BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Pergeseran pemikiran dari shareholder orientation menjadi stakeholder

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Pergeseran pemikiran dari shareholder orientation menjadi stakeholder"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Teori Stakeholder Pergeseran pemikiran dari shareholder orientation menjadi stakeholder orientation merupakan wujud dari perkembangan industrialisasi yang semakin maju. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memperhatikan manfaat bagi stakeholdernya (Terzaghi, 2012). Jones (1995) (dalam Solihin, 2011:2) mengklasifikasikan stakeholder ke dalam dua kategori, yaitu: 1. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang termasuk dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (stockholders), para manajer (managers), dan karyawan (employees). 2. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori outside stakeholders adalah pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah (government),

2 masyarakat lokal (local communities), dan masyarakat secara umum (general public). Gray (1994:53) (dalam Terzaghi, 2012) menyatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Pelaksanaan CSR merupakan salah satu cara untuk mencari dukungan stakeholder Teori Legitimasi Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan (Hadi, 2011:87). O Donovan (2002) (dalam Hadi, 2011:87) berpendapat bahwa legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan sebagai sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat, atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan (2000) dalam Febrina dan Suaryana, 2011). Gray et al. (1996) (dalam Hadi, 2011:88) menyatakan bahwa legitimasi merupakan...a systems-oriented view of organisation and society...permits us to focus on the role of information and disclosure in the relatioship between organisations, the state, individuals and groups. Pendapat lain mengenai

3 legitimasi diungkapkan oleh Degan (2002) (dalam Hadi, 2011:88) yang menyatakan legitimasi sebagai:...a system-oriented perspective, the entity is assumed to influenced by, and in turn to have influence upon, the society in which it operates. Coporate disclosure are considered to represent one important means by witch management can influence external perceptions about organisation. Menurut Pattern (1992) (dalam Hadi, 2011:92) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar legitimasi berjalan efektif, antara lain: 1. Melakukan identifikasi dan komunikasi atau dialog dengan publik 2. Melakukan komunikasi dialog tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsinya tentang perusahaan 3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama terkait dengan masalah tanggung jawab sosial (social responsibility). Berdasarkan uraian sebelumnya, sudah cukup menjelaskan bagaimana legitimasi berperan dalam keberlanjutan suatu perusahaan dimana legitimasi dapat diperoleh melalui aktivitas CSR Definisi dan Konsep Corporate Social Responsibility Wartick dan Cochran (dalam Solihin, 2011:1) menyatakan bahwa sekitar 50 tahun yang lalu, H.R. Bowen berpendapat bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Pendapat H.R. Bowen menunjukkan bahwa konsep CSR sudah ada

4 sejak lama dan sampai saat ini telah melewati berbagai proses perkembangan guna mencapai penyempurnaan pemahaman dalam penerapan CSR. Pada awal perkembangan konsep CSR tahun an dimana Bowen yang mengawali perumusan konsep CSR dan selanjutnya diikuti oleh Keith Davis yang merumuskan tanggung jawab sosial sebagai berikut businessmen s decisions and actions taken for reasons at least partially beyond the firm s direct economic or technical interest (Solihin, 2011:16). Rumusan tersebut menegaskan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan hanya tanggung jawab ekonomi tetapi juga meliputi tanggung jawab sosial, yang selanjutnya rumusan tersebut diperkuat dengan Iron Law of Responsibility dimana Davis menyatakan bahwa social responsibilities of businessmen need to be commensurate with their social power...then the avoidance of social responsibiliy leads to gradual erosion of social power (Solihin, 2011:16). Hadi (2011:51) menyatakan bahwa pemicu adanya konsep tanggung jawab sosial pada tahun 1960an adalah: 1. Tanggung jawab sosial (social responsibility) muncul sebagai respon kesadaran etis dalam berbisnis (business ethic) secara personal pemilik modal (juragan), sehingga tanggung jawab sosial merupakan bentuk sikap derma yang ditujukan pada masyarakat sekitar (Nor Hadi, 2009). 2. Wujud tanggung jawab sosial (social responsibility) bersifat karitatif (charity activity) dan isedental, yang tergantung pada kondisi kesadaran dan keinginan pemodal. Bentuk apa, kapan, dan kepada siapa bantuan diberikan, sangat tergantung pada kemauan sang juragan (Wibisono Yusuf, 2007).

5 3. Tipe kontrak pelaksanaan yang mendasari tanggung jawab sosial (social responsibility) bersifat stewarship principle. Konsep tersebut mendudukkan pelaku bisnis (businessmen) sebagai steward (wali) masyarakat, sehingga perlu mempertimbangkan kepentingan para pemangku kepentingan (Solihin Ismail, 2008). Perkembangan konsep CSR pada tahun an ditandai dengan dibentuknya Committee for Economic Development (CED) yang merupakan gabungan dari kelompok perusahaan terkemuka di Amerika beserta para peneliti yang ahli dibidang CSR. Dalam laporan CED yang berjudul Social Responsibilities of Business Corporations menyatakan bahwa: Today it is clear that the terms of social contract between society and business are, in fact, changing in substantial and important ways. Business is being ask to assume broader responsibilities to society than ever before and to serve a wider range of human values. Business enterprise, in effect, are being asked to contribute more to the quality of American life the just supplying quantities of goods and services (Solihin, 2011:20). Menurut Carrol (1979) (dalam Solihin, 2011:21) komponen-komponen tanggung jawab sosial perusahaan dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Economic responsibilities. Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri atas aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan. 2. Legal reponsibilities. Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan menaati hukum dan peraturan yang berlaku dimana hukum dan peraturan tersebut pada

6 hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif. Sebagai contoh, ketaatan perusahaan dalam membayar pajak, menaati undang-undang tenaga kerja, dan sebagainya merupakan tanggung jawab hukum perusahaan. 3. Ethical responsibilities. Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Menurut Eipstein (1989: ), etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai sebuah isu dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Melalui pilihan nilai tersebut, individu atau organisasi akan memberikan penilaian apakah sesuatu yang dilakukan itu benar atau salah, adil atau tidak, serta memiliki kegunaan (utilitas) atau tidak. 4. Discretionary responsibilities. Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat filantropis. Perkembangan konsep CSR pada tahun 1990an sampai saat ini, dimulai pada tahun 1987 dengan diperkenalkannya konsep pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam laporan berjudul Our Common Future oleh The World Commission on Environment and Development atau yang lebih dikenal dengan The Brundtland Comission yang mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai berikut: sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs

7 (Solihin, 2011:27). Konsep selanjutnya dikenal dengan The Triple Bottom Line yang dikemukakan oleh John Eklington pada tahun 1997 yang mengakui bahwa: Jika perusahaan ingin sustain maka perlu memperhatikan 3P, yaitu bukan cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people), dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Hadi, 2011:56). The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan CSR sebagai: Business s contribution to sustainable development and that corporate behavior must not only ensure returns to shareholders, wages to employees, and products and services to consumers, but they must respond to societal and environmental concerns and value (Solihin, 2011:28). Definisi lain oleh The World Business Council for Sustainable Development atau yang dikenal dengan Business Action for Sustainable Development menyatakan bahwa CSR adalah The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life the workforce and their families as well as of the local community and society at large (Solihin, 2011:28). Crowther David (2008) (dalam Hadi, 2011:59) merumuskan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial sebagai berikut: 1. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan

8 2. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan 3. Transparency, merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR merupakan upaya perusahaan dalam mewujudkan konsep Triple Bottom Line dimana dinyatakan jika suatu usaha ingin berkelanjutan harus memperhatikan tiga aspek yaitu profit, people (masyarakat), dan planet (lingkungan). Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 15 ayat (2b) telah dijelaskan bahwa Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengungkapan CSR dilaporkan dalam laporan tahunan dan atau dapat juga dilaporkan terpisah dalam laporan berkelanjutan (sustainability reporting). Pengungkapan CSR bukan hanya merupakan pengungkapan sukarela melainkan sebagai bentuk kepatuhan terhadap regulasi pemerintah seperti yang tertera dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 66 ayat 2(c) yang dijelaskan bahwa laporan tahunan harus memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kerangka pelaporan GRI merupakan salah satu pedoman yang digunakan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan. Global Reporting Initiative (GRI) adalah lembaga yang mempromosikan standar yang diciptakan untuk memberi arahan bagi perusahaan-perusahaan dalam menerbitkan laporan

9 keberlanjutan atau tanggung jawab sosialnya ( GRI telah didirikan sejak tahun 1997 yang dipelopori oleh United Nations Environment Program. Kerangka pelaporan GRI memuat 79 item pengungkapan yang terdiri dari 9 indikator kinerja ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan, 14 indikator kinerja praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, 9 indikator kinerja hak asasi manusia, 8 indikator kinerja masyarakat, dan 9 indikator kinerja tanggung jawab produk Return on Asset (ROA) Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap nilai total aset, serta mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional atas nilai aset yang dimiliki. Semakin tinggi nilai ROA, semakin baik kinerja perusahaan. Menurut Almilia et al. (2011), ada hubungan positif antara ROA dengan tingkat pengungkapan. Hubungan positif ini mengindikasikan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan indikator pengelolaan manajemen perusahaan yang baik sehingga manajemen akan cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi ketika ada peningkatan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin meningkat kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas tanggung jawab sosial sehingga semakin luas pengungkapan CSR.

10 2.1.6 Ukuran Perusahaan Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dapat lebih bertahan daripada perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil, karena semakin besar entitas, semakin besar pula sumber daya yang dimiliki entitas tersebut (Kamil dan Herusetya, 2012). Semakin besar sumber daya yang dimilki suatu perusahaan semakin luas pengungkapan tanggung jawab sosial yang harus dilakukan. Ukuran perusahaan sering diproksikan dari nilai total aset seperti penelitian Kamil dan Herusetya (2012), Almilia et al. (2011), Putra et al. (2011), Sudana dan Arlindania (2011), Novita dan Djakman (2008), sedangkan pada penelitian Anggraini (2006) memproksi ukuran perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar. Pada penelitian ini ukuran perusahaan diproksi dengan jumlah tenaga kerja seperti pada penelitian Pasaribu (2011), Yuliana et al. (2008), dan Sembiring (2005) dengan alasan bahwa perusahaan dengan jumlah sumber daya manusia atau tenaga kerja yang besar akan semakin rentan memperoleh tekanan atas tuntutan tanggung jawab sosial yang belum dipenuhi oleh perusahaan yang pada akhirnya mendorong perusahaan untuk lebih luas lagi dalam pengungkapan CSR demi keberlanjutan perusahaan Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) ISRA telah diselenggarakan sejak tahun 2005 oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR). National Center for Sustainability Reporting (NCSR) adalah organisasi independen yang mengembangkan dan mempromosikan laporan CSR atau laporan keberlanjutan (Sustainability Report) di Indonesia ( NCSR dideklarasikan pada tanggal 23 Juni 2005 oleh 5 (lima)

11 organisasi independen terkemuka yaitu Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM), Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Asosisasi Emiten Indonesia (AEI), dan Indonesia Netherlands Association (INA) (Almilia et al., 2011). Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri ( NCSR mendefinisikan tujuan ISRA sebagai berikut: 1. Memberikan pengakuan terhadap organisasi-organisasi yang melaporkan dan mempublikasikan informasi mengenai lingkungan, sosial, dan informasi keberlanjutan terintegrasi 2. Mendukung pelaporan di bidang lingkungan, sosial, dan keberlanjutan 3. Meningkatkan akuntabilitas perusahaan dengan menekankan tanggungjawab terhadap pemangku kepentingan utama (key stakeholders) 4. Meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap transparansi dan pengungkapan Profil Perusahaan Profil perusahaan lebih dikenal dengan sebutan high profile atau low profile. Perusahaan yang termasuk high profile seringkali mendapat sorotan dari masyarakat karena kegiatan operasionalnya yang relatif lebih berdampak terhadap lingkungan. Adanya sorotan dari masyarakat akan mendorong perusahaan untuk lebih luas dalam pengungkapan CSR guna mendapatkan legitimasi masyarakat

12 demi keberlanjutan usaha. Perusahaan yang termasuk high profile bergerak dalam bidang perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi, dan pariwisata (Hasibuan, 2001; Henny dan Murtanto, 2001; Utomo, 2000; Hackston dan Milne, 1996; dalam Sembiring, 2005). Berbeda halnya dengan perusahaan low profile yang dikelompokkan dalam bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga (Sembiring, 2005) Kategori Perusahaan Kategori perusahaan dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan yang termasuk BUMN dan yang non BUMN. BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) dijelaskan tentang tujuan dari didirikannya BUMN bukan hanya mencari keuntungan tetapi juga turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Bentuk penerapan CSR untuk perusahaan BUMN juga telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER- 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Pengungkapan CSR oleh perusahaan BUMN bukan hanya sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial tetapi juga menunjukkan kepatuhan terhadap regulasi pemerintah yang telah ditetapkan

13 sebelumnya. Untuk perusahaan non BUMN dapat mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dalam Pasal 74 ayat (1) dijelaskan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan Nilai Perusahaan Nilai perusahaaan merupakan wujud atas kinerja suatu perusahaan. Kinerja perusahaan yang dimaksudkan bukan hanya kinerja ekonomi tetapi juga termasuk kinerja sosial dan lingkungan. Semakin tinggi kinerja perusahaan semakin baik nilai suatu perusahaan. Menurut Samuel (2000) (dalam Nurlela dan Islahuddin, 2008), enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan yang diproksi dengan Tobin s Q tidak hanya sebatas menunjukkan nilai pasar ekuitas tetapi juga menunjukkan nilai buku atas total ekuitas dan total hutang. Pengungkapan CSR diharapkan dapat membentuk citra positif bagi perusahaan yang kemudian dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan.

14 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian Almilia et al. (2011) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial dan dampaknya terhadap kinerja keuangan dan ukuran perusahaan, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian terdiri dari 47 perusahaan penerima ISRA dan yang tidak menerima ISRA. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial diproksi dengan ROA, ROE, dan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan diproksi dengan total aset. Penelitian Almilia et al. (2011) menggunakan metode regresi logistik dan uji beda, pada hipotesis pertama terbukti bahwa ROA dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR, sedangkan ROE tidak berpengaruh signifikan. Pada hipotesis kedua dan ketiga terbukti bahwa ROA atau ROE penerima ISRA tidak lebih tinggi daripada ROA atau ROE perusahaan yang tidak menerima ISRA, sedangkan ukuran perusahaan penerima ISRA lebih tinggi daripada ukuran perusahaan yang tidak menerima ISRA. 2. Penelitian Yuliana et al. (2008) tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan dampaknya terhadap reaksi investor, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian terdiri dari 116 perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada penelitian Yuliana et al. (2008) hanya variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan profile yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Ukuran

15 perusahaan diproksi dengan jumlah tenaga kerja dan total aset, sedangkan profitabilitas diproksi dengan ROA dan ROE. Penelitian Yuliana et al. (2008) menggunakan metode Partial Least Square dan membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan profile berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. 3. Penelitian Kamil dan Herusetya (2012) tentang pengaruh karakteristik perusahan terhadap luas pengungkapan kegiatan corporate social responsibility, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian terdiri dari 41 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pada penelitian Kamil dan Herusetya (2012) hanya variabel profitabilitas yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Profitabilitas diproksi dengan ROA. Penelitian Kamil dan Herusetya (2012) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa profitabilitas tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 4. Penelitian Putra et al. (2011) tentang pengaruh size, profitabilitas, leverage, kepemilikan dalam negeri, dan kepemilikan asing terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian terdiri dari 72 perusahaan yang terdaftar di BEI kecuali bank dan lembaga keuangan. Pada penelitian Putra et al. (2011) hanya variabel profitabilitas yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Profitabilitas diproksi dengan ROA. Penelitian Putra et al. (2011) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

16 5. Penelitian Pasaribu et al. (2011) tentang karakteristik perusahaan dan komitmen berpengaruh terhadap corporate social responsibility, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian ini terdiri dari 80 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pada penelitian Pasaribu et al. (2011) hanya variabel ukuran perusahaan yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Ukuran perusahaan diproksi dengan jumlah tenaga kerja dan total aset. Penelitian Pasaribu et al. (2011) menggunakan metode Partial Least Square dan membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. 6. Penelitian Sembiring (2005) tentang karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Sampel penelitian terdiri dari 78 perusahaan yang terdaftar di BEI yang tercantum dalam ICMD Pada penelitian Sembiring (2005) hanya variabel ukuran perusahaan dan profile yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Ukuran perusahaan diproksi dengan jumlah tenaga kerja. Penelitian Sembiring (2005) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan profile berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. 7. Penelitian Terzaghi (2012) tentang pengaruh earning management dan mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian ini terdiri dari 89 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pada penelitian Terzaghi (2012) hanya variabel profile yang

17 digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Penelitian Terzaghi (2012) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa profile berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. 8. Penelitian Anggraini (2006) tentang pengungkapan informasi sosial dan faktorfaktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan, dengan periode penelitian tahun Pada penelitian Anggraini (2006) hanya variabel tipe industri (profile) yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Penelitian Anggraini (2006) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa tipe industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. 9. Penelitian Novita dan Djakman (2008) tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian terdiri dari 107 perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada penelitian Novita dan Djakman (2008) hanya variabel tipe industri (profile) dan kategori perusahaan (BUMN/non BUMN) yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Penelitian Novita dan Djakman (2008) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa tipe industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR, sedangkan kategori perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

18 10. Penelitian Rakhmawati dan Syafruddin (2011) tentang pengaruh struktur kepemilikan, tipe industri, ukuran perusahaan, perusahaan BUMN dan non BUMN terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR Disclosure) pada perusahaan di BEI tahun Sampel penelitian terdiri dari 82 perusahaan. Pada penelitian Rakhmawati dan Syafruddin (2011) hanya variabel kategori perusahaan (perusahaan BUMN/non BUMN) yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Penelitian Rakhmawati dan Syafruddin (2011) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa kategori perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. 11. Penelitian Murwaningsari (2009) tentang hubungan corporate governance, corporate social responsibilities, dan corporate financial performance, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian terdiri dari 126 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pada penelitian Murwaningsari (2009) hanya variabel jenis industri (profile) dan kinerja perusahaan yang digunakan sebagai acuan dengan penelitian sekarang. Kinerja perusahaan diproksi dengan Tobin s Q. Penelitian Murwaningsari (2009) menggunakan metode Path Analysis dan membuktikan bahwa jenis industri tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 12. Penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan prosentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating, dengan periode penelitian tahun Sampel penelitian terdiri dari 41 perusahaan yang terdaftar di BEI kecuali

19 perusahaan sektor keuangan dan asuransi. Nilai perusahaan diproksi dengan Tobin s Q. Penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) menggunakan metode regresi berganda dan membuktikan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 13. Penelitian Susliyanti (2007) tentang keterkaitan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja dan nilai perusahaan. Nilai perusahaan diproksi dengan Tobin s Q. Penelitian Susliyanti (2007) menggunakan metode uji t dan Spearman s Rank correlation membuktikan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan sampel 22 perusahaan yang terdaftar di BEJ (pada tahun ) dan terdapat dalam pengumuman PROPER (pada tahun ), sedangkan hasil uji t dan Spearman s Rank correlation dengan sampel perusahaan manufaktur, prasarana, dan jasa yang diseleksi dari sampel sebelumnya membuktikan bahwa CSR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoritis yang sudah diuraikan sebelumnya, penelitian ini dibedakan menjadi dua model. Model pertama menguji pengaruh ROA, ukuran perusahaan, penganugerahan ISRA, profil perusahaan, dan kategori perusahaan terhadap pengungkapan CSR. Model kedua menguji pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan.

20 Variabel Independen ROA Ukuran Perusahaan Variabel Dependen Penganugerahan ISRA Corporate Social Responsibility Profil Perusahaan Kategori Perusahaan Gambar 1 Rerangka Pemikiran Model 1 Variabel Independen Corporate Social Responsibility Variabel Dependen Nilai Perusahaan Gambar 2 Rerangka Pemikiran Model 2

21 2.3 Perumusan Hipotesis Pengaruh ROA Terhadap Pengungkapan CSR Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap nilai total aset, serta mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional atas nilai aset yang dimiliki. Menurut Almilia et al. (2011), ada hubungan positif antara ROA dengan tingkat pengungkapan. Hubungan positif ini mengindikasikan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan indikator pengelolaan manajemen perusahaan yang baik sehingga manajemen akan cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi ketika ada peningkatan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin meningkat kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas tanggung jawab sosial sehingga semakin luas pengungkapan CSR. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Almilia et al. (2011) dan Putra et al. (2011) yang membuktikan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Adapun penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil berlawanan yaitu penelitian Yuliana et al. (2008), Kamil dan Herusetya (2012) yang membuktikan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis pertama yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: H1: ROA berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR

22 2.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR Menurut Kamil dan Herusetya (2012), perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dapat lebih bertahan daripada perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil, karena semakin besar entitas semakin besar pula sumber daya yang dimiliki entitas tersebut. Perusahaan dengan sumber daya manusia yang besar akan rentan disoroti terhadap tuntutan tanggung jawab sosial yang belum dipenuhi oleh perusahaan yang pada akhirnya mendorong perusahaan untuk lebih luas lagi dalam pengungkapan CSR demi keberlanjutan perusahaan. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan tenaga kerja dalam penelitian Pasaribu (2011) dan Sembiring (2005) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Adapun penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil berlawanan yaitu penelitian Yuliana et al. (2008) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis kedua yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: H2: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR Pengaruh Penganugerahan ISRA Terhadap Pengungkapan CSR Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri (

23 id.org). Salah satu tujuan dari adanya ISRA adalah untuk memberikan pengakuan terhadap perusahaan yang telah mempublikasikan pelaksanaan tanggungjawab sosial yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan menjadi lebih baik. Pada penelitian Almilia et al. (2011) menunjukkan dua hasil penelitian yang berbeda yaitu pada ukuran perusahaan penerima ISRA terbukti lebih tinggi daripada ukuran perusahaan yang tidak menerima ISRA, sedangkan pada ROA atau ROE penerima ISRA terbukti tidak lebih tinggi daripada ROA atau ROE perusahaan yang tidak menerima ISRA. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis ketiga yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: H3: Penganugerahan ISRA berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR Pengaruh Profil Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR Profil perusahaan dibedakan menjadi high profile dan low profile. Perusahaan yang termasuk high profile bergerak dalam bidang perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi, dan pariwisata (Hasibuan, 2001; Henny dan Murtanto, 2001; Utomo, 2000; Hackston dan Milne, 1996; dalam Sembiring, 2005). Berbeda halnya dengan perusahaan low profile yang dikelompokkan dalam bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga (Sembiring, 2005). Perusahaan yang termasuk high profile akan

24 cenderung mengungkapkan tanggung jawab sosial yang lebih luas karena aktivitasnya yang lebih rentan bersinggungan dengan lingkungan, terbukti dalam penelitian Terzaghi (2012), Anggraini (2006), Sembiring (2005), Novita dan Djakman (2008), dan Yuliana et al. (2008) yang membuktikan bahwa profil perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Adapun penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil berlawanan yaitu penelitian Murwaningsari (2009) yang membuktikan bahwa profil perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis keempat yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: H4: Profil Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR Pengaruh Kategori Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR Kategori perusahaan dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan yang termasuk BUMN dan yang tidak termasuk BUMN. Perusahaan perseroan terbatas dapat dikategorikan menjadi BUMN jika seluruh atau minimal 51 % sahamnya dimiliki oleh negara. Adapun regulasi pemerintah yang terkait dengan pengungkapan CSR untuk perusahaan BUMN terdapat dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007. Dengan adanya regulasi pemerintah tersebut, perusahaan BUMN diharapkan dapat meningkatkan luasnya pengungkapan CSR sebagai wujud kepatuhan terhadap regulasi tersebut dan sebagai bentuk percontohan untuk perusahaan non BUMN. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Rakhmawati dan Syafruddin (2011) yang membuktikan bahwa kategori perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

25 pengungkapan CSR. Adapun penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil berlawanan yaitu penelitian Novita dan Djakman (2008) yang membuktikan bahwa kategori perusahaan (BUMN atau non BUMN) tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis kelima yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: H5: Kategori Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan CSR merupakan upaya perusahaan dalam mewujudkan konsep Triple Bottom Line dimana dinyatakan jika suatu usaha ingin berkelanjutan harus memperhatikan tiga aspek yaitu profit, people (masyarakat), dan planet (lingkungan). Selain itu, pelaksanaan CSR juga merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan legitimasi masyarakat demi keberlanjutan perusahaan seperti pendapat Hadi (2011:87) yang menyatakan bahwa legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Pada saat ini, investor tidak hanya menilai kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan atau bagaimana perusahaan memperoleh laba melainkan menilai laporan tahunan secara keseluruhan yang didalamnya juga memuat laporan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, pengungkapan CSR diharapkan dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan seperti pada penelitian Murwaningsih (2009) yang membuktikan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sebaliknya, penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008)

26 membuktikan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sementara, penelitian Susliyanti (2007) menunjukkan dua hasil yang berbeda, pada model pertama membuktikan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan pada model kedua membuktikan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan tetapi arah hubungannya negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis keenam yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: H6: Pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, DAN DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, DAN DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, DAN DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Feni Indah Yuliana kotakpesansaya@gmail.com Wahidahwati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejalan dengan semakin berkembangnya industrialisasi yang selanjutnya juga turut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejalan dengan semakin berkembangnya industrialisasi yang selanjutnya juga turut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban masyarakat yang semakin tahun semakin meningkat mendorong perubahan pola pikir masyarakat untuk dapat hidup dengan lebih baik. Hal tersebut, sejalan

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Perkembangan CSR (1) Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-3 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai lingkungan di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri, terlebih lagi mengenai dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, dimana menurut pendekatan teori akuntansi tradisional,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal Pengungkapan sustainability report bertujuan untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis dimana informasi non keuangan juga perlu untuk diungkapkan. Pada awalnya bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sustainability Reporting (Sakina, 2014). Meskipun telah didukung oleh peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Sustainability Reporting (Sakina, 2014). Meskipun telah didukung oleh peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya waktu dan semakin beragamnya kebutuhan akan informasi, stakeholder menginginkan tranparansi perusahaan yang lebih baik lagi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak, elektronik maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) akan terjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu isu menarik dalam dunia bisnis dan pasar modal adalah mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement). Isu pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini tuntutan publik terhadap perusahaan semakin besar, perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desember Owen (2005) mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Desember Owen (2005) mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi perusahaan, pelaporan berkelanjutan bisa dijadikan sebagai alat untuk meyakinkan pemegang saham (investor) dan calon investor. Hal ini diakibatkan mulai berkurangnya

Lebih terperinci

stakeholders dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu stakeholders primer (pelanggan, pemasok, pemodal, dan karyawan) dan stakeholders sekunder

stakeholders dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu stakeholders primer (pelanggan, pemasok, pemodal, dan karyawan) dan stakeholders sekunder BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Stakeholders atau pemangku kepentingan merupakan pihak yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tujuan perusahaan (Freeman and McVea,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Stakeholders merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, sebab tanpa stakeholders suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1970an, yang secara umum dikenal dengan teori stakeholder artinya sebagi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1970an, yang secara umum dikenal dengan teori stakeholder artinya sebagi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia usaha. Agar perusahaan dapat lebih bersaing, maka harus lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) masih kurang popular dikalangan pelaku usaha nasional, karena masih banyak perusahaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan sosial. Dari segi ekonomi, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan yang dibangun pada dasarnya memiliki tujuan dan salah satu hal yang menjadi tujuan tersebut adalah efektivitas kinerja perusahaan. Keefektifan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholders).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai bidangnya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan, perusahaan tidak hanya berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan. Menurut Daud dan Abrar (2008) kelompok inilah yang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan. Menurut Daud dan Abrar (2008) kelompok inilah yang menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Stakeholder Stakeholder dapat diartikan sebagai pemangku kepentingan dalam hal ini orang atau kelompok yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas dengan harapan memperoleh return yang optimal. Bagi investor dan calon

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas dengan harapan memperoleh return yang optimal. Bagi investor dan calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu Negara. Hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Corporate Social Responsibility. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Corporate Social Responsibility. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori 2.1.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility Definisi dari Corporate Social Responsibility telah dikemukakan oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urian Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memerhatikan dua aspek penting selain keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memerhatikan dua aspek penting selain keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah untuk menghasilkan laba dan pertumbuhan usaha. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, perusahaan dituntut untuk memerhatikan dua aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Signaling Theory Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk mepertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya pada tempat yang memiliki sisi profitable yang aman dan pasti.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya pada tempat yang memiliki sisi profitable yang aman dan pasti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang pebisnis dan investor khususnya sangat membutuhkan informasi tentang kondisi perusahaan tempat ia akan menginvestasikan dananya, karena sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Teori Stakeholder Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan dunia usaha semakin kompetitif karena semakin

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan keuntungan atau laba. Hal ini dikarenakan karena laba merupakan syarat perusahaan dapat terus hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian media. Namun, tentunya media tidak bisa meliput setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian media. Namun, tentunya media tidak bisa meliput setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media merupakan salah satu pemangku kepentingan dalam perusahaan. Keberadaan media tentu membawa dampak bagi perusahaan, baik yang bersifat positif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan interrelasi antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang sangat menarik dan semakin banyak dibahas di dunia maupun Indonesia, baik di media cetak dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social responsibility, antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi mempunyai peran penting dalam pengungkapan sukarela laporan keuangan perusahaan. Teori legitimasi sangat erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Ghozali dan Chariri (2007:409) menyatakan bahwa dalam Stakeholder Theory Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak tahun 2005 oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR). ISRA adalah penghargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran investor yang melakukan transaksi di lantai bursa. Investasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. peran investor yang melakukan transaksi di lantai bursa. Investasi yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia pasar modal saat ini tidak dapat dipisahkan dari peran investor yang melakukan transaksi di lantai bursa. Investasi yang dilakukan oleh investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak memberikan kontribusi positif kepada aspek sosial dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak memberikan kontribusi positif kepada aspek sosial dan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai corporate social responsibility yang selanjutnya bisa disingkat CSR semakin berkembang pesat seiring banyak fakta yang terjadi dimana perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan perkembangan perusahaan. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap masyarakat ataupun lingkungan di sekitarnya. Dampak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholders Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kesadaran suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial sudah semakin membaik. Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup popular di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Banyak perusahaan yang mulai antusias dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kerja, serta kerusakan hutan dan lingkungan (Sembiring, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya perusahaan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Dengan adanya perusahaan membuka lapangan pekerjaan dan menyediakan barang dan

Lebih terperinci