TEKNIK OPERASI CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT YANG DIGUNAKAN DI SULAWESI SELATAN PADA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
|
|
- Suharto Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TEKNIK OPERASI CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT YANG DIGUNAKAN DI SULAWESI SELATAN PADA TAHUN SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi SRI HARYUTI J FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
2 ABSTRAK Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Gangguan yang terjadi pada saat intra uterin terutama pada masa-masa pembentukan organ, bisa menyebabkan timbulnya kelainan pada anak yang akan dilahirkan. Kelainan yang sering muncul adalah kelainan pada wajah, antara lain celah bibir. 1 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja teknik operasi celah bibir dan langit-langit yang digunakan di Sulawesi Selatan pada tahun Sampel penelitian yang digunakan adalah data pasien yang telah di diagnosis celah bibir dan langit-langit dan melakukan operasi labioplasty atau palatoplasty yang terdapat pada medical record. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan pada operasi celah bibir dan langit-langit yang dilakukan di Sulawesi Selatan pada tahun sebanyak 207 pasien dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan operasi yang digunakan. Untuk operasi celah bibir unilateral teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik linear atau Straight line closure. Sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Quadrangular. Pada celah bibir bilateral teknik operasi yang paling banyak digunakan yaitu teknik Barsky, sedangkan teknik yang paling jarang di gunakan teknik Manchester. Kemudian untuk operasi celah palatum teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik 2-flap sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Von Langenbeck. Kata kunci : celah bibir, celah langit-langit, teknik operasi, labioplasty, palatoplasty.
3 Abstract Growth and development of the face and oral cavity is a very complex process. Disturbance during intrauterine especially in times of formation of organs, can cause abnormalities in the children who will be born. The disorder is a disorder that often appear on the face, such as cleft lip. 1 The purpose of this study is to determine what operating techniques of cleft lip and palate used in South Sulawesi in The samples used in this study is the data in the diagnosis of patients who have cleft lip and palate surgery and labioplasty or palatoplasty contained in the medical record. The study was conducted using a cross-sectional approach using purposive sampling method. The results showed the cleft lip surgery and palate conducted in South Sulawesi in the year a total of 207 patients were stratified by type of surgery is used. For unilateral cleft lip surgery technique is the most widely used technique of linear or Straight line closure. While most techniques are rarely used technique Quadrangular. In the bilateral cleft lip surgery technique is the most widely used techniques Barsky, while the technique least used techniques Manchester. Cleft palate surgery and then for the most widely used technique is 2-flap technique while the most rarely used technique that Von Langenbeck technique. Key words : cleft lip, cleft palate,operating techniques,labioplasty,palatoplasty.
4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Gangguan yang terjadi pada saat intra uterin terutama pada masa-masa pembentukan organ, bisa menyebabkan timbulnya kelainan pada anak yang akan dilahirkan. Kelainan yang sering muncul adalah kelainan pada wajah, antara lain celah bibir. 1 Pertumbuhan yang salah pada awal perkembangan merupakan dasar dari kelainan kranofasial. Pada kelainan celah bibir terjadi karena kegagalan penyatuan prosesus frontonasalis dengan prosesus maksilaris pada masa kehamilan antara minggu ke-4 hingga minggu ke-7. Pertumbuhan wajah berkembang cepat pada usia 5 tahun pertama dan setelah usia 13 tahun mulai menurun. 2 Embrio pada daerah kepala dan leher mesoderm bermigrasi melalui atas maupun samping kepala. Migrasi melalui samping kepala dan atas memperkuat dinding epithelial dan membran bibir. Setelah lebih banyak mesoderm bermigrasi kearah medial, maka terbentuklah dasar hidung sampai nostril sill disusul terjadinya bibir dan akhirnya merah bibir. Kegagalan dari proses ini menyebabkan kelainan pada bentuk bibir yang dinamakan bibir sumbing ( celah bibir ). 3
5 Pembentukan wajah terjadi pada minggu ke-5 sampai dengan minggu ke- 10. Pada saat minggu ke lima, dua tonjolan akan tumbuh dengan cepat, yaitu tonjolan nasal medial dan lateral. Tonjolan nasal lateral akan membentuk alae hidung, sedangkan tonjolan medial akan membentuk (1) bagian tengah hidung, (2) bagian tengah bibir atas, (3) bagian tengah rahang atas, serta (4) seluruh langitlangit primer. Secara simultan, tonjolan maksila akan mendekati tonjolan nasal lateral dan medial akan tetapi tetap tidak menyatu karena dipisahkan oleh suatu lekukan yang jelas. 4 Selama dua minggu berikutnya terjadi perubahan bermakna pada wajah. Tonjolan maksila terus tumbuh kearah medial dan menekan tonjolan nasal kearah midline. Selanjutnya terjadi penyatuan tonjolan-tonjolan nasal dengan tonjolan maksila disisi lateral. Jadi bibir bagian atas dibentuk oleh dua tonjolan nasal dan dua tonjolan maksila. 4 Tonjolan yang menyatu di bagian medial, tidak hanya bertemu di daerah permukaan, tetapi terus menyatu sampai dengan bagian yang lebih dalam. Struktur yang dibentuk oleh dua tonjolan yang menyatu ini dinamakan segmen intermaksilaris. Bagian ini terdiri dari (1) bagian bibir yang membentuk philtrum dan bibir atas, (2) komponen rahang atas yang mendukung empat gigi insisivus, (3) komponen palatum yang membentuk segitiga palatum primer. Di bagian atas, segmen intermaksila menyatu dengan septum nasal yang dibentuk oleh prominence frontal. 4
6 Palatum sekunder terbentuk dari pertumbuhan dua tonjolan maksila yang disebut palatine shelves. Pada minggu ke enam, palatine shelves tumbuh miring kearah bawah di kedua sisi lidah. Pada minggu ke tujuh posisinya horizontal di atas lidah dan kemudian kedua sisinya menyatu dan membentuk palatum sekunder. Di bagian anterior terjadi penyatuan dengan palatum primer, pada titik pertemuan ini terjadi foramen incisivum. 4 Pada saat yang sama, septum nasal tumbuh kearah bawah dan bergabung dengan permukaan atas palatum yang baru terbentuk. Palatine shelves saling menyatu dengan palatum primer pada minggu ke tujuh dan ke sepuluh masa pertumbuhan embrio. 4 Kelainan celah bibir dan langit dapat di sebabkan oleh gen yang diturunkan oleh kedua orang tua penderita ( herediter ) dan faktor lingkungan : 5 1. Herediter Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat keluarga yang mengalami mutasi genetik. Faktor genetik hanya 20% -30% berpengaruh pada terjadinya celah bibir atau celah langit-langit. Insiden celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit 1 : kelahiran adapun dilihat dari segi etnis insiden pada ras Asia 1 : 500 kelahiran, ras Kaukasia 1 : kelahiran, ras Afrika Amerika 1 : 2000 kelahiran. 2. Lingkungan Lingkungan ikut berperan pada perkembangan embriologi antara lain defisiensi nutrisi, radiasi, beberapa jenis obat, virus, kekurangan vitamin
7 dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Beberapa jenis obat dan kebiasaan antara lain : phenytoin, alkohol, retinoic acid, perokok dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Faktor lingkungan sebagai penyebab celah bibir dan langit-langit telah banyak diketahui, walaupun tidak sepenting faktor genetik, tetapi faktor lingkungan adalah faktor yang dapat dikendalikan sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. 4 Menurut penelitian di Amerika serikat dari 700 kelahiran terdapat satu kelahiran dengan celah bibir dan langit-langit. Kedua deformitas akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Biasanya celah bibir terjadi secara bersamaan dengan celah langit-langit, hanya kurang lebih 5% celah bibir yang ditemukan tanpa di sertai dengan celah langit-langit. Celah bibir kebanyakan terjadi hanya pada satu sisi saja ( unilateral ) dan lebih dari 20% kasusnya terjadi pada sisi kanan. 6 Kejadian celah bibir dan celah langit-langit hampir 45%, di ikuti dengan celah langit-langit saja 35% dan celah bibir saja hampir 20%. Frekuensi kejadian pada laki-laki dua kali lipat dari pada wanita. Celah bibir satu sisi lebih sering dibandingkan dua sisi dan lebih sering terjadi pada sisi kiri, perbandingan insidensi sisi kiri dan sisi kanan adalah 6 : 3. Celah bibir lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan, dengan perbandingan 3 : 2, sedangkan celah langit-langit saja lebih sering terjadi pada anak perempuan. 2
8 Kelainan yang ditimbulkan akibat celah bibir dapat terlihat, terasa dan terdengar maka kelainan tersebut menyebabkan penderitaan bagi pasien. Adanya kelainan ini juga menimbulkan shock barat bagi orang tua. Akibat fisik yang ditimbulkan antara lain berupa kelainan bentuk wajah, rongga mulut, suara, gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang, erupsi dan letak gigi tidak teratur. Hal tersebut mengakibatkan aktifitas makan dan minum terganggu, suara sengau, bicara kurang jelas karena intonasi huruf tidak sempurna. Dampak yang kemudian muncul adalah rasa rendah diri. 5,6 Untuk mengatasi keadaan tersebut maka tindakan bedah labioplasty atau palatoplasty perlu dilakukan untuk merekonstruksi celah bibir dan celah langitlangit. Syarat pembedahan mengacu pada The Rule of Tens, yaitu berat bayi mencapai 10 pound ( 4,5 kg ), jumlah leukosit dibawah per milimeter kubik, HB di atas 10 gr%, dan umur di atas 10 minggu. Sedangakan menurut Fisher, rekonstruksi celah bibir sebaiknya dikerjakan sedini mungkin. 7,1 Penanganan dilakukan untuk memelihara fungsi rongga mulut dan usaha mempertahankan perkembangan dan pertumbuhan normal. Agar hasil koreksi celah bibir memuaskan maka perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut : 1). Penyatuan kulit, otot dan membran mukosa yang cermat; 2). Dasar cuping hidung simetris; 3). Lubang hidung simetris; 4). Vermillion border simetris; 5). Bibir harus mencuat dan; 6). Jaringan parut minimal. 2 Ada beberapa metode yang bisa di gunakan untuk operasi celah bibir bilateral yaitu Barsky, Straight Line Clossure, Millard, Manchester. Untuk
9 perawatan celah bibir unilateral dikalsifikasikan kedalam empat kategori besar, yaitu : Linear, Triangular, Quadrangular, Rotation. Sedangkan teknik pembedahan untuk pasien dengan celah palatum meliputi : Von Langenbeck, 2- flap, 3-flap (V-to-Y), dan Double Z-plasty (Furlow) bedah palatum. Pemilihan metode ini di dasarkan pada kondisi kelainan celah bibir pada masing-masing pasien. 1,8,9 Metode Barsky digunakan untuk celah bibir bilateral dengan prolabium yang pendek, dengan metode ini bisa memperpanjang prolabium. Straight Line Clossure digunakan untuk celah bibir bilateral komplit dengan prolabium yang panjang. Metode Millard bisa digunakan untuk celah bibir bilateral komplit maupun inkomplit, dapat digunakan untuk memperpanjang prolabium, kekurangan dari metode ini membutuhkan operasi bertahap. Metode Menchester digunakan untuk celah bibir bilateral tingkat ringan, sedang sampai berat. Keuntungannya yaitu : Mucocutan junction dapat dipertahankan, bentuk rekonstruksi bibir sesuai anatomi, jaringan parut yang terbentuk sangat minim, kekurangan dari metode ini tidak bisa menambah panjang pada pada kasus celah bibir bilateral dengan prolabium yang pendek. 1 Teknik Von Langenbeck mengacu terhadap pentingnya memisahkan oral dan kavitas nasal. Keuntungan teknik ini yaitu dengan sedikitnya dilakukan diseksi serta tekniknya juga sederhana. Kerugian dari teknik ini adalah tidak bertambahnya panjang palatum, di sebabkan oleh keterbatasan dalam penutupan secara tepat dan celah tambahan. Teknik 2-flap merupakan cara yang paling umum digunakan untuk penutupan celah komplit. Tidak terdapat penambahan
10 lebar yang biasanya dilakukan untuk penutupan terhadap setiap celah pada alveolar pada metode ini dalam perbaikannya. Keuntungannya yaitu berkurangnya insiden terhadap fistula posterior. Teknik Doble Z-plasty sulit dilakukan pada celah yang lebar, akan tetapi merupakan metode yang baik digunakan ketika celah cukup sempit atau jika terdapat celah submukosa. 8,10 Untuk mengetahui keberhasilan operasi maka perlu dilakukan evaluasi pasca operasi labioplasty atau palatoplasty yaitu dengan pemeriksaan subyektif melalui wawancara yang meliputi : 1) keluhan dari segi bicara, 2) keluhan dari segi fungsi makan dan minum, 3) perubahan perilaku setelah dilakukan operasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan obyektif meliputi : 1) berhasil tidaknya operasi dengan melihat kondisi klinis pada luka operasi terjadi penutupan sempurna atau tidak, 2) ada tidaknya fistula, 3) penyambungan bibir atau palatum. 5 Pada kesempatan ini penulis akan menguraikan lebih lanjut mengenai halhal yang dapat menyebabkan kelainan celah bibir dan langit-langit serta penatalaksaan atau perawatan terhadap celah bibir dan langit-langit.
11 1.2 Rumusan Masalah Apa saja teknik operasi celah bibir dan langit-langit yang digunakan di Sulawesi Selatan pada tahun ? 1.3 Tujuan penelitian Untuk mengetahui apa saja teknik operasi celah bibir dan langit-langit yang digunakan di Sulawesi Selatan pada tahun Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi di bidang kesehatan mengenai teknik perawatan celah bibir dan langit-langit.
12 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Celah bibir merupakan keadaan kongenital (kadang-kadang melibatkan tulang rahang atas) berupa cacat pertumbuhan sepanjang garis fusi normal jaringan bibir, mengakibatkan timbulnya celah atau fisur. Celah langit-langit merupakan kurangnya fusi sepanjang garis perkembangan normal dari palatum. Bisa terjadi secara unilateral atau bilateral,komplit atau inkomplit. 5,11 Pada operasi celah bibir dan langit-langit yang dilakukan di Sulawesi Selatan pada tahun sebanyak 207 pasien dikelompokkan berdasarkan jenis tindakan operasi yang digunakan. Untuk operasi celah bibir unilateral teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik linear atau Straight line closure. Sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Quadrangular. Pada celah bibir bilateral teknik operasi yang paling banyak digunakan yaitu teknik Barsky, sedangkan teknik yang paling jarang di gunakan teknik Manchester. Kemudian untuk operasi celah palatum teknik yang paling banyak digunakan yaitu teknik 2-flap sedangkan teknik yang paling jarang digunakan yaitu teknik Von Langenbeck. 5.2 Saran Kejadian celah bibir dan langit-langit dapat dicegah pada masa kehamilan yaitu dengan mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok, konsumsi alkohol dan
13 konsumsi obat yang berlebihan, selain itu dapat pula dicegah dengan banyak mengkonsumsi asam folat yang dapat mengurangi insiden terjadinya celah bibir dan langit-langit. Dapat dilakukan penelitian selanjutnya yang serupa untuk mengetahui distribusi terjadinya celah bibir dan langit-langit serta teknik operasi yang digunakan.
14 DAFTAR PUSTAKA 1. Gunarto SA, Prihatiningsih. Rekonstruksi celah bibir bilateral pada pasien pasca operasi labioplasti, Maj Ked Gi;2008:15(2): Wulandari PD, Soelistiono. Labioplasty metode barsky dengan anestesi lokal pada penderita celah bibir bilateral inkomplit, Maj Ked Gi;2008: 15(2): Artono AM, Prihatiningsih. Labioplasty metode barsky dengan pemotongan tulang vomer pada penderita bibir sumbing dua sisi komplit di bawah anestesi umum, Maj Ked Gi;2008; 15(2): Arumsari Asri, Kasim Alwin. Embriogenesis celah bibir dan langit-langit akibat merokok selama kehamilan, Majalah PABMI; 2004:2: Astuti TR Elizabeth, Rahmat MM, Rahardjo, Evaluasi klinis pasca palatoplasti di poliklinik bedah mulut rumah sakit umum pusat dr.sardjito yogyakarta , J Ked Gi; 2010:1: Sianita P Pricillia, Alawiyah T. Kelainan celah bibir serta langit-langit dan permasalahannya dalam kaitan dengan interaksi sosial dan perilaku, JITEKGI; 2011: 8(2): Pedersen W Gordon. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Purwanto Basoeseno,editor. Jakarta: EGC;1996. hal 8. Riden K. Oral & maxillofacial surgery. United Kingdom: BIOS; 1998.p Demke C Joshua, Tatum A Sherard. Analysis and evolution of rotation prinsiples in unilateral cleft lip repair, JPRAS; 2011: 64: Ross. Treatment variables affecting facial growth in unilateral cleft lip and palate Part 4: Repair of the Cleft Lip, Cleft Palate Journal:1987: 24: 46-50
15 11. Harty FJ.Kamus kedokteran gigi. Narlan Sumawinata,editor. Jakarta: EGC, Bishara E Samir. Textbook of Orthodontics. Philadephia: A Harcourt health sciences company; 2001.p Rahardjo Pambudi. Ortodonti dasar. Surabaya : Airlangga University Press;2009.hal Barbara Anderson RN BSN, Cynthia K Anonsen MD, Cassandra Aspinall MSW, dkk. Cleft lip and palate p Pujiastuti nurul, Hayati Retno. Perawatan celah bibir dan langitan pada anak usia 4 tahun, Ind J Dent: 2008: 15 (3): Primasari ameta. Peranan gen pada kelainan celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit nonsindromik, M I Kedokteran Gigi: 2009:24: Soelistiono H. Operasi celah bibir unilateral komplit usia 6 bulan dengan teknik Cronin,M.I. Kedokteran Gigi: 2006:21: Han Honginsik MD. Unilateral cleft lip repair, Avaible at Diakses 12 Januari Archer W Harry Oral and Maxillofacial Surgery. Vol. III. W. B. Saunders Co: Philadelphia-London-Toronto 20. Hoffman Saul,Wesser David, Calostypis Fanny, Simon E Bernard. The rotation-advancement technique (millard) as a secondary prosedure in cleft lip deformities,new York 21. Patterson J Larry. Oral and Maxillofacial Surgery. 4 th ed.st.louis Missouri: The CV Mosby;2003.p
16 22. Kaban B Leonard, Troulis J Maria. Pediatric oral and maxillofacial surgery. Philadelphia: Sounders; 2004.p Hector O.O, Abubakar H, Wasiu L. A. Survey of Management of Children With Cleft Lip and Palate in Teaching and Specialist Hospitals in Nigeria. The Cleft Palate-Craniofacial Journal: March 2011, Vol. 48, No. 2, pp TJ. Sitzman, JA Girotto, JR Marcus. Curent surgical practice in cleft care : unilateral cleft lip repair. Duke university Medical durham, USA 25. Paranaiba RML, De almeida, de Barros Martelli BRD, Junior ODJ, Junior MH. Current surgical technique for cleft lip in Minas Gerais Brazil Braz J Otorhinolaryngol; 75(6):
REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL DENGAN METODE BARSKY
REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL DENGAN METODE BARSKY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: M. VIGNESVARY MANICKAM NIM: 080600167
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Kelainan yang sering terjadi pada wajah adalah celah bibir
Lebih terperinciBAB 2 CELAH LANGIT-LANGIT. yaitu, celah bibir, celah langit-langit, celah bibir dan langit-langit. Celah dari bibir dan langitlangit
BAB 2 CELAH LANGIT-LANGIT Celah merupakan suatu ruang kongenital yang abnormal dan dapat memberikan efek psikologis berupa rendah diri pada penderita. Ada beberapa jenis celah yang sering ditemui yaitu,
Lebih terperinci2.2 Bibir Sumbing (Cleft Lip) Bibir sumbing adalah salah satu cacat lahir yang paling banyak dijumpai di dunia ini. Sumbing adalah kondisi terbelah
2.2 Bibir Sumbing (Cleft Lip) Bibir sumbing adalah salah satu cacat lahir yang paling banyak dijumpai di dunia ini. Sumbing adalah kondisi terbelah pada bibir yang dapat sampai pada langit langit, akibat
Lebih terperinciBAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL. Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada
BAB II CELAH PALATUM KOMPLET BILATERAL Kelainan kongenital berupa celah palatum telah diketahui sejak lama. Pada beberapa kasus, celah ini terjadi setiap delapan ratus kelahiran dan kira-kira seperempatnya
Lebih terperinciKelompok Anisa Dyah R. 1. Agnes Tyas R.P. 4. Antin Wulansari
Kelompok 1 1. Agnes Tyas R.P 3. Anisa Dyah R 4. Antin Wulansari PENGERTIAN a. Labiopalatoschisis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau dumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
Lebih terperinciKata kunci : celah langit-langit, palatoplasti, pengucapan huruf konsonan.
ABSTRAK Celah langit-langitmerupakankelainankongenitalyang dapat terjadi pada alveolusdan atau palatum. Penderita celah langit-langit memiliki berbagai masalah di daerah maksilofasial terutama gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku, fungsional dan metabolik yang ada sejak lahir. 1 Dalam sumber yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cacat lahir, malformasi kongenital dan anomali kongenital adalah istilah-istilah sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku,
Lebih terperinciGambar 1. Anatomi Palatum 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keparahan deviasi dan adanya faktor kombinasi diantaranya masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit. 1 Sedangkan cleft palate atau celah
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci :prevalensi, celah bibir, celah langit-langit.
ABSTRAK Celah bibir dan langit-langitmerupakan kelainan kongenital yang paling umum terjadi pada wajah.persentase yang paling sering adalah celah bibir unilateral dengan celah langit-langit (kombinasi)
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada daerah wajah yang paling sering ditemui.pasien dengan celah bibir dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang sampai saat ini masih sangat sering di jumpai, dan merupakan cacat bawaan pada daerah
Lebih terperinciPresentasi Poster. Case Report PENATALAKSANAAN OPERASI BIBIR SUMBING PADA PASIEN ANAK
Presentasi Poster Case Report PENATALAKSANAAN OPERASI BIBIR SUMBING PADA PASIEN ANAK Laelia Dwi Anggraini 2) Edwyn Saleh 3) Bahcrul Lutfianto 4) School of Dentistry, Faculty of Medicine & Health Sciences,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maloklusi secara umum dapat diartikan sebagai deviasi yang cukup besar dari hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun secara
Lebih terperinciBAB 3 DIAGNOSA DAN PERAWATAN BINDER SYNDROME. Sindrom binder merupakan salah satu sindrom yang melibatkan pertengahan
BAB 3 DIAGNOSA DAN PERAWATAN BINDER SYNDROME Sindrom binder merupakan salah satu sindrom yang melibatkan pertengahan wajah. 16 Sindrom binder dapat juga disertai oleh malformasi lainnya. Penelitian Olow-Nordenram
Lebih terperinciBAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior
BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior
Lebih terperinciANGKA KEJADIAN SUMBING BIBIR DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
ANGKA KEJADIAN SUMBING BIBIR DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 20-203 Andriani Supandi 2 Alwin Monoarfa 2 Mendy Hatibie Oley Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Lebih terperinciBAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.
BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus
Lebih terperinciBAB III KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT
BAB III KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT Kelainan kongenital yang menyebabkan gangguan di rongga mulut sering pula terjadi pada hewan kesayangan. Gangguan pada palatum yang bersifat kongenital berupa :
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Celah Bibir dan Langitan Kegagalan processus facialis untuk tumbuh dan saling bergabung satu sama lain akan menimbulkan cacat perkembangan, yang dikenal sebagai celah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Celah Bibir dan Langitan Celah bibir dan langitan merupakan suatu bentuk kelainan sejak lahir atau cacat bawaan pada wajah. Kelainan ini terjadi akibat kegagalan penyatuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat
Lebih terperinciGAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN
GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM-PERCONTOHAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU BANDUNG Oleh : WINNY YOHANA ERISKA RIYANTI UNIVERSITAS PADJADJARAN
Lebih terperinciCROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR
CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi
Lebih terperinciDalam penelitian ini
M. Jailani,Teloik Operas i Millard pada Labioplas ty Unilateral Teknik Operasi Millard pada Labioplasty Unilateral M. Jailani Abstrak. Labioschizis atau Cleft Lip adalah salah satu bentuk kelainan cacat
Lebih terperinciBAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi
BAB 2 MALOKLUSI KLAS III 2.1 Pengertian Angle pertama kali mempublikasikan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi apabila tonjol
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.
ABSTRAK Karsinoma sel skuamosa rongga mulut merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng dan menunjukkan gambaran morfologi yang sama dengan karsinoma sel skuamosa di bagian tubuh lain.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibentuk oleh processus palatines ossis maxilla dan lamina horizontalis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Palatum Palatum merupakan bagian yang memisahkan rongga mulut, rongga hidung, dan sinus maksilaris. Terdiri dari : 2.1.1. Platum durum Dibentuk oleh processus palatines ossis
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI LABIOPLASTY CRONIN DAN PALATOPLASTY PUSH BACK PADA CELAH BIBIR DAN LANGITAN UNILATERAL (Analisa berdasarkan GOSLON yardstick index dan Modified Huddart Bodenham) TESIS TEUKU
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan Diagnosis dalam ilmu ortodonti, sama seperti disiplin ilmu kedokteran gigi dan kesehatan lainnya memerlukan pengumpulan informasi dan data yang adekuat mengenai
Lebih terperinciKata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum
ABSTRAK Maloklusi merupakan susunan gigi geligi yang menyimpang dari oklusi normal, dapat menyebabkan gangguan estetik dan fungsional. Maloklusi dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial,
Lebih terperinciBAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7
BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH Sepertiga tengah wajah dibentuk oleh sepuluh tulang, dimana tulang ini saling berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 2.1 Tulang-tulang yang
Lebih terperinciBAB 2 CELAH BIBIR (CLEFT LIP) Celah bibir (cleft lip) merupakan kelainan kongenital yang disebabkan gangguan
BAB 2 CELAH BIBIR (CLEFT LIP) 2.1 Pengertian umum celah bibir (cleft lip) Celah bibir (cleft lip) merupakan kelainan kongenital yang disebabkan gangguan perkembangan wajah pada masa embrio. Celah dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker mulut, istilah untuk tumor ganas yang terjadi dalam rongga mulut, termasuk kanker bibir, gingiva, lidah, langit langit rongga mulut, rahang, dasar mulut, orofaringeal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ortodonti merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan teknik untuk mencegah, mengintervensi dan mengoreksi keberadaan maloklusi dan kondisi
Lebih terperinciPERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG
Maj Ked Gi; Desember 2011; 18(2): 149-151 ISSN: 1978-0206 PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG Emil' dan Prihandini Iman" * Program Studi Ortodonsia,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Definisi simetri adalah persamaan salah satu sisi dari suatu objek baik dalam segi bentuk, ukuran, dan sebagainya dengan sisi yang berada di belakang median plate.
Lebih terperinciKeywords : Cleft palate, embriology, etiology, pathophysiology, and classification
CELAH PALATUM (PALATOSCIZIS) Zainul Cholid Bagian Bedah Mulut FKG Universitas Jember ABSTRACT Cleft palate is a congenital deformity that causes a multitude of problems and represents a special challenge
Lebih terperinciPENANGANAN BAYI CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT SECARA PROSTODONTIK (PENGGUNAAN PROSTHETIC FEEDING AIDS)
PENANGANAN BAYI CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT SECARA PROSTODONTIK (PENGGUNAAN PROSTHETIC FEEDING AIDS) MAKALAH Disusun oleh: Drg. LISDA DAMAYANTI, Sp. Pros. NIP: 132206506 BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS
Lebih terperinciREKONSTRUKSI CELAH BIBIR UNILATERAL DENGAN METODE CRONIN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
REKONSTRUKSI CELAH BIBIR UNILATERAL DENGAN METODE CRONIN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : NIRMA HERFINA P NIM 070600107 DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami
Lebih terperinciPengelolaan Pasien Dengan Angular cheilitis
Pengelolaan Pasien Dengan Angular cheilitis Dosen Pembimbing: drg. Anggani Hartiwi Disusun oleh : Didit Chandra Halim 208.121.0041 KEPANITERAAN KLINIK MADYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses
Lebih terperinciDefinisi Bell s palsy
Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena
Lebih terperinciBAHAN AJAR Pertemuan ke 9
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI Jl. Denta No.1 Sekip Utara Yogyakarta BAHAN AJAR Pertemuan ke 9 ASUHAN KEPERAWATAN ORTODONSIA I Semester V/ 1 SKS (1-0) /KKG 5313 Oleh: drg. Christnawati,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin
1 I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin dan usia. Bentuk wajah setiap orang berbeda karena ada kombinasi unik dari kontur
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari
ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan
BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien ortodonti adalah gigi berjejal. 3,7 Gigi berjejal ini merupakan suatu keluhan pasien terutama pada aspek estetik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Ortodonti Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran gigi dibuka pada tahun 1839. 4 Dalam bidang ortodonti, foto merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian untuk mencari perbedaan antara variabel bebas (faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas pada hampir semua kelompok masyarakat di dunia. Semakin banyaknya orang yang mengonsumsi rokok telah menjadi masalah yang cukup serius.
Lebih terperinciOSTEOSARCOMA PADA RAHANG
OSTEOSARCOMA PADA RAHANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : AFRINA ARIA NINGSIH NIM : 040600056 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995) berpendapat bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciRadiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection
ORIGINAL ARTICLE Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection Nadia Surjadi 1, Rahmi Amtha 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry Trisakti University, Jakarta
Lebih terperinciBAB 2 OBTURATOR PALATUM. 2.1 Pengertian Obturator Palatum. jaringan yang terbuka secara kongenital atau diperdapat, terutama bagian palatum
BAB 2 OBTURATOR PALATUM 2.1 Pengertian Obturator Palatum Obturator palatum adalah suatu protesa yang digunakan untuk menutup jaringan yang terbuka secara kongenital atau diperdapat, terutama bagian palatum
Lebih terperinciDETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad
DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad ABSTRAK Fungsi otot orofasial berperan penting dalam pembentukan
Lebih terperinciBAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep
BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala
Lebih terperinciABSTRAK. Calvin Kurnia, 2011 Pembimbing I : drg. Susiana, Sp.Ort Pembimbing II: dr. Winsa Husin, M.Sc, M.Kes
ABSTRAK PERHITUNGAN INDEKS WAJAH PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI ETNIS TIONGHOA UMUR 20-22 TAHUN DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA PADA TAHUN 2011 Calvin Kurnia, 2011 Pembimbing I : drg.
Lebih terperinciKata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju maupun negara berkembang. 1 Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan
Lebih terperinciPELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG ABSTRAK
PELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Harry A. Kaiin ABSTRAK Alasan utama yang menyebabkan pasien menolak perawatan gigi adalah rasa takut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang pada anak bisa disebut masa rentan karena masa kanak-kanak merupakan masa kritis dalam proses tumbuh kembang. Pada umumnya proses tumbuh
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan
ABSTRAK Impaksi gigi adalah gagalnya erupsi lengkap gigi pada posisi fungsional normal. Insidensi terjadinya impaksi gigi terjadi hampir pada seluruh ras di dunia. Gigi yang impaksi dapat menimbulkan masalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Ortodontik merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan struktur jaringan pendukung gigi dan kraniofasial, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari
Lebih terperinciPenatalaksanaan Repair Palatoplasty dengan Teknik Furlow Double Opposing Z Plasty
STUDI KASUS Arindra, dkk: Penatalaksanaan Repair Palatoplasty... Penatalaksanaan Repair Palatoplasty dengan Teknik Furlow Double Opposing Z Plasty Pingky Krisna Arindra*, Prihartiningsih**, dan Bambang
Lebih terperinciNinda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
ANALISIS EQUITY PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT BERDASARKAN STATUS PEMBAYARAN (PADA PESERTA JAMKESMAS, ASKES, DAN UMUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO SURABAYA) Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan
BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL 2.1 Defenisi Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya. 2 Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi
Lebih terperinciScanned by CamScanner
Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner PALATAL HEIGHT DIFFERENCES IN MALE AND FEMALE OF BUGINESE, MAKASSARESE AND TORAJANESSE. Irene
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maloklusi merupakan penyimpangan hubungan rahang atas dan rahang bawah dari bentuk standar normal. Keadaan tersebut terjadi akibat adanya malrelasi antara pertumbuhan,
Lebih terperinciJurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017
177 HUBUNGAN KONSUMSI KALSIUM DAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI DESA CURUNGREJO KECAMATAN KEPANJEN Titin Sutriyani D4 Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi e-mail: titinsutriyani@gmail.com
Lebih terperinciKata kunci: Kulit manggis, α-mangostin, vitamin A, celah palatum
ABSTRAK Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sifat antikanker, induksi apoptosis, dan antiproliferasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pemahaman mengenai pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan salah satu hal penting untuk seorang dokter gigi khususnya dalam melakukan perawatan pada anak,
Lebih terperinciPenetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap
Tugas Paper Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Aditya Hayu 020610151 Departemen Prostodonsia Universitas Airlangga - Surabaya 2011 1 I. Sebelum melakukan penetapan gigit hendaknya perlu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perawatan ortodonti modern merupakan tujuan yang digunakan untuk mencapai suatu keselarasan estetika wajah, keseimbangan struktural pada wajah dan fungsional pengunyahan. 2 Penampilan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri Ditemukannya sinar X di tahun 1985 oleh Roentgen merupakan suatu revolusi di bidang kedokteran gigi yang merupakan awal mula dari ditemukannya radiografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edentulus penuh merupakan suatu keadaan tak bergigi atau tanpa gigi di dalam mulut. 1 Edentulus penuh memberikan pengaruh pada kesehatan fisik dan mental yang berhubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Impaksi Kaninus Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai gigi permanen yang terhambat untuk erupsi keposisi fungsional normalnya oleh karena adanya hambatan fisik dalam
Lebih terperinciAwal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan
Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.
Lebih terperinciOROANTRAL FISTULA SEBAGAI SALAH SATU KOMPLIKASI PENCABUTAN DAN PERAWATANNYA
OROANTRAL FISTULA SEBAGAI SALAH SATU KOMPLIKASI PENCABUTAN DAN PERAWATANNYA (Oroantral fistula as one of the complications of dental extraction and their treatment) I Wayan Sulastra PPDGS Prostodonsia
Lebih terperinciGrafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena
Lebih terperinciBAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat
BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Menurut DuBRUL (1980), bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, akan tetapi secara umum lengkung gigi rahang atas berbentuk elips dan lengkung gigi rahang bawah
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan
BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi beberapa golongan ras. Masyarakat negara Indonesia termasuk ke dalam golongan ras Mongoloid. Jacob
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri. 22,23 Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan Carrera dan kemudian dikembangkan oleh Hofrath (Jerman) dan Broadbent
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Minyak buah merah, beta karoten, isotretinoin, celah palatum
ABSTRAK Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit termasuk penyakit degeneratif dan kanker karena kaya akan beta karoten. Buah merah memiliki aktivitas antiproliferasi
Lebih terperinci