TANGGUNG JAWAB GURU DALAM PEMBELAJARAN (Persepsi-Persuatif dalam Menangani Kesulitan Mengajar Guru PAI) Oleh: A. Samad Usman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANGGUNG JAWAB GURU DALAM PEMBELAJARAN (Persepsi-Persuatif dalam Menangani Kesulitan Mengajar Guru PAI) Oleh: A. Samad Usman"

Transkripsi

1 TANGGUNG JAWAB GURU DALAM PEMBELAJARAN (Persepsi-Persuatif dalam Menangani Kesulitan Mengajar Guru PAI) Oleh: A. Samad Usman Abstrak: Guru merupakan sarana pengajaran pertama untuk merealisasi tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran dalam menyadarkan, membimbing serta meluruskan masyarakat. Kemampuan guru sangat diharapkan untuk mempersiapkan sejumlah generasi dan mendidik siswa dalam ilmu pengetahuan, perilaku serta akhlak. Tugas dan tanggung jawab guru sangatlah besar dalam mendidik anak-anak, bahkan harus benar-benar mampu menguasai ilmu dalam bidangnya. Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam penyelenggaraan pendidikan Islam menduduki posisi strategis. Guru terlibat secara fisik dan emosional dalam proses pengembangan fitrah manusia baik langsung ataupun tidak akan memberi warna tersendiri terhadap corak dan model sumber daya manusia yang dihasilkannya. Kajian dalam artikel ini antara lain memberikan pemahaman kepada pembaca tentang tujuan pembelajaran PAI, tanggung jawab guru PAI, dan kesulitan-kesulitan yang dialami guru PAI dalam pembelajaran di sekolah. Pembahasan dalam artikel ini menjadi kontribusi positif bagi setiap guru khususnya guru PAI dalam meningkatkan mutu dan kompetensi guru dalam pembelajaran di sekolah. Kata Kunci: Tanggung Jawab Guru, Kesulitan Guru, dan Pembelajaran PAI. Pendahuluan Mengajar merupakan salah satu jenis profesi yang tidak terlepas dari ragam problema yang dihadapi. Seorang guru yang kurang memiliki kemampuan dalam penguasaan materi ajar, penggunaan metode, dan penggunaan media akan menjadi menghadapi berbagai kendala sehingga menghambat tercapainya kesuksesan dalam pembelajaran (khususnya pembelajran agama Islam) akhirnya menimbulkan kesulitan. Memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar bidang studi agama pada sekolah, maka harus melibatkan berbagai komponen terutama pimpinan sekolah, kreatifitas guru, partisipasi masyarakat (orang tua) dan siswa itu sendiri. Guru sebagai pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide di kalangan anak didik dengan membangkitkan minat, motivasi serta semangat belajar. Terutama 174 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

2 A. Samad Usman ( 175 dari 22 ) yang menyangkut dengan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, dan sistem evaluasi. Demikian pula orang tua merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran belajar anak di rumah, dorongan dan motivasi orang tua sangat besar fungsinya bagi keberhasilan anak serta kelancaran proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di sekolah. Partisipasi masyarakat terhadap sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di sekolah. Untuk itu, guru harus mampu mengembangkan metode-metode pembelajaran, menguasai materi, menjalin kerjasama dengan masyarakat serta membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran agama. Guru harus benar-benar berfungsi sebagai fasilitator dan motivator untuk memanfaatkan potensi lingkungan, bahkan seorang guru harus mampu meningkatkan profesionalitasnya dalam mengatasi berbagai kesulitan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah. Begitulah situasi yang dialami oleh guru-guru dewasa ini, realitas menunjukkan bahwa sebagian guru bidang studi pendidikan agama Islam di Aceh masih mengalami berbagai kendala dalam menyajikan materi pelajaran kepada anak didik. Kendala utama yang sering dihadapi oleh guru agama Islam adalah kurangnya sarana dan fasilitas belajar, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, di samping kurangnya perhatian pemerintah pusat dan daerah terhadap sekolah agama yang berdampak pada kelangsungan proses belajar mengajar. Pembahasan Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam merupakan bagian pendidikan yang amat penting dan berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan juga pemerintah. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

3 A. Samad Usman ( 176 dari 22 ) Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. Di samping itu pendidikan agama Islam juga merupakan bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, pendidikan agama Islam merupakan usaha secara sadar untuk memperkuat iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam yang diselenggarakan di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia-manusia muslim yang beriman dan bertqwa kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kurikulum pendidikan agama Islam pada MTs yaitu sebagai berikut: Tujuan pendidikan agama Islam di MTs adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 1 Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan diberikan pendidikan agama Islam bagi peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai pedoman untuk mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat. Di samping itu, pendidikan agama Islam juga untuk mengembangkan dan menciptakan akhlak mulia bagi peserta didik agar mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ditinjau dari lingkup pembahasan, pengajaran agama Islam yang umumnya dilaksanakan di sekolah-sekolah agama atau sekolah umum terdiri 1. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

4 A. Samad Usman ( 177 dari 22 ) dari sejumlah mata pelajaran yang saling berkaitan antara satu sama lainnya. Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dalam konsep KBK, standar kompetensi mata pelajaran agama Islam disebutkan bahwa: Ruang lingkup mata pelajaran agama Islam secara keseluruhan meliputi al-qur an dan Hadits, keimanan, akhlak, dan fiqh/ibadah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup perwujudan keserasian keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya. 2 Untuk lebih jelas tentang ruang lingkup pendidikan agama Islam di sekolah, akan penulis uraikan secara rinci sebagai berikut; Pertama. Al- Qur an dan Hadits. Al-Qur an merupakan salah satu bagian mata pelajaran PAI pada tingkat MTs yang digunakan untuk mengarahkan pemahaman dan penghayatan isi yang terkandung dalam al-qur an dan Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ruang lingkup pembahasan al-qur an dan Hadits, sebagaimana disebutkan dalam KBK adalah (a) Membaca, mengartikan dan menyalin surat-surat pilihan, (b) menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiah dan alif lam qamariah, nun mati/tanwin dan mim mati, (c) menerapkan bacaan qalqalah, tafkhim dan tarqiq huruf lam dan ra serta mad, dan (d) menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham. 3 Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran al-qur an di tingkat MTs bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca al- Qur an serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat al-qur an dan Hadits. Kedua. Keimanan, kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama Islam berisi sekumpulan kemampuan 2. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h. 3. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

5 A. Samad Usman ( 178 dari 22 ) minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan agama Islam di MTs. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sejumlah kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar merupakan penjabaran dari kemampuan dasar yang harus dicapai oleh setiap siswa MTs. Dalam KBK disebutkan beberapa komponen yang melingkupi pendidikan keimanan yaitu: (a) Allah SWT dan memahami sifat-sifatnya, (b) malaikat dan memahami tugas-tugasnya, (c) kitab dan memahami arti beriman kepadanya, (d) rasul dan memahami arti beriman kepadanya, (e) hari akhir dan memahami arti beriman kepadanya, dan (f) qadha dan qadar dan memahami arti beriman kepadanya. 4 Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa ruang lingkup pengajaran keimanan meliputi rukun iman yang enam, yaitu percaya kepada Allah, percaya kepada rasul, percaya pada malaikat, percaya pada kitab-kitab Allah, percaya pada hari akhirat dan percaya kepada qadha dan qadar, serta memahami arti beriman kepada rukun iman tersebut. Ketiga. Akhlak, merupakan adat yang sengaja dikehendaki adanya. Dengan kata lain, akhlak merupakan kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat (membudaya) yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan. Pengajaran akhlak merupakan salah satu bagian dari pengajaran agama. Karena itu, patokan penilaian dalam mengamati akhlak adalah ajaran agama. Oleh karena itu, pengajaran akhlak di sekolah-sekolah sasaran utamanya adalah bentuk batin seseorang. Adapun ruang lingkup pengajaran akhlak di MTs adalah untuk menciptakan peserta didik berakhlak terpuji. Sebagaimana disebutkan dalam KBK pada bidang studi aqidah akhlak disebutkan bahwa: (a) Berprilaku dengan sifat-sifat terpuji, (b) menghindari sifat-sifat tercela, 4. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

6 dan (c) Bertata krama. 5 A. Samad Usman ( 179 dari 22 ) Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa pengajaran akhlak di MTs berarti pengajaran menciptakan manusia-manusia yang berprilaku terpuji, menghidari peserta didik dari sifat-sifat tercela serta memiliki sikap dan tata kerama dalam pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Keempat. Fiqh (ibadah), ruang lingkup pengajaran ibadah sangat luas mencakup semua rukun Islam, membicarakan hal-hal wajib, sunat, yang dapat membuat ibadah sah atau batal, syarat, rukun, kaifiyah dan bai atnya. Maka pengajaran ibadah tidak mungkin diajarkan secara keseluruhan dalam suatu tingkat pengajaran. Semakin tinggi tingkat pengajaran, semakin luas dan dalam pula jangkauan dan ruang lingkupnya. Adapun materi ibadah yang akan diberikan kepada siswa, sebagaimana disebutkan dalam KBK, pendidikan agama Islam yaitu: (a) Melakukan thaharah (bersuci), (b) melakukan shalat wajib, (c) melakukan macam-macam sujud, (c) melakukan shalat jum at, (d) melakukan shalat jamak dan qashar, (e) melakukan macam-macam shalat sunnah, (f) melakukan puasa, (g) melakukan zakat, (h) memahami hukum Islam tentang makanan, minuman, dan binatang, (i) memahami ketentuan aqiqah dan qurban, (j) memahami tentang ibadah haji dan umrah, (k) melakukan shalat jenazah, dan (l) memahami tata cara pernikahan. 6 Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa lingkup pembahasan fiqh (ibadah) mencakup semua bentuk ibadah baik yang diwajibkan maupun yang disunnahkan. Sehingga dengan mempelajari materi ibadah diharapkan kepada siswa mampu melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kelima. Sejarah Islam (tarikh), pengajaran sejarah Islam di tingkat MTs bertujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam, menghargai para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban yang membawa kemajuan dan kejayaan Islam, sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan pada diri peserta 5. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h. 5. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

7 A. Samad Usman ( 180 dari 22 ) didik. Adapun ruang lingkup sejarah Islam sebagaimana tersebut dalam KBK adalah sebagai berikut: (a) Memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datangnya Islam, (b) memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulullah SAW, (c) memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datangnya Islam, dan (d) memahami perkembangan Islam pada masa Khullafaur Rasyidin. 7 Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa melalui materi sejarah Islam, siswa dapat memahami seluk-beluk kota Mekkah dan Madinah baik sebelum maupun sesudah datangnya Islam. Di samping itu, siswa dapat mengetahui kondisi masyarakat Arab sebelum Islam datang dan keadaan masyarakat sesudah Islam datang. Tujuan Pendidikan Agama Islam di MTs Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh semua orang atau kelompok. Demikian juga halnya dengan pendidikan agama Islam yang diajarkan pada lembaga pendidikan baik tingkat dasar maupun tingkat Aliyah tentunya mempunyai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Pengajaran pendidikan agama Islam di tingkat sekolah merupakan pengajaran yang dikembangkan atas tiga kerangka yaitu aqidah, syari ah, dan akhlak, yang tujuannya untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah. Dalam Departemen Agama disebutkan bahwa: Tujuan pengajaran PAI adalah untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia) serta memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. 8 Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di sekolah adalah 7. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h Departemen Agama, Pedoman Khusus Pendidikan Agama Islam, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 2004), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

8 A. Samad Usman ( 181 dari 22 ) terbinanya rasa keimanan bagi peserta didik sehingga mertambah ketaqwaannya terhadap Allah SWT. Adapun pendidikan agama Islam di MTs merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran pokok dasar yang terdapat dalam agama Islam. Adapun rumpun mata pelajaran agama Islam terdiri dari alqur an hadits, fiqh, aqidah akhlak, dan sejarah dan kebudayaan Islam. Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam di sekolah disusun sesuai bidang studi masing-masing yang dikembangkan. Sedangkan tujuan masing-masing bidang studi yang merupakan rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) adalah sebagai berikut; Pertama. Tujuan mata pelajaran al-qur an hadits, mata pelajaran al-qur an hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI di sekolah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami al-qur an dan al-hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Kementerian Agama, menyebutkan bahwa: Mata pelajaran qur an hadits adalah mata pelajaran yang memberikan bekal kepada siswa untuk memahami qur an dan hadits nabi sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi al-qur an dan hadits dalam kehidupan sehari-hari. 9 Selanjutnya, pengajaran mata pelajaran al-qur an hadits bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap al-qur an hadits serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran agama Islam di sekolah yaitu membina manusia beragama. Berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya. Kementerian Agama, dalam KBK menyebutkan bahwa tujuan pengajaran al-qur an hadits di sekolah adalah: 9. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h. 2. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

9 A. Samad Usman ( 182 dari 22 ) Pembelajaran al-qur an dan hadits bertujuan agar siswa bersemangat untuk membaca al-qur an dan hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. 10 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran mata pelajaran al-qur an hadits di sekolah adalah untuk memberi motivasi kepada siswa agar terdorong untuk membaca dan memahami al-qur an hadits serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan. Selanjutnya, tujuan mempelajari al-qur an hadits di sekolah agar siswa mampu meningkatkan pengetahuan, iman, dan taqwa serta menjadi pedoman akhlak dan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, siswa/i memiliki pengetahuan tentang tata cara pelaksanaan amal ibadah dalam kontek muámalah, ritual, dan sosial. Kedua. Tujuan mata pelajaran fiqh, mata pelajaran fiqh untuk MTs bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar taat beribadah kepada Allah SWT. Adapun tujuan pelajaran fiqh di sekolah sebagaimana disebutkan oleh Kementerian Agama yaitu: (a) Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok syariat Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, dan (b) agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan syariat Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan syariat Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. 11 Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa mata pelajaran fiqh di sekolah berguna bagi anak didik untuk menumbuhkan kesadaran beribadah serta pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Ketiga. Tujuan mata pelajaran aqidah akhlak, mata pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang digunakan sebagai wahana 10. Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

10 A. Samad Usman ( 183 dari 22 ) pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Departemen Agama disebutkan bahwa: Tujuan mata pelajaran aqidah akhlak di MTs adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang aqidah Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia, sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara. 12 Dari kutipan di atas jelaslah bahwa mata pelajaran aqidah akhlak di MTs bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan akhlak Islami dan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Keempat. Tujuan mata pelajaran sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs sebagai bagian integral dari mata PAI, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi secara substansial mata pelajaran SKI memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran SKI memberi pengetahuan kepada siswa agar mengetahui sejarah perkembangan Islam serta menanamkan kemauan dan motivasi bagi siswa untuk mempelajari sejarah Islam secara keseluruhan. Sebagai bagian dari pendidikan agama Islam di sekolah, pelajaran SKI di MTs memiliki tujuan sebagai berikut: (a) Memberikan pengetahuan tentang sejarah agama Islam dan kebudayaan Islam kepada siswa, agar ia memiliki konsep yang objekstif dan sistematis dalam perspektif historis, (b) mengambil ibrah/hikmah, nilai, dan makna yang terdapat dalam sejarah, (c) menanamkan 12. Departemen Agama, Kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 3. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

11 A. Samad Usman ( 184 dari 22 ) penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, berdasarkan cermatannya atas fakta sejarah yang ada, dan (d) membekali siswa untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur. 13 Dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari pelajaran SKI bagi siswa di sekolah adalah untuk membekali dan menanamkan pengetahuan dan sejarah perkembangan agama Islam. Di samping itu, untuk mengambil hikmah dari sejarah perkembangan agama Islam. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pendidikan agama Islam wajib diselenggarakan di semua satuan pendidikan. Sedangkan satuan pendidikan merupakan lembaga penyelenggara kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah. Ini berarti bahwa satuan pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas dari sekolah. Departemen Agama menyebutkan bahwa: Pelaksanaan pendidikan agama Islam pada semua satuan pendidikan telah diatur melalui Peraturan Pemerintah dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atau Menteri lain penyelenggara satuan pendidikan. 14 Demikian juga halnya dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah yang merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diselenggarakan oleh sekolah. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam saja, akan tetapi juga untuk 13. Departemen Agama, Kurikulum dan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam, Dirjend Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 2003), h Departemen Agama, Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu, Dirjend Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 1995), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

12 A. Samad Usman ( 185 dari 22 ) diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana pengajaran pendidikan agama Islam tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif, melainkan afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran PAI di sekolah-sekolah, isi mata pelajarannya didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran Islam yaitu al-qur an dan hadits. Di samping itu, materi pengajaran PAI juga diperkaya dengan hasil-hasil istibat dan ijtihad para ulama yang lebih sering disebut dalil aqli, sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci dan mendetil. Pengajaran agama Islam di sekolah agama (madrasah), baik negeri maupun swasta seluruh bahannya diorganisasikan dalam bentuk kelompok-kelompok mata pelajaran, yang dinamakan dengan bidang studi dan dilaksanakan melalui sistem kelas. Dalam struktur program sekolah, pengajaran agama merupakan satu kesatuan atau satu keseluruhan yang dipandang sebagai bidang studi. Dalam struktur sekolah, pelaksanaan pendidikan agama Islam dibagi menjadi empat bidang studi yaitu: (1) Bidang studi aqidah akhlak, yaitu suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing untuk dapat mengetahui, mengamati, memahami, dan menyakini aqidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran Islam; (2) Bidang studi al-qur an hadits, merupakan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran membaca dan mengartikan atau menafsirkan ayatayat al-qur an dan hadits-hadits tertentu yang sesuai dengan kepentingan siswa menurut tingkat-tingkat sekolah yang bersangkutan; (3) Bidang studi syari ah, merupakan pengajaran dan bimbingan untuk mengetahui syariat Islam yang di dalamnya mengandung suruhan atau perintahperintah agama yang harus diamalkan dan dilarang atau perintah-perintah agama untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan; dan (4) Bidang studi sejarah Islam, merupakan suatu bidang yang memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam, meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa nabi dan sahabatnya, baik pada daulah islamiah maupun pada negara-negara lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama Islam di tanah air Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

13 A. Samad Usman ( 186 dari 22 ) Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa semua bidang studi merupakan suatu keseluruhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, saling kait mengkait dan tunjang menunjang sehingga mewujudkan suatu pengajaran agama Islam yang bulat dan menyeluruh. Dari definisi tersebut, jelaslah bahwa pengajaran agama Islam dilaksanakan di sekolah, walaupun hanya melalui sebuah bidang studi saja. Daradjat menyebutkan bahwa: Pelaksanaan pengajaran agama Islam di sekolah meliputi tiga aspek yaitu aspek hubungan manusia dengan Allah, aspek hubungan manusia dengan sesamanya dan aspek hubungan manusia dengan alam. 16 Lebih lanjutnya, dapat penulis jelaskan bahwa hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan vertikal antara makhluk denga khalik. Hubungan manusia dengan Allah menempati prioritas pertama dalam pengajaran agama Islam di sekolah, karena merupakan sentral dan dasar utama dari ajaran Islam. Ruang lingkup program pengajarannya meliputi segi iman, Islam dan ihsan. Keimanan dengan pokok-pokok rukun Islam, keislaman dengan pokok-pokok rukun Islam dan keihklasan sebagai hasil perpaduan iman dan Islam yang diwujudkan dalam perbuatan kebajikan, dalam melaksanakan hubungan diri dengan Allah SWT. Aspek hubungan antara manusia dengan sesamanya merupakan hubungan horizontal antara manusia dengan manusia dalam suatu kehidupan bermasyarakat, dan menempati prioritas kedua dalam ajaran Islam. Dalam hal ini, guru harus berusaha menumbuhkembangkan pemahaman anak mengenai keharusan mengikuti tuntunan agama dalam menjalani kehidupan sosial, karena dalam kehidupan bermasyarakat inilah akan tampak citra dan makna Islam melalui tingkah laku pemeluknya. Pendidikan agama Islam banyak mengajarkan kepada kita tentang alam sekitar. Menyuruh manusia sebagai khalifah di bumi untuk mengolah dan memanfaatkan alam 16. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

14 A. Samad Usman ( 187 dari 22 ) yang telah dianugerahkan Tuhan, menurut kepentingannya sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan agama. Program pengajarannya berkisar pada mengenal, memahami dan mencintai alam, sehingga memiliki berbagai keterampilan untuk memelihara, mengolah, dan memanfaatkan alam sekitar serta mampu mensyukuri segala nikmat Allah, termasuk masalah apresiasi atau penghargaan, melalui penilaian dan sikap yang tepat. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI dalam Pembelajaran Guru merupakan figur seorang pemimpin, arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun agamanya. Djamarah menyebutkan bahwa: Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengajar, mendidik dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. 17 Guru atau pengajar menjadi standarisasi dalam pendidikan, pengajaran, dan dakwah. Guru merupakan sarana pengajaran pertama untuk merealisasi tujuan dan prinsip-prinsip yang diyakininya dalam menyadarkan, membimbing serta meluruskan masyarakat. Kemampuannya diharapkan untuk mempersiapkan generasi dan mendidik siswa dalam hal ilmu pengetahuan, perilaku serta akhlak. Zuhaili, menyebutkan bahwa tugas guru dalam hal membimbing dan mengajarkan ilmunya adalah: Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

15 A. Samad Usman ( 188 dari 22 ) Guru adalah sumber penyinaran pertama, kira-kira untuk menolong para pelajar dan pemuda juga generasi muda dengan seluruh hal negatif yang melekat pada mereka (kaum muda) untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan manuju cahaya terang dan sekaligus menjaga mereka dari kerusakan serta kesesatan. Kemudian mengembalikan mereka kepada syari at yang diciptakan Allah. 18 Pentingnya guru terlihat dari kepribadiannya, perilaku dan pengaruhnya yang sangat besar terhadap jiwa anak didik dan pelajar. Banyak pelajar yang berkepribadian meniru salah satu gurunya dalam setiap tindakan, akhlak, pemikiran, dan perilakunya. Khususnya dalam tingkat pendidikan awal (dasar) dan kemudian pendidikan menengah. Selanjutnya, untuk terlaksananya tugas dan tanggung jawab guru dengan baik serta sesuai dengan yang diharapkan maka kepada setiap guru agama dituntut memiliki kepribadian yang ideal dan agamis. Adapun Daradjat menyebutkan bahwa: Guru agama yang ideal adalah guru yang keseluruhan pribadi, sikap, tindakan, dan seluruh jalan hidupnya mencerminkan ajaran agama yang akan diajarkannya itu, di samping mengetahui perkembangan jiwa anak-anak yang dihadapinya, tahu cara mendidik dan menguasai ilmu agama itu sendiri. 19 Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa tugas dan tanggung jawab guru agama di setiap sekolah sangatlah besar dalam mendidik anak-anak sebagaimana yang diharapkan oleh agama, masyarakat dan juga orang tua. Bahkan guru agama harus benar-benar mampu menguasai ilmu dalam bidangnya. Tugas dan tanggung jawab pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam menduduki posisi strategis dan vital. Pendidik yang terlibat secara fisik dan emosional dalam proses pengembangan fitrah manusia baik langsung ataupun tidak akan memberi warna tersendiri terhadap corak dan model sumber daya manusia yang dihasilkannya. 18. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba adilah Press, 1997), h Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

16 A. Samad Usman ( 189 dari 22 ) Oleh karena itu, di samping sangat menghargai posisi strategis pendidik, Islam telah menggariskan fungsi, peranan dan kriteria seorang pendidik. Syar i, menyebutkan bahwa: Dalam melaksanakan pendidikan Islam, peranan pendidik sangat penting, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik. 20 Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidik mempunyai tugas mulia, sehingga Islam memandang pendidik (guru) mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan sebagai pendidik. Islam sangat menghargai dan menghormati pendidik, karena pendidik mengemban tugas berat dan mulia, tugas penyelamat kehidupan manusia agar selalu berada dalam lingkaran ketentuan Allah. Dapatkah kita bayangkan, apa yang akan terjadi dengan kehidupan manusia jika tidak adanya keterlibatan guru dalam pengembangan fitrah kemanusiaan. Sehubungan dengan pernyataan di atas, al-abrasyi menyebutkan bahwa: Sebagai pengembang fitrah kemanusiaan anak atau peserta didik, maka pendidik harus memiliki nilai lebih atau nilai plus dibanding si terdidik. Tanpa memiliki nilai lebih, sulit bagi pendidik untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik, sebab itu, akan kehilangan arah, tidak tahu ke mana fitrah anak didik dikembangkan serta daya dukung apa yang dapat digunakan. Nilai lebih yang harus dimiliki oleh seorang pendidik Islam mencakup tiga hal pokok, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang didasarkan nilai-nilai ajaran Islam. 21 Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan harapan yang menjadi titik tolak umat terletak pada pundak guru. h Ahmad Syar'i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1998), 21. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Terj. Bustami A. Gani, Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 82. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

17 A. Samad Usman ( 190 dari 22 ) Merekalah penanggung jawab terhadap penyampaian kepada kita, dari generasi ke generasi yang lain. Generasi sekarang dan masa depan berada di tangan guru dan para penyeru di jalan Allah, khususnya dalam keadaan di mana banyak pemikiran sesat yang dilontarkan oleh kaum anti Islam. Di pundak para guru terletak beban untuk memperbaiki, meluruskan dan memberikan kebenaran serta memberikan arahan yang lurus, jika tidak mereka akan mempertanggung jawabkan perbuatan mereka di dunia dan di depan generasi-generasi mendatang, serta tercatat dalam catatan sejarah buruk. Selanjutnya Zuhaili menyebutkan bahwa : Tanggung jawab guru dalam hal mendidik tidak kurang dari tanggung jawab orang tua di rumah. Para pelajar di sekolah adalah amanah di tangan mereka. Keluarga, masyarakat dan negara telah memberi mereka posisi kunci dalam mendidik generasi muda, untuk melatih mereka, mengarahkan, mengajar serta membimbing mereka kepada kebaikan dan kemuliaan. Untuk menjaga genarasi yang tumbuh ini dan memberikan mereka pengawasan serta menjaga urusan mereka. Guru dipercaya untuk melindungi dari eksploitasi musuh dan pengusaha, lalu mengembalikan mereka kepada keluarganya dengan selamat. 22 Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa tanggung jawab seorang guru terhadap anak didiknya tidak kalah pentingnya dari tanggung jawab orang tua di rumah. Kemampuan orang tua terkadang terbatas, oleh karena itu ia harus menyerahkan anaknya kepada orang lain untuk dididik. Dengan demikian peran dan tanggung jawab seorang guru sangatlah berat, di mana seorang guru harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap amanah yang dititipkan oleh orang tua anak. Selanjutnya, agar dapat melaksanakan tanggung jawab sebagai guru agama dalam mendidik anak ke arah yang sempurna. Al-Abrasyi menyebutkan tujuh sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru agama yaitu: (1) Bersifat zuhud, dalam arti tidak mengutamakan kepentingan materi dalam pelaksanaan tugasnya, namun lebih mementingkan perolehan keridhaan Allah. Ini tidak berarti mereka harus miskin, tidak boleh kaya 22. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

18 A. Samad Usman ( 191 dari 22 ) atau tidak boleh menerima gaji, tetapi menekankan niat dan motivasi mendidik didasarkan atas keikhlasan; (2) Berjiwa bersih dan terhindar dari sifat akhlak buruk, dalam arti bersih secara fisikm (jasmani) dan bersih secara mental (rohani), sehingga dengan sendirinya terhindar dari sifat/perilaku buruk; (3) Bersikap ikhlas dalam melaksanakan tugas mendidik, dalam arti bersikap terbuka, mau menerima kritik dan saran tidak terkecuali dari peserta didik sehingga dalam pembelajaran tercipta interaksi antara guru dengan murid bagaikan interaksi antar sesama subjek; (4) Bersifat pemaaf, peserta didik adalah manusia yang kerap menciptakan rasa jengkel, kurang puas, menyinggung perasaan dan tidak meyenangkan guru. Dalam menghadapi anak didik yang serba tidak enak, guru haruslah bersifat pemaaf; (5) Bersifat kebapaan, dalam arti guru harus memposisikan diri sebagai pelindung yang mencintai muridnya serta selalu memikirkan masa depan mereka. Dengan begitu semangat dan upaya mendidik murid hidup dan bergelora; (6) Berkemampuan memahami bakat, tabiat dan watak peserta didik, dalam arti seorang pendidik Islam tentu harus memiliki pengetahuan dan keterampilan psikologi agar mampu memahami tabiat, watak, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai landasan dasar pengembangan potensi mereka; dan (7) Menguasai bidang studi, dalam arti guru agama harus lebih dahulu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan muatan materi yang diajarkan kepada peserta didik, sehingga aktivitas pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi efektif dalam arti berjalan sesuai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. 23 Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa sifat dan kemampuan yang dipersyaratkan kepada guru agama hanyalah sebagian dari sekian banyak sifat dan kemampuan yang harus dimiliki agar fungsi dan peran guru agama Islam dalam proses pendidikan dapat berjalan sesuai tuntunan ajaran Islam serta perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dunia pendidikan Islam. Kesulitan dalam Penguasaan Materi Ajar Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran merupakan hal pokok dalam proses belajar mengajar dan salah satu ciri dari profesionalitas seorang guru. Kemampuan dasar profesional guru, mampu menguasai bahan pelajaran yang akan diberikan kepada anak didiknya. Kekurangmampuan guru menguasai materi pelajaran merupakan kendala yang perlu ditanggapi 23. Ahmad Syar'i, Filsafat Pendidikan Islam..., hal. 36. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

19 A. Samad Usman ( 192 dari 22 ) dengan serius oleh pihak sekolah. Kesulitan menguasai materi yang akan disajikan merupakan suatu kendala yang dialami oleh guru pendidikan agama di sekolah. Jika guru kurang mampu menguasai materi ajar, dengan sendirinya proses belajar mengajar akan tersendat, bahkan pelajaran yang diberikan menjadinya tidak terarah. Hal ini menyebabkan anak-anak menjadi bosan dalam belajar dan tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Ketidakmampuan guru menguasai materi pelajaran biasanya dialami oleh guru-guru yang bukan profesinya, misalnya guru yang mengajar pendidikan agama bukan dari jurusan PAI. Demikian sebaliknya guru agama mengajar pelajaran lain seperti matematika, dan seterusnya. Jika guru yang mengajar bukan ahlinya (non skill), maka materi pelajaran sudah tentu tidak mampu dikuasai seluruhnya. Kesulitan guru menguasai materi pelajaran selain disebabkan oleh kurangnya sarana dan fasilitas belajar juga disebabkan kurangnya pembinaan guru seperti tidak pernah mengikuti penataran, tidak pernah mengikuti MGMP. Hal ini berakibat fatal bagi guru, karena penataran atau MGMP selain untuk mengembangkan kemampuan guru juga dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi bagi guru-guru untuk mengembangkan potensinya. Selanjutnya, kesulitan penguasaan materi pelajaran bagi guru-guru agama di sekolah harus segera diatasi. Karena jika terus dibiarkan maka berakibat fatal bagi kelangsungan pendidikan di sekolah. Untuk mengatasi kesulitan penguasaan materi oleh guru agama dapat dilakukan dengan jalan mengikuti pelatihan-pelatihan, mengikuti MGMP dan juga KKG. Sebagai tenaga professional, sekurang-kurangnya guru harus menguasai empat macam kompetensi dengan baik. Di antara kompetensi yang harus dikuasai oleh guru antara lain menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan, menguasai metodologi pembelajaran, menguasai teknik evaluasi dengan baik, dan memahami serta mengamalkan nilai-nilai moral sebagai guru. 192 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

20 Kesulitan dalam Penerapan Metode A. Samad Usman ( 193 dari 22 ) Metode merupakan salah satu komponen yang ikut terlibat dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Hal ini berarti guru harus benar-benar memahami kedudukan metode sebagai alat motivasi intrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode yang tidak sesuai atau tidak tepat dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa. Ketidakmampuan guru menggunakan metode yang tepat menyebabkan pelajaran tidak akan berjalan secara efektif. Bahkan anak-anak tidak dapat mengikuti pelajaran hanya karena metode yang digunakan guru kurang sesuai. Kesulitan dalam Evaluasi Pembelajaran Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan yang telah ditetapkan, maka guru agama Islam perlu mengadakan evaluasi. Tujuannya untuk mengukur sejauhmana daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari, di samping itu evaluasi juga dilaksanakan untuk memberi umpan balik bagi guru yang bersangkutan apakah cara atau metode yang digunakan sudah sesusai atau belum. Namun demikian, para guru agama masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan evaluasi terhadap anak didiknya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal terutama belum tersedianya sarana dan fasilitas belajar. Di samping itu kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi juga masih sangat rendah sehingga hasil evaluasi belum memberikan manfaat secara maksimal. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

21 A. Samad Usman ( 194 dari 22 ) Adapun bentuk evaluasi yang sering digunakan guru untuk mengukur keberhasilan belajar agama Islam antara lain tes tertulis dan tes lisan. Untuk tes tertulis guru sering mengalami kesulitan dalam merumus soal yang harus sesuai dengan taraf kemampuan siswanya. Sehingga mereka sering menyusun soal tidak berdasarkan acuan yang ditetapkan. Hal ini perlu diatasi segera dengan jalan mengikuti berbagai kegiatan seperti MGMP, KKG, pelatihan-pelatihan serta penataran. Kesimpulan Pendidikan agama Islam merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan agama Islam menjadi bagian pendidikan yang amat penting dan berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai. Dalam realisasinya, pendidikan agama Islam sering mengalami kendala dan minimnya perhatian dari berbagai kalangan baik dari kontrol pribadi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun kendala utama yang sering dihadapi oleh guru agama Islam di setiap satuan pendidikan adalah kurangnya sarana dan fasilitas belajar, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, di samping itu, kurangnya perhatian pemerintah pusat dan daerah terhadap sekolah agama untuk dapat meningkatkan program dan peningkatan mutu siswa dalam memahami seluk-beluk ilmu-ilmu keislaman. Untuk maksud tersebut, ketiga komponen baik orang tua, masyarakat (melalui perwakilan guru dan tenaga pengajar), dan juga pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan pemahaman generasi muda menuju generasi yang bermartabat, bertaqwa kepada Allah SWT. Tanggung jawab tersebut tidak kalah pentingnya dari tanggung jawab orang tua di rumah. Dengan demikian peran dan tanggung jawab seorang guru sangat berat, seorang guru harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap amanah yang dititipkan oleh wali siswa agar mendidik anakanaknya ke arah yang sempurna. 194 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

22 A. Samad Usman ( 195 dari 22 ) Adapun kesulitan yang sering dihadapi guru PAI dalam pembelajaran di sekolah antara lain dalam penguasaan materi ajar, dalam penerapan metode, dan dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Kesulitan ini baru bisa ditangani oleh masing-masing guru PAI melalui pengembangan kapasitas ilmu dan wawasan dalam keterlibatannya untuk mendalami lebih lanjut tentang ilmu mendidik dan ilmu mengajar baik melalui seminar, pendidikan, dan pelatihan. Daftar Pustaka Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Terj. Bustami A. Gani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000). Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003)...., Kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003)...., Pedoman Khusus Pendidikan Agama Islam, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 2004)...., Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu, Dirjend Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta, 1995). Djamarah, Saiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Syar'i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1998). Zuhaili, Muhammad, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba adilah Press, 1997). Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi; 5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB-E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Lampiran 2 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang

Lebih terperinci

STANDAR ISI PAI SMP AL-QUR`AN & HADITS. No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kelas/Semester

STANDAR ISI PAI SMP AL-QUR`AN & HADITS. No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kelas/Semester STANDAR ISI PAI SMP AL-QUR`AN & HADITS 1. 1. Menerapkan Hukum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qomariyah 2. 2. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati 3. 1. Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII /1-2. Nama Guru :... Sekolah :...

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII /1-2. Nama Guru :... Sekolah :... PERANGKAT PEMBELAJARAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII /1-2 Nama Guru :... Sekolah :... KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET B

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET B Lampiran 2 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET B 01. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA 0 KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 NO STANDAR KOMPETENSI KEMAMPUAN YANG DIUJI INDIKATOR 1 Meningkatkan

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 NO. KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 STANDAR KOMPETENSI 1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Lampiran 2 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu manusia berpacu

Lebih terperinci

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DRAF KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BER NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KURIKULUM 2006. 9. Menerapkan hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati Mengidentifikasi

Lebih terperinci

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DRAF KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BER NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KURIKULUM 2006. Menerapkan hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati Mengidentifikasi

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BER NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KURIKULUM 2006. Menerapkan hukum bacaan nun mati/ tanwin dan mim mati Mengidentifikasi

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIK. UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Pendidikan Agama Islam. Tahun Pelajaran 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

UJIAN PRAKTIK. UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Pendidikan Agama Islam. Tahun Pelajaran 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN UJIAN PRAKTIK UJIAN SEKOLAH BER NASIONAL Pendidikan Agama Islam Tahun Pelajaran 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KEMENTERIAN AGAMA RI Pedoman Pelaksanaan USBN PAI

Lebih terperinci

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi; 5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB Lampiran 1 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Agama memiliki peran

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NO Menerapkan perilaku terpuji (tawadhu, taat, atau sabar) dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN PAI

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN PAI KISI-KISI PENULISAN USBN PAI Jenjang Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum : Kurikulum 2013 Alokasi Waktu : 120 Menit Bentuk Soal : Pilihan Ganda Nomor 1.s.d.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang berpikir bahwa fiqh merupakan pelajaran agama Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan dengan pelajaran umum lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs 31. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET A

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET A Lampiran 1 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET A 01. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUM PELAJARAN 2015/2016 KTSP

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUM PELAJARAN 2015/2016 KTSP KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUM PELAJARAN 2015/2016 KTSP NO. STANDAR KOMPETENSI 1. M e n i n g k a t k a n pengenalan

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. BAB II TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA A. Tinjauan Umum Fikih MTs. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. Mata pelajaran fikih dalam kurikulum MTs. adalah salah satu bagian mata

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Tahun Pelajaran 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Tahun Pelajaran 2015/2016 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Tahun Pelajaran 2015/2016 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Kurikulum 2013 DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIRJEN PENDIDIDIKAN

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK Lampiran 3 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Agama

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aqidah Akhlak merupakan pendidikan yang sangat perlu untuk para siswa agar dapat mencerminkan dan menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cerita atau jalan untuk mengembangkan dan mengarahkan dirinya menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia merupakan hal yang sangat mendasar, karena itu nilai ini harus senantiasa ditanamkan sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C Lampiran 3 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C 01. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, namun dengan demikian ia telah mempunyai potensi bawaan yang bersifat

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 17 September 2010. Standar Kompetensi Lulusan Kemampuan Yang Diuji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan yang begitu pesat akibat dari pengaruh globalisasi yang melanda diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember, BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak mengesampingkan hasil dari penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh peneliti lain. Hal ini dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS I SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR (SD)/MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS I SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR (SD)/MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS I SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR (SD)/MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) 1 TAHUN PELAJARAN :... SEKOLAH KELAS SEMESTER : : Pendidikan Agama Islam : I : 1 (Ganjil) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang beradab dan berakhlak mulia akan terbentuk yang akhirnya akan memunculkan

Lebih terperinci

Menerapkan hukum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qamariyah pada ayat Al Quran. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati pada ayat Al Quran.

Menerapkan hukum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qamariyah pada ayat Al Quran. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati pada ayat Al Quran. A. Sekolah Menengah Pertama No. 1. Standar Kompetensi Lulusan Menerapkan tatacara membaca Al Quran menurut tajwid, mulai dari cara membaca Al Syamsiyah dan Al Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang. Dengan pendidikan tersebut manusia selalu berproses menuju ke arah yang

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 KURIKULUM 2013 NO. KOMPETENSI DASAR KEMAMPUAN YANG DIUJI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL 71 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL Sekolah merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Aspek fikih menekankan pada kemampuan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB IV RELEVANSI PROPHETIC INTELLIGENCE (KECERDASAN KENABIAN) HAMDANI BAKRAN DENGAN KURIKULUM PAI DI SMA

BAB IV RELEVANSI PROPHETIC INTELLIGENCE (KECERDASAN KENABIAN) HAMDANI BAKRAN DENGAN KURIKULUM PAI DI SMA BAB IV RELEVANSI PROPHETIC INTELLIGENCE (KECERDASAN KENABIAN) HAMDANI BAKRAN DENGAN KURIKULUM PAI DI SMA A. Kurikulum PAI di SMA Pendidikan Agama Islam mempunyai peran yang sangat vital dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak proses menuju perkembangan manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat bagaimana kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar sistematis, dilakukan orang-orang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk Allah yang paling unik dan sempurna dibandingkan mahluk-mahluk lainnya. Dan manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di bumi ini dan akan

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun 1. Pengertian hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun Perilaku sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi manusia karena dengan pendidikan manusia dapat maju dan berkembang supaya

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan, BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Berbicara mengenai pendidikan secara umum kita harus merekonstruksi kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk perkembangan tersebut. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan yang religius pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996), BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam proses pembelajaran komponen utama adalah guru dan peserta didik. Agar pembelajaran dapat memperoleh hasil sebaik-baiknya maka guru harus dapat membangkitkan minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan oleh Rasulullah sebagai suri tauladan bagi umatnya. Semua yang dilakukan oleh Rasul adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya unutuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, bahwa pendidikan national

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 NO. KOMPETENSI DASAR KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1062 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I. Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan

BAB I. Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadikan sebagai landasan moral dan etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, dan TOPIK BAHASAN PAI

VISI, MISI, TUJUAN, dan TOPIK BAHASAN PAI VISI, MISI, TUJUAN, dan TOPIK BAHASAN PAI Oleh: DRS. H. ACENGKOSASIH,M.Ag. Visi PAI Visi matakuliah Pendidikan Agama Islam adalah menjadikan para lulusan Universitas Pendidikan Indonesia sebagai sarjana

Lebih terperinci

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 REVIEW

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Ujian Akhir Diniyah Takmiliyah (UADT)

Kisi-kisi Soal Ujian Akhir Diniyah Takmiliyah (UADT) Bidang Studi : Al-Qur an 1. Menterjemahkan, Memahami hukum bacaan (Tajwid) dan Memahami isi kandungan Surat Al-Ikhlash 2. Menterjemahkan, Memahami hukum bacaan (Tajwid) dan Memahami isi kandungan Surat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman modern ini pendidikan keluarga merupakan pendidikan informal yang berperan sangat penting membentuk kepribadian peserta didik untuk menunjang pendidikan

Lebih terperinci