PEMANFAATAN DATA TERRA MODIS UNTUK IDENTIFIKASI TITIK API PADA KEBAKARAN HUTAN GAMBUT (STUDI KASUS KOTA DUMAI PROVINSI RIAU)
|
|
- Utami Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMANFAATAN DATA TERRA MODIS UNTUK IDENTIFIKASI TITIK API PADA KEBAKARAN HUTAN GAMBUT (STUDI KASUS KOTA DUMAI PROVINSI RIAU) Tri Handayani 1, Albertus Joko Santoso 2, Yudi Dwiandiyanta 3 Program Studi Magister Teknik Informatika, Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari 43 Yogyakarta 55281, Telp. (0274) trihandayani.stt@gmail.com, 2 albjoko@mail.uajy.ac.id, 3 yudi_dwi@staff.ac.id ABSTRACT Peat moss forest fire is one of damaging disasters. It disturbs people s activity and health and also reduces ecological livings; thus, this disaster becomes attention of large society either nationally or internationally. Peat moss forest fire can be identified by remote sensing technology. The development of remote sensing technology by using MODIS imaging satellite so far has been used in many fields and one of them is in controlling forest fire multitemporally. In this research data for surface temperature used Terra MODIS satellite by taking an advantage of canal 31 and 32 and using Coll s, et.al (1994) algorithm, The data of forest fire were from forest fire service of Dumai City. This research was conducted in Dumai City Province of Riau. Result of this research shows that the use of Canal 31 and 32 through Terra MODIS imaging satellite can be used for detecting points of fire which is found that there are more then 17 points of fire within temperature ranges of 27 0 C 32 0 C. Keywords : Terra MODIS, Hotspot, Surface Temperature ABSTRAK Kebakaran hutan gambut merupakan salah satu bencana yang merugikan, banyak aktifitas, kegiatan dan kesehatan masyarakat yang terganggu, kehidupan ekosistem yang berkurang, sehingga hal ini menjadi perhatian pihak luas, baik nasional maupun internasional. Kebakaran hutan gambut ini dapat diidentifikasi menggunakan teknologi penginderaan jauh. Perkembangan teknologi penginderaan jauh menggunakan satelit Citra MODIS telah digunakan dalam berbagai bidang salah satunya untuk pemantauan kebakaran hutan secara multitemporal. Dalam penelitian ini data suhu permukaan yang digunakan adalah satelit Terra MODIS dengan memanfaatkan kanal 31 dan 32 serta menggunakan algoritma Coll, et.al., data kebakaran hutan dari Dinas Kebakaran Hutan Kota Dumai. Penelitian ini dilakukan di Kota Dumai Provinsi Riau. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penggunaan kanal 31 dan 32 pada citra satelit Terra MODIS dapat digunakan untuk deteksi titik api, dari citra yang diolah didapatkan lebih dari 17 titik api dengan kisaran suhu sebesar 27 0 C 32 0 C. Kata Kunci: Terra MODIS, Titik Api, Suhu Permukaan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran Hutan Gambut merupakan salah satu bencana yang merugikan di berbagai segi kehidupan, meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) karena kualitas udara yang tidak sehat, banyak sekolah yang diliburkan karena kabut asap yang tebal dan berada pada tingkat yang berbahaya, sarana perhubungan dan transportasi karena berkurangnya jarak pandang. Kebakaran hutan ini disebabkan oleh perbuatan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terutama pada saat pembukaan lahan pembangunan atau pengembangan areal hak penguasaan hutan tanaman industri (HPHTI), yang dilakukan pada musim kemarau yang jatuh pada bulan Maret hingga Agustus, karena suhu matahari yang tinggi dan kurangnya curah hujan sehingga memudahkan terbakarnya pepohonan dan daun-daun kering. Menurut penelitian Soewarso (2003) yang menyebutkan bahwa rendahnya curah hujan mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan karena menyebabkan bahan bakar dihutan relatif mudah terbakar (Thoha, 2006). Kebakaran hutan gambut ini terjadi hampir disetiap tahunnya dan kota Dumai pada tahun 2013 telah mengirimkan asap hingga ke negara tetangga. Hal ini telah menjadi perhatian masyarakat luas tidak hanya masyarakat nasional tapi juga internasional. Kebakaran yang terjadi setiap tahunnya menandakan perlu adanya upaya pencegahan dan penganggulangan yang terpadu agar dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari kebakaran ini. Kebakaran hutan ini dapat di identifikasi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Salah satu dari teknologi penginderaan jauh adalah satelit Terra MODIS. Menurut pendapat Prasasti, Sambodo & Carolita (2010), Satelit Terra yang membawa sensor Modis (Moderate resolution imaging 461
2 spectroradiometer) merupakan satelit pengamatan lingkungan yang dapat digunakan untuk ekstraksi data suhu permukaan yang bersifat regional. Titik-titik api didefinisikan sebagai titik-titik pada citra (pixel atau sub-pixel) yang mempunyai suhu sangat tinggi dan berhubungan dengan active fire (Kobaran Api) di permukaan bumi. Sementara itu, suhu titik api tersebut dapat dihasilkan berdasarkan nilai suhu kecerahannya (Brightness temperature = Tb), (Tjahjaningsih, Sambodo & Prasasti 2005).n 1.2 Tujuanlarge reas. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan satelit Terra MODIS untuk identifikasi titik api sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebakaran hutan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh dan Karakteristik Satelit Terra MODIS Penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang objek atau wilayah, menganalisis data tersebut tanpa harus berhubungan langsung, salah satunya digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kejadian kebakaran. Menurut Solichin (2004), Thoha (2006), waktu lintasan satelit sangat berpengaruh terhadap pendeteksian kebakaran karena terkait dengan adanya perilaku pembakaran lahan di beberapa tempat di indonesia atau dengan adanya perubahan penyebaran awan yang bergerak dalam hitungan beberapa menit, sehingga mempengaruhi kemampuan satelit dalam pemantauan hotspot (titik api). Informasi kebakaran dengan deteksi titik api dapat dilakukan dengan memanfaatkan kanal-kanal yang ada pada data MODIS. MODIS dirancang untuk dapat memberikan informasi yang meyakinkan tentang lokasi titik api yang memiliki kemungkinan paling tinggi dan tepat dan dapat memberikan pemantauan kebakaran hutan secara multitemporal (Kaufman & Yustice, 1998 dalam Tjahjaningsih, Sambodo & Prasasti, 2005). MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) adalah sensor utama pada satelit Terra dan satelit Aqua yang mengorbit bumi secara polar (arah utara selatan) pada ketinggian 705 Kilometer dan melewati garis khatulistiwa pada jam 10:30 dan pada jam 22:30 waktu lokal (Justice, Giglio, Boschetti, Roy, Csiszar, Morisette, & Kaufman 2006). Lebar cakupan lahan pada permukaan bumi setiap putarannya sekitar 2330 Kilometer. Pantulan gelombang elektromagnetik yang diterima sensor MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) sebanyak 36 kanal (36 interval panjang gelombang), mulai dari 0,620 μm sampai 14,385 μm (1 μm = 1/ meter) Afniati, 2010). Data MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) dengan memanfaatkan data suhu kecerahan kanal 21 atau kanal 22 (T 4 ) dan kanal 31 (T 11 ). Kanal 32 untuk masking awan, suhu kecerahan untuk saluran ini dilambangkan dengan (T 12 ) (Giglio, Descloitres, Justice & Kaufman, 2003), dapat digunakan untuk mendeteksi lokasi dan distribusi titik api. Tabel 1. Saluran MODIS yang digunakan untuk mendeteksi kebakaran aktif (Giglio, Descloitres, Justice & Kaufman, 2003) Kanal Panjang Gelombang (μm) 1 0,65 2 0,86 7 2,1 21 3,96 Kanal Panjang Gelombang (μm) 22 3, ,0 Tujuan Menolak sunlight,menolak tanda kebakaran palsu dan balutan awan Menolak sunlight,menolak tanda kebakaran palsu dan balutan awan Menolak sunlight,menolak tanda kebakaran palsu Saluran jangkauan tinggi untuk deteksi kebakaran aktif Tujuan Saluran jangkauan rendah untuk deteksi kebakaran aktif Latar belakang suhu untuk deteksi kebakaran tertentu dan balutan awan 32 12,0 Balutan awan Sensor MODIS adalah salah satu sensor utama yang dibawa Earth Observing System (EOS) Terra Satellite, yang merupakan bagian dari program antariksa Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA). Satelit yang diluncurkan pada tahun 1999 ini, kemudian disempurnakan dengan satelit Aqua yang diluncurkan pada tahun MODIS mengorbit bumi secara polar sunsynchronous (satelit Terra melintas dari utara ke selatan katulistiwa dan Aqua melintas dari selatan ke utara katulistiwa). Kemampuan radiometrik adalah 12 bits. Spektrum gelombang elektromagnetik yang diterima MODIS sebanyak 36 kanal dengan karakteristik spektral ditunjukkan tabel di bawah. 462
3 Tabel 2. Karakteristik Satelit MODIS ( html) Kriteria Tipe Orbit Lebar Pandang Ketinggian kuantisasi Resolusi Spasial Resolusi Spekstral Karakteristik sun-synchronous, near-polar, circular km 705 km 12 bits 250 m (kanal 1-2) 500 m (kanal 3-7) 1000 m (kanal 8-36) 36 kanal 2.2 Titik Api 1. Thoha (2008) mengatakan bahwa hotspot merupakan titik-titik panas di permukaan bumi, dimana titik-titik tersebut merupakan indikasi adanya kebakaran hutan dan lahan Titik-titik api didefinisikan sebagai titik-titik pada citra (pixel atau sub pixel) yang mempunyai suhu sangat tinggi dan berhubungan dengan active fire (Kobaran Api) di permukaan bumi. Suhu titik api tersebut dapat dihasilkan berdasarkan nilai suhu kecerahannya (brightness temperature = Tb), Tjahjaningsih, Sambodo & Prasasti (2005). Lebih lanjut Thoha (2008) mengatakan bahwa data sebaran titik api (hotspot) dari citra satelit dapat dijadikan sebagai indikasi kebakaran hutan/lahan, baik kebakaran tajuk (Crown fire), kebakaran permukaan (Surface fire) maupun kebakaran bawah (Ground fire). Daerah sekitar lokasi hotspot merupakan daerah yang rawan terhadap kebakaran. 2.3 Suhu Permukaan Menurut Coll, Caselles & Schmugge (1994), suhu permukaan lahan (SPL) adalah salah satu parameter kunci keseimbangan energi pada permukaan dan merupakan variabel klimatologis yang utama. Data suhu permukaan digunakan sebagai data masukan dalam model perhitungan salah satunya untuk kebakaran. Besarnya suhu permukaan tergantung pada kondisi parameter permukaan lainnya seperti albedo, kelembaban permukaan dan tutupan serta kondisi tanah, (Prasasti, Sambodo & Carolita (2010). Menurut pendapat Wan & Synder (1996) dalam Ali & Shalaby (2012) Suhu permukaan tanah didefinisikan sebagai emisi termal dari tanah, termasuk tumbuhan dan permukaan tanah yang gundul. Hal ini merupakan faktor penting yang mencerminkan hubungan tanah dan troposfer. Suhu permukaan didefinisikan sebagai suhu bagian terluar dari suatu objek. Suhu permukaan suatu objek tidak sama tergantung pada sifat fisik permukaan objek. Sifat fisik objek tersebut adalah emisivitas, kapasitas panas jenis dan konduktivitas thermal. Jika suatu objek memiliki emisivitas dan kapasitas panas jenis yang tinggi sedangkan konduktivitas thermalnya rendah maka suhu permukaannya akan menurun, contohnya pada permukaan tubuh air. Sedangkan jika suatu objek memiliki emisivitas dan kapasitas panas jenis yang rendah dan konduktivitas thermalnya tinggi maka suhu permukaan akan meningkat, contohnya pada permukaan darat (Sutanto, 1994 dalam Ariyadi, 2007). Suhu permukaan lahan diambil dari data satelit dapat digunakan untuk memvalidasi dan meningkatkan model prediksi meteorologi global setelah melakukan penggabungan parameter yang tepat (Price 1982, Diak dan Whipple 1993, dalam Wan, Zhang, Zhang, 2004). Suhu permukaan didefinisikan oleh radiasi yang dipancarkan oleh permukaan tanah yang diamati oleh MODIS pada sudut pandang secara langsung. Permukaan tanah disini berarti kanopi di daerah tumbuhan atau permukaan tanah di daerah gundul. 2.4 Algoritma atau Program Pengolahan data suhu permukaan dalam penelitian ini menggunakan algoritma Coll, Caselles & Schmugge (1994) dalam Prasasti Prasasti, Sambodo & Carolita (2010), Persamaannya adalah : SP = Tb31 + A(Tb 31 TB 32 ) + B Dimana : A = (Tb 31 TB 32 ) B = (1-e) pae dimana : e = (e 31 + e 32 )/2 Ae = /e 31 - e 32 / = 0.001, e 31 = dan e 32 = keterangan : SP = suhu permukaan Tb31 = suhu kecerahan kanal 31 Tb32 = suhu kecerahan kanal 32 P pada daerah tropis adalah 50 o K Ekstraksi nilai dari titik-titik api menggunakan data MODIS berdasarkan algoritma deteksi titik api absolut memerlukan paling sedikit satu atau dua kondisi, Tjahjaningsih, Sambodo & Prasasti (2005), yaitu: 1. T4 > K (330 0 K pada malam hari) atau 2. T4 > K (315 0 K pada malam hari) dan T4 T11 > 25 0 K (10 0 K pada malam hari), jika dari dua kriteria titik api absolute tidak terpenuhi, maka digunakan algoritma deteksi titik api relatif, yaitu : Untuk data MODIS dari satelir Terra (data yang direkam pada siang hari) 1. {T4>mean(T4) + 3 std.dev(t4) atau T4>330 0 K), dan 2. {T4-T11>median(T4-T11) + 3 std.dev (T4-T11) atau T4-T11>25 0 K} atau T4>360 0 K 463
4 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah daerah Kota Dumai Provinsi Riau. Periode pengamatan suhu permukaan tanah berdasarkan data citra satelit Terra MODIS adalah 19 Juni Data dan Peralatan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data citra satelit Terra MODIS tanggal 19 Juni Data kebakaran hutan Kota Dumai 3. Data Peta Administrasi Peralatan 1. Seperangkat komputer 2. Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data a. ENVI 4.5 untuk mengolah data citra dan data sekunder b. ArcGIS 10.2 untuk mengolah peta c. Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel 2007 untuk pembuatan laporan 3.3 Tahapan Penelitian Pengolahan awal yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 : tidak Citra Terra MODIS Koreksi Geometri RMS Error < piksel ya Citra modis terkoreksi geometri Pemotongan Citra Citra modis lokasi penelitian Konversi nilai menjadi Brightness Temperature Penerapan Algoritma Coll et.al Citra suhu permukaan ROI peta wilayah Berikut adalah penjelasan diagram alir pengolahan data : 2. Input data citra satelit Terra MODIS yang diperoleh dari tanggal 19 Juni 2010 dan peta Administrasi Indonesia file indonesia.shp 3. Koreksi geometrik Proses ini dilakukan untuk memperbaiki kerusakan dan posisi piksel sehingga di peroleh citra yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Koreksi dilakukan dengan menggunakan software ENVI Pemotongan citra Proses ini dilakukan untuk memotong citra pada daerah penelitian sehingga penelitian lebih tertuju pada daerah yang ingin di teliti. Proses ini dilakukan dengan menggunakan software ArcMap Konversi nilai menjadi brightness temperature Dalam proses ini dilakukan konversi nilai digital menjadi nilai radians, setelah nilai radians didapat kemudian dilakukan proses konversi nilai radians menjadi brightness temperature (Tb) dengan menggunakan metode D Sauza, Belward & Malingreau (1993). 6. Penerapan Algortima Penggunaan Algoritma Coll, Caselles & Schmugge (1994) dilakukan pada saat pengolahan data suhu permukaan yang diekstraksi dari kanal 31 dan 32 data modis dengan resolusi 1000 m 7. Citra suhu permukaan Hasil akhir adalah tampilan citra suhu permukaan, citra suhu permukaan ini akan menampilkan daerah yang terdapat titik api, yang akan memudahkan dalam melakukan analisa. 4. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini langkah yang dilakukan dalam koreksi geometrik pada citra Terra MODIS level 1 b adalah registrasi. Registrasi adalah proses koreksi geometrik dari citra yang belum terkoreksi dengan citra yang sudah terkoreksi. Dalam proses koreksi geometrik yang dilakukan pertama adalah menentukan titik ikat atau GCP (ground control point) pada software Envi, titik ikat tersebut dapat diperoleh dari peta yang telah diubah dalam bentuk raster. Titik ikat ini berupa objek yang dapat dilihat pada citra sekaligus terlihat pada peta yang dijadikan referensi dalam penentuan titik koordinatnya. Hasil dari penentuan titik ikat ini adalah nilai root mean square error (RMSe) 1 piksel. Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Data 464
5 kemudian mencocokkan dengan wilayah atau daerah yang menjadi referensi, dalam pemotongan citra ini menggunakan fungsi basic tool. Gambar 2. Citra Terra MODIS Tanggal 19 Juni 2013 Gambar 5. Hasil Pemotongan Citra Terra MODIS Langkah selanjutnya adalah ekstraksi suhu permukaan. Ekstraksi suhu permukaan dilakukan pada pada citra yang bebas dari tutupan awan dengan menggunakan kanal 31 dan 32. kemudian perhitungan suhu permukaan dilakukan menggunakan algoritma Coll, Caselles & Schmugge (1994) dengan kombinasi kanal 31 dan 32. Gambar 3. Citra Terra MODIS Tanggal 19 Juni Yang Belum Dikoreksi Sebelum dilakukan perhitungan suhu permukaan, terlebih dahulu melakukan konversi dari nilai digital menjadi nilai radiansi dengan persamaan D Sauza, Belward & Malingreau (1993) dalam Tjahjaningsih, Sambodo & Prasasti (2005), yaitu: R=R_Scale b (Si b R_offset b ) Dimana : R adalah nilai radiansi R_scale b adalah R_scale pada kabal b R_offset b adalah R_offset pada kanal b Setelah nilai radiansi diperoleh kemudian dilakukan proses konversi menjadi brightness temperature (Tb) dengan persamaan : Gambar 4. Citra Terra MODIS Tanggal 19 Juni Setelah Dikoreksi Setelah proses koreksi geometri mencapai RMS Error 1 piksel, maka dilakukan proses pemotongan citra agar penelitian dan pengolahan data suhu permukaan lebih fokus pada daerah penelitian saja. Dalam proses ini menggabungkan semua kanal yang telah diolah sebelumnya, Dimana : Tb adalah suhu kecerahan ( 0 K) C1 = 1, x 10-5 m -2 Wsr -1 cm 4 C2 = 1, cmk Vi adalah central wave number kanal 31 (867,302 cm -1 ) dan untuk kanal 32 ( cm -1 ) R adalah nilai radiansi 465
6 Kemudian, setelah di dapat nilai brightness temperature (Tb) dilakukan pengolahan suhu permukaan dengan menggunakan algoritma Algoritma Coll, Caselles & Schmugge (1994) dalam Prasasti, Sambodo & Carolita (2010). Persamaannya adalah : SP = Tb31 + A(Tb 31 TB 32 ) + B dimana A = (Tb 31 TB 32 ) B = (1-e) pae Ae = /e 31 - e 32 / = P = 50 o K Selanjutnya untuk mengkonversi nilai SP ( 0 K) ke SP ( 0 C), maka nilai yang dihasilkan dikurangi dengan 273. Gambar 5. Citra hasil pengolahan suhu permukaan Dari hasil pengolahan citra dengan menggunakan citra satelit Terra MODIS yang diekstraksi dari kanal 31 dan 32 dengan resolusi 1000 m dapat diketahui bahwa terdapat sebaran titik api di kawasan Kota Dumai dan Sekitarnya. Kisaran suhu sebesar 27 0 C 32 0 C dengan jumlah titik api yang dihasilkan lebih dari 17 titik api. Data yang didapatkan perlu dilakukan validasi dengan hasil yang terjadi di lapangan. Bedasarkan data kebakaran hutan dari Dinas kebakaran terjadi pada N ,9 E ,1. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa citra satelit Terra MODIS dapat dimanfaatkan untuk pemantauan kebakaran. Pengolahan data pada tanggal 19 Juni 2013 menunjukkan kemampuan citra satelit Terra MODIS dalam mengekstrak parameter suhu permukaan yang berguna untuk mengidentifikasi titik api, sehingga dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebakaran hutan. Pemanfaatan kanal 31 dan 32 pada citra terra MODIS dapat digunakan untuk mendapatkan derajat suhu dengan keakuratan yang memadai dapat diolah menjadi data titik api per titik pengamatan. Penggunaan menggunakan algoritma coll et.al (1994) dapat memberikan hasil pendekatan nilai suhu permukaan yang baik sehingga dapat mendeteksi jumlah titik api (lebih dari 17 titik api) dengan kisaran suhu sebesar 27 0 C 32 0 C. Penelitian ini masih perlu dikembangkan dan di evaluasi untuk deteksi titik api dengan memanfaatkan data satelit dan algoritma yang berbeda, sehingga dapat membandingkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing satelit. PUSTAKA Afniati, R.E., Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Pemantauan dan Analisis Sebaran Titik Panas (Studi Kasus : Provinsi Kalimantan Tengah). Skripsi. Jakarta : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Ali. R.R., Shalaby A Response of Topsoil Features to the Seasonal Changes of Land Surface Temperature in the Arid Environment, International Journal of Soil Science. Vol. 7. Issue : 2 Ariyadi, W Estimasi Evapotranspirasi Spasial Menggunakan Suhu Permukaan Darat (LST) Dari Data Modis Teraa/Aqua dan Pengaruhnya Terhadap Kekeringan. Skripsi. Bogor : INSTITUT PERTANIAN BOGOR Coll, C., Caselles, V. & Schmugge, T.J Estimation of Land Surface Emmisivity Differences in the Split-Windows Channels of AVHRR. Remote Sensing of Environment, 47, D Sauza, G., Belward, A.S., Malingreau, J-P., Advance in the Use of NOAA AVHRR Data for Land Applications. Remote Sensing Vol.5, Kluwer Academic Publisher Diak, G. R., and Whipple, M. S., 1993, Improvements to models and methods for evaluating the land-surface energy balance and effective roughness using radiosonde reports and satellite-measured skin temperature data. Agriculture and Forestry Meteorology, 63, Giglio, L., Descloitres, J., Justice, C.O. & Kaufman, Y.J, 2003, An Enhanced Contextual Fire Detection Algorithm for MODIS, Remote Sensing of Environment, 87, Justice, C., Giglio, L., Boschetti L., Roy, D., Csiszar, I., Morisette, J & Kaufman, Y MODIS Fire Products, Algorithm Technical Background Document, Version 2.3. Kaufman, Y and Yustice, C MODIS Fire Products, Algorithm Technical Background Document, Version 2.2. Prasasti, I., Sambodo, K.A., Carolita, I. 2007, Pengkajian Pemanfaatan Data Terra-Modis 466
7 untuk Ekstraksi Data Suhu Permukaan Lahan (SPL) Berdasarkan Beberapa Algoritma, Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital, Vol 4, No.1 Price, J. C., 1982, On the use of satellite data to infer surface fluxes at meteorological scales. Journal of Applied Meteorology, 21, Solichin Hotspot Tidak Selalu Titik Kebakaran (Mengenal Hotspot Bagian 1). Palembang: South Sumatera Forest Fire Management Project (SSFFMP) Newsletters Hotspot,. Februari 2004; 1: 2-3. Soewarso Penyusunan Pencegahan Kebakaran Hutan Rawa Gambut dengan Menggunakan Model Prediksi. [Disertasi] Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasi) Sutanto, 1994, Penginderaan Jauh, Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Thoha, A.S, 2008, Penggunaan Data Hotspot Untuk Monitoring Kebakaran Hutan dan Lahan Di Indonesia, Karya Tulis, Medan : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Thoha, A.S, 2006, Application of Remote Sensing On Peat Fire Detection In Bengkalis District Riau Province, Peronema Forestry Science Journal, Vol.2, No.2, ISSN Tjahjaningsih, A., Sambodo, K,A., & Prasasti I Analisis Sensitivitas Kanal-Kanal Modis Untuk Deteksi Titik Api dan Asap Kebakaran, Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Wan, Z., Zhang, Y., Zhang, Q & LI, Z-L Quality Assessment and Validation of the MODIS Global Land Surface Temperature. Int. Journal Remote Sensing, Vol. 25, No. 1, Wan, Z and Synder, W, 1996, Land-Surface temperature, MODIS Algoritma Theoretical Basis Document CA : Institute for Computational Earth System Science, University of California Santa Barbara. Data Citra Sateli ( diakses 12 November 2013). Data Karakteristik Satelit MODIS ( ml, diakses 10 November 2013). 467
DETEKSI SEBARAN TITIK API PADA KEBAKARAN HUTAN GAMBUT MENGGUNAKAN GELOMBANG-SINGKAT DAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS KOTA DUMAI PROVINSI RIAU)
TESIS DETEKSI SEBARAN TITIK API PADA KEBAKARAN HUTAN GAMBUT MENGGUNAKAN GELOMBANG-SINGKAT DAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS KOTA DUMAI PROVINSI RIAU) TRI HANDAYANI No. Mhs. : 125301914 PROGRAM STUDI MAGISTER
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian ini dapat disimpulkan bahwa : sebagai indikasi adanya kebakaran hutan.
55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. a. Citra satelit Terra MODIS dapat dimanfaatkan untuk pemantauan kebakaran. Pengolahan data yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maret hingga Agustus. Kondisi ini didukung oleh suhu rata-rata 21 0 C 36 0 C dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh iklim laut. Musim hujan jatuh pada bulan September hingga
Lebih terperinciPengkajian Pemanfaatan Data Terra-Modis... (Indah Prasasti et al).
Pengkajian Pemanfaatan Data Terra-Modis... (Indah Prasasti et al). PENGKAJIAN PEMANFAATAN DATA TERRA-MODIS UNTUK EKSTRAKSI DATA SUHU PERMUKAAN DARAT (SP) BERDASARKAN BEBERAPA ALGORITMA (The Study of Application
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)
ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA) Oleh : Dawamul Arifin 3508 100 055 Jurusan Teknik Geomatika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kebakaran merupakan salah satu bencana yang merugikan, kebakaran banyak membawa dampak bagi kehidupan manusia, adanya asap yang dihasilkan
Lebih terperinciMODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS
MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA Briliana Hendra P, Bangun Muljo Sukojo, Lalu Muhamad Jaelani Teknik Geomatika-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia Email : gm0704@geodesy.its.ac.id
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)
xviii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo) Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian kebakaran wilayah di Indonesia sudah menjadi peristiwa tahunan, khususnya di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2013 kebakaran di Pulau Sumatera semakin meningkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran Hutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah sebuah kejadian terbakarnya bahan bakar di hutan oleh api dan terjadi secara luas tidak
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.
LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. Pada tanggal 18 Desember 1999, NASA (National Aeronautica and Space Administration) meluncurkan Earth Observing System (EOS) Terra satellite untuk mengamati,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Suhu permukaan merupakan salah satu parameter yang utama dalam seluruh interaksi antara permukaan darat dengan atmosfer. Suhu permukaan darat merupakan contoh fenomena
Lebih terperinciINFORMASI TITIK PANAS (HOTSPOT) KEBAKARAN HUTAN/LAHAN PANDUAN TEKNIS (V.01)
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL PANDUAN TEKNIS (V.01) INFORMASI TITIK PANAS (HOTSPOT) KEBAKARAN HUTAN/LAHAN Disusun oleh: Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Lebih terperinciANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16
ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16 Any Zubaidah 1, Suwarsono 1, dan Rina Purwaningsih 1 1 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Lebih terperinciTUGAS AKHIR GIATIKA CHRISNAWATI Oleh
ANALISA SEBARAN TITIK PANAS DAN SUHU PERMUKAAN DARATAN SEBAGAI PENDUGA TERJADINYA KEBAKARAN HUTAN MENGGUNAKAN SENSOR SATELIT NOAA/AVHRR DAN EOS AQUA-TERRA/MODIS TUGAS AKHIR Oleh GIATIKA CHRISNAWATI 04
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: kebakaran hutan, penginderaan jauh, satelit Landsat, brightness temperature
ABSTRAK Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki hamparan hutan yang luas tidak terlepas dengan adanya masalah-masalah lingkungan yang dihasilkan, khususnya kebakaran hutan. Salah satu teknologi yang
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Juli 2014
IDENTIFIKASI BEKAS KEBAKARAN LAHAN MENGGUNAKAN DATA CITRA MODIS DI PROVINSI RIAU Muhammad Haqki, Andri Suprayogi, Haniah *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik - Universitas Diponegoro Jl. Prof.
Lebih terperinciSTUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS
STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS Oleh : Dwi Ayu Retnaning Anggreyni 3507.100.017 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Bangun M S, DEA, DESS Lalu Muhammad Jaelani, ST, MSc
Lebih terperinciStudi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)
A758 Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau) Agita Setya Herwanda, Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciIndeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebakaran Hutan 1. Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah suatu kejadian dimana api melalap bahan bakar bervegetasi yang terjadi di kawasan hutan
Lebih terperinciMODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS
MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS Feny Arafah, Bangun Muljo Sukojo, Lalu Muhamad Jaelani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya,
Lebih terperinciVALIDASI HOTSPOT MODIS DI WILAYAH SUMATERA DAN KALIMANTAN BERDASARKAN DATA PENGINDERAAN JAUH SPOT-4 TAHUN 2012
VALIDASI HOTSPOT MODIS DI WILAYAH SUMATERA DAN KALIMANTAN BERDASARKAN DATA PENGINDERAAN JAUH SPOT-4 TAHUN 2012 Any Zubaidah *), Yenni Vetrita *), M. Rokhis Khomarudin *) *) Pusat Pemanfaatan Penginderaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran Hutan 2.1.1 Pengertian dan Proses Terjadinya Kebakaran Kebakaran hutan secara umum didefinisikan sebagai kejadian alam yang bermula dari proses reaksi secara cepat
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan penggunaan lahan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan dalam sektor permukiman dan industri mengakibatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).
3 TINJAUAN PUSTAKA Kebakaran hutan didefenisikan sebagai suatu kejadian dimana api melalap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi didalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali di
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN SEBARAN HOTSPOT DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT NOAA/AVHRR DAN AQUA MODIS (Studi Kasus : Kabupaten Banyuwangi dan Sekitarnya)
STUDI PERBANDINGAN SEBARAN HOTSPOT DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT NOAA/AVHRR DAN AQUA MODIS (Studi Kasus : Kabupaten Banyuwangi dan Sekitarnya) Oleh : Frelya Artha 1, Lalu Muhamad Jaelani 1, Wiweka 2,
Lebih terperinciPerbandingan beberapa Algoritma Suhu Permukaan Tanah dengan Indeks Vegetasi menggunakan Terra MODIS di Jawa
Perbandingan beberapa Suhu Permukaan Tanah dengan Indeks Vegetasi menggunakan Terra MODIS di Jawa Oktavianto Gustin, M.T ) ) Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 2946, email: oktavianto@polibatam.ac.id
Lebih terperinciLampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun
Lebih terperinciMETODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian
Lebih terperinciDi zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA
AKTUALITA DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari Anneke KS Manoppo dan Yenni Marini Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh e-mail: anneke_manoppo@yahoo.co.id Potret kenampakan bumi di malam hari (Sumber: NASA)
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL GEOGRAFI UMS 2016 Farid Ibrahim, Fiqih Astriani, Th. Retno Wulan, Mega Dharma Putra, Edwin Maulana; Perbandingan Ekstraksi
PERBANDINGAN EKSTRAKSI BRIGHTNESS TEMPERATUR LANDSAT 8 TIRS TANPA ATMOSPHERE CORRECTION DAN DENGAN MELIBATKAN ATMOSPHERIC CORRECTION UNTUK PENDUGAAN SUHU PERMUKAAN Farid Ibrahim 1, Fiqih Atriani 2, Th.
Lebih terperinciPemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)
Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur) Diah Witarsih dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran hutan dan Lahan 2.1.1 Pengertian dan Proses Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan oleh Brown dan Davis (1973) dalam Syaufina (2008) didefinisikan
Lebih terperinciPEMETAAN SUHU PERMUKAAN TANAH DAN VEGETASI SEBAGAI DATA PENDUKUNG KEBIJAKAN REBOISASI
PEMETAAN SUHU PERMUKAAN TANAH DAN VEGETASI SEBAGAI DATA PENDUKUNG KEBIJAKAN REBOISASI Oktavianto Gustin, Lalu Muhamad Jaelani. Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS, Surabaya, 60111, Indonesia Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terletak pada wilayah ekuatorial, dan memiliki gugus-gugus kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang hangat. Letak lintang Indonesia
Lebih terperinciIDENTIFIKASI AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA, KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN)
IDENTIFIKASI AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA, KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN) Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas
Lebih terperinciESTIMASI UNSUR-UNSUR CUACA UNTUK MENDUKUNG SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN HUTAN/LAHAN DENGAN DATA MODIS
ESTIMASI UNSUR-UNSUR CUACA UNTUK MENDUKUNG SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN HUTAN/LAHAN DENGAN DATA MODIS M. Rokhis Khomarudin 1, Orta Roswintiarti 1, dan Arum Tjahjaningsih 1 1 Lembaga Penerbangan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Permukaan Suhu permukaan dapat diartikan sebagai suhu terluar suatu obyek. Untuk suatu tanah terbuka, suhu permukaan adalah suhu pada lapisan terluar permukaan tanah. Sedangkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta
Lebih terperinciDiterima 27 Januari 2014; Disetujui 28 Februari 2014 ABSTRACT
Validasi Hotspot Modis di Wilayah... (Any Zubaidah et al.) VALIDASI HOTSPOT MODIS DI WILAYAH SUMATERA DAN KALIMANTAN BERDASARKAN DATA PENGINDERAAN JAUH SPOT-4 TAHUN 2012 (MODIS HOTSPOT VALIDATION OVER
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)
ANALISA RELASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAN SUHU PERMUKAAN TANAH DI KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTISPEKTRAL TAHUN 1994 2012 Dionysius Bryan S, Bangun Mulyo Sukotjo, Udiana Wahyu D Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia berada di daerah tropis mengakibatkan hampir sepanjang tahun selalu diliputi awan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan citra optik untuk menghasilkan
Lebih terperinciMODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS
MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS Briliana Hendra Prasetya (3507100004) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS Lalu Muhamad Jaelani,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM MONITORING HOTSPOT (KEBAKARAN HUTAN) MENGGUNAKAN DATA SATELIT NOAA/AVHRR HRPT BERBASIS WEB-GIS
PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING HOTSPOT (KEBAKARAN HUTAN) MENGGUNAKAN DATA SATELIT NOAA/AVHRR HRPT BERBASIS WEB-GIS Raditya Pratama Nugraha Teknik Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia raditya.pratama01@gmail.com
Lebih terperinciSENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD
SENSOR DAN PLATFORM Kuliah ketiga ICD SENSOR Sensor adalah : alat perekam obyek bumi. Dipasang pada wahana (platform) Bertugas untuk merekam radiasi elektromagnetik yang merupakan hasil interaksi antara
Lebih terperinciPENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG
Pengaruh Fenomena La-Nina terhadap SPL Feny Arafah PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG 1) Feny Arafah 1) Dosen Prodi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
PEMANFAATAN DATA MODIS (MODERATE RESOLUTION IMAGING SPECTRORADIOMETER) UNTUK MENDETEKSI HOT SPOT ( KEBAKARAN HUTAN) DALAM RANGKA MONITORING BENCANA ALAM SKRIPSI YUSUF PIRDAUS 0706200075 DEPARTEMEN TEKNIK
Lebih terperinciGambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari2016
Jurnal Geodesi Undip Januari216 ANALISIS SEBARAN DAN PERHITUNGAN HOTSPOT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT NOAA-18/AVHR DAN AQUA MODIS BERBASIS ALGORITMA KANAL TERMAL Tegar Dio Arsadya Rahadian, Yudo Prasetyo,
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan
22 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan menggunakan citra MODIS. Lokasi untuk objek penelitian adalah perairan Barat-
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari
3. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari anjungan minyak Montara Australia. Perairan tersebut merupakan perairan Australia
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA
ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA Astrolabe Sian Prasetya 1, Bangun Muljo Sukojo 2, dan Hepi Hapsari
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut
Lebih terperinciINFORMASI KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN BERDASARKAN INDEKS KEKERINGAN DAN TITIK PANAS DI KABUPATEN SAMOSIR
INFORMASI KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN BERDASARKAN INDEKS KEKERINGAN DAN TITIK PANAS DI KABUPATEN SAMOSIR Oleh Perdamean Abadi. P 061201018 Manajemen Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPengamatan kebakaran dan penyebaran asapnya dari angkasa: Sebuah catatan kejadian kebakaran hutan/lahan di Sumatera Selatan tahun 2014
Pengamatan kebakaran dan penyebaran asapnya dari angkasa: Sebuah catatan kejadian kebakaran hutan/lahan di Sumatera Selatan tahun 2014 *Yenni Vetrita, Parwati Sofan, Any Zubaidah, Suwarsono, M. Rokhis
Lebih terperinciSTUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS
STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS Dwi Ayu R A, Bangun Mulyo Sukojo, Lalu M. Jaelani Program Studi Teknik Geomatika ITS-Sukolilo, Surabaya 60111 Email : gm0717@geodesy.its.ac.id
Lebih terperinciRatio of Hotspot Source as an Indicator of Forest and Peat Fire and Its Correlation with Rainfall in Sepahat Village, Bengkalis District, Riau
Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 05 No. 2 Agustus 2014, Hal 113-118 ISSN: 2086-82 Perbandingan Sumber Hotspot sebagai Indikator Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut dan Korelasinya dengan Curah Hujan di Desa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem
Lebih terperinciNilai Io diasumsikan sebagai nilai R s
11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus : Sub DAS Brantas
Lebih terperinciBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Klasifikasi dan Perubahan Penutupan Analisis yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tipe penutupan lahan yang mendominasi serta lokasi lahan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Aplikasi Penginderaan Jauh dalam Mendeteksi Kebakaran Hutan Menggunakan Citra Satelit Landsat
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Aplikasi Penginderaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Kebakaran Perilaku kebakaran dapat didefenisikan sebagai cara dimana api di alam berkembang, bagaimana bahan bakar terbakar, perkembangan nyala api dan penyebaran api dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan kandungan sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia memberikan pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia,
Lebih terperinci3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.
3. METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Februari hingga Agustus 2011. Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari dilakukan pengumpulan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan
Lebih terperinciPEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ASTER DI PERAIRAN LAUT JAWA BAGIAN BARAT MADURA
PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ASTER DI PERAIRAN LAUT JAWA BAGIAN BARAT MADURA Dyah Ayu Sulistyo Rini Mahasiswa Pascasarjana Pada Jurusan Teknik dan Manajemen Pantai Institut
Lebih terperinciKOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN
KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN Rahayu *), Danang Surya Candra **) *) Universitas Jendral Soedirman
Lebih terperinciESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI
ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciPENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN
PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang proses interpretasi salah satu citra NOAA untuk mengetahui informasi
Lebih terperinci3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan
20 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut yang diteliti adalah wilayah yang ditunjukkan pada Gambar 2 yang merupakan wilayah
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian
18 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Juni 2011 dengan lokasi penelitian yaitu Perairan Selat Makassar pada posisi 01 o 00'00" 07 o 50'07"
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan
Lebih terperinciDukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya
Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya Kepala LAPAN Manfaat data satelit penginderaan jauh Perolehan
Lebih terperinciPUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMANPEMBUATAN INFORMASI SPASIAL ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN
2015 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMANPEMBUATAN INFORMASI SPASIAL ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN LI 1 03 004 03 01 Pedoman Pembuatan Informasi Spasial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
Lebih terperinciSeminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Miranti Indri Hastuti *), Annisa Nazmi Azzahra
Pemanfaatan Data Satelit Himawari-8 untuk dengan Metode Autoestimator di Kalianget, Madura Utilization of Himawari-8 Satellite Data for Rainfall Estimation with Autoestimator Method in Kalianget, Madura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (http://berita.plasa.msn.com
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Sinabung terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanologi. Awan hitam dan erupsi terus terjadi, 5.576 warga dievakuasi. Evakuasi diberlakukan setelah pada
Lebih terperinciix
DAFTAR ISI viii ix x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Emisivitas dari permukaan benda yang berbeda pada panjang gelombang 8 14 μm. 12 Tabel 1.2. Kesalahan suhu yang disebabkan oleh emisivitas objek pada suhu 288
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan suatu tempat yang luas yang didalamnya terdapat berbagai macam makhluk hidup yang tinggal disana. Hutan juga merupakan suatu ekosistem yang memiliki
Lebih terperinciPROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1431 H
PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN DAN ANALISIS SEBARAN TITIK PANAS (STUDI KASUS: PROVINSI KALIMANTAN TENGAH) Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan
PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman INTISARI... Ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR PERSAMAAN...
DAFTAR ISI Halaman INTISARI... Ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR PERSAMAAN... x BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1.2 Permasalahan...
Lebih terperinciKAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 2008:132-137 KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR Muchlisin Arief, Kustiyo, Surlan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1
KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1 1. Pendahuluan Penginderaan jarak jauh merupakan salah satu teknologi penunjang pengelolaan sumber daya alam yang paling banyak digunakan saat ini. Teknologi
Lebih terperinciAninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,
KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi geografis lokasi penelitian Keadaan topografi perairan Selat Sunda secara umum merupakan perairan dangkal di bagian timur laut pada mulut selat, dan sangat dalam di mulut
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR
ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR Oleh : MIRA YUSNIATI C06498067 SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS
ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS Oleh : Tyas Eka Kusumaningrum 3509 100 001 LATAR BELAKANG Kawasan Pesisir Kota
Lebih terperinci11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I
Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi Ukuran Hubungan antar obyek Informasi spasial dari obyek Pengambilan data fisik dari
Lebih terperinci3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang
3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang terdiri dari proses pembuatan proposal penelitian, pengambilan data citra satelit, pengambilan
Lebih terperinciESTIMASI CURAH HUJAN MENGUNAKAN CITRA MODIS DI SEBAGIAN DAERAH JAWA TENGAH. Fahrudin Indra Buana
ESTIMASI CURAH HUJAN MENGUNAKAN CITRA MODIS DI SEBAGIAN DAERAH JAWA TENGAH Fahrudin Indra Buana fahrudinindrabuana@gmail.com Hartono hartono_ge@ugm.co.id Abstract Remote sensing nowadays can be used to
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Titik Panas
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Titik Panas Titik panas (hotspot) adalah indikator kebakaran hutan yang mengindikasikan suatu lokasi yang memiliki suhu relatif tinggi dibandingkan suhu disekitarnya. Definisi
Lebih terperinciOLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO
PREDIKSI DAERAH TANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN CITRA NOAA AVHRR DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL DENGAN MENGGUNAKAN WEB (STUDI KASUS : PERAIRAN SELATAN JAWA TIMUR DAN BALI) OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO 3506100015
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Disamping itu hutan juga memiliki fungsi hidrologi sebagai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan aset kekayaan yang bukan saja penting bagi bangsa Indonesia, namun juga bagi sebagian penduduk dunia. Keragaman hayati yang tinggi terdapat pada hutan
Lebih terperinciMetode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada
Lebih terperinci