BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Purwakarta, dan merupakan tempat penulis melakukan penelitian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Purwakarta, dan merupakan tempat penulis melakukan penelitian."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian 1. Kondisi Fisik Wilayah a. Letak dan Luas Kecamatan Bojong merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta, dan merupakan tempat penulis melakukan penelitian. Secara astronomis Kecamatan Bojong terletak pada 06º37 30 LS - 06º47 30 LS dan 107º27 30 BT - 107º35 00 BT. Secara administrasi Kecamatan Bojong terdiri atas 14 desa dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Pasawahan : Kecamatan Wanayasa : Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat : Kecamatan Darangdan Wilayah Kecamatan Bojong memiliki luas 85,55 km 2. Jarak dari Kecamatan Bojong ke ibu kota Kabupaten Purwakarta adalah sekitar 34 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Untuk lebih jelasnya mengenai wilayah administratif Kecamatan Bojong dapat dilihat pada gambar

2 42

3 43 b. Topografi Berdasarkan topografinya wilayah Kabupaten Purwakarta dapat dibagi ke dalam tiga zona, yaitu pegunungan, perbukitan dan daratan. Dimana zona perwilayahannya sebagai berikut: 1) Daerah pegunungan Daerah ini memiliki ketinggian antara mdpl yang meliputi 29,73% dari total luas wilayah. Daerah ini terletak di bagian tenggara Kabupaten Purwakarta. 2) Daerah perbukitan Daerah dengan ketinggian antara mdpl ini meliputi 33,8% dari total luas wilayah. Wilayahnya terletak di barat laut Kabupaten Purwakarta. 3) Daerah daratan Wilayah ini terletak di bagian utara Kabupaten Purwakarta dengan ketinggian 35 sd 499 mdpl, daerah ini meliputi 36,47% dari total luas wilayah. Berdasarkan Data Profil Kecamatan Bojong tahun 2009, Kecamatan Bojong memiliki ketinggian antara mdpl, dengan demikian termasuk ke dalam zona daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian besar wilayahnya digunakan untuk perkebunan dan pertanian serta sebagian kecil untuk peternakan dan pariwisata alam. Berdasarkan syarat tumbuh aren, pohon aren dapat tumbuh secara baik di ketinggian mdpl dan dapat tumbuh hingga ketinggian 1400 mdpl.

4 44 Ketinggian yang dimiliki Kecamatan Bojong yaitu mdpl, dengan demikian berdasarkan pada ketinggian tempat maka pohon aren dapat dikatakan cocok untuk tumbuh di Kecamatan Bojong. c. Iklim Dalam kehidupan di muka bumi ini, baik itu berlaku bagi manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya itu sangat dipengaruhi oleh salah satu faktor fisis yaitu iklim, di mana iklim mempengaruhi segala aktifitas yang dilakukan manusia, hewan dan juga menentukan persebaran tumbuhan dan jenis apa saja yang sesuai pada daerah tertentu. Menurut Rafi i (1995: 1) iklim merupakan keadaan rata-rata kondisi suatu atmosfer suatu wilayah dalam jangkauan waktu yang relatif lama dan dalam cakupan wilayah yang luas. Untuk mengetahui jenis iklim suatu daerah terdapat beberapa sistem klasifikasi iklim. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sistem iklim menurut Junghuhn dalam menentukan iklim daerah penelitian. Iklim Junghuhn mempertimbangkan faktor suhu dan ketinggian tempat di daerah tropika dalam penentuan zonefikasi iklimnya. Berdasarkan Data Profil Kecamatan Bojong Tahun 2009, Kecamatan Bojong mempunyai curah hujan rata-rata tahunan yaitu 3270 mm/tahun dengan suhu rata-rata 22ºC dan bila melihat zonefikasi iklim berdasarkan sistem Junghuhn di mana unsur utama yang diperhitungkan ialah pemurunan suhu berdasarkan ketinggian tempat yang dihubungkan dengan penyebaran tumbuhan, yaitu:

5 45 1) Zone iklim panas, antara ketinggian mdpl dengan suhu rata-rata diatas 22º, daerah ini cocok untuk tanaman padi, jagung, tebu dan kelapa tumbuh dengan baik. 2) Zone iklim sedang, ketinggian mdpl dengan suhu 15º - 22ºC, cocok untuk tumbuhnya teh, karet, kopi dan kina. 3) Zone iklim sejuk, antara ketinggian mdpl dengan suhu 11º - 15ºC, cocok untuk tanaman hortikultura. 4) Zone iklim dingin, ketinggian mdpl, suhu kurang dari 11ºC 5) Iklim salju tropik, di atas ketinggian 4000 mdpl. Kecamatan Bojong memiliki suhu rata-rata 22ºC, sedangkan pohon aren dapat tumbuh pada suhu 20-25ºC, dengan demikian berdasarkan kondisi suhu maka pohon aren dapat dikatakan cocok untuk tumbuh di Kecamatan Bojong. d. Tanah Tanah merupakan suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil dari pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu. Menurut klasifikasi tanah dari hasil penelitian Bappeda Kabupaten Purwakarta tahun 2009, jenis tanah di Kabupaten Purwakarta yaitu aluvial, latosol, andosol, grumosol, pedsolik dan regosol sedangkan untuk Kecamatan Bojong sendiri wilayahnya sebagian besar memiliki jenis tanah aluvial dan latosol dengan tekstur tanah berlempung dan berpasir.

6 46 Berdasarkan syarat tumbuh aren, pohon aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus sehingga dapat tumbuh pada tanahtanah liat, berlumur dan berpasir. Kecamatan Bojong memiliki jenis tanah aluvial dan latosol dengan tekstur tanah berlempung dan berpasir, dengan kondisi tanah tersebut maka pohon aren dapat dikatakan cocok untuk tumbuh di Kecamatan Bojong. 2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian a. Jumlah dan kepadatan penduduk Penduduk merupakan salah satu sumber daya bagi wilayah yang ditempatinya bila manusia itu sendiri mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Berbicara soal penduduk, tentunya berkaitan dengan jumlah dan kepadatan penduduk. Jumlah dan kepadatan penduduk ditiap daerah tentu akan berbeda, ada daerah yang berpenduduk padat ada juga daerah dengan penduduk yang jarang. Pertumbuhan jumlah penduduk di setiap daerah akan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kelahiran, kematian dan migrasi. Adapun jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Bojong berdasarkan data monografi Kecamatan Bojong tahun 2010 berjumlah jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan mencapai 20,852 jiwa. Berdasarkan luas Kecamatan Bojong yaitu 85,55 km 2 maka dapat diketahui kepadatan penduduk, dengan cara: Kepadatan penduduk =

7 47 = = 510 jiwa/km 2 Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong adalah 510 jiwa/km 2. Jenis kepadatan penduduk ada 4 kategori, yaitu: 1) 0-50 jiwa/km 2 dikatakan wilayah tidak padat 2) jiwa/km 2 dikatakan wilayah kurang padat 3) jiwa/km 2 dikatakan wilayah cukup padat 4) >400 jiwa/km 2 dikatakan wilayah sangat padat Berdasarkan kategori tersebut, maka wilayah Kecamatan Bojong termasuk ke dalam wilayah sangat padat. Kemudian dapat diketahui juga nilai sex ratio penduduknya, yaitu: Sex ratio = x 100 = x 100 = 109 Angka tersebut menjelaskan bahwa terdapat 109 laki-laki diantara 100 perempuan, sehingga diketahui bahwa perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang ada di Kecamatan Bojong dapat dikatakan seimbang. Berdasarkan pada jumlah dan kepadatan penduduk yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Bojong termasuk ke dalam wilayah yang sangat padat kerena memiliki kepadatan penduduk sebesar 510 jiwa/km², dengan kepadatan penduduk tersebut maka dibutuhkan mata

8 48 pencaharian tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk, salah satunya yaitu menjadi pengrajin gula merah. Selain diperlukannya mata pencaharian tambahan, kondisi penduduk yang padat tersebut juga membutuhkan areal permukiman yang lebih luas. Hal ini tentu akan mengurangi lahan tumbuh aren jika masyarakat setempat mengalih fungsikan lahan tumbuh aren menjadi areal permukiman. b. Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, menurut Sagoyo (1983: 69) menemukan bahwa:...kriteria utama dalam pembagian kerja adalah jenis kelamin dan umur, pembagian kerja ini akan jelas nampak pada struktur kehidupan masyarakat desa. Kegiatan yang sifatnya berat dibebankan kepada kelompok laki-laki dewasa, sedangkan yang sifatnya ringan diberikan kepada golongan wanita dan anak. Angka Ketergantungan Penduduk (AKP) di Kecamatan Bojong dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: AKP = x 100 = x 100 = 63 Berdasarkan hasil perhitungan Angka Ketergantungan Penduduk (AKP) maka dapat diartikan bahwa setiap penduduk produktif di Kecamatan Bojong harus menanggung beban penduduk non produktif sebanyak 63 jiwa,

9 49 sehingga pekerjaan sebagai pengrajin gula merah ini cukup membantu dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Komposisi penduduk di Kecamatan Bojong berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Bojong No Usia (Tahun) Laki-laki (Jiwa) % Perempuan (Jiwa) % Jumlah , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Sumber : Data Profil Kecamatan Bojong 2009 Kaitan antara komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dengan industri gula merah yaitu dapat dilihat dari segi pembagian tugas, tugas berat seperti menyadap nira pohon aren tentu akan dibebankan pada laki-laki dengan usia yang masih produktif, sedangkan peran wanita dalam hal pemasakan nira. Semakin banyak penduduk laki-laki yang berusia produktif maka semakin memudahkan produksi gulla merah terutama dalam hal penyadapan air nira sebagai bahan baku gula merah.

10 50 c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Menurut Idris (1984: 21) mengemukakan bahwa mata pencaharian sebagai usaha manusia sebagai usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan jalan bekerja untuk memperoleh suatu hasil sehingga diharapkan dapat terpenuhinya sebagian atau seluruh kebutuhan hidup secara layak, adapun komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Bojong No Mata Pencaharian Jumlah % (Jiwa) 1 Petani ,34 2 Buruh tani ,75 3 Karyawan swasta ,90 4 Pedagang ,39 5 Pengrajin 156 7,01 6 Montir 32 1,43 7 Supir Penjahit 36 1,62 9 Pegawai Negeri 180 8,09 10 TNI/Polri 56 2,52 11 Lainya 43 1,93 Jumlah Sumber : Data Profil Kecamatan Bojong 2008 Semakin bertambahnya penduduk di Kecamatan Bojong maka akan merubah fungsi penggunaan lahan yang semula sebagai areal tumbuh pohon aren menjadi areal permukiman. Hal ini tentu saja mengurangi ketersediaan bahan baku gula merah yang berpengaruh pada berkurangnya mata pencaharian sebagai pengrajin gula sehingga perlu dialokasikan pada mata pencaharian lain guna mengurangi angka pengangguran.

11 51 d. Penggunaan lahan Lahan merupakan suatu elemen penting bagi berlangsungnya segala aktifitas yang ada di muka bumi terutama manusia. Berbagai aktifitas penduduk yang menjadi rutinitas penduduk semuanya berkaitan dengan sistem penguasaan tanah dan cara atau metode penggarapan terhadap tanah tersebut. Lahan dapat terbagi menjadi beberapa fungsi lahan. Lahan dapat berfungsi sebagai permukiman, perkantoran, industri, persawahan dan sebagainya. Fungsi lahan di Kecamatan Bojong terbagi menjadi beberapa fungsi, yaitu sawah irigasi, sawah tadah hujan, permukiman, ladang, kebun, semak belukar dan hutan. Untuk lebih jelas mengenai luas dan jumlah dari masing-masing jenis penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada tabel 4.3 dan pada gambar 4.2 berikut ini : Tabel 4.3 Penggunaan Lahan Kecamatan Bojong No Penggunaan Lahan Luas (Km 2 ) % 1 Sawah irigasi 1,81 2,12 2 Sawah tadah hujan 14,87 17,38 3 Permukiman 6,59 6,87 4 Ladang 9,80 11,46 5 Kebun 17,92 20,95 6 Semak belukar 7,87 9,21 7 Hutan 26,67 31,17 Jumlah 85, Sumber : Data Profil Kecamatan Bojong Tahun 2009

12 52

13 53 Berdasarkan Tabel 4.3 jenis penggunaan lahan di Kecamatan Bojong sebagian besar merupakan hutan (31,17%) dan kebun (20.95%), pada areal inilah tanaman aren tumbuh alami dengan bantuan musang. Masyarakat setempat menanfaatkan keberadaan aren yang tumbuh secara alami dengan mengolahnya menjadi beberapa jenis bahan makanan dan kerajinan di antaranya gula merah. Kecamatan Tabel 4.4 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Aren di Kabupaten Purwakarta Tahun 2006 Tanaman belum produktif Luas Areal (Ha) Tanaman produktif Tanaman tua/rusak Jumlah Hasil olahan (ton) Banyak Pemilik (KK) Jatiluhur 2,50 8,35-10,55 3,55 85 Sukasari 0,79 4,80-5,58 2,87 57 Maniis 4,00 4,00-8,00 1,58 59 Tegalwaru - 6,00-6,00 1,57 35 Plered - 3,40 0,25 3,65 0,86 34 Sukatani 1, ,85 7,85 0,85 87 Darangdan 3,27 22,23 3,00 28,50 5, Bojong 20,40 38,00 6,00 64,40 22, Wanayasa - 18,00 5,00 23,00 5,28 97 Kiarapedes 9,00 19,00 7,00 35,00 7, Pasawahan 1,50 3,40 0,55 50, Pondok 3,65 1,75 0,90 6,30 0,47 56 salam Purwakarta Babakan Cikao Campaka 0, ,60-5 Cibatu 0, ,45-21 Bungursari Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta 2006

14 54 Kecamatan Tabel 4.5 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Aren di Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 Tanaman belum produktif Luas Areal (Ha) Tanaman produktif Tanaman tua/rusak Jumlah Hasil olahan (ton) Banyak Pemilik (KK) Jatiluhur 1,30 5,30-106,80 2,10 55 Sukasari 0,59 2,80-3,58 1,70 47 Maniis 3,10 2,00-5,10 1,00 40 Tegalwaru - 4,00-4,00 0,96 27 Plered - 2,45 0,45 3,30 0,66 29 Sukatani 1,00 1,05 2,00 3,05 0,55 67 Darangdan 2,27 12,13 2,00 16,50 4, Bojong 16,70 28,00 7,00 37,70 15, Wanayasa - 15,00 3,30 18,30 3,28 77 Kiarapedes 5,00 15,30 5,00 25,30 4,38 87 Pasawahan 0,50 1,21 0,35 2,06 2,98 20 Pondok 2,65 0,55 0,75 4,00 0,27 36 salam Purwakarta Babakan Cikao Campaka 0, ,30-4 Cibatu 0, ,25-11 Bungursari Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta 2009 Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah pohon aren yang ada di Kecamatan Bojong saat ini mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena penebangan pohon yang dilakukan secara terus-menerus. Penduduk setempat tertarik menjual pohonnya di usia muda karena harga jual yang cukup tinggi per pohonnya. Keberadaan pohon aren yang berkurang tentu akan berpengaruh pada gula merah yang diproduksi karena pohon aren merupakan bahan baku utama.

15 55 B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Gambaran Responden Mengenai Industri Gula Merah Masyarakat lokal di Kecamatan Bojong sudah lama mengetahui cara pemanfaatan dan pengolahan berbagai jenis tumbuhan secara tradisional. Dimana pengetahuan lokal dari masyarakat setempat ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aren merupakan salah satu tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Bojong, bahkan mata pencaharian sebagai pengrajin gula merah yang berbahan dasar nira aren ini merupakan mata pencaharian sekunder yang sudah dari dahulu dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Bojong. Saat ini populasi aren di Kecamatan Bojong semakin berkurang. Hal ini disebabkan banyaknya pohon yang sudah tua, sehingga tidak produktif lagi sedangkan upaya peremajaan populasi aren belum dilakukan secara maksimal. Banyaknya masyarakat yang memanfaatkan aren untuk kegiatan industri rumah tangga, tanpa adanya upaya peremajaan dikhawatirkan akan menyebabkan populasi aren tersebut semakin terancam. Berdasarkan hasil wawancara dalam penyebaran aren, masyarakat di Kecamatan Bojong sangat mengandalkan jasa dari alam (regenerasi alam) yaitu melalui peranan musang (Paradoxurus hermaphroditus) di mana musang memakan buah aren yang sudah matang. Buah aren yang dimakan oleh musang bijinya tidak hancur, tetapi terbawa keluar bersama kotorannya. Biji inilah yang sering mudah berkecambah dan tumbuh secara liar menjadi aren. Meskipun

16 56 dengan beberapa kondisi tersebut industri dula merah yang ada di Kecamatan Bojong masih dapat bertahan hingga sekarang. 2. Faktor yang Melatar Belakangi Keberadaan Industri Gula Merah a. Kondisi fisik wilayah yang mendukung Berdasarkan data yang diperoleh, Kecamatan Bojong berada di ketinggian mdpl dengan suhu rata-rata 22ºC. Kondisi wilayah tersebut mendukung untuk pertumbuhan aren. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akuba (2004) tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1400 m diatas permukaan laut, pertumbuhan yang baik adalah pada sekitar m karena pada kisaran tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan. Lebih jelas Bernhard (2007: 69) mengemukakan bahwa dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20-25ºC, karena pada kisaran suhu tersebut dapat membantu tanaman aren untuk berbuah. Suhu rata-rata di Kecamatan Bojong yaitu 22ºC, hal ini berarti sesui dengan syarat tumbuh aren yang telah disebutkan sebelumnya. Selain ketinggian dan suhu, jenis tanah juga mempengaruhi tanaman aren untuk tumbuh. Kecamatan Bojong sebagian besar wilayahnya memiliki jenis tanah aluvial dan latosol, sedangkan tanaman aren sendiri sebenarnya tidak memilki kriteria khusus dalam penanamannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (1992) mengemukakan bahwa Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus sehingga dapat

17 57 tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (ph tanah terlalu asam). Kondisi fisik yang mempengaruhi syarat tumbuh tanaman aren dimanfaatkan masyarakat setempat untuk menggunakan bahan baku yang ada secara alami. Pohon aren yang sudah ada ini dimanfaatkan oleh masyarakat salah satunya dalam membuat usaha gula merah. b. Motif pengrajin Ada beberapa motif para pengrajin dalam menekuni usaha gula merah yang ada di Kecamatan Bojong. Motif ini menjadi salah satu faktor mengapa sampai saat ini industri gula merah yang ada masih tetap bertahan hingga saat ini. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Motif/alasan Menjadi Pengrajin Gula Merah No Motif Pengrajin F % 1 Banyak tersedia bahan baku 7 7,30 2 Melanjutkan usia orang tua 23 23,95 3 Menambah penghasilan 66 68,75 Lebih dari setengahnya (68,75%) responden menyatakan alasan atau motif menekuni usaha ini adalah untuk menambah penghasilan. Hal ini sangat dirasakan manfaatnya bagi responden karena hasil dari penjualan gula merah dapat digunakan untuk penenuhan kebutuhan sehari-hari hingga biaya pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara, alasan masyarakat setempat

18 58 memilih menjadi pengrajin gula merah sebagai penghasilan tambahan adalah karena memanfaatkan bahan baku yang ada. Usaha ini dinilai relatif lebih mudah dibandingkan dengan usaha lain, karena keterampilan yang mereka miliki dalam membuat gula sudah diwarisi secara turun menurun. Sebagian kecil responden (23,95%) menjawab melanjutkan usaha orang tua dan banyak tersedia bahan baku (7,30%). c. Permintaan Pasar Selain dari beberapa motif yang menjadikan usaha gula merah ini tetap berjalan adalah adanya permintaan pasar akan produksi gula merah. Berikut tabel pernyataan responden mengenai permintaan pasar saat ini. Tabel 4.7 Permintaan Pasar Terhadap Produksi Gula Merah No Permintaan Pasar F % 1 Meningkat 60 62,5 2 Menurun Sama saja 36 37,5 Lebih dari setengah responden (62,5%) menyatakan permintaan akan gula saat ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, hanya saja para pengrajin belum mampu memenuhi permintaan tersebut dikarenakan kurangnya bahan baku. Menurut responden permintaan akan gula yang meningkat disebabkan karena dalam penngolahannya gula yang dihasilkan tidak dicampur bahan lain selain nira pohon aren sehingga gula terasa bersih dan umumnya berbeda dari gula kelapa.

19 59 Sedangkan kurang dari setengahnya (37,5%) menyatakan permintaan akan gula dirasakan sama saja karena banyak konsumen yang lebih memilih membeli gula kelapa yang harganya relatif lebih murah dan mudah didapat di pasaran jika dibutuhkan dalam jumlah banyak. 3. Faktor Geografis Yang Mempengaruhi Eksistensi Industri Gula Merah a. Lokasi Lokasi dalam kegiatan industri memiliki peranan dalam memajukan usaha industri tersebut. Keberadaan lokasi tersebut karena menimbulkan alasan bagi pengrajin melakukan kegiatan industri gula merah di lokasi tersebut. Berdasarkan data di lapangan diperoleh alasan para pengrajin gula merah melakukan usaha tersebut. Tabel 4.8 Alasan Kecamatan Bojong Dijadikan Lokasi Produksi Gula Merah No Alasan F % 1 Dekat dengan bahan baku 71 73,95 2 Dekat dengan tempat pemasaran 7 7,30 3 Usaha turun temurun 18 18,75 4 Ditetapkannya Kecamatan Bojong sebagai - - sentra industri gula merah oleh pemerintah Berdasarkan tabel 4.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa lebih dari setengahnya (73,95%) menyatakan alasan responden melakukan usaha menjadi pengrajin gula merah di Kecamatan Bojong karena dekat dengan bahan baku. Industri gula merah yang dekat dengan bahan baku memberikan kemudahan dari segi produksi. Hal ini dikarenakan air nira yang tidak

20 60 bertahan lama harus segera diproses. Sebagian kecil responden (18,75%) menyatakan alasan mereka menjalakan usaha yang dilakukan sekarang adalah usaha turun temurun dan sebagian kecil lainnya (7,30%) menyatakan dekat dengan tempat pemasaran. b. Bahan baku Bahan baku dalam kegiatan produksi merupakan bagian yang sangat vital atau bagian yang sangat penting, karena bahan baku merupakan bahan utama dalam pengerjaan proses produksi. Pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk kegiatan produksi gula merah di Kecamatan Bojong seluruhnya berasal dari desa setempat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Asal Bahan Baku No Asal Bahan Baku F % 1 Desa setempat Desa lain dalam satu kecamatan Luar kecamatan satu kabupaten - - Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden sebesar 100 % mengatakan bahwa bahan baku diperoleh dari desa setempat. Pada umumnya para pengrajin di lokasi penelitian mendapatkan bahan baku dari pohon aren milik pribadi, tetapi ada pula yng membelinya dari orang lain. Adapun mengenai cara para pengrajin memperoleh bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.10.

21 61 Tabel 4.10 Cara Pengrajin Memperoleh Bahan Baku No Cara Mendapatkan Bahan Baku F % 1 Milik pribadi 83 86,46 2 Membeli dari orang lain 13 13,54 3 Melalui cara lain - - Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya yaitu sebesar 86,46 % responden menjawab cara mendapatkan bahan baku melalui pohon aren pribadi yang mereka miliki. Sedangkan sisanya sebanyak 13,54 % menyatakan cara mereka mendapatkan bahan baku yaitu dengan membeli dari orang lain. Harga yang mereka bayarkan tidak dihitung per tahang tapi menggunakan sistem bagi hasil. Gula merah yang mereka hasilkan nantinya harus dibagi dua dengan pemilik nira. c. Lahan Lahan dalam industri gula merah dapat diartikan sebagai tempat tumbuhnya bahan baku. Lahan yang luas tidak menjadi jaminan bahwa kehidupan pengrajin gula merah akan semakin makmur, sebab keberadaan lahan yang luas tidak berarti meiliki pohon aren yang banyak pula mengingat pohon aren tersebut tidak ditanam secara sengaja oleh para pengrajin gula. Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden (64,58%) memiliki areal aren antara m. Sedangkan kurang dari setengahnya (35,42%) memiliki areal kurang dari 1000 m.

22 62 Tabel 4.11 Luas Areal Pohon Aren Yang Dimiliki Pengrajin No Luas areal pohon aren F % 1 < 1000 m 34 35, m 62 64, m > Jumlah pohon aren yang dimilki pengrajin gula merah cukup bervariasi mulai dari 1 pohon hingga lebih dari 20 pohon. Jumlah pohon yang dimiliki tidak tergantung pada luas lahan yang dimiliki karena pohon aren tersebut tumbuh secara alami bukan karena hasil budidaya masyarakat setempat. Adapun mengenai jumlah pohon aren yang dimiliki pengrajin gula merah dapat dilihat pada tabel 4.12 dan gambar 4.3 Tabel 4.12 Jumlah Pohon Aren Yang Dimiliki Pengrajin No Jumlah Pohon Aren F % , , , ,87 5 >20 9 9,37

23 63 Gambar 4.3 Grafik Jumlah Pohon Aren yang Dimiliki Pengrajin Gula Merah Jumlah Pohon Aren 6,25% 21,87% 9,37% 28,12% 34,37% 1-5 pohon 6-10 pohon pohon pohon >20 pohon Berdasarkan keterangan pada tabel 4.12 dan gambar 4.3 kurang dari setengahnya (34,37%) menyatakan bahwa pohon aren yang dimiliki berjumlah antara 6-10 pohon dan kurang dari setengah lainnya menyatakan 1-5 pohon aren (28,12%). Sedangkan sebagian kecil sisanya menyatakan pohon (21,87%), lebih dari 20 pohon (9,37%) dan pohon aren (6,25%). Keadaan pohon aren yang semakin berkurang saat ini disebabkan karena tidak adanya proses peremajaan pohon aren. d. Produksi Industri merupakan proses yang mengubah bahan baku atau barang setengah jadi menjadi barang yang siap pakai dengan tujuan barang tersebut memiliki nilai jual atau nilai guna yang lebih tinggi. Dalam suatu proses produksi sudah tentu harus ada bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan barang yang sesuai dengan jenis industri tersebut.

24 64 Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula merah di Kecamatan Bojong yaitu air nira dari pohon aren. Banyaknya air nira yang diambil setiap harinya dapat dilihat pada tabel 4.13 Tabel 4.13 Jumlah Bahan Baku Yang Diperoleh Setiap Hari No Jumlah Nira (tahang) F % , , ,42 4 >6 4 6,12 Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden (53,13%) menyatakan bahwa nira yang dipeoleh setiap harinya berjumlah 1-2 tahang, kurang dari setengahnya (30,33%) menjawab 3-4 tahang, sebagian kecil (10,42%) sebanyak 5-6 tahang dan sebagian kecil lainnya (6,12%) menjawab hingga lebih dari 6 tahang. Tahang yang digunakan memiliki panjang 1 meter. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan baku yang dihasilkan setiap harinya relatif sedikit. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pohon aren yang dimilki juga keadaan pohon aren yang tidak selalu mengasilkan nira setiap harinya. Maskipun nira yang dihasilkan relatif sedikit tapi produksi gula merah tetap berjalan setiap harinya.

25 65 Adapun pernyataan responden mengenai jumlah hasil produksi setiap harinya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.14 Jumlah Gula Merah Yang Diproduksi Setiap hari No Jumlah Produksi (Kg) F % 1 < , ,83 4 > ,80 Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa kurang dari setengah responden (45,83%) menyatakan bahwa gula merah yang diproduksi setiap harinya mencapai 3-4 Kg dan sebayak 34,37% menjawab 1-2 Kg, sebagian kecil lainnya (19,80%) menjawab lebih dari 4 Kg. e. Teknologi Dalam proses suatu industri teknologi mempunyai peranan yang berarti. Teknologi dapat menjadi kunci keberhasilan bagi suatu industri yang sedang atau akan dikembangkan. Dalam hal pembuatan gula merah di Kecamatan Bojong, teknologi yang digunakan masih sangat sederhana. Alat yang digunakan pengrajin gula merah adalah peralatan dapur yang tentu sudah umum dimilki oleh setiap masyarakat seperti kuali, sendok pengaduk, pisau dan cetakan. Cetakan yang digunakan terbuat dari bambu yang dapat diperoleh dengan mudah tanpa perlu mengeluarkan biaya yang mahal.

26 66 Berdasarkan teknologi yang digunakan, dapat disimpulkan bahwa industri gula merah di Kecamatan Bojong dapat digolongkan ke dalam industri yang masih menggunakan tangan atau belum menggunakan mesin yang modern sehingga peran tenaga kerja sangat diperlukan dalam proses produksinya. f. Modal Modal diperlukan untuk suatu usaha industri. Besar kecilnya modal ditentukan oleh besar kecilnya industri itu sendiri. Untuk industri kecil seperti industri gula merah umumnya hanya memerlukan modal yang relatif kecil. Besarnya modal yang dikeluarkan pengrajin per harinya dapat dilihat pada tabel 4.15 dan gambar 4.4. Berdasarkan keterangan pada tabel 4.15 dan gambar 4.4 modal yang dikeluarkan per harinya yaitu sebagian besar (77,08%) Rp Rp , kurang dari setengahnya (14,59%) menyatakan lebih dari Rp sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan kurang dari Rp (1,04%) dan Rp Rp (7,29%). Tabel 4.15 Modal Yang Digunakan Untuk Satu Kali Produksi (Satu Hari) No Besar Modal F % 1 <Rp ,04 2 Rp Rp ,29 3 Rp Rp ,08 4 >Rp ,59

27 67 Gambar 4.4 Grafik Besarnya Modal yang Digunakan Untuk Satu Kali Produksi 1,04% Besar Modal 14,59% 7,29% 77,08% < Rp Rp Rp Rp Rp >Rp Berdasarkan hasil wawancara penggunaan modal yang relatif kecil ini tentunya berhubungan dengan industri gula merah yang dikategorikan sebagai industri kecil atau lebih tepatnya industri rumah tangga, dimana tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja karena ditangani oleh keluarga sendiri. Selain itu dalam proses produksi alat yang digunakan hanya kayu bakar yang dibeli oleh pengrajin seharga Rp yang dapat digunakan selama beberapa hari tergantung banyaknya gula merah yang diproduksi. Perolehan modal yang digunakan untuk kegiatan industri gula merah seluruhnya (100%) didapat dari modal sendiri. Alasan penggunaan modal sendiri dinilai aman karena jika produksi gula menurun maka para pengrajin tidak terbebani utang, selain itu modal yang dikeluarkan per harinya masih dapat dijangkau oleh para pengrajin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.16 tentang asal modal yang diperoleh pengrajin gula merah.

28 68 Tabel 4.16 Sumber Modal Pengrajin Gula Merah No Sumber Modal Pengrajin F % 1 Sendiri Pinjaman Patungan/modal bersama - - g. Aksesibiltas Aksesibilitas dalam penelitian ini berkaitan dengan sarana dan prasaranna yang mendukung kelancaran produksi seperti kondisi jalan, jarak antara tempat produksi dan bahan baku. Kondisi sarana jalan dalam mendukung kelancaran produksi baik dalam pengangkutan bahan mentah atau hasil produksi gula merah akan berpengaruh terhadap lancar tidaknya arus barang tersebut. Tabel 4.17 menjelaskan kondisi sarana jalan dalam mendukung kelancaran produksi gula merah di Kecamatan Bojong. Tabel 4.17 menjelaskan tentang kondisi jalan yang seluruh responden (100%) meyatakan kondisi jalan mudah dilalui/tidak rusak. Kondisi jalan saat ini sudah terlihat baik akibat adanya perhatian dari pemerintah setempat. Meskipun Kecamatan Bojong terletak cukup jauh dari Ibu Kota Kabupaten tapi pembangunan sarana dan prasarana sudah dapat dikatakan baik. Hal ini tentunya akan mempermudah pengrajin dalam membawa bahan baku ke tempat produksi dan memperlancar arus pemasaran produk tersebut.

29 69 Tabel 4.17 Kondisi Sarana Jalan Dalam Mendukung Produksi Gula Merah No Kondisi Jalan F % 1 Sulit dilalui/rusak Mudah dilalui/tidak rusak h. Tenaga Kerja Selain faktor lokasi, bahan baku, modal dan aksesibilitas suatu industri juga harus ditunjang oleh tenaga kerja yang memadai. Industri gula merah yang ada di Kecamatan Bojong termasuk dalam industri rumah tangga dimana tenaga kerjanya merupakan kerabat atau keluarganya sendiri. Lebih dari setengah pengrajin menyatakan jumlah tenaga kerja dalam satu keluarga mencakup suami dan istri yang dinyatakan sebanyak 75%. Sedangkan yang menyatakan hanya suami saja yang menjadi pengrajin sebanyak 25%. Kegiatan industri akan berjalan lancar bila tenaga kerja yang tersedia ditunjang oleh keterampilan yang memadai sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Sumber keterampilan yang diperoleh oleh para pengrajin diperoleh dengan berbagai cara. Dari hasil wawancara diperoleh data yang ditampilkan pada tabel 4.18.

30 70 Tabel 4.18 Sumber Keterampilan Tenaga Kerja No Sumber Keterampilan Tenaga Kerja F % 1 Belajar sendiri 9 9,37 2 Belajar dari orang tua 84 87,5 3 Bertanya kepada orang lain 3 3,13 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah pengrajin (87,5%) menjawab bahwa keterampilan yang mereka miliki dalam membuat gula merah berasal dari orang tua, karena pekerjaan sebagai pengrajin gula merah ini dilakukan secara turun temurun. Sebanyak (9,37%) menjawab belajar sendiri dan (3,13%) bertanya kepada orang lain, para pengrajin menjelaskan alasan mereka mencoba belajar sendiri dan bertanya kepada orang lain adalah untuk memenfaatkan bahan baku yang mereka miliki sehingga bisa menambah penghasilan. i. Pemasaran Abdurachmat (1997: 42) mengemukakan bahwa dalam konsep perkembangan ekonomi khususnya industri lebih baik ditekankan pada pasaran karena usaha industri peda hakekatnya usaha untuk mencari keuntungan dan ini akan diperoleh hanya jika ada pasaran. Potensi pasaran sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya belinya (buy power). Daya beli berkaitan pula dengan besarnya ongkos hidup dan pada umumnya makin tinggi.

31 71 Pemasaran merupakan tahap akhir dari suatu kegiatan industri karena tujuan dari industri tersebut adalah untuk menghasilkan barang tertentu dan untuk dipasarkan kepada konsumen guna mendapat laba atau keuntungan dari hasil penjualan tersebut. Adapun cara pemasaran yang dipilih pengrajin dalam menyalurkan hasil produksinya dapat dilihat pada tabel Tabel 4.19 Cara Pemasaran Gula Merah No Cara Pemasaran F % 1 Langsung ke konsumen 46 47,93 2 Melalui perantara 40 41,65 3 Keduanya 10 10,42 Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat kurang dari setengah responden (47,93%) memasarkan hasil produksinya langsung ke konsumen, hal ini disebabkan karena pengrajin gula merah umumnya sudah memiliki konsumen tetap. Kurang dari setengahnya (41,65%) memasarkan melalui perantara karena dinilai lebih efektif dan cepat dalam memperoleh pembayaran dan sebagian kecil lainnya memasarkan produknya melalui kedua cara tersebut. Untuk tujuan tempat pemasaran lebih jelas dapat dilihat pada tabel Tabel 4.20 menjelaskan bahwa hasil produksi industri gula merah di Kecamatan Bojong tidak hanya dipasarkan di dalam wilayah desa tempat produksi saja, namun juga dipasarkan ke Kecamatan lain selain Kecamatan Bojong.

32 72 Lebih dari setengah responden (58,33%) menyatakan memasarkan produknya di desa tetangga dalam satu Kecamatan Bojong dan kurang dari setengahnya (41,67%) memasarkan produknya ke desa lain di luar Kecamatan Bojong. Lebih jelas mengenai jangkauan pemasaran gula merah di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada gambar 4.5. Tabel 4.20 Tempat Pemasaran Gula Merah No Tempat pemasaran F % 1 Desa tetangga dalam satu 56 58,33 Kecamatan 2 Desa lain di luar Kecamatan 40 41,67 3 Kabupaten lain dalam satu Provinsi - - j. Peran Pemerintah Peran pemerintah dalam membantu pengrajin gula merah mengembangkan produknya dirasakan kurang maksimal oleh para pengrajin terutama dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam industri gula merah. Lebih dari setengah responden (68,75%) menyatakan bahwa bantuan yang diberikan pemerintah dirasakan tidak optimal, kurang dari setengahnya (31,25%) menyatakan bahwa bantuan pemerintah cukup dirasakan seperti adanya penyuluhan dan pembinaan dalam mengembangkan industri gula merah. Untuk lebih jelas mengenai pernyataan responden terhadap peran pemerintah dapat dilihat pada tabel 4.21

33 73

34 74 Tabel 4.21 Bantuan Pemerintah Dalam Mengatasi Kendala Produksi Gula Merah No Bantuan dari Pemerintah F % 1 Ada 30 31,25 2 Tidak 66 68,75 4. Kondisi Sosial Ekonomi Pengrajin Gula Merah a. Identitas pengrajin gula merah Pada umumnya pengrajin gula merah yang menjadi responden dalam penelitian ini seluruhnya berasal dari daerah tersebut. Apabila dilihat dari usianya para responden yang ada di kecamatan Bojong sebagian besar termasuk ke dalam usia produktif yaitu 96,88% dan pengrajin yang termasuk usia non produktif sebesar 3,12 % yaitu mereka berusia di atas 65 tahun. Lebih jelas mengenai usia responden yang berprofesi menjadi pengrajin dula merah dapat dilihat dari tabel Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa sebagian besar petani aren ini sudah berusia cukup tua. Hal ini disebabkan oleh kuatnya tradisi dalam proses penyadapan aren yang sifatnya turun temurun, sehingga tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan sebagai petani aren karena diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang matang.

35 75 Tabel 4.22 Komposisi Pengrajin Gula Merah Berdasarkan Usia No Usia (tahun) F % , , , , , , ,12 b. Tanggungan keluarga pengrajin Keluarga yang lengkap adalah keluarga yang terdiri atas ibu, bapak dan anak-anaknya. Jumlah tanggungan dalam keluarga tentunya akan mempengaruhi perhitungan pendapatan perkapita, semakin banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan maka akan mempengaruhi pembagian pendapatan yaitu cenderung kecil dan hidup serba kekurangan, sedangkan semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga maka pembagian pendapatannyapun semakin besar, sehingga beban yang harus ditanggung tidak begitu berat. Adapun jumlah anggota responden ditampilkan pada tabel Mata pencarahian tambahan sebagai pengrajin gula merah dinilai cukup membantu oleh masyarakat setempat terutama yang memiliki tanggungan keluarga yang banyak

36 76 c. Mata Pencaharian Tabel 4.23 Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin No Jumlah Anggota Keluarga F % 1 <3 orang 20 20, , ,16 4 <6 3 3,12 Mata pencaharian merupakan sumber yang paling utama untuk proses pencukupan kebutuhan keluarga karena dengan adanya mata pencaharian manusia akan memperoleh pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi sebagian besar responden menjadi pengrajin gula merah adalah sebagai pekerjaan tambahan walaupun ada yang menekuninya sebagai pekerjaan pokok. Berdasarkan hasil wawancara lebih dari setengah responden (88,55%) menyatakan bahwa menjadi pengrajin gula merah merupakan pekerjaan tambahan, sedangkan sisanya (11,45%) menyatakan sebagai pekerjaan pokok. Adapun tabel pernyataan responden mengenai pekerjaan selain menjadi pengrajin gula merah ditunjukan dengan tabel Tabel 4.22 mnjelaskan bahwa lebih dari setengah responden (76,04%) bermata pancaharian sebagai petani, kurang dari setengahnya (12,5%) sebagai pedagang, sedangkan sisanya (11,46%) menjawab tidak memilki mata pencaharian lain karena pekerjaannya sebagai pengrajin gula merah merupakan pekerjaan pokok.

37 77 Tabel 4.24 Mata Pencaharian Selain Pengrajin Gula Merah No Mata Pencaharian lain F % 1 Petani 73 76,04 2 Pedagang 12 12,5 3 PNS - 4 Karyawan/Wiraswasta - 5 Tidak memiliki pekerjaan lain 11 11,46 Alasan dari pengrajin yang tidak memilki mata pencaharian lain adalah karena tanggungan keluarganya saat ini tidak banyak lagi, sebagian besar anak dari pengrajin sudah memilki keluarga sendiri sehingga penghasilan yang diterima dinilai cukup. Pengrajin yang menyatakan memilki pekerjaan lain selain membuat gula merah mengungkapkan bahwa hasil dari membuat gula tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup karena sebagian besar dari pengrajin sudah berkeluarga dan mereka harus menanggung kebutuhan hidup baik bagi dirinya sendiri maupun keluarga. d. Pendapatan pengrajin Mata pencaharian akan menentukan tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri, dan tingkat pendapatan yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi dan berpengaruh juga terhadap taraf hidup serta kesejahteraan keluarga yang ditanggung.

38 78 Tabel 4.25 Tingkat Pendapatan Pengrajin Gula Merah Kecamatan Bojong (Per bulan) No Tingkat Pendapatan F % 1 < Rp ,83 2 Rp Rp , 13 3 Rp Rp ,04 4 >Rp Dari data di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh responden dari mata pencaharian lain selain membuat gula merah lebih dari setengahnya (53,13 %) menyatakan Rp Rp dan selebihnya menyatakan pendapatan yang dihasilkan adalah sebesar <Rp dan Rp Rp Berdasarkan pernyataan dari sebagian besar para pengrajin bahwa pendapatan yang dihasilkan masih kurang mencukupi kebutuhan hidup keluarga, baik itu kebutuhan sehari-hari maupun untuk keperluan yang lainnya seperti biaya pendidikan, kesehatan dan yang lainnya, karena itu para pengrajin mencari pekerjaan di luar dari mata pencaharian pokok mereka yaitu menjadi pengrajin gula merah. Pendapatan yang dihasilkan dari membuat gula merah cukup membantu pengrajin terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun mengenai besar pendapatan yang diperoleh pengrajin dari membuat gula merah dapat dilihat pada tabel 4.26 dan pada gambar 4.6.

39 79 Tabel 4.26 Pendapatan Sebagai Pengrajin Gula Merah (Per Bulan) No Tingkat Pendapatan F % 1 < Rp ,04 2 Rp Rp , 29 3 Rp Rp ,08 4 Rp Rp ,42 5 >Rp ,16 Gambar 4.6 Grafik Pendapatan yang Diperoleh Sebagai Pengrajin Gula Merah (Per Bulan) Tingkat Pendapatan < Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp ,04% 10,42% 4,16% 27% 57% Berdasarkan data pada tabel 4.26 dan gambar 4.6 lebih dari setengah responden (57,29%) menyatakan bahwa pendapatan yang dihasilkan dari usaha membuat gula mencapai Rp Rp per bulannya. Kurang dari setengahnya (27,08%) menyatakan Rp Rp , sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan kurang dari Rp.

40 (1,04%), Rp Rp (10,42%) bahkan ada yang mencapai lebih dari Rp (4,16%). Biaya yang dikeluarkan pengrajin setiap bulannya bervariasi, biaya tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhab sehari-hari, biaya pendidikan anak, kesehatan dan lainlain. Dibawah ini merupakan tingkat pengeluaran pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tabel 4.27 Tingkat Pengeluaran Pengrajin Gula Merah Kecamatan Bojong (Per bulan) No Besarnya Pengeluaran F % 1 <Rp ,96 2 Rp Rp ,5 3 Rp Rp ,54 4 >Rp Berdasarkan tabel di atas lebih dari setengah responden (62,5%) menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan per bulannya yaitu Rp Rp kurang dari setengahnya (23,96%) menjawab biaya yang dikeluarkan kurang dari Rp per bulannya dan sisanya 13,54% menjawab Rp Rp e. Pendidikan Pendidikan pada hakekatnya adalah membentuk sumber daya manusia menjadi lebih maju dan pendidikan merupakan suatu pendorong untuk lebih dapat meningkatkan sumber daya manusia.

41 81 Tingkat pendidikan responden cukup beragam, yaitu mulai dari tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP hingga tamatan SMA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Berdasarkan tabel 4.26 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar (70.83%) lulusan SMA, kurang dari setengahnya (20,82%) lulusan SMP dan sebagian kecil lainnya (2,10%) lulusan SMU dan tidak tamat SD (6,25%). Tabel 4.28 Tingkat Pendidikan Pengrajin No Tingkat Pendidikan F % 1 Tidak tamat SD 6 6,25 2 Tamat SD 68 70,83 3 Tamat SMP 20 20,82 4 Tamat SMA 2 2,10 5 Perguruan Tinggi - - Sebagian besar responden berpendapat bahwa pendidikan masih dianggap terlalu mahal sehingga responden tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Pernyataan responden mengenai tingkat pendidikan yang sedang ditempuh oleh anak-anak responden dapat dilihat pada tabel 4.29.

42 82 Tabel 4.29 Tingkat Pendidikan Anak Pengrajin No Tingkat Pendidikan F % 1 Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP 32 33,33 4 Tamat SMA 60 62,50 5 Perguruan Tinggi 4 4,17 Gambar 4.7 Grafik Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Merah dan Anaknya Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi Pendidikan Pengrajin Pendidikan Anak Pengrajin Meskipun pendidikan yang diperoleh sebagian besar responden tidak tinggi mereka memilki harapan dan keinginan yang tinggi dalam menyekolahkan anaknya. Berdasarkan tabel 4.29 dan gambar 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak responden lebih dari setengahnya (62,50%) telah menyelesaikan sekolah di jenjang SMA, kurang dari setengahnya (33,33%) telah menyelesaikan sekolah

43 83 di jenjang SMP dan sebagian kecil dari anak responden (4,17%) menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan anak-anak telah mengalami peningkatan dari pendidikan orang tuanya. Seluruh anak responden menamatkan pendidikannya pada tingkat SD kemudian melanjutkan ke SMP, sebagian besar dari anak responden melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMA bahkan terdapat 4 responden yang menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. f. Fasilitas Rumah Rumah merupakan sarana yang digunakan manusia untuk melindungi dirinya dari gangguan-gangguan lingkungan, oleh karena itu setiap manusia akan berusaha untuk mendapatkan tempat tinggal agar dapat bertahan hidup. Adapun status kepemilikan rumah yang ditempati pengrajin dapat dilihat pada tabel Tabel 4.30 Status Rumah Pengrajin No Status rumah F % 1 Sewa/kontrak Milik orang tua 22 22,92 3 Milik pribadi 74 77,08 Berdasarkan tabel 4.30, dapat dijeleskan bahwa lebih deri setengah responden (77,08%) menyatakan rumah yang ditempatinya saai ini merupakan milik pribadi sedangkan kurang dari setengahnya (22,92%)

44 84 menempati rumah milik orang tuanya baik itu hasil peninggalan maupun masi menumpang. Keadaan status kepemilikan rumah pengrajin tersebut dapat meringankan biaya yang harus dikeluarkan karena mereka tidak nenyewanya dari orang lain. Jenis rumah di daerah penelitian dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rumah nonpermanen, semi permanen dan permanen. Perbedaan yang mendasari ketiganya adalah dalam hal dinding dan lantai. Rumah nonpermanen berlantaikan semen/tanah/papan dengan dinding bilik/papan. Rumah semi permanen memilki lantai dari semen/tehel dengan dinding setengah tembok sedangkan rumah permanen memilki lantai porselen/tehel dengan dinding yang terbuat dari tembok. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai jenis rumah yang ditempati responden, sebagaimana tabel 4.29 berikut : Tabel 4.31 Kondisi Bangunan Rumah Pengrajin No Jenis Rumah F % 1 Nonpermanen 20 20,83 2 Semi permanen 12 12,50 3 Permanen 64 56,67 Berdasarkan tabel 4.31, diketahui bahwa kondisi bangunan rumah pengrajin lebih dari setengahnya (56,67%) ialah permanen,

45 85 kurang dari setengah responden (20,83%) memiliki kondisi bangunan rumah yang nonpermanen dan sebagian kecil lainnya (12,50%) menyatakan semi permanen. Luas rumah yang dimiliki pengrajin gula merah bervariasi yaitu dari kurang 100 m 2 hingga m 2. Pengrajin dalam membangun rumahnya menyesuaikan dengan keadaan luas lahan yang dimilikinya. Sebagian besar rumah pengrajin tidak memilki halaman yang luas. Adapaun luas bangunan yang dimiliki responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.32 Luas Bangunan Rumah Pengrajin No Luas F % 1 >100 m , m , m 2 2 2,09 4 >500 m Berdasarkan tabel 4.32, dapat dilihat bahwa luas rumah yang dimiliki pengrajin gula merah lebih dari setengahnya (52,08%) berukuran kurang dari 100 m 2, kurang dari setengahnya (45,83%) berukuran antara m 2 dan sebagian kecil (2,09%) menyatakan luas bangunan rumah yang dimiliki berukuran antara m 2.

46 86 g. Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Adapun sarana kesehatan yang sering dimanfaatkan oleh para pengrajin dapat dilihat pada tabel Tabel 4.33 Sarana Kesehatan Yang Dimanfaatkan Pengrajin No Sarana Kesehatan F % 1 Puskesmas 52 54,17 2 Poliklinik 17 17,71 3 Dokter praktek Mantri kesehatan 27 28,12 Tabel 4.33 menunjukkan bahwa lebih dari setengah pengrajin gula merah di Kecamatan Bojong (54,17%) memilih puskesmas sebagai sarana mereka berobat, hal ini disebabkan karena biaya kesehatan yang dikeluarkan relatif lebih murah. Kurang dari setengahnya memilih mantri kesehatan sebagai sarana berobat (28,12%) dan sebagian kecil lainnya (17,71%) memilih poliklinik. Selain tujuan berobat, asupan gizi dalam makanan yang dikonsumsi setiap harinya juga penting bagi kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengrajin asupan gizi dalam makanan yang setiap hari dihidangkan pada saat ini sudah lebih baik. Untuk lebih jelasnya mengenai pernyataan pengrajin tersebut dapat dilihat pada tabel 4.34.

47 87 Tabel 4.34 Asupan Gizi Yang Dikonsumsi Setelah Menjadi Pengrajin Gula Merah No Asupan gizi yang dihidangkan F % 1 Lebih baik 71 73,95 2 Sama saja 25 26,05 3 Lebih buruk - Tabel 4.34 menjelaskan bahwa lebih dari setengah responden (73,95%) menyatakan asupan gizi yang dikonsumsi setelah menjadi pengrajin gula merah dirasakan lebih baik dari sebelumnya. Pendapatan tambahan yang diperoleh setiap harinya dari gula merah cukup membantu dalam membli bahan konsumsi yang lebih beragam. Sedangkan kurang dari setengahnya (26,05%) menyatakan perubahan asupan gizi yang dirasakan tidak terlalu berarti sehingga dinilai sama saja dengan sebelum menjadi pengrajin gula merah. 5. Analisis hubungan eksistensi industri gula merah dengan kondisi sosial ekonomi pengrajin gula merah a. Penilaian hubungan jumlah pohon aren yang dimiliki dengan pendapatan pengrajin gula merah (Koefisien korelasi Pearson) Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis korelasi Pearson (r) diperoleh hasil sebesar 0,71 yang memiliki arti bahwa hubungan antara jumlah pohon dengan pendapatan adalah tinggi atau kuat.

48 88 Seorang pengrajin gula merah yang memilki banyak pohon aren memiliki kesempatan menghasilkan gula merah yang lebih besar jumlahnya karena bahan baku yang dimiliki lebih banyak dibandingkan dengan pengrajin yang memiliki sedikit pohon aren. Semakin banyak gula merah yang diproduksi semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh, begitupun sebaliknya pengrajin gula merah yang memilki sedikit pohon aren mempunyai kemungkinan menghasilkan pendapatan yang kecil akibat dari terbatasnya bahan baku yang dimiliki. b. Penilaian hubungan pengalaman bekerja dengan pendapatan yang diperoleh pengrajin gula merah (Koefisien korelasi Pearson) Berdasarkan hasil perhitungan dengan mengunakan analisis korelasi Pearson (r) diperoleh hasil sebesar 0,31 yang artinya hubungan antara pengalaman dan pendapatan rendah atau lemah tapi pasti. Pengalaman cukup yang dimiliki pengrajin pada dasarnya akan mempengaruhi hasil produksi yang mendatangkan pendapatan. Dengan pengalaman yang cukup atau bahkan lebih para pengrajin dapat mengetahui cara yang lebih efisien dalam proses produksi, dengan pengalaman bekerja pula mereka dapat mengetahui hal-hal apa yang akan menghambat produksi sehingga dapat menghindarinya sekecil mungkin hingga pendapatan yang mereka peroleh bisa lebih besar, akan tetapi keterampilan dan teknologi yang memadai juga memegang peranan penting pada proses produksi gula merah.

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri suatu negara dapat dijadikan salah satu indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah berlangsung di negara maju menunjukkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun 2018 Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta 1. K O N D I S I GEOGRAFI WILAYAH 1.1 Gambaran umum Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45 BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 2.1. Kondisi Fisik Kabupaten Purwakarta 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107º30

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan hingga saat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap pelaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang. Demikian juga di Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Giriharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Pituruh merupakan salah satu dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta

Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta LAMPIRAN 14 Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta No. Kecamatan X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 1 Jatiluhur 28.36 204.20 29.00 928.00 11.52 334.00 91.81 46.94 8.90 98.05

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pagerharjo a. Keadaan fisik wilayah Desa Pagerharjo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Dusun Raiy terletak di Desa Raja Kecamatan Ngabang kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kecamatan Kretek Kecamatan Kretek merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul. Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Kretek 17 18 Secara geografis Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang sangat potensial dan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang seperti

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci