UNSUR-UNSUR KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN. Oleh: Rudi M. Rizki,, S.H., LL.M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNSUR-UNSUR KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN. Oleh: Rudi M. Rizki,, S.H., LL.M"

Transkripsi

1 UNSUR-UNSUR KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN Oleh: Rudi M. Rizki,, S.H., LL.M Makalah ini disampaikan dalam Training Hukum HAM untuk Dosen Pengajar Hukum HAM di Fakultas Hukum Negeri dan Swasta di Indonesia, diselenggarakan oleh PUSHAM UII dan Norwegian Center for Human Rights (NCHR) Di Yogyakarta, September 2005

2 Kejahatan thdp Kemanusiaan (Ps. 9 UU 26/2000) salah satu perbuatan yg dilakukan sbg bagian dr serangan yg meluas / sistematis yg diketahuinya bhw serangan tsb ditujukan secara langsung thdp pddk sipil, berupa: pembunuhan pemusnahan perbudakan deportasi pencabutan kebebasan sewenang-wenang penyiksaan pemerkosaan / kejahatan seksual lainnya penganiayaan / persekusi / penindasan penghilangan paksa apartheid

3 Pengantar Petersburg Declaration 1868: crimes against humanity Hague Convention 1907: laws of humanity dsr perlindungan kombatan & penduduk sipil Pembunuhan thdp WN Turki keturunan Armenia 1915: crimes against humanity and civilization intervensi humaniter Negara harus bertanggung jawab atas KTK yg dilakukan negara thdp warganegaranya.

4 IMT : kejahatan perang KTK KTK: pembunuhan, pemusanahan, perbudakan, deportasi perbuatan tdk manusiawi lainnya yg dilakukan thdp pddk sipil, dilakukan sebelum / ketika perang berlangsung. Meliputi persekusi thdp pddk sipil yg didasarkan pd alasan2 politik, rasial/ agama (Art. 6 London Charter ) Nuremberg principles: pertanggungjawaban pidana secara individual 1954 UN Code of Offences Against The Peace and Security of Mankind

5 Pertanggungjawaban individu dalam Prinsip Nuremberg : Setiap orang yg melakukan kejahatan int l bertgjwb atas perbuatannya & harus dihukum. Jika hk nasional tdk mengatur tdk berarti pelaku bebas Jabatan Kepala Negara / Pejabat Pemerintah tidak membebaskannya dr tg jwb menurut HI No superior order principle. Setiap orang yg didakwa melakukan kejahatan internasional mempunyai hak atas fair trial

6 Kejahatan menurut hukum internasional : kejahatan terhadap perdamaian; kejahatan perang KTK : pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, deportasi dan perbuatan yg tidak berperikemanusiaan thdp penduduk sipil/ persekusi berdasarkan alasan politik, ras, agama, Keterlibatan (complicity) dlm pelaksanaan KTK = kejahatan menurut hukum internasional.

7 UU 26/2000 Pasal 1 (4) : Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, baik sipil, militer, maupun polisi yang bertanggungjawab secara individual Prinsip yurisdiksi universal: no safe haven hostis humanis generis ICC : Most serious crimes: Genosida Kejahatan Perang Kejahatan terhadap Kemanusiaan

8 UNSUR-UNSUR KTK salah satu perbuatan Setiap tindakan yg disebutkan dlm Ps 9 adalah KTK. Tidak disyaratkan hrs lebih dr satu tindak pidana (mis : pembunuhan & perkosaan) yang dilakukan sebagai bagian dari serangan Tindakan harus mrpkn bagian dari serangan

9 serangan Tidak harus : merupakan serangan militer / yg melibatkan kekuatan militer, menggunakan kekuatan bersenjata atau pasukan2 dgn kekerasan terjadi krn balas dendam sbg akibat dr permusuhan bersenjata berhubungan dgn sengketa bersenjata Termasuk kampanye / operasi yg ditujukan thdp pddk sipil Perbuatan berganda (muliple acts): bukan perbuatan tunggal/tersendiri / acak (random)

10 meluas atau sistematik Yang membedakan dr kejahatan biasa shg menjadikannya sbg kejahatan internasional tdk mensyaratkan bhw setiap unsur kejahatan yg dilakukan harus selalu meluas / sistematis. Jika terjadi pembunuhan, perkosaan dan pemukulan, setiap kejahatan itu tidak perlu harus meluas / sistematis, jika kesatuan dari tindakantindakan di atas sudah memenuhi unsur meluas atau sistematis.

11 meluas Jumlah korban Perbuatan yg: massive, sering (frequent), berulang-ulang skala besar, Dilakukan secara kolektif dgn considerable seriousness sistematik Adanya pola atau rencana mengenai cara2 yg akan dilakukan mencerminkan suatu pola / metode tertentu yg diorganisir secara menyeluruh & menggunakan pola yg tetap Unsur meluas atau sistematis tdk hrs dibuktikan keduanya.

12 Akayesu meluas sebagai : a. tindakan massive, b. berulang-ulang, c. berskala besar, d. dilakukan secara kolektif dgn dampak serius e. diarahkan thdp sejumlah besar korban (multiplicity of victim) sistematis sebagai: a. diorganisasikan dgn baik b. mengikuti pola tertentu yg terus menerus c. berdasarkan kebijakan yg melibatkan sumberdaya publik / privat yg substansial meskipun bkn mrpkn kebijakan Neg sec formal

13 Rencana tidak harus dinyatakan tegas / terang terangan Indikasi adanya rencana (Blaskic) Latar blk politik & historis atas kejahatan yg dilakukan Latar belakang organsatoris & institusional Propaganda media Mobilisasi angkatan bersenjata Serangan militer yg berulang & terkoordinasi Hubungan hirarki antara: militer - struktur politik - program politiknya. Perubahan komposisi etnis penduduk Aturan2 yg diskriminatif Skala tindak kekerasan, khususnya pembunuhan dan kekerasan fisik lainnya, perkosaan, penahanan sewenangwenang, deportasi dan pengusiran / perusakan benda2 non-militer, khususnya benda2 suci

14 Utk membuktikan sebagai bagian dr serangan meluas / sistematis thdp penduduk sipil : adanya keterkaitan antara tindakan pelaku dgn serangan keterkaitan tergantung pd situasi setiap kasus. Mis: ada kesamaan antara tindakan pelaku dgn penyerangan ; keadaan ketika serangan terjadi dgn keadaan ketika pelaku melakukan tindak pidana ; kedekatan waktu & tempat tindak pidana dilakukan dengan serangan Harus ditujukan kepada penduduk sipil, tidak berati semua penduduk suatu negara, entitas / wilayah harus menjadi sasaran serangan. penduduk sipil : semua org yg tdk ikut sec aktif dlm permusuhan, yg bkn lagi pihak peserta tempur, hors de combat karena sakit, terluka, ditawan / karena alasan lain

15 Penjelasan Psl 9 UU 26/2000: serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil adalah suatu rangkaian perbuatan yg dilakukan thdp penduduk sipil sebagai kelanjutan kebijakan penguasa atau kebijakan yg berhubungan dengan organisasi. directed : ditujukan Serangan yg dilakukan oleh sekelompok orang thdp tempat2 kesatuan / polisi, bukan KTK

16 yang diketahuinya bhw serangan tsb Pelaku hrs melakukan dgn memiliki pengetahuan ttg luasnya / sistematiknya serangan. Pengetahuan dpt bersifat aktual / konstruktif Tdk hrs mengetahui: keseluruhan serangan dgn rinci bhw perbuatannya itu tidak manusiawi atau menimbulkan KTK

17 pembunuhan ILC: sudah dilarang dlm hukum semua negara Sesuai KUHP Psl 338 / 340 Akayesu : pembunuhan thdp manusia secara tdk sah dan sengaja dgn unsur2: korbannya mati; kematiannya disebabkan krn perbuatan tdk sah / krn pembiaran dr pelaku / bawahannya Pd waktu kejadian, pelaku / bawahannya mengetahui bhw perbuatan thdp fisik korban dpt menyebabkan kematian, tidak perlu menunjukan telah menimbulkan kematian / tidak.

18 Celebici: sama dgn grave breaches dlm Konvensi Jenewa, dgn syarat adanya niat pelaku utk membunuh / menimbulkan luka serius thdp korban

19 pemusnahan Unsur2nya : 1. Pelaku membunuh (bagian dr pembunuhan massal suatu kel) 2. Menimbulkan kondisi kehdpn yg menyebabkan kehancuran suatu kel. Sama dgn Konvensi Genosida tp bkn thdp protected group sbgmn halnya genosida

20 Karateristik brdsrkan praktek int l : Pembunuhan dlm skala yg besar, menimbulkan korban yg banyak dan memenuhi persyaratan pembunuhan dlm Psl. 9a Penghancuran massal Termasuk situasi ketika sekelompok orang dgn karakteristik yg berbeda terbunuh Pelaku tdk perlu mengetahui siapa korbannya, bisa meliputi klp politik, klp sosial tertentu, dll. Psl 9 (b) UU 26/2000 : pemusnahan menimbulkan penderitaan dgn sengaja a.l : Menghambat pemasokkan barang dan obatobatan yg dpt menimbulkan pemusnahan penduduk

21 perbudakan Unsur : pelaku menggunakan kekuasaan apapun yg melekat atas hak kepemilikan trhdp seorg/lbh, contoh: a. membeli, menjual, meminjamkan, atau mempertukarkan org b. Mengambil keuntungan dr mereka atas tecabutnya kebebasan mereka Perbudakan dlm arti luas, tmsk praktek2 yg menyerupai perbudakan (perhambaan, buruh paksa, traficking) Slavery Convention 1926: status / kondisi dimana seseorang berada di bwh status pemilikan orang lain

22 Servitude: semua bentuk dominasi / perendahan martabat seseorg oleh org lain, tmsk praktek2 menyerupai perbudakan Buruh paksa: semua pekerjaan/jasa yg diperoleh dr seseorg yg dibawah ancaman/sbg hukuman, dmn org ybs tdk mempunyai kerelaan utk melakukannya (ILO) ILC: memberikan status/memperlakukan seseorg sbg budak / pekerja paksa, bertetangan dgn HI

23 Pengusiran / pemindahan penduduk secara paksa (deportasi paksa) Pengusiran (deportation): pemindahan paksa dari satu neg ke neg lain Pemindahan penduduk sec paksa: pemindahan paksa penduduk dr satu daerah ke daerah lain dlm satu negara. paksa (forced): segala bentuk tekanan yg membuat mereka meninggalkan tempat asalnya.

24 perampasan kemerdekaan / kebebasan fisik lain sec. sewenang-wenang yg melanggar hukum internasional Perampasan kebebasan / pemenjaraan / penahanan se-wenang2 yg dilarang dlm instrumen HAM & HHI Non-derogable rights Perampasan kemerdekaan Jika tdk ada dasar hukum seseorg tetap ditahan setelah menjalani hukuman / diberi amnesti Tidak sesuai dgn hak atas peradilan yg adil Jika kondisinya menunjukan adanya penyiksaan / perlakuan kejam, tdk manusiawi & merendahkan martabat.

25 ketentuan pokok hukum internasional Treaty custom general principles Standard minimum: Hak utk bebas dr penahanan se-wenang2 Hak atas fair trial : i.e Akses kpd pengadilan Bersalah / tidak hrs ditentukan pengadilan Membebaskan jika terbukti tdk bersalah Pengadilan yg kompeten & tdk berpihak

26 penyiksaan Unsurnya: a. Pelaku membuat korban mengalami rasa sakit yg mendalam (severe) baik fisik/mental a. Korban berada dlm tahanan/di bwh kontrol pelaku b. Bukan akibat dr penghukuman yg sah Non derogable rights

27 Definisi sama dgn Konvensi Anti Penyiksaan: perbuatan sengaja rasa sakit / penderitaan yg hebat jasmani / rohani dilakukan oleh/ hasutan /persetujuan / sepengetahuan aparat tujuan: info / pengakuan / hukuman / ancaman, diskriminasi tdk trmsk rasa sakit dr penghukuman sah

28 perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran paksa, kehamilan paksa, sterilisasi paksa / bentuk2 kekerasan seksual lainnya Definisi: dimasukannya setiap benda, trmsk (dan tidak terbatas) pd penis, thdp vagina / anus korban dlm kondisi kekerasan, pemaksaan / tekanan, atau dimasukannya penis ke dalam mulut korban dlm kondisi kekerasan atau pemaksaan. serangan thdp fisik seseorang dlm bentuk seksual thdp seseorang dlm keadaan yg memaksa (Akayeshu, ICTR) non-consensual intercourse dapat melibatkan pemasukan benda dan atau penggunaan lubang2 pd tubuh manusia yg bukan utk sesuatu yg seksual.

29 Delalic & Furundzija: unsur2 obyektif perkosaan : penetrasi seksual walaupun ringan; thdp vagina / anus korban oleh penis pelaku / benda lain yg digunakan pelaku; atau thdp mulut korban oleh penis pelaku dengan tekanan, kekerasan / ancaman thdp korban / orang ketiga.

30 Akayeshu : kondisi memaksa / menekan (coercive) tdk perlu dibuktikan dgn diperlihatkannya kekuatan fisik ancaman, intimidasi, pemaksaan dan bentuk-bentuk penekanan lainnya dimana korban dlm ketakutan / keputusasaan dpt menunjukan adanya penekanan keadaan menekan biasanya terjadi pd situasi2 tertentu spt adnya konflik bersenjata / kehadiran militer

31 perbudakan seksual lain dr perbudakan. dianggap sbg bentuk seksual : akibat dr perbudakan ini tdk hanya mrpkn pembatasan seseorang / kebebasan bergerak, tetapi juga pelanggaran atas hak seseorang untuk menentukan aktivitas seksualnya. perbudakan seksual meliputi situasi dimana perempuan mengalami kawin paksa, ditempatkan sebagai hamba / sebagai buruh paksa (forced labour) yg pd akhirnya melibatkan pemaksaan seksual, tmsk perkosaan oleh pelakunya.

32 Pelapor Khusus WG Bentuk2 Kontemporer Perbudakan: semua praktek penahanan perempuan pd kamp2 perkosaan, comfort station, kawin paksa / kawin sementara dgn tentara, dan praktek2 yg menganggap perempuan sebagai benda bergerak, merupakan bentuk2 perbudakan yg dilarang berdasarkan norma hukum yg memaksa (peremptory norms).

33 pelacuran paksa : utk mencakup situasi yg bkn mrpkn perbudakan, ttp utk situasi dimana seseorang terpaksa melakukan aktivitas seksual guna memperoleh suatu kebutuhan hidupnya (mis: makanan) / utk menghindari suatu kerusakan / kerugian yg lebih besar lagi. pelacuran paksa tdk sama dgn perkosaan krn sulit utk memenuhi unsur paksaan, tekanan /ancaman kekerasan sebagaimana diintepretasikan kasus Akayeshu

34 penghamilan paksa. paksa menunjukan bhw penghamilan itu dilakuan dgn melibatkan kekerasan / paksaan, tmsk penggunaan ancaman kekerasan. Segala bentuk kekerasan menghilangkan kerelaan (consent) korban utk menjadi hamil tidak mensyaratkan korban hrs berada dlm tahanan / di bawah kekuasaan pelaku. namun dpt juga melibatkan perkosaan atau tmsk bentuk lain dr kekerasan seksual yang kekejiannya setara.

35 Kekerasan seksual memp arti yg lebih luas, bukan perkosaan saja. Statuta ICC bentuk lain dr kekerasan seksual yg kekejiannya setara, mencakup setiap tindak kekerasan yg dilakukan utk maksud seksual / dgn sasaran seksualitas. Akayeshu: kekerasan seksual, termasuk perkosaan: setiap perbuatan bersifat seksual yg dilakukan thp seseorang yg berada di bawah tekanan. Kekerasan seksual tdk terbatas pd serangan fisik thdp badan manusia tp dpt mencakup perbuatan yg tdk mengandung penetrasi / bahkan kontak fisik.

36 Kekerasan seksual mencakup serangan fisik & psikis yg ditujukan thdp seseorang yg brersifat seksual. Furundzija: kekerasan seksual menurut aturan hk pidana int l tdk hanya perkosaan saja, ttp meliputi setiap serangan seksual yg serius yg tdk cukup dgn adanya penetrasi aktual saja, tp mencakup semua serangan yg serius yg sifatnya seksual yg dilakukan thdp integritas fisik & moral seseorang dgn cara2 yg mengandung paksaan, ancaman kekerasan / intimidasi shg merendahkan & menghina martabat korban.

37 sterilisasi paksa diilhami percobaan medis yg terjadi di kamp-kamp konsentrasi PD II, dilakukan thdp tawanan perang / penduduk sipil. Sterilisasi tanpa persetujuan korban dapat dinyatakan sebagai kejahatan genosida apabila dilakukan dgn maksud utk menghancurkan / memusnahkan suatu kelompok tertentu baik secara keseluruhan atau sebagian. Dalam artian genosida: sterilisasi paksa termasuk ke dalam mengenakan tindakan2 yg dimaksudkan utk mencegah kehamilan dlm suatu kelompok

38 penganiayaan penganiayaan bukan dlm pengertian KUHP tapi persecution (persekusi) dpt berupa setiap perbuatan pelanggaran HAM yg lain yg tdk tercantum dlm KTK Unsurnya : a. Pelaku mencabut hak2 fundamental korban dgn kejam b. Korban dijadikan target dgn alasan identitas yg didasarkan pd politik, ras, kebangsaan, atnis, budaya, agama, gender, dll c. Tindakan tsb berkaitan dgn Statuta Roma psl 7(1)/kejahatan lain dlm jurisdiksi Mahkamah

39 orang2 / kelompok tertentu secara berulangulang / konstan hak-hak dasarnya disangkal / ditolak kelompok / perkumpulan tertentu didasari persamaan paham, politik, ras, kebangsaan, agama, jenis kelamin / alasan2 lain Kelompok / kolektivitas hrs identifiable / tdk sama dgn klp pelaku

40 alasan Nuremberg: dgn alasan politik, ras, agama Tokyo: agama Draft Code 1945: sosial, politik, agama, budaya ICTR: politik, ras, agama, bangsa, etnis ICTR: Maksud diskriminatif (ICTY Tadic) SC: politis, ras, bagsa, etnis, budaya, agama, jenis kelamin alasan lain yang diakui secara universal International Standards: UDHR & ICCPR

41 penghilangan orang secara paksa Deklarasi PBB ttg Penghilangan Paksa 1992 Praktek sistematik kejahatan ini mrpkn bentuk dr KTK seseorang ditangkap, ditahan / diculik berlawanan dgn kehendaknya / dicabut kebebasannya oleh pejabat resmi dr cabang / tingkatan tertentu dr Pemerintah / oleh kelompok tergorganisir / oleh perorangan yg bertindak atas nama / dgn dukungan (langsung / tdk langsung), dgn izin / pengetahuan Pemerintah, yg diikuti dgn perahasiaan ttg nasib dan keberadaan korban / dgn penolakan ttg pencabutan kebebasannya, shg ybs berada di luar jangkauan perlindungan hukum

42 Pencabutan kebebasan dgn: Penangkapan Penahanan Penculikan; atau Cara2 lain Partisipasi Negara / Organisasi Politik : Semula: hrs melibatkan agen negara / atas izin / sepengetahuan agen negara Diperluas : penangkapan, penahanan / penculikan oleh atau dgn otorisasi, dukungan / pengetahuan dari.. suatu organisasi politik Maksud: untuk menjauhkan korban dr perlindungan hukum Penolakan memberitahukan ttg pencabutan kebebasannya / ttg keberadaannya.

43 apartheid pemisahan ras yg kaku dlm bid perumahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, pekerjaan, dlm setiap kehidupan publik & swasta dlm prakteknya melibatkan pelanggaran HAM yg meluas & sistematik Konvensi Apartheid: apartheid merupakan KTK Protokol I Konvensi Jenewa: praktek apartheid & perlakuan tdk manusiawi & merendahkan martabat yg melibatkan penyerangan thdp martabat pribadi, yg didasari diskrimnasi ras merupakan pelanggaran berat thdp instumen ini praktek & kebijakan pemisahan & diskriminasi ras sbgmn yg di Afrika Selatan

44

UNSUR-UNSUR KEJAHATAN GENOSIDA

UNSUR-UNSUR KEJAHATAN GENOSIDA UNSUR-UNSUR KEJAHATAN GENOSIDA Oleh: Rudi M. Rizki Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia,

Lebih terperinci

Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di

Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di UU HAM & PENGADILAN HAM Rudi Rizki Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia, diselenggarakan

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR TANGGUNG JAWAB KOMANDAN. Rudi M. Rizki, S.H., LL.M

UNSUR-UNSUR TANGGUNG JAWAB KOMANDAN. Rudi M. Rizki, S.H., LL.M UNSUR-UNSUR TANGGUNG JAWAB KOMANDAN Rudi M. Rizki, S.H., LL.M Makalah ini disampaikan dalam Training Hukum HAM untuk Dosen Pengajar Hukum HAM di Fakultas Hukum Negeri dan Swasta di Indonesia, diselenggarakan

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

perkebunan kelapa sawit di Indonesia Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA: BEBERAPA CATATAN

HAK ASASI MANUSIA: BEBERAPA CATATAN HAK ASASI MANUSIA: BEBERAPA CATATAN Oleh: Rudi Rizki Disampaikan pada Training Hukum HAM untuk Dosen Pengajar Hukum HAM di Fakultas Hukum Negeri dan Swasta di Indonesia, diselenggarakan oleh PUSHAM UII

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR S TANGGUNG GJAWAB A KOMANDAN

UNSUR-UNSUR S TANGGUNG GJAWAB A KOMANDAN UNSUR-UNSUR S TANGGUNG GJAWAB A KOMANDAN A Oleh: Rudi M. Rizki Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta

Lebih terperinci

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-6 INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI HAM Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Universal Declaration of Human Rights, 1948; Convention on

Lebih terperinci

Oleh: Rudi Rizki. Disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional tentang Perumusan Kurikulum

Oleh: Rudi Rizki. Disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional tentang Perumusan Kurikulum HUKUM HAK ASASI MANUSIA : GARIS BESAR PERKULIAHAN Oleh: Rudi Rizki Disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional tentang Perumusan Kurikulum Pengajaran HAM di Fakultas Hukum Pada Perguruan Tinggi Negeri

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAM YANG BERAT. Muchamad Ali Safa at

PELANGGARAN HAM YANG BERAT. Muchamad Ali Safa at PELANGGARAN HAM YANG BERAT Muchamad Ali Safa at PELANGGARAN HAM setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..? PERLINDUNGAN KOMBATAN Pasal 1 HR Kombatan..? Distinction principle Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Dipimpin seorang yang bertanggungjawab atas bawahannya Mempunyai lambang yang dapat

Lebih terperinci

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005 HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN KEJAHATAN PERANG Dipresentasikan oleh : Fadillah Agus Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan

Lebih terperinci

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

Lebih terperinci

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional Ifdhal Kasim Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Instrumen yang Diratifikasi

Lebih terperinci

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Singgasana Hotel Surabaya, 10 13 Oktober 2011 MAKALAH Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

Pengertian Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Pengertian Kejahatan Terhadap Kemanusiaan PENDAPAT HUKUM (.DISSENTING OPINION ) I. Pendahuluan 1. Mengingat sidang permusyawaratan Majelis Hakim tidak dapat dicapai mufakat bulat sebagaimana diatur di dalam pasal 19 ayat ( 5 ) Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KEJAHATAN KEMANUSIAAN SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KEJAHATAN KEMANUSIAAN SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KEJAHATAN KEMANUSIAAN SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Pengertian Kejahatan Kemanusiaan Kejahatan terhadap kemanusiaan pertama kali muncul

Lebih terperinci

Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis

Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis Indriaswati Dyah Saptaningrum Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Konvensi Menentang penyiksaan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION )

PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION ) PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION ) I. Pendahuluan 1. Mengingat sidang permusyawaratan Majelis Hakim tidak dapat dicapai mufakat bulat sebagaimana diatur di dalam pasal 19 ayat ( 5 ) Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS Di dunia ini Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan status sosial yang berbeda dalam masyarakat mereka, dan Komisi diharuskan untuk memahami bagaimana hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat

Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat Kovenan Hak Sipil & Politik Ifdhal Kasim Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat Studi HAM UII,

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

KONVENSI PENYIKSAAN & HUKUM INDONESIA

KONVENSI PENYIKSAAN & HUKUM INDONESIA KONVENSI PENYIKSAAN & HUKUM INDONESIA By: Rudi Rizki Disampaikan ik pada Seminar dan Lokakarya k Nasional tentang Perumusan Kurikulum Pengajaran HAM di Fakultas Hukum Pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta

Lebih terperinci

Bentuk Kekerasan Seksual

Bentuk Kekerasan Seksual Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan 1 Desain oleh Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun (2001-2012), sedikitnya ada 35 perempuan

Lebih terperinci

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM Mengapa Instrumen Internasional? Anak berhak atas perawatan dan bantuan khusus; Keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta Ifdhal Kasim

Lebih terperinci

Ifdhal Kasim. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Ifdhal Kasim. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Hak Sipil il & Politik: Sebuah Sketsa Ifdhal Kasim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Disampaikan ik pada PELATIHAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK JEJARING KOMISI YUDISIAL RI, diselenggarakan oleh Puham UII, bekerjasama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN: SEBUAH RESOURCE BOOK UNTUK PRAKTISI

HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN: SEBUAH RESOURCE BOOK UNTUK PRAKTISI BUKU II HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN : SEBUAH RESOURCE BOOK UNTUK PRAKTISI i ii : SEBUAH RESOURCE BOOK UNTUK PRAKTISI BUKU II HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN PEREMPUAN KOMNAS PEREMPUAN 2006

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PENANGANAN PELANGGARAN BERAT HAM

BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PENANGANAN PELANGGARAN BERAT HAM 73 BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PENANGANAN PELANGGARAN BERAT HAM A. Analisis Penanganan Pelanggaran Berat HAM menurut Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2000 Sebagaimana telah disinggung pada pembahasan

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap

Lebih terperinci

Makalah WORKSHOP PENYUSUNAN SILABUS & SAP MATA KULIAH HUKUM HAK ASASI MANUSIA. HAM di Indonesia: Beberapa Catatan.

Makalah WORKSHOP PENYUSUNAN SILABUS & SAP MATA KULIAH HUKUM HAK ASASI MANUSIA. HAM di Indonesia: Beberapa Catatan. Makalah WORKSHOP PENYUSUNAN SILABUS & SAP MATA KULIAH HUKUM HAK ASASI MANUSIA Yogyakarta, 10 11 Maret 2009 HAM di Indonesia: Beberapa Catatan Oleh: Rudi Rizki HAM di Indonesia: Beberapa Catatan Rudi Rizki

Lebih terperinci

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan Bentuk 1 Desain oleh : Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun (2001-2012), sedikitnya ada 35 perempuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH. Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa. Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI)

MAKALAH. Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa. Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI) PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Jogjakarta Plaza Hotel, 26-30 September 2011 MAKALAH Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI) Ifdhal Kasim Komisi Nasional

Lebih terperinci

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Disetujut dan diusulkan untuk penandatanganan dan ratiftkasi atau aksesi dengan resolusi Majelis Umum 260 A (HI), 9 December 1948 Negara-negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XII (DUA BELAS) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAM

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XII (DUA BELAS) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAM JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAM A. Substansi Hak Asasi Manusia dalam Pancasila Salah satu karakteristik hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia

MAKALAH. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Singgasana Hotel Surabaya, 10 13 Oktober 2011 MAKALAH Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT MENURUT UU NO.26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAM O L E H :

KAJIAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT MENURUT UU NO.26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAM O L E H : KARYA ILMIAH KAJIAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT MENURUT UU NO.26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAM O L E H : DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. : 19580724 1987031003 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk. Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H.

Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk. Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H. Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H. VISI DAN MISI Visi Terwujudnya perlindungan saksi dan korban dalam sistem peradilan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud

Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud 15 Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Adapun jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat, sebagai berikut: 1. Kejahatan Genosida

Lebih terperinci

Sumber Hk.

Sumber Hk. Sumber Hk 2 Protokol Tambahan 1977 ( PT 1977 ) : merupakan tambahan dan pelengkap atas 4 Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 ( KJ 1949 ) PT I/1977 berkaitan dengan perlindungan korban sengketa bersenjata internasional

Lebih terperinci

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA MAKALAH HAK ASASI MANUSIA Dosen Pembimbing : Muhammad Idris, MM Disusun Oleh : 11.12.6007 Vincensius Septian Satriyaji 11.12.6007 Kelompok Sosial STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur atas

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Glosarium

Daftar Pustaka. Glosarium Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA HAK ASASI MANUSIA YANG PALING SERIUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA HAK ASASI MANUSIA YANG PALING SERIUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 20 Des 2010 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA HAK ASASI MANUSIA YANG PALING SERIUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PERTEMUAN KE 3 OLEH : TRIYONO, SS. MM STTNAS YOGYAKARTA HAK ASASI MANUSIA (4 Pilar Konsep HAM Universal) Hak Pribadi : hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA PENGERTIAN

HAK ASASI MANUSIA PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd PENGERTIAN Human rights could be generally defines as those right which area inherent in our natural and without we can not live as human being. HAM adalah hak-hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan sebagai negara yang berdasarkan atas kekuasaan ( machtsstaat). Tidak ada institusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA RUU KUHP KOMISI III DPR-RI DENGAN INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS (ICRC)

LAPORAN SINGKAT RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA RUU KUHP KOMISI III DPR-RI DENGAN INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS (ICRC) LAPORAN SINGKAT RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA RUU KUHP KOMISI III DPR-RI DENGAN INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS (ICRC) --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

MAKALAH. Hak Asasi Manusia & Kelompok Rentan. Oleh: Mahrus Ali, S.H., M.H.

MAKALAH. Hak Asasi Manusia & Kelompok Rentan. Oleh: Mahrus Ali, S.H., M.H. TRAINING OF TRAINER (TOT) PENGEMBANGAN PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA BAGI GADIK SATUAN PENDIDIKAN POLRI Hotel Jogjakarta Plaza, 21 24 Maret 2016 MAKALAH Hak Asasi Manusia & Kelompok Rentan Oleh: Mahrus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Seri Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Rudi. M Rizki, SH, LLM Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh: Laras Astuti

PENEGAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh: Laras Astuti PENEGAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Laras Astuti Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: larasastuti@law.umy.ac.id Abstrak Hak Asasi

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

Lebih terperinci

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumen-instrumen

Lebih terperinci

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar 1. Menguraikan tentang konsep dan

Lebih terperinci

TRAINING HAK ASASI MANUSIA BAGI PENGAJAR HUKUM DAN HAM. Makassar, 3-6 Agustus 2010 MAKALAH HAK ANAK. Oleh: Mohammad Farid

TRAINING HAK ASASI MANUSIA BAGI PENGAJAR HUKUM DAN HAM. Makassar, 3-6 Agustus 2010 MAKALAH HAK ANAK. Oleh: Mohammad Farid TRAINING HAK ASASI MANUSIA BAGI PENGAJAR HUKUM DAN HAM Makassar, 3-6 Agustus 2010 MAKALAH HAK ANAK Oleh: Mohammad Farid HAK ANAK Mohammad Farid Hak Anak dlm Hukum Internasional 1. Hukum Perburuhan 2. Hukum

Lebih terperinci

STATUTA ROMA MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL

STATUTA ROMA MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL STATUTA ROMA STATUTA ROMA MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL Disahkan oleh Konferensi Diplomatik Perserikatan Bangsa-Bangsa Duta Besar Berkuasa Penuh tentang Pembentukan Mahkamah Pidana Internasional pada tanggal

Lebih terperinci

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL AD HOC IMT NUREMBERG IMT TOKYO ICTY ICTR SIERRA LEONE CAMBODIA TIMOR TIMUR / INDONESIA IMT - NUREMBERG NOVEMBER 1945 SEPTEMBER 1946 22 TERDAKWA

Lebih terperinci

INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL NUREMBERG

INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL NUREMBERG PENGADILAN HAM A. INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL (IMT) NUREMBERG B. INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL FOR THE FAR EAST (IMTFE TOKYO C. INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE PROSECUTION OF PERSONS RESPONSIBLE FOR

Lebih terperinci

j K ika amu korban Perkosaan

j K ika amu korban Perkosaan j K ika amu korban Perkosaan 1 Desain oleh : Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Perkosaan Serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan memakai peniske arah vagina,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan definisi dan pengertian rule of law 2.

Lebih terperinci

DALAM YUDISIAL OF JUDICIAL CONDUCT Oleh: Rudi M Rizki

DALAM YUDISIAL OF JUDICIAL CONDUCT Oleh: Rudi M Rizki ASPEK HAK ASASI MANUSIA DALAM YUDISIAL THE BANGALORE PRINCIPLES OF JUDICIAL CONDUCT 2002 Oleh: Rudi M Rizki Disampaikan ik pada PELATIHAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK JEJARING KOMISI YUDISIAL RI, diselenggarakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi

Lebih terperinci

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan Ifdhal Kasim Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) A. Pengantar 1. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc untuk Timor Timur tingkat pertama telah berakhir.

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PELANGGARAN HAM PADA KEJAHATAN KEMANUSIAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PELANGGARAN HAM PADA KEJAHATAN KEMANUSIAAN BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PELANGGARAN HAM PADA KEJAHATAN KEMANUSIAAN A. Pengertian HAM Dewasa ini, pembahasan mengenai HAM sangat gencar disuarakan dimana-mana. HAM tidak hanya diatur dalam perarturan

Lebih terperinci

Konstruksi Tindak Pidana Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia * Agung Yudhawiranata

Konstruksi Tindak Pidana Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia * Agung Yudhawiranata Konstruksi Tindak Pidana Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia * Agung Yudhawiranata Pendahuluan Bagian ini akan menjelaskan tentang konsep pelanggaran berat menurut hukum internasional dan dalam wacana

Lebih terperinci

Tentang Pengadilan HAM Internasional 1

Tentang Pengadilan HAM Internasional 1 Tentang Pengadilan HAM Internasional 1 Agung Yudhawiranata, S.IP., LL.M. 2 Pengantar Statuta dan praktek pengadilan Tokyo, Nuremberg, ICTY, ICTR, dan Statuta Roma adalah sumber hukum internasional terpenting

Lebih terperinci

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

Wajib Lapor Tindak KDRT 1 Wajib Lapor Tindak KDRT 1 Rita Serena Kolibonso. S.H., LL.M. Pengantar Dalam beberapa periode, pertanyaan tentang kewajiban lapor dugaan tindak pidana memang sering diangkat oleh kalangan profesi khususnya

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Your Page Name Internet Web Broser Pendidikan Kearganegaraan Kelompok 8 Search Your Page Name Internet Web Broser Standar Kompetensi 2. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan

Lebih terperinci

PRODUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA TENTANG HAK ASASI MANUSIA

PRODUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA TENTANG HAK ASASI MANUSIA TRAINING PENGARUSUTAMAAN PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA BAGI HAKIM SELURUH INDONESIA 0Bali, 17 20 Juni 2013 1MAKALAH PRODUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Oleh Rumadi Peneliti Senior the WAHID Institute Disampaikan dalam Kursus HAM untuk Pengacara Angkatan XVII, oleh ELSAM ; Kelas Khusus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur suatu Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur suatu Sistem II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur suatu Sistem aturan-aturan dalam moral, agama dan hukum. Sistem aturan-aturan ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA ATAU TIDAK DENGAN SUKARELA. Lembar Fakta No. 6. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA ATAU TIDAK DENGAN SUKARELA. Lembar Fakta No. 6. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA ATAU TIDAK DENGAN SUKARELA Lembar Fakta No. 6 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia 1 Beberapa orang datang. Mereka memaksa masuk ke dalam kediaman suatu keluarga, baik

Lebih terperinci

HAK SIPIL DAN POLITIK

HAK SIPIL DAN POLITIK HAK SIPIL DAN POLITIK Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-8 FH Unsri LATAR HISTORIS Dirumuskan di bawah pengaruh konteks internasional ketika itu, yakni Perang Dingin; Dirumuskan dalam satu kovenan atau

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA DALAM KUHP DAN UU RI NO 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

STUDI KOMPARASI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA DALAM KUHP DAN UU RI NO 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG STUDI KOMPARASI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA DALAM KUHP DAN UU RI NO 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016 HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016 Keterangan tertulis Komnas HAM di hadapan MK, 2 Mei 2007 Kesimpulan: Konstitusi Indonesia atau UUD 1945, secara tegas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau

Lebih terperinci