Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN"

Transkripsi

1 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN STUDI BESARNYA EROSI PADA AREAL REKLAMASI TAMBANG BATUBARA DI PT ARUTMIN INDONESIA KABUPATEN KOTABARU The magnitude of erosion in the area of Coal Mine Reclamation PT Arutmin Indonesia Kotabaru District Ahmad Yamani Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRACT. PT Arutmin Indonesia as a major coal company, has been trying to implement the principles of environmentally sound mining, ie, by carrying out reclamation after coal mining. Erosion that on the area already reclaimed, is the major problems encountered.the purpose of this study was to determine the magnitude of erosion and the magnitude of the danger of erosion (TBE) in various types of land units reclaimed in the PT.Arutmin Senakin. The results of this study is expected to provide useful information to relevant parties for consideration in land reclamation and soil conservation efforts and water, especially in the area of former coal mines. The method used to predict the magnitude of erosion is the Universal Soil Loss Equation method (USLE) is raised by Wischmeier and Smith.The results showed that the amount of erosion occurred in Land Unit I tonnes / ha / yr is higher than other land units, but the total hazard ereosi (TBE) at the very extreme of Land Unit V tonnes / ha / yr, because it has a value of erosion hazard index (IBE) is more than the Other Land Unit. Keywords: Coal_mine, Reclamation, Erosion ABSTRAK. PT Arutmin Indonesia sebagai perusahaan batu bara yang besar, telah berusaha melaksanakan kaidah pertambangan yang berwawasan lingkungan, yakni dengan melaksanakan kegiatan reklamasi pasca penambangan batu baranya. Erosi yang terjadi pada lahan yang sudah direklamasi merupakan masalah utama yang dihadapi, khususnya dalam upaya konservasi dan rehabilitasi lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya erosi dan besarnya tingkat bahaya erosi (TBE) pada berbagai tipe unit lahan yang sudah direklamasi di PT. Arutmin Tambang Senakin. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada pihak-pihak terkait sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan reklamasi lahan dan upaya kegiatan konservasi tanah dan air, khususnya pada areal bekas tambang batubara. Metode yang digunakan adalah metode USLE oleh Wischmeler dan Smith. Hasil penelitian menunjukkan erosi yang terjadi pada Unit Lahan I sebesar 39,11 ton/ha/tahun merupakan erosi yang tertinggi dibandingkan dengan Unit Lahan lainnya, sedangkan Unit Lahan V dengan nilai IBE 34,41 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE ekstrim. Kata kunci : Tambang batu bara, Reklamasi, Erosi Penulis untuk korespondensi: yaman.banjar@gmail.com 46

2 Yamani.A:Studi Besarnya Erosi..(1):46-54 PENDAHULUAN Sumber daya hutan, tanah dan air merupakan sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu fungsi-fungsi sumber daya alam tersebut perlu dilestarikan agar dapat memberikan manfaat secara optimal yang didasarkan pada prinsip kelestarian. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, termasuk dalam kegiatan batu bara tanpa disertai tindakan konservasi akan menimbulkan kerusakan lingkungan antara lain adanya bahaya erosi. Salah satu dampak dari erosi adalah menurunnya produktivitas tanah, sehingga perlu tindak lanjut berupa rehabilitasi hutan dan lahan, baik didalam maupun diluar kawasan hutan. Khususnya bagi perusahaan yang bergerak dalam kegiatan pertambangan batu bara diwajibkan untuk melakukan kegiatan reklamasi. PT Arutmin Indonesia sebagai perusahaan batu bara yang besar, telah berusaha melaksanakan kaidah pertambangan yang berwawasan lingkungan, yakni dengan melaksanakan kegiatan reklamasi pasca penambangan batu baranya. Erosi yang terjadi pada lahan yang sudah direklamasi merupakan masalah utama yang dihadapi, khususnya dalam upaya konservasi dan rehabilitasi lahan. Berdasarkan permasalahan di atas penulis mencoba untuk melakukan penelitian terhadap besarnya erosi yang terjadi pada areal tambang batu bara yang sudah direklamasi serta penentuan tingkat bahaya erosi pada berbagai tipe unit lahan yang terbentuk dari penutupan lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya erosi dan besarnya tingkat bahaya erosi (TBE) pada berbagai tipe unit lahan yang sudah direklamasi di PT. Arutmin Tambang Senakin. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada pihakpihak terkait sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan reklamasi lahan dan upaya kegiatan konservasi tanah dan air, khususnya pada areal bekas tambang batubara. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di PT. Arutmin Indonesia desa Sanakin, kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini selama tiga bulan yaitu bulan Mei sampai Juli Kegiatan tersebut meliputi persiapan awal, observasi lapangan, pengambilan data dan penyusunan laporan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Peta, yang terdiri dari peta kerja, peta kelerengan dan peta penutupan vegetasi,tally Sheet danlahan reklamasi bekas tambang Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ring sampel sebanyak 5 buah, untuk mengambil sampel tanah utuh, Kantong plastik, untuk menyimpan sampel tanah, Cangkul dan parang, untuk mengambil ring sampel dari dalam tanah, Clinometer, untuk mengukur kemiringan lahan, Palu, untuk menekan ring sampel, GIS (Opsional) termasuk komputer, 47

3 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret 2012 digitiser, plotter, printer dan perangkat lunak, Kompas dan GPS, Kamera, untuk dokumentasi dan alat tulis menulis Untuk memprediksi besarnya erosi tanah atau menentuan tingkat sedimentasi pada areal pasca tambang yang sudah direklamasi adalah metode USLE yang dikemukan oleh Depatemen Kehutanan (1985). Untuk menentukan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pertama perlu diketahui Erosi Aktual yang terjadi pada suatu areal. Perhitungan besar erosi aktual tersebut kemudian dikelaskan ke dalam kelas bahaya erosi pada Tabel 1 (Departemen Kehutanan, 1987). Setelah menentukan kelas bahaya erosi selanjutnya menentukan kedalaman tanah untuk pertumbuhan. Menurut Asdak C (1995), bahwa kedalaman tanah maksimum untuk perakaran hutan tanaman (155 cm), vegetasi belukar (125 cm), semak (105 cm), hutan tanaman (155 cm), kebun campuran (146 cm) dan alang-alang (55 cm). Besarnya erosi merupakan hasil perkalian semua faktor-faktor USLE tersebut di atas. Untuk mengetahui nilai erosi yang dapat ditoleransi pada lahan tersebut (Toleransi Soil Loss/TSL) dihitung dengan rumus berikut (Suhara et al,1986). TLH = (DE DMN) + SFR RL DE = fdkt x fdmax Keterangan : TLh = tinggi lapisan tanah yang hilang DE = kedalaman ekivalen tanah DMN = kedalaman minimum tanah untuk pertumbuhan RL = Resource Life/umur guna tanah (diasumsikan 200 tahun) SFR = laju pembentukan tanah (mm/tahun) Fdkt = faktor kedalaman tanah (0,8) Fdmax = faktor kedalaman maksimum Untuk mengetahui nilai TSL di lokasi penelitian dalam ton/ha/tahun digunakan rumus sebagai berikut (Suhara et al, 1986) : TSL = bit x tlh x 10 Keterangan : TSL = batas erosi yang dapat ditoleransi bit tlh = bobot isi tanah (gr/cm³) = tinggi lapisan tanah yang hilang (mm/thn) Untuk menggambarkan Tingkat Bahaya Erosi (TBE), maka dicari Indeks Bahaya Erosi (IBE) seperti yang dikemukakan oleh Suhara et al (1986) berikut : IBE = A/TSL Keterangan : IBE = Indeks Bahaya Erosi A = erosi yang terjadi (ton/ha/tahun) TSL = batas erosi yang ditoleransi Tabel 1. Kelas Bahaya Erosi Table 1. Erosion Hazard Class Kelas Bahaya Erosi (ton/ha/th) I < 15 II III IV V >

4 Yamani.A:Studi Besarnya Erosi..(1):46-54 HASIL DAN PEMBAHASAN Besarnya Erosi Berdasarkan hasil over lapping peta kelas lereng, peta jenis tanah, dan peta penutupan lahan terdapat 5 unit lahan, yakni unit lahan I (UL I) tahun tanam 2001 (umur tanaman 5 tahun), unit lahan II (UL II) tahun tanam 2002 (umur tanaman 4 tahun), unit lahan III (UL III) tahun tanam 2003 (umur tanaman 3 tahun), unit lahan IV (UL IV) tahun tanam 2004 (umur tanaman 2 tahun), dan unit lahan V (UL V) tahun tanam 2005 (umur tanaman 1 tahun). Beberapa penelitian terdahulu, penduga besarnya erosi dengan menggunakan metode USLE menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan erosi yang sebenarnya (over estimate), agar diperoleh nilai yang lebih akurat maka rumus USLE tersebut harus dikalikan dengan faktor koreksi untuk lahan reklamasi di daerah pit 8 Tambang Senakin digunakan koreksi 0,224 (Wischmeier dan Smith dalam Ilmi, 2004). Menggunakan faktor koreksi 0,224 karena faktor koreksi yang umum (standar) yang digunakan dari persamaan USLE. Nilai hasil perhitungan dengan rumus USLE setelah dikalikan dengan faktor koreksi 0,224 maka diperoleh nilai besarnya erosi (erosi aktual) untuk berbagai tipe penutupan lahan tahun tanam reklamasi, seperti pada Tabel 2 dan Gambar 1. Besarnya erosi aktual pada UL I dengan nilai 39,113 ton/ha/tahun dan UL II dengan nilai 37,618 ton/ha/tahun lebih besar nilai erosinya dibandingkan dengan nilai erosi UL III dengan nilai 0,380 ton/ha/tahun, UL IV dengan nilai 9,725 ton/ha/tahun, dan UL V dengan nilai 36,469 ton/ha/tahun. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai erodibilitas tanah pada UL I dengan nilai erodibilitas tanah 0,14 MJ.Mm/ha/jam/tahun dan UL II dengan nilai erodibilitas tanah 0,13 MJ.Mm/ha/jam/tahun lebih besar nilai erodibilitas hujannya dibandingkan dengan UL III dengan nilai erodibilitas hujannya 0,06 MJ.Mm/ha/jam/tahun, UL IV dengan nilai erodibilitas hujannya 0,04 MJ.Mm/ha/jam/tahun dan UL V dengan nilai erodibilitas hujannya 0,15 MJ.Mm/ha/jam/tahun. Tabel 2. Nilai faktor USLE dan besarnya erosi tanah pada tiap-tiap penutupan Table 2. USLE factor values and the amount of soil erosion at each closing Kelas Unit Lahan lereng (%) R K LS C P A UL I ,27 0,14 12,882 0, ,11 UL II ,27 0,13 10,583 0, ,62 UL III 8 334,27 0,06 0,282 0, ,38 UL IV ,27 0,04 3,247 1, ,73 UL V ,27 0, , ,47 Keterangan : R = erosivitas hujan (MJ.cm/ha/jam/tahun) K = erodibilitas tanah (ton/jam/mj.cm) LS = faktor panjang lereng dan kemiringan tanah/lereng C = faktor pola penutupan tanah P = faktor pengolahan tanah A = besarnya erosi aktual (ton/ha/th) 49

5 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret ,11 37,62 Nilai Besar Erosi (A) 36, ,73 0,38 UL I UL II UL III UL IV UL V Unit Lahan Gambar 1. Diagram Nilai besarnya erosi (A) pada lahan reklamasi per unit lahan tahun tanam. Figure 1. Value erosion magnitude diagram (A) per unit of land reclamation planting year. Kandungan pasir UL I dan UL II lebih besar dibandingkan dengan UL III, UL IV dan UL V. Hal ini dapat disebabkan curah hujan pada UL III dan UL IV tersebut kurang atau kering. Sedangkan UL I dan UL II curah hujannya lebih besar seperti dapt dilihat pada data rata-rata curah hujan pada Lampiran 1. Dengan melihat data curah hujan serta kandungan pasir, debu, dan liat bahwa permeabilitas UL I dan UL II lebih besar dibandingkan dengan UL III, UL IV, dan UL V. Kelas lereng pada UL I, UL II, dan UL V sama curamnya dibandingkan UL III dan UL IV. Akan tetapi UL V nilai permeabilitasnya lebih kecil dibandingkan dengan UL I dan UL II padahal kelas lerengnya sama curam, hal ini karena dilihat pada kandungan pasir dan debu serta bahan organiknya yang lebih kecil dibandingkan dengan UL I dan UL II sehingga nilai permeabilitasnya kecil. Hal ini yang mempengaruhi nilai faktor erosivitas hujan pada 5 unit lahan dengan tahun tanam yang berbeda. Kandungan liat pada lokasi penelitian berkisar antara 11,35 % sampai dengan 71,81 % berarti kandungan liatnya tinggi. Menurut Seta (1991), bahwa tanah yang antara 9 % sampai dengan 35 % umumnya tahan terhadap erosi karena dapat membentuk agregat yang mantap. Sedangkan tanah yang mengandung terlalu banyak liat mempunyai kemampuan menyimpan air yang tinggi, tetapi aerasinya kurang baik. Struktur tanah berdasarkan hasil pengamatan untuk semua lokasi penelitian adalah sama yaitu granular sebagai sedang sampai kasar (remah) terdapat pada lahan reklamasi UL I, sedangkan pada lahan reklamasi UL II, UL III, UL IV, dan UL V struktur tanahnya adalah gumpal, lempeng, dan pejal. Perbedaan struktur tanah ini akibat dari perbedaan kandungan pasir, liat dan debu pada tiap unit lahan tahun tanam yang disebabkan oleh kelas lereng yang berbeda dan curah hujan yang terlalu tinggi sehingga mempengaruhi terjadinya erosi. Struktur tanah tersebut dimasukkan dalam nilai pendekatan menurut Hammer yang dikutip oleh Dephut (1985) dengan nilai tiga untuk granular sedang sampai kasar (remah) dan nilai 4 untuk gumpal, lempeng, pejal. Sesuai dengan pendapat Soepraptoharjo (1971), bahwa tanah latosol mempunyai struktur remah 50

6 Yamani.A:Studi Besarnya Erosi..(1):46-54 (granular) hingga gumpal dari atas ke bawah. Perbedaan kandungan bahan organik pada masing-masing lahan penelitian diduga karena adanya perbedaan sifat vegetasi penutup tanah dan adanya aktivitas mikro organisme sebagai pengurai di dalam tanah. Permeabilitas tanah mempengaruhi kecepatan aliran, dimana air dapat meresap melalui profil tanah. Ini tergantung pada faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah. Namun demikian keadaan permukaan tanah tergantung pada erosi percik yang terjadi sebelumnya apabila percikan air hujan menyebabkan pelepasan dan atau penyebaran dari partikel tanah, maka partikel-partikel yang jatuh lebih kecil akan menutup pori-pori tanah. Tanah dengan kandungan debu antara % sangat peka terhadap erosi, tanah akan lebih mudah tererosi apabila mempunyai kandungan debu tinggi serta liat dan kandungan bahan organik rendah. Lokasi revegetasi (UL I) termasuk dalam permeabilitas sedang, lokasi revegetasi II (UL II) permeabilitasnya termasuk cepat. Sedangkan UL III permeabilitasnya termasuk dalam lambat, UL IV permeabilitasnya termasuk sedang sampai lambat, dan UL V termasuk permeabilitas lambat (lihat Lampiran 3). Tubuh tanah yang sebagian besar mengandung pasir dan debu lebih mudah di dispersi daripada tanah yang mengandung lebih banyak liat, karena kohesi dari bagian-bagian tanah liat mengikat bagian-bagian tanah yang halus itu menjadi satu dan menghindarkan terjadinya dispersi. Akan tetapi sekali didispersikan bagianbagian tanah yang halus tersebut lebih mudah diangkut daripada bagianbagian tanah yang kasar. Kapasitas infiltrasi yaitu kemampuan tanah secara kontinue menyerap air, hal ini dipengaruhi oleh ukuran pori, stabilitas pori dan bentuk dari profil tanah yang mengandung lempung dan bersifat dapat mengembang cenderung mempunyai kapasitas infiltrasi yang rendah, tanah yang bertekstur lebih kasar memiliki ruang-ruang pori yang lebih besar diantara partikel-partikel tanah yang lebih parmeabel. Dilihat pada Lampiran 5 nilai LS pada UL I yaitu 12,883, UL II yaitu 10,583, UL III yaitu 0,282, UL IV yaitu 3,247, dan UL V yaitu 14. Nilai LS setiap lokasi penelitian mempunyai nilai yang berbeda, hal ini terjadi karena perbedaan panjang lereng dan kemiringan lereng tanah pada setiap lokasi penelitian tersebut. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa semakin panjang dan curam suatu lereng maka makin besar pula nilai LS. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada masing-masing lokasi penelitian dan dihubungkan dengan Tabel faktor C pada lampiran 3, maka harga faktor C untuk UL I, UL II, UL IV adalah sama yaitu 0,300. Sedangkan UL IV dan UL V yaitu 1,000. Semakin panjang lereng maka akan memperbesar kekuatan angkut air dan jumlah butir-butir hujan semakin banyak, sesuai dengan pendapat Soedardjo (1980) yang menyatakan bahwa bertambahnya bahaya erosi dalam hubungannya dengan panjangnya lereng dalam kenyataannya disebabkan oleh karena pada lereng yang lebih besar berarti akan lebih banyak hasil percikan tanah yang jatuh dan larut kebawah sehingga aliran permukaan menjadi lebih besar. Kelima unit lahan tahun tanam tersebut terlihat bahwa nilai faktor C pada vegetasi UL I, UL II, dan UL V termasuk dalam jenis semak belukar dan hutan tanaman yang sudah direklamasi, sedangkan UL IV dan UL V termasuk dalam jenis tanah kosong karena lahan tersebut baru di tanam. Pada lahan reklamasi ini terdapat jenis tanaman dan tingkat semai, sapih, tiang maupun pohon sehingga peran hutan 51

7 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret 2012 sebagai pengendali erosi pada UL I, UL II, dan UL V lebih besar daripada lahan reklamasi pada tahun tanam yang lain. Batang, daun, ranting dan tumbuhan bawah berperan dalam menghalangi tumbukan langsung dari butir-butir air hujan ke permukaan tanah. Demikian pula perakaran yang tersebar luas berperan dalam penghisapan air untuk keperluan pertumbuhan tanaman, dengan demikian besar dan kecepatan aliran permukaan dapat dikurangi sehingga daya kikis dan daya angkut air dapat diperlambat dan diperkecil pula. Nilai faktor P (konservasi tanah) ialah nisbah atau perbandingan antara besarnya tanah yang hilang pada lahan dengan tindakan pengawetan tertentu dengan besarnya erosi tanah pada lahan tanpa tindakan pengawetan sama sekali pada keadaan panjang lereng dan kemiringan yang sama (Arsyad, 1989) Berdasarkan pengamatan di lapangan ke lima tipe unit lahan tahun tanam vegetasi pada lokasi penelitian mempunyai nilai faktor P yang sama yaitu sebesar 1,00. hal ini karena tidak ada tindakan konservasi tanah, seperti pembuatan teras dan sebagainya yang sebagai sarana pengendali erosi. Dimana tindakan konservasi tanah itu berperan dalam mengurangi laju aliran permukaan dan besarnya erosi yang terjadi diperkecil. Hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada UL I dan UL II besarnya erosi aktual yang terjadi lebih besar nilainya dibandingkan UL III, UL IV, dan V. UL I dan UL II memiliki kelas lereng yang sangat curam yaitu untuk UL I dengan kelas lereng 42 % dan UL II serta UL V dengan kelas lereng 47 %. Sehingga besarnya erosi aktual yang terjadi lebih besar nilainya dibanding dengan UL III dan UL IV. Hal ini juga karena berdasarkan faktor lamanya tahun penanaman dengan pertumbuhan jenis pohon yang dibawah batas normal. Dilihat bahwa pohon-pohon yang tumbuh memiliki diameter yang kecil, cabang pendek, tinggi pohon yang kurang, perakaran kurang kuat dan banyaknya terdapat hama dan penyakit pada setiap pertumbuhan pohon pada UL I dan UL II. Kurangnya unsur hara tanah pada unit lahan tersebut sehingga menyebabkan pertumbuhan pohon di bawah batas normal. Sehingga pohon yang tumbuh di UL I dan UL II tidak dapat menyerap air hujan yang jatuh dengan baik, dan terkikisnya permukaan tanah. Sehingga nilai besarnya erosi aktual lebih besar dibandingkan dengan UL III, UL IV, dan UL V. Nilai faktor K yang sama dikarenakan kelima unit lahan tahun tanam reklamasi penelitian tersebut letaknya berdekatan dan hanya diwakili oleh satu stasiun penakar hujan sehingga faktor R sama yaitu sebesar 334,27 MJ.cm/ha/jam/tahunan, nilai faktor P sama karena pada kelima lahan reklamasi penelitian tidak terdapat tindakan konservasi tanah sebagai pengendalian aliran permukaan dan erosi. Tingkat Bahaya Erosi dan Indeks Bahaya Erosi Jenis tanah pada lokasi penelitian adalah Latosol dimana menurut USDA mempunyai kedalaman tanah sebesar 0,8 dengan laju pembentukan tanah 0,5 mm/tahun atau 6 ton/ha/tahun sedangkan umur guna lahan diasumsikan 200 tahun (Arsyad, 1982). Lahan reklamasi pada tiap tahun tanam yang diteliti ini termasuk dalam vegetasi belukar pada UL I, UL II, dan UL III dengan kedalaman maksimum untuk perakaran 125 cm. Sedangkan UL IV dan UL V termasuk dalam hutan tanaman dengan kedalaman maksimum untuk perakaran yaitu 155 cm. Bobot isi tanah yang diperoleh dari analisa sifat fisik tanah untuk masing-masing tipe penutupan lahan yaitu lahan reklamasi UL I yaitu 1,040 gr/cm³, UL II 1,110 gr/cm³, UL III 1,100 gr/cm³, UL IV 1,210 gr/cm³, dan UL V 0,960 gr/cm³. 52

8 Yamani.A:Studi Besarnya Erosi..(1):46-54 Hasil perhitungan besarnya erosi yang dapat ditoleransi (TSL) pada berbagai penutupan lahan dan hasil perbandingan besarnya nilai erosi aktual dengan nilai TSL yang merupakan nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE) dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan tabel 3 tersebut, untuk lahan reklamasi pada UL I, dan UL II termasuk dalam TBE tinggi karena IBE UL I, dan UL II nilainya tinggi, dibandingkan dengan UL III termasuk dalam TBE rendah karena nilai IBEnya sangat kecil, sedangkan UL IV termasuk dalam sangat tinggi karena IBEnya tinggi dan UL V termasuk dalam ekstrim karena nilai IBEnya ekstrim. Hal ini disebabkan IBE UL I, UL II, dan UL V nilai A (besarnya erosi) lebih besar dibandingkan dengan nilai A pada UL III dan UL IV. Sehingga dapat diketahui TBE pada UL I, UL II, UL III, UL IV, dan UL V membahayakan atau tidaknya dan perlunya upaya pencegahan erosi pada UL (unit lahan) yang TBEnya tergolong sangat tinggi dengan melakukan konservasi. Tabel 3. Hasil perhitungan erosi yang masih dapat ditoleransi (TSL), Indeks Bahaya Erosi (IBE) dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada berbagai tipe penutupan lahan Table 3. The calculation result of erosion in laboratory conditions (TSL), Erosion Hazard Index (IBE) and Erosion Hazard Level (TBE) at different land cover types Unit Lahan (UL) A TSL IBE TBE UL I 39,11 8,008 4,88 Tinggi UL II 37,62 8,55 4,40 Tinggi UL III 0,38 8,47 0,05 Rendah UL IV 9,73 10,769 7,15 Sangat tinggi UL V 36,47 8,54 34,41 Ekstrim KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Erosi yang terjadi pada Unit Lahan I sebesar 39,11 ton/ha/tahun merupakan erosi yang tertinggi dibandingkan dengan Unit Lahan lainnya. Pada Unit Lahan II sebesar 37,62 ton/ha/tahun; Unit Lahan III sebasar 0,38 ton/ha/tahun; Unit Lahan IV sebesar 9,73 ton/ha/tahun dan Unit Lahan V sebesar 36,47 ton/ha/tahun. Unit Lahan I dengan nilai IBE yaitu 4,88 ton/ha/tahun dan Unit Lahan II dengan nilai IBE 4,40 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE tinggi sedangkan Unit Lahan V dengan nilai IBE 34,41 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE ekstrim. Sedangkan untuk Unit Lahan III dengan nilai IBE 0,05 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE rendah dan Unit Lahan IV dengan nilai IBE 7,15 ton/ha/tahun termasuk dalam TBE sangat tinggi. Besarnya erosi yang dapat ditoleransi (TSL) untuk lahan reklamasi pada Unit Lahan I sebesar 8,008 ton/ha/tahun; Unit Lahan II sebesar 8,55 ton/ha/tahun; Unit Lahan III sebesar 8,47 ton/ha/tahun; Unit Lahan IV sebesar 10,769 ton/ha/tahun dan Unit Lahan V sebesar 8,54 ton/ha/tahun. Panjang dan kecuraman lereng sangat berpengaruh pada besarnya Tingkat Bahaya Erosi (TBE) yang 53

9 Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 edisi Maret 2012 terjadi, semakin tinggi kecuraman maka semakin tinggi pula erosi yang terjadi. Saran Hasil penelitian ini hendaknya dapat ditindaklanjuti oleh perusahaan dan disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat yang berdominisili disekitar tambang Senakin. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Gajah mada University Press. Yogyakarta.. Departemen Kehutanan, Petunjuk Memperkirakan Besarnya Erosi Pada Suatu Lahan Dengan Menggunakan Rumus USLE. Departemen Kehutanan, Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta. Departemen Kehutanan Pedoman Penentuan Laju Erosi Dalam Daerah Aliran Sungai. Departemen Kehutanan Direktorat Jedral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Jakarta. Eng S. M Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi Yogyakarta.. Ilmi, M Pengaruh Besarnya Erosi di Sub DAS Amandit Kalimantan Selatan. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Tidak dipublikasikan. Seta, A.K Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta. Suhara, O.M. Ruslan dan M. Basuni Perencanaan Sistem Reboisasi Lahan Kritis untuk Menanggulani Erosi di Sub DAS Cijambu Citarum Hulu Bandung. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. 54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh/By SYARIFUDDIN KADIR Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat ABSTRACT The

Lebih terperinci

MENENTUKAN LAJU EROSI

MENENTUKAN LAJU EROSI MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement. PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG Yeza Febriani Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Harjuni Hasan 1*, Rinto Syahreza Pahlevi 1 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas

Lebih terperinci

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096 STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu

Lebih terperinci

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN Zurhalena dan Yulfita Farni 1 ABSTRACT Type of plant impact on soil pore distribution and permeability variously. The objectives

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU) KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU) SKRIPSI Oleh HARRY PRANATA BARUS DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Erosi Metode yang digunakan pada pendugaan erosi adalah Persamaan 2.1 yaitu metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh Wishchmeier dan Smith (1978)

Lebih terperinci

EROSI DAN SEDIMENTASI

EROSI DAN SEDIMENTASI EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang

Analisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang INFO TEKNIK Volume 7 No. 2, Desember 2006 (67-71) Analisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang Novitasari 1 Abstrack - Reclamation with revegetation is one of the ways to repair of environment

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI

TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis (3) : 236-243, Agustus 203 ISSN : 2338-30 TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA HUTAN DAN LAHAN KAKAO DI DESA SEJAHTERA, KECAMATAN PALOLO, KABUPATEN SIGI Rate of erosion hazard (reh) on forest

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.

ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE. ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE. Land resource damage caused by the land conversion and land use without

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F14101089 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR FANNY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia

Lebih terperinci

Teknik Konservasi Waduk

Teknik Konservasi Waduk Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA

Lebih terperinci

PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE

PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE SKRIPSI Oleh: MARDINA JUWITA OKTAFIA BUTAR BUTAR 080303038 DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.I No. 2 Th. 2013

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.I No. 2 Th. 2013 EVALUASI LAJU EROSI DENGAN METODE PETAK KECIL DAN USLE PADA BEBERAPA KEMIRINGAN TANAH ULTISOL TANAMAN UBI JALAR DI KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA (Evaluation of Erosion Rate with Small

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO

PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO Ag. Isjudarto Jurusan Teknik Pertambangan STTNAS Isjudarto0911@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tank Model Penerapan Tank Model dilakukan berdasarkan data harian berupa data curah hujan, evapotranspirasi dan debit aliran sungai. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Adnan Sofyan dan Gunawan Hartono*) Abstrak : Erosi yang terjadi di Sub Das Kalimeja

Lebih terperinci

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh Trisnoto NIRM:

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013 ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

PREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA

PREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA PREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA Leonidas Paarrang 1, Uswah Hasanah dan Anthon Monde 2 leonidaspaarrang@gmail.com 1 (Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.I No. 2 Th. 2013

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.I No. 2 Th. 2013 EVALUASI LAJU EROSI PADA BEBERAPA KEMIRINGAN TANAH ULTISOL PADA TANAMAN KACANG TANAH DENGAN METODE PETAK KECIL DAN USLE DI KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA (Evaluation of erosion rate

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Setelah dilakukan survey diperoleh 13 titik lokasi longsor dengan lokasi disajikan pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil

Lebih terperinci

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN Arahan Konservasi DAS Meureudu Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Conservation Directives of Drainage Basin Meureudu Using GIS Geographic Information Systems) Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan Aliran permukaan merupakan bagian dari hujan yang tidak diserap tanah dan tidak tergenang di permukaan tanah, tetapi bergerak ke tempat yang lebih rendah dan akhirnya

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU DELIMA LAILAN SARI NASUTION 060308013 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIK TANAH DAN BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENDUGAAN EROSI TANAH. Oleh : Moch. Arifin 1)

KAJIAN SIFAT FISIK TANAH DAN BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENDUGAAN EROSI TANAH. Oleh : Moch. Arifin 1) Kajian Sifat Fisik Tanah Dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam Hubunganya... (Moch. Arifin) 111 KAJIAN SIFAT FISIK TANAH DAN BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENDUGAAN EROSI TANAH Oleh

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

190. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

190. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No 190. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 PENDUGAAN EROSI TANAH DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE USLE Mardina Juwita Oktafia Butar Butar, 1

Lebih terperinci

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL Oleh: Nining Wahyunigrum dan Tyas Mutiara Basuki BADAN LITBANG KEHUTANAN BPTKPDAS SOLO Degradasi lahan di Indonesia umumnya

Lebih terperinci

INDEKS BAHAYA EROSI (IBE) PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA MALEI KECAMATAN BALAESANG TANJUNG KABUPATEN DONGGALA

INDEKS BAHAYA EROSI (IBE) PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA MALEI KECAMATAN BALAESANG TANJUNG KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (2) :186-194, April 2016 ISSN : 2338-3011 INDEKS BAHAYA EROSI (IBE) PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA MALEI KECAMATAN BALAESANG TANJUNG KABUPATEN DONGGALA Erosion Index (IBE) In

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).

Lebih terperinci

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK 1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR TERHADAP KONDISI LAHAN DAN AIR DI KECAMATAN SUKARATU KABUPATEN TASIKMALAYA

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR TERHADAP KONDISI LAHAN DAN AIR DI KECAMATAN SUKARATU KABUPATEN TASIKMALAYA Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5 No. 2 (Desember 2015): 99-105 e-issn: 2460-5824 Available online at: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/ doi: 10.19081/jpsl.5.2.99 DAMPAK PENAMBANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA SKRIPSI Oleh: HOLONG MUNTE 060308042 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Ria Rosdiana Hutagaol 1 dan Sigit Hardwinarto 2 1 Faperta Jurusan Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

Dwi Priyo Ariyanto i dan Hery Widijanto

Dwi Priyo Ariyanto i dan Hery Widijanto KAJIAN KLASIFIKASI BAHAYA EROSI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAERAH HULU WADUK SEMPOR, GOMBONG The Study of Erosion Hazard Clasification by Geographic Information System in Sempor Reservoir Upstream

Lebih terperinci

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 1 Th. 2015

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 1 Th. 2015 PENENTUAN LAJU EROSI PADA TANAH ANDEPTS MENGGUNAKAN TANAMAN JAGUNG DAN TERAS BANGKU DENGAN METODE USLE DAN PETAK KECIL DI LAHAN KWALA BEKALA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (The determination of Erosion Rate

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 1 No.1 ; November 2014

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 1 No.1 ; November 2014 JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 1 No.1 ; November 2014 ISSN 2407-4624 EVALUASI KESEHATAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN PRODUKSI TERBATAS, BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI MELDAYANOOR Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PERENCANAAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DI DAS YEH EMPAS, TABANAN, BALI

ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PERENCANAAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DI DAS YEH EMPAS, TABANAN, BALI ECOTROPHIC VOLUME 9 (1) : 54-62 9 NOMOR 1 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PERENCANAAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DI DAS YEH EMPAS, TABANAN, BALI I Gusti Agung Lanang Widyantara 1*,

Lebih terperinci

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN Quis 1. Jelaskan pengertian erosi. 2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi. 3. Apakah erosi perlu dicegah/dikendalikan?

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL BESARAN TINGKAT EROSI PADA TIAP SATUAN LAHAN DI SUB DAS BATANG KANDIS

ANALISIS SPASIAL BESARAN TINGKAT EROSI PADA TIAP SATUAN LAHAN DI SUB DAS BATANG KANDIS ANALISIS SPASIAL BESARAN TINGKAT EROSI PADA TIAP SATUAN LAHAN DI SUB DAS BATANG KANDIS Rusnam 1, Eri Gas Ekaputra 1,Erich Mansyur Sitanggang 2, 1 Dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau Manis-Padang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi dan Akibatnya 1. Sifat dan Fungsi Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku

Lebih terperinci

PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (6) : 659-666, Desember 2016 ISSN : 28-011 PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Erosion Prediction at Several Land use

Lebih terperinci

PREDIKSI TINGKAT BAHAYA EROSI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU WISATA BANDAR KAYANGAN

PREDIKSI TINGKAT BAHAYA EROSI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU WISATA BANDAR KAYANGAN PREDIKSI TINGKAT BAHAYA EROSI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU WISATA BANDAR KAYANGAN Eva Suyanti 1, Hadinoto 2 dan Muhammad Ikhwan 2 1 Mahasiswa Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada ketinggian antara 500 900 m. dpl, dengan suhu maksimum 30 derajat

Lebih terperinci

Kajian Tingkat Bahaya Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo

Kajian Tingkat Bahaya Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Serambi Engineering, Volume III, No.1, Januari 2018 hal 279-284 ISSN : 2528-3561 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Parlin Hotmartua Putra

Lebih terperinci

PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH

PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH (PREDICTION OF EROSION ON AGRICULTURAL LAND IN KRUENG SIMPO SUB WATERSHED ACEH PROVINCE) Rini Fitri ABSTRACT Erosion on agricultural

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon e-mail: cherrzie@yahoo.com ABSTRACT Changes in land use affects water availability

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN TANAMAN KOPI (Coffea Sp.) DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN DAIRI SKRIPSI. Oleh:

PENDUGAAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN TANAMAN KOPI (Coffea Sp.) DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN DAIRI SKRIPSI. Oleh: PENDUGAAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN TANAMAN KOPI (Coffea Sp.) DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN DAIRI SKRIPSI Oleh: LEDI KISWANTO BARUS 080303050 AET - TNH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE ( Universal Soil Loss Equation ) DI KEBUN TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT. Shanti Desima Simbolon

PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE ( Universal Soil Loss Equation ) DI KEBUN TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT. Shanti Desima Simbolon PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE ( Universal Soil Loss Equation ) DI KEBUN TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT Shanti Desima Simbolon ABSTRACT Soil degradation and reduced productivity associated

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR SKRIPSI OLEH: FRISCA ELIANA SIDABUTAR 031201021/MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH

PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH PREDIKSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN USAHA TANI PEGUNUNGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH Husein Suganda dan Neneng L. Nurida Peneliti Badan Litbang Pertanian Pada Balai Penelitian Tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi tanah (soil erosion) adalah proses penghanyutan tanah dan merupakan gejala alam yang wajar dan terus berlangsung selama ada aliran permukaan. Erosi semacam itu

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI FAKTOR TANAMAN KACANG KEDELAI DAN SERAI DENGAN METODE PETAK KECIL DAN USLE PADA TANAH ANDEPTS DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU

PENENTUAN NILAI FAKTOR TANAMAN KACANG KEDELAI DAN SERAI DENGAN METODE PETAK KECIL DAN USLE PADA TANAH ANDEPTS DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU PENENTUAN NILAI FAKTOR TANAMAN KACANG KEDELAI DAN SERAI DENGAN METODE PETAK KECIL DAN USLE PADA TANAH ANDEPTS DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU (The determination of value of soybean and lemongrass plants

Lebih terperinci