. Merawat peralatan optis; 6. Membuat sketsa/gambar hasil orientasi dan diskripsi semi detil; 7. Melakukan pengukuran semi detil; 8. Menggambar hasil pengamatan survei dan membuat deskripsi semi detail; 9. Menghitung data survei secara semi detil; 10. Melakukan penyiapan fasilitas pengumpulan dan pengolahan data; 11. Menyusun rencana operasional pemetaan sederhana; 12. Menyiapkan bahan-bahan untuk pemetaan digital; 13. Menyiapkan perangkat pemetaan digital; 14. Merawat peralatan optis; 15. Melakukan pengumpulan data analog penunjang; 16. Melakukan penggambaran titik kontrol hasil ukuran semi detil; 17. Melakukan pengukuran detil/pembuatan lembar peta optis; 18. Melakukan penggambaran semi detil; 19. Melakukan plotting sederhana; 20. Membuat mosaik citra semi kontrol. 8

10 c. Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan, yaitu: 1. Melakukan penyiapan fasilitas peralatan dan evaluasi data; 2. Menyusun petunjuk teknis survei; 3. Menyusun desain kerangka kontrol survei sederhana; 4. Menyusun rencana operasional survei lapangan semi detil; 5. Mengecek peralatan elektronik; 6. Merawat peralatan elektronik; 7. Membuat sketsa/gambar hasil orientasi dan diskripsi detil; 8. Melakukan pengukuran detil; 9. Menggambar hasil pengamatan survei dan membuat diskripsi detil; 10. Menghitung data survei detil; 11. Melakukan penyiapan fasilitas analisa dan evaluasi data; 12. Menyusun desain kerangka kontrol pemetaan sederhana; 13. Menyusun rencana operasional pemetaan semi detil; 14. Merawat peralatan elektronik; 15. Melakukan pengumpulan data analog utama; 16. Melakukan penggambaran titik kontrol hasil ukuran detil; 17. Melakukan pengukuran detil/pembuatan lembar peta elektronis; 18. Melakukan penggambaran detil; 19. Melakukan plotting semi detil; 20. Membuat mosaik citra semi kontrol. d. Surveyor Pemetaan Penyelia, yaitu: 1. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data; 2. Menyusun petunjuk pelaksanaan analisa dan evaluasi data; 3. Menyusun petunjuk evaluasi desain kerangka kontrol survei; 4. Menyusun desain kerangka kontrol survei semi detil; 9

11 5. Menyusun rencana operasional survei lapangan detil; 6. Menyusun pedoman pengecekan peralatan mekanis; 7. Melakukan orientasi/pendahuluan/rekonesen sederhana; 8. Melakukan pengamatan survei sederhana; 9. Melakukan perekaman sederhana; 10. Melakukan analisa dan evaluasi data survei sederhana; 11. Menyajikan data hasil survei secara manual sederhana; 12. Memberikan pelayanan informasi sederhana; 13. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data; 14. Menyusun petunjuk evaluasi kerangka kontrol pemetaan; 15. Menyusun desain kerangka kontrol pemetaan semi detil; 16. Meyusun rencana operasional pemetaan detil; 17. Menguji bahan-bahan penunjang; 18. Membuat desain peta skala besar; 19. Melakukan pengumpulan data digital penunjang; 20. Melakukan pengolahan dan analisa data analog; 21. Menyajikan data hasil pemetaan sederhana; 22. Melakukan pengolahan data sederhana; 23. Melakukan pengecekan lapangan dan toponimi sederhana; 24. Melakukan proses kartografi sederhana; 25. Melakukan proses triangulasi udara sederhana; 26. Melakukan penafsiran, diliniasi, dan simbolisasi sederhana; 27. Melakukan plotting detil; 28. Memberikan pelayanan informasi pemetaan sederhana. 10

12 (2) Rincian kegiatan Surveyor Pemetaan tingkat ahli, sebagai berikut: a. Surveyor Pemetaan Pertama, yaitu: 1. Menyusun desain analisa dan evaluasi data; 2. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain kerangka kontrol survei; 3. Menyusun desain kerangka kontrol survei detail; 4. Menyusun petunjuk evaluasi rencana operasional survei lapangan; 5. Menyusun pedoman pengecekan peralatan optis; 6. Menyusun rencana survei jangka pendek; 7. Melakukan orientasi/pendahuluan/rekonesen semi detil; 8. Melakukan pengamatan survei semi detil; 9. Melakukan perekaman semi detil; 10. Melakukan penafsiran data survei sederhana; 11. Melakukan pengujian hasil penafsiran data survei sederhana; 12. Melakukan penyempurnaan hasil penafsiran data survei sederhana; 13. Mengendalikan mutu data survei sederhana; 14. Melakukan analisa dan evaluasi data survei semi detil; 15. Menyajikan data hasil survei secara otomatis; 16. Mengendalikan mutu data survei sederhana; 17. Melakukan supervisi survei sederhana; 18. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media nasional; 19. Memberikan pelayanan informasi semi detil; 20. Memberikan jasa konsultasi sederhana; 11

13 21. Menyusun desain kerangka kontrol pemetaan detil; 22. Menyusun desain rencana operasional pemetaan; 23. Menyusun petunjuk evaluasi desain rencana operasional pemetaan; 24. Menyusun rencana pemetaan jangka pendek; 25. Menyusun spek teknis pemetaan; 26. Menguji bahan-bahan dengan bahan utama; 27. Membuat desain peta skala menengah; 28. Melakukan pengumpulan data digital utama; 29. Memilih dan menentukan kriteria data analog penunjang; 30. Memilih dan menentukan kriteria data digital penunjang; 31. Melakukan pengolahan dan analisa data digital; 32. Menyajikan data hasil pemetaan semi detil; 33. Melakukan penyempurnaan peta sederhana; 34. Melakukan pengolahan data semi detil; 35. Melakukan koreksi hasil penggambaran sederhana; 36. Melakukan pengecekan lapangan dan toponimi semi detil; 37. Melakukan proses kartografi semi detil; 38. Melakukan proses triangulasi udara semi detail; 39. Melakukan penafsiran, deliniasi dan simbolisasi semi detil; 40. Menyebarluaskan hasil pemetaan internal; 41. Menyebarluaskan hasil pemetaan nasional; 42. Memberikan pelayanan informasi pemetaan semi detil; 12

14 43. Memberikan jasa konsultasi pemetaan sederhana. b. Surveyor Pemetaan Muda, yaitu: 1. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain pengumpulan dan pengolahan data; 2. Menyusun petunjuk pelaksanaan survei; 3. Menyusun petunjuk pelaksanaan rencana operasional survei lapangan; 4. Menyusun pedoman pengecekan peralatan elektronik; 5. Menyusun rencana survei jangka menengah; 6. Melakukan orientasi/pendahluluan/rekonesen detil; 7. Melakukan pengamatan survei detil; 8. Melakukan perekaman detil; 9. Melakukan penafsiran data survei semi detil; 10. Melakukan pengujian hasil penafsiran data survei semi detil; 11. Melakukan penyempurnaan hasil penafsiran data survei semi detil; 12. Mengendalikan mutu survei semi detil; 13. Melakukan analisa dan evaluasi data survei detil; 14. Menyajikan data hasil survei secara otomatis/komputer/digital; 15. Mengendalikan mutu data survei semi detil; 16. Melakukan supervisi survei semi detil; 17. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media regional; 18. Memberikan pelayanan informasi detil; 19. Memberikan jasa konsultasi semi detil; 20. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain pengumpulan dan pengolahan data; 21. Menyusun petunjuk pelaksanaan analisa dan evaluasi data; 13

15 22. Melakukan penyiapan fasilitas desain kerangka kontrol pemetaan; 23. Menyusun petunjuk pelaksanaan rencana operasional pemetaan; 24. Menyusun rencana pemetaan jangka menengah; 25. Menyusun juklak pemetaan; 26. Membuat desain peta skala kecil; 27. Memilih dan menentukan kriteria data analog utama; 28. Memilih dan menentukan kriteria data digital utama; 29. Menyajikan data hasil pemetaan semi detil; 30. Melakukan penyempurnaan peta semi detil; 31. Melakukan pengolahan data detil; 32. Melakukan koreksi hasil penggambaran semi detil; 33. Melakukan pengcekan lapangan dan toponimi detil; 34. Melakukan proses kartografi detil; 35. Melakukan kontrol mutu pemetaan sederhana; 36. Melakukan proses triangulasi udara detil; 37. Melakukan penafsiran, deliniasi dan simbolisasi detil; 38. Melakukan supervisi pemetaan analog; 39. Menyebarluaskan hasil pemetaan nasional; 40. Menyebarluaskan hasil pemetaan regional bulletin; 41. Memberikan pelayanan informasi detil; 42. Memberikan jasa konsultasi pemetaan semi detil. c. Surveyor Pemetaan Madya, yaitu: 1. Menyusun desain pengumpulan dan pengolahan data; 14

16 2. Menyusun desain pedoman dan metode survei; 3. Menyusun desain rencana operasional survei lapangan; 4. Menyusun rencana survei jangka panjang; 5. Melakukan penafsiran data survei detil; 6. Melakukan pengujian hasil penafsiran data survei detil; 7. Melakukan penyempurnaan hasil penafsiran data survei detil; 8. Mengendalikan mutu survei detil; 9. Mengendalikan mutu data survei detil; 10. Melakukan supervisi survei detil; 11. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media Internasional; 12. Memberikan jasa konsultasi detil; 13. Menyusun desain pengumpulan dan pengolahan data; 14. Menyusun desain analisa dan evaluasi data; 15. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain kerangka kontrol pemetaan; 16. Menyusun rencana pemetaan jangka panjang; 17. Menyusun desain pedoman dan metode pemetaan; 18. Melakukan penyempurnaan peta detil; 19. Melakukan koreksi hasil penggambaran detil; 20. Melakukan kontrol mutu pemetaan semi detil; 21. Melakukan kontrol mutu pemetaan detil; 22. Melakukan supervisi pemetaan digital; 23. Menyebarluaskan hasil pemetaan internasional; 24. Memberikan jasa konsultasi pemetaan detil. 15

17 (3) Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia yang melaksanakan kegiatan pengembangan profesi dan penunjang tugas Surveyor Pemetaan diberikan nilai angka kredit sebagaimana tercantum dalam Lampiran I. (4) Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan surveyor Pemetaan Madya yang melaksanakan kegiatan pengembangan profesi dan penunjang tugas Surveyor Pemetaan diberikan nilai angka kredit sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. Pasal 8 Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Surveyor Pemetaan yang sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), maka Surveyor Pemetaan lain yang berada satu tingkat diatas atau satu tingkat dibawah jenjang jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan. Pasal 9 Penilaian angka kredit pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ditetapkan sebagai berikut: a. Surveyor Pemetaan yang melaksanakan tugas Surveyor Pemetaan diatas jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari setiap angka kredit butir kegiatan yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II. b. Surveyor Pemetaan yang melaksanakan tugas Surveyor Pemetaan dibawah jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sama dengan angka kredit dari setiap butir kegiatan yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II. 16

18 Pasal 10 (1) Unsur kegiatan yang dinilai dalam memberikan angka kredit terdiri dari: a. Unsur utama; b. Unsur penunjang; (2) Unsur utama terdiri dari: a. Pendidikan; b. Kegiatan survei; c. Kegiatan pemetaan; d. Pengembangan profesi. (3) Unsur penunjang adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan survei dan pemetaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 5. (4) Rincian kegiatan Surveyor Pemetaan dan angka kredit masing-masing unsur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk Surveyor Pemetaan tingkat terampil sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, dan untuk Surveyor Pemetaan tingkat ahli sebagaimana tercantum pada Lampiran II. Pasal 11 (1) Jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi oleh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat dalam jabatan dan kenaikan jabatan/pangkat Surveyor Pemetaan tingkat terampil, adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III, dan bagi Surveyor Pemetaan tingkat ahli adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV, dengan ketentuan; a. sekurang-sekurangnya 80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utama; b. sebanyak-banyaknya 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang. 17

19 (2) Surveyor Pemetaan Madya yang akan naik pangkat setingkat lebih tinggi menjadi Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b, atau Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, diwajibkan mengumpulkan sekurang-kurangnya 12 (dua belas) angka kredit dari unsur pengembangan profesi. (3) Surveyor Pemetaan yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk kenaikan jabatan/pangkat berikutnya. (4) Surveyor Pemetaan yang telah mencapai angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat pada tahun pertama dalam masa jabatan yang didudukinya atau pangkat yang dimilikinya, pada tahun berikutnya diwajibkan mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan survei dan atau kegiatan pemetaan. (5) Surveyor Pemetaan Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, setiap tahun sejak menduduki pangkat/jabatannya diwajibkan mengumpulkan angka kredit dari kegiatan survey, kegiatan pemetaan dan atau pengembangan profesi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) angka kredit; (6) Surveyor Pemetaan Madya pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, setiap tahun sejak menduduki pangkat/jabatannya diwajibkan mengumpulkan angka kredit dari kegiatan survei, kegiatan pemetaan dan atau pengembangan profesi sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) angka kredit. 18

20 Pasal 12 (1) Surveyor Pemetaan yang secara bersama-sama membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang kegiatan survei dan kegiatan pemetaan, pembagian angka kreditnya ditetapkan sebagai berikut: a. 60% (enam puluh persen) bagi penulis utama; b. 40% (empat puluh persen) bagi semua penulis pembantu. (2) Jumlah penulis pembantu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. BAB VI PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Pasal 13 (1) Surveyor Pemetaan yang menurut perhitungan sendiri telah dapat memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat, secara hirarkhi dapat mengusulkan penilaian dan penetapan angka kredit kepada Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit. (2) Penilaian dan penetapan angka kredit Surveyor Pemetaan dilakukan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, yaitu 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil. Pasal 14 (1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, adalah: a. Kepala BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk, bagi Surveyor Pemetaan Madya yang bekerja di lingkungan BAKOSURTANAL dan Instansi lainnya. 19

21 b. Sekretaris Utama BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk serendahrendahnya eselon II, bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Suveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di lingkungan BAKOSURTANAL. c. Kepala Dinas/Kantor/Badan di Propinsi yang membidangi survei dan pemetaan bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi. d. Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/ Kota yang membidangi survei dan pemetaan bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. e. Pimpinan Instansi yang bersangkutan atau Pejabat lain yang ditunjuk serendahrendahnya eselon II, bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di luar instansi tersebut huruf a sampai dengan huruf d. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibantu oleh: a. Tim Penilai Jabatan Surveyor Pemetaan Pusat bagi Kepala BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk, yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pusat. 20

22 b. Tim Penilai jabatan Surveyor Pemetaan BAKOSURTANAL bagi Sekretaris Utama BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II, yang selanjutnya disebut Tim Penilai BAKOSURTANAL. c. Tim Penilai Jabatan Surveyor Pemetaan Propinsi bagi Kepala Dinas/Kantor/Badan di Propinsi yang membidangi survei dan pemetaan, yang selanjutnya disebut Tim Penilai Propinsi. d. Tim penilai jabatan Surveyor Pemetaan Kabupaten/Kota bagi Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi survei dan pemetaan yang selanjutnya disebut Tim Penilai Kabupaten/Kota. e. Tim penilai jabatan Surveyor Pemetaan Instansi bagi pimpinan instansi yang bersangkuatan atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II, yang selanjutnya disebut Tim Penilai Instansi. Pasal 15 (1) Susunan dan keanggotaan Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dengan susunan sebagai berikut: a. Seorang Ketua merangkap anggota; b. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota; c. Seorang Sekretaris merangkap Anggota; d. Sekurang-kurangnya 4 (empat) orang Anggota; (2) Pembentukan dan susunan anggota Tim Penilai ditetapkan oleh: a. Kepala BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk untuk Tim Penilai Pusat. 21

23 b. Sekretaris Utama BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk serendahrendahnya eselon II untuk Tim Penilai BAKOSURTANAL c. Kepala Dinas/Kantor/Badan di Propinsi yang membidangi survei dan pemetaan untuk Tim Penilai Propinsi. d. Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi survei dan pemetaan untuk Tim Penilai Kabupaten/Kota. e. Pimpinan Instansi yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk serendahrendahnya eselon II untuk Tim Penilai Instansi. (3) Anggota Tim Penilai adalah Surveyor Pemetaan atau pejabat lainnya di lingkungan BAKOSURTANAL atau Instansi lainnya, dengan ketentuan: a. Jabatan/pangkatnya serendah-rendahnya sama dengan jabatan/pangkat dari Surveyor Pemetaan yang dinilai. b. Memiliki keahlian dan kemampuan untuk menilai prestasi kerja Surveyor Pemetaan, dan c. Dapat aktif melakukan penilaian prestasi kerja Surveyor Pemetaan. (4) Masa Jabatan Tim Penilai sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (2) adalah 3 (tiga) tahun. Pasal 16 (1) Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi Anggota Tim Penilai dalam 2 (dua) masa jabatan berturutturut dapat diangkat kembali setelah melampaui tenggang waktu 1 (satu) masa jabatan. (2) Dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang ikut dinilai, maka Ketua Tim Penilai sebagai tersebut dalam Pasal 15 ayat (1) dapat mengangkat anggota Tim Penilai Pengganti. 22

24 (3) Dalam hal Tim Penilai belum dapat dibentuk karena belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka Penilaian angka kredit bagi surveyor pemetaan yang ada di lingkungan masing-masing dilaksanakan oleh Tim Penilai Kabupaten/Kota lain atau Tim Penilai Propinsi, atau Tim Penilai BAKOSURTANAL, atau Tim Penilai Pusat. Pasal 17 Tata kerja dan tata cara penilaian Tim Penilai ditetapkan oleh Kepala BAKOSURTANAL selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Surveyor Pemetaan. Pasal 18 Usul penetapan angka kredit Surveyor Pemetaan diajukan oleh: a. Sekretaris Utama BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II, Kepala Dinas/Kantor/Badan di Propinsi yang membidangi survei dan pemetaan, Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi survei dan pemetaan, Pimpinan instansi yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II kepada Kepala BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk, untuk angka kredit Surveyor Pemetaan Madya yang bekerja di lingkungan BAKOSURTANAL dan instansi lainnya. b. Kepala Bagian yang membidangi urusan kepegawaian kepada Sekretaris Utama BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II, untuk angka kredit Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di lingkungan BAKOSURTANAL. 23

25 c. Pejabat serendah-rendahnya eselon III yang membidangi urusan kepegawaian kepada Kepala Dinas/Kantor/Badan di Propinsi yang membidangi survei dan pemetaan, untuk angka kredit Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi. d. Pejabat serendah-rendahnya eselon IV yang membidangi urusan kepegawaian kepada Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi survei dan pemetaan, untuk angka kredit Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. e. Pejabat serendah-rendahnya eselon III yang membidangi urusan kepegawaian kepada Pimpinan Instansi yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II, untuk angka kredit Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di lingkungan instansi masing-masing. Pasal 19 (1) Angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit digunakan untuk mempertimbangkan kenaikan jabatan/pangkat Surveyor Pemetaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Terhadap keputusan pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, tidak dapat diajukan keberatan. 24

26 BAB VII PEJABAT YANG BERWENANG MENGANGKAT DAN MEMBERHENTIKAN DALAM DAN DARI JABATAN Pasal 20 Pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan Surveyor Pemetaan, adalah Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII SYARAT PENGANGKATAN DALAM JABATAN SURVEYOR PEMETAAN Pasal 21 (1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan Surveyor Pemetaan tingkat terampil harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Serendah-rendahnya berijasah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas; b. Serendah-rendahnya menduduki pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a ; c. Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang survei dan pemetaan; dan d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertamakali dalam jabatan Surveyor Pemetaan tingkat ahli, harus memenuhi syarat sebagai berikut : 25

27 a. Serendah-rendahnya berijasah Sarjana (S1)/ Diploma IV sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk jabatan Surveyor Pemetaan tingkat ahli; b. Serendah-rendahnya menduduki pangkat Penata Muda golongan ruang III/a; c. Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang survei dan pemetaan; dan d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (3) Penetapan jenjang jabatan Surveyor Pemetaan tingkat terampil dan Surveyor Pemetaan tingkat ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang diperoleh dari unsur utama dan penunjang. (4) Kualifikasi pendidikan untuk jabatan Surveyor Pemetaan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala BAKOSURTANAL. Pasal 22 Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 21, pengangkatan dalam jabatan Surveyor Pemetaan harus : a. Sesuai dengan formasi jabatan Surveyor Pemetaan yang ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. b. Memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan untuk jenjang jabatannya. 26

28 Pasal 23 (1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan Surveyor Pemetaan tingkat terampil atau Surveyor Pemetaan tingkat ahli dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) atau ayat (2) dan Pasal 22; b. Memiliki pengalaman dalam kegiatan survei dan kegiatan pemetaan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; c. Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun dalam jabatan terakhir yang didudukinya; dan d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sama dengan pangkat yang dimiliki, dan jenjang jabatannya ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. (3) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud ayat (2), diperoleh dari kegiatan unsur utama dan penunjang. Pasal 24 Surveyor Pemetaan tingkat terampil yang memiliki/ memperoleh ijazah Sarjana (S-1)/ Diploma IV dapat diangkat sebagai Surveyor Pemetaan tingkat ahli, sepanjang ijasah yang dimiliki sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk jabatan Surveyor Pemetaan dan memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan. 27

29 BAB IX PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, PEMBERHENTIAN DAN PERPINDAHAN DARI JABATAN SURVEYOR PEMETAAN Pasal 25 (1) Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula pangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia pangkat Penata golongan ruang III/c dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak menduduki pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi. (2) Surveyor Pemetaan Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Surveyor Pemetaan Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak menduduki pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi. (3) Surveyor Pemetaan Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam setiap tahun sejak diangkat dalam pangkat/jabatan terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) dari kegiatan survei, kegiatan pemetaan dan atau pengembangan profesi. (4) Surveyor Pemetaan Madya pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam setiap tahun sejak menduduki pangkat/jabatan terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit 20 (dua puluh) yang berasal dari kegiatan survei, kegiatan pemetaan, dan atau pengembangan profesi. 28

30 (5) Di samping pembebasan sementara sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), Surveyor Pemetaan juga dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila: a. Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat hukuman disiplin sedang atau berat berupa jenis hukuman disiplin penurunan pangkat; b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil; c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Surveyor Pemetaan; d. Menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya; atau e. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan. Pasal 26 (1) Surveyor Pemetaan yang telah selesai menjalani pembebasan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dapat diangkat kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan. (2) Pengangkatan kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan sebagaimana dimaksud ayat (1), dapat menggunakan angka kredit terakhir yang dimilikinya dan dari prestasi dibidang survei dan pemetaan yang diperoleh selama tidak menduduki jabatan Surveyor Pemetaan. Pasal 27 Surveyor Pemetaan diberhentikan dari jabatannya apabila: a. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat 29

31 mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; b. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) dan ayat (4), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan; atau c. Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat hukuman disiplin berat dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat. Pasal 28 Untuk kepentingan dinas dan atau dalam rangka menambah pengetahuan, pengalaman dan pengembangan karier, Surveyor Pemetaan dapat dipindahkan ke jabatan struktural atau jabatan fungsional lain, sepanjang memenuhi persyaratan jabatan yang ditentukan. BAB X PENYESUAIAN DALAM JABATAN DAN ANGKA KREDIT Pasal 29 (1) Pegawai Negeri Sipil yang pada saat ditetapkan keputusan ini telah bertugas sebagai Surveyor Pemetaan berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dapat disesuaikan/inpassing dalam jabatan Surveyor Pemetaan, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Disesuaikan dalam jabatan Surveyor Pemetaan tingkat terampil, apabila memenuhi syarat: 1. serendah-rendahnya berijasah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas; 2. serendah-rendahnya menduduki pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a; dan 30

32 3. setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. b. Disesuaikan dalam jabatan Surveyor Pemetaan ahli, apabila memenuhi syarat: 1. serendah-rendahnya berijasah Sarjana (S-1)/ Diploma IV sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk jabatan Surveyor Pemetaan; 2. serendah-rendahnya menduduki pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a; dan 3. setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Untuk menjamin perolehan angka kredit bagi Pegawai Negeri Sipil yang disesuaikan/inpassing sebagaimana dimaksud ayat (1), maka dalam pelaksanaan penyesuaian/inpassing perlu mempertimbangkan formasi jabatan Surveyor Pemetaan. (3) Angka kredit kumulatif untuk penyesuaian/inpassing dalam jabatan Surveyor Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagaimana tercantum dalam: a. Lampiran V, untuk Surveyor Pemetaan tingkat terampil. b. Lampiran VI, untuk Surveyor Pemetaan tingkat ahli. BAB XI PENUTUP Pasal 30 Petunjuk pelaksanaan keputusan ini, diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Koordinator Survey dan Pemetaan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara. 31

33 Pasal 31 Apabila ada perubahan mendasar sehingga Keputusan ini tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, maka Keputusan ini dapat ditinjau kembali. Pasal 32 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Desember 2002 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA t.t.d. FEISAL TAMIN 32

34 LAMPIRAN I : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 134/KEP/M. PAN/12/2002 TANGGAL : 3 DESEMBER 2002 RINCIAN KEGIATAN SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT TERAMPIL DAN ANGKA KREDITNYA No. Unsur SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN SATUAN ANGKA PELAKSANA HASIL KREDIT I PENDIDIKAN A. Pendidikan sekolah dan 1. Sarjana Muda/Akademi/Diploma III Ijazah 60 Semua jenjang memperoleh ijazah/gelar 2. Diploma II Ijazah 40 Semua jenjang 3. SLTA/Diploma I Ijazah 25 Semua jenjang B. Pendidikan dan pelatihan Fungsional Surveyor Pemetaan Serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTP) atau Sertifikat. 1. Lamanya lebih dari 960 jam 2. Lamanya antara jam 3. Lamanya antara jam 4. Lamanya antara jam 5. Lamanya antara jam 6. Lamanya antara jam Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang II KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Melakukan persipan pengumpulan dan pengolahan data. a. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data b. Melakukan penyiapan fasilitas pengumpulan dan pengolahan data 2. Menyusun persipan analisa dan evaluasi data. a. Menyusun petunjuk pelaksanaan analisa dan evaluasi data b. Melakukan penyiapan fasilitas peralatan dan evaluasi data 3. Menyusun pedoman dan metode survei : Menyusun petunjuk teknis survei 4. Membuat desain kerangka kontrol survei a. menyusun petunjuk evaluasi desain kerangka kontrol survei. Setiap Juklak 0.48 Surveyor Pemetaan Penyelia Setiap Dokumen 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana Setiap Juklak 0.56 Surveyor Pemetaan Penyelia Setiap Dokumen 0.16 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan Setiap Juklak 0.22 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan Setiap Juklak 0.53 Surveyor Pemetaan Penyelia 33

35 b. Menyusun desain kerangka kontrol survei 1) Sederhana Setiap Desain 0.14 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 2) Semi Detil Setiap Desain 0.27 Surveyor Pemetaan Penyelia c. Melakukan penyiapan fasilitas desain Kerangka kontrol survei Setiap Dokumen 0.04 Surveyot Pemetaan Pelaksana 5. Membuat rencana operasional survei lapangan : a. Menyusun rencana operasioan survei lapangan 1) Sederhana Setiap Dokumen 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana 2) Semi Detil Setiap Dokumen 0.15 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 3) Detil Setiap Dokumen 0.31 Surveyor Pemetaan Penyelia b. Menyusun Penyiapan fasilitas rencana operasional survei lapangan 6. Menyusun pedoman pengecekan peralatan mekanis Setiap Dokumen 0.04 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula Setiap Juklak 0.12 Surveyor Pemetaan Penyelia 7. Mengecek peralatan : a. Mekanis Setiap Laporan 0.02 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Optis Setiap Laporan 0.02 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Elektronik Setiap Laporan 0.03 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 8. Merawat peralatan a. Mekanis Setiap Laporan 0.01 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Optis Setiap Laporan 0.02 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Elektronik Setiap Laporan 0.07 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 34

36 B. Melakukan survei lapangan 1. Melakukan orientasi/pendahuluan/ rekonesen secara sederhana Setiap Laporan 0.10 Surveyor Pemetaan Penyelia 2. Membuat sketsa/gambar a. Sederhana Setiap Sketsa Deskripsi 0.03 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Semi Detil Setiap Sketsa Deskripsi 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Detil Setiap Sketsa Deskripsi 0.25 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 3. Melakukan Pengukuran a. Sederhana Setiap Tbl/Bk.Ukr/Dgrm 0.04 Surveyor pemetaan Pelaksana Pemula b. Semi Detil Setiap Tbl/Bk.Ukr/Dgrm 0.08 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Detil Setiap Tbl/Bk.Ukr/Dgrm 0.25 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 4. Melakukan Pengamatan Survei Sederhana Setiap Laporan 0.36 Surveyor Pemetaan Penyelia 5. Melakukan Perekaman Sederhana Setiap Laporan 0.22 Surveyor Pemetaan Penyelia 6. Menggambar hasil pengamatan survei dan membuat deskripsi : a. Sederhana Setiap Peta/Laporan 0.03 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Semi Detil Setiap Peta/Laporan 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Detil Setiap Peta/Laporan 0.25 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan C. Melakukan pemrosesan data hasil survei 1. Menghitung Data Survei a. Sederhana Setiap Laporan 0.07 Surveyor Pemetaan Pelakana Pemula b. Semi Detil Setiap Laporan 0.08 Surveyor Pemetaan Pelaksana 35

37 c. Detil Setiap Laporan 0.35 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 2. Melakukan analisa dan evaluasi data survei secara sederhana. Setiap Llaporan 0.48 Surveyor Pemetaan Penyelia 3. Menyajikan data hasil survey secara manual/sederhana Setiap Tbl/Gmbr/Dskrp 0.20 Surveyor Pemetaan Penyelia D. Memasyrakatkan hasil Survei 1. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media internal. Setiap Naskah 0.12 Surveyor Pemetaan Penyelia 2. Memberikan Pelayanan Informasi secara sederhana. Setiap Laporan 0.16 Surveyor Pemetaan Penyelia III. KEGIATAN PEMETAAN A. Melakukan persiapan pemetaan 1. Melakukan persiapan pengumpulan dan pengolahan data : a. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data b. Melakukan penyiapan fasilitas pengumpulan dan pengolahan data 2. a. Menyusun persiapan analisa dan evaluasi data 3. Membuat desain kerangka kontrol pemetaan a. Menyusun petunjuk evaluasi desain kerangka kontrol pemetaan Setiap Juklak 0.46 Surveyor Pemetaan Penyelia. Setiap Dokumen 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana Setiap Juklak 0.12 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan Setiap Juklak 0.30 Surveyor Pemetaan Penyelia b. Menyusun desain kerangka kontrol pemetaan 1). Sederhana Setiap Desain 0.02 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 2). Semi Detil Setiap Desain 0.10 Surveyor Pemetaan Penyelia 4. Menyusun rencana operasional pemetaan a. Sederhana Setiap Laporan 0.03 Surveyor Pemetaan Pelaksana b. Semi Detil Setiap Laporan 0.12 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 36

38 c. Detil Setiap Laporan 0.38 Surveyor Pemetaan Penyelia a. Menyiapkan bahan-bahan untuk pemetaan a. Analog Setiap Laporan 0.03 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Digital Setiap Laporan 0.07 Surveyor Pemetaan Pelaksana 5. Menguji bahan bahan penunjang Setiap Laporan 0.06 Surveyor Pemetaan Penyelia 7. Menyiapkan perangkat pemetaan a. Analog Setiap Laporan 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Digital Setiap Laporan 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana 8. Merawat peralatan : a. Mekanis Setiap Laporan 0.02 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Optis Setiap Laporan 0.12 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Elektronik Setiap Laporan 0.34 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 9. Membuat Desain peta skala besar Setiap Laporan 0.68 Surveyor Pemetaan Penyelia B. Melakukan Pemetaan 1. Melakukan Pengumpulan data analog a. Utama Setiap Laporan 0.25 Surveyor Pemetan Pelaksana Lanjutan b. Penunjang Setiap Laporan 0.07 Surveyor Pemetaan Pelaksana 2. Melakukan pengumpulan data digital Setiap Laporan 0.30 Surveyor Pemetaan penunjang Penyelia 3. Melakukan pengolahan dan analisa data analog. Setiap Laporan 0.30 Surveyor Pemetaan Penyelia 37

39 Menyajikan data hasil pemetaan secara sederhana Setiap Peta 0.14 Surveyor Pemetaan Penyelia 5. Melakukan penggambaran titik kontrol hasil ukuran a. Sederhana Setiap Laporan 0.02 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Semi detil Setiap Laporan 0.03 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Detil Setiap Laporan 0.12 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 6. Melakukan pengukuran detil/pembuatan lembar peta a. Mekanis Setiap Laporan 0.03 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Optis Setiap Laporan 0.04 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Elektronik Setiap Laporan 0.15 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 6. Melakukan pengolahan data secara sederhana Setiap Tbl/Dgrm/lap 0.32 Surveyor Pemetaan Penyelia 8. Melakukan penggambaran : a. Sederhana Setiap Peta/Skts/Gbr 0.04 Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula b. Semi detil Setiap Peta/Skts/Gbr 0.06 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Detil Setiap Peta/Skts/Gbr 0.20 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan 9. Melakukan pengecekan lapangan dan toponomi secara sederhana Setiap Laporan 0.20 Surveyor Pemetaan Penyelia 10. Melakukan proses kartografi secara sederhana Setiap Peta 0.12 Surveyor Pemetaan Penyelia 11. Melakukan proses triangulasi udara Setiap Titik Kontrol 0.12 Surveyor Pemetaan secara sederhana Penyelia 12. Melakukan penafsiran, dilinasi dan simbolisasi secara sederhana Setiap Laporan 0.12 Surveyor Pemetaan Penyelia 38

40 IV Melakukan ploting : a. Sederhana Setiap Peta 0.02 Surveyor Pemetaan Pelaksana b. Semi detil Setiap Peta 0.08 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan c. Detil Setiap Peta 0.20 Surveyor Pemetaan Penyelia 14. Membuat mosaik citra a. Kontrol Setiap Mosaik Peta Foto 0.16 Surveyor Pemetaan Pelaksana Lanjutan b. Semi kontrol Setiap Mosaik Peta Foto 0.05 Surveyor Pemetaan Pelaksana c. Uncontrol Setiap Mosaik Peta Foto 0.02 Surveyor Pemetaan Pemula C. Memasyarakatkan hasil pemetaan Memberikan Pelayanan Informasi secara sederhana Setiap Laporan 0.16 Surveyor Pemetaan Penyelia PENGEMBAGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis ilmiah dibidang survei dan pemetaan 1. Karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan; a. dalam bentuk buku yang diterbitkan dan Setiap Buku 12,5 Semua jenjang diedarkan secara nasional b. dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang Setiap Naskah 6 Semua jenjang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi bersangkutan dalam bentuk : a. Buku Setiap Buku 8 Semua jenjang b. Makalah Setiap Naskah 4 Semua jenjang 39

41 V Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gasasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi yang bersangkutan : a. Buku Setiap Buku 7,5 Semua jenjang b. Makalah Setiap Makalah 3,5 Semua jemjang 4. Tulisan ilmiah popular di bidang survei dan Setiap Karya Semua jenjang pemetaan yang disebarluaskan melalui media 2 masa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan Setiap Naskah Semua jenjang gagasan atau ulasan ilmiah di bidang survei 2,5 dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN B. Menerjemahkan/ menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetan 1. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan : a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan Setiap Buku 7 Semua jenjang atau diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang. Setiap Naskah 3 Semua jenjang 2. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan : a. Dalam bentuk buku Setiap Buku 3 Semua jenjang b. Dalam bentuk makalah Setiap Makalah 1,5 Semua jenjang Setiap 2 jam 0,04 Semua jenjang pelatihan pegawai pelajaran 1. Tingkat internasional/nasional a. Pemrasaran Setiap kegiatan 3 Semua jenjang b. Moderator/pembahas/nara sumber Setiap kegiatan 2 Semua jenjang c. Peserta Setiap kegiatan 1 Semua jenjang A. Mengajar atau melatih Mengajar atau melatih pada pendidikan dan B. Mengikuti seminar atau lokakarya C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat internasional/nasional Sebagai pengurus aktif Sebagai anggota Setiap tahun Setiap tahun 1 0,5 Semua jenjang Semua jenjang 40

42 D. Menjadi anggota tim Menjadi anggota aktif tim penilai Surveyor Tahun 0,5 Semua jenjang Penilai Jabatan Pemetaan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh Tanda kehormatan Satyalencana Karya Satya : Setiap piagam 3 Semua jenjang Penghargaan (tiga puluh) tahun kesarjanaan lainnya (dua puluh) tahun Setiap piagam 2 Semua jenjang (sepuluh) tahun Setiap piagam 1 Semua jenjang F. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya. Memperoleh ijazah/gelar yang tidak sesuai dengan bidang tugasnya 1. Sarjana/DIV Ijazah 5 Semua jenjang 2. Sarjana Muda/DIII Ijazah 3 Semua jenjang 3. Diploma II Ijasah 1 Semua jenjang MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA ttd. FEISAL TAMIN 41

43 LAMPIRAN II : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 134/KEP/M. PAN/12/2002 TANGGAL : 3 DESEMBER 2002 RINCIAN KEGITAN SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT AHLI DAN ANGKA KREDITNYA NO. UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN SATUAN ANGKA PELAKSANA HASIL REDIT I PENDIDIKAN A. Pendidikan sekolah dan 1. DOKTOR (S3) Ijazah 150 Semua jenjang Memperoleh ijazah/gelar 2. Pasca Sarjana / S2 Ijazah 100 Semua jenjang 3. Sarjana/Diploma IV Ijazah 75 Semua jenjang B. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Surveyor Pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan ( STTPP ) II KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Lamanya lebih 960 jam 2. Lamanya antara jam 3. Lamanya antara jam 4. Lamanya antara jam 5. Lamanya antara jam 6. Lamanya anatara jam 1. Melakukan persiapan pengumpulan dan Pengolahan data : a. Menyusun desain pengumpulan dan pengolahan data b. Menyusun petunjuk pelaksana desain pengumpulan dan pengolahan data Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang Semua jenjang Setiap Desain 0.63 Surveyor Pemetaan Madya Setiap Juklak 0.51 Surveyor Pemetaan Muda 2. Menyusun desain analisa dan evaluasi data Setiap Desain 0.18 Surveyor Pemetaan Pertama 3. Menyusun pedoman dan metode survei Surveyor Pemetaan a. Menyusun desai pedoman dan metode Setiap Desain 0.79 Madya survei b. Menyusun petunjuk pelaksana survei Setiap Juklak 0.49 Surveyor Pemetaan Muda 4. Membuat desain kerangka kontrol survei a. Menyusun petunjuk pelaksana desain kerangka kontrol survei Setiap Juklak 0.26 Surveyor Pemetaan Pertama b. Menyusun desain kerangka kontrol survei detil Setiap Desain 0.19 Surveyor Pemetaan Pertama 42

44 Membuat rencana operasional survei lapangan a. Menyusun desain rencana operasional Setiap Desain 0.54 Surveyor Pemetaan survei lapangan Madya b. Menyusun petunjuk pelaksanaan rencana operasional survei lapangan Setiap Juklak 0.38 Surveyor Pemetaan Muda c. Menyusun petunjuk evaluasi rencana Setiap Juklak 0.16 Surveyor Pemetaan operasional survei lapangan Pertama 6. Menyusun pedoman pengecekan peralatan : Setiap Juklak Surveyor Pemetaan a. Optis 0.08 Pertama b. Elektronik Setiap Juklak 0.20 Surveyor Pemetaan Muda 7. Menyusun rencana survei a. Jangka Pendek Setiap Rencana 0.22 Surveyor Pemetaan Pertama b. Jangka Menengah Setiap Rencana 0.40 Surveyor Pemetaan Muda c. Jangka Panjang Setiap Rencana 0.54 Surveyor Pemetaan Madya B. Melakukan survei 1. Melakukan orientasi/pendahuluan/ rekonesen lapangan b. Semi Detil Setiap Laporan 0.10 Surveyor Pemetaan Pertama c. Detil Setiap Laporan 0.30 Surveyor Pemetaan Muda 2. Melakukan pengamatan survei b. Semi Detil Setiap Laporan 0.36 Surveyor Pemetaan Pertama c. Detil Setiap Laporan 0.84 Surveyor Pemetaan Muda 3. Melakukan perekaman b. Semi Detil Setiap Laporan 0.20 Surveyor Pemetaan Pertama c. Detil Setiap Laporan 0.64 Surveyor Pemetaan Muda 4. Melakukan Penafsiran Data Survei a. Sederhana Setiap Llaporan 0.16 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semil Detil Setiap Llaporan 0.52 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Lapoaran 1.11 Surveyor Pemetaan Madya 43

45 Melakukan survei dan pengujian hasil penafsiran data survei a. Sederhana Setiap Laporan 0.16 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semi Detil Setiap Laporan 0.36 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Laporan 0.66 Surveyor Pemetaan Madya 6. Melakukan penyempurnaan hasil penafsiran data survei a. Sederhana Setiap Peta/Laporan 0.06 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semi detil Setiap Peta/Laporan 0.20 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Peta/Laporan 0.45 Surveyor Pemetaan Madya 9. Mengendalikan mutu survei b. Sederhana Setiap Laporan 0.09 Surveyor Pemetaan Pertama c. Semi Detil Setiap Laporan 0.26 Surveyor Pemetaan Muda d. Detil Setiap Laporan 0.51 Surveyor Pemetaan Madya C. Melakukan pemrosesan data hasil survei 1. Melakukan analisa evaluasi data Setiap Laporan 0.24 Surveyor Pemetaan a. Semi Detil Pertama b. Detil Setiap Laporan 0.56 Surveyor Pemetaan Muda 2. Menyajikan data hasil survei a. Secara otomatis Setiap/Tbl/Gmbr/ Deskrip 0.19 Surveyor Pemetaan Pertama b. Secara otomatis/komputer/digital Setiap/Tbl/Gmbr/ Deskrip 0.48 Surveyor Pemetaan Muda 3. Mengendalikan mutu data survei Surveyor Pemetaan a. Sederhana Setiap Laporan 0.14 Pertama b. Semi detil Setiap Laporan 0.38 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Laporan 0.90 Surveyor Pemetaan Madya 44

46 D. Melakukan supervisi 1. Melakukan supervisi survei survei a. Sederhana Setiap Laporan 0.16 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semi Detil Setiap Laporan 0.40 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Laporan 0.66 Surveyor Pemetaan Madya III KEGIATAN PEMETAAN E. Memasyarakatkan hasil survei A. Melakukan persiapan Pemetaan 1. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media a. Nasional Setiap Naskah 0.08 Surveyor Pemetaan Pertama b. Regional Setiap Naskah 0.24 Surveyor Pemetaan Muda c. Internasional Setiap Naskah 0.60 Surveyor Pemetaan Madya 2. Memberikan pelayanan informasi a. Semi detil Setiap Laporan 0.15 Surveyor Pemetaan Pertama b. Detil Setiap Laporan 0.50 Surveyor Pemetaan Muda 3. Memberikan jasa konsultasi a. Sederhana Setiap Laporan 0.10 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semi Detil Setiap laporan 0.40 Surveyor pemetaan Muda c. Detil Setiap laporan 0.90 Surveyor Pemetaan Madya 1. Melakukan persiapan pengumpulan dan Pengolahan data a. Menyusun desain pengumpulanpengumpulan dan pengolahan data Setiap Desain 0.60 Surveyor Pemetaan Madya b. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain pengumpulan dan pengolahan data 2. Menyusun persiapan analisa dan evaluasi data a. Menyusun desain analisa dan evaluasi data b. Menyusun petunjuk pelaksanaan Analisa dan evaluasi data Setiap Juklak 0.44 Surveyor Pemetaan Muda Setiap Desain 0.60 Surveyor Pemetaan Madya Setiap Juklak 0.48 Surveyor Pemetaan Muda 45

47 Membuat desain kerangka kontrol pemetaan a. Menyusun petunjuk pelaksanaan Setiap Juklak 0.60 Surveyor Pemetaan desain kerangka kontrol pemetaan Madya b. Menyusun petunjuk evaluasi desain Surveyor Pemetaan kontrol pemetaan Setiap Juklak 0.30 Muda c. Menyusun desain kerangka kontrol Surveyor Pemetaan pemetaan secara detil Setiap Desain 0.09 Pertama d. Melakukan penyiapan fasilitas desain Surveyor Pemetaan kerangka kontrol pemetaan Setiap Dokumen 0.08 Muda 4. Membuat rencana operasional pemetaan a. Menyusun desain rencana Setiap Desain 0.43 Surveyor Pemetaan operasional pemetaan Pertama b. Menyusun petunjuk pelaksanaan Surveyor Pemetaan rencana operasional pemetaan Setiap Juklak 0.38 Muda c. Menyusun petunjuk evaluasi desain Surveyor Pemetaan rencana operasional pemetaan Setiap Juklak 0.15 Pertama 5. Menyusun rencana pemetaan a. Jangka Pendek Setiap Program 0.22 Surveyor Pemetaan Pertama b. Jangka Menengah Setiap Program 0.40 Surveyor Pemetaan Muda c. Jangka Panjang Setiap Program 0.54 Surveyor Pemetaan Madya 6. Menyusun pedoman dan metode pemetaan a. Menyusun desain pedoman dan metoda pemetaan Setiap Desain 0.87 Surveyor Pemetaan Madya b. Menyusun spek teknis pemetaan Setiap Spek Teknis 0.35 Surveyor Pemetaan Pertama c. Menyusun juklak pemetaan Setiap Juklak 0.64 Surveyor Pemetaan Muda 7. Menguji bahan-bahan dengan bahan utama Setiap Laporan 0.05 Surveyor Pemetaan Pertama 8. Membuat desain peta Surveyor Pemetaan a. Skala Kecil Setiap Desain 0.48 Muda b. Skala Menengah Setiap Desain 0.31 Surveyor Pemetaan Pertama 46

48 B. Melakukan pemetaan 1. Melakukan pengumpulan data digital utama Setiap Laporan 0.30 Surveyor Pemetaan Pertama 2. Memilih dan menentukan kreteria data analog Setiap Laporan 0.20 Surveyor Pemetaan a. Utama Muda b. Penunjang Setiap Laporan 0.04 Surveyor Pemetaan Pertama 3. Memilih dan menentukan kreteria data digital Setiap Laporan 0.20 Surveyor Pemetaan a. Utama Muda b. Penunjang Setiap Laporan 0.04 Surveyor Pemetaan Pertama 4. Melakukan pengolahan dan analisa data digital Setiap Laporan 0.43 Surveyor Pemetaan Pertama 5. Menyajikan data hasil pemetaan Surveyor Pemetaan a. Semi detil Peta 0.10 Pertama b. Detil Setiap Peta 0.34 Surveyor Pemetaan Muda 6. Melakukan penyempurnaan peta a. Sederhana Setiap Peta 0.12 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semi Detil Setiap Peta 0.30 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Peta 0.51 Surveyor Pemetaan Madya 7. Melakukan pengolahan data a. Semi detil Setiap Tbl/Dgrm/lap 0.21 Surveyor Pemetaan Pertama b. Detil Setiap Tbl/Dgrm/Lap 0.50 Surveyor Pemetaan Muda 47

49 Melakukan koreksi hasil penggambaran a. Sederhana Setiap Peta/Skts/Gbr 0.06 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semi detil Setiap Peta/Skts/Gbr 0.18 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Peta/Skts/Gbr 0.36 Surveyor Pemetaan Madya 9. Melakukan pengecekan lapangan dan toponimi a. Semi detil Setiap Laporan 0.20 Surveyor Pemetaan Pertama b. Detil Setiap Laporan 0.50 Surveyor Pemetaan Muda 10. Melakukan proses kartografi a. Semi detil Setiap Peta 0.12 Surveyor Pemetaan Pertama b. Detil Setiap Peta 0.40 Surveyor Pemetaan Muda 11. Melakukan kontrol mutu pemetaan a. Sederhana Setiap Laporan 0.12 Surveyor Pemetaan Muda b. Semi detil Setiap Laporan 0.36 Surveyor Pemetaan Madya c. Detil Setiap Laporan 0.60 Surveyor Pemetaan Madya 12. Melakukan proses triangulasi udara a. Sederhana Setiap Titk Kontrol 0.10 Surveyor Pemetaan Pertama b. Detil Setiap Titk Kontrol 0.30 Surveyor Pemetaan Muda 17. Melakukan penafsiran, diliniasi dan simbolisasi a. Semi detil Setiap Laporan 0.16 Surveyor Pemetaan Pertama b. Detil Setiap Laporan 0.48 Surveyor Pemetaan Muda 48

50 C. Melakukan supervisi 1. Melakukan Supervisi pemetaan pemetaan a. Analog Setiap Laporan 0.20 Surveyor Pemetaan Muda b. Digital Setiap Laporan 0.75 Surveyor Pemetaan Madya D. Memasyarakatkan hasil pemetaan 1. Menyebarluaskan hasil pemetaan melalui mass media a. Internal Setiap Naskah 0.09 Surveyor Pemetaan Pertama b. Nasional Setiap Naskah 0.24 Surveyor Pemetaan Muda c. Regional Setiap Naskah 0.30 Surveyor Pemetaan Muda d. Internasional Setiap Naskah 0.60 Surveyor Pemetaan Madya 2. Memberiikan Pelayanan Informasi a. Semi detil Setiap Laporan 0.15 Surveyor Pemetaan Pertama b. Detil Setiap Laporan 0.40 Surveyor Pemetaan Muda 3. Memberikan Jasa Konsultasi Pemetaan a. Sederhana Setiap Laporan 0.10 Surveyor Pemetaan Pertama b. Semi detil Setiap Laporan 0.40 Surveyor Pemetaan Muda c. Detil Setiap Laporan 0.90 Surveyor Pemetaan Madya 49

51 IV PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang survei dan pemetaan B. Menerjemahkan/ menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan a. dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional Setiap Buku 12,5 Semua jenjang b. dalam majalah ilmiah yang diakui instansi yang berwenang Setiap Naskah 6 Semua jenjang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan Ilmiah hasih gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan pada perpustakaan tetapi didokumentasi pada perpustakaan instansi bersangkutan dalam bentuk : a. Buku Setiap Buku 8 Semua jenjang b. Makalah Setiap Makalah 4 Semua jenjang 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasih gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi bersangkutan : a. Buku Setiap Buku 7,5 Semua jenjang b. Makalah Setiap Makalah 3,5 Semua jenjang 4. Tulisan ilmiah popular di bidang survei dan Setiap Naskah 2 Semua jenjang pemetaan yang disebarluaskan melalui media masa. 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah Setiap Naskah 2,5 Semua jenjang 1. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan : a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional Setiap Buku 7 Semua jenjang b. Dalam majalah ilmiah yang diakui Setiap Naskah 3 Semua jenjang oleh instansi yang berwenang 2. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan : a. Dalam bentuk buku Setiap Buku 3 Semua jenjang b. Dalam bentuk makalah Setiap Makalah 1,5 Semua Jenjang 50

52 V PENUNJANG TUGAS A. Mengajar atau melatih Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai Setiap 2 jam pelajaran 0.04 Semua Jenjang SURVEYOR B. Mengikuti seminar 1. Tingkat internasional/nasional Semua Jenjang PEMETAAN atau lakakarya a. Pemrasaran Setiap kegiatan 3 b. Moderator/pembahas/nara Setiap kegiatan 2 Semua Jenjang sumber c. Peserta Setiap kegiatan 1 Semua Jenjang C. Menjadi anggota Tingkat internasional/nasional Setiap kegiatan 1 Semua Jenjang organisasi profesi survei dan pemetaan D. Menjadi anggota tim Menjadi anggota aktif tim penilai Surveyor Setiap Tahun 0.5 Semua Jenjang Penilai Jabatan Pemetaan Fungsional Survei dan Pemetaan D. Memperoleh piagam 1. Tanda kehormatan Satyalancana Karya Setiap piagam 3 Semua Jenjang kehormatan Satya a. 30 (tiga puluh) tahun b. 20 (dua puluh) tahun Setiap piagam 2 Semua Jenjang c. 10 (sepuluh) tahun Setiap piagam 1 Semua Jenjang 2. Gelar kehormatan akademis Gelar 15 Semua Jenjang F. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya Memperoleh ijazah/gelar yang tidak sesuai dengan bidang tugasnya 1. Doktor Ijazah/gelar 15 Semua Jenjang 2. Pasca sarjana Ijazah gelar 10 Semua Jenjang 3. Sarjana/DIV Ijazah gelar 5 Semua Jenjang MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA ttd. FEISAL TAMIN 51

53 LAMPIRAN III : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 134/KEP/M. PAN/12/2002 TANGGAL : 3 DESEMBER 2002 JUMLAH ANGKA KREDIT KUMULATIF MINIMAL UNTUK PENGANGKATAN DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT TERAMPIL JENJANG JABATAN/GOLONGAN RUANG DAN ANGKA KREDIT SURVEYOR SURVEYOR SURVEYOR No. UNSUR PERSENTASE PEMETAAN PELAKSANA PEMULA SURVEYOR PEMETAAN PELAKSANA PEMETAAN PELAKSANA LANJUTAN PEMETAAN PENYELIA II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d I UTAMA A. Pendidikan B. Kegiatan survei >80% C. Kegiatan pemetaan D. Pengembangan profesi II PENUNJANG Penunjang Tugas Surveyor <20% Pemetaan J U M L A H 100% MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA ttd. FEISAL TAMIN 52

54 LAMPIRAN IV : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 134/KEP/M. PAN/12/2002 TANGGAL : 3 DESEMBER 2002 JUMLAH ANGKA KREDIT KUMULATIF MINIMAL UNTUK PENGANGKATAN DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT AHLI No. UNSUR PERSENTASE JENJANG JABATAN/GOLONGAN RUANG DAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN SURVEYOR PEMETAAN SURVEYOR PEMETAAN MADYA PERTAMA MUDA III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c I II UTAMA A. Pendidikan B. Kegiatan survei >80% C. Kegiatan pemetaan D. Peengembangan profesi PENUNJANG Penunjang Tugas Surveyor <20% Pemetaan J U M L A H 100% MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA ttd. FEISAL TAMIN 53

55 LAMPIRAN V : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 134/KEP/M. PAN/12/2002 TANGGAL : 3 DESEMBER 2002 JUMLAH ANGKA KREDIT KUMULATIF MINIMAL UNTUK PENYESUAIAN/INPASSING SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT TERAMPIL ANGKA KREDIT DAN MASA KEPANGKATAN NO GOLONGAN/ RUANG STTB/IJAZAH YANG SETINGKAT < 1 TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN/ LEBIH II/a Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/D II/b Sarjana Muda/ DII/DIII Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/DI II/c Sarjana Muda/DII/DIII Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/DI II/d Sarjana Muda/DII/DIII Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/ DI III/a Sarjana Muda/ DII/DIII Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/DI III/b Sarjana Muda/ DII/ DIII Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/ DI III/c Sarjana Muda/DII/DIII Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/DI III/d 8 s/d Sarjana Muda DII/DIII MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA ttd. FEISAL TAMIN 54

56 LAMPIRAN VI : KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 134/KEP/M. PAN/12/2002 TANGGAL : 3 DESEMBER 2002 JUMLAH ANGKA KREDIT KUMULATIF MINIMAL UNTUK PENYESUAIAN/INPASSING SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT AHLI ANGKA KREDIT DAN MASA KEPANGKATAN NO GOLONGAN/ RUANG STTB/IJAZAH YANG SETINGKAT < 1 TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN/ LEBIH III/a Sarjana/DIV Pasca Sarjana III/b Sarjana/DIV Pasca Sarjana Doktor III/c Sarjana/ DIV Pasca Sarjana Doktor III/d Sarjana/ DIV Pasca sarjana Doktor IV/a Sarjana/ DIV Pasca sarjana Doktor IV/b Sarjana/ DIV Pasca sarjana Doktor IV/c Sarjana / DIV s/d Doktor MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA ttd. FEISAL TAMIN 55

57 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/60/M.PAN/6/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS KETENTUAN LAMPIRAN I DAN ATAU LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, Menimbang : bahwa dalam rangka mengembangkan jabatan fungsional jenjang ahli, dipandang perlu mengubah Lampiran I dan atau II Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098), setelah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 17); 56

58 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); 5. Peraauran Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4015), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4332); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4017), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4193); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4019); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263); 9. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara; 57

59 11. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Memperhatikan : Pertimbangan Wakil Kepala Badan Kepegawaian Negara dengan surat Nomor WK26-30/V50-8/93 tanggal 29 April M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG PERUBAHAN ATAS KETENTUAN LAMPIRAN I DAN ATAU LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITNYA. Pasal I Mengubah ketentuan Lampiran I dan atau Lampiran II Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Angka Kreditnya khususnya sub unsur pendidikan sekolah dengan memperoleh ijazah/gelar, sehingga seluruhnya berubah menjadi berbunyi sebagai berikut : Unsur pendidikan ijazah Doktor menjadi 200 angka kredit, ijazah Pasca Sarjana menjadi 150 angka kredit, dan ijazah Sarjana/D4 menjadi 100 angka kredit. 58

60 Pasal 2 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 1 Juni 2005 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA ttd. TAUFIQ EFFENDI 59

61 BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL (BAKOSURTANAL) Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46. Cibinong Bogor Telpon : , Fax KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 0T.02/60-KA/VII/2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan dan Angka Kreditnya, perlu diatur petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional Surveyor Pemetaan dan Angka Kreditnya; b. bahwa untuk tertib administrasi dalam pelaksanaannya, dipandang perlu menetapkan Keputusan Bersama Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 60

62 3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 11. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 12. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2003; 13. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan dan Angka Kreditnya. 61

63 M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Bersama ini, yang dimaksud dengan: 1. Surveyor Pemetaan, adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan survei dan pemetaan. 2. Survei, adalah kegiatan untuk mendapatkan data dan informasi dari suatu titik atau lokasi yang ada di atas atau di bawah permukaan bumi, batas-batas wilayah, luas, kenampakan budidaya dan non budidaya, baik secara kuantitas maupun kualitas dengan cara pengukuran dan penentuan kedudukan relativitasnya dalam suatu ruang (secara geometris dan trigonometri). 3. Pemetaan, adalah penyajian hasil survei pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. 4. Tim Penilai Angka Kredit, adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja Surveyor Pemetaan. 5. Angka kredit, adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Surveyor Pemetaan dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya. 6. Pemberhentian, adalah pemberhentian dari jabatan Surveyor Pemetaan bukan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil. 62

64 7. Instansi pembina jabatan fungsional Surveyor Pemetaan adalah instansi yang secara fungsional bertanggung jawab dalam kegiatan survei dan pemetaan, dalam hal ini Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). BAB II USUL DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Pasal 2 (1) Usul penetapan angka kredit Surveyor Pemetaan disampaikan setelah menurut perhitungan Surveyor Pemetaan yang bersangkutan, jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi telah dapat dipenuhi, dan dibuat sesuai contoh formulir sebagai berikut: a. Lampiran I.a. sampai dengan I.d untuk Surveyor Pemetaan Tingkat Terampil; b. Lampiran II.a sampai dengan II.c untuk Surveyor Pemetaan Tingkat Ahli. (2) Setiap usul penetapan angka kredit Surveyor Pemetaan dilampiri dengan: a. Surat pernyataan melakukan kegiatan survei dan pemetaan dan bukti fisiknya, dibuat sesuai contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran III; b. Surat pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi dan bukti fisiknya, dibuat sesuai contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran IV; c. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang tugas Surveyor Pemetaan dan bukti fisiknya, dibuat sesuai contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran V; d. Salinan atau fotokopi Ijasah/Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) dan atau keterangan/penghargaan yang pernah diterima (apabila ada) yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. 63

65 (3) Penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan pangkat, dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat sebagai berikut: a. Untuk kenaikan pangkat periode April, angka kredit ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Januari tahun yang bersangkutan. b. Untuk kenaikan pangkat periode Oktober, angka kredit ditetapkan selambat-lambatnya pada bulan Juli tahun yang bersangkutan. Pasal 3 (1) Setiap usul penetapan angka kredit bagi Surveyor Pemetaan harus dinilai secara seksama oleh Tim Penilai, dengan berpedoman pada Lampiran I atau Lampiran II Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002. (2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran VI, dengan ketentuan: a. Asli Penetapan Angka Kredit (PAK) disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan; dan b. Tembusan PAK disampaikan kepada: 1) Surveyor Pemetaan yang bersangkutan; 2) Pimpinan Unit Kerja Surveyor Pemetaan yang bersangkutan; 3) Sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan; 4) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit; 5) Kepala Biro Kepegawaian/Bagian Kepegawaian Instansi/ Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bersangkutan. (3) Apabila pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit berhalangan sehingga tidak dapat menetapkan angka kredit dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), maka pejabat yang berwenang 64

66 menetapkan angka kredit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002 dapat mendelegasikan kepada pejabat lain satu tingkat lebih rendah. (4) Dalam rangka pengendalian dan tertib administrasi penetapan angka kredit, maka spesimen tanda tangan pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dan pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk menetapkan angka kredit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disampaikan kepada Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan. (5) Apabila terdapat pergantian pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, maka spesimen tanda tangan pejabat yang menggantikan disampaikan kepada Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan. BAB III TIM PENILAI Pasal 4 (1) Syarat pengangkatan untuk menjadi Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002, yaitu: a. Sekurang-kurangnya menduduki jabatan/ pangkat setingkat dengan jabatan/pangkat Surveyor Pemetaan yang dinilai; b. Mempunyai kompetensi untuk menilai prestasi kerja Surveyor Pemetaan; dan c. Dapat aktif melakukan penilaian. (2) Masa jabatan Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya. (3) Anggota Tim Penilai yang telah menjabat dalam 2 (dua) masa jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat diangkat kembali setelah melampaui tenggang waktu 1 (satu) masa jabatan. 65

67 (4) Jumlah Anggota Tim Penilai yang berasal dari Surveyor Pemetaan harus lebih banyak dari pada Anggota Tim Penilai yang berasal dari pejabat lain bukan Surveyor Pemetaan. (5) Dalam hal komposisi jumlah Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak dapat dipenuhi, maka Anggota Tim Penilai dapat diangkat dari pejabat lain yang mempunyai kompetensi dalam bidang survei dan pemetaan. Pasal 5 (1) Tugas pokok Tim Penilai Pusat adalah: a. Membantu Kepala BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk dalam menetapkan angka kredit bagi Surveyor Pemetaan Madya yang berkerja di lingkungan BAKOSURTANAL dan Instansi lainnya; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk, yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a. (2) Tugas pokok Tim Penilai BAKOSURTANAL adalah: a. Membantu Sekretaris Utama BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II dalam menetapkan angka kredit bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda di lingkungan BAKOSURTANAL; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Utama BAKOSURTANAL atau pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a. (3) Tugas pokok Tim Penilai Propinsi adalah: a. Membantu Kepala Dinas/Kantor/Badan di Propinsi yang membidangi survei dan pemetaan dalam menetapkan angka kredit bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor 66

68 Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas/Kantor/Badan di Propinsi yang membidangi survei dan pemetaan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a. (4) Tugas pokok Tim Penilai Kabupaten/Kota adalah: a. Membantu Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi survei dan pemetaan dalam menetapkan angka kredit bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi survei dan pemetaan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a. (5) Tugas pokok Tim Penilai Instansi adalah: a. Membantu Pimpinan Instansi yang bersangkutan atau Pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II dalam menetapkan angka kredit bagi Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia dan Surveyor Pemetaan Pertama sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda yang bekerja di luar instansi BAKOSURTANAL, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan Instansi yang bersangkutan atau Pejabat lain yang ditunjuk serendah-rendahnya eselon II yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a. (6) Apabila Tim Penilai Kabupaten/Kota belum dapat dibentuk karena belum memenuhi kriteria Tim Penilai yang ditentukan, maka penilaian prestasi kerja Surveyor Pemetaan dilakukan oleh Tim Penilai Kabupaten/Kota 67

69 lain terdekat atau Tim Penilai Propinsi yang bersangkutan, atau Tim Penilai BAKOSURTANAL atau Tim Penilai Pusat. (7) Apabila Tim Penilai Propinsi belum dapat dibentuk karena belum memenuhi kriteria Tim Penilai yang ditentukan, maka penilaian prestasi kerja Surveyor Pemetaan dilakukan oleh Tim Penilai BAKOSURTANAL atau Tim Penilai Pusat. (8) Apabila Tim Penilai Instansi belum dapat dibentuk karena belum memenuhi kriteria Tim Penilai yang ditentukan, maka penilaian prestasi kerja Surveyor Pemetaan dilakukan oleh Tim Penilai BAKOSURTANAL atau Tim Penilai Pusat. (9) Dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang berhalangan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan atau pensiun, maka Ketua Tim Penilai dapat mengusulkan penggantian Anggota Tim Penilai kepada Pejabat yang berwenang menetapkan Tim Penilai. (10) Dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang turut dinilai, Ketua Tim Penilai dapat mengangkat Anggota Tim Penilai Pengganti. (11) Tata kerja dan tata cara Tim Penilai dalam melakukan penilaian ditetapkan oleh Kepala BAKOSURTANAL selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Surveyor Pemetaan. Pasal 6 (1) Untuk membantu Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya, dibentuk Sekretariat Tim Penilai yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang secara fungsional dijabat oleh pejabat di bidang kepegawaian. (2) Sekretariat Tim Penilai ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002. Pasal 7 (1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14 ayat (1) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara 68

70 Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002, dapat membentuk Tim Penilai Teknis yang anggotanya terdiri dari para ahli, baik Pegawai Negeri Sipil atau bukan Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kemampuan teknis yang diperlukan. (2) Tugas pokok Tim Penilai Teknis adalah memberikan saran dan pendapat kepada Ketua Tim Penilai dalam hal memberikan penilaian atas kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan yang memerlukan keahlian tertentu. (3) Tim Penilai Teknis bertanggungjawab kepada Ketua Tim Penilai. BAB IV KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT Pasal 8 (1) Penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), digunakan sebagai dasar untuk mempertimbangkan kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat Surveyor Pemetaan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dipertimbangkan apabila: a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir; b. Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi; dan c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (3) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dipertimbangkan apabila: a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir; b. Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; dan c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau 69

71 pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. (4) Kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah yang menduduki jabatan Surveyor Pemetaan Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. (5) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Pusat ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN bagi: a. Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula pangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a untuk menjadi Surveyor Pemetaan Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tingkat I golongan ruang II/b sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan b. Surveyor Pemetaan Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a untuk menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b sampai dengan Surveyor Pemetaan Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. (6) Penetapan kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat didelegasikan atau dikuasakan kepada pejabat lain di lingkungannya. (7) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan bagi: a. Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula pangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a untuk menjadi Surveyor Pemetaan Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tingkat I golongan ruang II/b sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan b. Surveyor Pemetaan Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a untuk menjadi Penata Muda 70

72 Tingkat I golongan ruang III/b sampai dengan Surveyor Pemetaan Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. (8) Penetapan kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) dapat didelegasikan atau dikuasakan kepada pejabat lain di lingkungannya. (9) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang menduduki jabatan Surveyor Pemetaan Muda pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d untuk menjadi Surveyor Pemetaan Madya pangkat Pembina golongan ruang IV/a sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ditetapkan oleh Gubernur yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan. (10) Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Kantor Regional BKN bagi: a. Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula pangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a untuk menjadi Surveyor Pemetaan Pelaksana pangkat Pengatur Muda Tingkat I golongan ruang II/b, sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan. b. Surveyor Pemetaan Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a untuk menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b sampai dengan Surveyor Pemetaan Muda pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d. (11) Penetapan kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (10) dapat didelegasikan atau dikuasakan kepada pejabat lain dilingkungannya. Pasal 9 Surveyor Pemetaan Tingkat Terampil yang menduduki pangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d ke bawah apabila memperoleh ijasah Strata 1 (S1)/Diploma IV, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan 71

73 ruang III/a dan jabatan Surveyor Pemetaan Tingkat Ahli, dengan ketentuan: 1. Ijasah/Surat Tanda Tamat Belajar harus sesuai dengan tugas pokok dan kualifikasi yang ditentukan untuk jabatan Surveyor Pemetaan yang ditetapkan oleh Kepala BAKOSURTANAL; 2. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir; 3. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; 4. Sekurang-kurangnya memenuhi jumlah angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan untuk pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a. Pasal 10 (1) Surveyor Pemetaan yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk kenaikan jabatan/pangkat berikutnya. (2) Apabila kelebihan jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memenuhi jumlah angka kredit untuk kenaikan jabatan dua tingkat atau lebih dari jabatan terakhir yang diduduki, maka Surveyor Pemetaan yang bersangkutan dapat diangkat dalam jenjang jabatan sesuai dengan jumlah angka kredit yang dimiliki, dengan ketentuan : a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir; dan b. Setiap unsur penilaian dalam DP-3 sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (3) Surveyor Pemetaan yang naik jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), setiap kali kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi di syaratkan mengumpulkan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari jumlah angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat 72

74 lebih tinggi tersebut, yang berasal dari kegiatan survei dan pemetaan dan/atau pengembangan profesi. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), berlaku juga bagi Surveyor Pemetaan yang naik pangkat setingkat lebih tinggi dalam jenjang jabatan yang sama. BAB V PENGANGKATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI JABATAN Pasal 11 Pengangkatan, pembebasan sementara, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan Surveyor Pemetaan, ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Untuk pengangkatan pertama kali dan pengangkatan kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan ditetapkan dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran VII. 2. Untuk pembebasan sementara dari jabatan Surveyor Pemetaan ditetapkan dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran VIII. 3. Untuk pemberhentian dari jabatan Surveyor Pemetaan ditetapkan dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran IX. Pasal 12 (1) Untuk menjamin tingkat kinerja Surveyor Pemetaan dalam mencapai angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat, dalam pengangkatan Surveyor Pemetaan harus memperhitungkan keseimbangan antara beban kerja dengan jumlah Surveyor Pemetaan sesuai jenjang jabatannya. (2) Pengangkatan Surveyor Pemetaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus didasarkan pada formasi jabatan Surveyor Pemetaan yang ditetapkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. 73

75 Pasal 13 Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan Surveyor Pemetaan tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan fungsional lain maupun dengan jabatan struktural. Pasal 14 (1) Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula, pangkat Pengatur Muda, golongan ruang II/a sampai dengan Surveyor Pemetaan Penyelia, pangkat Penata, golongan ruang III/c dan Surveyor Pemetaan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Surveyor Pemetaan Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi. (2) Surveyor Pemetaan Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak diangkat dalam pangkat/jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) dari kegiatan survei dan pemetaan dan/atau pengembangan profesi. (3) Surveyor Pemetaan Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak diangkat dalam pangkat/jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) dari kegiatan survei dan pemetaan dan/atau pengembangan profesi. (4) Selain dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Surveyor Pemetaan juga dibebaskan sementara dari jabatannya apabila: a. Dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat hukuman disiplin sedang atau berat berupa jenis hukuman disiplin penurunan pangkat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau 74

76 b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966; atau c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Surveyor Pemetaan; atau d. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya; atau e. Tugas belajar lebih dari 6 ( enam) bulan. (5) Surveyor Pemetaan yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a, selama menjalani masa hukuman disiplin tetap melaksanakan tugas pokoknya, tetapi kegiatan tersebut tidak dapat ditetapkan angka kreditnya. (6) Surveyor Pemetaan yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf e, selama pembebasan sementara dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya secara pilihan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila: a. Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir; dan b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Pasal 15 Surveyor Pemetaan diberhentikan dari jabatannya apabila: 1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali jenis hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat; atau 2. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; atau 3. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam 75

77 Pasal 14 ayat (2) atau ayat (3), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan. BAB VI PENGANGKATAN KEMBALI DALAM JABATAN SURVEYOR PEMETAAN Pasal 16 (1) Surveyor Pemetaan yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat diangkat kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan apabila masa berlakunya hukuman disiplin tersebut telah berakhir. (2) Surveyor Pemetaan yang dibebaskan sementara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966, dapat diangkat kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan, apabila berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi pidana percobaan. (3) Surveyor Pemetaan yang ditugaskan secara penuh di luar jabatannya, dapat diangkat kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan, apabila telah selesai melaksanakan tugas di luar jabatan Surveyor Pemetaan. (4) Surveyor Pemetaan yang dibebaskan sementara karena cuti di luar tanggungan negara dan telah diangkat kembali pada instansi semula, dapat diangkat kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan. (5) Surveyor Pemetaan yang telah selesai tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan, dapat diangkat kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan. Pasal 17 Pegawai Negeri Sipil yang diangkat kembali dalam jabatan Surveyor Pemetaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, jabatannya ditetapkan berdasarkan angka kredit terakhir yang dimiliki. 76

78 BAB VII PERPINDAHAN JABATAN Pasal 18 (1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan Surveyor Pemetaan atau perpindahan jabatan dapat dipertimbangkan setelah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002. (2) Pangkat awal yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sama dengan pangkat yang dimilikinya, sedang jenjang jabatan Surveyor Pemetaan ditetapkan sesuai dengan angka kredit yang diperoleh dari kegiatan unsur utama dan unsur penunjang setelah penilaian dan penetapan angka kredit oleh pejabat yang berwenang. (3) Bagi Surveyor Pemetaan yang karena perpindahan jabatan memiliki pangkat/golongan ruang lebih tinggi dari jabatan Surveyor Pemetaan yang diperolehnya dapat mengajukan kenaikan jabatan satu tingkat lebih tinggi setelah 1 (satu) tahun dalam jabatannya dan memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan tersebut. BAB VIII PENYESUAIAN/INPASSING DALAM JABATAN DAN ANGKA KREDIT Pasal 19 (1) Pegawai Negeri Sipil yang telah melaksanakan tugas/kegiatan survei dan pemetaan berdasarkan keputusan/surat pernyataan melakukan tugas dari pejabat yang berwenang dan pada saat ditetapkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002 masih melaksanakan tugas/ kegiatan tersebut, dapat diangkat dalam jabatan Surveyor Pemetaan melalui penyesuaian/inpassing dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk Surveyor Pemetaan Tingkat Terampil harus memenuhi syarat: 77

79 1) Serendah-rendahnya berijasah SLTA; 2) Serendah-rendahnya menduduki pangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a; dan 3) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. b. Untuk Surveyor Pemetaan Tingkat Ahli harus memenuhi syarat: 1) Serendah-rendahnya berijasah Strata I (S1)/Diploma IV (D.IV); 2) Serendah-rendahnya menduduki pangkat Penata Muda golongan ruang III/a; dan 3) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. (2) Jenjang jabatan dan jumlah angka kredit penyesuaian/inpassing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), didasarkan pada pendidikan, pangkat, dan masa kerja dalam pangkat terakhir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V atau Lampiran VI Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002. (3) Masa kerja dalam pangkat terakhir untuk penyesuaian/inpassing sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V atau Lampiran VI Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002 dihitung dalam pembulatan ke bawah, yaitu : a. Kurang dari 1 (satu) tahun, dihitung kurang 1 (satu) tahun; b. 1 (satu) tahun sampai dengan kurang dari 2 (dua) tahun, dihitung 1 (satu) tahun; c. 2 (dua) tahun sampai dengan kurang dari 3 (tiga) tahun, dihitung 2 (dua) tahun; d. 3 (tiga) tahun sampai dengan kurang dari 4 (empat) 78

80 tahun, dihitung 3 (tiga) tahun; dan e. 4 (empat) tahun atau lebih, dihitung 4 (empat) tahun. (4) Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Surveyor Pemetaan, ditetapkan oleh pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Surveyor Pemetaan dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Lampiran X. (5) Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Surveyor Pemetaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah memperhitungkan formasi jabatan Surveyor Pemetaan. Pasal 20 (1) Penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Surveyor Pemetaan, ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2003, dan harus selesai ditetapkan selambatlambatnya pada tanggal 31 Maret 2004; (2) Pegawai Negeri Sipil yang dalam masa penyesuaian/inpassing telah dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya, maka sebelum disesuaikan dalam jabatan dan angka kredit terlebih dahulu dipertimbangkan kenaikan pangkatnya agar dalam penyesuaian/inpassing jabatan dan angka kredit telah digunakan pangkat yang terakhir. (3) Terhitung mulai periode kenaikan pangkat 1 April 2004, kenaikan pangkat Surveyor Pemetaan, sudah ditetapkan dengan angka kredit di samping memenuhi syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 Pegawai Negeri Sipil yang pada saat penyesuaian/inpassing telah memiliki pangkat tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki atau jabatan terakhir yang diduduki serta telah memiliki masa kerja 4 (empat) tahun dalam pangkat 79

81 terakhir, kenaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi dapat dipertimbangkan mulai periode kenaikan pangkat berikutnya, setelah penetapan penyesuaian/inpassing dalam jabatan dan angka kredit Surveyor Pemetaan dan kepadanya diberikan angka kredit minimal untuk pangkat yang ditetapkan. Pasal 22 Surveyor Pemetaan yang sedang dibebaskan sementara karena: 1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat (kecuali pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil); atau 2. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Surveyor Pemetaan; atau 3. Cuti di luar tanggungan negara, apabila mencapai batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapatkan hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 23 (1) Untuk menjamin adanya persamaan persepsi, pola pikir dan tindakan dalam melaksanakan pembinaan Surveyor Pemetaan, BAKOSURTANAL selaku Instansi Pembina Jabatan Surveyor Pemetaan melaksanakan sosialisasi dan fasilitasi kepada pejabat yang berkepentingan dan Surveyor Pemetaan. (2) Untuk meningkatkan kemampuan Surveyor Pemetaan secara profesional sesuai kompetensi jabatan, BAKOSURTANAL selaku Instansi Pembina, antara lain melaksanakan: a. Penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan fungsional dan teknis fungsional bagi Surveyor Pemetaan; b. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional dan teknis fungsional bagi Surveyor Pemetaan; c. Penetapan standar kompetensi Surveyor Pemetaan; d. Penyusunan formasi jabatan Surveyor Pemetaan; 80

82 e. Pengembangan sistem informasi jabatan Surveyor Pemetaan; dan f. Fasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesi Surveyor Pemetaan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Petunjuk teknis pelaksanaan yang belum diatur dalam Keputusan Bersama ini akan diatur kemudian oleh Kepala BAKOSURTANAL dan Kepala BKN baik secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas masingmasing. Pasal 25 Untuk memperjelas dan mempermudah pelaksanaan Keputusan Bersama ini, dilampirkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002 sebagaimana tersebut pada Lampiran XI. Pasal 26 Keputusan Bersama ini disampaikan kepada yang berkepentingan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pasal 27 Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 14 Juli 2003 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ttd. KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL ttd. HARDIJANTO RUDOLF W. MATINDAS 81

83 CONTOH : DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN PELAKSANA PEMULA LAMPIRAN I.a : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : OT.02/60-KA/VIII2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TANGGAL : 14 Jull 2003 DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN SURVEYOR PEMETAAN PELAKSANA PEMULA NOMOR: Masa penilaian tanggal... s.d... I KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 NIP : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat/golongan ruang/tmt : 8 Jabatan Surveyor Pemetaan Pelaksana Pemula 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja : 82

84 ANGKA KREDIT MENURUT NO UNSUR YANG DINILAI INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH UNSUR UTAMA II. I PENDIDlKAN A. Pendidlkan sekolah dengan mempero/eh ijazah/gelar 1. Diploma III 2. Diploma II 3. SlTA/Diploma I B Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang survei dan pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) atau sertifikat 1. Lamanva leblh dari 960 jam 2. Lamanya jam 3. Lamanya jam 4. Lamanya jam 5. Lamanya jam 6. Lamanya jam JUMLAH KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Melakukan penyiapan fasllitas rencana operasional survei lapangan. 2. Mengecek peralatan mekanis. 3. Merawat peralatan mekanis. B. Melakukan survei lapangan 1. Membuat sketsa/gambar hasii orientasi dan deskripsi sederhana. 2. Melakukan pengukuran sederhana. 3. Menggambar hasii pengamatan survey dan membuat diskripsi sederhana. C. Melakukan pemrosesan data hasil survei dengan menghitung data survei secara sederhana. 83

85 III. KEGIATAN PEMETAAN A. Melakukan persiapan pemetaan 1. Menyiapkan bahan-bahan untuk pemetaan analog. 2. Menyiapkan perangkat pemetaan analog 3. Merawat peralatan pemetaan mekanis. B. Melakukan pemetaan 1. Melakukan penggambaran titik kontrol hasil ukuran sederhana. 2. Melakukan pengukuran detail/pemuatan lembar peta mekanis. 3. Melakukan penggambaran sederhana. 4. Membuat mosaik citra uncontrol. JUMLAH IV. KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN UNTUK JENJANG SATU TlNGKAT DI ATAS/SATU TlNGKAT DI BAWAH JENJANG JABATANNYA Dst. JUMLAH 84

86 V. PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dibidang survei dan pemetaan 1. Karya tulis ilmiah penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara naslonal b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi yang bersangkutan dalam bentuk a. Buku b. Makalah 4. Tulisan ilmiah populer di bidang survei dan pemetaan yang disebarluaskan melalui media massa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan iimiah B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional. b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 85

87 Terjemahan/saduran dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah JUMLAH UNSUR UTAMA VI. PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN A. Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai B. Mengikuti seminar atau Iokakarya Tingkat nasional/lnternasional, sebagai: a. Pemrasaraan b. Moderator/pembahas/nara sumber c. Peserta C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat nasional/lnternasional, sebagai: a. Pengurus Aktif b. Anggota D. Menjadi anggota tim Penilai Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh penghargaan/tanda jasa Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan lainnya 1. Sarjana/ Diploma IV 2. Sarjana Muda/ Diploma III 3. Diploma II JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG 86

88 LAMPlRAN USUL/BAHAN YANG DINILAI , Tanggal... Catatan Tim Penilai Pejabat Pengusul NIP...., Tanggal... Ketua Tim Penilai NIP. Catatan Pejabat Penilai..., Tanggal... Pejabat Penilai NIP. 87

89 CONTOH : DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN PELAKSANA LAMPIRAN I.b : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : OT.02/60-KA/VlI/2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TANGGAL : 14 Juli 2003 DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN SURVEYOR PEMETAAN PELAKSANA NOMOR: Masa penilaian tanggal... s.d... I KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 NIP : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat/golongan ruang/tmt : 8 Jabatan Surveyor Pemetaan Pelaksana 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja : 88

90 ANGKA KREDIT MENURUT NO UNSUR YANG DINlLAI INSTANSI PENGUSUl TIM PENlLAI LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH UNSUR UTAMA I. PENDIDlKAN A Pendidikan sekolah dengan Memperoleh ijazah/gelar 1. Diploma III 2. Diploma II 3. SLTA/ Diploma I B Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang survei dan pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidlkan dan Latihan (STTPL) atau sertifikat 1. Lamanya lebih dari 960 jam 2. Lamanya jam 3. Lamanya jam 4. Lamanya jam 5. Lamanya jam 6. Lamanya jam JUMLAH II. KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Melakukan penyiapan fasilitas pengumpulan dan pengolahan data. 2. Melakukan penyiapan fasilitas desain kerangka kontrol survei. 3. Menyusun rencana operasional survei lapangan sederhana. 4. Mengecek peralatan optis. 5. Merawat peralatan optis. B. Melakukan survei lapangan 1. Membuat sketsa/ gambar hasil orientasi dan deskripsi semi detail. 2. Melakukan pengukuran semi detail. 3. Menggambar hasil pengamatan survei dan membuat deskripsi semi detail. C. Melakukan pemrosesan data hasil survei dengan menghitung data survei secara semi detail. 89

91 III. KEGIATAN PEMETAAN A. Melakukan persiapan pemetaan 1. Melakukan fasilitas pengumpulan dan pengolahan data. 2. Menyusun rencana operasional pemetaan sederhana. 3. Menyiapkan bahan-bahan untuk pemetaan digital. 4. Menyiapkan perangkat pemetaan digital. 5. Merawat peralatan optis. B. Melakukan pemetaan 1. Melakukan pengumpulan data analog penunjang. 2. Melakukan penggambaran titik kontrol hasil ukuran semi detail. 3. Melakukan pengukuran detail/ pembuatan lembar peta optis. 4. Melakukan penggambaran semi detail. 5. Melakukan plotting sederhana. 6. Membuat mosaik citra semi kontrol. JUMLAH IV. KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN UNTUK JENJANG SATU TlNGKAT DI ATAS/SATU TlNGKAT DI BAWAH JENJANG JABATANNYA dsl JUMLAH 90

92 V. PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dibidang survei dan pemetaan 1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dafam bidang survei.dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi yang bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 4. Tulisan ilmiah populer di bidang survei dan pemetaan yang disebarluaskan melalui media massa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional. b. Dalam majalah IImiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 91

93 Terjemahan/saduran dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah JUMLAH UNSUR UTAMA VI. PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN A. Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai B. Mengikuti seminar atau lokakarya Tingkat nasional/intemasional, sebagai: a. Pemrasaraan b. Moderator/ pembahas/ nara sumber c. Peserta C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat nasional/internasional, sebagai: a. Pengurus Aktif b. Anggota D. Menjadl anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh penghargaan/tanda jasa Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan lainnya 1. Sarjana/ Diploma IV 2. Sarjana Muda/ Diploma III 3. Diploma II JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG 92

94 LAMPlRAN USUL/BAHAN YANG DINILAI , Tanggal... Pejabat Pengusul NIP. Catatan Tim Penilai..., Tanggal... Ketua Tim Penilai NIP. Catatan Pejabat Penilai..., Tanggal... Pejabat Penilai NIP. 93

95 CONTOH : DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN PELAKSANA LANJUTAN LAMPIRAN I.c : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : OT.02/60-KA/VlI/2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TANGGAL : 14 Juli 2003 DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN SURVEYOR PEMETAAN PELAKSANA LANJUTAN NOMOR: Masa penilaian tanggal... s.d... I KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 NIP : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat/golongan ruang/tmt : 8 Jabatan Surveyor Pemetaan Pelaksana 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja : 94

96 ANGKA KREDIT MENURUT NO UNSUR YANG DINlLAI INSTANSI PENGUSUl TIM PENlLAI LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH UNSUR UTAMA I. PENDIDlKAN A Pendidikan sekolah dengan Memperoleh ijazah/gelar 1. Diploma III 2. Diploma II 3. SLTA/ Diploma I B Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang survei dan pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidlkan dan Latihan (STTPL) atau sertifikat 1. Lamanya lebih dari 960 jam 2. Lamanya jam 3. Lamanya jam 4. Lamanya jam 5. Lamanya jam 6. Lamanya jam JUMLAH II. KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Melakukan penyiapan fasilitas peralatan dan evaluasi data. 2. Menyusun pedoman dan metoda survei berupa petunjuk teknis survei. 3. Menvusun desain kerangka kontrol survei sederhana. 4. Menyusun rencana operasional survei lapangan semi detail. 5. Mengecek peralatan elektronik. 6. Merawat peralatan elektronik. B. Melakukan survei lapangan 1. Membuat sketsa/ gambar hasil orientasi dan deskripsi detail. 2. Melakukan pengukuran detail. 3. Menggambar hasil pengamatan survei dan membuat deskripsi detail. C. Melakukan pemrosesan data hasil survei dengan menghitung data survei detail. 95

97 III KEGIATAN PEMETAAN A. Melakukan persiapan pemetaan 1. Melakukan penyiapan fasilitas analisa dan evaluasl data. 2. Menyusun desain kerangka kontrol pemetaan sederhana. 3. Menyusun rencana operasional pemetaan semi detail. 4. Merawat peralatan elektronik. B. Melakukan pemetaan JUMLAH 1. Melakukan pengumpulan data analog utama. 2. Melakukan penggambaran titik kontrol hasil ukuran detail. 3. Melakukan pengukuran detail/ pembuatan lembar peta elektronis. 4. Melakukan penggambaran detail. 5. Melakukan plotting semi detail. 6. Membuat mosaik citra semi kontrol. IV KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN UNTUK JENJANG SATU TINGKAT DI ATAS/SATU TINGKAT DI BAWAH JENJANG JABATANNYA dst. JUMLAH 96

98 V PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/ karya ilmiah dibidang Survei dan pemetaan 1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oteh Instansi yang berwenang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansl bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansl yang bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 4. Tulisan ilmiah populer di bidang survei dan pemetaan yang disebarluaskan melalui media massa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Terjemahan/saduran buku dibidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara naslonal. b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 97

99 Terjemahan/saduran dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah JUMLAH UNSUR UTAMA VI. PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN A. Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai B. Mengikuti seminar atau lokakarya Tingkat nasional/intemasional, sebagai: a. Pemrasaraan b. Moderator/ pembahas/ nara sumber c. Peserta C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat nasional/internasional, sebagai: a. Pengurus Aktif b. Anggota D. Menjadl anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh penghargaan/tanda jasa Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan lainnya 1. Sarjana/ Diploma IV 2. Sarjana Muda/ Diploma III 3. Diploma II JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG 98

100 LAMPlRAN USUL/BAHAN YANG DINILAI , Tanggal... Pejabat Pengusul NIP. Catatan Tim Penilai..., Tanggal... Ketua Tim Penilai NIP. Catatan Pejabat Penilai..., Tanggal... Pejabat Penilai NIP. 99

101 CONTOH : DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN PENYELIA LAMPIRAN I.d : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : OT.02/60-KA/VlI/2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TANGGAL : 14 Juli 2003 DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN SURVEYOR PEMETAAN PENYELIA NOMOR: Masa penilaian tanggal... s.d... I KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 NIP : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat/golongan ruang/tmt : 8 Jabatan Surveyor Pemetaan Pelaksana 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja : 100

102 ANGKA KREDlT MENURUT NO UNSUR YANG DINILAI INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH UNSUR UTAMA I. PENDIDIKAN A Pendidikan sekolah dengan memperoleh ijazah/gelar 1. Diploma III 2. Diploma II 3. SLTA/ Diploma I B Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang survei dan pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) atau sertifikat 1. Lamanya lebih dari 960 jam 2. Lamanya jam 3. Lamanya jam 4. Lamanya jam 5. Lamanya jam 6. Lamanya jam JUMLAH II. KEGIATAN SURVEI A Melakukan persiapan survei 1. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data. 2. Menyusun petunjuk pelaksanaan analisa dan evaluasi data. 3. Menyusun petunjuk evaluasi desain kerangka kontrol survei. 4. Menyusun desain kerangka kontrol survei semi detail. 5. Menyusun rencana operasional survei lapangan detail. 6. Menyusun pedoman pengecekan peralatan mekanis. B. Melakukan survei lapangan 1. Melakukan orientasi/pendahuluan/rekonesen sederhana. 2. Melakukan pengamatan survei sederhana. 3. Melakukan perekaman sederhana. C. Melakukan pemrosesan data hasil survei 1. Melakukan analisa dan evaluasi data survei sederhana. 2. Menyajikan data hasil survei secara manual sederhana. D. Memasyarakatkan hasil survei 1. Memberikan pelayanan Informasi sederhana. 2. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data. 101

103 III. KEGIATAN PEMETAAN A. Melakukan persiapan pemetaan 1. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data. 2. Membuat desain kerangka kontrol pemetaan a. Menyusun petunjuk evaluasi desain kerangka kontrol pemetaan b. Menyusun desain kerangka kontrol pemetaan semi detail. 3. Mevusun rencana operasional pemetaan detail. 4. Menguji bahan-bahan penunjang. 5. Membuat desain peta skala besar. B. Melakukan pemetaan 1. Melakukan pengumpulan data digital penunjang. 2. Melakukan pengolahan dan analisa data analog. 3. Menyajikan data hasil pemetaan sederhana. 4. Melakukan pengolahan data sederhana. 5. Melakukan pengecekan lapangan dan toponimi sederhana. 6. Melakukan proses kartografi sederhana. 7. Melakukan proses triangulasi udara sederhana. 8. Melakukan penafsiran, diliniasi, dan simbolisasi sederhana. 9. Melakukan plotting detail. C. Memasyarakatkan hasil pemetaan dengan memberikan pelayanan informasi pemetaan sederhana. JUMLAH IV KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN UNTUK JENJANG SATU TlNGKAT DI ATAS/SATU TINGKAT DI BAWAH JENJANG JABATANNYA dst. JUMLAH 102

104 V PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/ karya ilmiah dibidang Survei dan pemetaan 1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oteh Instansi yang berwenang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmlah hasll gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansl bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansl yang bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 4. Tulisan ilmiah populer di bidang survei dan pemetaan yang disebariuaskan melalui media massa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Terjemahan/saduran buku dibidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara naslonal. b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 103

105 Terjemahan/saduran dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah JUMLAH UNSUR UTAMA VI. PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN A. Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai B. Mengikuti seminar atau lokakarya Tingkat nasional/intemasional, sebagai: a. Pemrasaraan b. Moderator/ pembahas/ nara sumber c. Peserta C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat nasional/internasional, sebagai: a. Pengurus Aktif b. Anggota D. Menjadl anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh penghargaan/tanda jasa Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan lainnya 1. Sarjana/ Diploma IV 2. Sariana Muda/ Diploma III 3. Diploma II JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG 104

106 LAMPlRAN USUL/BAHAN YANG DINILAI , Tanggal... Pejabat Pengusul NIP. Catatan Tim Penilai..., Tanggal... Ketua Tim Penilai NIP. Catatan Pejabat Penilai..., Tanggal... Pejabat Penilai NIP. 105

107 CONTOH : DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN PERTAMA DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN SURVEYOR PEMETAAN PERTAMA NOMOR: LAMPIRAN II.a: KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : OT.02/60-KA/VIII2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TANGGAL : 14 Jull 2003 Masa penilaian tanggal... s.d... I KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 NIP : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat/golongan ruang/tmt : 8 Jabatan Surveyor Pemetaan Pelaksana 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja : 106

108 ANGKA KREDIT MENURUT NO UNSUR YANG DINILAI INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH UNSUR UTAMA I. PENDIDIKAN A. Pendidikan sekolah dengan memperoleh ijazah/gelar 1. Doktor (S3) 2. Pasca Sariana (S2) 3. Sarjana (S1)/Diploma IV B. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang Survei dan Pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) atau sertifikat 1. Lamanya lebih dari 960 jam 2. Lamanya jam 3. Lamanya jam 4. Lamanya jam 5. Lamanya jam 6. Lamanya jam JUMLAH II. KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Menyusun desain analisa dan evaluasi data. 2. Membuat desain analisa dan evaluasi data a. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain kerangka kontrol survei. b. Menyusun desain kerangka kontrol survei detail. 3. Menyusun petunjuk evaluasi rencana operasional survei lapangan. 4. Menyusun pedoman pengecekan peralatan optis 5. Menyusun rencana survei jangka pendek. B. Melakukan survei lapangan 1. Melakukan orientasi/ pendahuluan/ rekonesen semi detail. 2. Melakukan pengamatan survei semi detail. 3. Melakukan perekaman semi detail. 4. Melakukan penafsiran data survei sederhana. 5. Melakukan pengujian hasil penafsiran data survei sederhana. 6. Melakukan penyempurnaan hasil penafsiran data survei sederhana. 7. Menngendalikan mutu data survei sederhana. 107

109 C. Melakukan pemrosesan data hasil survei 1. Melakukan analisa dan evaluasi data survei semi detail 2. Menyajikan data hasil survei secara otomatis. 3. Mengendalikan mutu data survei sederhana. D. Melakukan supervisi survei Melakukan supervisi survei sederhana. E. Memasyarakatkan hasil survei 1. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media nasional. 2. Memberikan pelayanan informasi semi detail. 3. Memberikan jasa konsultasi sederhana. III. KEGIATAN PEMETAAN A Melakukan persiapan pemetaan 1. Menyusun desain kerangka kontrol pemetaan detail. 2. a. Menyusun desain rencana operasional pemetaan. b. Menyusun petunjuk evaluasi desain rencana operasional pemetaan. 3. Menyusun rencana pemetaan jangka pendek. 4. Menyusun pedoman dan metoda pemetaan berupa spek teknis pemetaan. 5. Menguji bahan-bahan dengan bahan utama. 6. Membuat desain peta skala menengah. B. Melakukan pemetaan 1. Melakukan pengumpulan data digital utama. 2. Memilih dan menentukan kriteria data analog penunjang. 3. Memilih dan menentukan kriteria data dioital penunjang. 4. Melakukan pengolahan dan analisa data digital. 5. Menyajikan data hasil pemetaan semi detail. 6. Melakukan penyempurnaan peta sederhana. 7. Melakukan pengolahan data semi detail. 8. Melakukan koreksi hasil penggambaran sederhana. 9. Melakukan pengecekan lapangan dan toponimi semi detail. 10. Melakukan proses kartografi semi detail. 11. Melakukan proses triangulasi udam sederhana. 12. Melakukan penafsiran deliniasi dan simbolisasi semi detail. C. Memasyaratkan hasil pemetaan 1. Menyebarluaskan hasil pemetaan internal. 2. Memberikan pelayanan informasi pemetaan semi detail. 3. Memberikan jasa konsultasi pemetaan sederhana. JUMLAH 108

110 IV. KEGIATAN SURVEI DAN.PEMETAAN UNTUKJENJANG SATU TlNGKAT DI ATAS/SATU TlNGKAT DI BAWAH JENJANG JABATANNYA Dst. JUMLAH 109

111 V. PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dibidang survei dan pemetaan 1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau Evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan iimiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentastkan pada perpustakaan instansi bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi yang bersangkutan dalam bentuk a. Buku b. Makalah 4. Tulisan ilmiah populer di bidang survei dan pemetaan yang disebarluaskan melalui media massa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan iimiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional. b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang. 110

112 Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah JUMLAH UNSUR UTAMA VI. PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN A. Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai B. Mengikuti seminar atau Iokakarya tingkat nasional/lntemasional, sebagai: a. Pemrasaran b. Moderator/pembahas/nara sumber c. Peserta C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat nasional/lntemasional D. Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh piagam kehormatan 1. Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun 2. Gelar kehormatan akademis F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan lainnya 1. Doktor 2. Pasca Sarjana 3. Sarjana/Diploma IV JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG 111

113 LAMPlRAN USUL/BAHAN YANG DINILAI , Tanggal... Pejabat Pengusul NIP. Catatan Tim Penilai..., Tanggal... Ketua Tim Penilai NIP. Catatan Pejabat Penilai..., Tanggal... Pejabat Penilai NIP. 112

114 CONTOH : DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN MUDA DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN SURVEYOR PEMETAAN MUDA NOMOR: LAMPIRAN II.b: KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : OT.02/60-KA/VIII2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TANGGAL : 14 Jull 2003 Masa penilaian tanggal... s.d... I KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 NIP : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat/golongan ruang/tmt : 8 Jabatan Surveyor Pemetaan Pelaksana 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja : 113

115 ANGKA KREDIT MENURUT NO UNSUR YANG DINILAI INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH UNSUR UTAMA l. PENDlDlKAN A. Pendidikan sekolah dengan memperoleh ijazah/gelar 1. Doktor (S3) 2. Pasca Sariana (S2) 3. Sarjana (S1)/Diploma IV B. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang Survei dan Pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) atau sertifikat 1. Lamanya lebih dari 960 jam 2. Lamanya jam 3. Lamanya jam 4. Lamanya jam 5. Lamanya jam 6. Lamanya jam JUMLAH II. KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain pengumpulan dan pengolahan data. 2. Menyusun petunjuk pelaksanaan survei. 3. Menyusun petunjuk pelaksanaan rencana operasional survei lapangan. 4. Menyusun pedoman pengecekan peralatan elektronik. 5. Menyusun rencana survei jangka menengah. B. Melakukan survei lapangan 1. Melakukan orientasi/pendahuluan/rekonesen detail. 2. MeJakukan pengamatan survei detail. 3. Melakukan perekaman detail. 4. Melakukan penafsiran data survei semi detail. 5. Melakukan pengujian hasil penafsiran data survei semi detail. 6. Melakukan penyempurnaan hasil penafsiran data survei semi detail. 7. Mengendalikan mutu survei semi detail. 114

116 C. Melakukan pemrosesan data hasil survei 1. Melakukan analisa dan evaluasi data survei detail. 2. Menyajikan data hasil survei secara otomatis/komputer/detail. 3. Mengendalikan mutu data survei semi detail. D. Melakukan supervisi survei semi detail. E. Memasyarakatkan hasil survei 1. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media regional. 2. Memberikan pelayanan informasi detail. 3. Memberikan jasa konsultasi semi detail. III. KEGIATAN PEMETAAN A. Melakukan persiapan pemetaan 1. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain pengumpulan dan pengolahan data. 2. Menyusun petunjuk pelaksanaan analisa dan evaluasi data. 3. Membuat desain kerangka kontrol pemetaan a. Menyusun petunjuk evaluasi desain kontrol pemetaan b. Melakukan penyiapan fasilitas desain kerangka kontrol pemetaan. 4. Menyusun petunjuk pelaksanaan rencana operasional pemetaan. 5. Menyusun rencana pemetaan jangka menengah. 6. Menyusun pedoman dan metoda pemetaan berupa juklak pemetaan. 7. Membuat desain peta skala kecil. B. Melakukan pemetaan 1. Memilih dan menentukan kriteria data analog utama. 2. Memilih dan menentukan kriteria data digital utama. 3. Menyajikan data hasil pemetaan semi detail. 4. Melakukan penyempurnaan peta semi detail. 5. Melakukan pengolahan data detail. 6. Melakukan koreksi hasil penggambaran semi detail. 7. Melakukan pengecekan lapangan dan toponimi detail. 8. Melakukan proses kartografi detail. 9. Melakukan kontrol mutu pemetaan sederhana. 10. Melakukan proses triangulasi udara detail. 11. Melakukan penafsiran deliniasi dan simbolisasi detail. C. Melakukan supervisi pemetaan analog. 115

117 D. Memasyarakatkan hasil pemetaan 1. Menyebarluaskan hasil pemetaan melalui mass media. a. Menyebarluaskan hasil pemetaan nasional. b. Menyebarluaskan hasil pemetaan regional. 2. Memberikan pelayanan informasi detail. 3. Memberikan jasa konsultasi pemetaan semi detail. JUMLAH IV. KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN UNTUK JENJANG SATU TINGKAT DI ATAS/SATU TINGKAT DI BAWAH JENJANG JABATANNYA dst. JUMLAH 116

118 V. PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dibidang survei dan pemetaan 1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan iimiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentastkan pada perpustakaan instansi bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi yang bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 4. Tulisan ilmiah populer di bidang survei dan pemetaan yang disebarluaskan melalui media massa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan iimiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional. b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 117

119 Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah JUMLAH UNSUR UTAMA VI. PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN A. Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai B. Mengikuti seminar atau Iokakarya tingkat nasional/lnternasional, sebagai: a. Pemrasaran b. Moderator/pembahas/nara sumber c. Peserta C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat nasional/lntemasional D. Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh piagam kehormatan 1. Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun 2. Gelar kehormatan akademis F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan lainnya 1. Doktor 2. Pasca Sarjana 3. Sarjana/Diploma IV JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG 118

120 LAMPlRAN USUL/BAHAN YANG DINILAI , Tanggal... Pejabat Pengusul NIP. Catatan Tim Penilai..., Tanggal... Ketua Tim Penilai NIP. Catatan Pejabat Penilai..., Tanggal... Pejabat Penilai NIP. 119

121 CONTOH : DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN MADYA DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN SURVEYOR PEMETAAN MADYA NOMOR: LAMPIRAN II.c: KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : OT.02/60-KA/VIII2003 NOMOR : 26 Tahun 2003 TANGGAL : 14 Jull 2003 Masa penilaian tanggal... s.d... I KETERANGAN PERORANGAN 1 Nama : 2 NIP : 3 Nomor Seri KARPEG : 4 Tempat dan tanggal lahir : 5 Jenis kelamin : 6 Pendidikan yang telah diperhitungkan angka kreditnya : 7 Pangkat/golongan ruang/tmt : 8 Jabatan Surveyor Pemetaan Pelaksana 9 Masa Kerja Golongan Lama : Baru : 10 Unit Kerja : 120

122 ANGKA KREDIT MENURUT NO UNSUR YANG DINlLAI INSTANSI PENGUSUL TIM PENlLAI LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH UNSUR UTAMA I. PENDIDIKAN A. Pendidikan sekolah dengan memperoleh ijazah/gelar 1. Doktor (S3) 2. Pasca Sariana (S2) 3. Sarjana (S1)/Diploma IV II B. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang Survei dan Pemetaan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan latihan (STTPL) atau sertifikat 1. lamanya lebih dari 960 jam 2. lamanya jam 3. lamanya jam 4. lamanya jam 5. lamanya jam 6. lamanya jam JUMLAH KEGIATAN SURVEI A. Melakukan persiapan survei 1. Menyusun desain pengumpulan dan pengolahan data. 2. Menyusun desain pedoman dan metode survei. 3. Menyusun desain rencana operasional survei lapangan 4. Menyusun rencana survei jangka panjang. B. Melakukan survei lapangan 1. Melakukan penafsiran data survei detail. 2. Melakukan pengujian hasil penafsiran data survei detail. 3. Melakukan penyempurnaan hasil penafsiran data survei detail. 4. Mengendalikan mutu survei detail. C. Melakukan pemrosesan data hasil survei dengan mengendalikan mutu data survei detail. D. Melakukan supervisi survei detail. E. Memasyarakatkan hasil survei 1. Menyebarluaskan hasil survei melalui mass media Internasional. 2. Memberikan jasa konsultasi detail. 121

123 III KEGIATAN PEMETAAN A. Kegiatan persiapan pemetaan 1. Menyusun desain pengumpulan dan pengolahan data. 2. Menyusun desain analisa dan evaluasi data. 3. Menyusun petunjuk pelaksanaan desain kerangka kontrol pemetaan. 4. Menyusun rencana pemetaan jangka panjang. 5. Menyusun desain pedoman dan metode pemetaan. B. Melakukan pemetaan 1. Melakukan penyempurnaan peta detail. 2. Melakukan koreksi hasil penggambaran detail. 3. Melakukan kontrol mutu pemetaan semi detail. 4. Melakukan kontrol mutu pemetaan detail. C. Melakukan supervisi pemetaan digital. D. Memasyarakatkan hasil pemetaan 1. Menyebarluaskan hasil pemetaan Internasional. 2. Memberikan jasa konsultasi pemetaan detail. JUMLAH KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN UNTUK JENJANG SATU TINGKAT DI ATAS/SATU TlNGKAT DI BAWAH JENJANG JABATANNYA dst. JUMLAH 122

124 V. PENGEMBANGAN PROFESI A. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dibidang survei dan pemetaan 1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional b. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang 2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan iimiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentastkan pada perpustakaan instansi bersangkutan dalam bentuk: a. Buku b. Makalah 3. Makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan pada perpustakaan instansi yang bersangkutan dalam bentuk a. Buku b. Makalah 4. Tulisan ilmiah populer di bidang survei dan pemetaan yang disebarluaskan melalui media massa 5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan iimiah di bidang survei dan pemetaan dalam pertemuan ilmiah B. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang survei dan pemetaan 1. Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang dipublikasikan: a. Dalam bentuk buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional. b. Dalam majalah ilmiah yang diakul oleh instansi yang berwenang 123

125 Terjemahan/saduran buku di bidang survei dan pemetaan yang tidak dipublikasikan a. Dalam bentuk buku b. Dalam bentuk makalah JUMLAH UNSUR UTAMA VI. PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN A. Mengajar atau melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai B. Mengikuti seminar atau Iokakarya tingkat nasional/lntemasional, sebagai: a. Pemrasaran b. Moderator/pembahas/nara sumber c. Peserta C. Menjadi anggota organisasi profesi survei dan pemetaan Tingkat nasional/lntemasional D. Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan E. Memperoleh piagam kehormatan 1. Tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya (tiga puluh) tahun (dua puluh) tahun (sepuluh) tahun 2. Gelar kehormatan akademis F. Memperoleh ijazah/gelar kesarjanaan lainnya 1. Doktor 2. Pasca Sarjana 3. Sarjana/Diploma IV JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG 124

126 LAMPlRAN USUL/BAHAN YANG DINILAI , Tanggal... Pejabat Pengusul NIP. Catatan Tim Penilai..., Tanggal... Ketua Tim Penilai NIP. Catatan Pejabat Penilai..., Tanggal... Pejabat Penilai NIP. 125

127 CONTOH SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN LAMPIRAN III : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASi SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NOMOR : TANGGAL : Yang bertanda tangan di bawah ini : Menyatakan bahwa : SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN Nama :... NIP :... Pangkat/golongan ruang/tmt :... Jabatan :... Unit Kerja :... Nama :... NIP :... Pangkat/golongan ruang/tmt :... Jabatan :... Unit Kerja :... Telah melakukan kegiatan survei dan pemetaan : NO URAIAN KEGIATAN SURVEI DAN PEMETAAN TANGGAL SATUAN HASIL JUMLAH VOLUME KEGIATAN JUMLAH ANGKA KREDIT KETERANGAN/ BUKTI FISIK Demikian Surat Pernyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun Atasan langsung, Nama Jelas NIP 126

128 CONTOH SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI LAMPIRAN IV : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NOMOR : TANGGAL : SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI Yang bertanda tangan di bawah ini : Menyatakan bahwa : Nama :... NIP :... Pangkat/golongan ruang/tmt :... Jabatan :... Unit Kerja :... Nama :... NIP :... Pangkat/golongan ruang/tmt :... Jabatan :... Unit Kerja :... Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagai berikut : NO URAIAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI TANGGAL SATUAN HASIL JUMLAH VOLUME KEGIATAN JUMLAH ANGKA KREDIT KETERANGAN/ BUKTI FISIK Demikian Surat Pernyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun Atasan langsung, Nama Jelas NIP 127

129 CONTOH LAMPIRAN V : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN KEGIATAN PENUNJANG TUGAS NASIONAL DAN KEPALA BADAN SURVEYOR PEMETAAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NOMOR : TANGGAL : SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Menyatakan bahwa : Nama :... NIP :... Pangkat/golongan ruang/tmt :... Jabatan :... Unit Kerja :... Nama :... NIP :... Pangkat/golongan ruang/tmt :... Jabatan :... Unit Kerja :... Telah melakukan kegiatan penunjang tugas Surveyor Pemetaan sebagai berikut : NO URAIAN KEGIATAN PENUNJANG TUGAS SURVEYOR PEMETAAN TANGGAL SATUAN HASIL JUMLAH VOLUME KEGIATAN JUMLAH ANGKA KREDIT KETERANGAN/ BUKTI FISIK Demikian Surat Pernyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun Atasan langsung, Nama Jelas NIP 128

130 CONTOH PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT TERAMPIL/AHLI LAMPIRAN VI : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NOMOR : TANGGAL : PENETAPAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN TINGKAT TERAMPIL/AHLI *) INSTANSI : MASA PENILAIAN TANGGAL :... S.D TANGGAL... A. KETERANGAN PERORANGAN 1. NAMA : 2. NIP : 3. NOMOR SERI KARPEG : 4. JENIS KELAMIN : 5. PENDIDIKAN YANG TELAH DIPERHITUNGKAN : ANGKA KREDITNYA 6. PANGKAT/GOL. RUANG/TMT : 7. JABATAN SURVEYOR PEMETAAN : 8. MASA KERJA GOLONGAN LAMA BARU : : 9. UNIT KERJA : B. PENETAPAN ANGKA KREDIT LAMA BARU JUMLAH 1. UNSUR UTAMA a. Pendidikan 1). Pendidikan Sekolah dan memperoleh Ijazah/gelar 2). Pendidikan dan Pelatihan fungsional di bidang Surveyor Pemetaan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) atau sertifikat b. Kegiatan survei dan pemetaan c. Pengembangan profesi JUMLAH UNSUR UTAMA 2. UNSUR PENUNJANG Penunjang tugas Surveyor Pemetaan JUMLAH UNSUR PENUNJANG JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG C. DAPAT DIPERTIMBANGKAN UNTUK DINAIKKAN DALAM jabatan...pangkat... TMT... Ditetapkan di :... Pada tanggal :... Asli disampaikan dengan hormat kepada : Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN *) di Nama Jelas NIP. Tembusan disampaikan kepada : 1. Surveyor Pemetaan yang bersangkutan; 2. Pimpinan Unit Kerja Surveyor Pemetaan yang bersangkutan; 3. Sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan; 4. Pejabat yang berwenang menetapkan angka Kredit; 5. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bersangkutan. *) Coret yang tidak perlu 129

131 CONTOH LAMPIRAN VII : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPUTUSAN PENGANGKATAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN PERTAMA KALI/PENGANGKATAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEMBALI DALAM JABATAN KEPEGAWAIAN NEGARA SURVEYOR PEMETAAN NOMOR : NOMOR : TANGGAL : KEPUTUSAN... NOMOR :... TENTANG PENGANGKATAN PERTAMA KALI/PENGANGKATAN KEMBALI DALAM JABATAN SURVEYOR PEMETAAN Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan dari Pasal 21 dan Pasal 26 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 134/KEP/M.PAN/12/2002 tanggal 3 Desember 2002, dipandang perlu untuk mengangkat/mengangkat kembali *) Saudara... dalam jabatan Surveyor Pemetaan. b Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003; 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/ Keputusan Bersama Kepala Badan Koordinasi SURVEI dan Pemetaan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor :... dan Nomor...; Menetapkan MEMUTUSKAN : Pertama : Terhitung mulai tanggal : mengangkat/mengangkat kembali*) Pegawai Negeri Sipil : a. Nama :..... b. c. NIP :... Pangkat/Golongan ruang/tmt :... d. Unit Kerja :..... Dalam jabatan... dengan angka kredit... (...) 130

132 Kedua :... Ketiga :... Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya. Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :... Pada tanggal : Nama jelas NIP. Tembusan : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional BKN yang bersangkutan*); 2. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bersangkutan; 3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit; 4. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan *). 5. Pejabat Instansi lain yang berkepentingan. *) Coret yang tidak perlu. 131

133 CONTOH KEPUTUSAN PEMBEBASAN SEMENTARA DARI JABATAN SURVEYOR PEMETAAN LAMPIRAN VIII : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI SURVEi DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NOMOR : TANGGAL : KEPUTUSAN... NOMOR :... TENTANG PEMBEBASAN SEMENTARA DARI JABATAN SURVEYOR PEMETAAN Menimbang : a. bahwa Saudara:... NIP :... Pangkat... golongan ruang :..., berdasarkan Keputusan dari :... Nomor :..., tanggal :... dipandang perlu untuk membebaskan sementara dari jabatan Surveyor Pemetaan; b Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003; 5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002; 6. Keputusan Bersama Kepala Badan Koordinasi SURVEI dan Pemetaan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor :... dan Nomor...; Menetapkan MEMUTUSKAN : Pertama : Terhitung mulai tanggal :... membebaskan sementara Pegawai Negeri Sipil : a. Nama :... b. NIP :... c. Pangkat/Golongan ruang/tmt :... d. Unit Kerja :..... dari jabatan... dengan angka kredit sebesar... (...) Kedua : Saudara... dapat diangkat kembali dalam jabatan... apabila telah

134 Ketiga :... Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya. Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :... Pada tanggal : Nama jelas NIP. Tembusan : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional BKN yang bersangkutan*); 2. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bersangkutan; 3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit; 4. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan *). 5. Pejabat Instansi lain yang berkepentingan. *) Coret yang tidak perlu. 133

135 CONTOH LAMPIRAN IX : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPUTUSAN PEMBERHENTIAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN DARI JABATAN SURVEYOR NASIONAL DAN KEPALA BADAN PEMETAAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NOMOR : TANGGAL : KEPUTUSAN... NOMOR :... TENTANG PEMBERHENTIAN DARI JABATAN SURVEYOR PEMETAAN KARENA DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT BERAT DAN TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP/TIDAK DAPAT MENGUMPULKAN ANGKA KREDIT YANG DITENTUKAN*) Menimbang : a. bahwa Saudara :... NIP :... jabatan... pangkat...golongan ruang... terhitung mulai tanggal... telah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang Nomor... tanggal... /dinyatakan tidak dapat mengumpulkan angka kredit dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara*); b. bahwa untuk tertib administrasi dan menjamin kualitas profesionalisme Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Surveyor Pemetaan, dipandang perlu memberhentikan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dari jabatan Surveyor Pemetaan; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003; 6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002; 7. Keputusan Bersama Kepala Badan Koordinasi SURVEI dan Pemetaan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor :... dan Nomor...; Menetapkan MEMUTUSKAN : Pertama : Terhitung mulai tanggal :... memberhentikan dengan hormat dari jabatan Surveyor Pemetaan: a. b. c. d. Nama NIP :... :..... Pangkat/Golongan ruang/tmt :... Unit Kerja :..... Kedua : Sejalan dengan pemberhentian sebagaimana tersebut pada diktum Pertama, memberhentikan tunjangan jabatan fungsionalnya terhitung mulai bulan berikutnya dari tanggal ditetapkan keputusan ini. 134

136 Ketiga : **)... Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya. Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :... Pada tanggal : Nama jelas NIP. Tembusan : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional BKN yang bersangkutan*); 2. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bersangkutan; 3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit; 4. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan *). 5. Pejabat Instansi lain yang berkepentingan. *) Coret yang tidak perlu. **) diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu. 135

137 CONTOH LAMPIRAN X : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPUTUSAN PENYESUAIAN/ KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN INPASSING DALAM JABATAN DAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : NOMOR : TANGGAL : KEPUTUSAN... NOMOR :... TENTANG PENYESUAIAN/INPASSING DALAM JABATAN DAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN Menimbang : a. bahwa Saudara :... NIP :... dengan Keputusan...Nomor:..., tanggal :... terhitung mulai tanggal :... telah ditugaskan melakukan kegiatan Surveyor Pemetaan pada :... b. bahwa dengan berlakunya Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. tanggal, dipandang perlu menetapkan keputusan penyesuaian dalam jabatan dan angka kredit Surveyor Pemetaan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003; 6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/ Keputusan Bersama Kepala Badan Koordinator SURVEI dan Pemetaan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor :.... dan Nomor...; MEMUTUSKAN : Menetapkan Pertama : Terhitung mulai tanggal :... Pegawai Negeri Sipil : a. Nama :... b. NIP :..... c. Pangkat/Golongan ruang/tmt :... d. Unit Kerja :..... disesuaikan dalam jabatan... dengan angka kredit sebesar... (...) sesuai dengan Lampiran V atau VI *) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 134/KEP/M.PAN/12/2002 Kedua :.... Ketiga :

138 Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya. Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :... Pada tanggal : Nama jelas NIP. Tembusan : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional BKN yang bersangkutan*); 2. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bersangkutan; 3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit; 4. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan *). 5. Pejabat Instansi lain yang berkepentingan. *) Coret yang tidak perlu. 137

139 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pengembangan profesionalisme dan pengembangan pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil serta peningkatan mutu pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lemabran Negara Nomor 3041); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lemabran Negara Nomor 3058); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1976 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3068); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098); 138

140 6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3156); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1994 tentang Pendidikandan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3545); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu, serta bersifat mandiri. 2. Rumpun jabatan fungsional adalah himpunan jabatan fungsional yang mempunyai fungsi dan tugas yang berkaitan erat satu sama lain dalam melaksanakan salah satu tugas umum pemerintahan. 3. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. 4. Instansi pembina jabatan fungsional adalah instansi Pemerintah yang bertugas membina suatu jabatan fungsional menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 139

141 BAB II JENIS DAN KRITERIA JABATAN FUNGSIONAL Pasal 2 (1) Jabatan-jabatan fungsional dihimpun dalam rumpun jabatan fungsional. (2) Jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari : a. jabatan fungsional keahlian; b. jabatan fungsional ketrampilan. Pasal 3 Jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional ketrampilan ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut : a. Mempunyai metodologi, teknik analisis, teknik dan prosedur kerja yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan dan/atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi; b. Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; c. Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan : 1) Tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian; 2) Tingkat ketrampilan bagi jabatan fungsional ketrampilan; d. Pelaksanaan tugas bersifat mandiri; e. Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. BAB III WEWENANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL, DAN ANGKA KREDIT 140

142 Pasal 4 Presiden menetapkan rumpun jabatan fungsional atas usul Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara. Pasal 5 Penetapan jabatan dan angka kredit jabatan fungsional dilakukan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan memperhatikan usul dari pimpinan instansi pemerintah yang bersangkutan setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan teknis secara tertulis dari Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, dengan mengacu pada rumpun jabatan yang ditetapkan oleh Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pasal 6 Jabatan fungsional dan angka kredit yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan secara bertahap diadakan peninjauan kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. BAB IV PENGANGKATAN DANPEMBINAAN Pasal 7 Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ke dalam jabatan fungsional pada instansi pemerintah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai formasi yang telah ditetapkan. 141

143 Pasal 8 (1) Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendengar pertimbangan Tim Penilai. (2) Tim Penilai sebagainana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk oleh pimpinan instansi pembina jabatan fungsional atau pimpinan instansi pengguna jabatan fungsional. Pasal 9 Kenaikan dalam jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi disamping diwajibkan memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan harus pula memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 10 Perpindahan Pegawai Negeri Sipil antar jabatan fungsional atau antar jabatan fungsional dengan jabatan struktural dimungkinkan sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan tersebut. Pasal 11 (1) Pembina jabatan fungsional dilakukan oleh instansi pembina jabatan fungsional. (2) Penetapan instansi pembina jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan penetapan rumpun jabatan fungsional ditetapkan dengan Keputusan Presiden. 142

144 Pasal 12 Kebijaksanaan Pendidikan dan Pelatihan jabatan fungsional serta sertifikasi keahlian dan ketrampilan jabatan fungsional ditetapkan oleh instansi pembina jabatan fungsional dengan pembina Lembaga Administrasi Negara. BAB V TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL Pasal 13 (1) Kepada Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional dan telah ditetapkan angka kreditnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 diberikan tunjangan jabatan fungsional. (2) Besarnya tunjangan jabatan fungsional untuk setiap rumpun jabatan fungsional ditetapkan dengan Keputusan Presiden. BAB VI KETENTUAN LAIN Pasal 14 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, dan pimpinan instansi terkait lainnya, baik bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan tugasnya masing-masing. 143

145 BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 18 April1994 PRESIDEN REPUBLIKINDONESIA ttd. S O E H A R T O Diundangkan dijakarta pada tanggal 18 April1994 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd. M O E R D I O N O LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1994 NOMOR

146 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL UMUM Dalam rangka mencapai tujuan nasional, dibutuhkan adanya Pegawai Negeri Sipil dengan mutu profesionalisme yang memadai, berdayaguna dan berhasilguna di dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud di atas, dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja. Salah satu muatan di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1980 menyatakan bahwa dalam rangka usaha pembinaan karier dan peningkatan mutu profesionalisme, diatur tentang kemungkinan bagi Pegawai Negeri Sipil untuk menduduki jabatan fungsional. Peraturan Pemerintah ini dimaksud untuk mengatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional yang didalamnya memuat antara lain kriteria tentang jabatan fungsional dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat untuk menduduki jabatan fungsional. Selain itu diatur pula ketentuan tentang jenjang jabatan serta tata cara penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional. Dengan demikian diharapkan bahwa diterbitkannya Peraturan Pemerintah ini Pegawai Negeri Sipil dapat dipacu mutu profesionalisme melalui pembinaan karier yang berorientasi pada prestasi kerja, sehingga tujuan untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparatur Negara yang berdayaguna dan berhasilguna di dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dapat tercapai. 145

147 PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Jabatan-jabatan di dalam suatu rumpun jabatan tidak bersifat statis, akan tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga dapat terjadi pemerkayaan jabatan di dalam suatu rumpun jabatan. Sebagai contoh, pada awalnya rumpun jabatan pendidikan, hanya terdiri dari Dosen dan Guru. Namun karena tingkat kompleksitas kegiatan di bidang pendidikan dapat timbul kebutuhan akan jabatan fungsional baru misalnya antara lain, Ahli Kurikulum dan Ahli Pengujian. Dapat pula terjadi pengembangan jabatan dari spesialisasi kearah sub spesialisasi. Sebagai contoh : Dokter Spesialis Bedah dapat berkembang menjadi Dokter Spesialis Bedah Otak. Untuk pengembangan keahlian seperti tersebut diatas pada hakekatnya bertumpu pada jabatan yang sama. Pemerkayaan jabatan seperti tersebut di atas pada hakekatnya adalah merupakan perkembangan jabatan baru dalam satu rumpun jabatan. Ayat (2) lihat penjelasan Pasal 3 huruf a. Pasal 3 Huruf a Jabatan fungsional keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan dan/atau berdasarkan akreditas tertentu. Sedangkan jabatan fungsional ketrampilan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan sertifikasi yang ditentukan. 146

148 Sebagai contoh : dalam rumpun jabatan pranata komputer dilihat dari tugas pokok yang meliputi perancangan sistem dan pengembangan sistem, seorang sistem Analis adalah termasuk pejabat fungsional keahlian. Sedangkan Programer Komputer yang mempunyai tugas menjabarkan perancangan sistem, menyusun program operasional dan perawatannya adalah termasuk pejabat fungsional ketrampilan. Legalisasi keahlian dan kewenangan penanganan dari kedua jabatan fungsional tersebut ditetapkan dalam bentuk sertifikat. Huruf b Yang dimaksud dengan etika profesi adalah norma-norma atau kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh disiplin ilmu pengetahuan dan organisasi profesi yang harus dipatuhi oleh pejabat fungsional di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Organisasi profesi dibentuk dan menjadi wadah bagi para pejabat fungsional sesuai dengan rumpun jabatan fungsional yang bersangkutan. Huruf c Untuk menetapkan jenjang jabatan pada setiap jabatan fungsional, baik jabatan keahlian maupun jabatan fungsional ketrampilan dilakukan melalui evaluasi jabatan sesuai dengan faktor-faktor penilaian yang ditetapkan dengan memperhatikan karakteristik jabatan yang bersangkutan. Jenjang jabatan keahlian dan ketrampilan mempunyai jalur jenjang jabatan yang berbeda dan mempunyai jenjang pangkat yang berbeda pula satu sama lain. Huruf d Pejabat fungsional pada hakekatnya adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab hasil pelaksanaan tugas dan kewenangan pelaksanaan tugas secara mandiri. Di dalam melaksanakan tugasnya pejabat fungsional tidak mutlak harus bekerja sendiri. Dia dapat dibantu oleh tenaga fungsional yang lain, namun tanggung jawab hasil pelaksanaan tugas dan kewenangan pelaksanaan tugas tetap melekat pada pejabat fungsional tersebut. Contoh, seseorang Apoteker didalam meracik obat dapat dibantu oleh Asisten Apoteker. Namun hasil kerja Asisten Apoteker tetap menjadi tanggung jawab Apoteker. Dilain pihak tanggung jawab mandiri seorang Asisten Apoteker adalah dapat meracik obat sesuai dengan prosedur kerja yang dilakukan untuk keperluan tersebut. 147

149 Huruf e Penetapan jabatan fungsional dalam suatu unit organisasi dimungkinkan sepanjang jabatan fungsional tersebut sesuai dengan tugas dan fungsi dari organisasi yang bersangkutan. Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan fungsional disamping perlu mempertimbangkan lingkup tugas organisasi dengan rincian tugas jabatan fungsional, harus pula mempertimbangkan beban kerja yang ada yang memberi kemungkinan untuk pencapaian angka kredit bagi pejabat fungsional yang bersangkutan. Pasal 8 Ayat (1) Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat dan/atau memberhentikan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (2) Tim Penilai terdiri dari pejabat-pejabat fungsional dan dibantu oleh pejabat yang menangani bidang kepegawaian yang mempunyai jabatan serendah-rendahnya sama dengan pejabat fungsional yang dinilai. Tim Penilai memberikan pertimbangan kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dan kenaikan pangkat pejabat fungsional yang bersangkutan. Pembentukan Tim Penilai ditetapkan sebagai berikut : 1) Tim Penilai Pusat ditetapkan oleh pimpinan instansi pembina jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 Peraturan Pemerintah ini. 148

150 2) Tim Penilai Instansi ditetapkan oleh pimpinan instansi pengguna jabatan fungsional. 3) Mekanisme pendelegasian wewenang oleh instansi pembina. 4) Tim Penilai Pusat mempunyai kewenangan untuk menilai pejabat fungsional golongan II dan golongan III. Pasal 9 Angka Kredit yang dipakai sebagai penilaian prestasi kerja merupakan salah satu unsur dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil, oleh karenanya maka unsurunsur lain yang dipersyaratkan dalam DP3 bagi kenaikan pangkat atau kenaikan jabatan perlu dipenuhi oleh setiap pejabat fungsional. Pasal 10 Perpindahan antar jabatan fungsional persyaratannya ditetapkan untuk jabatan yang besangkutan, sedangkan untuk jabatan struktural persyaratannya ditentukan dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural. Pasal 11 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pembinaan adalah penetapan dan pengendalian terhadap standar profesi yang meliputi kewenangan penanganan prosedur pelaksanaan tugas dan metodologinya. Dalam pembinaan tersebut termasuk didalamnya penetapan petunjuk teknis yang diperlukan. Ayat (2) Instansi pembina jabatan fungsional adalah instansi yang menggunakan jabatan fungsional yang mempunyai bidang kegiatan sesuai dengan tugas pokok instansi tersebut atau instansi yang apabila dikaitkan dengan bidang tugasnya dianggap mampu untuk ditetapkan sebagai pembina jabatan fungsional. Contoh, Departemen Kesehatan sebagai Pembina Jabatan Fungsional Doketer, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Pembina Jabatan Fungsional Guru dan Biro Pusat Statistik sebagai Pembina Jabatan Fungsional Pranata Komputer. 149

151 Pasal 12 Kebijaksanaan umum pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional ditetapkan oleh Lembaga Administrasi Negara. Pendidikan dan Pelatihan penjenjangan teknis fungsional dilaksanakan oleh instansi pembina jabatan fungsional, sedangkan pendidikan dan latihan lainnya dapat dilaksanakan oleh masing-masing instansi dengan koordinasi instansi pembina jabatan fungsional. Sertifikat keahlian dan ketrampilan diberikan oleh instansi pembina jabatan fungsional dengan pembinaan Lembaga Administrasi Negara. Pasal 13 Ayat (1) Besarnya tunjangan jabatan fungsional ditetapkan berdasarkan jenjang jabatan fungsional yang telah ditetapkan. Ayat (2) Besarnya tunjangan jabatan fungsional ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

152 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewadahi keberadaan dan sekaligus sebagai landasan bagi penetapan jabatan-jabatan fungsional yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, dipandang perlu menetapkan Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; b. bahwa berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, Presiden menetapkan Rumpun Jabatan Fungsional atas usul Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil. Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); 151

153 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 19); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3156); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1991 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil secara Langsung (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3438); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut jabatan fungsional adalah kedudukan yang 152

154 menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu, serta bersifat mandiri. 2. Rumpun jabatan fungsional adalah himpunan jabatan fungsional keahlian dan/atau jabatan fungsional ketrampilan yang mempunyai fungsi dan tugas yang berkaitan erat satu sama lain dalam melaksanakan salah satu tugas umum pembangunan. 3. Jenis rumpun jabatan fungsional adalah perumpunan jabatan fungsional ditinjau dari perpaduan pendekatan antara jabatan dan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas dan fungsi jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan. 4. Jabatan fungsional Keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang keahliannya. Tugas utama Jabatan Fungsional Keahlian meliputi pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan pemberian pengajaran dengan cara yang sistematis. 5. Jabatan fungsional Ketrampilan adalah jabatan fungsional kualifikasi teknisi atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih. Tugas utama Jabatan Fungsional Ketrampilan meliputi pelaksanaan kegiatan teknis yang berkaitan dengan penerapan konsep dan metode operasional di bidang ilmu pengetahuan tersebut serta pemberian pengajaran di tingkat pendidikan tertentu. 6. Bobot jabatan adalah nilai kumulatif faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi redahnya jenjang jabatan antara lain pendidikan, pengalaman, upaya fisik dan mental 153

155 yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dalam suatu jabatan. 7. Kualifikasi profesional adalah kualifikasi yang bersifat keahlian yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan yang berkelanjutan secara sistematis yang pelaksanaan tugasnya meliputi penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan dan penerapan konsep, teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah serta memberikan pengajarannya dan terikat pada etika profesi. 8. Kualifikasi teknisi atau penunjang profesional adalah kualifikasi yang bersifat ketrampilan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan kejuruan dan pelatihan teknis yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional berdasarkan prosedur standar operasional serta melatihkannya dan terikat pada etika profesi. BAB II TUJUAN PENETAPAN RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL Pasal 2 Rumpun jabatan fungsional ditetapkan untuk mewadahi keberadaan dan sekaligus sebagai landasan bagi penetapan jabatan fungsional keahlian dan/atau jabatan fungsional ketrampilan yang diperlukan oleh pemerintah dalam rangka terselenggaranya tugas umum pemerintahan. BAB III JENIS RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL DAN JENJANG JABATAN FUNGSIONAL Bagian Pertama Jenis Rumpun Jabatan Fungsional 154

156 Pasal 3 (1) Jenis rumpun jabatan fungsional disusun dengan menggunakan perpaduan pendekatan antara jabatan dan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas dan fungsi jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan. (2) Jenis rumpun jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan Presiden ini. Bagian Kedua Jenjang Jabatan Fungsional Pasal 4 Jabatan-jabatan yang dihimpun dalam rumpun jabatan fungsional dapat dikategorikan dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional ketrampilan. Pasal 5 (1) Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya: a. Mensyaratkan kualifikasi profesional dengan pendidikan serendah-rendahnya berijasah Sarjana (Strata-1); b. Meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan, peningkatan dan penerapan konsep dan teori serta metode operasional dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan fungsional yang bersangkutan; c. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya. 155

157 (2) Berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam 4 (empat) jenjang jabatan yaitu: a. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan Pembina Utama, golongan ruang IV/e b. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sampai dengan Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c. c. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat teknis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. d. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. Pasal 6 (1) Jabatan fungsional ketrampilan adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya: a. Mensyaratkan kualifikasi teknisi profesional dan/atau penunjang profesional dengan 156

158 pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan dan setinggi-tingginya setingkat Diploma III (D-3); b. Meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan penerapan konsep atau metoda operasional dari suatu bidang profesi; c. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya. (2) Berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional ketrampilan dibagi dalam 4 (empat) jenjang jabatan yaitu: a. Jenjang Penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fungsional tingkat di bawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. c. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai 157

159 dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d. d. Jenjang Pelaksana Pemula, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan Pengatur Muda, golongan ruang II/a. Pasal 7 Jenjang jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional ketrampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 didasarkan pada penilaian bobot masingmasing jabatan fungsional dan ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Pasal 8 (1) Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional ketrampilan diberikan tunjangan jabatan fungsional. (2) Besarnya tunjangan jabatan fungsional untuk masing-masing jenjang jabatan fungsional keahlian adalah : a. Jenjang Utama, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon Ia; b. Jenjang Madya, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIa 158

160 c. Jenjang Muda, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIIa; d. Jenjang Pertama, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IVa; (3) Besarnya tunjangan jabatan fungsional untuk masing-masing jenjang jabatan fungsional ketrampilan adalah : a. Jenjang Penyelia, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIIa; b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, setinggitingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IVa; c. Jenjang Pelaksana, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon Va; d. Jenjang Pelaksana Pemula, setinggi-tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon Vb. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 Jabatan Fungsional yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum ditetapkannya Keputusan Presiden ini, tetap berlaku dengan ketentuan harus sudah disesuaikan selambatlambatnya 3 (tiga) tahun terhitung setelah Keputusan Presiden ini ditetapkan. 159

161 BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan Keputusan Presiden ini, ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Pasal 11 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE 160

162 LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TANGGAL 30 JULI DAFTAR RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL DAN PENJELASANNYA 1. Rumpun Fisika, Kimia dan yang berkaitan Rumpun Fisika, Kimia dan jabatan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penerapan ilmu pengetahuan di bidang ilmu fisika, astronomi, meteorologi, kimia, geologi dan geofisika. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. b. c. Pranata Nuklir; Pengamat Meteorologi dan Geofisika; Pengawas Radiasi. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. b. c. Asisten Pranata Nuklir; Asisten Pengamat Meteorologi dan Geofisika; Asisten Pengawas Radiasi. 2. Rumpun Matematika, Statistika dan yang berkaitan Rumpun Matematika, Statistika dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori matematika aktuaria atau konsep statitiska dan mengaplikasikannya 161

163 pada bidang teknik, ilmu pengetahuan alam dan sosial serta melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penerapan konsep, prinsip dan metode operasional ilmu matematika, statistika dan aktuaria. Contoh jabatan fungsional keahlian : Statistisi. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Statistisi. 3. Rumpun Kekomputeran Rumpun Kekomputeran adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori, dan metoda operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang perencanaan pengembangan dan peningkatan sistem yang berbasis komputer, pengembangan perangkat lunak, prinsip dan metoda operasional, pemeliharaan kamus data dan sistem menajemen, database untuk menjamin integritas dan keamanan data, serta membantu pengguna komputer dan perangkat lunak standar, mengontrol dan mengoperasikan komputer dan peralatannya; melaksanakan tugastugas pemrograman yang berhubungan dengan pemasangan dan pemeliharaan perangkat keras dan perangkat lunak. Contoh jabatan fungsional keahlian : Pranata Komputer. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Pranata Komputer. 162

164 4 Rumpun Arsitek, Insinyur dan yang berkaitan Rumpun Arsitek, Insinyur dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya melakukan penelitian, meningkatkan dan mengembangkan konsep, teori dan metode operasional, menerapkan pengetahuan dan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penerapan konsep, prinsip dan metode operasional di bidang arsitektur, dan teknologi serta efisiensi dalam proses produksi. Contoh Jabatan fungsional keahlian : a. Teknik Pengairan; b. Teknik Jalan dan Jembatan; c. Teknik Penyehatan dan Lingkungan; d. Teknik Bangunan dan Perumahan; e. Surveyor dan Pemeta; f. Penyelidik Bumi. Contoh jabatan fungsional ketrampilan a. Asisten Teknik Pengairan; b. Asisten Teknik Jalan dan Jembatan; c. Asisten Teknik Penyehatan dan Lingkungan; d. Asisten Teknik Tata Bangunan dan Perumahan; e. Asisten Surveyor dan Pemeta. 5. Rumpun Penelitian dan Perekayasaan Rumpun Penelitian dan Perekayasaan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negei Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional yang berhubungan dengan bidang penelitian dan perekayasaan dan melakukan kegiatan teknis yang berhubungan penelitian dan perekayasaan. Contoh Jabatan Fungsional Keahlian : a. Peneliti; b. Perekayasa. 163

165 Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Teknisi Penelitian dan Perekayasa (Litkayasa). 6. Rumpun Ilmu Hayat Rumpun Ilmu Hayat adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya adalah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan teori dan metode operasional, penerapan ilmu pengetahuan di bidang biologi, mikrobiologi, botani, ilmu hewan, ekologi, anatomi, bakteorologi, biokimia, fisiologi, citologi, genetika, agronomi, fatologi atau farmakologi serta melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, penerapan konsep prinsip dan metode operasional di bidang biologi, ilmu hewan, agronomi dan kehutanan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan; b. Pengendali Hama dan Penyakit Ikan; c. Pengawas Benih Tanaman; d. Pengawas Benih Ikan; e. Pengawas Bibit Ternak; f. Medik Veteriner; g. Penyuluh Pertanian; h. Penyuluh Kehutanan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan; b. Asisten Pengendali Hama dan Penyakit Ikan; c. Asisten Pengawas Benih Tanaman; d. Asisten Pengawas Benih Ikan; e. Asisten Pengawas Bibit Ternak; f. Para Medik Veteriner; g. Asisten Penyuluh Pertanian; h. Asisten Penyuluh Kehutanan. 164

166 7. Rumpun Kesehatan Rumpun Kesehatan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya adalah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional, penerapan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan kegiatan teknis di bidang peningkatan kesehatan pencegahan penyakit manusia, pengobatan dan rehabilitassi, kesehatan gigi dan mulut, farmasi, serta perawatan orang sakit dan kelahiran bayi. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Dokter; b. Dokter Gigi; c. Apoteker; d. Perawat; e. Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Apoteker; b. Asisten Penyuluh Kesehatan Masyarakat; c. Terapis Wicara; d. Asisten Perawat. 8. Rumpun Pendidikan Tingkat Pendidikan Tinggi Rumpun Pendidikan Tingkat Pendidikan Tinggi adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, peningkatan dan pengembangan konsep, teori dan metoda operasional disiplin ilmu khusus di bidang pendidikan tinggi, melaksanakan tugas mengajar pada pendidikan tinggi disamping penyiapan buku dan tulisan ilmiah. Contoh jabatan fungsional keahlian : Dosen. 165

167 9. Rumpun Pendidikan Tingkat Taman Kanak-kanak, Dasar, Lanjutan dan Sekolah Khusus Rumpun Pendidikan Tingkat Taman Kanak-kanak, Dasar, Lanjutan dan Sekolah Khusus adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional di bidang pendidikan dan pengajaran pada Tingkat Taman Kanak-kanak, Dasar, Lanjutan dan Sekolah Khusus serta mengajar anak-anak atau orang dewasa yang cacat fisik dan cacat mental atau mempunyai kesuliitan belajar pada tingkat pendidikan tertentu. Contoh Jabatan fungsional keahlian : Guru Ahli. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Guru Terampil. 10. Rumpun Pendidikan Lainnya Rumpun Pendidikan Lainnya adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan, atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional di bidang pendidikan dan pengajaran umum serta pendidikan dan pengajaran yang tidak berhubungan dengan pengajaran sekolah formal, memberikan saran tentang metoda dan bantuan pengajaran, menelaah serta memeriksa hasil kerja yang telah dicapai oleh guru dalam penerapan kurikulum, memberikan pelatihan penggunaan teknologi tinggi. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pengawas Sekolah; b. Ahli Kurikulum; c. Ahli Pengujian; d. Pamong Belajar; e. Widyaiswara. 166

168 Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Pamong Belajar. 11. Rumpun Operator Alat-alat Optik dan Elektronik Rumpun Operator Alat-alat Optik dan Elektronik adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas melakukan pemotretan, mengontrol gambar yang bergerak dan video kamera dan peralatan lain untuk merekam dan menyempurnakan citra dan suara, mengontrol penyiapan dan sistem alat telekomunikasi, mengontrol penggunaan alat untuk keperluan diagnosa medis dan perawatan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan: a. Pemantau Frekuensi Radio; b. Pengatur Frekuensi Radio; c. Operator Transmisi Sandi. 12. Rumpun Teknisi dan Pengontrol Kapal dan Pesawat Rumpun Teknisi dan Pengontrol Kapal dan Pesawat adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas memberi komando dan menavigasi kapal serta pesawat, melaksanakan fungsi teknis untuk menjamin efisiensi dan keselamatan pelayaran serta penerbangan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan: a. Teknisi Penerbangan; b. Teknisi Pelayaran. 167

169 13. Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional serta memeriksa pengimplementasian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dangan pencegahan kebakaran dan bahaya lain, keselamatan kerja, perlindungan kesehatan dan lingkungan, keselamatan proses produksi, barang dan jasa yang dihasilkan dan juga hal-hal yang berhubungan dengan standar kualitas dan spesifikasi pabrik. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pengawas Ketenagakerjaan; b. Penguji Mutu Barang; c. Penera; d. Pengawas Farmasi dan Makanan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Pengawas Ketenagakerjaan; b. Asisten Penguji Mutu Barang; c. Asisten Penera; d. Asisten Pengawas Farmasi dan Makanan. 14. Rumpun Akuntan dan Anggaran Rumpun Akuntan dan Anggaran adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori, dan metoda operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang pemberian saran penyeliaan atau melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan akuntansi, anggaran dan manajemen keuangan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Akuntan; b. Auditor. 168

170 Contoh jabatan fungsional ketrampilan: Asisten Auditor. 15. Rumpun Asisten Profesional yang berhubungan dengan Keuangan dan Penjualan Rumpun Asisten Profesional yang berhubungan dengan Keuangan dan Penjualan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas melakukan kegiatan teknis dalam analisis kecenderungan pasar di bidang keuangan dan devisa, menaksir nilai komoditi, real estate atau properti lain atau menjual lewat lelang atas nama Pemerintah. Contoh jabatan fungsional keahlian : Penilai Pajak Bumi dan Bangunan Contoh jabatan fungsional ketrampilan: Asisten Pajak Bumi dan Bangunan. 16. Rumpun Imigrasi, Pajak dan Asisten Profesional yang berkaitan Rumpun Imigrasi, Pajak dan Asisten Profesional yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas memberlakukan dan menerapkan peraturan perundangundangan pemerintah yang berhubungan dengan batas negara, pajakpajak, jaminan sosial, ekspor dan impor barang, pembentukan usaha, pendirian gedung, serta kegiatan lain yang berhubungan dengan penerapan Peraturan Pemerintah. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pemeriksa Bea dan Cukai; b. Pemeriksa Pajak. 169

171 Contoh jabatan fungsional ketrampilan: Asisten Pemeriksa Bea dan Cukai. 17. Rumpun Manajemen Rumpun Manajemen adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan, atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional, penerapan ilmu pengetahuan di bidang peningkatan sistem, pemberian saran atau pengelolaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan sumber daya manajemen. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Analis Manajemen; b. Analis Kepegawaian. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Analis Kepegawaian. 18. Rumpun Hukum dan Peradilan Rumpun Hukum dan Peradilan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang hukum, perancangan peraturan perundang-undangan serta pemberian saran dan konsultasi pada para klien tentang aspek hukum, penyelidikan kasus, pelaksanaan peradilan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Perancang Peraturan Perundang-undangan; b. Jaksa. 170

172 19. Rumpun Hak Cipta, Paten dan Merek Rumpun Hak Cipta, Paten dan Merek adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori, dan metoda operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang pemberian saran, pengadministrasian, penyeliaan serta pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan pengatalogan, registrasi dari hak cipta, penetapan hak paten, pendaftaran merek dagang sesuai dengan aturan yang berlaku. Contoh jabatan fungsional keahlian a. Pemeriksa Paten; b. Pemeriksa Merek. Contoh jabatan fungsional ketrampilan: Asisten Pemeriksa Merek. 20. Rumpun Penyidik dan Detektif Rumpun Penyidik dan Detektif adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas menyelidiki fakta yang berhubungan dengan tindak kriminal dalam rangka membuktikan pihak yang bersalah, mengumpulkan informasi tentang seseorang yang diduga berbuat kriminal, melakukan penyelidikan tindakan yang mencurigakan di perusahaan, toko ataupun di tempat umum. Contoh fungsional keahlian : Agen. 171

173 21. Rumpun Arsiparis, Pustakawan dan yang berkaitan Rumpun Arsiparis, Pustakawan dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang pengembangan dan pemeliharaan koleksi arsip, perpustakaan, museum, koleksi benda seni dan benda yang sejenis serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan kearsipan dan kepustakaan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Arsiparis; b. Pustakawan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Arsiparis; b. Asisten Pustakawan. 22. Rumpun Ilmu Sosial dan yang berkaitan Rumpun Ilmu Sosial dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, pengembangan konsep, dan metoda operasional serta penerapan ilmu pengetahuan berhubungan dengan filosofi, sosiologi, psikologi dan ilmu sosial lainnya; memberikan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan keluarga dalam masyarakat. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pekerja Sosial; b. Penyuluh KB. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Pekerja Sosial; b. Asisten Penyuluh KB. 172

174 23. Rumpun Penerangan dan Seni Budaya Rumpun Penerangan dan Seni Budaya adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, pengamatan, penciptaan, peningkatan atau pengembangan konsep, teori, dan metoda operasional di bidang pelaksanaan kegiatan pemeliharaan karya seni, museum, bahasa, sejarah, antropologi, dan arkeologi serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pekerjaan penerangan kepada masyarakat, pengamatan dan penciptaan serta pemeliharaan karya seni, benda seni, benda bersejarah (museum). Contoh jabatan fungsional keahlian : Pamong Budaya. Contoh jabatan fungsional ketrampilan: Asisten Pamong Budaya. 24. Rumpun Keagamaan Rumpun Keagamaan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional serta pelaksanaan kegitan teknis yang berhubungan dengan pembinaan rohani dan moral masyarakat sesuai dengan agama yang dianutnya. Contoh jabatan fungsional keahlian : Penyuluh Agama. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Penyuluh Agama. 173

175 25. Rumpun Politik dan Hubungan Luar Negeri Rumpun Politik dan Hubungan Luar Negeri adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan perumusan pengevaluasian, penganalisisan serta penerapan kebijaksanaan di bidang politik, pemerintahan dan hubungan internasional. Contoh jabatan fungsional keahlian : Diplomat. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Analis Politik. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE 174

176 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2003 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian, dan semangat kerja bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan, dipandang perlu memberikan Tunjangan Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan dengan Keputusan Presiden; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 17); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); 175

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/10/M.PAN/2007 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin pembinaan profesi, karir, kepangkatan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN XV : KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TANGGAL : 17 Februari 2004 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PNDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.697, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Statistisi. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/8/2006 NOMOR : 18 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu

Lebih terperinci

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 04/PRT/M/2014 NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA - 1 - SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

Lebih terperinci

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.410, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Rescuer. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

- 5 - k. memfasilitasi

- 5 - k. memfasilitasi - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

III. PENGAWAS BENIH IKAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN III. PENGAWAS BENIH IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1096, 2013 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN DAN APARATUR NEGARA. Penyuluh Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 entang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA - 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILAI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.459, 2015 PERATURAN BERSAMA. Pengamat Tera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 12/M-DAG/PER/1/2015

Lebih terperinci

Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Yogyakarta

Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Yogyakarta KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI YOGYAKARTA Nomor 02/Perat/YSRY/2009 tentang PERATURAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER PADA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Pengurus Yayasan Slamet Rijadi Yogyakarta

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1 No.84,2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. PNS. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Instruktur. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSTRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA 1 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.875, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI.. Auditor Kepegawaian. Jafung. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

XX. TEKNISI LITKAYASA

XX. TEKNISI LITKAYASA XX. TEKNISI LITKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIP

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIP No.1860, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Peneliti. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/109/M.PAN/11/2005 TENTANG JABATAN FUNGS/ONAL PRANATA HUBUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1797, 2014 KEMENPAN RB. Pranata Laboratorium Kemetrelogian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001 KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN: - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEIMIGRASIAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. No.31, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

XV. PRANATA KOMPUTER

XV. PRANATA KOMPUTER XV. PRANATA KOMPUTER K. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan sistem

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2009 NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS DAN ANGKA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 27 TAHUN 2014 NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 27 TAHUN 2014 NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K No.2087, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Perencana. Angka Kredit. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERBER-MKP/2014 NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/62 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTK NOMOR 141 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA TIM PENILAI ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI I. TUJUAN Petunjuk Teknis

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2015 PERATURAN BERSAMA. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN VII. DOKTER A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci