I.52. Budidaya Pakis Simpei (Cibotium barometz) dengan Sistem Tumpang Sari di Perkebunan Karet Sumatera Barat. Dr. Titien Ng Praptosuwiryo, M.Si.

Transkripsi

1 I.52 Budidaya Pakis Simpei (Cibotium barometz) dengan Sistem Tumpang Sari di Perkebunan Karet Sumatera Barat Dr. Titien Ng Praptosuwiryo, M.Si. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012

2 LATAR BELAKANG Cibotium barometz (Cibotiaceae) Nama umum: pakis simpei atau pakis emas, golden chicken fern Komoditi ekspor penting sebagai bahan baku obat modern maupun tradisional (obat penasak darah, rhematik, ginjal, memperkuat tulang) Pucuk daun muda dan tangkaitangkai daun tua Cibotium barometz Ada tiga negara penting pengekspor C. barometz di dunia: China (simplisia rimpang), Vietnam, (simpisia rimpang), Indonesia (bulu/pili cibotii). Permintaan ekspor simplisia rimpang dari Indonesia belum dapat dipenuhi karena: (1) C. barometz masih berstatus tumbuhan liar; (2) peta persebaran potensi di Indonesia belum lengkap ; (3) biologi pertumbuhan dan perkembangannya pun belum dipahami sepenuhnya Rumpun pohon Cibotium barometz Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 Cuping subur dari anak daun kedua Cibotium barometz 1

3 PERMASALAHAN Cibotium barometz masih merupakan tumbuhan liar, termasuk dalam Appendix II CITES, populasinya di alam secara umum makin turun karena eksploitasi berlebihan Stok rimpang di pabrik simplisi rimpang C. barometz di Vietnam Agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan maka usaha-usaha ke arah budidaya C. barometz perlu secepatnya dilakukan. Sebagian besar masyarakat belum memahami arti penting C. barometz dari segi ekonomi maupun konservasi Berdasarkan hasil penelitian LIPI , di Sumatera Barat Cibotium barometz dijumpai tumbuh di perkebunan/ ladang karet rakyat di lerenglereng bukit (Kab. Agam, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, Tanah Datar) Usaha budidaya pakis simpei, C. barometz, dengan sistem tumpang sari di perkebunan karet diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat petani karet Proses pembuatan simplisia rimpang C. barometz di Vietnam Pembersihan bulu C. barometz di Bengkulu. Panen 2006 Keberhasilan usaha budidaya C. barometz di perkebunan karet akan memberikan pengaruh positif bagi kelangsungan hidupnya di alam dan juga merupakan wujud dari konservasi in situ atau ex situ Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa

4 METODOLOGI Ruang Lingkup Kegiatan: 1) Usaha budidaya C. barometz di lahan perkebunan karet rakyat 2) Peningkatan kesadaran masyarakat akan arti penting C. barometz dari segi ekonomi dan konservasinya Fokus Kegiatan: 1) Percobaan usaha budidaya pakis simpei (Cibotium barometz) dengan cara melakukan penanaman dengan sistem tumpang sari di antara tanaman karet 2) Sosialisasi konservasi in situ dan ex situ C. barometz Desain Penelitian: 1) Membangun DEMPLOT tanaman C. barometz (4 DEMPLOT, 1 DEMPLOT 500 pohon per hektar) 2) Sosialisasi C. barometz Tahapan Metode Pelaksanaan Kegiatan: 1) Koordinasi 2) Sosialisasi prospek ekonomi dan usaha-usaha konservasi C. barometz 3) Penanaman C. barometz di empat DEMPLOT di lahan kebun karet rakyat 4) Pengamatan dan monitoring Perkembangan dan Hasil Kegiatan: Terwujud 4 DEMPLOT di Kec. Harau, Kab. 50 Kota: DEMPLOT I: Bukit Tarok; DEMPLOT II: Bukit Ladang Laweh; DEMPLOT III: Bukit Ladang Laweh, DEMPLOT IV: Bukit Air Malanca. Telah terbit dua modul pelatihan-pemberdayaan masyarakat: (1) Teknik Perbanyakan Generatif Tumbuhan Obat Pakis Simpei (Cibotium barometz); (2) Teknik Budidaya Tumbuhan Obat Pakis Simpei Cibotium barometz dengan Sistem Tumpang Sari di Perkebunan Karet Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa

5 SINERGI KOORDINASI Lingkup dan bentuk koordinasi yang dilakukan Bantuan perijinan oleh instansi terkait dan tenaga masyarakat setempat sangat dibutuhkan dalam memperlancar kegiatan ini. Nama lembaga yang diajak koordinasi 1) Balitbangda di Sumatera Barat; 2) BKSDA Sumatera Barat 3) KSDA Harau; 4) Nagari atau Jorong di Kec. Harau, Kab. Lima Puluh Kota Strategi pelaksanaan koordinasi: 1) Kontak langsung; 2) Surat menyurat; 3) Kontak lewat telfon 4) Kontak lewat SMS Signifikansi capaian koordinasi yang dilakukan 1) Terbentuknya hubungan dan kerjasama yang baik antara tim peneliti dengan BKSDA dan Balitbangda SUMBAR. 2) Terbinanya hubungan baik dan kerjasama antara tim peneliti dengan masyarakat pemilik perkebunan karet rakyat dan masyarakat di sekitar daerah berpotensi C. barometz. 3. Terlaksananya kegiatan penanam C. barometz di empat DEMPLOT dan acara sosialisasi C. barometz di lokus kegiatan. 4. Terkumpulnya data monitoring pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari tiga DEMPLOT penanaman Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa

6 PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN Kerangka dan strategi pemanfaatan hasil kegiatan 1) Sosialisasi nilai ekonomi dan konservasi C. barometz 2) Pelatihan penanganan bibit/anakan C. barometz 3) Demonstrasi cara penanganan spora C. barometz 4) Penanaman anakan C. barometz pada DEMPOT di lahan kebun karet sebagai tanama sela. 5) Pelatihan cara pemanenan pili cibotii/bulu C. barometz yang lestari di hutan masyarakat yang memiliki potensi C. barometz 6) Pengamatan dan monitoring fenologi pertumbuhan dan perkembangan C. barometz di DEMPLOT percobaan oleh tenaga lapangan lokal Wujud - bentuk pemanfaatan hasil kegiatan Empat DEMPLOT tanaman C. barometz di kebun karet rakyat Data (jumlah dan demografi) pihak yang memanfaatkan hasil kegiatan: 1) Empat orang pemilik lahan kebun karet tempat dibangunnya DEMPLOT tanaman C. barometz 2) Delapan belas orang penerima buku Modul Sosialisasi C. barometz 3) Dua puluh empat orang peserta sosialisasi 4) Enam orang tenaga lapang lokal yang bertugas untuk pengamatan dan monitoring tiap bulan Signifikansi pemanfaatan yang dirasakan pihak penerima manfaat hasil kegiatan 1) Masyarakat yang sadar dan paham akan nilai ekonomi dan konservasi C. barometz 2) Masyarakat memahami cara perbanyakan C. barometz secara generatif 3) Masyarakat memahami cara-cara budidaya C. barometz dengan sistem tumpang sari di perkebunan karet Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa

7 POTENSI PENGEMBANGAN KE DEPAN Rancangan Pengembangan ke depan 1) Meningkatkan daya guna C. barometz dengan memperluas pemanfaatan bagian-bagian tumbuhan, diantaranya bagian rimpangnya. 2) Meningkatkan cadangan individu atau populasinya dengan cara memperluas usaha-usaha perbanyakannya dan mempercepat pertumbuhannya. Strategi Pengembangan ke depan 1) Tetap berkoordinasi dan kerjasama dengan BKSDA SUMBAR dan KSDA Harau serta masyarakat pemilik lahan karet yang ditanami C. barometz dan masyarakat sekitarnya di Kab. Lima Puluh Kota untuk mengembangkan budidaya C. barometz 2) Tetap bermitra dan membina hubungan kerja dengan Perusahaan Pengekspor C. barometz di tingkat nasional maupun lokal 3) Menggalang dana penelitian lain untuk: a) budidaya C. barometz dan b) penelitian kandungan obat C. barometz dan pengembangannya sebagai obat alami 4) Menggalang kerjasama dengan instansi terkait seperti LPPOM maupun industri obat Tahapan Pengembangan ke depan 1) Seleksi varian untuk mendapatkan varian unggul C. barometz 2) Perbanyakan bibit dengan cara konvensional dan kultul jaringan 3) Mengetahui kandungan kimia obat C. barometz. 4) Penelitian estimasi panen rimpang untuk tujuan penentuan ekspor simplisia C. barometz pada tingkat nasional 5) Mekanisasi pembutan simplisia dari rimpang C. barometz 6) Proses pengolahan simplisia menjadi produk bubuk obat tradisional siap pakai Tim Pelaksana Insentif Peningkatan KemampuanPeneliti dan Perekayasa

8 FOTO KEGIATAN Koordinasi Tim Pelaksana Insentif PKPP 2012 dengan Pihak Terkait Penanaman C. barometz di DEMPLOT Kebun Karet Bukit Tarok Rancangan DEMPLOT Budidaya Cibotium barometz Sumatera Barat Sosialisasi Konservasi Cibotium barometz Buku Modul Sosialisasi Cibotium barometz

9 FOTO KEGIATAN Kegiatan Pengamatan dan Monitoring DEMPLOT Cibotium barometz Sept 2012

10 TERIMA KASIH Dr. Titien Ngatinem Praptosuwiryo, M.Si. Dr. Rugayah, M.Sc. Ir. Dwi Murti Puspitaningtyas, M.Sc. Dra. Esti Munawaroh Dr. Izu Andry Fijridiyanto, M.Sc.