FREE WILL AND PREDESTINATION DALAM KAJIAN ISLAM. Ridwan Jamal 1. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FREE WILL AND PREDESTINATION DALAM KAJIAN ISLAM. Ridwan Jamal 1. Abstrak"

Transkripsi

1 FREE WILL AND PREDESTINATION DALAM KAJIAN ISLAM Ridwan Jamal 1 Abstrak Free will and predestination merupakan kajian yang banyak menimbulkan polemik antara Qadariah, Mu tazilah serta Jabariah Asy ariah dan Maturidiah. Jika kita ingin melihat intensitasnya dalam masing-masing kecenderungannya, Qadariah lebih ekstrim daripada Mu tazilah dalam melihat kebebasan manusia. Sedangkan Jabariah ekstrim dari pada Asy ariah dalam hal fatalisme manusia. Dan Maturidiah dalam hal ini mengambil jalan tengah, mereka tidak menafikan kebebasan tuhan dan kekuasaan manusia. Perbedaan pandangan mereka bertumpuh pada logika format-deduktif, tanpa memperhatikan konteks social masing-masing pemikirannya. Kata Kunci: Free Will And Predestination A. Pendahuluan Masalah Free will dan fatalisme masih relevan untuk dikaji di masa sekarang. Karena persoalan ini terkait erat dengan sikap hidip manusia. Orang yang memiliki kecenderungan liberal dalam pola hidup tentunya lebih berpeluang meraih kehidupan yang lebih mapan dari pada yang mengikuti sikap fatalis. 2 Namun demikian, seorang terkadang menghadapi kendala dalam menentukan pilihan antara sikap liberal dan fatalis. Itu disebabkan oleh adanya beberapa teks dalam Al-Quran yang memberikan indikasi atas kebebasan manusia, seperti QS. al-kahf (18): 29. dan terdapat juga beberapa ayat yang yang menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk yang sangat lemah sehingga lebih cocok untuk bersikap fatali, seperti Q.S al-takwir (81) : 29. Rasa kebingungan menentukan sikap semakin tajam setelah ayat-ayat ini dikaji dan dijelaskan oleh para pemikir sesuai dengan kecenderungan intelektual mereka masing-masing. Yang lebih memprihatinkan lagi, penjelasan-penjelasan mereka 1 Penulis adalah dosen tetap pada Jurusan Syari ah STAIN Manado. 2 Harun Nasution, Islam Rasional (Cet II, Jakarta, Mizan, 1995), h. 111.

2 dikaitkan dengan masalah selamatan di dunia dan di akhirat. Pemikiran teologis mereka pisahkan dari konteks kesejarahannya. Sehingga muslim semakin tidak percaya diri dalam mengambil sikap. Dalam makalah ini, kami mencoba mengangkat ke permukaan beberapa faham tentang free will dan predestination. Kami ingin menelaah perbedaan pandangan beberapa faham dengan menghubungkannya dengan konteks sejarah di mana ia lahir secara singkat. Dengan demikian, kesakralan beberapa faham teologi dapat berkurang, disamping itu akan dapat merubah pola pikir pembaca yang mungkin dulunya mempelajari teologi Islam untuk membela Tuhan kepada mempelajari teologi membela umat Islam. Memisahkan suatu pemikiran dari konteks sosio-politiknya akan membawa kita kepada pemisahan pemikiran dari peran dan makna historisnya, memisahkan kepala dari badan. Dan pada gilirannya tercipta transendensi pemikiran yang menjerumuskan seseorang kepada pengkultusan pemikiran. Pengkultusan pemikiran akan menyebabkan umat yang percaya bahwa hanya wahyu yang suci menjadi rancu dalam berpikir karena hal itu menyebabkan mereka tidak mampu membedakan antara yang profan dan yang sakral, sebagaimana yang dialami bangsa Israil. B. Pembahasan Free will Qadariah dan Mu tazilah Secara teknis, pedanan kata free will dalam bahasan Arab adalah al-qadariyah. Yaitu, suatu faham teologi yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan (qudrah) dan kebebasan penuh berbuat dengan upayanya sendiri. Dialah yang menciptakan segala perbuatannya karena dia pula yang bertanggung jawab atas segala tindakannya. Dengan demikian, free will dan free act atau al-qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan

3 kehendaknya, dan bukan berasal dri pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada takdir atau kadar Tuhan. Aliran ini mulai merebak sebagai sebuah diskursus pemikiran dikalangan intelektual muslim pada akhir pemerintahan Khulafa al-rasyidin dan awal kekuasaan bani Umayyah. Karena tergerak oleh keresahan akibat adanya konflik yang berkepanjangan antara elit politik masyarakat dikala itu, seluruh lapisan masyarakat dari kalangan awam sampai kalangan atas resah. Mereka muai mempertanyakan makna hidup manusia. Jikalau manusia adalah mahluk yang cerdas dengan akal budina, mengapa mereka tidak mampu menemukan solusi untuk membebaskan diri dari kemelut yang sangat mengganggu ketenangan. Dalam merespon pertanyaan tersebut, orang-orang dikala itu terbagi dalam dunia kecenderungan, kelompok optimis dan pesimis. Kaum Qadariah adalah orang-orang optimis dan tidak menyerah kepada nasib seperti kecenderungan pemikiran-bukan kecenderungan perbuatan kaum Jabariyah. Karena pada tingkat perbuatan, tidak ada perbedaan antara tokoh-tokoh Qadariyah dan Jabariya. Keduanya menentang arus ketidakadilan dalam masyarakat. Untuk melegitimasi pendirian kaum Qadariyah, mereka mencari-cari landasan argumentatif, baik dari wahyu mapun akal. Jadi pola pikir dulu yang terbentuk, baru mencari landasan argumentatif. Dengan merujuk kepada ayat Al-Quran, seperti Q.S. al-ra d (13):11, orangorang Qadariah berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam berbuat 3. Cm berbuat karena kehendaknya sendiri, bebas dari kehendak Tuhan 4. Bahkan ada diantara kaum Qadariah yang mengingkari qadha dan qadar 1. Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet V; Jakarta : UI Press, 1986), h Imam Muhammad Abu Zahra, Tarikh al-madzahib al-islamiyyah diterjemahkan olh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib dengan judul Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, (Cet. I; Jakarta : Logos P.H, 1996), h.132.

4 Tuhan 5. Pengingkaran mereka terhadap qadha berimplikasi pada pengingkaran ilmu qadim Tuhan karena bagi mereka ilmu qadim Tuhan menghalangi kebebasan manusia-berbeda dengan Mu tazilah dalam hal ilmu Tuhan. Dengan demikian, Tuhan tidak mengetahui yang mana yang akan terjadi, kecuali setelah terwujud. Patut dicatat bahwa sepeninggal Rasulullah daerah kekuasaan Islam semakin meluas melampaui batas-batas Jazirah Arab. Sebagai konsekuensi logis dari perkembangan ini adalah orang-orang Islam mau tidak mau harus membuka diri kepada semua corak peradaban dengan segala unsurnya. Dengan demikian, orangorang Islam bukan hanya mengembangkan kekuasaan wilayah secara fisik, tetapi ia juga mengembangkan wilayah secara pemikiran. Ketidakadilan penguasa dan fanatisme kekuasaan semakin menjauhkan para elit pemikir 6 dari para penguasa. Masyarakat semakin sibuk dengan urusan masingmasing tanpa peduli pada urusan pemerintah, bahkan ada yang bergabung dengan golongan-golongan yang memberontak melawan pemerintah. Washil ibn al- Atha ( H) dan Amru ibn Ubaid (w. 144 H), perintis benih-benih dasar pemikiran Mu tazilah yang hidup pada masa pergolakan Khalifah Umayyah ( H) yang akhirnya runtuh pada masa pemerintahan Marwan ibn Muhammad, meskipun secara fisik keduanya tidak terlibat dalam urusan kekuasaan, tetapi sebagai pemikir, dinamika masyarakat dikala itu tidak lepas dari pengamatannya. Washil merumuskan konsep keadilan dan tauhid tentunya terdorong oleh kenyataan yang ada dalam masyarakat pada masanya yang penuh sesak dengan tindakan-tindakan kezaliman. Konsep ini adalah ungkapan sikap intelektual- jika tidak 3 Ibid 4 Lihat, Abdul Halim Uwais, Dirasah li al-suqut al-salasin al-daulah al-islamiyyah, diterjemahkan Oleh Drs. Yudian Wahtudi dkk. Dengan judul Analisa Runtuhnya Daulah-daulah Islam (Cet II; Jakarta : CV Pustaka Mantiq, 1992), h

5 ingin mengatakan ungkapan sikap politik-washil terhadap penguasa yang tidak menegakkan keadilan. Sebagai konsekuensi dasar keadilan (al-adl), maka keluarlah teori lain, yaitu (a) akal dapat mengetahui baik buruknya sesuatu tanpa bantuan wahyu karena predikat baik atau buruknya sesuatu tanpa bantuan wahyu karena predikat baik atau buruknya sesuatu terdapat secara hakiki di dalamnya, tidak aksidental; (b) wajibnya Tuhan berbuat untuk kebaikan (al-lithf) dan kemaslahatan bagi hamba-nya. Dia tidak boleh menciptakan kecuali hal-hal yang mendekatkan hamba kepada kebaikan dan yang menjauhkannya dari keburukan; (c) kebebasan dan kemampuan manusia berbuat tanpa campur tangan dari Tuhan karena sebuah objek tidak mungkin dipengaruhi oleh dua kekuatan atau daya secara bersamaan. Dengan demikian, segala sesuatu yang datang dari manusia itu merupakan hasil dari daya, kehendak dan perbuatannya sendiri. Ini adalah konsekuensi logis pandangan mereka bahwa tanpa bantuan wahyu cm mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan, dan Allah tidak berbuat kecuali hal-yang baik bagi hamba-nya. Akibat dari segala tindakan manusia adalah tanggung jawab manusia semata. Dengan demikian, keadilan dan ketauhidan Tuhan terwujud secara nyata untuk kebaikan manusia, bukan untuk Tuhan. Al-Jubbai menjelaskan bahwa manusialah yang menciptakan perbuatanperbuatannya, manusia berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada Tuhan atas kehendak dan kemauannya sendiri. Dan daya untuk mewujudkan kehendak itu telah terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan. Dengan demikian, daya menurut Mu tazilah adalah sifat yang mempunyai pengaruh, bukan efek dari sifat itu sendiri. Efek dari sifat ini ialah perbuatan. Jadi efek nyata dari daya muncul kemudian, tidak bersamaan dengan perbuatan.

6 Al-Qadhi Abd. Al-Jabbar, tokoh Mu tazilah generasi terakhir dari madrasah al- Jubbai mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Tuhan membuat manusia sanggup mewujudkan perbuatannya ialah bahwa Tuhan menciptakan daya dalam diri manusia dan pada daya inilah bergantung wujud perbuatan itu,dan bukanlah yang dimaksud bahwa Tuhan membuat perbuatan yang telah dibuat manusia. Tidaklah mungkin bahwa Tuhan mewujudkan perbuatan yang telah diwujudkan manusia. 7 Pernyataan ini berasal dari pendapat Mu tazilah yang mengatakan bahwa hekekat daya adalah kekuatan yang berfungsi memberi pengaruh. Daya dan pengaruh adalah dua hal yang saling bertaut secara mutlak.dengan demikian, tidak mungkin ada dua daya yang memberi efek pada perbuatan yang sama, karena akan menyebabkan terjadinya dua kekuatan yang berbentuan (al-tamannu ) satu sama lain. Karena perbuatan adalah ciptaan manusia, maka tidak mungkin daya yang dipakai adalah daya tuhan, melainkan dayanya sendiri yang tersimpan dalam dirinya sejak awal melahirkandaya yang lain sebelum berbuat. Karena itu, kaum mu tazilah melahirkan suatu teori taulid, yaitu gerakan kedua timbul karena ada gerakan pertama. Seperti gerakan cincin yang terjadi karena ada gerakan tangan 8. Yang belum dijelaskan oleh kaum mu tazilah adalah pertayaan bagaimana terjadinya loncatan, pepindahan dari daya tuhan yang diberikan kepada manusia menjadi daya manusia secara hakiki, bukan majazi? generasi ketiga mu tazilah memanfaatkan teori thufrah (loncatan) yag dicetuskan al-nazzam dalam membicarakan masalah kekuasaan Tuhan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mereka berpendapat bahwa suatu benda dapat berada pada tempat pertama, kedua,ketiga, dan langsung ketempat kesepuluh. Demkianlah daya Tuhan yang tersimpan dalam diri manusia berubah menjadi daya manusia Harun Nasution, op. cit., h Muhammad Sa id Syaikh, Kamus Filsafat Islam, (Cet I; Jakarta : Rajawali pers, 1991), h.

7 sepenuhnya. 9 Jawaban ini belum begitu memuaskan sebab masih menyisakan pertanyaan, bagaimana proses loncatan terjadi, apakah daya itu berubah dengan sendirinya atau ada faktor di luar dirinya yang melakukan. B. Predistanition Jabariyah dan Asy ariyah Orang yang memiliki paham predistination atau fatalism yang dikenal dengan nama fatalist. Orang yang percaya bahwa segala sesuatu ditentukan oleh nasib. Orang-orang yang menganut paham ini dikenal dengan kaum Jabariah, yaitu orang-orang yang meniadakan segala peran manusia dalam perbuatannya. Segala sesuatu yang dilakukan telah ditetapkan Allah sejak zaman azali dan tugas manusia hanya menjalani ketetapan itu bak kapas yang diterbangkan angin. Kemana arah angin tertuju, kesanalah kapas itu menuju. Segala tindakan manusia tidak ada bedanya dengan pergantian siang dan malam, terbitnya matahari di sebelah Timur dan terbenamnya di sebelah Barat. Pendek kata, faham ini menafikan adanya perbuatan hamba dan menyandarkan perbuatan itu sepenuhnya kepada Tuhan karena seorang hamba tidak memiliki sifat kamampuan. Segala perbuatanya adalah keterpaksaan semata. 10 Jabariah merupakan antitesa dari faham Qadariah. Jabariah sebagai suatu faham adalah anak sejarah, sama dengan Qadariah. Keduanya adalah ekspresi pemikiran yang terlahir dari satu platform sejarah yang sama. Abd al-hasan Al-Asy ari merasa prihatin dengan keadaan masyarakat yang menyedihkan karena kondisi sosial politik dan itelektual yang tidak stabil. Mu tazilah yang dikenal sebagai golongan pemikir yang mempelopori pemikiran keadilan dan kebebasan manusia justru terbawa-bawa menjadi alat kekuasaan Ahmad Hanfi, Theologi Islam (Ilmu Kalam) (Cet. VIII ; Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 8 Imam Muhammad Abu Zahrah, Op. Cit, h. 121.

8 Abd al-hasan Al-Asy ari ingin turut andil memberikan solusi terhadap kebingungan pemikiran dan keagamaan yang melanda masyarakatnnya lewat jalur intelektual keagamaan pada masanya. Harun Nasution mengatakan, dalam suasana demikianlah Al-Asy ari keluar dari golongan teologi dan menyusun teologi baru yang sesuai degan aliran orang yang berpegang teguh dengan aliran orang yang berpegang kuat kepada hadits.apakah tidak mungkin bahwa Al-Asy ari meninggalkan faham Mu tazilah,karena melihat bahwa aliran Mu tazilah tidak dapat diterima oleh umumnya umat Islam yang bersifat sederhana dalam pemikiran? Dan pada waktu itu tidak ada aliran teologi yang teratur sebagai gantinya. 11 Polemik yang terjadi antara al-asy ari dengan berbagai kubu pemikiran sebenarnya bersifat artificial. Karena tidak mungkin al-asy ari yang telah menggeluti dan meyakini aliran Mu tazilah selama 40 tahun tiba-tiba dirasuki perasaan ragu dan berubah secara drastis dalam waktu yang singkat tanpa sebab yang jelas. Dengan demikian, sikap ini merupakan sikap pragmatis yang didasari pada sebab-sebab kemasyarakatan yang realistis dikala itu. Salah satu persolan yang diangkat al-asy ari adalah masalah perbuatan manusia. Dia mencoba mensintesakan antara aliran Qadariah-Mu tazilah dan Jabariah. Jika orang-orang Mu tazilah menyatakan bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri, aliran Asy ariah berpendapat bahwa kekuasaan Allah itu meliputi segala sesuatu yang mungkin, termasuk perbuatan manusia. Jadi manusia hanya sekedar alat bagi perbutan yang ditetapkan Allah. Peran manusia adalah peran instrumental, tidak essensial. Peran manusia dalam perbutannya diistilahkan dengan al-kasb (perolehan). Al-kasb merupakan perantara antara kekuasaan Tuhan yang 9 Harun Nasution, op. cit., h. 68.

9 mutlak dan perbuatan manusia, alat rasionalisasi hubungan antara keduanya, jawaban teknis atas masalah pertemuan dalam satu objek perbuatan yang sama. Al-Baghdadi memberikan ilustrasi untuk memahamkan teori kasb kaum Asy ariah dengan mengatakan bahwa perbuatan mengangkat batu berat adalah contoh yang biasa diberikan oleh kaum Asy ariah tentang al-kasb. Ada orang yang sama sekali tak sanggup mengangkat batu itu dan ada pula yang sanggup mengangkatnya. Kalau kedua orang tersebut sama-sama mengangkat batu berat itu, perbuatan mengangkat batu dialakukan oleh orang yang sanggup mengangkatnya, tetapi itu tidak berarti bahwa orang yang tidak sanggup itu tidak turut mengangkat. Perbuatan pada hakekatnya terjadi dengan perantara daya Tuhan, tetapi manusia dalam pada itu tidak kehilangan sifat sebagai pembuat. 12 Dari ilustrasi ini, kekuatan Tuhan dilambangkan dengan orang yang kuat mengangkat batu, sedangkan daya manusia disimbolkan dengan orang yang tidak dapat sama sekali mengangkat batu. Ilustrasi ini mengangkat bentuk silogismenya sudah tepat, tetapi tidak benar. Karena kalu memang orang pertama sanggup mengangkat batu itu, untuk apa orang yang tidak berdaya sama sekali ikut mengangkatnya. Tidak mengherankan jika teori kasb dijadikan orang-orang Arab sebagai perumpaaan untuk hal-hal yang sangat sulit dan membingungkan dengan mengatakan, hal ini lebih sulit dari al-kasb al-asy ari. Adapun mengenai pemikiran teori Abu Manshur al-maturidi banyak dipengaruhi oleh pemikiran Imam Abu Hanifah. Pemikiran ini merupakan reaksi terhadap kebingungan dan keresaha intelektual keagamaan masyarakat dikala itu akibat goncangan-goncangan politik dan intelektual keagamaan yang tidak menentu 10 Ibid, h. 111.

10 sebagaimana yang dialami al-asy ari. Aliran Maturidiah, dengan demikian, usaha sintesa pemikiran yang kedua. Pendapat Maturidiah tentang perbuatan manusia berbeda dengan pendapat Mu tazilah dan kasb Asy ari. Daya manusia menurut Maturidiah muncul bersamaan dengan perbuatan sebagaimana yang dikatakan Asy ari, dan perbuatan adalah pemakaian daya yang diberikan Tuhan kepadanya. Jadi perbuatan itu merupakan perbuatan manusia dalam arti yang sebenarnya, sebagaimana yang dikatakan Mu tazilah. Sedangkan perbuatan Tuhan hanya penciptaan daya dalam diri manusia yang dipertanggung jawabkan manusia adalah pemakaiannya terhadap daya yang terdapat dalam dirinya. 13 Karena daya yang dipakai berbuat adalah Pemberian Tuhan dalam diri manusia dan manusia berbuat dengan dayanya sendiri, maka mau tidak mau harus ada suatu rentetan daya, dimana dari daya yang pertama tercipta daya kedua dan seterusnya. Pendapat Maturidiah tentang perbuatan manusia tidak lebih dari itu. Ia tidak berkembang kearah yang lebih jauh. Karena itu, Maturidiah tidak terjebak kedalam perdebatan filosofis yang bias menjebak kedalam anomaly-anomali (kejanggalan) logika, sebagaimana yang telah kita saksikan dalam argument yang diajukan Mu tazilah dan Asy ari. Namun demikian, Maturidiah yang terlanjur berpendapat seperti itu, akan mendapat masalah. Yaitu, kalau memang Tuhan memberikan daya dalam diri manusia, apakah setelah itu Tuhan masih ikut campur tangan atau tidak? kalau tidak, berarti Dia swt. istirahat. Dan jika tuhan ikut campur, bagaimana Maturidiah memahamkan tentang tanggung jawab. Dan kalau tanggung jawab letaknya pada penggunaan daya yang diberikan, maka siapa yang akan bertangung jawab atas daya yang digunakan manusia untuk memanfaatkan daya yang ada dalam dirinya? Daya tidak mungkin menjadi daya bagi dirinya sendiri. 11 Ibid., h. 112.

11 Secara substansial, antara Maturidiah dan Mu tazilah tidak ada perdebatan. Mu tazilah yang mengatakan bahwa daya yang dipakai manusia adalah daya yang disimpan Tuhan dalam dirinya tidak memiliki perbedaan pengertian dengan ungkapan Maturidiah yang mengatakan bahwa daya yang tersimpan dalam diri manusia itulah perbutan Tuhan. Keduanya sepakat bahwa manusia bisa berbuat secara hakiki karena adanya kekuatan dalam dirinya. Karena kesamaan ini, kedua golongan menghadapi persoalan argument yang sama. C. Kesimpulan Polemik yang terjadi antara Qadariah-Mu tazilah Vs. Jabariah-Asy ariah dalam masalah free will dan predestination jika kita ingin melihat intensitasnya dalam masing-masing kecenderungan adalah: Qadariah jauh lebih ekstrim dari pada Mu tazilah dalam melihat kebebasan manusia dari pada Mu tazilah karena Qadariah sampai kepada tingkat meniadakan ilmu Tuhan yang azali. Mereka berpendapat bahwa Tuhan baru mengetahui perbuatan manusia saat dia melakukannya. Sedangkan, Jabariah lebih ekstrim dari pada Asy ariah dalam hal fatalisme manusia. Meskipun kaum Asy ari berpendapat kekusaan Tuhan meliputi segala kemungkinan, tetapi mereka tidak meniadakan sama sekali peran dan tangung jawab manusia dalam perbuatannya dengan teori kasb yang mereka tawarkan. Maturidiah adalah aliran yang mengambil jalan tengah dalam masalah ini. Mereka tidak menafikan kekuasaan Tuhan dan kekuatan manusia. Namun, secara substansial, semua pikiran di atas tidak ada yang keluar dari aqidah Islam sebab semua mengakui bahwa semua daya bersumber dari Tuhan. Qadariah dan Mu tazilah yang jauh melangkah dalam hal ini, masih mengatakan bahwa Tuhanlah yang menciptakan daya dalam diri manusia. Sebaliknya, Jabariah yang menafikan kebebasan manusia, tokoh mereka masih terlibat dalam perjuangan melawan

12 ketidakadilan penguasa, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Qadariah. Pertentangan intelektual di antara mereka hanya sebatas perdebatan verbal. Perbedaan mereka hanya pada cara mengekspresikan hubungan timbal balik antara perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan. Perbedaan ini timbul, pertama, karena pemahaman mereka yang berbea-beda dalam menelaah bahasan al-qur an; kedua, perbedaan sikap dalam menanggapi gejala-gejala social; ketiga, perbedaan tempat dan waktu yang mereka miliki. Factor yang kedua dan ketiga memberikan corak kepada factor yang pertama. Sehigga orang-orang yang terlibat perdebatan tentang pandangan semua aliran di atas dengan bertumpu pada logika formal-deduktif, tanpa meperhatikan konteks social masing-masing pemikiran tersebut diatas, akan terjebak ke dalam perdebatan yang tidak jelas juntrungannya. Karena setiap peserta debat akan menemukan keanehan-keanehan (anomali) logika dalam argument mereka, sebagaimana yang telah kami sebutkan.

13 DAFTAR PUSTAKA Abu Zahrah, Imam Muhamad. Tarikh al-mazahib al-islamiyyah. Diterjemhkan oleh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib dengan judul Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam. Cet. I; Jakarta: Logos P.H., Hanafi, Ahmad. Theologi Islam (Ilmu Kalam). Cet. VIII ; Jakarta : Bulan Bintang, Nasution, Harun. Islam Rasional. Cet. III ; Jakarta: Mizan, , Teologi Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Cet. V; Jakarta : UI Press, Syaikh, Muhammad Sa id, A Dictionary of Muslim Philosophy. Diterjemahkan Oleh Husein Machmud dengan judul Kamus Filsafat Islam. Cet. I ; Jakarta: Rajawali Press, Uwais, Abd. Halim, Dirasatin li Suquti Salasina Daulatan Islamiyyatah. Diterjemakan Oleh Drs. Yudian Wahyudi dkk. Dengan judul Analisa Runtuhnya Daulah-daulah Islam. Cet. II; Jakarta : CV. Pustaka Mantiq, 1992.

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu BAB III TEOLOGI ISLAM A. Pengertian Teologi Islam Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah

TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah 1. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui, bahwa perselisihan faham yang mengakibatkan timbulnya aliran dalam Islam, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM Dari hasil paparan bab sebelumnya, yang telah mengupas secara jelas problematika ataupun permaslahan teologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran

Lebih terperinci

KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : ILMU TAUHID Dosen Pengampu : Drs.Ghofir Romas Disusun Oleh: 1. Iffatul umiyati (1501016014) 2. Siti ratna (1501016032)

Lebih terperinci

PERGULATAN PEMIKIRAN TEOLOGI DI DUNIA ISLAM

PERGULATAN PEMIKIRAN TEOLOGI DI DUNIA ISLAM PERGULATAN PEMIKIRAN TEOLOGI DI DUNIA ISLAM Alkhendra 1 ABSTRACT The word theology comes from the English term, namely theology. In language means the science of divinity. The term used in the english,

Lebih terperinci

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Guna memenuhi tugas Mata kuliah : Tauhid Dosen pengampu : Bpk. Ghofir Romas Yang disusun oleh : 1. Halimatussa diyah ( 1601016073 ) 2. Laili Ristiani ( 1601016074

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama rahmatan lil alamin dan mengajarkan tauhid sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama rahmatan lil alamin dan mengajarkan tauhid sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama rahmatan lil alamin dan mengajarkan tauhid sebagai fundamen. Keyakinan akan ke-esaan Tuhan berwujud dalam konsepsi Iman, Islam dan Ihsan.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

Mentawai adalah hal yang patut diapresiasi dan dijelaskan kepada masyarakat.

Mentawai adalah hal yang patut diapresiasi dan dijelaskan kepada masyarakat. Beragam pandangan dan pendapat tentang surat edaran Gubernur Sumatra Barat, tanggal 27 April 2012, yang secara eksplisit menyebutkan tentang batas waktu (dua bulan) untuk bersiap siaga menghadapi gempa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN

PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN Kuliah Akidah Ilmu Kalam Dosen: Drs. MUHLISIN M.Ag FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. Ghofir Romas Disusun oleh: Shafira Caesar Savitri ( 1501016001 ) Rohmatul

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

KRITIK TERHADAP ALIRAN AL MATURIDIYAH

KRITIK TERHADAP ALIRAN AL MATURIDIYAH KRITIK TERHADAP ALIRAN AL MATURIDIYAH MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. A. Ghofir Romas Disusun oleh : Najib Afif Muamar (1501026157) Muhammad Kafi (1501026158)

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

Oleh : Drs. ABU HANIFAH, M.Hum. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang

Oleh : Drs. ABU HANIFAH, M.Hum. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang 1 ALIRAN MU TAZILAH DAN ASY- ARIYAH Oleh : Drs. ABU HANIFAH, M.Hum. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAKS Mu tazilah dan As- Ariyah merupakan dua aliran pemikiran dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas.

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas. BAB IV ANALISA A. Keberadaan Kaum Gay Dalam klasifikasi kelompok sosial Komunitas Adinata Family termasuk dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas. Sebab komunitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Teologi Teologi adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Allah, asma (nama- nama), af al (perbuatan- perbuatan) Allah yang wajib, mustahil, jaiz, dan sifat wajib, mustahil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid QADLA DAN QADAR Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid Berikut ini adalah kompilasi dari nukilan yang diambil dari Malfuzat yang berkaitan tentang takdir dan nasib manusia. Kumpulan

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM A. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM Tuhan(ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-nya. Tercakup didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM DR. Ramlan Yusuf Rangkuti, M.A. Disampaikan Pada Mata Ajar Agama Islam Pogram BHP 2 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam Siapakah

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep

BAB 5 PENUTUP. Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep BAB 5 PENUTUP 5.1 Pendahuluan Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep qada dan qadar serta beberapa isu yang berkaitan menurut pandangan Ibn al-qayyim dalam kitabnya

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) A. Latar Belakang Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, terperinci, perlu mempelajari teologi yang terdapat

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Ilmu Jumlah Soal : 50 Butir Kurikulum acuan :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ialah membelajarkan siswa yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme

Islam dan Sekularisme Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada 130 BAB V ANALISA ATAS PANDANGAN SHAIKH MUHAMMAD AL-GHAZAli> memang tidak akan mungkin dilupakan dalam dunia pemikiran Islam. Karena

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

Pembaharuan.

Pembaharuan. Pembaharuan a.s. Disajikan di bawah ini adalah khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil dari naskah berbahasa Urdu

Lebih terperinci

Mutiara Islahul Qulub 6

Mutiara Islahul Qulub 6 0 Mutiara Islahul Qulub 6 Sesungguhnya tidak ada yang lain selain Allah dan diri kamu sendiri. Diri manusia itu bertentangan dengan Tuhan. Segala sesuatu itu tunduk kepada Allah dan diri manusia itupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plato, dia lebih menghargai kebenaran ketimbang plato. Aristoteles pernah

BAB I PENDAHULUAN. plato, dia lebih menghargai kebenaran ketimbang plato. Aristoteles pernah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebenaran dalam filsafat dianggap penting, karena salah satu definisi filsafat adalah cinta kebenaran. 1 Bahkan Aristoteles, seorang tokoh filosof yunani termasyhur,

Lebih terperinci

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat. Sumber Ajaran Islam DR. Rais Hidayat Informatika www.mercubuana.ac.id Kompetensi Menjelaskan sumber-sumber ajaran Islam. Menguraikan Al-Qur an, As-Sunnah dan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Memahami

Lebih terperinci

EFEK KESEHARIAN TAKWA

EFEK KESEHARIAN TAKWA c Menghormati Kemanusiaan d EFEK KESEHARIAN TAKWA Oleh Nurcholish Madjid Hadirin sidang Jumat yang terhormat. Dalam rangka memahami takwa lebih lanjut, saya ingin mengemukakan efek takwa dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Syari ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

Otentisitas Alkitab vs Quran

Otentisitas Alkitab vs Quran Otentisitas Alkitab vs Quran Dengan berjalannya waktu dan Muslim mengadakan kontak dengan orang Kristen dan Yahudi dan memiliki kesempatan untuk membaca Alkitab, perlahan-lahan Muslim menyadari bahwa isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

Memahami Takdir Secara Adil

Memahami Takdir Secara Adil Memahami Takdir Secara Adil Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

IDIOLOGI DAN POLITIK KEKUASAAN KAUM MU TAZILAH Ahmad Zaeny. Abstrak

IDIOLOGI DAN POLITIK KEKUASAAN KAUM MU TAZILAH Ahmad Zaeny. Abstrak IDIOLOGI DAN POLITIK KEKUASAAN KAUM MU TAZILAH Ahmad Zaeny Abstrak Kemunculan Mu tazilah pada mulanya adalah berakar dari masalah teologi tentang pelaku dosa besar. Dimana Khawarij menyatakan bahwa ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa kajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin

Lebih terperinci

BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM. Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam

BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM. Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam Sasaran bab : Anda dapat: 1. Menjelaskan falsafah ketuhanan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci sempurna sekaligus paripurna, terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6666 ayat, 77.934 kosa kata dan 333.671 huruf. Untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan ajaran yang diberikan kepada manusia untuk dijadikan dasar dan pedoman hidup di dunia. Ajaran ini diturunkan untuk dilaksanakan di tengah-tengah kehidupan

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 106 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan kajian-kajian yang komprehensif, kritis dan analisis terhadap karakteristik metode pemikiran Ibn Qayyim al-jauziyah dalam tasawuf, yakni dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Analisis

BAB V PENUTUP. A. Analisis BAB V PENUTUP A. Analisis Keterlibatan ulama dalam berpolitik sudah ada sejak dahulu bukanlah hal yang baru. Fakta sejarah mencatat bahwa ulama sudah terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 16 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang

Lebih terperinci

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C. Islam dan Demokrasi Disusun oleh : AL-RHAZALI 07230054 MITRA ANUGRAH F 07230068 FEBRIAN DELI 201010050311070 NOVELIAWATI C. 201010050311085 MUSLIM DEMOKRAT Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Secara etimologi Alqurān berasal dari kata qara-a yaqra-u ( قرا - يقرا ) yang berarti membaca. Sedangkan Alqurān sendiri adalah bentuk maṣdar dari qara-a yang berarti bacaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama Islam. Di samping Imam Ahmad bin Hanbal terdapat pula Imam madzab lainnya seperti Imam

Lebih terperinci

TAKFIR DAN HAK BERBEDA PENDAPAT

TAKFIR DAN HAK BERBEDA PENDAPAT TAKFIR AN HAK BERBEA PENAPAT Yusuf Rahman 1 Takfir dan Hak Berbeda Pendapat alam salah satu karyanya yang cukup terkenal Tahafut al- Falasifa (Kerancuan para Filusuf), Abu Hamid al-gazali (w. 1111) memberikan

Lebih terperinci

DASAR PEMIKIRAN ALIRAN MURJI AH DAN KELOMPOKNYA Oleh: Edi Suriaman

DASAR PEMIKIRAN ALIRAN MURJI AH DAN KELOMPOKNYA Oleh: Edi Suriaman DASAR PEMIKIRAN ALIRAN MURJI AH DAN KELOMPOKNYA Oleh: Edi Suriaman Persoalan teologi dimulai pada masa pemerintahan Usman dan Ali, yaitu disaat terjadinya pergolakan-pergolakan politik dikalangan umat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut: 254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Prg Keagamaan) Bentuk Sal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID

ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID Diantara sekian banyak ahli fakir muslim, barang kali buah pikiran Abduh-lah yang paling banyak mendapat perhatian serta pembahasan para orientalis barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul Kedudukan agama dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan pribadi sebagai makhluk Tuhan merupakan unsur yang terpenting, yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN Al-Qur an merupakan sumber hukum paling utama bagi umat Islam, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan sempurna. Kata

Lebih terperinci

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Pendahuluan Reaksi-reaksi spontan telah dikemukakan oleh beberapa orang. Tetapi, tentu, reaksi-reaksi itu belum terumuskan dengan baik. Namun,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Islam, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. dan berpedoman pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET) KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET) SEJARAH NABI MUHAMMAD DI MAKKAH BACA DI BUKU PAKET HALAMAN 109 126 (lebih lengkap)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu

Lebih terperinci

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Jusmarwan Nacing, SP ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENG ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Jusmarwan Nacing, SP Bogor, 21 Mei 2010 Manusia, ilmu

Lebih terperinci

H A R U N N A S U T I O N (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran)

H A R U N N A S U T I O N (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) 4 H A R U N N A S U T I O N (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi* *STAIN Tulungagung nurhadita@gmail.com Abstract Islam is a logical religion. Consequently, those who cannot think logically

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Sifat dua..., Atiatul Mu'min, FIB UI, 2008

BAB 5 PENUTUP. Sifat dua..., Atiatul Mu'min, FIB UI, 2008 161 BAB 5 PENUTUP 162 5.1 Kesimpulan Asy ariyah merupakan salah satu aliran teologi di dalam agama Islam. Salah satu ajaran mereka, yaitu Allah swt memiliki sifat. Menurut mereka, dengan sifat-nya itu,

Lebih terperinci

27 Mac 2015 (Jumaat) / 6 Jamadilakhir 1436H

27 Mac 2015 (Jumaat) / 6 Jamadilakhir 1436H Program Cinta Ilmu 27 Mac 2015 (Jumaat) / 6 Jamadilakhir 1436H AJARAN SESAT Bahagian Hal Ehwal Islam Akademi Pengajian Islam Kontemporari UiTM Shah Alam Sesungguhnya ugama (yang benar dan diredai) di sisi

Lebih terperinci

Bab 1 Pengertian Ilmu Mantiq dan Sejarah Perkembangannya

Bab 1 Pengertian Ilmu Mantiq dan Sejarah Perkembangannya Bab 1 Pengertian Ilmu Mantiq dan Sejarah Perkembangannya A. Pengertian Ilmu Mantiq Mantiq adalah bahasa Arab, berasal dari akar kata nathaqa, artinya berpikir. Nathiqun, orang yang berpikir, manthuqun,

Lebih terperinci

Nag2oO9. Item Objektif. M.S Rajah berikut menunjukkan suasana di Madinah sebelum hijrah Nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah.

Nag2oO9. Item Objektif. M.S Rajah berikut menunjukkan suasana di Madinah sebelum hijrah Nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah. LATIHAN SEJARAH TINGKATAN 4 BAB 5 1 Item Objektif M.S. 118 1. Rajah berikut menunjukkan suasana di Madinah sebelum hijrah Nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah. Madinah Tidak aman Pelbagai kaum tidak bersatu

Lebih terperinci

Konsep Akal dalam Perspektif Harun Nasution

Konsep Akal dalam Perspektif Harun Nasution Depi Yanti Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang E-mail: depiyanti_uin@radenfatah.ac.id Abstrak Akal merupakan bukti kesempurnaan penciptaan manusia oleh

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al-

BAB VI KESIMPULAN. Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al- 253 BAB VI KESIMPULAN Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al- Gufrān memiliki kekayaan, baik struktur maupun gagasannya. Struktur naratifnya memperlihatkan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya,

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemimpin pada dasarnya adalah wakil dari rakyat yang dipercaya mengatur urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya, sedemikian

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu harapan bangsa dimana nantinya remaja diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

1.A. Asal-Usul Maturidiyah 1.B.Pokok-Pokok Ajaran Maturidiyah

1.A. Asal-Usul Maturidiyah 1.B.Pokok-Pokok Ajaran Maturidiyah 1.A. Asal-Usul Maturidiyah Aliran maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. Pendirinya adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi, di daerah Maturid Samarqand,

Lebih terperinci

DUNIA ISLAM. Antara Harapan dan Kenyataan

DUNIA ISLAM. Antara Harapan dan Kenyataan DUNIA ISLAM Antara Harapan dan Kenyataan Pengertian Dimaksud dengan pembahasan dunia islam disini adalah Islam dalam berbagai dimensinya. Karena itu, pembahasan materi ini akan menyangkut masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ 59 BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ A. Kedudukan Mediator dan Hakam Dalam Menyelesaikan Perkara Syiqaq 1) Kedudukan Mediator Dalam Penyelesaian

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2 PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2 1 Dosen Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Sulawesi Barat Email: zarfilosuf@gmail.com 2 Dosen Prodi Ilmu Politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab guna menjelaskan jalan hidup yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah wahyu Allah SWT yang disampaikan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. yang di bukukan, kemurnian dan eksistensinya serta pemeliharaannya

Lebih terperinci