II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Heriyanto (2008) menjelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja, dan lainlain. Inti dari K3 adalah tindakan pencegahan kecelakaan atau accident prevention. Menurut King (1990), kecelakaan adalah suatu kejadian tidak direncanakan yang dapat menyebabkan seseorang terluka atau kerusakan terhadap properti. Kecelakaan dapat dicegah dengan cara menghilangkan penyebab dari kecelakaan tersebut. Penyebab kecelakaan kerja, dapat diketahui dengan cara mengidentifikasi kondisi suatu lingkungan pekerjaan melalui pemeriksaan atau kajian dan disimpulkan telah menunjukkan melampaui batas aman, atau disebut juga bahaya (Heriyanto, 2008). Bahaya juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memiliki potensi mengakibatkan terjadinya kerusakan atau cedera. Sumber bahaya (hazard) yang teridentifikasi, harus dikendalikan ke tingkat yang memadai agar tercipta suatu kondisi aman (safe). Pengendalian tersebut dilakukan dengan cara, mengukur kemungkinan kerugian yang akan timbul jika sumber bahaya terjadi, atau disebut juga resiko (Heriyanto, 2008). E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Salah satu standar Sistem Manajemen K3 yang banyak dikenal di Indonesia adalah OHSAS (Occupational Health and Safety Management Systems) yang diterbitkan oleh BSI (British Standards Institutions) dengan badan-badan sertifikasi dunia pada tahun OHSAS mudah diintegrasikan dengan ISO dan ISO Indonesia juga memiliki Sistem Manajemen K3 yang sejenis, yaitu Permenaker 05/Men/1996 dibawah tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan sertifikasi dilakukan oleh Sucofindo. Inti dari OHSAS dan Permenaker 05/Men/1996 adalah manajemen resiko. Kegiatan apapun di dalam suatu industri atau organisasi memiliki potensi 16

2 resiko, seperti pemecatan, bangkrut dan kecelakaan. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah mengelola potensi resiko yang timbul sehingga peluang dan akibat jika resiko tersebut terjadi tidak besar. Dengan demikian aktivitas dapat berjalan lancar dan aman, jika resiko dapat dikendalikan. Konsep ini adalah yang disebut dengan manajemen resiko. Manajemen resiko di dalam Sistem Manajemen K3, OHSAS maupun Permenaker 05/Men/1996, adalah berupa pengelolaan resiko. Organisasi atau industri dapat menerapkan metode pengelolaan atau pengendalian resiko apapun sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas resiko dan mengendalikan resiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan jangka panjang (Suardi, 2005). Resiko dapat dijadikan acuan dalam mengendalikan keselamatan pada suatu industri yang disebut penilaian resiko. Penilaian resiko adalah evaluasi kualitatif atau kuantitatif yang menyeluruh terhadap kemungkinan dan tingkat terjadinya cedera atau kerusakan pada kesehatan dari identifikasi bahaya dengan maksud untuk menerapkan tindakan pencegahannya (Ridley dan Channing, 1999). Menurut Suardi (2005), penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Metode penilaian resiko, antara lain : Untuk setiap resiko : o Menghitung peluang insiden yang terjadi di tempat kerja o Menghitung konsekuensi insiden terjadi o Kombinasikan penghitungan peluang dan konsekuensi pada rate resiko Menggunakan rating setiap resiko, mengembangkan daftar prioritas resiko kerja. Konsep K3 harus diterapkan pada industri untuk mencapai kondisi aman. Konsep ini disebut juga Safe Project Execution. Konsep tersebut dijelaskan pada Gambar 1. 17

3 Gambar 1. Konsep K3 Safe Project Execution (Heriyanto,2008) Suardi (2005) menyatakan bahwa identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya serta jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. Identifikasi bahaya (hazard), pengukuran dan pengendalian resiko pada suatu organisasi atau industri dapat menggunakan lima langkah sebagai mana diilustrasikan pada Gambar 2. Gambar 2. Lima langkah identifikasi bahaya, pengukuran dan pengendalian resiko (Suardi, 2005) 18

4 Secara umum, bahaya kerja dapat dibagi atas enam bagian, seperti digambarkan dalam Tabel 1. Menurut Suardi (2005), suatu organisasi atau industri sering mengalami kesulitan dalam menentukan bahaya. Hal ini disebabkan begitu banyak kegiatan-kegiatan yang harus diidentifikasi. Cara sederhana untuk memulai menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja berdasarkan kelompok, seperti : 1. Kegiatan-kegiatannya (seperti pekerjaan pengelasan, pengolahan data) 2. Lokasi (kantor, gudang, lapangan) 3. Aturan-aturan (pekerja kantor, atau bagian elektrik) 4. Fungsi atau proses produksi (administrasi, pembakaran, pembersihan, penerimaan, finishing). Aktivitas aktivitas lainnya yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi bahaya, antara lain : 1. Berkonsultasi dengan pekerja. Memberikan beberapa pertanyaan tentang berbagai masalah yang mereka temukan, keadaan terkena bahaya dan kecelakaan kerja yang tidak terdokumentasi. 2. Konsultasi dengan tim K3. 3. Mempertimbangkan : a. Bagaimana pekerja menggunakan peralatan dan material b. Bagaimana kesesuaian peralatan tersebut yang digunakan pada aktivitasaktivitas dan lokasinya c. Bagaimana pekerja dapat terluka baik secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai aspek tempat kerja 4. Melakukan safety audit. 5. Pengujian, bagian dari perusahaan atau peralatan kerja dan kebisingan. 6. Evaluasi teknis dan keilmuan. 7. Menganalisis rekaman dan data, seperti insiden keluhan pekerja, dan tingkat penyakit. 8. Informasi dari desainer, konsumen, supplier, dan organisasi-organisasi seperti serikat pekerja, KADIN dan sebagainya. 9. Pemantauan lingkungan dan kesehatan. 10. Survei yang dilakukan pada pekerja. 19

5 Tabel 1. Tabel panduan daftar bahaya potensial Lingkungan Kerja Energi Pekerjaan Manual Akses Mengacu pada akses yang Electrical Tersetrum sesuai Penyegar ruangan Udara yang kotor Temperatur yang ekstrim Kontak dengan benda yang panas atau dingin Terkena lingkungan yang panas atau dingin Pencahayaan Mengacu pada pencahayaan yang sesuai Tekanan mental Gertakan/gangguan Kekerasan Kerja shift Bakteri Jamur Virus Parasit Gravitasi Jatuh Tersandung Tergelincir Tertimpa benda Energi kinetik Menabrak benda Tertabrak benda Radiasi Radiasi ultraviolet Radiasi inframerah Gelombang mikro Laser Getaran Getaran seluruh tubuh Getaran bagian tubuh Kebisingan Bising tiba-tiba Bising dalam waktu yang lama Tegangan tubuh Kejang otot ketika mengangkat, mengangkut, atau menurunkan benda Kejang otot ketika menangani benda selain mengangkat, mengangkut, atau menurunkan benda Kejang otot ketika tidak ada benda yang ditangani Pergerakan yang berulang Ergonomis Kelelahan Desain tempat kerja yang mengakibatkan stress,kesalahan Biologi Plant Zat Kimia Mekanik Kendaraan bermotor Peralatan mesin Peralatan manual Sumber : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Suardi, Agustus 2005 : 75) Terkontak dengan zat kimia dalam waktu sebentar Terkontak zat kimia dalam waktu yang lama Tersengat hewan berbisa Kebakaran dan ledakan Debu dari kayu, asbes, silika Gas, seperti : CO, CO 2 Asap dan uap Kabut seperti asam Terserap, seperti pestisida Karatan seperti : asam, alkali Alergi 20

6 F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Industri Kecil dan Menengah Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) (2006), mengungkapkan bahwa masalah keselamatan dan kesehatan kerja di dalam industri kecil dan menengah sekarang sudah mulai diperhatikan. Salah satu program kerja DK3N adalah pelakasanaan K3 di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Strategi Pelaksanaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan K3 di UMKM dengan melibatkan fasilitas kesehatan masyarakat (mis. Puskesmas) yang tersedia dan kelompok UMKM (mis. Kelompok tani, pengrajin, pedagang asongan dan kakilima). 2. Melaksanakan sosialisasi, informasi K3 kepada pengusaha, pekerja. 3. Menyusun pedoman K3 bagi masing-masing kelompok UMKM. 4. Memberikan pelatihan K3 kepada pengusaha dan pekerja. 5. Mengikutkan pekerja UMKM dalam sistem asuransi tenaga kerja. Hopwood dan Thompson (2006) menjelaskan bahwa industri kecil dan menengah dalam mengatur keselamatan pada lokasi kerja perlu melakukan beberapa program, yaitu : 1. Menerapkan komitmen terhadap keselamatan kerja pada seluruh pekerja. 2. Mengidentifikasi keadaan yang tidak aman (seluruh pekerja). 3. Mengadakan pelatihan keselamatan. 4. Menentukan satu orang pekerja atau lebih, yang akan mengatur bagian keselamatan kerja dan menyediakan pelatihan keselamatan. Program tersebut harus diulas atau dievaluasi kembali oleh pekerja yang bersangkutan. Evaluasi ini dapat dilakukan per tahun dan sangat penting untuk melihat apakah industri sudah mencapai tingkat aman yang lebih tinggi dan menciptakan kondisi kerja yang lebih sehat. Jeynes (2000) menjelaskan bahwa identifikasi keadaan yang tidak aman pada industri atau usaha kecil dan menengah dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa bahaya dan resiko terhadap kesehatan yang signifikan. Bahaya dan resiko tersebut adalah : 21

7 1. Penanganan bahan 2. Tingkat kebisingan 3. Tingkat pencahayaan 4. Suhu 5. Kualitas udara 6. Penggunaan komputer dan unit visual lain 7. Mikroorganisme dan kontaminan pada udara 8. Radiasi 9. Penggunaan bahan kimia dan unsur lain 10. Penggunaan material dan serat 11. Merokok 12. Organisasi kerja Berikut adalah bahaya pada keselamatan yang dapat terjadi pada beberapa wilayah di dalam suatu industri : 1. Kendaraan (unit pergerakan dalam atau luar industri) 2. Mesin 3. Benda atau alat yang tajam 4. Panas 5. Listrik 6. Bekerja pada ketinggian 7. Bekerja pada ruang sempit 8. Angin kempaan atau LPG 9. Terpeleset, terbelit atau terjatuh 10. Mengangkat dan membawa barang 11. Cedera yang berulang 12. Kontak dengan bahan kimia 13. Keamanan pribadi Penentuan bahaya dan resiko di atas dilanjutkan dengan melakukan tindakan penanganan, yaitu dengan mengidentifikasi siapa yang akan terluka, seberapa besar akibat dari terjadinya bahaya tersebut dan seberapa sering bahaya terjadi. 22

8 G. Proses Produksi Bioetanol Menurut Hambali et.al (2007), bioetanol merupakan hasil fermentasi bahan yang mengandung gula. Tahap inti produksi bioetanol adalah fermentasi gula baik yang berupa glukosa, sukrosa maupun fruktosa, oleh ragi (yeast) terutama Saccharomyces sp. atau bakteri Zymomonas mobilis. Proses ini gula akan dikonversi menjadi etanol dan gas karbondioksida. Menurut Prihandana et al., (2007), proses pengolahan ubikayu menjadi fuel grade ethanol dilakukan dengan urutan sebagai berikut. a. Proses hirolisis, proses konversi pati menjadi glukosa. b. Proses fermentasi, yaitu proses konversi glukosa (gula) menjadi etanol dan CO 2. c. Proses distilasi, adalah proses pemurnian etanol hasil fermentasi menjadi etanol dengan kadar 95-96%. d. Proses dehidrasi, adalah proses penghilangan air dari 96% menjadi 99,5% Hambali et al., (2007) menjelaskan bahwa tahap persiapan bahan baku berupa konversi bahan baku padat, dalam hal ini singkong, menjadi larutan gula sebelum akhirnya difermentasi untuk menghasilkan etanol. Bahan padatan mengalami pengecilan ukuran dan dimasak. Proses pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan menggiling bahan (singkong), sebelum memasuki tahap pemasakan yaitu sakarifikasi dan liquifikasi. Tahap pemasakan bahan meliputi proses liquifikasi dan sakarifikasi. Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks dengan penambahan air, enzim α-amilase dan panas. Proses liquifikasi dilakukan pada suhu C. Tahap sakarifikasi dilakukan pada suhu C dan ditambahkan enzim glukoamilase. Gula kompleks akan dipecah menjadi gula sederhana pada tahap ini. Tahap selanjutnya adalah tahap fermentasi. Gula-gula sederhana akan dikonversi menjadi etanol dengan bantuan ragi dan enzim. Proses dilakukan pada suhu C. Tahap ini menghasilkan gas CO 2 sebagai by product dan sludge sebagai limbahnya. 23

9 Etanol yang dihasilkan pada proses fermentasi, selanjutnya mengalami proses pemurnian. Pemurnian etanol dilakukan melalui metode destilasi. Destilasi dilakukan pada suhu di atas titik didih etanol murni yaitu pada kisaran C. Produk yang dihasilkan pada tahap ini memiliki kemurnian hingga 96%. Etanol hasil distilasi kemudian dikeringkan melalui metode purifikasi molecular sieve untuk meningkatkan kemurnian etanol hingga memenuhi spesifikasi bahan bakar. Zeolit, lempung, karbon aktif, microporus charcoal, dan porous glasses adalah beberapa bahan yang termasuk molecular sieve. Etanol hasil pengeringan memiliki kemurnian hingga 99,5% (Hambali et.al, 2007). Visualisasi proses pada industri bioetanol dapat dilihat pada Gambar 3. H. K3 pada Industri Bioetanol Menurut BBI International (2003), industri ethanol mempunyai rekor keamanan yang dapatmembuat iri, meskipun banyak masalah keamanan yang dapat menghasilkan resiko yang signifikan. Langkah pertama yang penting adalah mengembangkan manual keamanan internal atau menyewa konsultan keamanan yang berpengalaman untuk mengembangkan sebuah manual untuk anda. Manual ini akan bertindak sebagai panduan anda untuk menetapkan program keamanan yang efektif yang akan meminimalisasi cedera pada pekerjaan. Manual keamanan yang dikembangkan dengan baik juga akan mengurangi angka pelanggaran dengan menunjukkan area masalah yang akan datang. Hal ini penting untuk menetapkan lingkungan safety first dari awal. 24

10 Ubikayu Pencucian Pengupasan Penggilingan Enzim alphaamylase Liquifikasi C, 2 jam Uap Enzim glucoamylase Sakarifikasi awal C, 3jam Sakarifikasi lanjut dan fermentasi 32 C, 36 jam Pemisahan serat dan distilasi Limbah cair. serat Dehidrasi (molecular sieve) Fuel Grade Ethanol 99,5% Gambar 3. Diagram Alir proses produksi bioetanol dengan bahan baku ubikayu ( Prihandana et.al, 2007) 25

11 Rekomendasi keamanan yang dapat diterapkan di industri etanol adalah sebagai berikut : 1. Manual keamanan pabrik sebaiknya meliputi dugaan keamanan dasar, memaksakan syarat dan prosedur operasional kritis lain, termasuk: a. Tanda pengenal b. Pintu masuk yang dibatasi c. Penggunaan perlengkapan keselamatan personil d. Tindakan darurat e. Rintangan komunikasi (hak pegawai untuk tahu) f. Pekerjaan dengan barang yang panas g. Pengamanan pernapasan h. Pengamanan dari kejatuhan i. Isu manajemen lainnya yang berhubungan dengan fasilitas 2. Melatih pegawai pada waktu awal dipekerjakan tentang program keamanan, dugaan keamanan dan bagaimana pegawai akan diminta pertanggungjawabannya untuk implementasi program keamanan pabrik. 3. Semua personil sebaiknya mempunyai pemahaman bahan berbahaya yang ada di pabrik. Ini termasuk pelatihan mereka pada bagaimana bekerja dengan bahan berbahaya tersebut dengan aman dan kegunaan perlengkapan keselamatan personil yang tepat. 4. Semua personil pabrik harus tahu di mana bisa mendapatkan MSDS (Material Safety Data Sheet) 5. Mengadakan pertemuan keamanan secara teratur 6. Melakukan sesi pelatihan pada penggunaan perlengkapan keselamatan personil secara tepat. 7. Melakukan pelatihan darurat untuk evakuasi, penyelamatan dan pemulihan. 8. Mengundang departemen pemadam kebakaran dan kepolisian lokal ke pabrik untuk tur spesial. 9. Menyediakan MSDS ke departemen pemadam kebakaran, bersama dengan peta pabrik yang menunjukkan semua cairan yang mudah terbakar dan bahan berbahaya sebagai bagian dari Rencana Tindakan Darurat anda. 26

12 10. Mendorong pemadam kebakaran untuk melakukan latihan aktif di pabrik sebagai bagian pelatihan kebakaran mereka. 11. Mensyaratkan semua vendor dan kontraktor luar untuk mengikuti peraturan keamanan fasilitas anda. Hal lain yang harus diperhatikan adalah efek kesehatan yang terjadi jika terjadi kecelakaan kerja. Terutama efek kesehatan yang timbul jika terjadi kontak antara komponen bietanol dengan konsentrasi tinggi dengan organ tubuh pekerja. Efek-efek tersebut dijelaskan pada Tabel 2. CHS Inc Material Safety Data Sheet (2003), juga menjelaskan bahwa untuk menghindari ketidaksesuaian, ada kondisi dan material yang harus dihindarkan selama proses produksi. Kondisi yang harus dihindari adalah suhu tinggi, percikan api, nyala api, penambahan tenaga pada listrik statis, dan sumber nyala api lainnya. Material atau bahan yang harus dihindari adalah zat pengoksidasi, halogen, asam kuat, dan alkali. Keselamatan dan kesehatan kerja juga dapat dilihat dari sudut pandang ergonomika. Menurut Farizi (2006), faktor-faktor utama yang harus diperhatikan di dalam ergonomika adalah kebisingan, suhu, cahaya, sirkulasi udara, kelembaban, bau-bauan dan ruang dan posisi kerja. Kondisi lingkungan yang sesuai dalam bekerja adalah yang bersuhu baik. Suhu optimal lingkungan untuk manusia dalam bekerja adalah C. proses produksi bioetanol banyak melibatkan panas saat proses cooking, distilasi, dan dehidrasi. Suhu di sekitar alat dapat mencapai C, sedangkan di sekitar boiler adalah 40 C. Proses fermentasi pada proses produksi bioetanol juga harus diperhatikan. Bakteri Saccharomyces cerevisae yang berperan dalam proses fermentasi, menurut Winkler dan Parke (1992) di dalam tubuh manusia bakteri ini tidak akan berkembang biak seperti halnya Bacillus subtilis dan bakteri saprofit lain yang tidak berbahaya. Fermentasi berperan sangat penting di dalam pembuatan bioetanol dan termasuk ke dalam proses bioteknologi. Muijs (1992) menjelaskan bahwa pada proses bioteknologi, mikroorganisme yang berperan tidak boleh tercemar di luar tempat proses terjadi, terutama bila menggunakan organisme dengan resiko tinggi. Teknik dan monitoring di dalam proses-proses bioteknologi sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya pencemaran mikroorganisme. Jenis 27

13 teknik yang tepat pada proses fermentasi adalah GILSP (Good Industrial Large- Scale Practices) dimana bakteri yang digunakan tidak berbahaya dan tidak memerlukan wadah khusus. Monitoring pada proses ini adalah control terhadap udara yang masuk dan kebocoran pada wadah. Tabel 2. Efek kontak antara komponen bioetanol dan organ tubuh Organ Efek pada kesehatan Kulit Memerah Gatal-gatal Radang Kontak pada kulit dapat menyebabkan efek bahaya pada bagian tubuh lain. Mata Rasa sakit Memerah Radang pada konjungtiva Efek bisa semakin parah jika terjadi berulang kali atau dalam waktu yang lama. Pernapasan Menghirup komponen bioetanol dalam konsentrasi tinggi bisa berbahaya Terjadi penurunan pada sistem saraf pusat. Gejala-gejala yang terjadi adalah, sakit kepala, perasaan terlalu senang, pusing, bingung, mengantuk, pandangan buram, kelelahan, kejang, hilang kesadaran, koma, susah bernafas dan meninggal. Gejala tersebut dapat terjadi tergantung tinggi atau rendahnya konsentrasi dan durasi penghirupan. Pencernaan Iritasi pada mulut, tenggorokan dan lambung Gejala yang muncul adalah rasa sakit, mual, muntah dan diare Penyerapan ke dalam paru-paru dapat mengakibatkan radang dan kerusakan paru-paru Sumber : Flint Hills Recources Material Safety Data Sheet. (Mei 2007 : 3) Bahaya lain yang harus diperhatikan pada industri bioetanol adalah kebisingan. Istilah kebisingan digunakan untuk mendefinisikan suara yang tidak dikehendaki dan membebani telinga, termasuk suara yang tidak beraturan, suara hasil dari suatu aktivitas baik itu berasal dari transportasi maupun suatu industri. Intensitas kebisingan yang diizinkan dalam suatu industri antara 85 db 90 db. Kontrol pada kebisingan dapat dilakukan dengan cara mereduksi sumber suara, pengaturan transmisi suara, dan perlindungan terhadap penerima (Wilson, 1989). Menurut Farizi (2006), kebisingan dalam tingkat rendah dalam proses produksi bioetanol dapat ditemukan pada saat kompresor dan crusher beroperasi, pemasakan dalam cooking tank, distilasi produk dan pipa pembuangan steam. 28

14 Penglihatan yang kurang dan cahaya yang tidak memadai adalah salah satu penyebab kecelakaan dalam pekerjaan yang cukup banyak terjadi. Pekerjaan yang memerlukan persepsi secara visual, seperti membaca ukuran pada peralatan atau mesin dan inspeksi pada suatu lini produksi atau mesin, sangat penting adanya pencahayaan yang lebih dari cukup dan penglihatan dalam keadaan baik (Wilson, 1989). Pencahayaan juga merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas kerja. Pencahayaan yang berlebihan ataupun kurang dapat menyebabkan kelelahan. Selain itu, bau-bauan yang bersifat polusi udara pada proses produksi bioetanol banyak ditemukan pada fermentor, terutama pada saat pengeluaran drain. Sirkulasi udara yang baik dapat mengatasi masalah polusi dan suhu yang ada pada proses produksi. (Farizi, 2006) Pemeriksaan pada beberapa industri anggur atau minuman beralkohol di Australia menghasilkan ada beberapa bahaya jatuh dari ketinggian terjadi karena tidak ada alat perlindungan ataupun tangga yang sesuai. Bahaya ini terjadi pada proses pencapaian tangki seperti tangki fermentasi, pemasakan dan lain-lain, yang bisa mengakibatkan pekerja jatuh dari ketinggian antara 2-3 meter (Anonim, 2008). I. Peralatan dan Tindakan Penanggulangan Kondisi Darurat atau Bencana Peralatan darurat sangat berguna untuk penanggulangan pada kondisi darurat. Perusahaan harus melakukan identifikasi dan menyediakan peralatan tersebut dalam jumlah yang memadai. Peralatan ini juga harus diuji kelayakannya dalam waktu yang terencana. Contoh peralatan darurat antara lain, sistem alarm, lampu dan tenaga listrik darurat, peralatan pemadam kebakaran, fasilitas komunikasi, tempat perlindungan, hydrant dan stasiun pencuci mata. IKM bioetanol dengan resiko kebakaran dan ledakan, sangat diperlukan peralatan pemadam kebakaran. Selain itu lampu dan tenaga listrik darurat juga diperlukan jika sumber listrik utama padam. Peralatan lain yang dibutuhkan adalah alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Jumlah tenaga kerja pada industri ini di bawah 25 orang, dan tempat kerja yang memungkinkan banyak terjadi kecelakaan maka kotak P3K 29

15 yang digunakan adalah kotak bentuk II. Isi dari kotak P3K bentuk 2 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Peralatan penanggulangan kecelakaan dalam kotak P3K bentuk II. 50 gram kapas putih 100 gram kapas gemuk 3 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 2 rol pembalut gulung 5 cm 2 rol pembalut gulung 7,5 cm 2 pembalut segitiga (mitella) 2 pembalut cepat steril (snelverband) 10 buah kassa steril ukuran 5x5 cm 10 buah kassa steril ukuran7,5x7,5 cm 1 rol plester lebar 1 cm 20 buah plester lebar 1 cm Kotak P3K bentuk II 20 buah plester cepat (misal: tensoplast) 1 bidal 1 gunting pembalut 1 buah sabun 1 dus kertas pembersih 1 pinset 1 lampu senter 1 buku catatan 1 buku pedoman P3K 1 daftar isi kotak P3K Sumber : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Suardi, Agustus 2005 : 75) 30

16 Tabel 4. Obat-obatan dalam kotak P3K bentuk II. Obat-obatan untuk kotak P3K bentuk II Obat pelawan rasa sakit (Antalgin, Acetosai dan lain-lain) Obat sakit perut (Paverin, enterovioform, dan lain-lain) Norit Obat anti alergi Soda kue, garam dapur Merculochrom Obat tetes mata Obat gosok Salep anti histamimka Salep sulfa atau S.A. powder Boor zalif Sofratulle Larutan rivanol 1/ cc Amoniak cair 25% 100cc Sumber : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Suardi, Agustus 2005 : 75) 31

LAMPIRAN 1 DATA ANTHROPOMETRI ORANG INDONESIA MENURUT EKO NURMIANTO

LAMPIRAN 1 DATA ANTHROPOMETRI ORANG INDONESIA MENURUT EKO NURMIANTO LAMPIRAN 1 DATA ANTHROPOMETRI ORANG INDONESIA MENURUT EKO NURMIANTO Tabel Data Anthropometri Tubuh Masyarakat Indonesia L1-1 Gambar Anthropometri Tubuh Manusia L1-2 Tabel Data Anthropometri Telapak Tangan

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH BIOETANOL DI JAMPANGKULON, SUKABUMI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH BIOETANOL DI JAMPANGKULON, SUKABUMI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH BIOETANOL DI JAMPANGKULON, SUKABUMI Oleh Astri Kania Hendrarti F34104117 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah melakukan beberapa perancangan untuk mobil buah keliling, maka dipilih alternatif dari semua perancangan yang paling memenuhi variabel pengujian. Sehinngga

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Bagaimana Antropometri Anak Pada TK Cempaka Data antropometri anak pada TK. Cempaka dapat dilihat pada tabel 4.23. 7.1.2 Fasilitas Fisik Pada Saat Ini

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI BIOETANOL SKALA RUMAH DI SUKABUMI

KUESIONER PENELITIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI BIOETANOL SKALA RUMAH DI SUKABUMI LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA INDUSTRI BIOETANOL SKALA RUMAH DI SUKABUMI Data Responden Nama :.. Usia :.. Berilah tanda silang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir ABSTRAK. Pada bagian proses produksi mochi kacang, pemilik pabrik ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya dengan cara memperbaiki kondisi di pabrik. Pada pabrik mochi ini terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar KUISIONER PENELITIAN No : PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui tingkat penerapan

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi di bidang industri. Salah satu bidang industri itu adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung 4.1.1 Persiapan Bahan Baku Pada pembuatan bioetanol dengan bahan baku sumber pati yakni Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya Pengertian 1. Bahan Beracun dan Berbahaya Adalah semua bahan kimia yang mempunyai efek mengakibatkan kerugian terhadap orang dan lingkungan sekitarnya seperti: korosif, oksidasi, bersifat racun, meledak

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto BIOETHANOL Kelompok 12 Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto PENGERTIAN Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012 BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika,

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam percobaan ini mengunakan metoda spektrometri yang pengukuran secara kuantitatif. Namun percobaan ini tidak jauh berbeda dengan percobaan sebelumnya karena percobaan

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tanaman tebu di Indonesia banyak ditanam oleh para petani kecil baik atas usaha sendiri maupun atas usaha kerjasama dengan pabrik gula atau pabrik gula yang menyewa

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

K3 Konstruksi Bangunan

K3 Konstruksi Bangunan K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan

Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan Kuliah Awal Semester Lab Instruksional Teknik Kimia Keselamatan Kerja, Kesehatan & Perlindungan Lingkungan (K3L) Lab Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan Sadari! Area Labtek X (termasuk Lab Pilot & Bengkel2

Lebih terperinci

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) Gunung Es kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil daripada kerugian

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Modul ke: Hubungan Industrial KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Tujuan K3 2. Macam-Macam Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan

Lebih terperinci

Dasar Manajemen Lingkungan

Dasar Manajemen Lingkungan Dasar Manajemen Lingkungan Setiap kegiatan / usaha manusia dan pembangunan akan menimbulkan perubahan lingkungan hidup sebagai hasil sampingan pembangunan Pembangunan adalah mutlak diperlukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1 2015 No.42,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/5 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Covi-ox T-50 C Penggunaan: antioksidan, dietary supplement, bahan kosmetik Perusahaan: PT BASF Indonesia Plaza GRI,

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11 Proteksi Bahaya Kebakaran Kuliah 11 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Beberapa kebakaran pabrik yang menewaskan pekerja di China dalam 10 th Tahun Tempat Perusahaan Meninggal 1991 Cina Pabrik jas hujan 72

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik saat ini yang ada pada ruangan motion capture adalah: Meja komputer Kursi komputer Pintu ruangan Kondisi fasilitas fisik yang tidak ergonomis

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

#10 MANAJEMEN RISIKO K3 #10 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Selain itu Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Gliserin Mentah

Material Safety Data Sheet. : Gliserin Mentah Material Safety Data Sheet Gliserin Mentah Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Gliserin Mentah Identifikasi Perusahaan : Campuran Gliserin dan Asam Lemak Ester Alamat : Tradeasia

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

Teknologi Pengolahan. Bioetanol Teknologi Pengolahan Djeni Hendra, MSi Bioetanol Pusat Litbang Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yogyakarta, 11 Februari 2016 Outline I Latar

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL Retno Fitri Wulandari 36412165 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis)

Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis) Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis) (Studi Kasus di Unit PRASKA PT.PINDAD Persero Bandung) Hendro Prassetiyo Jurusan

Lebih terperinci

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4 ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Material Safety Data Sheet Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI Penerapan Formulir Prosedur Operasi Standar Risiko Tinggi disarankan untuk proses, eksperimen, atau manipulasi yang mengandung risiko tinggi dan yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Bahan Baku Klasifikasi etanol secara mikrobiologis dipengaruhi oleh bahan bakunya, bahan baku berupa sumber pati prosesnya lebih panjang di banding dengan berbahan

Lebih terperinci

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. Gambar 1. Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas. Bahan

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA 0 KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, material, dan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Alpha-Cypermethrin 100 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Ken-Fas 100 EC Nama Kimia : (S)-α-cyano-3-phenoxy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. Industri menimbulkan polusi udara baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja sehingga

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI 6.1. Uraian Proses Produksi Yang dimaksud dengan industri perkayuan di sini adalah industri yang menggunakan kayu setengah jadi sebagai

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

MSDS (SAVETY DATA SHEET)

MSDS (SAVETY DATA SHEET) MSDS (SAVETY DATA SHEET) ARCA SOLVENT BASE 1. Produk dan nama perusahaan Arca Solvent Base Series Nama perusahaan: PT. RAJAWALI HIYOTO Jl. Industri II / 8 Lewigajah-Cimahi Bandung Tel : 62-22-6032344,

Lebih terperinci

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS) asia, asia panel, pr omat, eterpan, intumex, asia pacific, chi na, fire protec tion, fiber c ement, panel, mor tar, eter nit, eterni t asia panel, Promat, Promatech, Pr omatect Fax: Diterbitkan Tanggal:

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9 Keselamatan Penanganan Bahan Kimia Kuliah 9 Bahan Kimia & Kesehatan Mengetahui apakah suatu gangguan kesehatan berkaitan dengan pekerjaan tidaklah selalu mudah. Jangan mengabaikan pusing-pusing, flu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia dan peningkatan populasi manusia sangat kontradiktif dengan kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Fipronil 50 g/l : Ken-Pronil 50 SC : 5-amino-1-(2, 6-dichloro-4-(trifluoromethyl)phenyl)-4-

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Glyphosate Isopropylammonium 490 g/l : Kenfosat 490 SL : N-(fosfonometil)

Lebih terperinci