Bab III. Implementasi Robot Kendali Jarak Jauh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III. Implementasi Robot Kendali Jarak Jauh"

Transkripsi

1 Bab III. Implementasi Robot Kendali Jarak Jauh III.1. Disain Global Diagram blok dari sistem robot kendali jarak jauh yang dikembangkan dalam tugas akhir ini diperlihatkan dalam Gambar III.1 berikut. Personal Computer Radio TV Receiver Wireless Camera Driver motor Parallel port RF Transmitter RF Receiver Microcontroller Sensor Micro SW Gambar III.1 Diagram blok sistem robot kendali jarak jauh. Mikrokontroller pada robot memberi sinyal pada driver motor berdasarkan data dari penerima RF (RF receiver) dan kondisi sensor micro switch. Gambar yang ditangkap oleh kamera robot dikirim ke pengontrol pusat (komputer beserta radio TV receiver dan pengirim/transmitter RF). Komputer, baik secara otomatis maupun perintah dari operator sesuai interpretasi gambar yang diterima, mengirim perintah gerak ke pengirim RF melalui port parallel yang akan diterima oleh penerima RF. III.2. Rangka Robot Rangka robot menggunakan enam roda dengan tipe kemudi differential drive, diperlihatkan dalam Gambar III.2. Roda penopang Roda utama gap (a) Gambar III.2 Disain rangka robot, (a), dan foto rangka robot,. 15

2 Roda penggerak utama ialah dua roda besar yang berada di tengah, sedangkan empat roda kecil lain di depan dan di belakang digunakan untuk penopang saja (free wheel, tidak bermotor). Permukaan bawah roda utama diturunkan sedikit dari permukaan bawah roda penopang untuk memastikan roda utama menghasilkan traksi 4 optimal, yakni agar roda utama menopang sebagian besar berat robot, dan untuk memperbesar sudut elevasi yang bisa didaki oleh robot. Sudut elevasi ini sama dengan sudut garis singgung roda utama dengan roda penopang yang terangkat, seperti pada Gambar III.3 berikut. θ Gambar III.3 Sudut garis singgung antara roda utama dengan roda penopang yang terangkat sama dengan sudut elevasi yang dapat didaki robot. III.3. Pengontrol Pusat Pengontrol pusat dapat bervariasi tergantung dari fungsi yang akan dikerjakan, apakah mode manual atau otomatis. Walaupun begitu, konfigurasi hardwarenya tetap, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar III.4 berikut. TV Tuner Card Radio TV Receiver CPU (processing) Monitor Port parallel Transmitter Gambar III.4 Konfigurasi hardware pengontrol pusat. Pada sub bab ini hanya akan dijelaskan fungsi pengontrol pusat sebagai pengontrol manual, pengontrolan otomatis akan dijelaskan pada Bab III.7 Sistem Kamera dan Contoh 4 Traksi ialah jumlah dorongan maksimum yang dapat diberikan pada roda sebelum mengalami slip. Traksi didefinisikan sebagai perkalian antara berat yang menekan roda (umumnya 25% dari berat kendaraan) dengan koefisien gesekan, yang bergantung pada bahan ban dan permukaan jalan [16]. 16

3 Aplikasi Robot Vision Sederhana. Gambar III.5 berikut memperlihatkan antarmuka software pengontrol manual. (a) Gambar III.5 Tampilan antarmuka kendali manual (a) dan tampilan dari kamera robot. Pengaksesan port parallel menggunakan dynamic link library inpout32.dll yang mengandung fungsi inp32 (alamatport) untuk mengambil data dari port parallel dengan alamat alamatport dan fungsi out32 (alamatport, data) untuk mengirim data data ke port parallel dengan alamat alamatport. Kaki-kaki pada parallel port yang digunakan ialah sebagai berikut D4 D3 D2 D1 D0 TE Data 4-bit Data yang dikirim untuk tiap instruksi ialah sebagai berikut, ditunjukkan dalam Tabel III.1. Tabel III.1 Data yang dikirim untuk tiap instruksi. Instruksi Data 4-bit Maju 0x01 Kiri1step 0x02 Kanan1step 0x03 Mundur 0x04 Stop motor 0x05 Maju1step 0x06 Kiri 0x07 Kanan 0x08 Mundur1step 0x09 Kamera up 0x0A Kamera down 0x0B Kamera stop 0x0C 17

4 Untuk mengirim satu instruksi, digunakan perintah berikut. Out Val("&H" + Str(alamatport)), data + 16 Out Val("&H" + Str(alamatport)), data Tunda (100) Out Val("&H" + Str(alamatport)), data + 16 Perintah tersebut akan memicu pengiriman data karena pin TE diberi logika 1-ke-0. Pengambilan gambar dari kamera melalui TV tuner dijelaskan pada sub sub bab Bab III.7.a Sistem Kamera. III.4. Sistem Telemetri Radio dan Pengontrol Skematik global sistem telemetri radio dan pengontrol diperlihatkan pada Gambar III.6 berikut. Transmitter Receiver Valid transmission Transmit enable Port parallel 4-bit uc AT89S52 Driver motor DC (kamera dan roda) Sensor micro switch Gambar III.6 Skematik global sistem telemetri dan pengontrol. a. Sistem Telemetri Radio Pemancar/transmitter dan penerima/receiver menggunakan modul TLP434 dan RLP434, diperlihatkan dalam Gambar III.7, buatan Laipac Technology Inc, Canada. Modul tersebut menggunakan modulasi ASK (amplitude shift keying) dengan frekuensi carrier MHz ( MHz) [12]. Agar penerima tidak mengeksekusi data yang diterima dari gelombang radio lain dengan frekuensi carrier yang sama, maka sinyal yang dikirim pemancar diberi alamat tertentu, yakni sinyal terdiri dari 8 bit alamat dan 4 bit data. Proses pemberian alamat ini dilakukan oleh IC encoder HT12E dan selektor alamat oleh IC decoder HT12D dari Holtek Semicondictor Inc., Taiwan mm 13.5 mm 1 4 (a) Gambar III.7 1 : VCC 2 : GND 3 : RF Output 4 : Code Input 43.5 mm 10.5 mm Modul pemancar TLP434, (a); dan modul penerima RLP434,. 1 : GND 2 : Digital Output 3 : Linear Output 4 : VCC 5 : VCC 6 : GND 7 : GND 8 : Antenna 18

5 Kaki-kaki IC encoder HT12E dan decoder HT12D untuk kemasan PDIP diperlihatkan dalam Gambar III.8 dan deskripsi tiap kaki pada kedua IC tersebut diberikan dalam Tabel III.2. Gambar III.8 (a) Kaki-kaki IC encoder HT12E, (a); dan kaki-kaki IC decoder HT12D. Tabel III.2 Deskripsi kaki-kaki IC encoder HT12E dan decoder HT12D. Pin HT12E HT12D Deskripsi A0 A7 Kaki input untuk pengesetan alamat 8-bit. AD8 AD11 Kaki input untuk data 4-bit. D8 D11 Kaki output untuk data 4-bit. DOUT Output data serial encoder. TE Transmission enable, active low. Kaki DOUT mengeluarkan data serial ketika kaki TE diberi logika 0 atau transisi 1-ke-0. DIN Kaki input data serial. VT Valid transmission, active high. Berlogika 1 ketika data dinyatakan valid, dan akan berlogika 0 jika kode alamat tidak sesuai atau tidak ada sinyal yang diterima. OSC1 OSC2 Kaki input osilator. Kaki output osilator. VSS Catu daya negatif atau ground. VDD Catu daya positif. Dengan demikian, rangkaian untuk pemancar dan pemancar ialah sebagai berikut, ditunjukkan dalam Gambar III.9. 19

6 (a) Gambar III.9 Skematik untuk pemancar, (a); dan penerima,. Antenna yang digunakan ialah antenna whip, dibuat dari kabel tunggal dengan panjang ialah ½ panjang gelombang carrier c m/s 2 λ 6-1 panjang antenna = = = = m 2 f s Data 4-bit pada pemancar diberikan oleh port parallel dan kaki TE dipicu transisi 1-ke-0 oleh kaki Data 4 port parallel. Sedangkan data 4-bit yang diterima penerima diteruskan ke mikrokontroller untuk diolah. Tiap kali data diterima, dan dinyatakan valid oleh decoder, kaki VT menghasilkan transisi 0-ke-1. Dengan bantuan gerbang NOT yang dibuat dari transistor NPN, transisi ini diubah menjadi 1-ke-0 dan memicu terjadinya interupsi eksternal melalui kaki INT0 pada mikrokontroller AT89S52. Agar tidak terjadi salah baca, frekuensi osilator encoder perlu disesuaikan dengan frekuensi osilator decoder, yakni f (decoder) 50 f (encoder) [17,18]. Frekuensi OSC osilator ini dipengaruhi oleh hambatan resistor pada OSC1 dan OSC2 dan tegangan catu daya pada antara VCC dan GND, diperlihatkan dalam Gambar III.10. Pada sistem yang dibangun, tegangan catu daya ialah 5V, dengan pertimbangan ketersediaan nilai hambatan resistor di pasaran, maka dipilih hambatan resistor pada encoder sebesar 820 kω ± 5% dan OSC 20

7 decoder sebesar 43 kω ± 5% yang menghasilkan frekuensi osilator encoder sebesar 3.50 khz dan decoder sebesar 175 khz. Selain itu, pemilihan nilai frekuensi osilator pada nilai tengah daerah kerja encoder/decoder ialah karena jika frekuensi osilator terlalu kecil maka jangkauan pemancar akan membesar tetapi laju pengiriman data melambat, sedangkan jika frekuensi osilator terlalu besar maka laju pengiriman data makin cepat tetapi jangkauan pemancar akan mengecil [19]. (a) Gambar III.10 Kurva frekuensi osilasi terhadap tegangan catu daya untuk encoder HT12E, (a); dan decoder HT12D,. [17,18] 21

8 Data yang dikirim oleh encoder memiliki komposisi sebagai berikut, ditunjukkan dalam Gambar III.11(a), yakni terdiri dari 1/3 bit sinkronisasi + 8-bit periode alamat + 4-bit periode data yang menghabiskan 1 siklus + 8 bit 3 siklus/bit + 4 bit 3 siklus/bit = 37 siklus. Lama satu siklus dalam sistem yang dibangun ialah 1/3.50 khz = milidetik. Sehingga 1 word menghabiskan waktu 37 siklus mdet/siklus = milidetik. Jika pin TE dilowkan selama kurang dari waktu untuk 1 word, maka encoder akan mengirim 4 word sebanyak satu kali, sedangkan jika pin TE dilowkan terus maka encoder akan mengirim word terus menerus sampai pin TE dihighkan kembali. (a) (c) Gambar III.11 Komposisi informasi untuk 1 word, (a); bentuk gelombang alamat/data, ; dan pewaktuan transmisi, (c); untuk encoder HT12E. [17] b. Pengontrol Pengontrol menggunakan mikrokontroller AT89S52, digunakan untuk menerjemahkan data yang diterima penerima menjadi gerakan roda utama dan kamera, serta menghindarkan robot dari tabrakan. Gambar III.12 memperlihatkan skematik dari pengontrol. 22

9 Gambar III.12 Skematik pengontrol. Output kaki VT (valid transmission) dari penerima dimasukan ke gerbang NOT sebelum masuk ke kakai INT0 karena ketika transmisi dinyatakan valid, maka VT berubah dari logika 0 ke 1 [18], agar terjadi interupsi eksternal maka digunakan gerbang NOT untuk mengubah transisi menjadi 1-ke-0. Untuk mendeteksi tabrakan, yakni tabrakan pada bagian depan dan belakang ataupun karena kamera terangkat terlalu tinggi atau terlalu rendah, digunakan micro switch sebagai sensor sentuhan. Gambar III.13 memperlihatkan bentuk fisik micro switch dan fungsi tiap kakinya. C NO NC (a) Gambar III.13 Bentuk fisik micro switch (a) dan fungsi kaki-kakinya. Ketika micro switch tidak ditekan maka kaki C terhubung ke NO, ketika ditekan maka kaki C terhubung ke NC; yakni saklar SPDT. Gambar III.14 memperlihatkan pemasangan sensor micro switch pada mobile robot. 23

10 atas belakang kamera bawah depan : sensor micro switch (a) (c) (d) Gambar III.14 Koneksi sensor micro switch pada robot (a), pemasangan sensor micro switch pada kamera, pada bagian depan (c), dan pada bagian belakang (d) robot. Kaki C (common) pada micro switch dihubungkan sebagai output sensor tersebut, kaki NO (normaly open) dihubungkan ke GND, dan kaki NC (normaly closed) dihubungkan ke pull-up resistor, lihat Gambar III.12. Sehingga ketika tidak ada satupun dari sensor micro switch yang tertekan, maka input pada gerbang AND-4-input ialah 1 semua. Jika satu saja sensor micro switch tertekan sehingga logika keluaran dari sensor tersebut menjadi 0 (karena ketika tertekan terhubung ke GND), maka keluaran gerbang AND menjadi 0 (transisi 1-ke-0) dan menimbulkan interupsi eksternal. Keluaran sensor micro switch depan dan belakang dihubungkan ke kaki P2.6 dan P2.7 untuk mengetahui bagian robot mana yang menabrak, ditambahkan gerbang NOT untuk memastikan sinyal tidak jatuh tegangan (sebagai buffer-not). Diagram alir dari program pada mikrokontroller untuk menerjemahkan data dari komputer dan menghindari tabrakan diperlihatkan dalam Gambar III.15 berikut. 24

11 Eksekusi (id_cmd): Id_cmd Aksi 0x01 Maju 0x02 Kiri1step 0x03 Kanan1step 0x04 Mundur 0x05 Stop motor 0x06 Maju1step 0x07 Kiri 0x08 Kanan 0x09 Mundur1step 0x0A Kamera up 0x0B Kamera down 0x0C Kamera stop Aksi: Motor kiri Motor kanan ml1 ml2 mr1 mr2 Maju Mundur Kiri Kanan Stop Kamera mc1 mc2 Up 1 0 Down 0 1 Stop 1 1 Aksi XXX1step: XXX Delay(127) stop Main Inisialisasi Beres = 1 Eksekusi (id_cmd) ya Beres = 0? tidak Interupsi 1 : EXT1 Dari micro switch stop kamera senfr = 1 // pull-up senre = 1 // pull-up Mundur1step senfr = 1? End senre = 1? Interupsi 0 : EXT0 Dari receiver Maju1step Beres = 0x00 P1 = 0xFF // pull-up Id_cmd = P1 and 0x0F Beres = 0x01 RETI RETI Inisialisasi EX0=1, IT0=1 EX1=1, IT1 = 1 EA = 1 RETI Gambar III.15 Diagram alir pada mikrokontroller. 25

12 Pada saat robot pertama kali dinyalakan, mikrokontroller mengeksekusi program utama (main). Terdapat dua variabel global, yakni beres dan id_cmd. Variabel beres, digunakan untuk memberi tanda apakah terdapat data dari penerima RF yang belum dieksekusi. Jika ada maka diberi nilai 0x00 dan jika tidak (artinya data telah dieksekusi) maka diberi nilai 0x01. Variabel id_cmd, digunakan untuk menampung data yang diterima oleh penerima RF. Subrutin eksekusi akan mengirim data ke driver motor yang bersesuaian dengan data yang diterima. Program utama menginisialisasi interupsi yang akan diaktifkan pada mikrokontroller, yakni interupsi eksternal 0 dan eksternal 1 dengan sinyal pemicu bertipe transisi 1-ke-0, dan memberi nilai awal 0x01 pada variabel beres. Kemudian program utama mengecek apakah variabel beres bernilai 0x00. Jika tidak, maka program utama kembali mengecek nilai variabel beres. Jika ya, maka program utama memanggil subrutin eksekusi untuk menggerakan motor berdasarkan nilai variabel id_cmd. Subrutin interupsi 0 : EXT0 akan dipanggil ketika terdapat data baru yang diterima oleh penerima RF, yakni ketika pin ~VT bertransisi dari 1-ke-0. Variabel beres akan diberi nilai 0x00 untuk menandakan ada data baru dan nibble rendah pada port 1 akan disalin ke variabel id_cmd. Subrutin interupsi 1 : EXT1 akan dipanggil ketika minimal ada satu dari sensor micro switch yang tertekan. Subrutin ini akan menghentikan gerak kamera dan menggerakan robot satu step ke depan jika sensor micro switch belakang tertekan atau satu step ke belakang jika sensor micro switch depan tertekan. Subrutin rutin ini berguna untuk menghindarkan robot dari objek penghalang dan menghentikan gerak kamera jika telah menyimpang melewati batas tertentu (untuk mencegah motor kamera terganjal). III.5. Sistem Penggerak Roda dan Kamera Sistem penggerak roda dan kamera menggunakan driver L293D. Dengan pemasangan motor DC seperti pada Gambar III.16, maka satu IC L293D dapat digunakan untuk dua buah motor DC. 26

13 (a) Gambar III.16 Rangkaian internal IC driver L293D [27] (a) dan rangkaian yang digunakan untuk menggerakan satu motor DC 24 V, VS ialah 24 V. Arah putaran motor dikendalikan oleh sinyal TTL pada IN1, IN2, dan EN1 (pada pasangan lain: IN3, IN4, dan EN2). Jika kaki EN1 diberi logika 0, maka keluaran 3-state buffer akan berada pada keadaan Impedansi Tinggi dan OUT1 memiliki tegangan yang sama dengan OUT2 sehingga motor berhenti. Jika kaki EN1 diberi logika 1 dan kaki IN1 diberi logika 0, maka tegangan OUT1 ialah tegangan Ground. Sedangkan jika kaki EN1 diberi logika 1 dan kaki IN1 diberi logika 0, maka OUT1 ialah tegangan VS [27]. Tabel III.3 berikut meringkas kondisi kaki-kaki input serta reaksi pada motor DC. Tabel III.3 Reaksi motor terhadap logika input EN1 IN1 IN2 Reaksi motor 0 X X Diam Berputar ke arah Berputar ke arah berlawanan arah Diam Diam X : don t care, 0 atau 1 Gambar III.17 berikut memperlihatkan skematik driver motor DC yang digunakan. Hanya sepasang output saja yang digunakan untuk DR2, yakni driver untuk motor kamera. 27

14 Gambar III.17 Skematik driver motor DC yang digunakan. Mot supply ialah catu daya 24V untuk motor utama, dan motcam supply ialah catu daya 12V untuk motor kamera. III.6. Catu Daya Sumber catu daya ialah dua buah batere kering 12 V / 2 Ah yang disusun seri sehingga setara dengan batere 24 V / 2 Ah [5] dan satu batere 12 V /1.2 Ah (khusus untuk penggerak motor kamera). Sistem catu daya robot yang dibangun terdiri dari dua bagian yakni switch charging dan regulator. Switch Charging Switch/saklar ini berguna untuk mengubah mode penggunaan batere dengan mode charging/isi ulang, sehingga tidak perlu melepas batere untuk diisi ulang, cukup menekan tombol. Gambar III.18 memperlihatkan skematik rangkaian switch charging. Jika mode penggunaan batere (secara seri) yang aktif, maka LED D1 akan menyala. Sedangkan jika mode charging yang aktif, maka LED D2 dan LED D3 akan menyala (jika tidak terjadi masalah pada kabel ke batere 1 dan batere 2). 28

15 Gambar III.18 Skematik switch charging. Regulator Regulator yang digunakan terdiri dari regulator 5 V arus rendah (untuk rangkaian mikrokontroller), regulator 5 V arus tinggi (untuk rangkaian penerima, catu daya TTL driver motor, dan rangkaian sensor micro switch), dan regulator 8 V arus tinggi (untuk catu daya kamera wireless). Regulator 15 V arus tinggi digunakan untuk menurunkan tegangan dari 24 V menjadi 15 V sebelum masuk ke regulator 5 V dan 8V agar tidak terjadi pemanasan berlebih akibat beda tegangan yang terlalu tinggi antara tegangan input dengan tegangan teregulasi. Batere 12V 2 Ah Batere 12V 2 Ah Batere 12V 1.2 Ah Switch charging Driver Regulator 15 V arus tinggi Motor kamera Regulator 5 V arus rendah Regulator 5 V arus tinggi Regulator 8 V arus tinggi Mikrokontroler Receiver, driver, sensor Wireless camera Gambar III.19 Diagram blok catu daya sistem robot. Regulator 5 V arus rendah menggunakan IC regulator 7805 (arus maksimal 1 A [26]) sebagai berikut. Kapasitor C1 dan C2 berguna untuk meratakan tegangan input dan output (sebagai low pass filter). 29

16 Gambar III.20 Regulator 5 V arus maksimal 1 A. Regulator 5 V, 8 V, dan 15 V arus tinggi menggunakan IC regulator 7805, 7808, dan 7815 ditambah dengan transistor PNP BD536 sebagai penguat arus. Gambar III.21 Regulator arus tinggi. [26] Sehingga arus output menjadi sebagai berikut. I = I + I OUT REG C, Q1 ( ) = I / 1 REG + βq 1 IREG VBE, Q1 R Makin besar arus yang ditarik oleh regulator (akibat beban membesar) maka makin besar arus yang ditarik dari basis transistor PNP, sehingga makin besar arus yang melintasi emmiter-collector yang akan menambah arus output. III.7. Sistem Kamera dan Contoh Aplikasi Robot Vision Sederhana a. Sistem Kamera Kamera yang digunakan ialah wireless camera dengan spesifikasi sebagai dalam Tabel III.4 berikut. 30

17 Gambar III.22 Kamera wireless dan penerima RC100A+208CWA. [25] Tabel III.4 Spesifikasi kamera Image sensor 1/3 OmniVision CMOS Validity pixel PAL / NTSC Horizontal definition 320 line Visual angle 54 Minimum illumination 3 Lux/F1.2 Frequency MHz Transmission power 50 mw Open transmission distance 100 m Power DC 8 V / 200 ma Work temperature -10 to 50 C Size mm Weight 65 g Sumber : [25]. Modul penerimanya dihubungkan ke TV tuner epro dan diakses dari Visual Basic 6 menggunakan active X control VideoCap.ocx buatan Viscom Software (dapat didownload di atau melalui b. Contoh Aplikasi Robot Vision Sederhana Pada tugas akhir ini diambil contoh robot vision sederhana untuk mengikuti garis hitam dan untuk mengikuti bola merah. Contoh ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sistem robot kendali jarak jauh yang dibangun dapat digunakan sebagai sistem robot navigasi berbasis kamera. Pengikut Garis Hitam Untuk mengetahui keberadaan garis hitam, dilakukan transformasi grayscale diikuti dengan proses binarisasi. Aturan yang digunakan untuk memandu robot agar tetap 31

18 mengikuti garis hitam ialah dengan menghitung jumlah pixel warna hitam pada separuh kiri gambar dan pada separuh kanan gambar sebagai berikut. kanan jika SR SL > 100 arah belok = kiri jika SL SR > 100 Dengan S R ialah jumlah pixel warna hitam pada separuh gambar kanan, dan S L ialah jumlah pixel warna hitam pada separuh gambar kiri. Setelah melakukan aksi arah belok, robot maju satu step/langkah. Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka robot hanya mengambil aksi maju satu langkah. Gambar III.23 berikut menunjukkan kondisi yang mungkin terjadi. S L =2221, S R =2152 (a) S L =2225, S R =2729 S L =3111, S R =2038 (c) Gambar III.23 Kondisi ketika robot mengambil aksi maju saja (a), aksi belok kanan, dan aksi belok kiri (c). Pengikut Bola Merah Aksi mengikuti bola merah diperoleh dengan menggerakkan robot agar posisi pusat bola merah berada di tengah pusat screen kamera. Dengan demikian proses yang dilakukan ialah sebagai ditunjukkan dalam Gambar III.24 berikut. Set point: Area 5 Area 5 ialah pusat screen kamera. Pengontrol: Aksi gerak Kamera: Ambil gambar Output: Posisi robot terhadap bola Processing: Filter warna merah Pusat warna merah Gambar III.24 Diagram alir proses mengikuti bola merah. 32

19 Robot mengambil gambar yang tertangkap oleh kamera. Gambar tersebut kemudian difilter untuk meloloskan warna merah saja dan dicari titik pusat warna merah. Titik pusat ini dibandingkan apakah sudah berada dalam area set point atau belum. Jika belum maka diambil aksi gerak robot untuk mendekati pusat warna merah yang sebanding dengan jarak pusat warna terhadap kamera robot. Karena sistem robot belum memiliki sensor posisi dan sudut, maka penentuan aksi gerak (sebagai respon kontrol semi-proporsional) dilakukan dengan percobaan berapa langkah yang diperlukan untuk mencapai posisi tertentu, dipilih sembilan area, seperti pada Gambar III.25 dan Tabel III.5. Gambar III.25 Area percobaan pada lantai untuk menentukan juml ah step aksi gerak. Tabel III.5 Hasil percobaan jumlah step yang diperlukan untuk aksi gerak. Nomor area Step yang diperlukan 1 Kiri 3 step Maju 7 step 2 Maju 7 step 3 Kanan 3 step Maju 7 step 4 Kiri 3 step Maju 2 step 5 (kondisi target) 6 Kanan 3 step Maju 2 step 7 Kiri 3 step Mundur 2 step 8 Mundur 3 step 9 Kanan 3 step Mundur 2 step Filter warna merah dimaksudkan untuk meloloskan warna merah saja, yakni nilai warna dalam rentang RGB( , 0-90, 0-90), nilai ini diperoleh dari percobaan mencocokan warna gambar bola merah dengan warna hasil komposisi RGB. Gambar III.26 berikut 33

20 menunjukkan hasil pemfilteran warna merah terhadap gambar beberapa bola dengan warna berbeda. (a) Gambar III.26 Gambar asli (a), dan gambar setelah proses filter warna merah. Cara sederhana ini berhasil mensegmentasi bola merah. Penentuan pusat warna merah meniru proses penentuan pusat massa benda diskrit, yakni pixel warna merah dimodelkan sebagai benda dengan massa 1 satuan sedangkan pixel warna hitam dimodelkan sebagai ruang kosong (massa 0 satuan). x y cm M cm = = = lebar tinggi i= 1 j= 1 tinggi lebar j= 1 i= 1 lebar tinggi i= 1 j= 1 m M M i, j m m i, j i, j i j Pada Gambar III.26, pusat screen kamera ditandai dengan perpotongan dua garis hijau dan pusat warna merah ditandai dengan perpotongan dua garis merah. Pada implementasi ini, jika jumlah pixel warna merah kurang dari 500 maka benda tersebut tidak diartikan sebagai bola merah. Hal ini untuk menghindari keterdeteksian tepian bola warna pink sebagai warna merah (tetapi dengan jumlah pixel merah kurang dari 500). 34

Gambar 3.1 Gambaran Umum Sistem. belok kanan/kiri, dan kamera berputar ke atas/bawah; dan memantau keadaan

Gambar 3.1 Gambaran Umum Sistem. belok kanan/kiri, dan kamera berputar ke atas/bawah; dan memantau keadaan BAB III RANCANGAN SISTEM TELEOPERASI 3.1 Gambaran Umum Sistem Gambar 3.1 Gambaran Umum Sistem Sistem ini bertujuan menggerakan sebuah mobile robot bergerak maju/mundur, belok kanan/kiri, dan kamera berputar

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51

Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51 Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51 Ary Herisaputra, F. Yudi Limpraptono, I Komang Somawirata Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

Bab IV. Pengujian dan Analisis

Bab IV. Pengujian dan Analisis Bab IV. Pengujian dan Analisis IV.1. Jangkauan Telemetri dan Kalibrasi Kamera a. Jangkauan Telemetri Pengukuran jangkauan telemetri di ruang terbuka dilakukan dengan menempatkan pemancar RF di jendela

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Pengatur Scoring Digital Wireless Futsal Berbasis Mikrokontroller AVR ATMEGA8. Perancangan rangkaian pengatur scoring digital untuk mengendalikan score,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 18 BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada pembahasan perancangan sistem ini akan menjelaskan cara kerja dari keseluruhan sistem kendali on/off dan intensitas lampu menggunakan frekuensi radio. Pengiriman data

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Digital FSK-FM (Sukiswo,2005) Penelitian ini menjelaskan perancangan telemetri suhu dengan modulasi FSK-FM. Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Langkah pengujian bertujuan untuk mendapatkan data-data sejauh mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak kesalahan bila sistem yang dibuat ternyata

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Konstruksi Fisik Line Follower Robot Konstruksi fisik suatu robot menjadi dasar tumpuan dari rangkaian eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan aplikasi dengan menggunakan metodologi perancangan prototyping, prinsip kerja rangkaian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Nur Hudi, Lestari; Robot Omni Directional Steering Berbasis Mikrokontroler ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Abstrak: Robot Omni merupakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut : BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan PC, memiliki 6 blok utama, yaitu personal komputer (PC), Mikrokontroler AT89S51,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat 29 BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai perencanaan dan pembuatan dari alat UV Room Sterilizer. Akan tetapi sebelum melakukan pembuatan alat terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perencanaan pembuatan alat telemetri suhu tubuh.perencanaan dilakukan dengan menentukan spesfikasi system secara umum,membuat system blok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 TROLI PENGIKUT OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AVR Albertus Vendy Adhitya, Lanny Agustine*, Antonius Wibowo Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 37 BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Tujuan Pengukuran dan Pengujian Pengukuran dan pengujian alat bertujuan agar dapat diketahui sifat dan karakteristik tiap blok rangkaian dan fungsi serta cara kerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Pengujian ini termasuk pengujian masing-masing bagian secara terpisah dan pengujian

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Pengujian ini termasuk pengujian masing-masing bagian secara terpisah dan pengujian BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat. Secara garis besar, terdapat 3 macam pengujian, yaitu: 1. Pengujian hardware (troubleshooting).

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 57 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Fungsi dari masing-masing blok yang terdapat pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut : Mikrokontroler AT89S52 Berfungsi

Lebih terperinci

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat dari Sistem Interlock pada Akses Keluar Masuk Pintu Otomatis dengan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan didalam menyelesaikan pembuatan alat elektrostimulator.perencanaan tersebut meliputi dua bagian yaitu perencanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA 4.1 Desain Sistem Sistem yang dibangun pada tugas akhir ini bertujuan untuk membangun robot beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu. BAB III PERANCANGAN Pada bab tiga akan diuraikan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada Data Logger Parameter Panel Surya. Dimulai dari uraian cara kerja

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control 4.1 Garis Besar Perancangan Sistem BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Perlu diketahui bahwa system yang penulis buat ini menggunakan komponen elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor RF (Radio Frekuensi) Sensor RF (Radio Frekuensi) adalah komponen yang dapat mendeteksi sinyal gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh sistem komunikasi untuk mengirim

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat suatu alat yang dapat mengontrol piranti rumah tangga yang ada pada

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51 21 Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51 Ahmad Yusup, Muchlas Arkanuddin, Tole Sutikno Program Studi Teknik Elektro, Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X

BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X Pada bab ini akan dibahas mengenai diagram alir pembuatan sistem kendali meja kerja mesin frais dalam arah sumbu-x, rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut : Studi literatur, yaitu dengan mempelajari beberapa referensi yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY 3.1 Perancangan Alat Dalam merealisasikan sebuah sistem elektronik diperlukan tahapan perencanaan yang baik dan matang. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pembersih lantai otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan alat ini adalah untuk mewujudkan gagasan dan didasari oleh teori serta fungsi dari software arduino dan perangkat remote control,

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

AN-0011 LINE TRACKER ROBOT DENGAN MENGGUNAKAN UNIVERSAL DELTA ROBO KITS

AN-0011 LINE TRACKER ROBOT DENGAN MENGGUNAKAN UNIVERSAL DELTA ROBO KITS AN-0011 LINE TRACKER ROBOT DENGAN MENGGUNAKAN UNIVERSAL DELTA ROBO KITS Line tracker robot adalah robot yang dapat berjalan secara otomatis mengikuti garis yang mempunyai warna berbeda dengan backgroundnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Catu Daya Pada pengujian catu daya dilakukan beberapa pengukuran terhadap IC regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L78012. Maka untuk regulator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi wajah animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya

Lebih terperinci

KENDALI NIRKABEL DENGAN INFRA MERAH PENGGERAK LENGAN ROBOT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

KENDALI NIRKABEL DENGAN INFRA MERAH PENGGERAK LENGAN ROBOT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 ISSN: 693-6930 65 KENDALI NIRKABEL DENGAN INFRA MERAH PENGGERAK LENGAN ROBOT BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 Muchlas, Nurhidayat, Ribby Essabella Program Studi Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan Kampus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendukung dalam pembuatan proyek akhir ini. Adapun materi yang akan dibahas yaitu: robot, mikrokontroller ATMega 16, ATMega 8, frekuensi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dibahas hasil analisa pengujian yang telah dilakukan, pengujian dilakukan dalam beberapa bagian yang disusun dalam urutan dari yang sederhana menuju

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah dapat digunakan sesuai dengan perencanaan yang ada. Pengujian dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. analisis mengenai sistem yang akan dirancang.pada Perancangan Prototipe Mobile

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. analisis mengenai sistem yang akan dirancang.pada Perancangan Prototipe Mobile 26 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Dalam merancang sebuah sistem, penting dilakukan beberapa pendekatan dan analisis mengenai sistem yang akan dirancang.pada Perancangan Prototipe Mobile Robot Pemindah Benda,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang. BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas tentang skema rangkaian dari sistem alat ukur tingkat curah hujan secara keseluruhan, analisis perangkat keras, pengolahan data di software dan analisis

Lebih terperinci